Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Parameter Volume 29 No.

1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

KABA: CERITA KLASIK YANG MENGANDUNG KEKELIRUAN


DENGAN TOLOK UKUR ABS-SBK

Musril Zahari
STIE Inondesia Jakarta
Email: zmusril@gmail.com

Abstract

This study discusses kaba, the oral classic story in Minangkabau society that has been written as the book.
The kaba is usually told by the story tellers accompanied by his music instruments. Many kabas exist in
the Minangkabau community, but in this study I only discuss two kabas (1) Magek Manandin (2) Anggun
Nan Tongga. Based on both kabas, I found that the gambling forbidden by Islam as if allowable. Within
Anggun Nan Tongga, there are many discourses which are syirik (do worship other than Allah) that is
slammed by Islam. These discourses should have not existed because they oppose to the philosophy of life
in Minangkabau: custom/tradition founded upon Islamic law, Islamic law is founded upon the Qur'an,
Islamic law dictates customs/traditions. This philosophy as the agreement among Minangkabau people is
forbidden to change forever. Unfortunately, in these two kabas, the discourses about the gambling and
kesyirikan are regarded as if the truth even though so many verses in the Alquran explain about these
deviations.

Keywords: kaba, classic story, Minangkabau, and Syirik

Abstrak

Penelitian ini mendiskusikan tentang kaba, cerita turun temurun suku Minangkabau dituliskan ke dalam
sebuah buku. Kaba biasanya diceritakan oleh seseorang dengan iringan musik. Banyak Kabas terdapat
dalam suku Minangkabau. Tapi dalam penelitian ini hanya mendiskusikan dua Abas (1) Magek Manandin,
(2) Anggun Nan Tongga. Berasal dari kedua kaba tersebut, saya menemukan larangan judi oleh Islam
yang seolah-seolah diizinkan. Dalam Anggun Nan Tongga, terdapat banyak ceramah yang mana sirik
(menyembah sesuatu selain Allah) adalah menghancurkan islam. Ceramah ini tidak seharusnya ada karena
mereka menentang filosofi kehidupan suku Minangkabau: baju/ tradisi yang ditemukan berdasarkan
hukum islam, hukum islam ditemukan berdasarkan AlQur’an. Hukum islam diktat tradisi. Filosofi ini
sebagai persetujuan orang-orang Minangkabau yang melarang perubahan selamanya. Sayangnya, dalam
dua Kaba ini, ceramah tentang perjudian dan kesyirikan dianggap seolah-olah suatu kebenaran. Walaupun,
banyak versi Alqur’an yang menjambarkan tentang penyimpangan ini.

Kata Kunci: kaba, adat, Minangkabau, dan syirik

1. PENDAHULUAN berlaku ketika membaca cerita klasik/kaba.


Menikmati kaba, cerita, dan apapun Kita, umpamanya, tidak perlu heran apabila
namanya sepanjang sesuai dengan selera memperhatikan seseorang yang sedang
sungguh sangat mengasyikkan serta membaca buku cerita silat Cina yang ditulis
membuat pembaca terbuai sehingga mereka Asmaraman Kho Ping Hoo, tidak putus-
rela menghabiskan waktu berlama-lama putus dan tidak bosan-bosannya mempelototi
untuk membaca cerita tersebut. Orang yang buku tersebut dari pagi hingga sore dengan
berbeda asal usulnya biasanya mempunyai berpuluh-puluh jilid dalam satu judul.
selera yang berbeda pula dalam menikmati Dalam memilih bahan bacaan
sebuah buku cerita. Begitu juga, perbedaan diperlukan (cerita) kehati-hatian dan skemata
umur dapat pula mempengaruhi prioritas yang memadai sehingga kebutuhan dapat
orang dalam memilih dan memilah bahan terpenuhi karena pilihan yang dilakukan
bacaannya. Kondisi seperti ini tidak hanya sesuai dengan kondisi. Betul, kaba seringkali
46
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

membuai dan menyenangkan pembacanya, yang sudah dibukukan, tetapi dalam tulisan
tetapi kehati-hatian itu sangat diperlukan ini hanya akan ditelaah dua buku saja yaitu
karena ternyata tidak semua muatan kaba (1) Magek Manandin, yang terdiri dari 109
menggunakan filter yang telah disepakati halaman dan ditulis oleh Sutan Pangaduan
oleh masyarakat di mana kaba itu tercipta. serta dialih bahasakan dari tulisan Arab
Kaba yang berterima seharusnya Melayu oleh H. Adniel Moeis St. Rajo
berpedoman pada landasan hidup/ filosofi Bandaro (2) Anggun Nan Tongga, yang
masyarakatnya sebagai tolok ukur yang terdiri dari 182 halaman dan dikarang oleh
sudah disepakati bersama. Hal ini harus Ambas Mahkota.
dikatakan demikian karena tidak jarang
orang mengukur/menilai kehidupan suatu A. Kaba dan Carito Kaba
masyarakat dari karya anggotanya. Sastra Di Minangkabau, sastra lisan yang
lisan atau kaba yang telah dibukukan pada disebut kaba pada zaman sekarang telah
zaman sekarang di Ranah Minang, ditulis dalam bentuk buku. Kaba merupakan
umpamanya, dapat saja dikatakan sebagai karya anak manusia yang memberikan
gambaran tentang masyarakat Minangkabau gambaran kepada kita tentang masyarakat
pada masanya walaupun penggambaran itu pada masanya walaupun penggambaran
tidaklah utuh. tersebut tidak selalu sesuai dengan
Sebetulnya, muatan kaba seharusnya kenyataannya. Meskipun Nan Putiah
dimaksudkan memberi pembelajaran kepada (2007:86) mengemukakan bahwa
pembacanya. Namun, kenyataan yang ada kesusasteraan di Minangkabau bertitik tolak
masih ada muatan kaba itu yang harus pada kehalusan budi, tenggang rasa, dan
dianggap sebagai sesuatu tidak ada atau saling hormat menghormati, tetapi kaba
hanya suatu khayalan belaka karena dapat sebagai karya sastra yang memperlihatkan
menyesatkan masyarakat pembacanya sifat-sifat kemanusiannya tetap memiliki sisi
apabila pembaca tidak memiliki wawasan baik/positif dan sisi buruk/negatif, tetapi
dan pemahaman yang memadai pada pengarang berusaha untuk memperlihatkan
keyakinan yang dianutnya (agama Islam). muatan sikap terpuji, kehalusan budi, dan
Hal itu adalah realitas yang harus disadari penghormatan kepada martabat kemanusiaan
karena banyak juga muatan kaba itu yang serta selalu memenangkan kebaikan dalam
tidak bersesuaian dengan syarak (Alquran setiap konflik yang ada. Kekhasan seperti ini
dan Hadits). Apabila pembaca menganggap ada dan dijaga dalam kedua kaba yang
bahwa kekeliruan yang disampaikan dalam dibahas dalam tulisan ini.
cerita itu sebagai suatu kebenaran atau ajaran Sebuah karya sastra yang berbentuk
di Minangkabau akan membawa dampak kaba dapat berupa riwayat rekaan atau cerita,
yang sangat tidak diharapkan. Secara baik berdasarkan fakta maupun bukan,
sederhana dapat dikatakan bahwa banyak isi biasanya disampaikan, ditulis, dan
kaba itu bertentangan dengan filosofi Adat disebarkan kepada khalayak dengan maksud
basandi syarak, syarak basandi kitabullah antara lain agar dapat memberi
(ABS-SBK), syarak mangato adat mamakai, pembelajaran. Dengan demikian, kaba
alam takambang jadi guru. Filosofi ini oleh seharusnya berisikan wawasan kebaikan
Gebu Minang (2011:65) disebut dengan jati untuk kehidupan dengan harapan agar
diri dan identitas kultural Minangkabau. pembacanya tidak terlanjur melakukan
Berkaitan dengan hal-hal di atas, pekerjaan yang salah atau tidak sesuai
tulisan ini berusaha mengemukakan dengan norma-norma serta aturan yang
sejumlah ungkapan, perilaku, dan praktik berlaku dalam masyarakat. Begitu juga,
yang ditemui dalam kaba atau cerita klasik seorang pengarang harus berhati-hati dalam
Minangkabau yang berpotensi menyesatkan menyampaikan imaginasi atau rangkaian
manusia dalam menjalani kehidupannya peristiwa yang dibentuk menjadi sebuah
sebagai umat Islam. Memang, banyak kaba kaba. Ketidakhati-hatian tidak jarang
47
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

menimbulkan sanggahan karena tanpa di sini merujuk kepada sejenis sastra


disadari dapat menyimpang dari norm-norma tradisional lisan Minangkabau yang
yang lazim. Oleh karena itu, diperlukan raso diceritakan oleh tukang kaba atau sijobang.
dan pareso (rasa dan periksa) dalam setiap Penyampaian kaba ini diiringi oleh saluang,
penulisan kaba atau peristiwa yang diubah rabab, atau alat musik lainnya. Kaba itu
menjadi kaba. dipentaskan dengan seni pertunjukkan yang
Ketidakcermatan pengarang sebuah disebut dengan randai yang zaman dulu para
kaba karena kurangnya raso dan pareso (rasa pemainnya hanya terdiri dari laki-laki. Jadi,
dan periksa) ini juga dapat berdampak jelek kaba manurut Junus adalah cerita lisan yang
pada pembacanya. Tidak tertutup disampai dalam bentuk pertunjukan
kemungkin-an bahwa pengarang tidak kesenian. Namun, sekarang kaba itu telah
menyadari apa yang ditulisnya. Hal ini tidak ditulis dalam bentuk buku antara lain dua
mengherankan sebab Bahar (2011:164) buku yang akan dibicarakan dalam tulisan
menulis bahwa sebagian orang Minangkabau ini.
ada yang menganggap bahwa kepercayaan Kaba menurut Navis (1984:243),
terhadap Islam merupakan bagian dari suatu merupakan cerita dan produk khas dari
sistem kepercayaan sehingga Islam dengan Minangkabau. Dalam bahasa Sanskerta kaba
segala ajarannya adalah subsistem dari suatu berarti senda gurau dan dalam kehidupan
sistem keperca-yaan. Mereka masih percaya orang Minangkabau sering kata kaba
kepada dunia gaib, roh, kekuatan sakti/gaib, didahului oleh kata carito sehingga menjadi
kepercayaan mengenai penyakit dan carito kaba dan dalam bahasa Indonesia
kematian. Apa yang disampaikan Bahar ini adalah kabar berita. Istilah kaba carito akan
mungkin ada dan masih dipraktikkan, tetapi memiliki makna cerita pelipur lara atau cerita
hal itu adalah penyimpangan dari filosofi senda gurau. Namun, dalam
kehidupan orang Minangkabau. perkembangannya kaba seolah-seolah
Kaba dalam dalam bahasa sesuatu yang memang benar-benar terjadi
Minangkabau memiliki padanan kabar yang semula berkembang dan diwariskan
dalam bahasa Indonesia dan akhbar dalam dari mulut ke mulut saja dari satu generasi ke
bahasa Arab. Kata lain untuk kaba dalam generasi berikutnya. Setelah percetakan
bahasa Minangkabau adalah carito=cerita. huruf Arab masuk ke Indonesia, kaba itu
Namun, kabar itu dapat mengandung sebagian dibukukan sehingga dapat dibaca
kebenaran dan tidak tertutup kemungkinan oleh orang banyak. Sekarang, kaba dicetak
mengandung kebohongan. Oleh karena itu, dalam abjad latin karena abjad tersebut telah
pada saat memulai sebuah cerita tukang dipakai secara nasional.
rebab (pemain rebab) yaitu orang yang Mungkin muncul pertanyaan pada
bercerita dengan diiringi oleh rebab biasanya diri kita, apakah kaba itu dapat berbeda dari
menyampaikan ungkap-an, “Dari langit satu cetakan ke cetakan berikut? Jelas, tidak
tabarito, tibo di bumi jadi kaba, dikambang tertutup kemungkinan tersebut sebab kaba
saleba alam, dibalun sagadang kuku, kaba itu adalah warisan orang-orang terdahulu
urang aden kabakan, kok salah aden indak dalam bentuk lisan, sekarang diceritakan
namuah mananggung dosonyo” (Dari langit kembali oleh orang-orang yang berbeda
terberita, tiba di bumi jadi kabar, dikembang dalam bentuk tulisan. Latar belakang
akan seluas alam, disingkat akan sebesar pendidikan dan asal usul keluarga penulis
kuku, cerita orang yang saya ceritakan, kalau yang menuangkannya dalam bentuk tulisan
salah saya tidak bersedia menanggung itu mungkin akan dapat mempengaruhi
dosanya). bahasa dan alur cerita kaba tersebut.
Selain itu, Junus (1984:17) Berkaitan dengan kaba ini Esten
mengemukakan bahwa kata kaba sama (1993: 32-35) menguraikan bahwa kaba
dengan kabar yang berarti berita, tetapi kaba sebagai sastra tradisional Minangkabau

48
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

didendangkan dengan diiringi dengan alat mengatakan bahwa sebagian dari kaba itu
musik rebab, adok, saluang, atau kecapi. adalah legenda dan sebagian lagi hanya
Kaba yang diringi alat musik gesek karya rekaan yang dihubung-hubungkan
dibawakan oleh satu orang, tetapi kaba yang dengan sejarah untuk mengagung-agungkan
diikuti dengan alat tiup dibawakan oleh asul-usul keturunan kelompok orang-orang
tukang kaba dan peniup alat musik. tertentu yang sulit dipertanggungjawabkan
Pertunjukan kaba biasanya berlangsung kebenarannya. Mungkin saja rekaan itu
semalam suntuk. Ada dua faktor yang dapat tentang seseorang, kelompok orang atau
menentukan kehadiran khalayak pada sesuatu dari daerah tertentu dengan
pertunjukan kaba: pertama, cara penyajian sanjungan yang disampaikan dalam cerita itu
(presentasi) tukang kaba yang dilihat dari kadang-kadang berlebih-lebihan.
kemerduan suara, penguasaan lagu Apabila dicermati dengan baik, kita
tradisional yang disesuaikan dengan jalannya dapat mengatakan bahwa isi kaba yang
cerita, kemampuan memberi komentar, dan dipaparkan bertujuan mengajak pembaca
keahlian dalam menyelipkan selingan untuk untuk menyetujui apa yang disampaikan oleh
menghidupkan suasa/humor. penulis atau menolaknya. Dengan tujuan
Kedua, faktor kaba yaitu sejauhmana demikian, penulis berusaha memaparkan
kaba yang dibawakan dikuasai oleh tukang tulisannya dengan berbagai dalil penguat
kaba itu sendiri sebab kaba yang dimainkan sehingga orang dapat diyakinkannya
biasa sudah diketahui dengan baik oleh orang walaupun kadang-kadang esensi yang
yang hadir dalam pertunjukan itu. Namun, disampaikannya itu bertolak belakang
faktor yang dominan dalam pertunjukan dengan norma adat dan agama yang dianut
kaba adalah kemampuan tukang kaba itu oleh masyarakat di mana kaba itu
sendiri. digambarkan terjadi. Ali (1994:18) ketika
Pada masa anak muda laki-laki membicarakan peristiwa-peristiwa adat
Minangkabau tidur di surau, kaba merupakan dalam karya sastra karangan Marah Rusli
cerita pengantar tidur yang dituturkan oleh yang berjudul Siti Nurbaya, mengemukakan
generasi lebih tua yang disampaikan seperti bahwa ada dua maksud penyuguhan
menyampaikan sebuah hikayat dan sering peristiwa adat dalam suatu karya sastra yaitu
diikuti nasehat-nasehat tentang kehidupan. “menyetujui atau menganjurkan supaya
Tentu saja, cerita yang disampaikan secara menyetujui apa-apa yang dituntut oleh adat
lisan ini belum tentu akan sama antara itu atau sebaliknya”.
seorang tukang cerita dengan tukang cerita
lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh 2. METODOLOGI PENELITIAN
cerita yang diterima dari generasi Penelitian ini berusaha
sebelumnya ada bagian-bagian yang terlupa mengemukakan sejumlah ungkapan,
atau juga karena dipengaruhi oleh perilaku, dan praktik yang ditemui dalam
lingkungan masyarakat dan jarak yang kaba atau cerita klasik Minangkabau yang
berjauhan. Pada tahun 50-an di kota-kota di berpotensi menyesatkan manusia dalam
Sumatra Barat masih banyak ditemui tukang menjalani kehidupannya sebagai umat
kaba/cerita yang dengan lihainya Islam. Penelitian ini mendiskusikan tentang
mendemontrasikan kepintarannya dalam kaba, cerita turun temurun suku Minangkabau
bakaba (St. Bandaro Putiah, 2011:20 – 21). dituliskan ke dalam sebuah buku. Kaba biasanya
Apakah kaba itu berbeda dari diceritakan oleh seseorang dengan iringan
legenda? Dalam Kamus Besar Bahasa musik. Banyak Kabas terdapat dalam suku
Minangkabau. Tapi dalam penelitian ini hanya
Indonesia (KBBI) cetakan ketiga, legenda
mendiskusikan dua Abas (1) Magek Manandin,
dikatakan sebagai cerita rakyat pada zaman (2) Anggun Nan Tongga.
dulu yang ada hubungannya dengan
peristiwa sejarah. Melihat pada makna yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan oleh KBBI ini mungkin kita dapat
49
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

A. Beberapa Kekeliruan yang dapat diambil dari kaba ini,


Seperti yang telah dikemukakan di yang berhubungan dengan sifat
atas, banyak buku cerita atau kaba yang luhur kemanusia dalam
beredar di pasaran. Namun, cerita memperjuangkan hak dan
klasik/kaba yang ditelaah dalam tulisan ini martabat manusia.
hanya dua buku saja yaitu (1) Magek Semoga bermanfaat.
Manandin, yang terdiri dari 109 halaman dan
ditulis oleh Sutan Pangaduan serta dialih B. Magek Manandin
bahasakan dari tulisan Arab Melayu oleh H. Informasi awal di atas
Adniel Moeis St. Rajo Bandaro, (2) Anggun memperlihatkan bahwa ada satu hal yang
Nan Tongga, yang terdiri dari 182 halaman sangat penting dipahami yaitu kaba semula
dan dikarang oleh Ambas Mahkota. Kedua disampaikan secara lisan oleh seorang
cerita ini disebut dengan kaba atau cerita ‘tukang kaba’. Hal ini mempunyai makna
klasik Minangkabau. Belum ada bukti yang bahwa kaba yang ditulis dengan judul yang
memperlihatkan bahwa kedua kaba ini dibicarakan ini tidak dapat dijamin bahwa
ditulis berdasarkan peristiwa yang benar- isinya sama dengan judul yang sama pada
benar terjadi di Minangkabau. Sebetulnya masa-masa yang lalu. Saya, umpamanya,
banyak kejanggalan yang diungkapkan tidak menemukan pantun dalam kaba Magek
dalam kedua kaba tersebut, tetapi dalam Manandin seperti yang dikutip oleh
kajian ini hanya akan dibahas beberapa Djamaris (1994:282) yang berbunyi:
ungkapan negatif yang menyalahi aturan Kuda melompat batu belah
Adat basandi syarak, syarak basandi dekat lurah pendakian
kitabullah, syarak mangato adat mamakai, Usah diduakan kehendak Allah
alam takambang jadi guru. Di samping itu, nasib telah sudah ditentukan
dibahas juga ungkapan-ungkapan positif
yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran Si Naro Sutan Saidi
bagi pembaca kedua kaba tersebut. anak orang darat Banuhampu
Sebagai informasi awal tentang berumah di Ujung Tanjung
kedua kaba ini, penerbit menulis kata Tidak guna disesali lagi
pengantar yang sama, terdiri dari lima suratan sudah dahulunya
kalimat dalam tiga paragraf, sebagai berikut: sejak di rahim ibu kandung
Kaba klasik Minangkabau Kaba ini sebetulnya bercerita tentang
merupakan suatu karya sastra seorang pemuda ganteng yang bernama
yang sudah dikenal sejak lama Magek Manandin anak dari Datuk
oleh masyarakat Minangkabau, Bandaharo dan Puti Linduang Bulan dan
umumnya berisikan kritikan punya mamak Rajo kuaso. Sementara itu,
sosial terhadap realitas yang ada Rajo Kuaso punya anak perempuan bernama
di sekitar pengarang. Subang Bagelang yang ditunangkan dengan
Awalnya kaba ini disampaikan Magek Manandin sejak lahir. Kaba ini
dalam bentuk lisan oleh seorang menggambarkan bahwa Magek Manandin
‘tukang kaba’ kepada pergi ke gelanggang dan di sana dia kalah
pendengarnya, di mana proses berjudi sehingga habis semua uang yang
penyampaiannya adalah dengan dimilikinya. Setelah itu, dia dituduh pula
cara berdendang, diiringi dengan melakukan kejahatan dengan memaling sapi.
bunyi-bunyian khas Minang Hal ini sampai kepada mamaknya Rajo
seperta rabab dan saluang. Kuaso yang akhirnya membuangnya ke
Buku yang sedang Anda baca jurang yang dalam. Setelah beberapa tahun
adalah salah satu kaba yang di dalam jurang, dia berhasil keluar dari
sangat terkenal. Banyak hikmah jurang atas bantuan seekor burung. Kaba ini

50
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

juga dibumbui kisah kasih dan kesetiaan Anak manya-mbuang jo badadu,


antara Magek manandin dengan Subang usah hati dipa-turuikkan, habih
Bagelang. Bumbu cerita ini juga pitih baranti main, … (hal. 24)
mengisahkan usaha Rajo duo Baleh yang (Menjawab Datuk Bandaharo dan
gagal merebut Subang Bagelang untuk Puti Linduang Bulan, Kami lepas
dijadikan sebagai istri mudanya karena dengan hati suci, jika anak sudah
Subang bagelang dengan berbagai cara sampai di gelanggang, jangan
memperlambat proses untuk menuju kepada terlalu lama di sana, dan begitu juga
pernikahan. Setelah Magek Manandin kalau anak bermain judi baik
berhasil keluar dari jurang, dia bersepakat menyabung ayam atau berjudi
dengan Subang Bagelang untuk tetap dengan dadu, jangan terlalu
melanjut kisah kasih mereka. Magek diperturutkan, habis uang berhenti
Manandin bertekad untuk menghadapi Rajo segera . . .)
Duo Baleh dengan cara menyabung ayam di Ungkapan di atas memperlihatkan
galanggang yang berakhir dengan bahwa Datuak Bandaharo dan Puti Linduang
perkelahian yang dimenangkan oleh Magek Bulan melepas anaknya Magek Manandin
Manandin. dengan senang hati untuk pergi ke
Dalam berbagai kesempatan gelanggang ramai dengan mengizinkannya
digambarkan bahwa Magek Manandin untuk berjudi, bertaruh dengan mengadu
bersikap, berperilaku, dan berbuat secara ayam, dan berjudi dengan menggunakan
benar sedangkan lawannya, Rajo Duo Baleh, dadu. Jadi, persoalan pokok di sini adalah
digambarkan sebagai orang yang tamak dan ungkapan-ungkapan yang dicetak tebal di
melanggar norma-norma yang berlaku. atas. Hal ini mempunyai arti bahwa Datuak
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa bahwa Bandaharo dan Puti Linduang Bulan
kaba ini ingin memberi pembelajaran kepada menghalalkan pekerjaan judi yang
pembacanya bahwa yang benar itu pasti diharamkan oleh Allah SWT. Pembaca yang
menang dan yang salah pasti hancur, tetapi tidak berpengalaman dapat saja menyimpul-
dalam beberapa pengungkapan ada kalimat- kan bahwa berjudi itu halal dan boleh saja
kalimat yang mengandung makna yang dilakukan sebab pimpinan kaum dan istrinya,
bertentangan dengan aturan yang berlaku di bangsawan terhormat yang sangat mengerti
Minangkabau. rujukan/falsafah kehidupan orang
Kajian mengenai Kaba Magek Minangkabau Adat basandi syarak, syarak
Manandin ini hanya menyoroti beberapa basandi kitabullah, syarak mangato adat
kekeliruan yang dianggap sangat prinsip/ mamakai, alam takambang jadi guru,
mendasar dengan tolok ukur filosofi membolehkan anaknya melakukan pe-
kehidupan orang Minangkabau. Kaba yang kerjaan tersebut.
ditelaah telah berbentuk buku yang dicetak Ungkapan-ungkapan yang dicetak te-
dalam huruf latin. Jalan cerita kaba yang bal di atas, pertama bertentangan dengan
telah dibukukan ini agak berbeda daripada surat surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi,
kaba ini disuguhkan secara lisan pada anak “Hai orang-orang yang beriman peliharalah
lelaki sehabis mengaji pada malam hari di diri-mu dan keluarga dari api neraka yang
surau. Berikut ini dikutip beberapa bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
kekeliruan tersebut dan dicoba untuk Ayat ini dengan jelas sekali dinyatakan
menunjukkan di mana kekeliruannya. bahwa laki-laki muslim harus memelihara
Menjawab Datuak Bandaharo, duo dirinya dan keluarganya (istri dan anak-
jo Puti Linduang Bulan, “Ambo anaknya) dari api neraka. Itu berarti bahwa
lapeh jo hati suci, jikok sampai orang tua, berkaitan dengan kutipan di atas,
Anak ka balai, usah lamo anak seharusnya menyatakan dengan tegas bahwa
bajalan, sebagai pulo Anak anaknya Magek Manandin tidak boleh
kanduang, jikok anak bamain judi, berjudi karena dilarang oleh Islam bukan
51
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

melepas dengan kerelaan dan dibekali mambangun, bautang pantang


dengan modal untuk berjudi. Berjudi dengan mambayia.”(hal. 92)
tegas dinyatakan dalam hal Alquran sebagai (Rajo Duo Baleh menjawab, Wahai
perbuatan haram dan najis. Perhatikan Al Sutan (Magek Manandin) yang baru
Quran surat Al Baqarah ayat 219, “Mereka datang, kalau diambil betul ayam itu
bertanya kepadamu tentang khamar dan yang jelas Sutan sudah menang,
judi. Katakalah: “ Pada kedua-nya itu ayam saya sudah mati, tetapi yang
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat menang tidak menerima taruhan,
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih saya kalah pantang membayar.
besar daripada manfaatnya . . .”. Begitu Belum pernah Sutan mendengar
juga perhatikan Al Quran surat Al Maidah berita bahwa saya adalah Rajo Duo
ayat 90, “Hai orang-orang yang beriman, Baleh, membunuh tidak kena hukum,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berhutang pantang membayar).
(bekorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji, Ungkapan di atas, sepertinya
termasuk perbuatan setan Maka, jauhilah sesuatu yang benar sebab tindakan dari
perbuatan-perbuatan itu agar kamu men- Rajo Duo Baleh dibenarkan oleh
dapat keberuntungan” rakyatnya yang tentu saja terdiri ninik
Dua ayat di atas dengan tegas menyatakan mamak, alim ulama, cerdik pandai yang
bahwa judi adalah pekerjaan yang biasa disebut dengan tungku tiga
mengakibatkan dosa besar, perbuatan keji, sejarangan. Kaba ini menggambarkan
dan pekerjaan setan serta menghalangi perke-lahian antara Magek Manandin
manusia untuk memperoleh keberuntungan. dengan Rajo Duo Baleh dan dalam
Dalam konteks keminangan, semua perkelahian itu Magek Manandin berhasil
perbuatan dan tingkah laku serta ucapan membunuh Rajo Duo Baleh. Kejahilan
seharusnya disesuaikan, diselaraskan, dan penyimpangan yang dilakukan oleh
disenyawakan, disatukan, dan didasarkan Rajo Duo Baleh seolah-olah dibenarkan
pada ajaran Islam (syarak). Dengan oleh rakyatnya sehingga mereka
demikian, segala sesuatu yang tidak sesuai mengeroyok Magek Manandin yang
atau menyimpang dari ajaran Islam seorang diri. Ungkapan yang disampaikan
seharusnya tidak dipakai di Minang-kabau. Rajo Duo Baleh tidak pernah dibantah
Semua yang berkaitan dengan adat dan atau diluruskan para penasehat,
budaya Minangkabau haruslah islami sebab pembantu, dan pimpinan kaum lainnya.
filosofi kehidupan masyarakatnya harus Alih-alih menyalahkan yang salah para
menolak segala bentuk yang bertentangan penasehat, pembantu, dan pimpinan
atau tidak sesuai dengan ajaran Islam. kaum, malah melakukan pengeroyokkan
Kekeliruan berikutnya dapat terlihat pada terhadap Magek Manandin.
teks berikut: Apa yang diungkapkan oleh Rajo
Duo Baleh “mambunuah tidak mambangun,
Manjawab Rajo Duo Baleh, bau-tang pantang mambayia”, kemudian
“Manolah Sutan nan baru datang, dibenar-kan oleh para pengikutnya adalah
kok diambiak banalah ayam, tapi pameo preman/parewa yang sama
manang nyatolah manang, ayam kedudukannya dengan titian biaso lapuak,
ambo nyatolah mati, tapi manang dan janji biaso mangkie (titian adalah biasa
tidak manarimo, kalah pantang menjadi lapuk, janji sudah menjadi
ambo mambayia. Tidakkoh didanga kebiasaan tidak ditepati). Sekali lagi, ini
beri-tonyo, kan ambo Rajo Duo hanyalah pameo di pasar atau di gelanggang
Baleh, mambunuah tidak yang biasa digunakan oleh preman atau
orang yang tidak bertanggung jawab. Jadi,

52
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

apa yang disampaikan oleh Rajo duo Baleh ada penyesalan di belakang hari dan
adalah pameo yang tidak mengandung sesal itu tidak ada gunanya. Menjadi
kebenaran sama sekali. Aturan di menantu itu bukan hal yang mudah
Minangkabau tidak membolehkan seseorang karena itu ajaklah bermusyawarah
mangkir janji karena hal itu bertentangan mamak istri ananda beserta kedua
dengan aturan agama sebagaimana yang mertua baik dalam hal-hal sulit
tercantum dalam Alquran surat Al Maaidah maupun kerja baik. Jangan
ayat 1 ”Hai orang-orang yang beriman diabaikan mereka sebab di dunia ini,
penuhilah akad-akadmu (janji-janjimu)...” baik dan buruk selalu ada. Kalau
Mangkir janji jelas-jelas merugikan orang timbul perselisihan dalam keluarga
lain, setiap perbuatan/aktivitas yang merugi- Ananda jangan bertindak sesuka
kan orang lain merupakan tindakan di luar hati sendiri, jangan mentang-
kepatutan dan adalah suatu penyimpangan mentang hebat dan gagah dan
dari ajaran Islam dan tidak dibenarkan diidamkan orang banyak, bertindak
berlaku di Minangkabau. merasa hebat sendiri sebab hal itu
Seperti yang disampaikan pada awal akan berakhir dengan penye-salan’
tulisan ini bahwa kaba dimaksudkan agar
memberi pembelajaran kepada khalayak. Sewaktu Magek Manandin dituduh
Dalam kaitan itu kaba Magek Manandin juga mencuri sapi, kemudian diketahui oleh
berisi hal yang positif yang dapat menjadi mamaknya Rajo Kuaso, ayah tunangannya
pembelajaran. Perhatikan contoh pada yang bernama Puti Subang Bagelang.
kutipan berikut: Mamaknya membuat kesimpulan bahwa
… kok nyampang si Buyuang Magek kemenakannya telah mempermalu diri sang
Manandin, kawin jo Puti Subang mamak. Hal ini menimbulkan kemarahan
Bagelang, elok-elok anak di luar biasa dari Rajo Kuaso sehingga dia
parangai, bapikia anak dahulu, apo menyiksanya. Magek Manandin dengan
karajo nan ka dibuek, jan manyasa sabar menerima saja siksaan itu serta
kamudian, sasa kudian tidak baguno. menyerahkan nasib pada Allah SWT karena
Kok nyampang Anak alah kawin, jadi apapun yang dikatakannya tidak akan pernah
urang sumando di rumah urang, jan didengar oleh mamaknya. Allah Yang
disang-ko murah sajo, sangaik sarik Mahakuasa akan menerima doa hamba-Nya
tu Anak kanduang, kok tumbuah yang teraniaya, mungkin begitu yang ada
malang jo mujua, baok bamuah jo dipikiran Magek Manandin. Karena berserah
mamak rumah, sarato mintuo diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dia
kaduonyo, usah dlangkahi tu Nak mampu dan sabar untuk menerima semua
kanduang, sabab di dunia nanko, penyiksaan, yang puncaknya dia dibuang ke
elok buruak indak bacarai. Kok jurang yang dalam. Pelajaran positif yang
nyampang tumbuah bantah jo kalahi, dapat diambil di sini adalah bahwa berserah
dangan anak san-diri, jan anak diri kepada Allah yang Maha Kuat dan
bahati gadang sajo, samantang anak bersabar dalam menerima cobaan akan
geneng dalam kam-puang, berakhir dengan kebaikan bagi diri sendiri.
samantang Anak urang jem-putan,
usah Anak manggadang sajo, buruak C. Anggun Nan Tongga
akhia kelaknyo tu Nak kanduang. Kaba Anggun Nan Tongga
(hal. 100 – 101). mengambil lokasi di Kampung Dalam
‘. . . andai ananda jadi kawin dengan Pariaman, yang bercerita tentang kesatrian
Puti Subang Bagelang, Ananda seorang anak manusia yang bernama
Magek Manandin harus berperilaku Anggun Nan Tongga Magek Jabang dengan
baik, berpikir lebih dahulu sebelum gelar Magek Durrahman. Dia berasal dari
mengerjakan sesuatu supaya jangan keluarga bangsawan yang dilahirkan oleh
53
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

seorang ibu yang bernama Ganto Pamai dan puncak gunung itu dan dalam perjalanan
ayah Tuanku Haji Mudo yang bertapa di pulang terjadi perkelahian seru dengan Katik
gunung Ledang. Ganto Pamai meninggal Alamsudin karena laki-laki ini telah
beberapa saat setelah melahirkan Anggun menculik Puti Nan Gondoriah. Persoalan ini
Nan Tongga Magek Jabang. Lantas, dia dapat diselesaikan dengan baik setelah
diasuh dan disayangi bagaikan anak sendiri keduanya menyeru nama yang sama yaitu
oleh adik ibunya yang bernama Suto Suri. Tuanku Haji Mudo.
Setelah dewasa, dia menjadi seorang Katik Alamsudin ternyata adalah
pemimpin yang berani, arif, dan bijaksana adik Anggun Nan Tungga Magek Jabang
serta mahir dalam bela diri dan berbagai berlainan ibu yang tidak pernah saling
permainan sehingga setiap permainan yang bertemu sebelumnya. Setelah kembali ke
diikutinya selalu dimenangkannya. rumah dan semua persoalan sudah
Pertunangannya dengan Puti Nan Gondoriah didudukan dengan baik, Anggun Nan
anak pamannya berlangsung sejak Puti Nan Tongga Magek Jabang bersama Puti Nan
Gondoriah terlahir ke dunia dan kisah Gondoriah minta izin untuk pergi menemui
pertunangannya ini dibumbui dengan Ayahnya, Tuanku Haji Mudo, yang sedang
berbagai peristiwa yang cukup bertapa di puncak Gunung Ledang guna
menghanyutkan. Dalam kaba ini, diceritakan mendapatkan izin dan doa restu. Saat
Anggun Nan Tongga Magek Jabang harus pertemuan ini, ayahnya memberitahukan
pergi belayar untuk membebaskan bahwa Anggun Nan Tongga Magek Jabang
pamannya, ayah dari Puti Nan Gondoriah tidak dapat menikah dengan Puti Nan
yang ditawan pada sebuah pulau yang Gondoriah karena mereka berdua satu ibu
akhirnya dapat dibebaskannya. Di samping susuan. Oleh karena itu, Bapaknya mengajak
itu, dia juga mencari dua orang paman keduanya naik anjuang (joli besar) dan mi’raj
lainnya, yang satu telah menjadi seorang raja ke langit agar di surga dapat menikah
yang adil dan bijaksana serta seorang lagi dihadapan Allah Yang Mahakuasa.
menjadi seorang raja yang sekaligus ulama Sebetulnya, kaba ini biasa-biasa saja
besar di negeri rantau. Dalam pelayaran ini, dan tidaklah perlu dibahas kalau tidak ada di
dia menikahi seorang gadis cantik jelita anak dalamnya beberapa hal yang melanggar
pamannya, Puti Andami Sutan, karena prinsip atau rujukan/falsafah kehidupan
terpaksa untuk memenuhi janji dengan orang Minangkabau “Adat basandi syarak,
tunangannya Puti Nan Gondoriah guna syarak basandi kitabullah, syarak mangato
mendapatkan beberapa hal yang hanya adat mamakai, alam takambang jadi guru”.
dimiliki oleh anak pamannya itu. Dalam kaba ini banyak unsur kebaikan yang
Singkat cerita, setelah berhasil ber-campur baur dengan kesyirikan yang
menyelesaikan segala sesuatu, baik sangat dikecam oleh Islam. Padahal, Islam
memenuhi janjinya kepada Puti Nan menga-jarkan bahwa dosa syirik akan
Gondoriah maupun membebaskan diampuni Allah SWT. Ternyata dalam kaba
pamannya, Anggun Nan Tongga Magek ini, ada beberapa kesyirikan yang
Jabang berbalik ke kampong-nya. Namun, dipraktikkan dan di-ungkapkan dengan jelas
alih-alih Puti Nan Gondoriah menyambut seolah-olah sesuatu kebenaran yang
kedatangannya, sang tunangan malah pergi dibolehkan oleh agama.
ke Gunung Ledang karena menurutnya Pembaca yang mengerti bahwa itu
Anggun Nan Tungga Magek Jabang telah adalah kekeliruan dan dia tidak berusaha
melanggar janji sebab burung nuri (beo) untuk meluruskannya akan dianggap
milik Puti Andami Sutan telah memberitahu menyetujui ungkapan tersebut dan dia akan
Puti Nan Gondoriah tentang perkawinannya. ikut ber-gelimang dengan dosa syirik
Untuk itu, Anggun Nan Tungga Magek tersebut. Untuk itu, berikut ini saya
Jabang harus menjeput tunangannya ini ke membahas beberapa kalimat dan ungkapan

54
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

yang keliru tersebut dengan menunjuk dalil kesyirikan tersebut. Ungkapan kesyirikan
agama yang menyatakan bahwa hal itu dalam kaba ini sepertinya dianggap sebagai
merupakan kekeliruan agar yang hal wajar dan biasa saja, padahal
membacanya dapat menyadari. ancamannya dalam Alquran sangat berat dan
Mamintak kito pado Allah, bakaua mengerikan. Semua dosa dengan kehendak
bakeh rang kiramat, kok iyo barasa Allah akan diampuninya, tetapi dosa syirik
anak rajo, kok iyo Puti sunduik tidak akan diampuni-Nya. Allah berfirman
basunduik, barakaik kiramaik dalam Alquran surat An Nisa ayat 116,
Tuan Haji, nan batampek di “Sesungguhnya Allah tidak meng-ampuni
Gunung Ledang, salamaik anak dosa mempersekutukan (sesuatu) de-ngan
dikaruang nangko (hal. 12) Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
(Kita meminta/berdoa pada Allah, dari syirik itu bagi siapa yang dike-hendaki-
berkaul pada orang keramat, kalau Nya. Barang siapa yang memper-sekutukan
benar anak keturunan raja, baik dari (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya
pihak ayah maupun ibu, berkat ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
keramat Tuan Haji yang bertapa di Perhatikan juga Alquran surat Luqman ayat
Gunung Ledang, selamat juga anak 13, “Dan ingatlah ketika Luq-man berkata
ini, yang lahir dalam kurungannya). kepada anaknya, di waktu ia memberi
Ungkapan ini jelas sekali sangat pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku,
bertentangan dengan ajaran Islam yang janganlah kamu mempersekutukan Allah,
secara tegas menyatakan bahwa minta tolong sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
hanya kepada Allah SWT dan berlakunya adalah benar-benar kezaliman besar’”.
segala sesuatu hanya karena Allah SWT Begitu juga, banyak ungkapan dalam
semata bukan karena keramat seseorang. kaba ini yang mencampurbaurkan kebenaran
Untuk itu, perhatikan dengan cermat Alquran dengan kesyirikan yang sangat dilarang
surat Al Fathiah ayat 5, “Hanya kepada keras dan mendapat ancaman yang sangat
Engkaulah kami menyembah dan hanya berat dari Allah SWT.
kepada Engkaulah kami mohon Budaya Minangkabau seharusnya
pertolongan”. Begitu juga surat Hud ayat bu-kan mengikuti budaya sinkretik karena
123 menyatakan dengan jelas , “Sembahlah hal itu bertentangan dengan filosofi
Dia (Allah) dan serahkan dirimu kepada- kehidupan mereka. Naim (2006: 4)
Nya, dan Tuhanmu sekali-kali tidak lupa menjelaskan budaya sinkretik dan sintetik
terhadap apa yang kamu amalkan” dan ketika berbicara mengenai adat bersendi
perhatikan juga surat Al Muzammil ayat 9, syarak, syarak bersendi kitabullah. Dia
“Tuhan yang menguasai (mencipta) timur menyebutkan bahwa budaya sikretik
dan barat, tiada tuhan kecuali Dia, maka bermakna bahwa semua unsur budaya dalam
jadikanlah Dia sebagai wakilmu (yang men- masyarakat, yang dapat berasal dari sumber
jaminmu) dan tempat tujuan dalam segala budaya yang berbeda-beda dan memiliki
hajat dan kebutuhanmu”. Ungkapan keliru bentuk yang beragam dapat diakui secara
dan bermakna senada ditulis dalam kalimat- inklusif sebagai sesuatu yang sama-sama
kalimat yang tidak persis sama antara satu benar, sehingga ada ungkapan sadaya agami
dengan lainnya cukup banyak terdapat dalam sami kemawon. Lawan dari budaya sinkretik
kaba ini dan dapat dilihat pada halaman 11, adalah budaya sintetik yang menyelaraskan,
12, 13, 44, 45, 52, 57, 58, 60, 65, 66, 75, 86, meleburkan, atau mensenyawakan adat
160, 161, 162, 167,168, dan 172. dengan agama. Hal ini bermakna bahwa
Pekerjaan syirik seperti yang diungkapkan semua unsur adat yang sesuai dan sejalan
dalam kaba ini seharusnya tidak dapat dengan agama dipakai. Sementara itu, adat
diterima oleh masyarakat Minangkabau yang tidak sesuai dan yang bertentangan atau
karena filosofi kehidupan orang tidak searah dengan ajaran agama harus
Minangkabau tidak dapat menerima dibuang. Di Minangkabau, seharusnya yang
55
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

berlaku adalah budaya sintetik. Jadi, apapun Gelanggang pada saat itu
yang dipraktikkan dan dipelihara di wilayah digambarkan sebagai tempat adu
Minangkabau harus sejalan syarak (Islam). kepandaian, adu kelici-kan, dan kelihaian
Selain itu, ada kekeliruan lain yang berjudi. Kaba Anggun Nan Tungga juga
menghalalkan perjudian seperti terlihat pada menggambarkan bagaimana seorang
teks berikut: Mandeh (adik ibu) yang memelihara Anggun
Nan Tungga Magek Jabang dari kecil dan
Bakato Mandeh Suto Suri, “ . . . menyayanginya seperti anak sendiri tanpa
Baoklah ayam pautan kito, ayam rasa bersalah menyediakan segala sesuatu
kinantan Gombak Bauk, nan un-tuk bekal berjudi di gelanggang. Dengan
manyasok ka Gunuang Ledang, nan membaca secara cermat kalimat yang diu-
bakukuak di awang-awang, capkan oleh Mandehnya, tentu tidak salah
katurunan Biriang Sanggonani, nan kita mengatakan bahwa Suto Suri, mandeh
diam di puncak Gunuang Merapi, Anggun Nan Tungga Magek Jabang itu
siang dikundang alang tabang, menghalalkan judi. Padahal perjudian
malam dikundang musang jantan, diharamkan Allah SWT, seperti yang dinya-
ikolah urai duo kati, untuk taruah takan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat
di galanggang, . . .” (hal. 21) 219 yang telah disebutkan di atas.
(Berkata Mandeh Suto Suri, “. . . Kekeliruan lainnya dalam kaba ini
Bawalah ayam piaran kita yang dapat dilihat pada kutipan berikut yang
bernama ayam Kinantan Gombak mempercayakan waktu keberangkatannya
Bauk, yang minum di Gunung Le- kepada dukun tukang tenung atau
dang, padai berkokok saat terbang, paranormal, sebagai berikut.
keturunan Biring Sanggonani,
berdi-am di puncak Gunung Marapi, Dek lamo lambek dek bakian, lah
siang hari digendong elang sedang cukuik hasia kasadonyo, sabuah
terbang, malam hari digendong indak ado nan kurang, Dandang
musang jantan, Mandeh siapkan batulak hanyo lai, . . . dicaliak
emas sebanyak dua kati untuk langkah dalam tanuang, jan
taruhan di gelanggang”). talangkah langkah kida, dandang
kan batulak hanyo lai.” (hal. 45).
Dalam kaba Magek Manandin yang (Setelah segala persiapan untuk
kita bicarakan di atas, pengarang kaba itu pelayaran tercukupi sehingga tidak
menggambarkan pembiaran terhadap ada lagi kekurangannya, kapal siap
perjudian oleh kedua orang tua dari Magek belayar, … dilihat pelangkahan
Manandin dan seolah-olah menghalalkan dalam tenung supaya jangan
perjudian dengan senang hati melepas serta dilangkahkan kaki kiri, kapal sudah
membekali anaknya pergi ke gelanggang siap untuk berlayar)
ramai dan mengizinkannya untuk bertaruh/
berjudi dengan mengadu ayam serta bermain Adalah suatu kesyirikan meminta keselamat-
dadu. Pekerjaan ini dilarang oleh Islam. an kepada selain Allah SWT apakah itu
Tidak berbeda jauh dari kaba Magek tukang tenung, paranormal atau dukun yang
Manandin, kaba Anggun Nan Tungga juga dapat melihat apa yang akan terjadi di masa
menghalalkan perjudian dengan dibekalinya datang. Perhatikan teks berikut dengan baik:
Anggun Nan Tungga Magek Jabang dengan
emas yang timbangannya dalam kaba ini Dihimbau malah Tuan Dukun,
disebut dengan dua kati (1,25 kg) oleh diliek cando dalam tanuang,
Mandehnya Suto Suri. manuruik kato Tuan Dukun, kan
paubek pinyakik nantun, iyolah

56
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

sikok digungguang alang, jikok keliruan yang dirangkai sedemikian rupa


dapek sikok nantun, barulah karajo sehingga seperti kebenaran yang diajarkan
dapek balansuang. (hal.151) oleh Islam. Perhatikan teks berikut:
(dijemput Tuan Dukun, dilihat
tanda-tanda dalam tenung, diikuti Alah mambaco doa ayah kanduang,
kata Tuan Dukun, untuk mengobat iyo Tuanko Haji Mudo, dalam
penyakit yang diderita, yaitu sikok sabanta sakutiko, turunlah Anjuang
yang digunggung elang. Jika sikok dari langik, batirai kain biludu,
itu didapatkan, gelanggang baru bamaniak-maniak bamego-mego,
dapat dilaksanakan) ran-cak bukan alang kapalang,
batatah ameh dengan podi, bakilek-
Orang Minangkabau seharusnya kilek cahayonyo. Naiaklah baliau ka
tidak mentoleransi ungkapan seperti di atas. ateh Anjuang, manuruik pulo Nan
Islam mengharamkan pertenungan karena Tungga, djawek pulo Nan
hal tersebut bertentangan dengan Alquran Gandoriah, baru sabanta antaronyo,
surat An Namal ayat 65, “Katakanlah ‘tidak Anjuang lah naiak ka ateh langik,
seorang-pun di langit dan di bumi yang hilang can-donyo di baliak awan, iyo
mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah’, dibaliak awan nan putiah, hilang di
mereka tidak mengetahui kapan mereka langik nan biru. . ., diliek batu tidak
dibangkitkan”. Pada ayat ini jelas sekali barisi, Nan Tungga tidak ado lai
dikatakan bahwa hal yang ghaib atau hal baitu juo Nan Gandoriah, sarato
yang terjadi masa datang hanyalah Allah Tuanku Haji Mudo, alah mahirat ka
yang mengetahuinya, sementara manusia ateh langik, indak katurun-turun lai,
tidak mungkin mengetahui karena manusia . . .(hal. 174 – 175)
tidak diberi pengetahui tentang itu. (Setelah Tuanku Haji Mudo
Perdukunan atau pertenungan adalah membaca doa, turunlah ketika itu
pekerjaan syirik yang sangat dimurkai Allah. juga Anjuang sejenis Joli besar dari
Masyarakat Minangkabau mendasar- langit, ber-tirai sutra yang sangat
kan pada Adat basandi syarak, syarak megah dan indah sekali bertatahkan
basandi kitabullah, syarak mangato adat emas dan podi yang memancarkan
mamakai, alam takambang jadi guru, tetapi cahaya yang indah. Lalu Tuanku
kisah-kisah dalam cerita klasik atau kaba Haji Mudo masuk ke dalam
ternyata berisikan materi-materi kesyirikan anjuang, diikuti oleh Nan Tungga
yang sangat dikecam oleh Islam. Apabila dan Nan Gondoriah. Kemudian,
dicermati dengan baik kutipan di atas jelas- anjuang itu terbang ke angkasa nan
jelas terlihat bahwa pertenungan biru … Nan Tungga dan Nan
dipraktikkan dan seolah-olah hal tersebut Gondoriah bersama dengan Tuanku
adalah suatu kebenaran dan dianggap sah- Haji Mudo telah mikraj ke langit
sah saja dalam kehidupan. Setahu saya, dan tidak balik selama-lamanya, . .
belum ada bantahan yang dilakukan terhadap .)
kekeliruan seperti ini padahal pembaca kaba
ini terdiri dari berbagai umur, mulai anak Sekali lagi kita katakan, pernyataan di
murid sekolah dasar sampai orang tua-tua atas merupakan sesuatu yang sangat tidak
bangka.Tidak tertutup kemungkinan bahwa dapat diterima dalam Islam atau logika
kaba akan dianggap sebagai suatu kebenaran beragama sebab ungkapan ini
oleh sebagian kalangan terutama generasi memperlihatkan bahwa Anggun Nan Tungga
muda yang tidak memiliki pengetahuan Magek Jabang, Puti Nan Gondoriah, dan
agama yang memadai sebab kaba ini juga Tuanku Haji Mudo mi’raj bersama dengan
berisikan ajaran-ajaran adat yang bersumber mengendarai sejenis joli besar yang indah.
dari ajaran Islam. Bahkan, ada ungkapan Kalau Nabi Isa A.S. diangkat Allah SWT
57
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

sampai ke langit ke-empat dan Nabi meminta supaya dimajukan”. Begitu juga
Muhammad SAW sampai langit ketujuh, dalam surat Yunus ayat 49, “Katakanlah
Nan Tungga Magek Jabang, Puti Nan ’Aku tidak berkuasa mendatangkan
Gondoriah, dan Tuanku Haji Mudo kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan
disebutkan ke akhirat menghadap Allah kepada diriku, malainkan apa yang
SWT untuk mengucapkan ijab kabul dikehendaki Allah’. Tiap-tiap umat ada ajal
dihadapan-Nya sebab mereka tidak boleh mereka, maka mereka tidak dapat
menikah di dunia. Kalau dibaca dengan mengundurkannya barang sesaat pun dan
cermat, kita tentu akan dapat mengatakan tidak (pula) mendahulu-kan(nya)”.
bahwa Tuanku Haji Mudo, Nan Tungga Tiga ayat yang dikutip di atas secara
Magek Jabang, dan Puti Nan Gondoriah tegas menyatakan bahwa ajal itu pasti tiba
lebih istimewa daripada Nabi Isa A.S. dan pada setiap manusia dan pada setiap kaum
Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad yang tidak dapat dipercepat atau
isra’ ke Baitul Makaddis dan mikraj ke langit diperlambat. Adalah aneh dan menyalahi
yang ke tujuh karena diperjalankan oleh alam takambang jadi guru bahwa Tuanku
Allah SWT seperti firman-Nya dalam surat Haji Mudo, Nan Tungga Magek Jabang, dan
Al Isra’ ayat pertama, tetapi mereka (Tuanku Puti Nan Gondoriah tidak mati dulu di dunia
Haji Mudo, Nan Tungga Magek Jabang, dan ini, tetapi langsung bertemu dengan Allah
Puti Nan Gondoriah) naik ke langit berkat dengan melalui mi’raj dengan kenderaan
doa dan kekeramatan Tuanku Haji Mudo dan anjuang. Seperti yang telah disebutkan di
perjalanan/mikraj itu hanya dengan atas, ternyata orang yang bertiga ini melebihi
menggunakan anjuang. Tentu saja, kita akan Nabi Muham-mad SAW. dan Nabi Isa A.S.
mengatakan bahwa hal ini jelas di luar akal Tentu saja, kaba ini ada juga
sehat karena tidak ada tuntunan dan memberikan gambaran nilai-nilai positif
pedomannya dalam Islam. kepada pembacanya. Perhatikan ungkapan
Konsekuensi dari kutipan di atas berikut:
adalah bahwa mereka bertiga tidak perlu
melalui kematian untuk bertemu dengan Anak kandung janyo denai, anak ka
Allah SWT. Padahal. setiap manusia selalu bajalan kalawitan, ingek-ingkek
ada ajalnya dan ajal itu tidak dapat ditunda anak balayia, pakai adat di rantau
atau dipercepat sesaat pun seperti tercantum urang, kok mandi di hilia-hilia, kok
dalam Alquran surat Al A’raaf ayat 34 “Tiap- bakato di bawah-bawah, muluik
tiap umat mempunyai batas waktu, maka manih kucindan murah, baso baik
apabila telah datang waktunya mereka tidak basi katuju, santano pulo nan
dapat mengundurkannya barang sesaat pun sabuah, namonya anak laki-laki,
dan tidak dapat (pula) memajukannya”. langkah nan alah dilangkahkan,
Kematian adalah suatu kepastian tidak dapat bapantang babaliak suruik, bak
dipercepat dan tidak pula daat diperlambat kato pantun urang juo,
sedetik pun juga. Jadi, Nan Tungga Magek Parahu pelang baatok lalang
Jabang dan Puti Nan Gondoriah dibawa Nangkodoh duduk main coki;
Tuanku Haji Mudo mi’raj ke langit Aso hilang duo tabilang
menghadap Allah SWT untuk mengucapkan Baitu adaik laki-laki.
ijab kabul adalah suatu ajaran yang tidak ada Musuah nan usah dicari-cari,
dasarnya dan sungguh di luar ajaran Islam. basuo pantang dielakkan, kanalah
Allah SWT telah berfirman dalam umanaik mandeh kanduang. (hal.
surat As Saba ayat 30, “Katakanlah ‘Bagimu 43 – 44)
ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) (Anak kandungku akan pergi
yang tiada dapat kamu minta mundur barang berlayar menempuh laut luas, hati-
sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat hati dalam berlayar, harus beradat di

58
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

negeri orang, mandi di hilir-hilir, badan pulang pergi dan terhapus malu
berkata harus merendah, sikap dan yang ditanggungkan).
basa-basi harus yang disenangi
orang. Harus diingat bahwa anak Pencampuradukan kebenaran agama
laki-laki berpantang berbalik surut dengan kesyirikan terlihat pada ungkapan
apabila langkah sudah yang dicetak miring di atas. Bagi yang tidak
dilangkahkan, seperti bunyi pantun, memiliki wawasan keagamaan yang
Perahu pelang beratap memadai tentu akan menelan mentah mentah
hilalang apa yang ada pada ungkapan ini sebab hal itu
Nahkoda duduk bermain ceki seperti-nya tidak ada yang salah. Sebetulnya,
Esa hilang dua terbilang ajaran Islam telah menggariskan dengan
Begitu adat laki-laki. tegas seperti yang difirmankan Allah SWT
Musuh tidak dicari-cari, kalau pada surah Al Fathiah ayat 5 bahwa tempat
bertemu berpantang dielakkan, menyembah dan minta pertolongan manusia
ingatlah selamanya amanat Mandeh hanya kepada Allah SWT. Kutipan
kandung). meperlihatkan bahwa Anggun Nan Tongga
Magek Jabang akan menuruti nasehat
Sewaktu Anggun Nan Tungga mandehnya, tetapi nasehat itu akan
Magek Jabang berhasil membebaskan mempan/berlaku berkat kekeramatan
mamak/pa-mannya ada ungkapan positif ayahnya yang bernama Tuanku Haji Mudo
yang sungguh bermakna untuk kehidupan yang sedang bertapa di Gunung Ledang.
manusia. Namun, nilai positif yang ada Perhatikan dengan baik firman Allah SWT
dalam kaba ini banyak yang dalam surat Faathir ayat 13:
dicampurbaurkan dengan kesyirikan yang
seharusnya tidak ada dalam masyarakat Dia mamasukkan malam ke dalam
Minangkabau sebagai sebuah negeri beradat siang dan memasukkan siang ke
dan bersyarak. Perhatikan sebagai contoh, dalam malam dan menundukkan
umpamanya ketika Anggun Nan Tungga matahari dan bulan, masing-masing
Magek Jabang mengiyakan nasehat mandeh- berjalan menurut waktu yang
nya: ditentukan. Yang (berbuat)
demikian itulah Allah Tuhanmu,
Buah rundingan yang mandeh kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan
katokan, baik nasehat maupun orang-orang yang kamu seru selain
pangaja, indak ka lupo siang dan Allah tiada mempunyai apa-apa
malam, kok siang kan jadi tungkek, kok walaupun setipis kulit ari.
malam kan jadi kalang, barakaik
kiramaik bapak kanduang, iyo Ayat ini secara tegas menyatakan
Tuanku Haji Mudo, nan batarak di bahwa apapun di alam ini yang disebut Allah
Gunuang Ledang, salamaik sajo SWT dengan kerajaan hanyalah milik Allah
badan pulang pai, taturik malu badan dan segala seruan, doa, dan permintaan
kito.(hal. 44). hanya kepada Allah sebab yang lain tidak
(Seluruh nasehat yang Mandeh akan memiliki apapun kecuali dengan izin
katakan tidak akan pernah dilupakan, Allah SWT. Kesalahan besar menyeru,
baik siang maupun malam. Siang akan meminta, atau berdoa selain kepada Allah
dijadikan tongkat dan malam akan SWT, lihat juga Bahreisy dan Bahreisy
dijadikan bantal. Semuanya berkat (1990:378) bahwa yang diseru selain Allah
keramat bapak kandung, yang SWT tidak akan dapat memperkenakan
bernama Tuanku Haji Muda yang seruan, permintaan atau harapan manusia
bertapa di Gunung Ledang, selamat sebab pekerjaan ter-sebut adalah pekerjaan
sesat. Perhatikan juga firman Allah SWT
59
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

dalam surat Al Ahqaaf ayat 5: “Dan siapakah Kaba Anggun Nan Tungga, khusus-
yang lebih sesat da-ripada orang yang nya, mengandung sejumlah ungkapan
menyeru/menyembah sembahan-sembahan kesyirikan. Oleh karena itu, perlu kehatian-
selain Allah yang tiada dapat hatian pembaca dalam menikmati kaba ini
memperkenankan (seruan/doa)nya sampai agar tidak terbawa oleh arus kelihaian
hari kiamat dan mereka lalai dari penulis mengungkapkan ceritanya.
(memperhatikan) doa mereka”. Pengarang tidak memberitahukan dalam
cerita ini bahwa perbuatan syirik itu dilarang
4. PENUTUP oleh Islam dan merupakan dosa yang tidak
Kaba semula adalah cerita lisan yang berampun. Adalah suatu kekeliruan besar
disampaikan oleh seorang tukang kaba yang dalam Kaba Anggun Nan Tungga yang
kadangkala diiringi oleh alat musik, yang menceritakan bahwa Anggun Nan Tungga
diwariskan dari generasi ke generasi. Kaba Magek Jabang, Puti Nan Gondoriah, dan
ini mulai dibukukan setelah tulisan Arab Tuanku Haji Mudo mikraj ke langit seperti
Melayu dipakai di wilayah ini, tetapi tidak apa yang pernah diperlakukan Allah SWT
ada jaminan bahwa kaba yang telah terhadap Nabi Muhammad SAW.
dibukukan tersebut memiliki isi yang sama Semua kekeliruan yang ditulis dalam
dari satu penerbit ke penerbit yang lainnya. kedua kaba ini sangat bertentangan dengan
Namun, judul dan gambaran wilayah rujukan/falsafah kehidupan orang Minang-
kejadian dari kaba itu kelihatannya tidak kabau Adat basandi syarak, syarak basandi
berbeda meskipun orang yang menyusun kitabullah, syarak mangato adat mamakai,
kembali cerita lisan (kaba) itu dapat saja alam takambang jadi guru. Ini bermakna
berbeda. Kaba berisikan gambaran bahwa ada keniscayaan pada masyarakat
kehidupan dengan tujuan agar pembaca atau Minangkabau untuk merevisi atau
pendengar tidak terlanjur berbuat sesuatu memperbaiki kekeliruan pada kedua kaba
yang tidak dibenarkan oleh-norma-norma tersebut agar memberi manfaat kepada
yang berlaku dalam masyarakat pembacanya sesuai dengan falsafah hidup
Minangkabau. Namun, dua kaba yang orang Minangkabau. Dengan demikian, saya
dibahas di atas ternyata memiliki berbagai telah memulai mengungkapkan kekeliruan
kekurangan yang dapat menjerumuskan dengan harapan ada penulis lain yang dapat
pembaca yang tidak memiliki pengetahuaan memutuskan rantai kekeliruan yang selama
Islam yang memadai kepada kesyirikan atau ini dianggap biasa-biasa saja.
mendorong mereka mengerjakan sesuatu
yang dilarang oleh agama. 5. DAFTAR PUSTAKA
Kedua kaba, Magek Manandin dan
Anggun Nan Tungga, sepertinya menghalal- Ali, L. (1994). Unsur Adat Minang-kabau
kan berjudi dan menyabung ayam karena dalam Sastra Indonesia 1922 –
sebelum berangkat ke gelanggang baik 1956. Jakarta: Balai Pustaka.
Magek Manandin maupun Anggun Nan
Tungga Magek Jabang sama dibekali orang Bahreisy, S., & Bahreisy, S. (1990).
tua mereka untuk berjudi dan permainan Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
lainnya. Meskipun demikian, sebagai orang Katsier. Jilid VI. Surabya: PT Bina
tua mereka tetap memberi nasehat Ilmu.
bagaimana berperilaku sebagai anak manusia
dalam bermasyarakat, tetapi mereka tidak Departemen Agama RI. (1995). Al-Quran
menyinggung sama sekali bahwa berjudi dan dan Terjemahannya. Semarang: PT
menyabung ayam adalah pekerjaan yang Karya Toha Putra.
dilarang oleh Islam.

60
Jurnal Parameter Volume 29 No. 1 Tahun 2017
DOI : doi.org/10.21009/parameter.291.06
P-ISSN : 0216-26IX

Djamaris, E. (1994). Sastra Daerah di Menghadapi Modernisasi Kehidupan


Sumatra: Analisis, Tema, Amanat Bangsa. Bandung: Citra Umbara.
dan Nilai Agama. Jakarta: Balai
Pustaka. Navis, A. A. (1984). Alam Terkembang Jadi
Guru: Adat dan Kebudayaan
Esten, M. (1993). Minangkabau: Tradisi dan Minangkabau, PT. Grafiti Pers.
Perubahan. Padang: Angkasa Raya. Jakarta:

Gebu Minang Pusat. (2011). Pedoman Peng- Pangaduan, S. (2011). Kaba Magek
amalan Adat Basandi Syarak, Manandin. Cetakan ke-3. Bukit
Syarak Basyandi Kitabullah, Tinggi: Kristal Multimedia.
Syarak Mengato Adat Mamakai,
Alam Takambang Jadi Guru. St. Bandaro., & Muchsis, M. (2011). Alam
Jakarta: Penerbit Gebu Minang. Takambang Jadi Guru: Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi
Junus, U. (1984). Kaba dan Sistem Sosial Kitabullah. Jakarta: Yayasan
Minangkabau: Suatu Problema Nuansa Bangsa.
Sosiologi Sastra. Jakarta PN Balai
Pustaka.

Bahar, M. (Sutan Rajo Batuah). (2011).


Musik Perunggu Nusantara:
Perkembangan Budayanya di
Minangkabau. Bandung: Sunan
Ambu STIS Press.

Mahkota, A. (2010). Anggun Nan Tungga,


Cetakan ke-3. Bukit Tinggi: Kristal
Multimedia.

Naim, M. (2006). Adat Bersendi Syarak,


Syarak Bersendi Kitabullah (ABS-
SBK): Dilema yang Dihadapi
Masyarakat Minangkabau modern
dalam Pengimplementasiannya,
disampaikan pada Kongres
Kebudayaan dan Apresiasi Seni
Budaya Minangkabau 29-30 No-
vember 2006, di Padang. Sebuah
Makalah.

------- (1979). Merantau: Pola Migrasi Suku


Minangkabau. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Nan Putiah, J. DT., & Malako. (2007).


Mambangkik Batang Tarandam:
dalam Upaya Mewariskan dan
Melestarikan Adat Minangkabau

61

Anda mungkin juga menyukai