Makalah Pengembangan Pendidikan Multikultural Berbasis Aswaja
Makalah Pengembangan Pendidikan Multikultural Berbasis Aswaja
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap
realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai, sistem, budaya,
kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Perkembangan paham
multikulturalisme merupakan suatu konsep yang relatif paling baru dalam
ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial. Multikulturalisme
terus berkembang sesuai dengan perubahan sosial yang dihadapi oleh
umat manusia, khususnya di dalam era dunia terbuka dan era
demokratisasi kehidupan.
Sejarah pendidikan multikultural dalam pengembangannya di
Indonesia yaitu bermula pada gerakan hak-hak sipil dari berbagai
kelompok yang secara historis memang selalu terabaikan dan tertindas.
Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku,
ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa
terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Kondisi yang
demikian memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, antar ras,
etnik, agama dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Hal tersebut menjadi pertimbangan pentingnya memberikan porsi
pendidikan multikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di
Indonesia terutama agar peserta didik memiliki kepekaan dalam
menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang berakar
pada perbedaan karena suku, ras, agama dan tata nilai yang terjadi pada
lingkungan masyarakatnya. Hal ini dapat diimplementasi
baik pada substansi maupun model pembelajaran yang mengakui dan
menghormati keanekaragaman budaya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apakah yang di maksud dengan pendidikan multikultural ?
2. Apakah asas-asas dalam pendidikan multikultural?
3. Apakah pengertian aswaja (ahlu al-sunnah wa al-jama’ah)?
4. Bagaimana pengembangan pendidikan multikultural berbasis aswaja?
C. TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
pendidikan multikultural, asas-asas dalam pendidikan multikultural,
pengertian aswaja, serta pengembangan pendidikan multikultural berbasis
aswaja.
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu
pengetahuan yang terkait dengan pengertian dari pendidikan
multikultural, perkembangan pendidikan multikultural di Indonesia,
asas-asas pendidikan multikultural, serta pengembangan pendidikan
multikultural berbasis aswaja.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan kepada pihak mahasiswa mengenai
pengertian dari pendidikan multikultural, perkembangan pendidikan
multikultural di Indonesia, asas-asas pendidikan multikultural, serta
pengembangan pendidikan multikultural berbasis aswaja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disuatu komunitas, karena mereka memiliki budaya masing-masing
(Rohman & Lessy, 2017)
Keragaman budaya yang lebih sering dikaitkan dengan perbedaan
suku, ras, agama dan budaya membuat kehidupan manusia lebih
kompleks, oleh karenanya Allah Swt memberikan pondasi kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam firmanNya Surah Q.S. al-Hujuraat
(49):13.
4
Malik Al-Asy‟ari, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“sesungguhnya Allah tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian
dan tidak pula kepada nasab-nasabmu dan tidak pula kepada tubuhmu,
5
dan tidak pula kepada hartamu, akan tetapi memandang kepada hatimu.
Maka barang siapa memiliki hati yang shalih, maka Allah belas kasih
kepadanya. Kalian tiada lain adalah anak cucu Adam dan yang paling
dicintai Allah diantara kalian adalah yang paling bertakwa diantara kalian
(Mustofa, 1992).
Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa, sesungguhnya Kami
(Allah swt) menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa semua derajat
kemanusiaannya sama disisi Allah swt. Tidak ada perbedaan antara satu
golongan dengan golongan yang lain. Tidak ada perbedaan pada nilai
kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan, karena semua manusia
diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan. Allah juga menjadikan
manusia dengan bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan berkelompok-
kelompok. Semua mendapat perlakuan yang sama oleh Allah swt.
Tujuannya haya satu, yaitu “li ta‟arafu” (saling mengenal satu sama
lain secara baik). Pengantar tersebut mengantar pada kesimpulan bahwa
“sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah swt. Adalah
yang paling bertaqwa”. Dengan demikian, hal yang membedakan manusia
satu dengan yang lain bukan terletak pada sukunya, rasis
Sekaitan dengan penjelasan di atas, maka Pendidikan multikultural
merupakan suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan
masalah-masalah keadilan sosial, demokrasi dan hak asasi manusia dan
pendidikan multikultural ini yang lebih spesifik adalah tentang
keberagaman kebudayaan dan memperhatikan secara sungguh-sungguh
terhadap latar belakang peserta didik baik dari aspek keberagaman suku
(etnis), ras, agama (aliran kepercayaan) dan budaya (kultur). Pendidikan
multikultural adalah gerakan inovasi pendidikan dalam rangka
menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keberagaman
dan perbedaan, dengan kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,
saling memahami dan menghargai persamaan, serta perbedaan dan
keunikan agama-agama.
6
Pendidikan multikultural memiliki 3 makna yaitu sebagai ide,
gerakan reformasi pendidikan, proses.
a. Pendidikan multikultural sebagai ide
Pendidikan multikultural sebagai ide adalah suatu filsafat yang
menekankan legitimasi, vitalitas dan pentingnya keragaman kelas
sosial, etnis dan ras, gender, anak yang berkebutuhan khusus, agama,
bahasa, dan usia dalam membentuk kehidupan individu, kelompok,
dan bangsa. Sizemore menyatakan bahwa pendidikan multikultural
sebagai sebuah ide ini mengenalkan pengetahuan tentang berbagai
kelompok dan organisasi yang menentang penindasan dan eksploitasi
dengan mempelajari hasil karya dan ide yang mendasari karyanya
(Sizemore, 1981).
Parekh menyatakan bahwa implikasinya terhadap
pengembangan Pendidikan multikultural adalah pemasukan bahan
ajar yang berisi ide dari berbagai kelompok budaya. Diperlukan
adanya pendidikan yang leluasa untuk mengeksplorasi perspektif dan
budaya orang lain. Dengan mengekplorasi itu akan diperoleh inspirasi
sehingga membuat anak menjadi sensitif terhadap pluralitas cara
hidup, cara yang berbeda dalam menganalisa pengalaman dan ide,
dan cara melihat berbagai temuan sejarah yang ada di seluruh dunia
(Parekh, 1986: 26-27). Pendidikan memang mengajarkan nilai-nilai
budayanya sendiri namun selain itu juga perspektif dan budaya orang
lain di wilayah lain di seluruh dunia. Ini dapat membuat siswa “melek
budaya” (cultural literacy) yang mampu melihat berbagai sudut
pandang budaya yang pernah hidup di berbagai belahan dunia.
b. Pendidikan multikultural sebagai gerakan reformasi pendidikan
Pendidikan Multikultural dapat dipandang sebagai suatu
gerakan reformasi yang mengubah semua komponen kegiatan
pendidikan. Komponen itu mencakup:
1. Nilai-nilai yang mendasari, artinya nilai-nilai yang bersifat
pluralisme harus mendasari seluruh komponen pendidikan.
7
Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat yang
mendasarinya.
2. Aturan prosedural, artinya aturan prosedural yang berlaku harus
berpijak dan berpihak pada semua kelompok yang beragam itu.
3. Kurikulum, artinya keragaman budaya menjadi dasar dalam
mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan,
bahan, proses, dan evaluasi. Jadi dibutuhkan penyusunan
kurikulum baru yang di dalamnya mencerminkan nilai-nilai
multikultural. Kurikulum berperan sebagai media dalam
mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
4. Bahan ajar, artinya materi multikultural itu harus tercermin dalam
materi pelajaran, pada semua bidang studi. Multikultural bukan
hanya diajarkan satu bidang studi melainkan lebih merupakan
materi pelajaran yang bisa disisipkan pada semua bidang studi.
5. Struktur organisasi, artinya struktur organisasi sekolah itu perlu
mencerminkan kondisi riil yang pluralistik. Budaya di lingkungan
unit pendidikan yang pluralistik adalah sumber belajar dan objek
studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar siswa
6. Pola kebijakan artinya pola kebijakan yang diambil oleh pembuat
keputusan itu merefleksikan pluralisme budaya.
c. Pendidikan multikultural sebagai proses
Menurut Banks & Banks pendidikan multikultural bermaksud
untuk mengubah struktur lembaga pendidikan sehingga semua siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan
akademis. Pendidikan Multikultural merupakan suatu proses yang
terus menerus yang membutuhkan investasi waktu jangka panjang di
samping aksi yang terencana dan dimonitor secara hati-hati (Banks &
Banks, 1993). Selain di lembaga pendidikan, siswa dapat pula
mengalami proses pembelajaran yang diperoleh lewat perilaku yang
terencana dan sistematis. Siswa dapat memperoleh pembelajaran
lewat penyadaran dan penghormatan terhadap orang cacat dengan
memberi jalur khusus di stasiun, terminal ataupun bandara.
8
B. Asas-Asas Dalam Pendidikan Multikultural
James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultural
menekankan pentingnya mengajari mahasiswa “bagaimana cara mereka
berpikir”, bukan sekedar “apa yang mereka pikirkan. Mahasiswa harus
diajari untuk berpikir dalam memahami semua tipe pengetahuan. Menurut
Banks, mahasiswa harus diinstruksikan agar mereka hidup dalam
kemampuan untuk mencipta, memiliki kreasi melalui interpretasi tidak saja
tentang sejarah masa lalu, melainkan yang lebih penting adalah
bagaimana sejarah itu terjadi. Setiap negara memiliki sejarah yang
berbeda dalam “proses menjadi” sebuah bangsa. Begitu juga dengan
Indonesia, ada beberapa asas yang menjadi ciri khas Pendidikan
Multikultural Indonesia mengingat akan situasi dan kondisi bangsa
Indonesia yang telah ditempa sejarah penjajahan yang panjang. Asas-
asas itu antara lain :
1. Asas wawasan nasional/kebangsaan (persatuan dalam perbedaan).
Asas ini menekankan pada konsep kenasionalan/kebangsaan. Asas
yang didasarkan kepemilikan bersama (sense of belonging) yang
menjadi ciri budaya bangsa. Pancasila yang menjadi kepribadian
bangsa merupakan kristalisasi nilai budaya bangsa yang menjadi ciri
unik Indonesia yang berbeda dengan bangsa lain. Batik, wayang,
musik keroncong, pencak silat, kesenian suku Asmat yang dikenal dan
diterima di segenap wilayah negara ini sudah menjadi ikon nasional
dan ikon bangsa. Dengan menyebut satu budaya itu dunia mengetahui
bahwa itu adalah ciri khas budaya bangsa Indonesia.
2. Asas Bhineka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan). Konsep ini
menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah
negara kita. Keragaman dalam jenis tarian, pakaian, makanan, bentuk
rumah dan sebagainya menjadikan Indonesia dikenal memiliki
kekayaan budaya yang menjadi mosaik budaya.
3. Asas kesederajatan. Indonesia yang menghormati asas ini. Semua
budaya dipandang sederajat, diakui dan dikembangkan dalam
kesetaraan. Tidak ada dominasi yang memaksakan ke kelompok kecil.
9
Kalau kebetulan budaya Jawa lebih dikenal itu karena persoalan
jumlah penduduk yang menduduki wilayah Jawa yang padat bukan
dominasi budaya sebagaimana halnya orang barat menganggap
warga kulit putih (White) yang lebih tinggi daripada kelompok kulit
berwarna (colour).
4. Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan
selaras dengan perkembangan masing-masing, diserasikan dengan
kondisi riil masing-masing dan seimbang di seluruh wilayah dan
seluruh bangsa Indonesia.
11
Artinya : “bahwasanya Bani Israil telah berfirqah. Firqah sebanyak 72
millah (firqah) dan akan berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah.
Semuanya masuk neraka kecuali satu, sahabat-sahabat yang mendengar
ucapan ini bertanya : “Siapakah yang satu itu ya Rasulallah ?” Nabi
menjawab : “Yang satu itu ialah orang yang berpegang (beri’tiqad)
senbagai peganganku (istiqadku) dan pegangan sahabat-
sahabatku” (hadits ini diriwayatkan oleh Imam Turmudzi)
12
segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah SAW., baik berupa ucapan,
tindakan, maupun ketetapan.
Sedangkan Al-Jamaah bermakna sesuatu yang telah disepakati
komunitas sahabat Nabi pada masa Rasulullah SAW. dan pada era
pemerintahan Khulafah Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali).
Dengan demikian Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas
orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad
SAW. dan jalan para sahabat beliau, baik dilihat dari aspek akidah,
agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati. Jama’ah mengandung
beberapa pengertian, yaitu: kaum ulama atau kelompok intelektual;
golongan yang terkumpul dalam suatu pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang amir; golongan yang di dalamnya terkumpul orang-orang yang
memiliki integritas moral atau akhlak, ketaatan dan keimanan yang kuat;
golongan mayoritas kaum muslimin; dan sekelompok sahabat Nabi
Muhammad SAW.
13
D. Pengembangan Pendidikan Multikultural Berbasis Aswaja
Bentuk pengembangan Pendidikan Multikultural di setiap negara
dapat berbeda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masing-
masing negara. Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia
dapat berbentuk:
1. Penambahan materi multikultural yang dalam aktualisasinya berupa
pemberian materi tentang berbagai budaya yang ada di tanah air dan
budaya berbagai belahan dunia. Pesan multikultural bisa dititipkan
pada semua bidang studi atau mata pelajaran yang memungkinkan
untuk itu. Semua bidang studi bisa bermuatan multikultural. Namun
disadari bahwa ada mata pelajaran yang lebih mungkin dibandingkan
yang lain untuk mengajarkan Pendidikan Multikultural. Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial lebih mungkin mengajarkan multikultural
dibandingkan dengan matematika.
2. Berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Sekarang sudah ada perintisan yang dilakukan dalam bentuk satu
mata pelajaran atau bidang studi yang berdiri sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan
reformasi dan proses tidak dilakukan sambil lalu dan seingatnya
namun benar-benar direncanakan secara sistematis. Tiga hal di atas
tidak akan dapat dicapai bila hanya dicantumkan sebagai satu pokok
bahasan atau sub pokok bahasan dalam satu bidang studi.
3. Berbentuk program dan praktek terencana dari lembaga pendidikan.
Pendidikan Multikultural berkaitan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
aspirasi dari kelompok yang berbeda. Konsekuensinya, Pendidikan
Multikultural tidak dapat diidentifikasi sebagai praktek aktual satu
bidang studi atau program pendidikan saja. Lebih dari itu, pendidik
yang mempraktekkan makna Pendidikan Multikultural akan
menggambarkan berbagai program dan praktek yang berkaitan
dengan persamaan pendidikan, perempuan, kelompok etnis, minoritas
bahasa, kelompok berpenghasilan rendah, dan orang-orang yang tidak
mampu.
14
4. Reformasi kurikulum. Pada wilayah kerja sekolah, reformasi kurikulum
pendidikan multikultural berarti suatu kurikulum yang berhubungan
dengan pengalaman kelompok etnis, suatu program yang mencakup
pengalaman multikultural, dan total school reform yaitu upaya yang
didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan bagi kelompok
budaya, etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif.
5. Gerakan persamaan. Gerakan persamaan sebagai kegiatan nyata.
Misalnya di Kabupaten Nabire, Papua ada sebuah kampung yang
mencerminkan gerakan kebhinekaan yang bernama Kampung
Bhineka Tunggal Ika. Penduduk Kampung Bhineka Tunggal Ika ini
terdiri dari orang Papua, Timor, Jawa dan Bugis. Mereka yang tinggal
di sana mendapat tanah seluas 2 hektar tiap kepala keluarga untuk
ditanami dengan tanaman coklat dan tanaman produktif lainnya.
Mereka hanya boleh menggarap tanah itu dan tidak boleh menjualnya.
Mereka harus menunjukkan kemampuan bertani yang baik lebih
dahulu sebelum diterima menjadi warga Kampung Bhineka Tunggal
Ika. Ada kesadaran akan keberagaman budaya yang menghilangkan
sekat-sekat agama dan adat. Mereka saling mengunjungi saat orang
dari agama lain merayakan hari besarnya. Mereka harus menghormati
hukum nasional dan hukum adat setempat. Sebagai sebuah gerakan,
maka Pendidikan Multikultural perlu dimasyarakatkan dalam karya
nyata.
6. Proses. Sebagai proses, maka tujuan Pendidikan Multikultural yang
berasal dari keadilan sosial, persamaan, demokrasi, toleransi dan
penghormatan hak asasi manusia tidak mudah tercapai. Perlu proses
panjang dan berkelanjutan. Perlu ada pembudayaan di segenap sektor
kehidupan.
15
Hal di atas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita
rasakan sekarang, dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya
barat, misalnya, berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan
bebas dan lain-lain. Hal itu membuktikan bahwasanya nilai agama dan
nilai moral generasi penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi,
permasalahan tersebut adalah bagaimana jika para orang tua lemah
dalam nilai-nilai agama dan moralitas. Sehingga tak ada contoh bagi
pemuda bangsa untuk memperbaiki moral?
Pendidikan Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan di
atas. Pendidikan aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan
aswaja tidak hanya ditujukan ke lembaga pendidikan saja namun juga
ditujukan kepada masyarakat luas, hal ini dapat memperkuat aspek
agama maupun moralitas masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin
yang di isi oleh ulama’, hal itu sangat baik untuk meningkatkan nilai-nilai
agama dalam masyarakat.
Hal lain yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah: pendidikan
yang lebih dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat
disebut pondok pesantren. Hal itu dapat membantu kita selaku orang tua
supaya anak cucu kita dapat mengenal nilai-nilai agama dan moral.
Pendidikan Aswaja baik di tingkat dasar maupun menengah
bertujuan untuk memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai paham
Aswaja secara keseluruhan kepada peserta didik, sehingga nantinya akan
menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keyakinan, ketakwaan
kepada Allah Swt., serta berakhlak mulia dalam kehidupan individual
maupun kolektif, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam Ahlussunnah
Waljama’ah yang dicontohkan oleh jama’ah, mulai dari sahabat, tabi’in,
tabi’it dan para ulama dari generasi ke generasi.
Tujuan aswaja sebenarnya adalah mengarahkan kepada
pembentukkan generasi baru (generasi yang beriman dan berpegang
teguh kepada ajaran-ajaran Islam yang benar) yang mengikuti sunah
Nabi Muhammad SAW, dimana generasi baru itu bekerja untuk
memformat umat ini dengan format Islam dalam semua aspek kehidupan.
16
Oleh karena itu, sarana yang digunakan untuk mewujudkan tujuan
tersebut terbatas pada perubahan terbatas pada perubahan tradisi pada
umumnya dan pembinaan para pendukung dakwah agar komitmen
dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga mereka menjadi teladan bagi orang
lain dalam berpegang teguh kepada-Nya, memelihara dan tunduk kepada
hukum-hukum-Nya.
Serta agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa
berada dalam jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh
Allah Subhanahu Wata’ala. Inilah yang akan mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pengabdian kepada Allah Ta’ala merupakan esensi dari tujuan
pendidikan akhlak. Dan termasuk pengabdian kepada Allah Ta’ala adalah
berakhlaq mulia. Akhlaq seseorang akan dianggap mulia jika
perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an.
Dan assunah juga yang termasuk dalam tujuan pendidikan akhlaq adalah
mencetak pribadi yang berkarakter Islami yang menjalankan syari’at Islam
sesuai dengan sunnah Rosulullah Shoalllohu ‘alaihi Wasalam.
Pendidikan akhlaq dalam Islam berbeda dengan pendidikan-
pendidikan moral lainnya karena pendidikan akhlaq dalam Islam lebih
menitikberatkan pada hari esok. Dari sini tampak bahwa pendidikan
akhlaq dalam Islam lebih mengedepankan aspek pembentukan akhlaq.
Pengembangan pendidikan multikultural berbasis aswaja di
Indonesia sangat penting untuk dikembangkan agar rasa kekeluargaan
dan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan etnis, agama, ras, suku,
bahasa, dan budaya dapat ditumbuhkan dengan basis pengetahuan ahlus
sunnah wal jamaah. Setiap perkembangan pendidikan multikultural di
Indonesia ini tentunya dapat membawa perubahan pada masyarakat dan
membangun masyarakat yang lebih mengerti akan pentingnya
mengamalkan semboyan negara republik Indonesia yakni bhineka tunggal
ika biar berbeda tetap satu jua yang dibingkai dalam pengetahuan
keilmuan aswaja. Dengan adanya pembelajaran tentang pendidikan
multikultural berbasis aswaja dapat membawa perubahan yang lebih baik
17
kedepannya, menjadikan bangsa indonesia yang berwawasan ilmu
pengetahuan dalam sendi kehidupan multikultural.
Hal ini dapat memberi motivasi terhadap individu agar tidak
lunturnya budaya yang sangat multikultur di Indonesia dan tidak
terpengaruh oleh budaya asing yang dapat menghilang jati diri
kebudayaan sendiri. Kita tetap menghargai budaya asing tanpa
menghilangkan rasa memiliki kebudayaan sendiri, sehingga kita sebagai
warga nagara indonesia yang baik yang cinta tanah air mampu
memberikan hal-hal baru untuk masa depan indonesia yang lebih baik
kedepan nya.
Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan sikap
dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewaskan diri melalui pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan
cara-cara yang mendidik. Multikultural yang berarti kebudayaan,
kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalnya adalah multi yng berarti
banyak, ragam, aneka, dengan demikian multikultural berarti keragaman
budaya, jadi, kita sebagai warga negara indonesia yang multikultur ini
harus saling menghargai dan memelihara kesopanan dalam proses
pengembangan potensi manusia yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan
aliran agama.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan
pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap
kebijakan disentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu dilaksanakan
dengan tidak berhati-hati justru akan menjerumuskan kita kedalam
perpecahan nasional. Pendidikan dalam suatu gerakan reformasi dapat
mengubah semua komponen kegiatan pendidikan. Pendidikan dimasa
reformasi sekarang ini tentu sangat membantu generasi penerus bangsa
yang cerdas dalam membangun ilmu yang positif diberikan kepada
mereka untuk dikembangkan lagi untuk kepentingan negara Indonesia
sendiri, pendidikan multikultural ini mengarahkan setiap orang untuk
saling horma-menghoramati dan toleransi terhap perbedaan yang ada
karena pendidikan multikultural di Indonesia sangat berkurangnya kulitas
maupun kuantitas masyarakat yang cenderung menggunakan nilai-nilai
dan moral yang dijadikan bangsa indonesia sebagai rasa kekeluargaan.
Masyarakat harus menanamkan sikap-sikap positif sosial terhadap
sesama maupun seksama terhadap bangsa dan tidak melupakan
ideologi-ideologi bangsa sendiri dan tidak menjadi lunturnya jati diri
bangsa, oleh karena itu dengan adanya pendidikan multikultural di
Indonesia dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap seksama.
Melalui hal ini warga negara indonesia akan dapat tumbuh kepribadian
sikap atau karakter yang berkulits dalam mengembangkan rasa
nasionalisme tertama dalam mempelajari pendidikan multikultural.
B. Saran
Pendidikan multikultural tidak hanya dipelajari di kalangan
mahasiswa saja tetapi semua kalangan masyarakat secara umum wajib
mempelajari dan memahami konsep-konsep pendidikan multikultural yang
ada di Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.14421/jpi.2017.61.1-24
Miftahudin. 2015. Peran aswaja dalam melestarikan nilai-nilai pendidikan.
http://miftahudinaic.blogspot.com/2015/06/peran-aswaja-dalam-
melestarikan-nilai.html, diakses 11 Januari 2019; 19:00 wita
20
KATA PENGANTAR
Penyayang, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
makalah ini.
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
Penyusun
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................. 2
A. Kesimpulan ........................................................................ 8
B. Saran .................................................................................. 8
ii