Bab V
Bab V
PEMBAHASAN
hasil penelitian dengan teori serta penelitian yang terkait. Penelitian ini merup
lestabes Palembang.
dibuktikan dengan nilai original sampel sebesar -0,411 serta nilai T Statistics
sebesar 4,771, yang lebih besar dari 1,960. P Values juga menunjukkan nilai
yang sangat kecil, yaitu 0,000, yang jauh lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu,
itu sendiri memiliki pengaruh positif, akan tetapi dalam penggunaannya yang
sikap psikologis serta kognitif yang negatif. Lebih lanjut hasil penelitian ini ber
tentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Armita Atrian, 2022 yang m
isasi.
aya teknologi yang positif, dapat mengurangi hal ini efek negatif. Intervensi ini
dengan organisasi adalah Adaptive Structuration Theory. AST adalah kerangka kerja
untuk memeriksa perbedaan dalam perubahan organisasi yang hadir ketika teknologi
inovatif canggih dijalankan dan digunakan (DeSanctis & Poole, 1994). Teori ini
dalam organisasi agar segala pekerjaan dan penugasan dapat diselesaikan dengan
baik. AST dapat memberikan konsep dalam mengembangkan fungsi-fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia dikaitkan dengan teknologi agar individu maupun
tim dapat memperoleh hasil kerja yang maksimal. Adaptive Structuration Theory
dapat memberikan konsep agar fungsi-fungsi dalam manajemen sumber daya manusia
knologi informasi dan teknologi informasi & komunikasi (TIK), dan dampa
uhi struktur, modalitas, dan interaksi sistem sosial, dinamika tim, dan org
anisasi
gatif dalam sikap, pola pikir, perilaku atau psikologi yang disebabkan secara l
kan hanya berkaitan dengan teknologi semata, namun juga berkaitan dengan
zi et al., 2018).
Technostress adalah salah satu yang mendasar permasalahan organi
sasi saat ini. Saat ini, teknologi sudah saling terkait kehidupan manusia, pema
nfaatan teknologi telah memungkinkan individu menjadi lebih efisien baik dala
mpak negatif baik pada individu maupun individu aspek organisasi individu. T
an, dan psikolog yang berspesialisasi dalam beradaptasi dengan hal baru tek
man Cost of the Revolusi Komputer" (1984) sebagai penyakit modern akibat k
al baru dengan cara yang sehat. Weil Rosen (1997), Fisher dan
nnya bahwa technostress sendiri terdiri dari lima komponen yang telah diident
ifikasi sebagai faktor technostress (Weil Rosen, 1997; Fisher & Wesolkowski,
Technostress adalah jenis stres yang disebabkan oleh tuntutan secara terus menerus
seseorang (Suryanto, 2017). Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan dan stres
yang dialami oleh karyawan yaitu dengan menerapkan efikasi diri serta mindfulness.
Efikasi diri adalah keyakinan individu dalam beradaptasi pada tantangan baru yang
sedang dihadapi (Badura, 1997 dalam Cattelino dkk., 2021). Ketika karyawan
mengalami penurunan efikasi diri, akan mudah mengalami putus asa dan kurangnya
rasa percaya diri (Heslin dkk., 2006). Sedangkan pengertian mindfulness adalah suatu
kondisi dimana individu memusatkan segala perhatian hanya pada satu titik fokus
tanpa menghakimi dan menerima keadaan yang sedang dialami (Kabat-Zinn, 2013).
yang sedang dihadapi. Oleh karena itu penelitian ini akan menghasilkan model secara
faktor. Individu akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu mindfulness dan efikasi diri
lain yang masuk dalam model perhitungan maupun yang tidak dibahas dalam
ini juga akan berdampak pada beragam jenis motif kejahatan kriminal. Pada
Absensi, Satpas Drive-thru dan yang lainnya. Kemajuan teknologi ini bersifat
Palembang.
4,289, melebihi nilai kritis 1,960 dan P Values menunjukkan nilai yang sangat
kecil, yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa Servant Leadership
demikian, H2 diterima.
nya untuk terus berkembang. Hal ini bisa berupa memberikan pelayananan d
en tinggi pada organisasi dan bersedia melakukan tugas melebihi apa yang te
(2018) bahwa tujuan utama dari seorang pemimpin pelayan adalah melayani
dan memenuhi kebutuhan pihak lain, yaitu secara optimal seharusnya menjad
mpinan menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan. Pimpi
nan harus memiliki gaya kepemimpinan yang tidak hanya dapat memimpin or
endekatan mendasar dan bersifat jangka panjang, yang pada akhirnya akan
fesional bawahan. Bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah hak isti
mewanya untuk melayani, pemimpin yang mau melayani yang artinya memba
lri.
wa nilai F Square bernilai 0,219 yang artinya bahwa servant leadership berpe
sisanya sebesar 78,1% merupakan pengaruh dari faktor lain yang masuk
dalam model perhitungan maupun yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
2,281, yang melebihi nilai kritis 1,960 dan P Values adalah 0,023 < 0,05. Oleh
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Hario Jati (2019) yang menyatakan bahwa technostress terbukti secara empiri
pabila semakin tinggi tingkat technostress maka akan mengurangi tingkat kine
rja dari pengguna teknologi informasi yaitu dosen dan karyawan. Hasil peneliti
ang paling besar adalah kondisi stres yang di akibatkan dimana pengguna Te
dak cukup karena kesulitan yang berhubungan dengan TIK. Akibatnya, merek
memahami.
ak dilakukan oleh peneliti terdahulu, namun dari hasil penelitian tersebut men
ositif terhadap kinerja. Sedangkan menurut hasil penelitian Saputra & Natalia
ja terhadap kinerja juga menghasilkan hasil yang beragam. Menurut hasil pen
elitian Haryanto et al. (2020); Daud & Afifah (2021), menunjukkan hasil bahwa
gan dengan teknologi seseorang harus dapat membedakan antara waktu unt
uk urusan pribadi dan waktu untuk memahami teknologi agar tidak mengalami
stress. Batasan ini dapat menciptakan suatu kondisi yang baik sehingga guru
mahami fungsi yang mengintimidasi dan sulit untuk dimengerti. Sebagai conto
merasa sedikitnya bantuan teknis yang diberikan saat karyawan tidak menger
ti atau terjadinya eror pada aplikasi tersebut. Akibatnya karyawan dapat mera
tersebut memiliki nilai rata-rata paling tinggi yang artinya anggota polri
pembaharuan sistem pada teknologi yang ada di lingkungan polri. Oleh sebab
itu, hal ini dapat menjadikan pertimbangan bagi institusi polri dalam
wilayah Indonesia.
sisanya sebesar 82,3% merupakan pengaruh dari faktor lain yang masuk
dalam model perhitungan maupun yang tidak dibahas dalam penelitian ini. .
Polrestabes Palembang.
Statistics sebesar 3,307, yang melebihi nilai kritis 1,960, dan P Values adalah
0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Servant Leadership memiliki
diterima.
anggota.
pekerjaan disebut “work role” (Neal et al., 2012). Berdasar pada perbedaan antara
tugas yang dikembangkan oleh Borman & Motowidlo (1993); Griffin et al. (2007)
mengusulkan sebuah model baru kinerja. Model ini mengidentifikasi 3 level perilaku
nisasi dan menuliskan visi bersama. Hal ini didukung dengan pernyataan serv
ant leadership 7 yaitu pimpinan melatih anggota untuk menjadi tenaga ahli di
masa depan. Pernyataan tersebut memiliki nilai rata-rata paling tinggi yang
sedangkan sisanya sebesar 73,1% merupakan pengaruh dari faktor lain yang
masuk dalam model perhitungan maupun yang tidak dibahas dalam penelitian
atan mendasar dan bersifat jangka panjang, yang pada akhirnya akan membe
l pegawai. Bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah hak istimewan
ya untuk melayani, pemimpin yang mau melayani dalam artian membantu kes
ulitan bawahannya lebih dihormati oleh para karyawan. Sikap saling peduli inil
ah yng memicu iklam kerja kondusif yang pada akhirnya kinerja karyawanpun
indivudu disekitarnya dengan harapan memiliki sikap yang sama untuk melay
ani dengan baik. Sikap ini bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab karyawan
sannya dalam artian diperhaikan atas kesulitan kerja yang dialaminya dan dib
Statistics sebesar 3,522, melebihi nilai kritis 1,960, dan P Values adalah
i tujuan. Untuk menilai apakah organisasi itu efektif atau tidak, ada banyak pe
ndapat antara lain mengatakan bahwa suatu organisasi efektif atau tidak seca
tingkat upaya yang dilakukan individu dalam meningkatkan kinerja: (a) hasil tertentu
yang dianggap penting sebagai akibat dari bekerja keras pada iob; (b) kekuatan
harapan, yaitu, tingkat kepastian yang dimiliki pegawai bahwa ia benar-benar akan
memperoleh hasil tertentu dengan bekerja keras; dan (c) evaluasi yang dilakukan
pegawai dari hasil yang dirasakan (Hackman & Porter, 1968). Namun harapan itu
terciptanya kondisi kerja yang nyaman dengan fasilitas kerja yang lengkap (Rao
Pabolu et al., 2022). Adanya tumpang-tindih pekerjeaan, ketidak jelasan tugas dan
pekerjaan tidak efektif dan penggunaan anggaran yang tidak jelas tujuan dan
no. 2 tahun 2002 taitu Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
tas Organisasi” tahun 1985 mengatakan bahwa alat ukur efektivitas ini terdiri
dari tiga dimensi, antara lain pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi, sehin
gga dalam penelitian ini menggunakan tiga dinemsi tersebut.
sedangkan sisanya sebesar 77,9% merupakan pengaruh dari faktor lain yang
masuk dalam model perhitungan maupun yang tidak dibahas dalam penelitian
patkan dimensi adaptasi memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal ini didukung den
di kantor tidak tergantung kepada orang lain. Baik atasan maupun rekan kerja.
Bekerja tanpa perintah dan sesuai dengan tupoksi. Dari hasil tersebut dapat
aptasi dengan baik sehingga menurunkan nilai efektivitas organisasi yang dap
vitas Organisasi
sebesar -0,147, T Statistics sebesar 2,809, dan P Values sebesar 0,005 <
0,05. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa Efektivitas Organisasi mampu
ersebut supaya sistem tersebut dapat bekerja dengan baik serta memberikan
hasil yang maksimal bagi suatu perusahaan. Salah satu contoh kemudahan t
ersebut antara lain dengan menggunakan teknologi dan sistem informasi dala
dan mengolah data untuk menghasilkan suatu informasi keuangan serta dapa
t memudahkan dalam melakukan pencarian data mengenai aktivitas operasio
onomi dan kondisi perusahaan. Menurut Azhar Susanto (2008), sistem inform
asi akuntansi merupakan kumpulan atau integrasi dari sub sistem baik secara
fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan bekerja sama secara har
monis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuan
lam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kinerja karya
wan yang terdapat didalam suatu organisasi, dimana keberhasilan kinerja kar
yawan dapat diukur dengan cara membandingkan hasil kinerja karyawan den
gan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bila kinerja karyawan leb
ih tinggi dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka dapat dikat
jawabnya sebagai karyawan dengan baik. Hasil penelitian ini juga memberikan
hasil bahwa faktor penyebab terjadinya technotress yang paling besar adalah kondisi
(TIK) merasa bahwa kemampuan mereka tidak cukup karena kesulitan yang
karyawan terhadap keadaan obyektifnya’ (Narahari dan Koneru, 2017) Hal tersebut
biasanya terjadi ketika seseorang tidak mampu mengatasi tekanan yang diciptakan
pekerjaannya. Hal ini juga dapat berasal dari dampak buruk lainnya disebabkan oleh
peran pekerjaan seperti evaluasi pekerjaan yang buruk, penolakan dari manajemen
atau rekan kerja lainnya (Lazarus, 1995) serta banyaknya waktu dan tenaga yang
Efektivitas adalah salah satu pembahasan teori organisasi yang paling popule
(misi dan visi) dan ultimate goal ini dapat diukur. Goal Approach (prescribed g
Efektivitas Organisasi
original sample sebesar 0,136. T Statistics sebesar 2,340 > 1,960, dan P
Values adalah 0,020 < 0,05. Dengan demikian, Efektivitas Organisasi mampu
nya sebagai prioritas utama dan memperlakukan bawahan sebagai rekan kerj
elayani adalah suatu konsep kepemimpinan yang paling berkarisma dari segi
ah salah satu faktor yang mampu menciptakan sebuah motivasi kinerja pada
ng melayani, yang dapat mendorong atau memotivasi orang lain untuk terus d
apat bekerja. Dapat diartikan ada sebuah usaha yang dilakukan dari seorang
nya gaya kepemimpinan ini belum terlalu mendapat perhatian khusus karena
eadership masih dipakai sebagai alternatif gaya seorang pemimpin untuk men
menempatkan 'melayani orang lain ' sebagai prioritas utama. Kepemimpinan model
ini memiliki kerangka kerja sebagai berikut. Pertama, menekankan pada peningkatan
pelayanan kepada orang lain. Pemimpin memposisikan dirinya sebagai pelayan dalam
dibangun melalui pelaksanaan kekuasaan yang besar, tetapi dari keinginan untuk
membantu orang lain. Dengan demikian, fakta itu adalah kunci dalam membangun
pekerjaan. (Greenleaf, Frick, dan Spears 1996) memiliki istilah "Pekerjaan ada untuk
orang sebanyak orang yang ada untuk pekerjaan" yang dapat ditafsirkan sebagai orang
yang lebih aktif dalam lingkungan kerja maka pekerjaan tersebut juga akan
berkelanjutan. Istilah ini mengkritik teori individualis bahwa seseorang harus menjadi
dirinya sendiri tanpa harus berinteraksi dengan organisasi dan lingkungan sosial
pesatnya pertumbuhan lingkungan sosial modern, kondisi ini memberikan hasil dalam
erosi dari makna 'sosial'. Dalam perspektif Servant Leadership, dia dituntut untuk
menyediakan pelayanan sosial. Sebuah layanan murni dalam seseorang tidak berasal
keberhasilan sebuah organisasi yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi (Greenleaf,
kesempatan bagi para pengikutnya untuk berpartisipasi dan memberi lebih banyak