Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

GELOMBANG DAN OPTIK


“PIPA ORGANA”
Tanggal Praktikum : 09 November 2023
Tanggal Pengumpulan : 14 November 2023
Waktu Praktikum : 09.40 - 11.10 WIB

Nama : Rini Shulhah


NIM : 11220163000024
Kelas : Tadris Fisika 3B
Kelompok : 5 (lima)
Nama Anggota :
1. Sahrul Fauzi (11220163000038)
2. Nurrahmah nadya (11220163000058)
3. Tiara Zahirah (11220163000054)
4. Umi al adawiyah (11220163000012)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
Pipa Organa

Rini Shulhah*, Tiara Zahirah, Umi al adawiyah, Sahrul fauzi, Nurrahmah nadya.
Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Email: rini.shulhah22@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak
Praktikum ini membahas pengaruh panjang gelombang terhadap frekuensi resonansi pada pipa organa.
Melalui eksperimen yang melibatkan pipa organa tertutup, dilakukan pengukuran panjang gelombang pada
nada dasar, pertama, kedua, dan ketiga. Hasil praktikum menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori, di
mana nilai frekuensi resonansi cenderung meningkat seiring dengan panjang gelombang yang lebih besar.
Faktor-faktor seperti kesalahan pengukuran, kondisi percobaan, dan ketidaksempurnaan alat mungkin
memengaruhi hasil. Selain itu, praktikum ini memperkenalkan konsep pipa organa terbuka dan tertutup,
serta mempertimbangkan nilai ketidakpastian pengukuran dan kesalahan relatif.

Kata Kunci: Pipa Organa, Gelombang Bunyi, Resonansi, Panjang Gelombang, Frekuensi, Percobaan, Pipa
Organa Tertutup, Kesalahan Pengukuran, Ketidakpastian.

Pendahuluan
Pipa organa, sebagai alat musik, menghasilkan suara melalui resonansi udara dalam pipa dengan
prinsip kerja yang didasarkan pada fenomena fisika gelombang stasioner atau gelombang berdiri.
Fenomena ini terjadi saat dua gelombang dengan frekuensi yang sama saling bertemu dan
menghasilkan pola gelombang yang tampak diam. Dalam konteks praktikum, pipa organa digunakan
untuk memahami lebih lanjut tentang gelombang, yang merupakan getaran merambat, bisa berupa
besaran mekanik seperti kerapatan udara atau tekanan udara.
Pada praktikum pipa organa, eksperimen dilakukan untuk memahami hubungan antara panjang
gelombang dan frekuensi resonansi. Sumber suara dari audio generator dimasukkan ke dalam pipa
resonansi, dan dengan frekuensi yang tetap, panjang gelombang yang semakin besar menghasilkan
frekuensi yang semakin kecil. Praktikum bertujuan untuk membuktikan hubungan ini pada berbagai
macam pipa organa, baik terbuka maupun tertutup.
Pipa organa tertutup, yang memiliki satu lubang terbuka dan satu lubang tertutup, digunakan dalam
eksperimen. Ketika batang alumunium dan piston ditarik di lubang tertutup, pipa organa berubah
menjadi tertutup-tertutup, menghasilkan gelombang yang dimulai dari perut dan berakhir dengan
perut. Tujuan praktikum ini mencakup identifikasi pengaruh panjang gelombang terhadap frekuensi
yang dihasilkan, analisis perbedaan antara pipa organa terbuka dan tertutup, serta pengidentifikasian
fungsi pipa resonansi dalam konteks eksperimen pipa organa.

1
Kajian Teori
Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, maka pada suatu titik tertentu dalam ruang di
mana gelombang merambat, akan kita dapati adanya suatu besaran yang bergetar. Besaran yang
bergetar ini dapat berupa besaran mekanis, misalnya kerapatan udara atau tekanan udara (dalam
gelombangbunyi misalnya), simpangan tali (pada gelombang tali), dapat pula berupa besaran non
mekanis misalnya amplitudo kuat medan listrik dan medan magnet (dalam gelombang
elektromagnetik).(Mirza Sartiawan, Fisika Dasar, 2012).
Gelombang suara adalah gelombang longitudinal yang dihasilkan oleh kompresi dan ekspansi
dalam media gas. Gelombang ini dihasilkan ketika suatu benda, seperti garpu tala, bergetar dan
menimbulkan gangguan kerapatan medium. Gangguan ini menyebabkan perambatan bunyi menjadi
cepat dalam media gas. Bunyi berhubungan dengan indera pendengaran manusia, yaitu telinga. Istilah
suara juga mengacu pada sensasi fisik merangsang telinga, yaitu gelombang
longitudinal (Sugianta, dkk, 2020)
Salah satu jenis gelombang adalah gelombang longitudinal stasioner. Dimana gelombang
longitudinal yang merambat dalam tabung pada panjang tertentu akan terpantul pada ujung-ujungnya
dengan cara yang mirip sekali dengan pantulan gelombang transversal pada ujung-ujung sebuah
dawai. Interferensi antara gelombang-gelombang yang merambat dalam arah yang berlawanan
menimbulkan gelombang stasioner.
Bila pantulan terjadi pada ujung pipa tertutup, perpindahan partikel pada ujung itu selalu sama
dengan nol. Jadi ujung tertutup merupakan simpul perpindahan. Jika ujung pipa itu terbuka, sifat
pantulan lebih kompleks dan bergantung pada apakah pipa tersebut lebar atau sempit dibandingkan
dengan panjang gelombang, seperti pada kebanyakan alat music, pantulan adalah demikian rupa
sehingga ujung terbuka. merupakan perut perpindahan. Oleh sebab itu, gelombang longitudinal dalam
sekolom fluida akan memantul pada ujung-ujung yang tertutup dan yang terbuka, sama seperti
gelombang transversal dalam dawai memantul mula-mula pada ujung tetap dan kemudian oada ujung
bebas.(Cars Zamansky, 1985514)
Resonansi dapat terjadi pada benda-benda padat. Setiap partikel penyusun benda padat tersebut
memiliki frekuensi alami dalam bergetar ketika ada sumber bunyi yang bergetar dengan frekuensi
yang sama dengan frekuensi alami benda padat tersebut, benda padat tersebut akan ikut bergetar,
Contoh Paling spektakuler adalah pecahnya gelas anggur oleh suara penyanyi yang memiliki
frekuensi yang sama dengan frekuensi alami gelas. (Efizon Umar,2008)
Contoh dari gelombang longitudinal adalah pipa organa.Pipa organa adalah sejenis pipa yang
menghasilkan bunyi bila ditiup. Ada yang memiliki ujung terbuka, tetapi ada juga yang tertutup.
Salah satu ujung pipa tertutup rapat. Sedangkan pada pipa organa terbuka, kedua ujung pipa terbuka.
Pada pipa organa tertutup menjadi simpul karena pada ujung pipa organa menghambat gerakan
2
partikel sehingga partikel- partikel titik pada ujung ini tidak bergerak.Pada ujung pipa organa terbuka
menjadi perut karena pada ujung terbuka berhubungan langsung dengan udara luar.Tekanan di dalam
pipa (dekat ujung terbuka) lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar (atmosfer). Oleh
karena itu, pada ujung pipa terbuka akan timbul regangan dengan amplitude maksimum (perut).
(Yohanes Surya, 2014,140)

Metode
1.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini yaitu, praktikum pembiasan yang dilakukan diruangan laboratorium
fisika dasar pada hari Jumat, 09 November 2023 pukul 13.00-13.30, Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Praktikum dimulai dengan membaca ayat suci Al-Quran, kemudian praktikan menuju mejanya
masing-masing sesuai yang telah dibagikan sebelumnya. Sebelum dilakukannya praktikum, kami
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.

Gambar 1. Alat dan bahan praktikum

Instrumen dan materi yang digunakan dalam eksperimen ini memiliki peranan khusus.
Instrumen tersebut mencakup satu audio generator yang berfungsi sebagai penyedia frekuensi atau
jenis gelombang yang diinginkan, dua kabel penghubung, dan dua capit buaya. Kedua kabel dan capit
buaya bertindak sebagai penghubung antara audio generator dan pipa resonansi. Sementara itu, pipa
resonansi berfungsi sebagai medium untuk gelombang bunyi yang dihasilkan oleh audio generator
dan sebagai alat pengukur panjang gelombang yang dibentuk berdasarkan nada yang dihasilkan.

3
Gambar 2. Kegiatan praktikum

Sebelum memulai eksperimen, perlu mengetahui prosedur kerja yang harus diikuti. Berikut
adalah langkah-langkahnya: persiapkan peralatan dan materi yang akan digunakan, kemudian susun
pipa resonansi dan audio generator dengan menggunakan kabel penghubung dan capit buaya. Setelah
itu, atur pengaturan audio generator, termasuk frekuensi, level, jangkauan frekuensi, mVp-p, dan jenis
gelombang yang akan digunakan. Dalam eksperimen ini, frekuensinya diatur sebesar 5 Hz, level 5,
jangkauan frekuensinya 100, mVp-p 100, dan jenis gelombang menggunakan gelombang kotak
persegi. Setelah pengaturan selesai, suara akan dihasilkan. Pada pipa resonansi, terdapat batang
alumunium dan piston yang digunakan untuk menentukan nada pada pipa resonansi tersebut. Batang
alumunium dan piston tersebut ditarik hingga terdengar nada yang berbeda, selanjutnya panjang
gelombang yang terbentuk pada pipa resonansi tersebut dicatat.

Hasil
Tabel 1. Hubungan antara frekuensi resonansi, panjang pipa organa, dan cepat rambat bunyi

No. Nada ke- Cepat Rambat Bunyi Panjang Pipa (m) Frekuensi Resonansi (Hz)
(m/s)
1. 0 220 m/s 0,11 m 500 Hz
2. 1 300 m/s 0,15 m 1500 Hz
3. 2 520 m/s 0,26 m 2500 Hz

Praktikum kali ini yang dicari adalah nilai frekuensi resonansi, menggunakan rumus seperti berikut:

𝑣
𝑓𝑛 = (2𝑛 − 1) ×
4𝐿

Rumus untuk menghitung ketidakpastian pengukuran yaitu:

𝑣
𝑓=
4𝐿
4
𝜕𝑓 𝜕𝑓
∆𝑓𝑛 = | | ∆𝐿 + | | ∆𝑣
𝜕𝐿 𝜕𝑣

Rumus untuk menghitung kesalahan relatif yaitu:

∆𝑓𝑛
𝐾𝑅 = × 100%
𝑓𝑛

Rumus untuk hasil pengukuran yaitu:

𝑓𝑛 = |𝑓𝑛 ± ∆𝑓𝑛 |

Keterangan:

𝑓𝑛 = Frekuensi Resonansi pada Nada ke-n (Hz)

𝑓 = Frekuensi Resonansi (Hz)

𝑛 = Nada ke-n

𝑣 = Cepat Rambat Bunyi (m/s)

𝐿 = Panjang Pipa (m)

∆𝑓𝑛 = Ketidakpastian Nilai Frekuensi pada Nada ke-n (Hz)

𝐾𝑅 = Kesalahan Relatif Pengukuran

Tabel 2. Pengolahan data

Nada ke- Dasar (0) 1


Frekuensi 𝑣 𝑣
𝑓1 = (2(1) − 1) × 𝑓2 = (2(0) − 1) ×
4𝐿 4𝐿
Resonansi
𝑣 3𝑣
(Hz) 𝑓1 = 𝑓2 =
4𝐿 4𝐿
220 𝑚/𝑠 220 𝑚/𝑠
𝑓1 = 𝑓2 =
4(0,11𝑚) 4(0,11 𝑚)
220 𝑚/𝑠
𝑓1 =
0,44 𝑚
𝑓2 = 500 𝐻𝑧
𝑓1 = 500 𝐻𝑧
Ketidakpastia 𝜕𝑓 𝜕𝑓
∆𝑓1 = || ∆𝐿 + | | ∆𝑣
n Pengukuran 𝜕𝐿 𝜕𝑣
𝑣 1
(Hz) ∆𝑓1 = 2 ∆𝐿 + ∆𝑣
4𝐿 4𝐿
𝑣 1 1
∆𝑓1 = 2 ( × 𝑛𝑠𝑡) + ∆𝑣
4𝐿 2 4𝐿
5
𝑣 1 1
∆𝑓1 = ( × 0,001) + ∆𝑣
4𝐿2 2 4𝐿
220 𝑚/𝑠 1
∆𝑓1 = 2
(0,0005) + (0)
4(0,11 𝑚) 4𝐿
220 𝑚/𝑠
∆𝑓1 = (0,0005 𝑚 )
4(0,0121 𝑚2 )
220 𝑚2 /𝑠
∆𝑓1 =
0,0484 𝑚2
∆𝑓1 = 0,22727 𝐻𝑧
Kesalahan ∆𝑓1
𝐾𝑅 = × 100%
Relatif 𝑓1

Pengukuran 0,22727𝐻𝑧
𝐾𝑅 = × 100%
500 𝐻𝑧
(%)
𝐾𝑅 = 0,00045%

Pembahasan
Praktikum ini fokus pada pipa organa, dengan tujuan menentukan relasi antara panjang gelombang dan
frekuensi resonansi yang dihasilkan. Gelombang bunyi yang dianalisis termasuk gelombang longitudinal.
Frekuensi resonansi dihitung menggunakan rumus.
𝑣
𝑓𝑛 = (2𝑛 − 1) × 4𝐿, di mana panjang gelombang memengaruhi hasil frekuensi resonansi.

Frekuensi resonansi dalam praktikum ini berkaitan dengan nada dasar, nada pertama, nada kedua, dan
nada ketiga. Setiap nada memiliki panjang gelombang dan frekuensi resonansi yang berbeda. Percobaan
menggunakan audio generator dan pipa resonansi, memfasilitasi pengukuran panjang gelombang setiap
nada. Jenis pipa organa yang dikaji adalah pipa organa tertutup, yang dapat menghasilkan gelombang
dengan perut dan simpul.

Meskipun teori menyatakan bahwa dengan panjang gelombang yang lebih besar, frekuensi harus lebih
kecil, hasil percobaan menunjukkan kebalikannya. Ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam
pendengaran nada pada percobaan. Nilai cepat rambat bunyi (v) adalah 220 m/s, dengan frekuensi
resonansi untuk nada dasar, pertama, kedua, dan ketiga masing-masing adalah 500 Hz, 1500 Hz, dan 2500
Hz.

Selain menghitung frekuensi resonansi, percobaan ini juga mengevaluasi ketidakpastian pengukuran dan
kesalahan relatifnya. Ketidakpastian pengukuran bervariasi untuk setiap nada, cenderung berkurang
dengan peningkatan panjang gelombang. Kesalahan relatif, serupa dengan ketidakpastian, dipengaruhi
oleh nilai ketidakpastian pengukuran.

6
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa seharusnya, dengan peningkatan
panjang gelombang, frekuensi resonansi seharusnya menurun. Namun, dalam percobaan ini,
frekuensi resonansi malah meningkat. Kemungkinan penyebabnya adalah adanya kesalahan
pengukuran panjang gelombang pada tiap nada. Pipa organa memiliki dua jenis, yakni terbuka dan
tertutup, dibedakan oleh kondisi lubang pada pipa. Pipa organa terbuka memiliki kedua lubang
terbuka, sementara pada pipa organa tertutup, satu lubang tertutup dan satu lubang terbuka, yang juga
disebut sebagai pipa organa terbuka-tertutup. Pipa resonansi berfungsi sebagai alat untuk mengukur
panjang gelombang pada setiap nada, karena memiliki mistar atau ukuran yang terintegrasi dalam
strukturnya.

Ucapan Terima kasih


Dengan rasa syukur dan terima kasih, saya ingin menyatakan bahwa laporan praktikum telah selesai
tepat pada waktunya, berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Saya juga ingin berterimakasih kepada
Kak Tiyas sebagai asisten laboratorium gelombang dan optik, dan seluruh tim asisten laboratorium
lainnya yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.

Daftar Rujukan

Cars Zamansky.1985.Fisika untuk universitas (mekanika, panas, dan bunyi). Jakarta: Binacipta.

Efizon Umar.2008.Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pesindo.

Giancoli, Douglas, 2001. Fisika Dasar Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Erlangga Yohanes Surya.2014.Getaran dan
Gelombang. Tangerang: PT Kandel

Sugianta, I Kadek, A., Gunadi, I Gede, A., dan Indrawan, Gede. 2020. Analisis Pola Bunyi Sunari
Berdasarkan Metode Fast Fourier Transform. Jurnal Ilmu Komputer Indonesia. Vol. 5 (2): 14-21

7
Lampiran

Tugas Pasca Praktikum

Soal:

1. Bagaimanakah pengaruh panjang pipa terhadap nada yang dihasilkan?

2. Berdasarkan pada tabel, deret apakah yang dibentuk oleh perbandingan antara
frekuensi atas dan frekuensi dasar pipa? Sesuaikah deret tersebut dengan deret
harmonik untuk pipa tertutup? Jelaskan!
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara
teori dengan hasil data praktikum diatas!
4. Pada hari yang sangat dingin. Matthew meniup Seruling mainan yang
menyebabkan gelombang beresonansi. Jika cepat rambat bunyi melalui kolom udara
adalah 336 m/s dan panjang udara kolom adalah 36 cm. Hitung Frekuensi harmonik
pertama, Kedua, ketiga!

Jawaban:

1. Pengaruh panjang pipa terhadap nada yang dihasilkan tidak konsisten dengan teori. Menurut
teori, seharusnya ketika panjang gelombang semakin besar, frekuensi yang dihasilkan
semakin kecil, dan sebaliknya, jika panjang gelombang semakin kecil, frekuensi resonansi

8
yang dihasilkan semakin besar. Namun, situasi ini menjadi tidak sesuai jika nilai cepat rambat
gelombangnya tetap.
2. Urutan yang terbentuk dalam tabel tidak mengikuti pola deret harmonik dengan benar.
Kemungkinan ini disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh peserta
praktikum selama percobaan. Seharusnya, deret harmonik pada pipa tertutup seharusnya
mengikuti pola 1:3:5:7:...
3. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara teori
dan hasil data praktikum di atas:
a). Kesalahan Pengukuran: Kesalahan dalam melakukan pengukuran panjang gelombang atau
frekuensi resonansi selama praktikum dapat memengaruhi ketidaksesuaian dengan teori.
b). Kondisi Percobaan: Faktor lingkungan atau kondisi selama percobaan, seperti suhu atau
kelembaban, bisa mempengaruhi hasil dan menyebabkan ketidaksesuaian.
c). Ketidaksempurnaan Alat: Kondisi alat atau perangkat yang digunakan dalam percobaan,
seperti audio generator atau pipa resonansi, yang tidak sempurna atau mengalami keausan
dapat berkontribusi pada perbedaan hasil.
d). Ketidakpastian Pendengaran: Kemampuan pendengaran yang bervariasi di antara individu
peserta praktikum dapat mempengaruhi pengenalan dan pencatatan nada, menyebabkan
ketidaksesuaian dengan hasil teoritis.

4. Diketahui:
𝑣 = 336 m/s
𝐿 = 36 cm = 0,36 m
𝑣
𝑓𝑛 = (2𝑛 − 1) ×
4𝐿

Ditanya:
a. Nada pertama (𝑓1 )
b. Nada kedua (𝑓2 )
c. Nada ketiga (𝑓3 )

Jawab:
a. Nada pertama (𝑓1 )
𝑣
𝑓1 = (2(1) − 1) ×
4𝐿
𝑣
𝑓1 =
4𝐿

336 𝑚/𝑠
𝑓1 =
4(0,36 𝑚)

9
336 𝑚/𝑠
𝑓1 =
1,44 𝑚

𝑓1 = 233,33 𝐻𝑧

b. Nada kedua (𝑓2 )


𝑣
𝑓2 = (2(2) − 1) ×
4𝐿

3𝑣
𝑓2 =
4𝐿

(3)336 𝑚/𝑠
𝑓2 =
4(0,36 𝑚)

1.008 𝑚/𝑠
𝑓2 =
1,44 𝑚

𝑓2 = 700 𝐻𝑧

c. Nada ketiga (𝑓3 )


𝑣
𝑓3 = (2(3) − 1) ×
4𝐿

5𝑣
𝑓3 =
4𝐿

(5)336 𝑚/𝑠
𝑓3 =
4(0,36 𝑚)

1.680 𝑚/𝑠
𝑓3 =
1,44 𝑚

𝑓3 = 1.166,67 𝐻𝑧

10
Foto kegiatan praktikum

11
12

Anda mungkin juga menyukai