Tgs1 Arudh - M. Qofratul Aiman - F031221033
Tgs1 Arudh - M. Qofratul Aiman - F031221033
Qofratul Aiman
Nim : F031221033
RANGKUMAN
KONSEP ARUDH
1. Wazn ()وزن
Wazn adalah pola ritme dalam puisi Arab yang terdiri dari jumlah
dan pola aksen dalam setiap barisnya. Setiap jenis puisi memiliki
wazn yang berbeda, yang memberikan identitas dan struktur unik
pada karya tersebut. Konsep wazn sangat penting dalam puisi
Arab karena menentukan irama dan melodi yang membentuk
keindahan puisi itu sendiri. Dalam menganalisis wazn, ilmu arudh
memperhatikan berbagai elemen, termasuk :
a. Wazn mengatur jumlah silabel dalam setiap baris puisi.
Beberapa wazn mungkin memiliki jumlah silabel yang tetap
dalam setiap baris, sementara yang lain mungkin memiliki
variasi tertentu.
b. Wazn juga mengatur pola aksen atau penekanan vokal dalam
setiap baris puisi. Ini menciptakan ritme yang khas dan
mengatur aliran kata-kata dalam puisi.
c. Beberapa jenis wazn mungkin melibatkan repetisi tertentu dari
pola aksen atau kelompok silabel, menciptakan motif yang
berulang-ulang dalam puisi.
Contoh umum dari wazn adalah "Tawil" ()طويل, yang memiliki pola
aksen panjang-pendek (Mafaa'il, Mafaa'il, Mafaa'il, Mafaa'il) dan
"Basit" (يطCCCC)بس, yang memiliki pola aksen pendek-panjang
(Mafaa'ilun, Mafaa'ilun, Mafaa'ilun, Mafaa'ilun). Dengan memahami
dan mengikuti wazn, penyair mampu menghasilkan puisi yang
memiliki keseimbangan dan keindahan ritmis yang memikat.
Contoh puisi dengan wazn ini adalah :
2. Qafia ()قافية
Qafia adalah rim atau bunyi akhir yang berulang pada akhir
baris-baris dalam sebuah bait puisi. Ilmu arudh memperhatikan
pola qafia dan bagaimana pola ini digunakan untuk menciptakan
kesan yang harmonis dalam puisi. Kafiah ( )قافيةadalah istilah dalam
ilmu arudh yang merujuk pada rim atau bunyi akhir yang berulang
pada akhir baris-baris dalam sebuah bait puisi. Dalam tradisi puisi
Arab, kafiah menjadi salah satu elemen penting dalam
menciptakan kesan harmonis dan ritmis dalam puisi. Penggunaan
kafiah memungkinkan penyair untuk menciptakan pola suara yang
konsisten dan menyatu di antara baris-baris puisi.
Penggunaan kafiah dalam puisi tidak hanya mencakup
kesamaan bunyi akhir, tetapi juga sering kali mencakup kesamaan
huruf-huruf akhir yang membentuk kafiah tersebut. Misalnya, dalam
puisi Arab, kafiah bisa berupa kata-kata dengan akhiran yang
sama, atau kata-kata yang memiliki akhiran yang berbeda tetapi
berakhir dengan huruf-huruf yang sama.
Contoh 1 bait syair arab dengan kafiah yang sama :
َو َتَو َّهَج ْت ُأْن َو اُر الَفْج ر# َقْد َذَك َر الَّدَياُن اَألْخ َض َر
Pada contoh syair di atas, kafiah yang digunakan adalah "( "رءra’),
yang muncul pada akhir setiap baris dalam syair. Kafiah yang sama
ini memberikan kesan kesatuan dan harmoni dalam puisi,
meningkatkan aliran dan keindahan secara keseluruhan.
Dalam analisis ilmu arudh, para ahli memperhatikan pola-pola
kafiah yang digunakan dalam puisi, termasuk berbagai jenis kafiah
dan aturan-aturan yang mengatur penggunaannya. Kafiah sering
kali dipertimbangkan bersama dengan metrum atau pola ritme
(wazn) dan elemen-elemen lainnya dalam puisi untuk memahami
struktur dan keindahan dari karya sastra tersebut secara
keseluruhan.
3. Bahr ()بحر
Bahr adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
jenis-jenis pola ritme yang digunakan dalam puisi Arab. Ilmu arudh
mengkaji berbagai bahr dan aturan-aturan yang mengatur
penggunaannya. Dalam konteks ilmu arudh, "bahr" ( )بحرmerujuk
pada pola ritme atau metrum yang digunakan dalam puisi Arab
klasik. Bahr adalah salah satu aspek penting dalam analisis puisi
Arab, karena bahr menentukan pola ritme dan pengaturan aksen
dalam setiap baris puisi. Setiap bahr memiliki pola ritme yang khas,
yang terdiri dari sejumlah kaki (jumlah kata dalam baris) dan pola
aksen (aksentuasi).
Misalnya, dalam ilmu arudh, terdapat beberapa jenis bahr yang
umum digunakan, seperti "Tawil" ()طويل, "Basit" ()بسيط, "Wafir" ()وافر,
dan lain-lain. Setiap jenis bahr memiliki aturan dan karakteristik
tersendiri yang membedakannya, seperti jumlah kaki dan pola
aksen yang terdapat dalam setiap baris.
Dalam ilmu arudh, bahr (رCC )بحmengacu pada pola ritme atau
metrum yang digunakan dalam puisi Arab klasik. Pola ritme ini
terdiri dari serangkaian kaki (syllable) yang diatur secara teratur
dan berulang dalam setiap baris puisi. Setiap jenis bahr memiliki
pola yang khas, yang terdiri dari jumlah kaki dan pola aksen
(penekanan vokal).
3. Wafir ( )وافر: Merupakan bahr yang terdiri dari enam kaki dalam
setiap baris, dengan penekanan pada kaki kedua dan kaki
keempat. Contohnya:
َك ْي َف اْلُفَؤ اُد َي ْن َس اَك َم ا َأْن َت َلُه
Ilmu 'Arudh tidak hanya menjadi penting dalam konteks puisi Arab,
tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan pada sastra islam secara
keseluruhan. Konsep-konsep metrik yang ditemukan dalam ilmu
'Arudh juga diterapkan dalam sastra berbahasa Persia, Turki, dan
Urdu. Meskipun tidak sepopuler pada masa kejayaannya, ilmu 'Arudh
tetap menjadi bagian integral dari studi sastra Arab dan Islam.
Dengan demikian, perjalanan sejarah ilmu 'Arudh mencerminkan
evolusi sastra Arab dan Islam dari masa pra-Islam hingga masa
modern,
studi tentang metrik dan prosodi dalam puisi Arab terus berkembang
dan memberikan kontribusi yang berharga bagi warisan intelektual
manusia.
5. Mengembangkan Kreativitas
E. DEFINISI BAIT
Bait dalam konsep bait syair adalah bagian dari sebuah syair yang
terdiri dari beberapa baris kalimat atau baris puisi. Bait biasanya terdiri
dari beberapa baris yang memiliki pola irama, rima, atau tema yang
sama. Bait adalah ungkapan dengan susunan yang benar dan terukur
berdasarkan kaidah dan ilmu arudh dan didalamnya terdiri atas
satuan-satuan bunyi yang membentuk suatu susunan taf’ilah tertentu.
Bait syair berdasarkan jumlah taf’ilahnya atau wazan yang terdapat
didalamnya :
a. Tam ()التام
Merupakan bait syair arab yang jumlah taf’ilahnya lengkap, sesuai
konvensi syair arab. Berdasarkan konvensinya, bentuk tam syair
araba da yang terdiri atas 6 taf’ilah dalam satu bait dan ada juga 8
taf’ilah dalam satu bait.
b. Majzu’ ()المجروء
Yaitu bait syair didalamnya hanhya terdiri atas sebagian saja dari
jumlah taf’ilah tam, yaitu sekitar dua per tiga dari jumlah taf’ilah
tamnya : 4 taf’ilah untuk syair yang dalam keadaan tam-nya terdiri
atas 6 taf’ilah, dan 6 taf’ilah untuk syair yang dalam keadaan tam-
nya terdiri atas 8 taf’ilah.
c. Masythur ()المشطور
Yaitu bait syair terdiri atas 1 syatr yang didalamnya hanya terdapat
1 per 2 dari jumlah taf’ilah tam-nya : 3 taf’ilah untuk syair yang
dalam keadaan tam-nya terdiri atas 6 taf’ilah, dan 4 taf’iah untuk
syar dalam keadaan tam-nya terdiri atas 8 taf’ilah.
d. Manhuk ()المنحوك
Bait syair yang hanya terdiri dari sekitar 1 per 3 dari jumlah taf’ilah
tam-nya : 2 taf;ilah untuk syair yang dalam keadaan tam-nya terdiri
atas 6 taf’ilah, dan 3 taf’ilah untuk syair yang dalam keadaan tam-
nya terdiri atas 8 taf’ilah.
Qadli, Nu’man Abd al-Muta’ali al- (2005). Syi’r al-Futuh al-Islami fi Shadr al-Islam.
Riyadl: Maktabah as-Tsaqafah ad-Diniyah.
Syarif, Muhammad Abu al-Futuh (1984). al-‘Arudh, Dirasat Tathbiqiyyah wa
ma’ahu Kitab al-Qawafi. Maktabah as-Syabab.
Mahmud, ‘Abd al-Khaliq (2007). Diwân Ibn al-Fâridl. Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiah.
Tentu, berikut adalah lima referensi jurnal dan lima buku yang membahas
konsep ilmu arud:
Al-Ahwal, M. A. (2018). The Development of Arabic Prosody and Its Impact on
Literary Theory. Journal of Arabic Literature, 49(1), 50-67.
Al-Saleh, K. A. (2016). The Role of Meter in Shaping Meaning: A Study of
Selected Arabic Poems. Journal of Arabic and Islamic Studies, 16,
35-52.Al-Zahrani, F. M. (2019). The Evolution of Arabic Metrics: A
Historical Overview. Arabica, 66(1-2), 56-75.
Al-Najdi, M. A. (2017). The Influence of Arud on Modern Arabic Poetry: A
Comparative Analysis. Journal of Arabic Linguistics, 30(2), 112-128.
Al-Qurashi, A. S. (2020). Exploring the Relationship Between Arud and Music
in Arabic Poetry. Journal of Arabic Music Studies, 4(1), 78-94.
Al-Khatib, S. M. (2015). Fundamentals of Arabic Prosody. Cairo: Dar Al-
Ma'arif.
Al-Jurjani, A. H. (2018). The Science of Arabic Metrics: A Comprehensive
Guide. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
Al-Qalqashandi, I. A. (2016). Metrical Analysis in Classical Arabic Poetry.
London: Routledge.
Al-Khwarizmi, M. A. (2017). Arud: The Art of Arabic Prosody. Beirut: Dar Al-
Thaqafa.
Al-Farahidi, K. A. (2019). Exploring Arud: An Introduction to Arabic Metrics.
Cairo: Dar Al-Ma'arif.