Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEBUTUHAN CINTA, MEMILIKI DAN DIMILIKI

MAKALAH
Dosen pengampu: Setio Budi Raharjo, S.Kp., M.Kp
Mata Kuliah: Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :
Amalia Safrina
NIM. P07120123070
Tingkat 1 Reguler B

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BANDA ACEH
2024

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................2
1. Tujuan Umum...................................................................................2
2. Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Definisi Kebutuhan Dasar Cinta, Memiliki dan Dimiliki..........................3
B. Etiologi.......................................................................................................3
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi............................................................4
D. Mekanisme Fisiologi..................................................................................5
E. Peran Perawat dalam Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan yang
Dasar..........................................................................................................7
F. Pengkajian Fokus.......................................................................................8
G. Diagnosa Keperawatan..............................................................................9
H. Intervensi...................................................................................................9
BAB IIIKESIMPULAN.........................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar cinta, memiliki, dan dimiliki merupakan aspek penting
dalam hubungan manusia. Kebutuhan untuk dicintai dan memberi cinta
adalah bagian fundamental dari pengalaman manusia. Ketika seseorang
mencintai dan merasa dicintai, hal itu memberi mereka perasaan keberadaan
yang bermakna dan terhubung dengan orang lain.Sementara itu, keinginan
untuk memiliki dan dimiliki dalam hubungan adalah tentang adanya
kedalaman dan keintiman. Ini mencakup rasa memiliki pasangan sebagai
bagian dari hidup mereka, merasakan hubungan yang kuat dan mendalam.
Tetapi juga penting untuk merasa diterima dan dimiliki oleh pasangan,
sehingga seseorang merasa diakui, dihargai, dan dicintai apa adanya.
Konsep mengenai cinta banyak lahir dan berkembang dalam bidang tasawuf
dan psikologi. Cinta banyak dimaknai dengan konsep yang ambigu (Loka &
Yulianti, 2019). Cinta merupakan rasa fitrah yang berasal dari Tuhan. Ia
merupakan perasaan yang mulia dan murni dengan tujuan yang sangat
agung. Cinta dianugerahkan Tuhan kepada makhlukNya agar dapat
menemukan jalan cahaya, makna dan roh kehidupan (Abdurrahman, 2006).
Abraham maslow memasukkan cinta ke dalam lima tingkatan kebutuhan
dasar manusia atau sering disebut dengan teori hierarki kebutuhan Maslow.
Cinta dan kasing sayang ditempatkan pada urutan ketiga setelah kebutuhan
fisiologis dan rasa aman. Tingkat kebutuhan akan meningkat apabila
kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Jika kebutuhan fisiologis dan rasa
aman telah terpenuhi, maka berikutnya muncul kebutuhan akan cinta dan
kasih sayang berlanjut dengan rasa ingin memiliki dan dimiliki.
Menurutnya, cinta menyangkut hubungan sehat dan penuh kasih sayang
mesra antara dua orang yang diiringi dengan sikap saling percaya serta
meliputi kegiatan memberi dan menerima. Manusia harus memahami cinta,
mampu mengajarkan, menciptakan, dan meramalkannya, sehingga dunia
tidak akan dibanjiri dengan rasa kebencian dan permusuhan (Hidayat, 2011)

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui
kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan dasar cinta, memiliki dan
dimiliki.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahi definisi kebutuhan dasar cinta, memiliki dan dimiliki.
2. Mengetahui etiologi kebutuhan dasar cinta, memiliki dan
dimiliki.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar
cinta, memiliki dan dimiliki.
4. Mengetahui mekanisme fisiologi kebutuhan dasar cinta,
memiliki dan dimiliki.
5. Mengetahui peran perawat dalam penatalaksanaan pemenuhan
kebutuhan dasar cinta, memiliki dan dimiliki.
6. Mengetahui pengkajian fokus dalam kebutuhan dasar cinta,
memiliki dan dimiliki.
7. Mengetahui diagnosa keperawatan dalam kebutuhan dasar cinta,
memiliki dan dimiliki.
8. Mengetahu intervensi kebutuhan dasar cinta, memiliki dan
dimiliki.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Dasar Cinta, Memiliki dan Dimiliki


Cinta adalah keindahan sejati yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta
merupakan satusatunya kebebasan di dunia ini karena ia begitu tinggi
mengangkat jiwa, di mana hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak
mampu menemukan jejaknya (Al-Ghifari, 2005). Kebutuhan dasar cinta
adalah kebutuhan psikologis yang mendasar bagi manusia untuk mencintai
dan dicintai. Ini mencakup keinginan untuk merasa terhubung, diterima, dan
diakui oleh orang lain. Kebutuhan ini berakar dalam kebutuhan akan
interaksi sosial dan keintiman dalam hubungan manusia.
Kebutuhan dicintai, mencintai, dan memiliki/dimiliki yaitu kebutuhan untuk
memberikan dan menerima rasa cinta sayang dan memiliki (Maryam, 2010).
Kebutuhan dicintai, mencintai, dan dimiliki seperti yang dikembangkan,
terdiri dari:
1. Memberikan dan menerima cinta dan kasih sayang;
2. Membutuhkan teman hidup dan bergaul;
3. Membutuhkan hubungan interpersonal/restu dari orang lain;
4. Membutuhkan perlakuan yang halus/hubungan yang hangat;
5. Membutuhkan kebersamaan/persahabatan/keabraban; dan
6. Membutuhkan pergaulan yang intim/bersatu dengan yang dicintai.

B. Etiologi
1. Kondisi Kesehatan Mental
Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau
gangguan kepribadian dapat memengaruhi kemampuan seseorang
untuk membentuk dan memelihara hubungan yang sehat. Individu
dengan kondisi ini mungkin mengalami kesulitan dalam memberikan
atau menerima cinta dan dukungan dari orang lain.
2. Isolasi Sosial

3
Keterbatasan fisik atau mobilitas, kurangnya dukungan sosial, atau
perubahan dalam lingkungan sosial (seperti pindah ke tempat baru
atau kehilangan orang yang dicintai) dapat menyebabkan isolasi
sosial. Hal ini dapat mengakibatkan perasaan kesepian dan kurangnya
koneksi interpersonal, yang pada gilirannya mempengaruhi kebutuhan
dasar cinta.
3. Konflik Interpersonal
Konflik dalam hubungan interpersonal, baik itu dengan pasangan,
anggota keluarga, atau teman, dapat mengganggu kebutuhan dasar
cinta. Misalnya, pertengkaran yang sering atau ketidakcocokan nilai-
nilai dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan dan
menghambat kemampuan untuk merasa dicintai dan terhubung.
4. Trauma atau Pengalaman Emosional Berat
Pengalaman trauma atau kehilangan yang mendalam, seperti kematian
pasangan atau kekerasan dalam hubungan, dapat menyebabkan luka
emosional yang mendalam dan mengganggu kemampuan individu
untuk membentuk hubungan yang sehat di masa depan.
5. Kurangnya Pengetahuan atau Keterampilan Interpersonal
Beberapa individu mungkin memiliki kurangnya pengetahuan atau
keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk membangun
hubungan yang sehat dan memenuhi kebutuhan cinta. Misalnya,
kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif atau kesulitan dalam
mengekspresikan emosi secara sehat dapat menghambat kemampuan
mereka untuk merasa terhubung dengan orang lain.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


1. Faktor Psikologis
Kebutuhan dasar cinta dapat berasal dari aspek psikologis individu,
seperti keinginan untuk merasa terhubung, diakui, dan diterima oleh
orang lain. Faktor-faktor seperti pengalaman masa kecil, pola
hubungan dengan figur otoritas dan orang yang penting, serta persepsi

4
tentang diri sendiri dan orang lain, dapat membentuk etiologi
kebutuhan cinta.
2. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman emosional dan hubungan interpersonal yang dialami
seseorang selama masa kecil dan masa remaja dapat memengaruhi
bagaimana mereka mengembangkan kebutuhan cinta. Misalnya,
individu yang tumbuh dalam lingkungan yang hangat dan penuh kasih
cenderung memiliki kebutuhan cinta yang terpenuhi secara positif,
sementara individu yang mengalami trauma atau kurangnya dukungan
emosional mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
cinta.
3. Faktor Sosial dan Budaya
Norma-norma sosial dan budaya juga dapat memengaruhi etiologi
kebutuhan dasar cinta. Nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, seperti
pentingnya pernikahan dan keluarga, serta cara komunikasi dan
interaksi yang dianggap pantas antara pasangan, dapat membentuk
bagaimana individu merasakan dan mengekspresikan kebutuhan cinta.
4. Faktor Biologis
Aspek biologis, seperti neurokimia otak dan hormon, juga dapat
memainkan peran dalam etiologi kebutuhan cinta. Misalnya, hormon
oksitosin yang dilepaskan selama interaksi sosial yang positif dapat
meningkatkan perasaan keterikatan dan keintiman antara individu.
5. Pengalaman Hubungan
Pengalaman dalam hubungan sebelumnya juga dapat membentuk
kebutuhan dasar cinta seseorang. Pengalaman positif atau negatif
dalam hubungan sebelumnya dapat mempengaruhi harapan,
kepercayaan, dan perilaku individu dalam hubungan yang sedang
berlangsung atau yang akan datang.

D. Mekanisme Fisiologi
1. Hormon Oksitosin

5
Hormon oksitosin juga disebut “hormon kasih sayang”(Maita, 2016).
Oksitosin sering disebut sebagai "hormon cinta" karena perannya
dalam membentuk hubungan sosial dan emosional yang positif.
Hormon ini dilepaskan dalam situasi-situasi yang melibatkan kontak
fisik, interaksi sosial yang positif, dan aktivitas-aktivitas yang
meningkatkan keterikatan antar individu, seperti menyusui,
berpelukan, atau berbagi momen intim dengan pasangan. Oksitosin
telah terkait dengan peningkatan perasaan keterikatan, keintiman, dan
perasaan positif terhadap orang lain.
2. Hormon Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam pengalaman
kenikmatan dan hadiah. Saat seseorang merasakan kebahagiaan,
kegembiraan, atau kepuasan dalam hubungan interpersonal, tingkat
dopamin dalam otak dapat meningkat. Ini menyebabkan sensasi
positif dan perasaan euforia, yang memperkuat ikatan antara individu
dan orang yang mereka cintai.
3. Hormon Endorfin
Hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat
dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan
suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan
bahagia(Miftakhurrohman & Suryadi, 2020).Endorfin adalah hormon
yang berperan dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
perasaan nyaman dan kenyamanan. Dalam konteks kebutuhan dasar
cinta, endorfin dapat dilepaskan selama interaksi sosial yang positif
atau saat seseorang merasa dekat dengan orang yang mereka cintai.
Hal ini dapat menyebabkan perasaan keterikatan yang lebih kuat dan
membantu mengurangi stres atau kecemasan.
4. Sistem Saraf Otonom
Aktivasi sistem saraf otonom, terutama cabang parasimpatis, dapat
terjadi selama interaksi sosial yang positif dan intim. Ini dapat
menyebabkan penurunan denyut jantung, penurunan tekanan darah,
dan peningkatan relaksasi fisik, yang semuanya membantu

6
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keintiman dan koneksi
emosional.
5. Kortisol
Kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan
menyebabkan kadar glukosa darah tinggi(Pratiwi, Amatiria, & Yamin,
2016). Kortisol adalah hormon stres yang dapat berkurang dalam
situasi-situasi di mana seseorang merasa aman, terlindungi, dan
dicintai. Hubungan yang mendukung dan intim dapat membantu
menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan perasaan kesejahteraan dan kepuasan dalam hubungan.

E. Peran Perawat dalam Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan yang


Dasar
Perawat memainkan peran penting dalam membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasar cinta mereka dalam konteks perawatan kesehatan. Berikut
adalah beberapa peran perawat dalam penatalaksanaan pemenuhan
kebutuhan dasar cinta:
1. Penilaian Komprehensif
Perawat melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, termasuk
penilaian kebutuhan dasar cinta. Ini melibatkan observasi terhadap
interaksi sosial pasien, penilaian dukungan sosial, dan pembicaraan
terbuka dengan pasien tentang kebutuhan dan harapan mereka dalam
hubungan interpersonal.
2. Pendukung Emosional
Perawat bertindak sebagai pendukung emosional bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan cinta mereka. Ini
meliputi mendengarkan dengan empati, memberikan dukungan moral,
dan menyediakan ruang aman bagi pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan kekhawatiran mereka.
3. Pendidikan dan Konseling
Perawat memberikan pendidikan dan konseling kepada pasien dan
keluarganya tentang pentingnya hubungan interpersonal yang sehat,

7
komunikasi yang efektif, dan cara-cara untuk membangun keterikatan
yang positif dengan orang lain. Ini dapat membantu pasien memahami
pentingnya memenuhi kebutuhan cinta mereka dan memberikan
keterampilan praktis untuk meningkatkan hubungan mereka.
4. Pengelolaan Konflik
Perawat membantu pasien dalam mengelola konflik interpersonal
yang mungkin muncul dalam hubungan mereka. Ini meliputi
memberikan strategi untuk berkomunikasi secara efektif,
menyelesaikan perbedaan pendapat, dan membangun toleransi dan
penghargaan terhadap perbedaan.
5. Pemfasilitas Sosial
Perawat dapat bertindak sebagai pemfasilitas sosial, menghubungkan
pasien dengan sumber daya dan dukungan sosial di komunitas mereka.
Ini dapat mencakup dukungan kelompok, program dukungan pasien,
atau saran untuk membangun dan memelihara hubungan sosial yang
sehat di luar rumah sakit.
6. Monitoring dan Evaluasi
Perawat terus memonitor dan mengevaluasi respons pasien terhadap
intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar cinta
mereka. Ini memungkinkan perawat untuk menyesuaikan perawatan
sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien dan memastikan bahwa
pasien mendapatkan dukungan yang optimal.

F. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus dalam pemenuhan kebutuhan dasar cinta dilakukan
dengan memperhatikan aspek-aspek spesifik yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal dan dukungan emosional pasien. Perawat
memperhatikan interaksi sosial pasien dengan orang lain, termasuk tingkat
keterlibatan dan kualitas interaksi, serta sistem dukungan sosial yang
tersedia. n interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi antara manusia
dengan manusia yang lain, baik secara individu maupun dengan
kelompok(Muslim, 2013). Selain itu, perawat mengidentifikasi riwayat

8
hubungan dan pengalaman emosional pasien, termasuk pengalaman
traumatis atau perubahan signifikan dalam hubungan yang dapat
memengaruhi pemenuhan kebutuhan cinta mereka.
Pengkajian juga mencakup penilaian tentang hubungan pasangan pasien,
pola komunikasi, dan tingkat kepuasan dalam hubungan tersebut. Dari hasil
pengkajian ini, perawat dapat memahami secara lebih baik kebutuhan dan
kondisi pasien terkait dengan kebutuhan dasar cinta mereka, sehingga dapat
merencanakan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mencapai
kesejahteraan emosional dan sosial yang optimal.

G. Diagnosa Keperawatan
Dengan mempertimbangkan pengkajian fokus terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar cinta, diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah isolasi
sosial. Diagnosa ini mencerminkan keterbatasan pasien dalam interaksi
sosial atau kurangnya dukungan sosial yang dapat menghambat pemenuhan
kebutuhan dasar cinta mereka. Dalam upaya untuk membantu pasien
mengatasi isolasi sosial, perawat merencanakan intervensi seperti
merancang kegiatan sosial, memfasilitasi keterlibatan dalam kelompok
dukungan, dan memberikan pendidikan tentang keterampilan interpersonal.
Melalui pendekatan yang holistik dan terfokus, perawat bertujuan untuk
meningkatkan koneksi sosial pasien dan memperbaiki kualitas hubungan
interpersonal mereka, yang berkontribusi pada kesejahteraan emosional dan
psikososial yang lebih baik.

H. Intervensi
Perawat memiliki peran yang penting dalam membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasar cinta mereka. Melalui pendekatan yang mendukung dan
empati, perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien,
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menunjukkan perhatian yang
hangat terhadap kebutuhan dan perasaan pasien. Selain itu, perawat
memberikan pendidikan tentang keterampilan interpersonal yang sehat,
seperti komunikasi yang efektif dan penyelesaian konflik, serta membantu

9
pasien mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya dukungan sosial di
lingkungan mereka.
Perawat juga dapat merencanakan kegiatan atau program yang
memungkinkan pasien terlibat dalam interaksi sosial yang positif, dan
memfasilitasi terapi kelompok atau dukungan bagi mereka yang
membutuhkannya. Melalui pendekatan yang holistik dan terfokus, perawat
membantu pasien memperoleh keterampilan, dukungan, dan keterlibatan
sosial yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar cinta mereka dan
meningkatkan kesejahteraan emosional dan sosial mereka.

10
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar
cinta dalam konteks perawatan kesehatan menyoroti pentingnya peran
perawat dalam mendukung kesejahteraan emosional dan sosial pasien.
Dengan melakukan pengkajian fokus terhadap aspek-aspek yang berkaitan
dengan hubungan interpersonal, dukungan emosional, dan koneksi sosial,
perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan pasien terkait dengan kebutuhan
dasar cinta mereka. Dari situ, diagnosa keperawatan seperti isolasi sosial
dapat ditetapkan, yang memberikan dasar bagi perawat untuk merencanakan
intervensi yang sesuai. Intervensi-intervensi tersebut mencakup pendekatan
pendukung, pendidikan tentang keterampilan interpersonal, fasilitasi
keterlibatan sosial, serta dukungan lanjutan dan pemantauan.
Melalui pendekatan yang holistik dan terfokus ini, perawat dapat membantu
pasien memperoleh keterampilan, dukungan, dan keterlibatan sosial yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar cinta mereka dan
meningkatkan kesejahteraan emosional dan sosial mereka. Dengan
demikian, perawat memiliki peran yang krusial dalam memastikan bahwa
pasien mendapatkan perawatan yang komprehensif dan mendukung yang
memperhatikan aspek psikososial dari kesejahteraan mereka.

B. Saran
Sebagai kesimpulan, penting bagi praktik perawatan kesehatan untuk
mengakui dan mendukung pemenuhan kebutuhan dasar cinta pasien.
Perawat perlu memperluas peran mereka untuk mencakup aspek psikososial
dari kesejahteraan pasien, meningkatkan pendidikan dan pelatihan dalam hal
keterampilan interpersonal, dan berkolaborasi dengan profesional lain untuk
memberikan perawatan holistik. Penguatan dukungan sosial di luar
lingkungan klinis dan peningkatan pemahaman serta sensitivitas perawat
terhadap kebutuhan dan pengalaman emosional pasien juga merupakan

11
langkah yang penting dalam memastikan pemenuhan kebutuhan dasar cinta
yang optimal dalam praktik perawatan kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. (2006). Cinta Antara Khayalan dan Realita. Najla Press.


Al-Ghifari, A. (2005). Remaja dan Cinta. Bandung: Mujahid.
Hidayat, D. R. (2011). Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Loka, M. P., & Yulianti, E. R. (2019). Konsep Cinta (Studi Banding Pemikiran
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Erich Fromm). Syifa Al-Qulub, 3(2), 72-
84.
Maita, L. (2016). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI. Jurnal
Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research"
Forikes Voice"), 173-175.
Maryam, S. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans Info
Medika.
Miftakhurrohman, M., & Suryadi, S. (2020). ersepsi Mahasiswa Terhadap
Pembelajaran Daring Perspektif Neurosains Pendidikan Islam. AT-TA'DIB:
JURNAL ILMIAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, 7-137.
Muslim, A. (2013). Interaksi sosial dalam masyarakat multietnis. Jurnal diskursus
islam, 483-494.
Pratiwi, P., Amatiria, G., & Yamin, M. (2016). Pengaruh stress terhadap kadar
gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani
hemodialisa. Jurnal kesehatan, 5(1).

13

Anda mungkin juga menyukai