Anda di halaman 1dari 28

Evaluasi Sistem Pembangkit

Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Fotovoltaik
Kelompok 3

o Ni Made Ari Sarasuandewi NIM.2315374082


o I Putu Ramendra Putra NIM.2315374083
o I Made Wida Paramarta NIM.2315374084
Panduan Evaluasi Sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik
Tujuan evaluasi sistem PLTS untuk mendapatkan gambaran
kualitas dan kinerja PLTS secara keseluruhan dan menentukan
tindakan pemulihan yang diambil jika kualitas atau kinerja PLTS
kurang memadai. Evaluasi PLTS memiliki beberapa kategori
sebagai berikut:
Tahapan Evaluasi Sistem PLTS
Evaluasi system PLTS merupakan suatu proses yang terdiri dari banyak tahapan
yang bertujuan untuk memastikan bahwa system PLTS berfungsi dengan efektif
dan efisien. Berikut adalah tahapan-tahapan evaluasi PLTS yang umum dilakukan:
1. Pemeriksaan Dokumentasi
2. Periksa kondisi peralatan perolehan data Performance Ratio dengan operator
PLTS
3. Lakukan Analisa dan interpretasi Performance Ratio
4. Kunjungan Lokasi
5. Siapkan laporan
Prosedur Pemeriksaan Dokumen
Proses pertama dari rangkaian prosedur evaluasi system PLTS adalah
pemeriksaan dokumen PLTS yang tersedia. Tujuan dari pemeriksaan dokumen
adalah untuk memastikan kelengkapan dokumen dan mengidentifikasi
kekurangan dokumen yang mungkin dapat dilengkapi pada saat inspeksi
lapangan.
Jika ditemukan dokumen yang kurang lengkap selama pemeriksaan, maka
temuan ini harus dicatat untuk menjadi referensi pada saat inspeksi lapangan.
Berdasarkan catatan tersebut, akan dilihat apakah dokumen atau informasi
yang tidak ada dapat dikumpulkan pada saat inspeksi lapangan
Persyaratan Dokumentasi
Menurut SNI IEC 62446-1, dokumentasi PLTS yang disimpan sebagai berikut:
1. Data Sistem
a. Informasi dasar PLTS : referensi identifikasi proyek, daya terukur (plat nama)(kW
AC or KVA AC), tanggal instalasi, nama pelanggan dan alamat lokasi
b. Informasi tentang perusahaan perancang PLTS yaitu perusahaan, kontak person,
PLTS yang didesain, alamat pos, nomor telepon dan alamat e-mail.
c. Informasi tentang perusahaan pemasangan PLTS yaitu perusahaan, kontak
person, installer PLTS, alamat pos, nomor telepon dan alamat e-mail
2. Diagram Pengkabelan
a. Umum mencantum single line diagram.
b. Larik/array – spesifikasi jenis dan total modul, jumlah string dan modul per-string,
identifikasi string yang terkoneksi pada inverter dan informasi tentang sub larik.
c. Informasi string PV : spesifikasi ukuran dan tipe kabel string, tegangan/arus
perangkat proteksi arus lebih dan diode blocking.

d. Rincian elektrikal larik : spesfikasi ukuran, tipe dan lokasi dari kabel utama larik,
combiner box larik, saklar konektor DC (tegangan/arus), perangkat proteksi arus
lebih dan rangkaian pelindung elektronik lainnya (seperti deteksi arc fault).

e. Sistem AC : spesifikasi tipe, ukuran dan lokasi isolator AC, perangkat arus lebih dan
perangkat arus residual.

f. Proteksi pembumian dan tegangan lebih : rincian ukuran, tipe dan lokasi dari
konduktor pembumian/bonding, rincian kabel equipotential bonding rangka larik,
koneksi pada lightning protection system, surge protection device terpasang (jalur
AC/DC).

3. Layout String : Gambar menunjukkan array dibagi dan dihubungkan dengan string.

4. Lembar Data : Lembar data modul menurut persyaratan IEC 61730-1, inverter, dan
komponen lain yang signifikan.
5. Informasi Rancangan Mekanik : Lembar data atau dokumentasi engineering dari
sistem penyangga larik.

6. Sistem Gawat Darurat : Dokumentasi sistem gawat darurat yang terkait dengan
PLTS (alarm kebakaran, alarm asap, dsb).

7. Informasi Operasi dan Perawatan : Prosedur untuk memverifikasi sistem operasi


yang benar, checklist saat kegagalan sistem, prosedur gawat darurat, rekomendasi
perawatan (mekanikal, sipil dan elektrikal). Pertimbangan mengenai pekerjaan
pembangunan mendatang (misalnya pembangunan atap), dokumentasi garansi
modul PV dan inverter termasuk tanggal awal dan periode garansi, dokumentasi
garansi pekerjaan dan keadaan cuaca yang menekan.

8. Hasil Pengujian dan Data Komisioning : Salinan seluruh data pengujian dan
komisioning, termasuk hasil dari pengujian verifikasi yang diuraikan dalam SNI IEC
62446-1.
Analisa dan Interprestasi Performance Ratio
Analisa dan interprestasi Performance Ratio dilakukan sebelum ke lokasi dan menjadi
penentu keputusan untuk inspeksi lapangan. Performance Ratio adalah perbandingan
antara energi listrik aktual dihasilkan PLTS dengan energi listrik berdasarkan kapasitas
teoritis maksimal sistem saat beroperasi dapat dihitung dengan rumus :

PR dinyatakan dalam bentuk persentase, atau dengan nilai diantara 0 dan 1. Terdapat
tiga standar internasional untuk menghitung dan mengukur Performance Ratio PLTS.
Standar-standar tersebut adalah:
• IEC 61724-1:2017 Photovoltaic system performance - Part 1: Monitoring
• IEC TS 61724-2:2016 Photovoltaic system performance - Part 2: Capacity evaluation method
• IEC TS 61724-3:2016 Photovoltaic system performance - Part 3: Energy evaluation method
Peralatan Mengukur Performance Ratio
1. Energy Meter : Performance Ratio 2. Sensor iradians: sensor iradians yang
dari suatu grid-connected PLTS harus dapat digunakan, yaitu pyranometers
dihitung menggunakan energi AC dan sensor silikon. Dua tipe sensor ini
yang diumpan ke jaringan listrik. bekerja dengan prinsip berbeda, dan
Energi yang diumpan ini dapat memiliki kelebihan dan kekurangan.
diukur dengan energy meter digital. Sensor iradians harus kompatibel
Energy meter yang dipilih harus dengan datalogger yang digunakan.
kompatibel dengan data logger yang
digunakan.

Energy Meter

Pyranometer Sensor Silicon


3. Data logger: Dalam konteks pembangkit listrik, data logger sering disebut
SCADA. Namun, saat memantau Performance Ratio PLTS, istilah “data logger"
lebih tepat karena sistem mungkin tidak melaksanakan fungsi pengawasan
penuh seperti SCADA. Data logger bertanggung jawab melakukan perhitungan
yang diperlukan untuk menghasilkan PR dan menyimpan data ke dalam
database yang terhubung dengan internet. Hal ini memungkinkan hasil
pemantauan dapat diakses dari berbagai lokasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Performance Ratio
1. Faktor yang sedikit/tidak dapat dikontrol
a. Total insiden cahaya matahari : Jumlah total insiden cahaya matahari pada PLTS
mempengaruhi total output energi PLTS, dan mempengaruhi PR dari PLTS.
b. Intensitas spectral cahaya matahari : Standard Test Conditions (STC) menetapkan
spektrum "Massa Udara 1.5 Global" tercantum dalam IEC 60904-3 untuk pengujian
modul fotovoltaik (PV). Namun, spektrum cahaya yang terjadi pada PLTS dapat
berbeda karena interaksi cahaya matahari dengan atmosfer bumi. Perubahan
intensitas spektral cahaya matahari dapat memengaruhi output dari perangkat PV
karena respon spektral perangkat terhadap berbagai panjang gelombang cahaya
tidak konstan.
c. Sudut Insiden Cahaya : Matahari bergerak dari timur ke barat mempengaruhi respon
modul dan PR. Pada STC, modul akan disinari oleh cahaya yang jatuh menabrak sudut
yang tepat di permukaan modul. Hal yang dipertimbangkan seperti pengaturan
sudut azimuth dan sudut kemiringan panel surya terhadap bidang horizontal.
d. Temperatur Modul : Pada keadaan STC, temperatur modul adalah 25°C, sementara di
lapangan, temperatur modul dapat mencapai 70°C atau lebih. Sel surya di dalam PV
modul memiliki temperatur yang sudah diketahui, sehingga sel surya kurang efisien
ketika temperatur meningkat.
e. Degradasi Efisiensi Modul : Efisiensi modul dapat berkurang seiring waktu karena
degradasi material yang digunakan dalam sel surya dan modul. Namun, tingkat
degradasi efisiensi tidak seragam untuk semua modul. Biasanya modul PV memiliki
kinerja waktu sampai 25 tahun.
f. Degradasi Efisiensi Inverter : Inverter terbuat dari banyak komponen elektronik yang
dapat menurun efisiensinya, yang berakibat kepada penurunan PR dari PLTS.
g. Rugi-rugi Pengkabelan: Normalnya rugi-rugi pengkabelan tidak meningkat selama
PLTS berfungsi, namun apabila konektor yang digunakan kurang baik kualitasnya
(atau koneksi antar kabel tidak benar), maka resistansi seri dari koneksi meningkat
seiring waktu yang menyumbang kepada degradasi PR.
2. Faktor yang dapat dikontrol

a) Bayangan (shading) : Bayangan pada modul dapat disebabkan oleh tumbuhan di


sekitar area panel surya, bangunan di sekitar PLTS, atau konstruksi PLTS sendiri.
Bayangan mengurangi jumlah cahaya matahari yang diterima modul dan
mengurangi produksi energi PLTS secara keseluruhan.

b) Kekotoran (soiling) : Debu dan kotoran mempengaruhi kinerja sistem tenaga surya
dengan mengurangi jumlah cahaya matahari yang diterima oleh modul. Di beberapa
iklim, seperti di daerah gurun, kekotoran menjadi faktor signifikan yang mengurangi
PR PLTS. Namun, jika modul dipasang dengan kemiringan minimal 15°, efek
pembersihan otomatis oleh hujan cukup untuk membersihkan modul secara efektif.

c) Kesalahan Pengkabelan dan Kegagalan Komponen Minor : sekering (fuse) yang


terbakar dapat mengakibatkan pengurangan PR PLTS secara besar karena hilangnya
output keseluruhan string dari total output PLTS.
d) Modul yang Rusak atau Cacat : Beberapa kecacatan dapat terlihat langsung
melalui inspeksi visual, seperti kerusakan kaca atau perubahan warna pada
bahan perekat EVA. Kecacatan dapat dideteksi menggunakan teknik Infrared
Thermography dan pencitraan electroluminescence saat inspeksi di lapangan.

e) Inverter yang Rusak atau Cacat : Inverter yang mengalami kerusakan atau
cacat akan menyebabkan seluruh string modul yang terhubung dengan inverter
tersebut tidak dapat menghasilkan output, yang berdampak pada penurunan
tajam dalam PR. Situasi ini dapat terdeteksi melalui pencitraan termal infrared.
INSPEKSI LAPANGAN
Proses pemeriksaan atau pengawasan langsung yang dilakukan
secara fisik di lokasi atau area tertentu. Kegiatan ini yang
membutuhkan biaya besar dan memakan waktu, sehingga harus
dipersiapkan secara baik. Selama inspeksi lapangan, terdapat tiga
kelompok kegiatan sebagai berikut:
1. Inspeksi Visual
Proses pemeriksaan yang dilakukan secara visual untuk mengevaluasi kondisi,
kualitas, atau keandalan suatu objek. Tujuan meliputi identifikasi cacat, kerusakan,
atau ketidaksesuaian dengan standar.
2. Wawancara dengan Operator PLTS
Dengan wawancara dapat mengetahui informasi mengenai informasi umum,
komisioning dan lain sebagainya yang dapat dimasukkan ke laporan evaluasi.
2. Pengujian di Lapangan
A. Infrared Thermography
Suatu teknik dimana kamera sensitif terhadap cahaya infra
merah jarak jauh (panjang gelombang 8– 15 μm) untuk
menciptakan gambar dengan warna palsu suatu obyek.
Warna palsu berkaitan dengan temperature pada obyek.
Pengujian dilakukan saat PLTS beroperasi.
Perangkat yang digunakan yaitu kamera IR. Standar
internasional Infrared Thermography modul dan sistem PV
yaitu IECTS 62446-3:2017 Photovoltaic (PV) systems
Requirements for testing, documentation and maintenance
Part 3: Photovoltaic modules and plants, Outdoor Infrared
Thermography. Standar ini memberikan spesifikasi gambar IR
harus diambil memastikan “resolusi geometris” yang cukup
tinggi dari hasil gambarnya.
Pada Standar Internasional IEC 62446-3 dikategorikan empat level abnormalitas
thermography dapat dilihat melalui kamera IR sebagai berikut:

• Anomali Thermal level String : • Anomali Thermal level Modul : penyebab


penyebab string tidak menghasilkan seperti kaca depan yang pecah/rusak,
listrik, seperti kesalahan pengkabelan, modul dalam hubungan pendek, atau
masalah pada inverter, atau sekering potential induced degradation (PID).
yang terbakar.
• Anomali Thermal level Substring : • Anomali Thermal Lokal : penyebab seperti
penyebab seperti hubungan pendek jalur elektrik tahanan rendah, bayangan
atau rangkaian terbuka terjadi di atau kekotoran dan memiliki temperature
dalam junction box. Anomali thermal yang hangat dibandingkan area
seperti ini harus dilepas dan diganti. permukaan atau koneksi resistansi yang
tinggi di junction box
B. Kurva I-V String dan Modul
Rangkaian arus mengalir melalui perangkat
PV terhadap tegangan di terminal. Standar
pengukuran kurva I-V terdapat pada IEC 60904.
Kurva I-V tidak harus sesuai STC, namun dapat
diukur di bawah cahaya matahari dan temperatur
lingkungan.
Peralatan yang digunakan yaitu portable I-V
curve tracer. Beberapa asesoris diperlukan seperti
sensor iradians. temperature dan kabel serta
konektor untuk modul dengan I-V curve tracer
(keadaan tidak beroperasi).
Karakteristik kurva I-V di dalam modul PV
bergantung kepada kondisi seperti intensitas
iradians, temperatur, spektrum cahaya, sudut
insiden, cahaya langsung dan tersebar.
C. Pencitraan Electroluminescence

Jenis pengujian dimana efisiensi dari perangkat PV dapat dipindai. Pengujian ini
lebih kompleks, namun juga lebih sensitif Untuk jenis-jenis kecacatan tertentu pengujian
ini dapat menjadi alat diagnostik untuk menemukan hal yang salah pada PLTS yang
kinerjanya tidak optimal.

Peralatan yang digunakan untuk mengambil gambar adalah kamera yang sesuai,
catu daya yang sesuai dan pengaturan yang sesuai (kondisi gelap). Beberapa peralatan
tambahan seperti kabel untuk koneksi suplai daya modul dan tripot untuk penyangga
kamera.

Untuk pengambilan gambar yang baik merujuk kepada standar Internasional IEC
TS 60904-13:2018 Photovoltaic Devices – Part 13: Electroluminescence of Photovoltaic
Modules .
Proses yang terjadi di dalam PV selama electroluminescence adalah
pembalikan waktu dari proses operasi FV secara normal, sehingga efisiensi
fotovoltaik yang baik berhubungan dengan efisiensi electroluminescence
yang baik dan sebaliknya. Daerah yang tampak terang pada gambar EL
berhubungan dengan efisiensi PV yang tinggi dan sebaliknya. Beberapa
contoh gambar EL pada PV
Modul PV yang baik dengan sedikit
permasalahan. Ada sedikit perbedaan kecerahan
di antara sel surya. Hal tersebut normal karena
adanya perbedaan kualitas material. Ada beberapa
sel lebih gelap karena perbedaan efisiensi sel surya
di dalam modul.
Keseluruhan gambar EL tidak terlalu terang,
diperbaiki dengan meningkatkan arus yang
dialirkan ke modul atau meningkatkan waktu
paparan kamera.
Modul PV yang memiliki beberapa area
gelap disebabkan kondisi penyolderan yang
buruk saat proses manufaktur. Terdapat
beberapa bercak gelap yang berhubungan
dengan posisi busbar. Pola gelap disebabkan
temperatur solder yang tidak cukup panas
untuk membuat ikatan yang baik antara
ribbon dan busbar
Sebuah modul PV yang mengalami
degradasi. Ada garis-garis terang di samping
busbar dan bercak terang mendekati daerah
tengah beberapa sel. Keseluruhan sel tampak
kotor. Ketidakseragaman ini kemungkinan
besar disebabkan oleh rembesan kelembaban
yang mengkorosi kontak metal sehingga
menjadi kurang konduktif, atau menimbulkan
degradasi lapisan pasivasi dari sel surya.
Gambar EL dari modul FV yang sangat
rusak. Modul retak sedemikian rupa sehingga
terdapat daerah yang gelap secara elektrik
tidak aktif, dan tidak dapat menghasilkan sinyal
EL, yang berarti sel-sel tersebut juga tidak
dapat berkontribusi kepada output PV. Modul
ini akan menunjukkan anomali bentuk tangga
yang cukup menonjol dalam kurva I-V nya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai