Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN BIMBINGAN PKP

Nama : Rapika Duri


NIM: 856838626
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SDN 10 Kabawetan
Kelas / Semester : III / I
Tema : Benda di Sekitarku (Tema 3)
Sub Tema : Perubahan Wujud Benda (Sub Tema 3)
Muatan : Bahasa Indonesia
Pembelajaran :1
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan (2 x 35 menit)

A. KOMPETENSI INTI K1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.


K2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
K3 : Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya makluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda - benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah.
K4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam Bahasa yang jelas , sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Muatan Bahasa Indonesia No. Kompetensi Indikator
3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari –
hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, visual, dan eksplorasi lingkungan.
3.1.1 Mengumpulkan (C4) informasi terkait dengan perubahan wujud benda mencair.
4.1 Menyajikan hasil informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan
sehari – hari dalam bentuk lisan, tulis, dan visual menggunakan kosa kata baku dan kalimat
efektif.
4.1.1 Menyajikan (P3) hasil pengamatan terkait perubahan wujud benda mencair
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui mengamati video pembelajaran peserta didik dapat mengumpulkan (C4)
informasi terkait dengan perubahan wujud benda mencair dengan benar.
2. Melalui kegiatan diskusi dan percobaan peserta didik dapat menyajikan hasil
pengamatan terkait perubahan wujud benda mencair dengan benar.
D. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. Relegius
2. 2. Nasional
3. 3. Integritas
4. 4. Tanggungjawab
5. 5. Gotong royong
E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Perubahan Wujud Benda
F. MODEL PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN
Model : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, Penugasan, Ceramah
G. MEDIA, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
Sumber Belajar :
1. Buku pedoman guru tema 3 (Benda di Sekitarku) Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan 2018.
2. Buku pedoman siswa tema 3 (Benda di Sekitarku) Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013, Jakarta: Kementrian Pendidikan 2018.
3. Video Pembelajaran Perubahan Wujud Benda • Media es batu mencair (Orientasi
Siswa Pada Masalah)
4. Bahan Ajar Media/ Alat : Proyektor, Laptop, Hp, Video Bahan : Es batu, Gelas,
batu/kayu
H. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal
 Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan salam dan menanyakan kabar. Relegius
 Guru mengecek kehadiran siswa dilanjutkan dengan berdoa. Integritas - Religius
 Guru bersama siswa menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya, Arts 10 MENIT
 Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik.
• Ada yang masih ingat pembelajaran kita kemarin?
• Kemarin kita belajar mengenai wujud benda. Wujud benda ada 3 yaitu padat, cair,
dan gas.
• Pernahkah kalian melihat batu es?
• Bagaimana wujud batu es? Apakah padat atau cair?
 Guru menyampaikan tujuan, manfaat dan Langkah – Langkah pembelajaran yang akan
dilakukan melalui tayangan power point.
 Kegiatan Inti
Sintaks 1 Orientasi siswa pada masalah
a. Siswa bersama guru mengamati video pembelajaran mengenai perubahan wujud
benda (proses mencairnya es batu). (ICT) (Media Audio Visual)
b. Peserta didik bersama dengan guru melakukan tanyajawab berkaitan dengan materi.
c. Guru bertanya kepada peserta didik:
• Apakah yang terjadi pada es batu? • Mengapa hal demikian dapat terjadi?
d. Peserta didik bersama guru mengamati video pembelajaran perubahan wujud benda
mencair.
Sintaks 2 Mengorganisir siswa untuk belajar
e. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa
berdasarkan peringkat. Setiap kelompok berjumlah 5 orang. Gotong royong
f. Guru membagikan LKPD kepada peserta didik.
g. Peserta didik melaksanakan kegiatan dalam LKPD.
Sintaks 3 Membimbing penyelidikan kelompok
h. Guru membimbing peserta didik dalam melaksanakan kegiatan percobaan.
Tanggung jawab
i. Peserta didik melakukan kegiatan mengamati percobaan perubahan wujud dalam
LKPD. Tanggung jawab Sintaks 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
50 MENIT
j. Peserta didik LKPD menuliskan informasi dari hasil mengamati percobaan
kelompoknya. Tanggung jawab
Sintaks 5 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
k. Guru memberikan penguatan percobaan perubahan wujud
l. Peserta didik bersama bersama guru melakukan refleksi dan evaluasi pembelajaran
mengenai perubahan wujud benda.
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
2. Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. 10 MENIT
I. PENILAIAN
- Penilaian sikap
- Jenis penilaian : non tes
- Bentuk penilaian : lembar pengamatan

Perubahan Tingkah Laku


No Nama
Sosial Religius Tanggung Jawab

1 K C B SB K C B SB K C B SB

2 1 2 3 4 1 2 3 4
3
4
5
6

K = Kurang C = Cukup B = Baik SB = Sangat Baik


J. REMEDIAL
• Guru membimbing peserta didik yang belum mampu mengumpulkan informasi terkait
perubahan wujud benda mencair.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman selalu menampilkan persoalan baru yang kerap tidak terpikirkan
sebelumnya. Cita-cita kemerdekaan yang diusung oleh para pendiri bangsa menjadi tanggung jawab
kita bersama untuk melanjutkan tonggaktonggak perjuangan pergerakan nasional tersebut. Proses
pendidikan yang telah dijalani selama hampir 78 tahun kemerdekaan Republik Indonesia tidak serta
merta membuat perubahan secara signifikan terhadap pola pikir sumberdaya manusianya.
Mencerdaskan kehidupan bangsa1 sebagai salah satu icon penting kehidupan bermasyarakat perlu
terus dilakukan pembaharuan menuju masa depan yang baik kedepannya. Indonesia dahulu dipuji
sebagai salah satu negara yang berhasil menaikkan Indeks Pembangunan Manusia secara fantastis.
(Moh. Wardi, “Problematikan Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifmya.” Tadris, 1 (Juni, 2013)
hlm., 55
Belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Ada beberapa teori yang
berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpuh pada stuktur kognitif, yakni
penataan fakta, konsep serta prinsipprinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang
memiliki makna bagi subjek didik(M. Thobroni, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Ar-ruzz, 2016), h.16)
Salah satu hal yang bisa mempengaruhi meningkatnya minat belajar pada siswa yaitu model
pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan minat belajar siswa yaitu
model pembelajaran discovery learning. Menurut Suryosubroto (dalam Putrayasa 2014) menyatakan bahwa
discovery learning adalah bagian dari praktik atau implementasi suatu pendidikan yang meliputi metode
mengajar dengan menekankan cara belajar yang aktif, berorientasi pada suatu proses, dapat mengarahkan
dengan sendirinya dan reflektif. Model pembelajaran discovery learning terdapat 6 langkah yaitu, pertama
adalah pemberian rangsangan, kedua yaitu pernyataan/identifikasi masalah, ketiga yaitu pengumpulan data,
keempat yaitu pengolahan data, kelima yaitu pembuktiandan tahap terakhir yaitu menarik simpulan.
Pembelajaran discovery learning merupakan proses suatu pembelajaran yang memusatkan siswa
untuk menemukan sendiri suatu pengetahuannya melalui percobaan atau dapat mengamati sendiri sehingga
kegiatan pembelajaran menjadi aktif dan kreatif. Oleh karena itu pembelajaran dengan model discovery

learning ini digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.


Pada pembelajaran yang akan dibahas adalah materi bahasa indonesia yang berisi menggali
informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari- hari dan
menyajikan hasil informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Dengan
menerapkan model pembelajaran discovery learning ini diharapkan mampu
meningkatkan minat belajar siswa tentang perubahan wujud benda. Selain itu juga, pembelajaran akan berpusat
pada siswa untuk bisa berfikir secara kritis untuk menyelesaikanmaupun menemukan jawaban dari suatu
permasalahan yang ada. Sehingga siswa akan aktif dan berperan secara langsung dalam pembelajaran bukan
hanya guru saja yang terlibat aktif.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti akan melakukan penelitian di SD
Negeri 10 Kabawetan dengan judul: upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan objek nyata melalui model discovery learning pada tema 3 sub tema 3 kelas 3
sd negeri 10 kabawetan
1. Identifakasi masalah
a. Masih rendahnya hasil belajar tematik peserta didik kelas III SD Negeri 10
Kabawetan.
b. Belum diterapkannya model pembelajaran yang tepat.
c. Pendidik masih banyak mengajar dengan menggunakan teacher center.
d. Peserta didik kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan proses pembelajaran
di kelas.
2. Analisis Masalah
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah hasil belajar nilai pembelajaran tematik yang rendah, dengan
demikian pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan sebelum pengunaan model pembelajaran discovery learning
dan sesudah penggunaan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar
peserta didik pada pembelajaran tematik tema 3 subtema 3 kelas 3 di sekolah SD Negeri
10 Kabawetan 2023-2024?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar
peserta didik pada pembelajaran tematik tema 3 subtema 3 kelas 3 SD Negeri 10
Kabawetan 2023-2024.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk : 1. Menganalisis perbedaan sebelum
penggunaan model discovery learning ( DL ) dan sesudah menggunakan model discovery
learning terhadap hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik 3 sub tema 3 kelas 3
di sekolah SD Negeri 10 Kabawetan 2023-2024. 2. Menganalisis pengaruh model
pembelajaran discovery learning ( DL ) terhadap hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran tematik 3 sub tema 3 kelas 3 di sekolah SD Negeri 10 Kabawetan 2023-2024.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi peserta didik, untuk membangkitkan minat peserta didik dan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan melaui model discovery leraning ( DL ) sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar tematik 3 sub tema 3 kelas 3 di sekolah SD Negeri 10
Kabawetan 2023-2024.
2. Bagi pendidik, untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat demi peningkatan
pembelajaran di kelas, sehingga masalah yang berhubungan dengan pembelajaran
tematik dapat melalui penerapan model pembelajaran discovery learning ( DL ).
3. Bagi kepala sekolah untuk bahan refleksi sekolah pengenai penerapan model discovery
learning ( DL ).
4. Bagi peneliti lain, sebagai sumber informasi dan tambahan refrensi bagi peneliti-
peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran
discoveri learning.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar menurut
Suprihatiningrum (2016:15), belajar merupakan: suatu proses usaha yang dilakukan
individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang
diamati secara langsung maupun tidak diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Slameto ( 2010:2), belajar
ialah: suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memproleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya. Sedangkan menurut Dalyono ( 2007:49), “belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
belajar belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk
memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman dalam interaksi
dengan lingkungan. Dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.
2. Tujuan Belajar
Tujuan belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang. Tujuan
inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, sebagaimana
pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011:26-28), tujuan belajar pada umumnya
ada tiga macam, yaitu :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena
antara kemampuan berpikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan.
Kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan
sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan penanaman konsep memerlukan keterampilan,
baik keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah
keterampilan yang dapat diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan
penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini
adalah masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit,
karena lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, keterampilan berpikir serta
kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep.
3. Pembentukan
Pembentukan sikap pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak
akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan
dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu
yang sudah dipelajarinya. Hal yang berbeda dikemukakan menurut Hamalik (2010:73-
75), tujuan belajar terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Tingkah laku terminal.
Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan
tingkah laku peserta didik setelah belajar.
b. Kondisi-kondisi tes.
Komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi di mana peserta
didik dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal.
c. Ukuran-ukuran perilaku.
Komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan
untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku peserta didik. Tujuan belajar ialah
untuk dapat mencapai cita-cita tidak bisa dengan bermalas-malasan, tetapi harus rajin ,
gigih dan tekun belajar.
Menurut Riyanto (2012:5–17), teori belajar terdiri dari berbagai aliran sebagai
berikut :
1. Aliaran Behavioristik Pandangan tentang belajar menurut aliaran behavioristik
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
2. Aliran Kognitif Merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
itu sendiri.
3. Aliran Humanistik Proses belajar yang bermuara pada manusia itu sendiri.
4. Aliaran Sibernetika Teori belajar sibernetika adalah teori berkembang yang sejalan
dengan perkembangan teknologi.
5. Aliran Konstruktivisme Teori belajar Kontruktivisme merupakan suatu teknik
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif
pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka
masing masing.
Teori belajar secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat aliran menurut
Suprihatiningrum (2013:15), yaitu:
1. Teori Belajar Behavioristik Menurut penganut teori ini, belajar adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Teori behavioristik
hanya menganalisis perilaku yang tampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan
diramalkan.
2. Teori Belajar Konstruktivistik Teori konstruktivistik ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai.
3. Teori Belajar Humaristik Teori humaristik lebih mengedepankan sisi humanis manusia
dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang diingkan.
Teori ini lebih menekankan pada 14 isi/materi yang harus dipelajari agar membentuk
manusia seutuhnya.
4. Teori Belajar Sibernetik Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Teroi
ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses.
Namun, teori ini lebih menekankan pada “sistem informasi” yang di proses.
Berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula
berbgai teori tentang belajar. Setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut
bermunculan teori-teori tentang belajar menurut Dalyono (2009:29), sebagai berikut:
1. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik mekemukakan bahwa tingkah
laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement)
dari lingkungan. Pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku peserta didik
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa
sekarang.
2. Teori Belajar Kognitif Teori Belajar Kognitif tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di aman
tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi
itu dalam memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
3. Teori Belajar Humaristik Teori Belajar Humaristik tertuju pada masalah bagaimana
tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri. Aliran
humaristik penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan
dan perhatian peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, bahwa dalam penelitian ini menggunakan teori
belajar kontruktivistik. Alasan menggunakan teori konstruktivistik karena teori ini peserta
didik di berikan kesempatan oleh pendidik untuk menemukan atau fasilitator.
Prinsip- prinsip Belajar Menurut Djamarah (2011:95), menyatakan bahwa “agar
setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja
diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan ke arah keberhasilan
belajar”. Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010: 27) adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar 2. Sesuai hakikat belajar 3. Sesuai
materi atau bahan yang dipelajari 4. Syarat keberhasilan peserta didik Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar merupakan proses yang
dilakukan berdasarkan pengalaman, melakukan, mereaksi, dan melampaui, yang mana
pengalaman diperoleh dari lingkungan, dan beragam mata pelajaran yang bertujuan untuk
perubahan. 2. Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan membuat peserta
didik belajar. Pembelajaran menurut Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20
menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
susmber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Menurut Rusman (2017:85), Pembelajaran
merupakan: 16 suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi
komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran lainnya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.” Sedangkan menurut Hamalik (2010:25), Pembelajaran
merupakan: suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan
pengetahuan kepada siswa. Bila pembelajaran di pandang sebagai suatu proses, maka
pembelajaran merupakan kegitan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahawa
pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yang membuat peserta didik belajar.
2.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan peserta ddik tidak
mungkin terjadi tanpa perlakuan pendidik yang membedakannya hanya pada perannya saja.
Menurut Susanto (2013:87), prinsip-prinsip pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut
: “1. Prinsip pemusatan perhatian,2. Prinsip menemukan, 3. Prinsip belajar sambil bekerja, 4.
Prinsip belajar sambil bermain, 5. Prinsip hubungan sosial”.
Menurut Weil dalam Hamruni (2012:45), mengemukakan prinsip-prinsip
pembelajaran menjadi tiga prinsip, yaitu :
1. Usaha kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa
2. Pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa mestinya berbeda
3. Mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri 17
Sedangkan menurut Rusyan dalam Sagala (2013:55), prinsip pembelajaran
sebagai berikut:
1. Motivasi, yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri sendiri dan motivasi
ekstrinsik yang berasal dari luar diri.
2. Pembentukan persepsi yang tepat terhadap rangsangan sensoris.
3. Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar yang ditentukan antara lain bakat
khusus, taraf kecerdasan, minat serta tingkat kematangan dan jenis, sifat dan intensitas
dari bahan yang dipelajari.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa prinsip
dalam pembelajaran diperlukannya suatu dasar yang harus diketahui guna mengarahkan
peserta didik agar mampu mengatasi tantangan dan rintangan melalui sejumlah kompetensi
peserta didik sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Ciri- ciri Pembelajaran Pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pembelajaran
atau pemerolehan suatu keterampilan melaui pembelajaran, pengalaman atau pengajaran.
Menurut Rusman (2015:207), “terdapat ciri-ciri pembelajaran yaitu “Pembelajaran secara
tim, didasarkan pada managemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama, keterampilan
bekerja sama.” Sedangkan menurut Hamalik (2012: 65) ada tiga ciri khas yang terkandung
dalam sistem pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-
unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2. Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi
dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan
utama sistem pembelajaran ialah agar peserta didik belajar. Tugas pendidik ialah
mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar peserta didik belajar secara efesien
dan efektif.
Dengan proses mendesain sistem pembelajaran pendidik membuat rancangan untuk
memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa ciri- ciri pembelajaran yaitu
terdapat beberapa ciri khas yaitu harus adanya kemauan untuk bekerja sama, harus adanya
keterampilan, rencana, kesalingtegantungan dan tujuan.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Menurut Susanto (2013:5), “hasil belajar yaitu perubahanperubahan yang terjadi pada diri
peserta didik,baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar”. Hasil belajar menurut Suprihatiningrum (2013:37), merupakan:
Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar.hasil belajar pada
sasarannya dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan dibedakan menjadi empat macam, yaitu pengetahuan tentang fakta – fakta,
pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan konsep, dan keterampilan untuk berinteraksi.
Sedangkan hasil belajar menurut Hamalik (2008:30), “mengungkapkan bahwa hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat di amati dan
utus dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik untuk peningkatan kognitif, afektif,
dan psikomotor yang terjadi pada siswa setalah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Macam-macam hasil belajar menurut Suprhitiningrum (2016:38), menjelaskan bahwa ada
tiga ranah hasil belajar yaitu:
a. Aspek kognitif (Pengetahuan), kawasan kognitif ini terdiri dari enam tingkatan yang
secara berturut dari yang paling rendah hingga paling yang tinggi. B
b. Aspek afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan
apresiasi.
c. Aspek psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan. Menurut
Sardiman (2012:28), hasil belajar dalam pembelajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan progamatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri peserta
didik akan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan buat. Tiga hasil belajar tersebut
antara laian:
1) Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)
2) Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
3) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotor) 20 Pendapat lain
dari Blom dalam Suprijono (2013:6),
Hasil belajar mencakup: Dominan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dominan
kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis ( menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, membentuk, bangunan baru),dan
evaluation (menilai).
Dominan afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Dominan psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil bahwa ada tiga
macam hasil belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik yaitu aspek kognitif,afektif,
dan psikomotor.
Hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu keberhasilan
kemampuan pada aspek kognitif peserta didik kelas 3 SDN 10 Kabawetan.
3. Faktor-faktor Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya pencapaian hasil
belajar.
Faktor faktor yang mepengaruhi hasil belajar menurut Syah ( 2015:145 ) terdapat
dua faktor yaitu fakor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
1) Faktor fisiologis
2) Faktor psiokologis terdapat beberapa macam yaitu, intelegensi. Siswa, sikap, bakat
siswa, dan minat siswa.
3) Faktor Eksternal a. Lingkungan sosial b. Lingkungan nasional 21 Menurut Slameto
( 2010:54),
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdapat beberapa faktor yaitu :
1) Faktor internal
a) Faktor jasmaniah terdapat faktor kesehatan, dan cacat tubuh
b) Faktor psiokologis terdapat faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
2) Faktor eksternal
a) Faktor keluarga terdapat faktor cara oaring tua mendidik, relasi antar
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah terdapat beberapa faktor meotode mengajar, kurikulum, relasi
guru dan siswa, relasi siswa dengan guru, dan siswa relasi dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat,mass,media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Munaldi dalam Rusman (2017:130), faktor - faktor yang
mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut
1) Faktor Internal
a) Faktor fisiologis Secara umum, faktor fisiologis seperti kondisi kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan kondisi yang lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat dan sebagainya.hal – hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam
menerima materi pelajaran.
b) Faktor Psikologis Secara induvidu ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda beda, hal tersebut turut mempengaruhu hasil belajar.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. faktor - faktor ini meliputi
lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya di
rancang sesuai dengan hasil belajar yang di harapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peniliti mengambil kesimpulan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhu hasil belajar terdapat dua faktor yaitu, faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat dan motivasi. Sedangkan
faktor eksternal meliputi sosial, masyarakat, dan lingkungan keluarga.
C. Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran
dimana pendidik tidak secara langsung memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari
materi yang disampaikannya. Menurut Supritiningrum (2013:24), pembelajaran
penemuan ialah: 26 Mempunyai kaitan intelektual yang jelas dengan pembelajaran
berdasarkan masalah. Pada model ini pendidik menekankan keterlibatan siswa secara
aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari pada deduktif, dan siswa menemukan atau
mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran penemuan, pendidik
mengajukan pertanyaan dan memperolehkan peserta didik untuk menemukan ide dan
teori mereka sendiri.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning
Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning merupakan sebagai hasil dari
pencapain yang lebih setelah menerapkan model DL. Kelebihan model Discovery
Learning menurut Hosnan ( 2014:287 ), adalah sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan –
keterampilan dan proses – proses kognitif. Usaha bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Model pembelajaran ini menginginkan peserta didik berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
e. Berpusat pada gagasan.
Menurut kurniasih (2014:66), mengungkapkan bahwa kelebihan model Discovery
Leraning sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang diperoleh melalaui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
c. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dari motivasi sendiri.
d. Membantu peserta didik menghilangkan keraguan – raguan.
e. Mendorong peserta didik berfikir dan merumuskan hipotesis sendiri.
Sedangkan menurut Roestiyah (2010:20), bahwa kelebihan model Discovery sebagai
berikut:
a. Teknik ini mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan, perbanyak kesiapan,
serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan peserta didik.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/ individual sehingga
dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa pesereta didik.
c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik .
d. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kemampuannya masing – masing.
e. Mampu mengrahkan cara peserta didik belajar, sehingga lebih memiliki inovasi yang kuat
untuk belajaar lebih giat.
f. Membantu peserta didik untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan sendiri.
g. Strategi itu berpusat pada peserta didik tidak pada pendidik.
Pendidik hanya sebagai teman balajar saja, membantu bila di perlukan. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kelebihan model Discovery
Learning yaitu menguatkan ingatan, memperkuat ingatan sendiri, dan peserta didik lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kelemahan atau hal yang kurang efektif
terdapat pada model pembelajaran Discovery Learning ini, menurut Hosnan (2014:3),
mengemukakan bahwa kelemahan model Discovery Learning sebagai berikut:
a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar, bagi peserta didik yang
kurang pandai, akan mengalamim kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan
hubungan antara konsep – konsep, yang tertulis, atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
b. Tidak efisien waktu untuk mgejar jumlah peserta didik yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu merekan menemukan teori atau
pemecahan maslah lainnya.
c. Harapan – harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan
peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara – cara belajar yang lama.
d. Pengajaran Discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek kondep, ketermapilan, dan emosi secara keseluruhan kurang.
Kelemahan model discovery Learning menurut Kurniasih (2014:66), sebagai berikut:
a. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
atau menungkapkan hubungan antar konsep – konsep.
b. Harapan – harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan
peserta didik dan pendidik yang telah terbiasa dengan cara – cara belajar yang lama.
c. Tidak menyediakan kesempatan – kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh
peserta didik karena telah dipilih terlebih dahulu oleh pendidik.
Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning menurut Roestiyah (2008:21),
mengemukakan:
a. Pada peserta didik harus ada kesiapan kematangan mental untuk cara bekaajar. Peserta
didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan dengan baik.
b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil.
c. Bagi pendidik dan peserta didik yang sudaah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akaan sangat kecewa bila di ganti dengan teknik penemuan.
d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses pengertian saja, kurang
memperhaatikaan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan baagi peserta
didik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memgambil kesimpulan bahwa
kelemahan Discovery Learning yaitu tidak efisiennya waktu yang lama untuk membantu
peserta didik menemukan teori serta kesulitan belajar. 30
3. Langkah- langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Model Discovery Learning membantu peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan belajar dan tercapainya suatu tujuan belajar sehingga peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang baik. Terdapat langkah – langkah penerapan model Discovery
Learning yang harus di perhatikan agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Langkah – langkah model pembelajaran Discovery Learning yakni :
Kegiatan Awal
 Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan salam dan menanyakan kabar. Relegius
 Guru mengecek kehadiran siswa dilanjutkan dengan berdoa. Integritas - Religius
 Guru bersama siswa menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya, 10 menit
 Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik.
• Ada yang masih ingat pembelajaran kita kemarin?
• Kemarin kita belajar mengenai wujud benda. Wujud benda ada 3 yaitu padat, cair,
dan gas.
• Pernahkah kalian melihat batu es?
• Bagaimana wujud batu es? Apakah padat atau cair?
 Guru menyampaikan tujuan, manfaat dan Langkah – Langkah pembelajaran yang akan
dilakukan melalui tayangan power point.
Kegiatan Inti
 Sintaks 1 Orientasi siswa pada masalah
- Siswa bersama guru mengamati video pembelajaran mengenai perubahan wujud
benda (proses mencairnya es batu). (ICT) (Media Audio Visual)
- Peserta didik bersama dengan guru melakukan tanyajawab berkaitan dengan materi.
- Guru bertanya kepada peserta didik: Apakah yang terjadi pada es batu? • Mengapa
hal demikian dapat terjadi?
- Peserta didik bersama guru mengamati video pembelajaran perubahan wujud benda
mencair.
 Sintaks 2 Mengorganisir siswa untuk belajar
- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa
berdasarkan peringkat. Setiap kelompok berjumlah 5 orang. Gotong royong
- Guru membagikan LKPD kepada peserta didik.
- Peserta didik melaksanakan kegiatan dalam LKPD.
 Sintaks 3 Membimbing penyelidikan kelompok
- Guru membimbing peserta didik dalam melaksanakan kegiatan percobaan.
Tanggung jawab
- Peserta didik melakukan kegiatan mengamati percobaan perubahan wujud dalam
LKPD. Tanggung jawab
 Sintaks 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya 50 menit
- Peserta didik LKPD menuliskan informasi dari hasil mengamati percobaan
kelompoknya. Tanggung jawab
 Sintaks 5 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
- Guru memberikan penguatan percobaan perubahan wujud
- Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dan evaluasi pembelajaran
mengenai perubahan wujud benda.
Kegiatan Penutup
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. 10 menit

Anda mungkin juga menyukai