Teori Behaviorisme, Social-Kognitif dan Konstruktivisme
1. Dalam teori behaviorisme dijelaskan bahwa upaya peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan membutuhkan stimulus atau penguatan. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perubahan kognitif, afektif atau psikomotorik peserta didik sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar. Murid berperan sebagai pendengar dan pasif di dalam kelas. Perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru. Contoh penerapan pembelajaran pada teori belajar behaviorisme adalah direct instruction. 2. Dalam teori belajar sosial-kognitif bahwa peserta didik belajar melalui proses peniruan. Peserta didik meniru beberapa perilaku melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang-orang di sekitarnya). Kepribadian peserta didik berkembang melalui proses pengamatan. Peserta didik tidak hanya sekedar mengulangi perilaku model, namun dapat juga menambah tingkah laku atau mengurangi tingkah laku. Contohnya, adalah metode demonstrasi dalam kegiatan praktikum Fisika, Kimia atau Biologi. (2) Contoh lainnya, adalah belajar berbicara/berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. 3. Dalam teori belajar konstruktivisme peserta didik menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia, atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga terjadi keseimbangan. Contohnhya, Penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran.