Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET


PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

MOH. TAUFIQ MANTO

2119004

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2023
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET
PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

Skripsi

Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

MOH. TAUFIQ MANTO

2119004

PROGRAM STUDI SARJAN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2023

I
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET


PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

Telah disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalan ujian skripsi :

Pembimbing satu Pembimbing dua

HASNIATI , S.Kep.Ns. M.Kep MARIA KURNIATA R. K, S.Kep. Ns. M.Kes

Pada tanggal 2023

II
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET


PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

Skripsi ini telah dipertahankan dan disetujui oleh tim penguji skripsi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik

(STIKES GIA) Makassar

Pada tanggal,

1. Hasniati, S.Kep.Ns.M.Kep (…………..…….)

2. Maria Kurnyata Rante Kada, S.Kep. Ns. M.Kep (…………..…….)

3. Halbina Famung Halmar, S.kep. Ns. M.Kep (…………..…….)

4. Dr. Suriani Bahrun S.kep,. Ns., M.kes (…………..…….)

Mengetahui
Ketua STIK GIA Makassar

Dr. Suriani Bahrun, S.Kep., Ns., M.Kes

III
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Moh. Taufiq Manto

Nim : 2119004

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Judul Proposal : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet

Pada Lansia Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

Dengan penuh kesadaran, penulis menyatakan bahwa proposal ini

“Benar” adalah hasil karya dari penulis sendiri. Jika dikemudian hari terbukti

bahwa ini merupakan duplikat, tiruan ataupun plagiat yang dibuat oleh orang

lain baik sebagian atau seluruhnya, maka proposal dan gelar yang diperoleh

karenanya “Batal” demi hukum.

Makassar, 31 Agustus 2023


Yang membuat pernyataan
Materai 10000

Moh. Taufiq Manto


2119004

IV
ABSTRAK

Moh. Taufiq Manto : “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar”.
(Dibimbing oleh Ibu Hasniati dan Ibu Maria)

Pendahuluan : Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah penduduk,


peningkatan jumlah penderita suatu penyakit semakin tinggi juga. Salah satu penyakit yang
mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi adalah diabetes mellitus (DM).
Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Ada
beberapa penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya komplikasi bagi pasien DM adalah
antara lain terapi diet disertai dukungan keluarga. Dengan dukungan keluarga yang baik
maka kepatuhan diet pada pasien DM tetap terjaga. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita DM Tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Metode penelitian : Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan
jumlah sampel 107 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus – 30 September 2023. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner, penelitian telah mendapatkan rekomendasi
persetujuan kode etik dengan nomor referensi 6157/UN4.14.1/TP.01.02/2023. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan statistical package for social secince (SPSS) versi 25,
dengan uji rank spearman. Hasil : Responden yang tidak pernah mendapatkan dukungan
keluarga sebanyak 56,1% dan yang selalu mendapatkan dukunganan dari keluarganya
sebanyak 43,9%. Responden kepatuhan diet yang tidak patuh sebanyak 33,6% dan
responden yang patuh terhadap diet DM nya sebanyak 66,4%. Didapatkan P-Value = 0.000
sehingga P-Value <0.05. Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita DM tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

Kata kunci : Dukungan keluarga, kepatuhan, DM dan lansia.

Referensi : 34 (2013-2021)

V
ABSTRACT

VI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT karena atas limpahan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua,
terkhusus kepada penulis yang telah menyusun proposal dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia
Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar”.
Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa semua tidak terlepas

dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi yang

sangat berharga serta bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada yang terhormat Ibu

Hayati Hasan, Bapak Suleman Manto, Kakak Zelsa Manto, dan Adik Siti

Muslimah Manto, dengan segala pengorbanan, kesabaran, doa dan kasih

sayang mereka kepada penulis tanpa mengeluh dan bosan. Maka dengan

kerendahan hati, penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada :

1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, S.E selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

2. Ibu Dr. Suriani Bahrun, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

3. Ibu Vivi Adriana S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua Prodi SI Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

VII
4. Ibu Hasniati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penasehat akademik sekaligus

pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada

penulis dalam penyusunan proposal.

5. Ibu Maria Kurniata Rante Kada, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II

yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan serta

motivasi kepada penulis dalam penyusunan proposal.

6. Pengelola dan seluruh Staf dosen STIK GIA Makassar.

7. Kepada Pihak Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar yang bersedia

membantu memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh

data awal penelitian dan mengizinkan dalam melaksanakan penelitian ini.

8. Seluruh kawan-kawan mahasiswa STIK GIA MAKASSAR terutama angkatan

“2019” Sahabat seperjuangan (Mesya Julianti Entengo, Avelinus, Andik,

Pramadhita, Syafira, Zhadella, Ika, Elan, Asma, dan Ica) serta yang

lainnya.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan dan kekurangan baik


dari segi penulisan dan tata bahasanya. Maka dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal ini.
Makassar, 2023

Penulis

MOH. TAUFIQ MANTO

VIII
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................

LEMBAR KEASLIAN PROPOSAL..........................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................III

DAFTAR ISI........................................................................................

DAFTAR TABEL...................................................................................

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

DAFTAR SINGKATAN..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................

C. Tujuan Penelitian....................................................................

D. Manfaat Penelitian..................................................................

E. Hipotesa Penelitian.................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Diabetes Melitus.......................................................

1. Pengertian Diabetes Meltus...........................................

2. Etiologi Diabetes Melitus...............................................

IX
3. Klasifikasi Diabetes Melitus............................................11

4. Patofisiologi Diabetes Melitus.........................................

5. Manifestasi Klinis..........................................................

6. Komplikasi Diabetes Melitus...........................................

7. Penatalaksanaan .........................................................

8. Dampak Diabetes Melitus..............................................

9. Pencegahan Diabetes Melitus.........................................

B. Tinjauan Kepatuhan Diet ........................................................

1. Definisi Kepatuhan .......................................................

2. Faktor-Faktor...............................................................

3. Kepatuhan Diet Diabetes Melitus....................................

C. Tinjauan Dukungan Keluarga...................................................

1. Pengertian Keluarga......................................................

2. Tipe Keluarga...............................................................

3. Fungsi Keluarga............................................................

4. Tugas Keluarga............................................................

5. Dukungan Keluarga......................................................

6. Jenis Dukungan Keluarga..............................................

7. Dimensi Dukungan Keluarga..........................................

8. Sumber Dukungan Keluarga..........................................

9. Manfaat Dukungan Keluarga..........................................

X
10. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan ..........................

D. Kerangka Teori.......................................................................43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep....................................................................44

B. Definisi Operasional................................................................45

C. Desain Penelitian....................................................................46

D. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................46

E. Populasi ................................................................................46

F. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel..................................47

G. Instrumen Penelitian...............................................................48

H. Pengelolah Data.....................................................................50

I. Analisa Data...........................................................................51

J. Etika Penelitian.......................................................................53

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

LAMPIRAN........................................................................................

TIME SCHEDULE...............................................................................

DOKUMENTASI.................................................................................

XI
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Diagnosa Diabetes Melitus..................................................17

Tabel 3.1 Definisi operasional......................................................................36

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin usia,

pendidikan, dan lama menderita DM............................................................46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga dan

kepatuhan diet...........................................................................................48

Tabel 4.3 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien

diabetes melitus tipe II di Puskesmas Cendrawasih.......................................49

XII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................31

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.....................................................................35

Gambar 3.2 Alur Penelitian..........................................................................45

XIII
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Menjadi Responden..................................62

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Responden................................................63

Lampiran 3: Lembar Kuesioner ...................................................................64

Lampiran 4: Lembar Master Tabel...............................................................74

Lampiran 5 : Lembar Hasil Uji SPSS.............................................................84

Lampiran 6: Time Schedule .....................................................................87

Lampiran 7: Surat Izin Penelitian Dari Kampus.............................................88

Lampiran 8: Surat Izin Penelitian Dari Neni Silincah......................................89

Lampiran 9: Surat Izin Penelitian Dari Wali Kota Makassar.............................90

Lampiran 10: Surat Izin Penelitian Dari Dinkes Kota Makassar.......................91

Lampiran 11: Surat Selesai Meneliti Dari Puskesmas.....................................92

Lampiran 12: Surat Persetujuan Etik............................................................93

Lampiran 13: Dokumentasi .....................................................................94

XIV
DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

WHO : World Health Organization

IDF : Indonesia Diabetes Federation

SPSS : Statistical Package For Social Science

Dinkes : Dinas Kesehatan

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah penduduk,

peningkatan jumlah penderita suatu penyakit semakin tinggi juga. Salah

satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup

tinggi adalah Diabetes Mellitus (DM). Hal ini dikarenakan adanya

perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Salah satu

penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya komplikasi bagi pasien DM

adalah terapi diet atau pengelolaan pola makan (Prince & Wilson,2018).

Pasien dengan DM yang menjalani terapi diet secara rutin dan kadar gula

darahnya terkendali, dapat mengurangi resiko komplikasi jangka pendek

maupun panjang (Almatsier, 2015). Harapannya dengan mengurangi

resiko komplikasi dari DM, maka pasien DM dapat memiliki harapan hidup

yang lebih baik dibandingkan dengan pasien DM yang tidak terkendali

kadar gula darahnya.

Langkah pertama dalam mengelola diabetes mellitus yang harus

dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan

makan dan kegiatan jasmani (Suyono S, 2017). Perencanaan makan pada

penderita diabetes mellitus tidak jauh berbeda dengan perencanaan

makanan pada orang yang tidak diabetes. Akan tetapi, penderita diabetes

mellitus harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi, jadwal makan

2
dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Kepatuhan jangka panjang

terhadap perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang paling

menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus.

Perencanaan makan atau diet merupakan salah satu cara untuk

mengontrol gula darah pada pasien DM, keberhasilan pengendalian

pengobatan pada pasien tergantung dari pasien terhadap rencana

pengobatan yang sudah ditentukan terhadap kepatuhan diet pasien

(Bangun, A. V, 2020). Kepatuhan diet DM dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat

mempengruhi kepatuhan diet seperti pendididkan, pengetahuan,

keyakinan dan sifat kepribadian. Faktor eksternal meliputi interaksi

profesional kesehatan dengan pasien, faktor lingkungan dan dukungan

keluarga (Rafani & Ben, 2012).

Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) meningkat secara

signifikan dalam beberapa tahun terakhir di berbagai wilayah dunia.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021,

terdapat 537 juta orang dewasa (usia 20-79 tahun) yang menderita

diabetes di seluruh dunia, meningkat dari 463 juta pada tahun 2019. IDF

memperkirakan bahwa tanpa tindakan yang memadai, jumlah penderita

diabetes pada tahun 2030 akan mencapai 643 juta (11,3% dari populasi)

dan meningkat menjadi 783 juta (12,2%) pada tahun 2045.

3
Selain itu, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada

tahun 2015 sampai 2050, proporsi lansia di dunia diperkirakan hampir dua

kali lipat, meningkat dari sekitar 12% menjadi 22%. Ini merupakan

peningkatan absolut dari 900 juta menjadi 2 miliar orang lansia (WHO,

2020). Di Indonesia sendiri, jumlah lansia pada tahun 2021 mencapai 29,3

juta orang atau 10,82% dari populasi (BPS, 2021), meningkat dua kali lipat

dibandingkan periode sebelumnya.

Khusus untuk Indonesia, kasus diabetes mellitus terus meningkat,

menempatkan negara ini di urutan kelima dunia. Pada tahun 2018,

terdapat sekitar 10,7 juta orang yang menderita DM, dan pada tahun

2021, angka tersebut meningkat menjadi sekitar 19,47 juta orang.

Proyeksi IDF menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia

diperkirakan akan mencapai sekitar 28,57 juta orang pada tahun 2045,

menandakan peningkatan sebesar 47% dibandingkan dengan jumlah pada

tahun 2021 (IDF, 2021).

Kementrian kesehatan Republik Indonesia mempunyai program

pengendalian penyakit tidak menular salah satunya DM tipe II, Kementrian

Kesehatan memiliki program CERDIK untuk pencegahan DM dan

komplikasinya meliputi cek kondisi kesehatan secara berkala, enyahkan

asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat kalori seimbang, istirahat cukup

dan kendalikan stres (Kemenkes, 2019).

4
Pencegahan terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe II

diperlukan adanya dukungan oleh keluarga, dimana dukungan oleh

keluarga tersebut sangat penting dalam memotivasi lansia terkait

pengobatan dan diet DM (Komala & Sofiani, 2019). Dampak positif dari

dukungan keluarga dalam menjalankan diet pada penderita DM yaitu

dapat mengontrol semua yang disarankan oleh tim kesehatan dalam

menjalankan dietnya, dengan saling mengingatka sesama anggota

keluarga yang sedang menjalankan diet, sehingga penderita DM terdorong

untuk tetap menjalankan diet dan berkeinginan terus untuk

mempertahankan atau memperbaiki kualitas hidupnya (Soegondo,2018).

Berdasarkan data dari Puskesmas Cendrawasih bahwa masih

tingginya kasus DM di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih dan dari data

yang diambi bulan Desember 2021 terdapat sebanyak 860 pasien Diabetes

Melitus.

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia

Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

5
B. RUMUSAN MASALAH

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia

Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan oleh peneliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet

Pada Lansia Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasi dukungan keluarga pada lansia penderita DM tipe II di

wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

b. Diidentifikasi kepatuhan diet pada lansia penderita DM tipe II di

wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih.

c. Diidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

pada lansia penderita dm tipe II di wilayah kerja puskesmas

cendrawasih kota makassar.

6
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

sebagai bahan acuan salah satu sumber bacaan tentang Hubungan

Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia Penderia DM

tipe II.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat berguna bagi peneliti untuk

mendapatkan pengalaman belajar dalam melakukan penelitian

mengenai Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet

Pada Lansia Penderita Dm Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

bacaan bagi jurusan keperawatan STIKES GIA Makassar dan sumber

rujukan mahasiswa khususnya mahasiswa Keperawatan Medikal

Bedah untuk penelitian selanjutnya.

7
c. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat

khususnya penderita DM tipe II dapat mengaplikasikan pentingnya

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita DM

tipe II.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis alternatif (ha) dari penelitian ini menyatakan bahwa

ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia

penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN DIABETES MELITUS

1. Pengertian Diabetes Melitus

International Diabetes Federation (IDF) menjelaskan bahwa Diabetes

Melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia,

terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak mencukupi atau pada

saat insulin tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.

(International Diabetes Federation, 2019). Diabetes adalah penyakit

menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan

kadar gula yang melebihi batas normal. (Kemenkes, 2020). Diabetes

Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya. (PERKENI, 2021).

2. Etiologi Diabetes Melitus

Faktor resiko terjadinya penyakit DM di sebabkan oleh beberapa

faktor menurut (Damayanti, 2015) antara lain:

a. Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang

menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa

9
yaitu ketidakmampuan dalam metabolisme karbohidat secara normal

sebesar 30% (Damayanti, 2015).

b. Obesitas

Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan

makin resistensi terhadap kerja insulin (insulin resistence), terutama

bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah

sentral atau perut (central obesity). Lemak akan memblokir kerja

insulin sehingga gula tidak dapat diangkut kedalam sel dan

menumpuk dalam peredaran darah (Tandra, 2017).

c. Usia

Pada usia diatas 40 tahun, produksi insulin mulai berkurang.

Selain itu, aktifitas sel-sel otot juga mulai menurun. Hal ini berkaitan

dengan peningkatan kadar lemak di otot sehingga gluosa lebih sulit

digunakan menjadi energi untuk kita beraktifitas (Tandra, 2015).

d. Stres

Stres memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu

neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu reaksi

sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang

menyebabkan peningkatan sekresi jantung. Kondisi ini menyebabkan

glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi. Bila

stres menetap akan melibatkan hipotalamus-pituitari. Hipotalamus

10
mengsekresi corticotropin-releasing factor, yang menstimulasi

pituitari anterior untuk memproduksi adrenocortocotropic hormone

(ACTH) kemudian ACTH menstimulasi pituitary anterior untuk

memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol

mempengaruhi peningkatan glukosa darah melalui glukoneogenesis,

katabolisme protein dan lemak (Damayanti, 2015).

e. Tekanan darah tinggi

Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat

kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler. Sebaliknya

apabila tekanan darah dapat dikontrol maka akan memproteksi

terhadapa komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang disertai

pengelolahan hiperglikemia yang terkontrol (Damayanti, 2015).

f. Riwayat diabetes gestasional

Faktor resiko DM gestasional adalah riwayat keluarga,

obesitas, dan glikosuria. DM tipe ini dijumpai pada 2-5% populasi ibu

hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah melahirkan,

namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe 2 di kemudian hari

cukup besar (Damayanti, 2015).

g. Pola hidup

Pola hidup sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes

melitus. Orang yang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi

11
untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olah raga berfungsi

membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh (Hasdianah, 2012).

3. Klasifikasi

(WHO, 2016) mengklasifikasikan diabetes menjadi beberapa, antara

lain: DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain serta diabetes kehamilan.

a. Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes tipe 1 (sebelumnya dikenal sebagai insulin-dependent,

juvenile atau diabetes onset masa kanak-kanak) ditandai dengan

kekurangan produksi insulin dalam tubuh. Orang dengan diabetes tipe

1 memerlukan pemberian insulin setiap hari untuk mengatur jumlah

glukosa dalam darah mereka. Jika mereka tidak memiliki akses ke

insulin, mereka tidak dapat bertahan hidup. Penyebab diabetes tipe 1

tidak diketahui dan saat ini tidak dapat dicegah.

Diabetes yang disebebkan kenaikan gula darah karena kerusakan

sel beta pangkreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali.

Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pangkreas untuk

mencernah gula dalam darah. Penderita diabetes tipe ini

membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya.(Kemenkes, 2020)

b. Diabetes Melitus Tipe II

DM tipe II atau juga dikenal sebagai Non Insulin Dependent

diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe II, jumlah insulin yang diproduksi

12
oleh pangkreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Terjadi akibat

penggunaan insulin yang tidak efektif oleh tubuh. Diabetes melitus

tipe II yang disebabkan kenaikan gula darah karena penurunan

sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas. (WHO, 2016)

c. Diabetes Melitus Tipe Gestasional

Gestational diabetes (GDM) adalah kondisi sementara yang

terjadi pada kehamilan dan membawa risiko jangka panjang diabetes

tipe II

Diabetes tipe ini ditandai dengan kenaikan gula darah oada

semasa kehamilan. Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke-24

kehamilan dan kadar gula darah akan kembali normal setelah

persalinan.(Kemenkes, 2020)

d. Diabetes Melitus Tipe Lain

1) Sindroma diabetes monogenik (diabetes neonatal, maturity –

onset diabetes of the young [MODY])

2) Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)

3) Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan

glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi

organ)(PERKENI, 2021)

4. Patofisiologi Diabetes Melitus

13
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan

terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau

relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.(Rahmasari et al., 2019)

Kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik

sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin

yang rendah mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein.(Yati et al., 2017)

Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di pankreas. Hal ini

memungkinkan glukosa dari aliran darah untuk memasuki selsel tubuh di

mana ia diubah menjadi energi atau disimpan. Insulin juga penting untuk

metabolisme protein dan lemak. Kekurangan insulin, atau

ketidakmampuan sel untuk meresponnya, menyebabkan tingginya kadar

glukosa darah (hiperglikemia), yang indikator klinis Diabetes.

(International Diabetes Federation, 2021)

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien dm antara lain (Yanti et

al., 2019):

a. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil

(poliuria) adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa

14
dikeluarkan oleh ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan

filtrasi ginjal dan kemampuan dari reabsorpsi dari tubulus ginjal.

b. Meningkatnya rasa haus (polidipsia) Banyak miksi menyebabkan tubuh

kekurangan cairan (dehidrasi) hal ini merangsang pusat haus yang

mengakibatkan peningkatan rasa haus.

c. Meningkatnya rasa lapar (polipagia) Meningkatnya katobalisme,

pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan cadangan energi

berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar.

d. Penurunan berat badan Penurunan berat badan disebabkan karena

banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta

massa otot.

e. Kelainan pada mata, penglihatan kabur Pada kondisi kronis, keadaan

hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke

vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat merusak retina

kekruhan pada lensa.

f. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal di sekitar penis dan vagina.

Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada

kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang

kulit.

15
g. Ketonuria Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka

digunakan asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian

berada pada darah dan dikeluarkan menjadi ginjal.

h. Terkadang tanpa gejala Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat

beradaptasi dengan peningkatan glukosa darah.

6. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa

darah.

1) Krisis Hiperglikemia

Disebabkan karena gula sangat tinggi biasanya terjadi pada

NIDDM.

a) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme

lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM.(Yanti et al.,

2019)

b) Ketoasidosis diabetik (KAD)

Komplikasi akut DM yang ditandai dengan meningkatnya

kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), serta tanda

dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas

plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan peningkatan anion

gap.(Yanti et al., 2019)

16
c) Status hiperglikemia hyperosmolar (SHH)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat

tinggi (>600m mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,

osmolaritas plasma sangat meningkat. (PERKENI, 2021)

2) Hipoglikemia

Akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.

(Yanti et al., 2019) Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar

glukosa darah < 70 mg/dL. Hipoglikemia adalah penurunan

konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya tanda dan

gejala sistem autonom, seperti adanya whipple’s triad:

a) Terdapat gejala-gejala hipoglikemia

b) Kadar glukosa darah yang rendah

c) Gejala berkurang dengan pengobatan.(PERKENI, 2021)

b. Komplikasi Kronis

Menurut (PERKENI, 2021) komplikasi kronis diabetes melitus

terbagi menjadi (Mikroangipati dan Makroangiopati ) yaitu :

1) Mikroangipati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-

organ yang mempunyai darah kecil

a) Pembuluh darah otak : stroke

b) Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner

c) Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi

17
pada pasien DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali

adalah nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat

(claudicatio intermittent), Namun sering juga tanpa disertai

gejala. Ulkus iskemik pada kaki merupakan kelainan lain yang

dapat ditemukan pada pasien DM.

d) Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke hemoragik.

2) Makroangiopati

a. Retinopati Diabetik

Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan

mengurangi risiko atau memperlambat progresi retinopati (A).

Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati.

b. Nefropati Diabetik

1) Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan

mengurangi risiko atau memperlambat progresifitas nefropati

(A).

2) Untuk pasien penyakit ginjal diabetik, menurunkan asupan

protein sampai di bawah 0.8 g/kgBB/hari tidak

direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko

kardiovaskular dan menurunkan LFG ginjal (A).

c. Neuropati

18
1) Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal merupakan

faktor penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki

yang meningkatkan risiko amputasi.

2) Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa terbakar dan

bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari.

3) Setelah diagnosis DM tipe 2 ditegakkan, pada setiap pasien

perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya

polineuropati distal yang simetris dengan melakukan

pemeriksaan neurologi sederhana (menggunakan

monofilamen 10 gram). Pemeriksaan ini kemudian diulang

paling sedikit setiap tahun.

4) Pada keadaan polineuropati distal perlu dilakukan perawatan

kaki yang memadai untuk menurunkan risiko terjadinya ulkus

dan amputasi.

5) Pemberian terapi antidepresan trisiklik, gabapentin atau

pregabalin dapat mengurangi rasa sakit.

6) Semua pasien DM yang disertai neuropati perifer harus

diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko

ulkus kaki.

7. Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksaan DM ialah dalam jangka waktu pendek

19
mencegah munculnya gejala keluhan DM, kualitas hidup dapat

ditingkatkan dan menurunkan risiko komplikasi yang akan ditimbulkan

akibat penyakit DM, dalam jangka waktu panjang diharapkan mampu

mencegah dan menghambat perkembangan makroangiopati dan

mikroangiopati dan dalam tujuan akhir diharapkan mampu menurunkan

mortalitas dan morbiditas pada pasien Diabetes Melitus. (PERKENI,

2021)

5 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Meitus :

1. Education

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu

dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan

bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistic.

(PERKENI, 2021) Edukasi dapat meningkatkan kemampuan dan

pemahaman pasien maupun keluarga untuk perawatan mandiri di

rumah(Noviyanti et al., 2021)

Pemberian edukasi kepada pasien dapat merubah perilaku

pasien dalam melakukan perawatan mandiri DM.(Kurniawati et al.,

2021) Edukasi yang dilakukan meliputi konsep dasar Diabetes mellitus

dan manajemen stress, sesi kedua tentang latihan jasmani dan

perawatan kaki Diabetes mellitus, sesi selanjutnya manajemen

diet/nutrisi Diabetes mellitus. Sesi ke empat meliputi edukasi tentang

20
penggunaan obat Diabetes mellitus dan monitoring gula darah serta

sesi terkahir berkaitan dengan akses pelayanan kesehatan.(Noviyanti

et al., 2021)

2. Terapi Nutrisi

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan

kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin.(PERKENI, 2021) agar penderita

Diabetes dan keluarga mampu mengatur dan memilih bahan makanan

yang dapat membantu mengatur kestabilan glukosa darah. (Puruhita

et al., 2019)

Makanan yang dianjurkan adalah ikan, udang, cumi, daging

tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-

kacangan, tahu dan tempe. Sumber bahan makanan protein dengan

kandungan saturated fatty acid (SAFA) yang tinggi seperti daging sapi,

daging babi, daging kambing dan produk hewani olahan sebaiknya

dikurangi untuk dikonsumsi. Pasien DM dianjurkan mengonsumsi

serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber

karbohidrat yang tinggi serat.(PERKENI, 2021)

3. Latihan Fisik

Latihan fisik merupakan salah satu penatalaksanaan diabetes

21
melitus yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kontrol

glikemik yang optimal sehingga mampu mencegah dan menunda

terjadinya komplikasi. Latihan fisik yang direkomendasikan untuk

peyandang DM meliputi latihan aerobik, latihan kekuatan, latihan

fleksibilitas dan latihan keseimbangan. Latihan fisik dapat membantu

menurunkan glukosa darah secara signifikan pada penyandang

diabetes melitus tipe 2 yang melakukan latihan fisik dengan

memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu dan jenis latihannya.

(Fadhila, 2019)

4. Pemantauan Kadar Gula Darah

Kontrol kadar gula darah merupakan suatu pengendalian glukosa

pasien Diabetes Melitus (DM). Kontrol ini dilakukan setiap 3 bulan

sekali yang meliputi pemeriksaan kontrol kadar gula darah puasa,

kadar gula postprandial, serta kadar HbA1c. Apabila tidak diakukan

secara teratur, dapat menyebabkan komplikasi sehingga penting

dilakukan.(Rachmawati, 2015) Pemantauan kadar gula darah dapat

selalu berkaitan dengan managemen diet dan aktivitas fisik yang

pasien lakukan guna untuk mengetahui pencapaian tujuan yang

diharapkan(PERKENI, 2021)

5. Terapi Fakmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan

22
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis

terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.(PERKENI, 2021) Terapi

farmakologis terdiri atas obat oral dan bentuk suntikan dalam bentuk

obat anti hiperglikemik dan insulin.(Widiasari et al., 2021)

Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi

menjadi beberapa golongan yaitu Sulfonilurea dan Glinid

(meningkatkan sekresi insulin), Metformin (mengurangi produksi

glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di

jaringan perifer), Penghambat Alfa Glukosidase (menghambat kerja

enzim alfa glukosidase di saluran pencernaan sehingga menghambat

absorpsi glukosa dalam usus halus), enzim Dipeptidyl Peptidase-4

(DPP-4 inhibitor) Meningkatkan sekresi insulin dan menghambat

sekresi glucagon, Penghambat SGLT-2 Menghambat reabsorbsi

glukosa di tubulus distal.(PERKENI, 2021)

Terapi insulin terbagi menjadi beberapa jenis yaitu (Insulin

reguler atau short-acting) Digunakan pada waktu makan, mulai

bekerja dalam waktu 30 menit, bekerja maksimal dalam 2 hingga 3

jam efek bertahan hingga 6 jam Contoh : Humulin R; Novolin R; dan,

untuk pompa insulin, Velosulin, hanya Humulin R yang tersedia di

Indonesia, (Insulin kerja cepat) digunakan pada waktu makan, mulai

bekerja dalam 15 menit bekerja maksimal dalam sekitar 1 jam efeknya

23
bertahan hingga 4 jam Contoh : glulisine, lispro dan aspart, semua

produk belum tersedia diIndonesia, (Insulin kerja-sedang) digunakan

sehari sekali bekerja maksimal 4 hingga 8 jam setelah injeksi efeknya

bertahan hingga 18 jam jika diinjeksikan sebelum tidur, insulin akan

bekerja maksimal pada dini hari, yaitu saat insulin paling dibutuhkan

Contoh : NPH,Humulin N,dan Novolin N,hanya Humulin N tersedia di

Indonesia, (Insulin kerja-panjang) menurunkan kadar glukosa secara

bertahap efeknya dapat bertahan hingga 24 jam Contoh : detemir

(Levemir) dan glargine (Lantus),tersedia di Indonesia, ( Ultralong-

acting insulin) digunakan sehari sekali efeknya dapat bertahan lebih

dari 24 jam Contoh : degludec (Tresiba), belum tersedia di Indonesia.

(Nurul Afifah, 2016)

8. Dampak Diabetes Mellitus

Penyakit DM akan berpengaruh dalam hidup penderita, antara lain yaitu :

a. Fisik

Komplikasi pada penderita DM akan berdampak dan

mempengaruhi kondisi fisik penderita. Pasien dengan DM seringkali

memiliki permasalahan terkait dengan fisiknya sehingga dapat

mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Komplikasi kronis diabetes

secara luas dibagi menjadi mikrovaskuler (nefropati (penyakit ginjal),

24
retinopati (gangguan pada mata)) dan makrovaskular (penyakit

kardiovaskular (jantung), stroke, dan penyakit perifer). Sindrom kaki

diabetik telah didefinisikan sebagai adanya ulkus kaki yang terkait

dengan neuropati, PAD, dan infeksi, serta merupakan penyebab

utama amputasi tungkai bawah. Penyakit yang ditimbulkan akan

berdampak pada kondisi pasien yang berkaitan erat dengan kualitas

hidup pasien.(Papatheodorou et al., 2018)

b. Psikologis

Sejumlah besar orang dengan DM memiliki kesejahteraan

psikologis yang buruk. Kesejahteraan psikologis yang buruk

berdampak negatif pada kemampuan seseorang untuk mengelola

diabetes, menurunkan kepatuhan mereka terhadap pengobatan dan

meningkatkan risiko komplikasi di kemudian hari serta terjadinya

penurunan kualitas hidup. Depresi pada kelompok diabetes adalah dua

kali lipat dari kelompok pembanding non diabetes, dan ini tidak

berbeda berdasarkan jenis kelamin, jenis diabetes, sumber subjek

atau metode penilaian.(Ramkisson et al., 2016) Pasien dengan

diabetes mellitus (DM) membutuhkan dukungan psikologis sepanjang

hidup mereka dari saat diagnosis. Kesehatan psikologis yang positif

dapat mempertahankan upaya koping jangka panjang dan melindungi

pasien dari konsekuensi negatif seperti gangguan emosi yang

25
berkepanjangan, persepsi penyakit dan dengan demikian memfasilitasi

perilaku manajemen diri diabetes dan kesehatan fisik yang lebih baik.

(Chew, 2014)

c. Sosial Ekonomi

Pendapatan memiliki hubungan dengan kepatuhan. Status

ekonomi yang rendah memerlukan waktu lama dalam melakukan

pengobatan di klinik sedangkan dengan status soisal-ekonomi yang

tinggi tidak perlu menunggu waktu untuk menjalani pengobatan.

(Ulum et al., 2015)

orang-orang yang pensiun dari angkatan kerja lebih awal karena

diabetes cenderung menghadapi kerugian finansial yang bertahan

lama dibandingkan dengan mereka yang tetap bekerja penuh waktu

dan tidak memiliki penyakit kronis.(Schofield et al., 2015)

9. Pencegahan Diabetes Melitus

Pencegahan Diabetes Melitus menurut (PERKENI, 2021) dibagi

menjadi (pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan

tersier)

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok

yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi

berpotensi untuk menderita DM tipe 2 dan intoleransi glukosa.

26
Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya

hidup. Berbagai bukti yang kuat menunjukkan bahwa perubahan gaya

hidup dapat mencegah DM tipe 2. Perubahan gaya hidup harus

menjadi intervensi awal bagi semua pasien terutama kelompok risiko

tinggi. Perubahan gaya hidup juga dapat sekaligus memperbaiki

komponen faktor risiko diabetes dan sindroma metabolik lainnya

seperti obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk individu risiko tinggi

DM tipe 2 dan intoleransi glukosa sebagai pencegahan yaitu

Pengaturan pola makan, Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan

jasmani, Menghentikan kebiasaan merokok, pada kelompok dengan

risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis. Tidak semua individu

dengan risiko tinggi dapat menjalankan perubahan gaya hidup dan

mencapai target penurunan berat badan seperti yang diharapkan, oleh

karena itu dibutuhkan intervensi lain yaitu dengan penggunaan obat-

obatan. Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM tipe 2

direkomendasikan sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah

atau bersama-sama dengan intervensi perubahan gaya hidup.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah timbulnya

hambatan dan mencegah berkembannya komplikasi pada pasien yang

27
telah terdiagnosis DM Tipe 2. Melakukan deteksi dini adanya penyulit

merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Tindakan pencegahan

sekunder dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target

terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan

pemberian pengobatan yang optimal. Tindakan ini dilakukan sejak

awal pengelolaan penyakit DM Tipe 2. Program penyuluhan

memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien

dalam menjalani program pengobatan sehingga mencapai target

terapi yang sudah ditentukan layanan kesehatan secara obtimal.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok pasien diabetes

yang telah mengalami komplikasi dalam upaya mencegah terjadinya

kecacatan yang lebih lanjut serta dapat meningkatkan kualitas hidup

pasien. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan

pada pasien dan keluarga. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan

sedini mungkin, sebelum terjadinya kecacatan. Penyuluhan termasuk

upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup

yang optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan

komprehensif dan terintegrasi antar tenaga kesehatan yang tekait

untuk menunjang keberhasilan pencegahan tersier.

28
B. Tinjauan Kepatuhan Diet

1. Definisi kepatuhan

Menurut Rowley (1999) Kepatuhan atau yang dikenal dengan

“adherency” adalah tindakan nyata untuk mengikuti aturan atau prosedur

dalam upaya perubahan sikap dan perilaku individu. Menurut Niven

(2002) Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan

ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.

Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang

tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Lawrence

Green dalam Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan berkenaan dengan

kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang

berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan dan mengikuti jadwal.

2. Faktor Yang mempengaruhi Perilaku Patuh

Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga

faktor utama (Lawrence Green dalam Notoatmodjo,2007) yaitu

a. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

Faktor predisposisi adalah factor-faktor yang mempermudah

atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain :

1) Kepercayaan

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spirituan yang

dapat menjaalani kehidupan. Penderitan yang berpegang teguh

29
terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak

mudah putus asa serat dapat menerima keadaanya, demikian juga

cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan control

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita

dimana penderita yang memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih

patuh terhadap anjuran dan larangan.

2) Sikap

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu

sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya

sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

3) Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang

tidak teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa

dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol

terhadap kesehatannya.

b. Faktor reinforcing (faktor pendukung)

Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan

perilaku seseorang, antara lain:

1) Dukungan petugas kesehatan

30
Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya

bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang

paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi

fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi,

sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima

kehadiran petugas kesehatan termauk anjuran-anjuran yang

diberikan.

2) Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat

dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan

tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga,

karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola

penyakitnya dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-

saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan

penyakitnya.

c. Faktor enabling (faktor pemungkin)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin

adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit , posyandu,

31
tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang

bergizi, dan sebagainya.

3. Kepatuhan Diet diabetes mellitus

Kepatuhan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

penatalaksaan penyakit DM. Hal tersebut dikarenakan perencanaan

makan merupakan salah satu dari 4 pilar utama dalam pengelolaan DM.

Menurut Ellis (2010) Kepatuhan diet merupakan masalah besar yang

terjadi pada penderita DM. Hal ini didukung oleh Tovar (2007) yang

mengatakan bahwa diet merupakan kebiasaan yang paling sulit diubah

dan paling rendah tingkat kepatuhannya dalam manajemen diri seorang

penderita DM.

Penatalaksaan diet DM meliputi tiga hal utama yang harus

dilaksanakan oleh penderita DM, yaitu jumlah makanan, jenis makanan,

dan jadwal makan.

1) Jumlah makanan

Pada umumnya, pengaturan jumlah makanan dibuat

berdasarkan tinggi badan, berat badan, jenis aktifitas, dan juga

umur. Berdasarkan hal ini, akan dihitung dan ditentukan jumlah

kalori untuk masing-masing penderita.

32
Tabel 2.1

Jumlah Bahan Makanan Sehari Menurut Standar

Diet DM

Gol. Bahan Standar Diet

Makanan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

kkal kkal Kkal kkal kkal kkal kkal kkal

Nasi/penukar 2,5 3 4 5 5,5 6 7 7,5

Ikan/penukar 2 2 2 2 2 2 2 2

Daging/penukar 1 1 1 1 1 1 1 1

Tempe/penukar 2 2 2,5 2,5 3 3 3 5

Sayuran/penukar A 2 2 2 2 2 2 2 2

Sayuran/penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2

Buah/penukar 4 4 4 4 4 4 4 4

Susu/penukar - - - - - - 1 1

Minyak/penukar 3 4 4 4 6 7 7 7

Sumber : Almatsier, 2013

Keterangan :

- 1 penukar nasi = 100gr (3/4 gelas)

- 1 penukar daging = 35gr (1ptg sdg)

- 1 penukar ikan = 40gr (1ptg sdg)

- 1 penukar tahu = 50gr (ptg sdg)

- 1 penukar tempe = 50 gr (2ptg sdg)

- 1 penukar sayuran = 100gr (1gls)

- 1 penukar susu = 20gr (4sdm)

32
- 1 penukar minyak = 5gr (1sdt)

- 1 penukar buah = 110gr (setara dengan 1bh papaya ptg

bsr)

2) Jenis makanan

Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami

jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang

mana harus dibatasi.

Table 2.2

Jenis Bahan Makanan yang Dianjurkan Bagi Penderita

DM :

No Jenis Bahan Makanan Sumber Bahan Makanan

1 Karbohidrat kompleks Nasi, roti, mie, kentang, singkong dan

sagu

2 Protein rendah lemak Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tahu,

tempe, kacang-kacangan

3 Lemak (dalam jumlah Makanan yang diolah dengan cara

terbatas) dipanggang, dikukus, direbus dan

dibakar

Sumber: Almatsier.2013

33
Tabel 2.3

Jenis Bahan Makanan yang Harus

Dihindari/dibatasi Bagi Penderita DM

No Jenis Makanan Sumber Makanan

1 Banyak gula Gula pasir, gula jawa, sirup, jelli, buah

yang diawetkan, susu kental manis,

minuman botol ringan, dodol dan es krim

2 Banyak lemak Cake, makan siap saji, goreng-gorengan

3 Banyak natrium Ikan asin, telur asin, makanan diawetkan

Sumber: Almatsier.2013

3) Jadwal makan

Jadwal makan adalah waktu makan yang tetap yaitu makan pagi,

siang dan malam pada pukul 7.00-8.00, 12.00-13.00, dan 17.00-

18.00, serta selingan pada pukul 10.30-11.00 dan 15.30-16.00.

Penjadwalan dilakukan dengan disiplin waktu agar dapat membantu

pankreas mengeluarkan insulin secara rutin.

Pada dasarnya diet pada DM diberikan dengan 3 kali makan

pokok, 2-3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam.

C. Tinjauan Dukungan Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut (Safrudin, 2015) keluarga adalah suatu kelompok

sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi,

dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau

34
adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai

dengan peranan-peranan sosialnya. Keluarga adalah dua orang atau

lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta

mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Keluarga juga

didefinisikan sebagai kelompok yang tinggal bersama dengan atau tidak

adanya hubungan darah, pernikahan, adopsi dan tidak hanya terbatas

pada keanggotaan dalam rumah tangga (Friedman, 2010 dalam ummy,

2013)

2. Tipe keluarga

Ada beberapa tipe keluarga menurut Jhonson & Leny (2010)

yakni :

1) Keluarga inti : terdiri dari suami, istri dan anak atau anak-anak

2) Keluarga conjugal : terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)

dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau pihak orang tua.

3) Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan diatas

keluarga aslinya, keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,

keluarga kakek, dan keluarga nenek.

3. Fungsi keluarga

Menurut friedman (2010) dalam Ummy (2016) terdapat 5

fungsi dasar keluarga :

1) Fungsi afektif

Fungsi mempertahankan kepribadian, artinya memfasilitasi

35
stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis

anggota keluarga.

2) Fungsi sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang

bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan

memberikan status pada anggota keluarga.

3) Fungsi reproduksi

Mempertahankan kontinuitas selama beberapa generasi dan

untuk kelangsungan hidup masyarakat.

4) Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi

efektifnya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, tempat tinggal serta

perawatan kesehatan.

4. Tugas keluarga

Menurut Jhonson & Leny (2010) dalam Ummy (2016) tugas

keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya,

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga,

3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing,

4) Sosialisasi antar anggota keluarga,

36
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga,

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga,

7) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

5. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998 dalam Ummy, 2016).

Sedangkan menurut Taylor (2006) dukungan keluarga diartikan

bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada seseorang yang

mengalami situasi stress. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang

terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial

bervariasi dalam masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga.

Walaupun demikian, dalam semua tahap kehidupan, dukungan sosial

keluarga memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat

meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Friedman, 2010

dalam Ummy, 2016).

6. Caplan (2010) dalam Friedman (2015) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa jenis dukungan, yaitu :

1) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian

37
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

2) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian.

3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan

dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

4) Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan

dan didengarkan.

7. Dimensi dukungan keluarga

Dimensi dukungan keluarga menurut Hensarling (2009),

dalam Yusra (2010) adalah :

38
1) Dimensi emosional/empati

Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian

terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, merasa

mendapatkan kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai pada

saat stress. Dimensi ini memperlihatkan adanya dukungan dari

keluarga, adanya pengertian dari anggota keluarga yang lain terhadap

anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Komunikasi dan

interaksi antara anggota keluarga diperlukan untuk memahami situasi

anggota keluarga. Dimensi ini didapatkan dari mengukur persepsi

pasien tentang dukungan keluarga berupa pengertian dan kasih sayang

dari anggota keluarga yang lain.

Diabetes mellitus dapat menimbulkan gangguan psikologis bagi

penderitanya. Hal ini disebabkan karena penyakit DM tidak dapat

disembuhkan dan mempunyai resiko terjadinya komplikasi. Kondisi

seperti ini dapat mempengaruhi seseorang dalam mengendalikan

emosi. Bila muncul masalah depresi pada pasien bantuan medis

mungkin diperlukan, namun yang tidak kalah pentingnya adanya

dukungan keluarga yang akan mendorong pasien untuk dapat

mengendalikan emosi dan waspada terhadap hal yang mungkin terjadi.

2) Dimensi penilaian

Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang

positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan

setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Dukungan ini membuat

39
seseorang berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan ini juga muncul

dari penerimaan dan penghargaan terhadap keberadaan seseorang

secara total meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penilaian yang

diberikan keluarga terhadap penderita DM berupa penghargaan, dapat

meningkatkan status psikososial, semangat, motivasi dan peningkatan

harga diri, karena dianggap masih berguna dan berarti untuk keluarga,

sehingga diharapkan dapat membentuk perilaku yang sehat pada

penderita DM dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

3) Dimensi instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa

bantuan langsung. Dukungan instrumental merupakan suatu dukungan

atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan bantuan

tenaga, dana, maupun menyediakan waktu untuk melayani dan

mendengarkan anggota keluarga yang sakit dalam menyampaikan

perasaannya. Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada

pasien DM diharapkan kondisi pasien DM dapat terjaga dan terkontrol

dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya.

4) Dimensi informasi

Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan

balik tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu, misalnya ketika

seseorang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, dia akan

40
menerima saran dan umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya.

Dimensi ini menyatakan dukungan keluarga yang diberikan bisa

membantu pasien dalam mengambil keputusan dan menolonga pasien

dari hari ke hari dalam manajemen penyakitnya.

Dukungan informasi yang diberikan keluarga merupakan salah

satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap anggota

keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan

fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik seperti makan,

pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Menurut Friedman

(2003) dalam Ummy (2016) keluarga merupakan sistem dasar tempat

perilaku kesehatan dan perawatan diatur, dilakukan dan dijalankan.

Keluarga member promosi kesehatan dan perawatan kesehatan

preventif, serta berbagi perawatan bagi anggota keluarganya yang

sakit.

8. Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial

yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak

digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan

sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga

41
eksternal (Friedman, 2010).

9. Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-

beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian,

dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga

membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan

akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 2010).

Wills (2000) dalam Friedman (2005) menyimpulkan bahwa baik

efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negative

dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial

secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun

ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari

dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi

berfungsi bersamaan.

10. Faktor yang mempengaruhi dukungan

Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau

tidak.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1) Faktor dari penerima dukungan (recipient)

Seseorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika

42
tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak

ingin orang lain tahu bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa

orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa dia

sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain,atau merasa bahwa

dia seharusnya mandiri dan tidak tahu kenapa siapa dia harus meminta

pertolongan.

2) Faktor dari pemberi dukungan (providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan kepada

orang lain ketika dia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong

orang lain, atau harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif

terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain

membutuhkan dukungan darinya.

D. KERANGKA TEORI

(Diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis paling


umum di dunia, terjadi ketika produksi insulin pada
pankreas tidak mencukupi atau pada saat insulin) tidak
dapat digunakan secara efektif oleh tubuh

Jenis DM

43
Tipe I Tipe II Gestasional

Etiologi

Genetik Obesitas Usia Stres Pola Hidup

Penanganan

Kontrol gula
Diet Aktivitas fisik Minum obat Perawatan luka
darah

Pengetahuan

Individu Pendidikan
Dukungan informasional
Pengalaman

Dukungan Penilaian

Dukungan Dukungan Instrumental


keluarga

Dukungan Emosional
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen adalah dukungan keluarga sedangkan variabel dependen adalah

kepatuhan diet.

44
Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah.

Independen Variabel Variabel Dependen

Dukungan Keluarga Kepatuhan Diet

= variabel dependen

= = variabel independen

= garis penghubung

kerangka konsep

45
B. Definisi operasional

No variabel/sub
variabel Definisi Alat ukur Kriteria Objektif skala
operasional

Variabel dependent
1 Kepatuhan Kepatuhan diet - Dikatakan patuh jika, nilainya ≥15 Ordinal
diet adalah Kuesioner - Dikatakan tidak patuh jika,
kemampuan nilainya <15
pasien DM dalam
mengontrol diet
nya.
Variael independent
2 Dukungan Dukung Kuisioner - Dikatakan dukungan Ordinal
Keluarga an keluarga selalu dilakukan
keluarga jika, nilainya ≥32
adalah
- Dikatakan dukungan
dukunga
n yang keluarga tidak pernah
duberika jika, <32
n untuk
memfasi
litasi
lansia
dalam
mengont
rol kadar
gula
darah.
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable

yang di maksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variable yang

bersangkutan. Menurut (Nursalam, 2017) variabel yang telah

didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional. Definisi operasional

adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati (diukur)

sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang

45
kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain. Secara rinci definisi

operasional pada penelitian ini dijelaskan pada table berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

C. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan

cross-sectional yang mengumpulkan data tentang variabel bebas dan

variabel terikat secara bersamaan, desain penelitian ini bertujuan

untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat dan kualitas hidup. (Notoatmodjo, 2010)

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Cendrawasih, yang

berlokasi di Jl. Opu Daeng Risadju No. 404, Sambung Jawa, Kec.

Mamajang, Kota Makassar.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus –

30 September 2023.

E. Populasi

46
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Notoadmojo, 2010). Populasi

pada penelitian ini berjumlah 860 penderita Diabetes Melitus yang

datang di Puskesmas Cendrawasih. (Data Puskesmas Cendrawasih,

2021)

F. Sampel dan Teknik pengambilan sampel

1. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu peneliti menentukan

sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu.

Pengambilan sampel terdapat dua kriteria yang ditetapkan oleh

peneliti yaitu kriteria inklusi dan karakteristik eksklusi :

1. Kriteria Inklusi Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a) Responden yang di diagnosa Diabetes Melitus tipe II

b) Usia 45-60 tahun keatas

c) Memiliki kemampuan membaca dan menulis

47
d) Bersedia menjadi responden peneliti

2. Kriteria Eksklusi

a) Responden dengan gangguan pendengaran,

penglihatan, tidak bisa melakukan aktivitas fisik

karena kondisi tertentu misalnya gangguan pada

sistem muskuloskeletal.

Adapun cara yang dilakukan untuk menentukan sampel penelitian

adalah lemeshow:

Z 21 – a/2 P (1 – P) N
n=
d 2 (N – 1) + Z 2
1 – a/2 P (1 – P)

1.96 2 (0.50) (1 – 0.50) 860


n=
0.05 2 (860 – 1) + 1.96 2 (0.50) (1 – 0.50)

825.944
n=
3.111
n = 265.44
5
n = 266

keterangan :

n = Jumlah sampel

Za = Nilai standar dari distribusi sesuai a = 5% = (1.96)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0.05)

48
N = Populasi

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik - teknik pengambilan sampel menggunakan random

sampling.

G. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Yang digunakan untuk mengukur Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di

Puskesmas Cendrawasih.

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah oleh peneliti

(Arikunto 2013). Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu

instrumen yang dapat diklasifikasikan 5 bagian meliputi pengukuran

biologi, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala. Instrumen

penelitian yang akan digunakan adalah angket berupa kuesioner yang

berisi mengenai masalah atau tema yang sedang diteliti sehingga

menampakkan pengaruh atau hubungan dalam penelitian tersebut

dan skala (nursalam 2013).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pertanyaan tertutup

artinya semua jawaban telah disediakan dan responden tinggal

49
memilih jawaban yang ada. Jumlah pertanyaan adalah 32 item, yang

dikelompokkan menjadi 3 bagian. Bagian A tentang data umum

terdiri dari 6 pertanyaan, bagian B tentang dukungan keluarga terdiri

dari 16 pernyataan, bagian C tentang kepatuhan menjalankan diet

DM terdiri dari 10 pernyataan.

Instrument dukungan keluarga dan kepatuhan yang telah

digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah diuji validitas pada

kuesioner dukungan keluarga dengan 16 kuesioner dan kepatuhan

diet DM dengan 10 kuesioner. Dari jawaban responden didapatkan

nilai validitas dukungan keluarga (r 0,704 – 0,914) dan untuk nilai

validitas kepatuhan diet (r 0,949 – 0,983). Dari hasil uji coba ini

dapat diambil kesimpulan bahwa kuesoiner yang digunakan adalah

valid.

Kuesioner yang digunakan sudah baku. Nilai cronbach alpha

pada variabel dukungan keluarga 0,995 sedangkan variabel

kepatuhan diet hasil cronbach alpha 0,957 (Riana, 2018).

H. Pengelolah data

Pengelola data menurut (Notoatmojo, 2012), terdiri dari empat

tahap meliputi editing, coding, tabulating, dan entry

1. Editing adalah proses pengecekan perlengkapan data berupa

kelengkapan identitas responden serta isian maupun jumlah

50
lembar observasi sehingga jika terdapat ketidaksesuaian bisa di

lengkapi oleh peneliti

2. Coding merupakan Tindakan pemberian kode atau angka untuk

memudahkan pengolah data. Untuk variabel dukungan keluarga

peneliti memberikan kode pada setiap jawaban dari kuesioner

yang ada.

3. Tabulating adalah Tindakan pengelompokan data dan dimasukan

dalam bentuk tabel sesuai dengan skor yang telah ditentukan

pada lembar observasi.

4. Entri merupakan tahap memasukan data yang diperoleh

menggunakan perangkat lunak komputer dengan bantuan SPSS

25.

I. Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan Analisa data univariat dan analisa

bivariat.

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan

dalam analisis ditampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis

univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel dependen dan independen.

2. Analisa bivariat

51
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen secara bersamaan dengan menggunakan uji Rank

Spearman (x) dengan derajat kemaknaan (α) adalah 0,05 apabila

nilai p < 0,05 maka hasilnya bermakna secara statistic atau

terdapat hubungan (Ho ditolak dan Ha diterima), sedangkan bila

nilai p > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna secara statistic atau

tidak dapat hubungan ( Ho gagal ditolak), sedangkan bila nilai p >

0,05 maka hasilnya tidak bermakna secara statistic atau tidak

terdapat hubungan ( Ha diterima).

J. Etika Penelitian

Penelitian ini berpegang teguh pada standar penelitian yang

berlaku yaitu: Responden berhak untuk ataupun tidak ikut dalam

kegiatan. Penelitian yang tidak dilakukan pemaksaan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung bebas dari eksploitasi, bebas

dari penderitaan, kerahasiaan perlu surat persetujuan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan ijin

kepada Pihak Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan, kemudian

kuesioner diberikan kepada responden yang diteliti dengan

menekankan masalah etika, yaitu:

1. Lembar persetujuan menjadi responden

52
Lembar persetujuan penelitian akan diberikan kepada

responden, responden diharapkan dibaca terlebih dahulu

tujuannya adalah agar respondent tahu maksud dan tujuan

penelitian serta dampak selama pengumpulan data. Jika

responden berpartisipasi maka mendatangkan lembar

persetujuan.

2. Tanpa nama

Pemberian nama pada lembaran kuesioner dimaksud agar

tidak terjadi kesalahan dalam identifikasi data untuk

mengidentifikasi kesamaan yang kemiripan nama. Untuk menjaga

kerahasiaan identitas subjek peneliti telah mengubah nama-nama

responden menjadi angka Ketika mengelola data.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi telah dijamin oleh peneliti dengan tidak

memberikan informasi apapun kepada orang yang tidak

kepentingan dengan penelitian, lembar kuesioner akan

dimusnahkan setelah penelitian selesai.

4. Etik

Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan etik dari

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset, Dan Teknologi

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat pada

53
tanggal …………………. dengan nomor:

6157/UN4.14.1/TP.01.02/2023

I. Alur Penelitian

Surat izin penelitian dari pihak kampus

kemudian surat izin penelitian dari pihak


kampus di upload di neni silincah

Surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh neni


silincah di antarkan ke kantor wali kota
Makassar

Setelah itu surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh kepala


kantor wali kota Makassar di antarkan ke kantor dinas Kesehatan

54
Dan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh kepala dinas
Kesehatan di antarkan langsung ke TU yang berada di Puskesmas
Cendrawasih

Melakukan pengumpulan data


yang dilakukan dengan cara
membagikan lembar
Variabel persetujuan menjadi responden, Variabel
independent setelah itu bagi responden yang dependen
Dukungan Keluarga bersedia dibagikan lembar Kepatuhan Diet
kuesioner.

Pengolahan dan
analisis data univariat,
bivariat

kesimpulan
n

saran

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 20

Agustus – 30 September 2023. Hasil penelitian yang dilakukan pada

responden dengan jumlah 107 responden menggunakan alat ukur

berupa kuesioner.
55
Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan

kemudian data diolah melalui statistical package for social science

(SPSS) versi 25. Kemudian dilakukan pengeditan, pengkodean dan

kemudian ditabulasi berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data

yang telah dilakukan kemudian disajikan sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Pada tahap ini data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi tunggal antara lain :

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan lama menderita DM

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)


Usia
45 – 55 56 52,3 %
56 – 65 51 47,7 %
Total 107 100 %
Jenis Kelamin
Laki – Laki 37 34,6 %
Perempuan 70 65,4 %
Total 107 100 %
Pendidikan
56
SD 18 16,8 %
SLTP 32 29,9 %
SLTA 30 28,0 %
Diploma / S1 27 25,2 %
Total 107 100 %
Lama menderita DM
>3 Bulan 107 100 %

Total 107 100 %


Sumber data primer : 2023

Berdasarkan tabel 4.1, pada distribusi frekuensi usia dapat

dilihat bahwa golongan usia yang paling banyak yaitu usia lansia

awal tahun 45 - 55 sebanyak 56 responden (52,3%). Berdasarkan

tabel 4.1, pada distribusi frekuensi jenis kelamin dapat dilihat

bahwa yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 70 responden

(65,4%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden

perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah responden laki-laki.

Berdasarkan tabel 4.1, pada distribusi frekuensi pendidikan dapat

dilihat bahwa SD sebanyak 18 responden (16,8%), SLTP sebanyak

32 responden (29,9%), SLTA sebanyak 30 responden (28,0%)

dan Diploma / S1 sebanyak 27 responden (25,2%). Berdasarkan

tabel 4.1, pada distribusi frekuensi lama menderita DM dapat

dilihat bahwa sebanyak 107 responden (100%) yang sudah lebih

dari 3 bulan menderita DM tipe II.

Tabel 4.2

57
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Dukungan

Keluarga

Variabel Dukungan (n) Presentase (%)


Keluarga
Tidak pernah jika <32 60 56,1 %
Selalu jika ≥32 47 43,9 %
Total 107 100 %
Sumber data primer : 2023

Berdasarkan tabel 4.2, pada distribusi frekuensi Dukungan

Keluarga dapat dilihat bahwa yang tidak pernah jika nilainya < 32

sebanyak 60 responden dengan (56,1%) dan selalu jika nilainya

≥32 sebanyak 47 orang dengan (43,9%).

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kepatuhan

Diet

Variabel Dukungan (n) Presentase (%)


Keluarga
Variabel Kepatuhan
Diet
Tidak patuh jika <15 36 33,6 %
Patuh jika ≥15 71 66,4 %
Total 107 100 %
Sumber data primer : 2023

Berdasarkan tabel 4.3, pada distribusi frekuensi Kepatuhan

Diet dapat dilihat bahwa yang tidak patuh jika nilainya <15

sebanyak 36 responden (33,6%) dan patuh jika nilainya ≥15

sebanyak 71 responden (66,4%).

58
2. Analisa Bivariat

Analisa tabulasi silang digunakan untuk mengetahui

penyebaran dan frekuensi sehingga dapat terlihat hubungan antara

Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada lansia penderita

Diabetes Melitus Tipe II disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.4

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet

Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di

Puskesmas Cendrawasih

Phi-
Kepatuhan diet
Cramer’s
P. Value V
Dukungan
keluarga Tidak patuh Patuh Total
n % n % n %
Tidak
36 60 24 40 60 100.0
pernah 0.000 0.630
Selalu 0 0 47 100 47 100.0
3
Total 33,6 71 66,4 107 100.0
6
Sumber data primer : 2023

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa hasil analisa

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia penderita

DM tipe II diperoleh yang mana responden yang tidak pernah

mendapatkan dukungan dari keluarga dan kepatuhan diet yang

tidak patuh berjumlah 36 responden (60%), sedangkan responden

yang tidak pernah mendapatkan dukungan keluarga dan kepatuhan

59
diet yang patuh berjumlah 24 responden (40%). Responden yang

selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya dan kepatuhan diet

nya tidak patuh berjumlah 0 responden (0%), sedangkan dukungan

keluarganya yang selalu dan kepatuhan diet nya patuh berjumlah

47 responden (100%). Hasil uji rank spearman didapatkan value P-

Value 0.000 sehingga P-Value <0.005 maka disimpulkan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada

lansia penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih

dan Phi Cramer’s V didapatkan nilai 0.630 yang berarti bahwa

kekuatan hubungan kuat.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang

menderita DM Tipe II yaitu responden yang berusia 45-55 tahun.

Seiring bertambahnya usia seseorang, respons tubuh terhadap

insulin cenderung menurun. Oleh karena itu, diperlukan jumlah

insulin yang lebih besar untuk mengatur kadar gula darah. Jika

pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup, maka

kadar gula darah dapat meningkat, menyebabkan terjadinya

diabetes melitus tipe 2. Pada usia 60 tahun ke atas, individu juga

cenderung mengalami perubahan gaya hidup, seperti

menurunnya aktivitas fisik dan peningkatan berat badan. Faktor


60
risiko utama untuk diabetes melitus tipe 2 melibatkan kebiasaan

makan yang buruk dan kurangnya aktivitas olahraga. Hal ini

sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh (belum

citacy) Dimana komplikasi yang signifikan yang dapat

mempengaruhi neuropati perifer yaitu usia, jenis kelamin dan

lama menderita diabetes. Seseorang memasuki usia rawan

mengalami komplikasi diabetes yakni sesudah berusia 40 tahun

(Herrera-Rangel, et. Ala.,2015). Sesuai dengan penelitian bahwa

usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 6 kali lebih besar terkena

penyakit diabetes tipe 2 (Zahtamal R, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa sebagian

besar yang menderita DM Tipe II yaitu responden yang berjenis

kelamin perempuan. Beberapa faktor yang menyebabkan wanita

lebih rentan terhadap diabetes melitus dibandingkan pria

termasuk perbedaan hormon. Hormon estrogen memiliki peran

penting dalam metabolisme glukosa. Fluktuasi hormon selama

siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause dapat

memengaruhi respons tubuh terhadap insulin, meningkatkan

risiko obesitas. Selain itu, pola makan dan aktivitas fisik juga

memainkan peran penting. Kebiasaan makan yang tidak sehat

dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas, yang

merupakan faktor risiko utama untuk diabetes. Hal ini sejalan


61
dengan penelitian yang dilakukan oleh Allolerung dkk. (2018)

yang menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan variabel

yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian DM tipe 2

(nilai p=0,044, OR=2,777). Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden perempuan memiliki risiko untuk terkena DM tipe 2

sebesar 2,777 kali lebih besar dibandingkan dengan responden

laki-laki.

Tingginya angka kejadian DM pada perempuan

disebabkan perbedaan komposisi tubuh dan kadar hormon

seksual antara laki-laki dan perempuan dewasa.(21) Jaringan

adiposa lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki - laki.

(22) Perbedaan kadar lemak laki-laki dan perempuan dewasa

yaitu pada laki-laki 15-20% sedangkan perempuan memiliki

kadar lemak 20– 25% dari berat badan.(22) Konsentrasi hormon

estrogen yang berkurang pada perempuan menopause

menyebabkan cadangan lemak terutama di daerah perut

mengalami kenaikan yang mengakibatkan pengeluaran asam

lemak bebas meningkat, kondisi tersebut berkaitan dengan

resistensi insulin.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan terakhir yang paling umum adalah tingkat pendidikan

62
SMP. Tingkat pendidikan memiliki dampak pada pengetahuan

seseorang terkait suatu hal, karena melalui pendidikan,

seseorang dapat lebih memahami risiko penyakit dan memiliki

kemampuan untuk menyerap serta memahami informasi.

Temuan ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh (Lengga et

al., 2023), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang

lebih tinggi dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

menerima informasi, sehingga tingkat pendidikan responden

berdampak pada keterbatasan informasi mengenai pencegahan

penyakit.

a. Dukungan Keluarga

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian

besar keluarga memberikan dukungan yang baik terhadap

penderita DM dengan jumlah 47 responden (43,9%). Hal ini

sesuai dengan fungsi keluarga menurut Friedman (2018) dimana

salah satu fungsi dasar keluarga adalah fungsi perawatan

kesehatan seperti menyediakan perawatan kesehatan, tempat

tinggal dan kebutuhan fisik. Adanya dukungan dari keluarga bagi

penderita diabetes mellitus juga sejalan dengan tugas pokok

keluarga menurut Jhonson & Lenny (2018) yaitu pemeliharaan

fisik keluarga dan para anggotanya dan membangkitkan

dorongan dan semangat pada para anggotanya.


63
Menurut asumsi peneliti bahwa seringnya penderita

diabetes mellitus mendapatkan dukungan keluarga karena

keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan responden

sehingga ketika ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga

akan mendukung dan merawat anggota keluarga yang sakit dan

kepada keluargalah biasanya penderita diabetes mellitus

mengeluhkan kondisi kesehatanya, sehingga keluarga jugalah

yang memberikan dukungan baik secara informasi, instrumental,

emosional dan penghargaan.

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling

dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan

dukungan dari keluarga, karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau

mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

penunjang pengelolaan penyakitnya.

Menurut hasil penelitian dukungan keluarga yang paling

besar (nomor satu) diberikan pada dukungan penilaian dengan

total skor rata-rata 3,16. Dimensi ini terjadi melalui ekspresi

berupa sambutan yang positif dengan orang-orang disekitarnya,

dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan


64
individu. Dukungan ini membuat seseorang berharga, kompeten

dan dihargai. Dukungan ini juga muncul dari penerimaan dan

penghargaan terhadap keberadaan seseorang secara total

meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Hensarling,

2015).

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penilaian yang

diberikan keluarga terhadap penderita DM berupa penghargaan,

dapat meningkatkan status psikososial, semangat, motivasi dan

peningkatan harga diri, karena dianggap masih berguna dan

berarti untuk keluarga, sehingga diharapkan dapat membentuk

perilaku yang sehat pada penderita DM dalam upaya

meningkatkan status kesehatannya.

Dukungan keluarga nomor dua yang diberikan pada

penelitian ini yaitu dukungan emosional dengan total skor rata-

rata 3,05. Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan

perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa

lebih baik, merasa mendapatkan kembali keyakinannya, merasa

dimiliki dan dicintai pada saat stress. Dimensi ini

memperlihatkan adanya dukungan dari keluarga, adanya

pengertian dari anggota keluarga yang lain terhadap anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus. Komunikasi dan

interaksi antara anggota keluarga diperlukan untuk memahami


65
situasi anggota keluarga. Dimensi ini didapatkan dari mengukur

persepsi pasien tentang dukungan keluarga berupa pengertian

dan kasih sayang dari anggota keluarga yang lain.

b. Kepatuhan Diet Penderita DM Tipe II

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hampir

seluruh responden patuh menjalankan diet DM dengan jumlah

71 responden (66,4%). Kepatuhan diet merupakan suatu aturan

perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga

kesehatan lain yang harus diikuti oleh pasien. Perilaku yang

disarankan yaitu berupa pola makan dan ketepatan makan

pasien DM. Diet pasien DM harus memperhatikan jumlah

makanan, jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa

darahnya tetap terkontrol (Novian,2015).

Hasil penelitian ini kepatuhan diet yang paling besar

(nomor satu) dilakukan pada jadwal makan dengan total skor

rata-rata 0,87. Jadwal makan adalah waktu makan yang tetap

yaitu makan pagi, siang dan malam pada pukul 7.00-8.00,

12.00-13.00, dan 17.00-18.00, serta selingan pada pukul

10.30-11.00 dan 15.30-16.00. Penjadwalan dilakukan dengan

disiplin waktu agar dapat membantu pankreas mengeluarkan

insulin secara rutin. Pada dasarnya diet pada DM diberikan

dengan 3 kali makan pokok, 2-3 kali makan selingan dengan


66
interval waktu 3 jam.

Kepatuhan diet yang nomor dua yang dilakukan pada

penelitian ini adalah pada jenis makanan dengan total skor rata-

rata 0,78. Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan

memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara

bebas, makanan yang mana harus dibatasi. Jenis bahan

makanan yang dianjurkan bagi penderita DM antara lain nasi,

telur, tempe, buncis, sayur, pepaya, tongkol, kentang. Makanan

yang perlu dibatasi yaitu sumber karbohidrat. Karbohidrat seperti

nasi, kentang, ketan, lontong, mie, ubi, talas, sagu, makaroni,

dan makanan berbahan dasar tepung. Makanan yang tidak boleh

dimakan adalah semua makanan yang diolah dengan gula murni.

Jenis bahan makanan yang harus dihindari/dibatasi bagi

penderita DM antara lain gula pasir, gula jawa, sirup, jelli, buah

yang diawetkan, susu kental manis, minuman botol ringan,

dodol dan es krim, cake, makan siap saji, goreng-gorengan, ikan

asin, telur asin, makanan diawetkan. (Setyaningrum et al., 2021)

Menurut (Green, 2015) kepatuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain faktor predisposisi (faktor

pendorong) yaitu kepercayaan atau agama yang dianut, sikap

dan pengetahuan. Kemudian faktor reinforcing (faktor

pendukung) antara lain dukungan petugas kesehatan dan


67
dukungan keluarga, serta faktor enabling (faktor pemungkin)

antara lain sarana dan prasarana misalnya puskesmas, rumah

sakit, posyandu, makanan bergizi dan sebagainya.

Berdasarkan asumsi peneliti, kepatuhan diet pada

penelitian ini karena pendidikan responden yang D3/S1

berjumlah 27 responden dan dukungan keluarga juga baik.

Pasien patuh menjalankan diet dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan dan kesadaran pasien. Tingkat pengetahuan

dipengaruhi oleh pendidikan. Data tentang pendidikan

menunjukkan dari 71 responden yang patuh menjalankan diet,

hampir setengahnya yaitu 27 responden (25,2%) berpendidikan

D3/S1. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti

didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih

baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan

masyarakat (Notoatmodjo, 2015). Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin mudah menerima informasi sehingga

banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya.

Faktor berikutnya adalah dukungan keluarga. Data

tentang dukungan keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar

yaitu 47 responden (43,9%) mendapatkan dukungan selalu dari

keluarganya. Keluarga merupakan bagian dari penderita yang


68
paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan

dari keluarga, karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau

mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau

menuruti saran- saran yang diberikan oleh keluarga untuk

penunjang pengelolaan penyakitnya.

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 36

responden (60%) tidak pernah mendapatkan dukungan dari

keluarga dan tidak patuh menjalankan diet DM. Berdasarkan

asumsi peneliti dukungan keluarga selalu diharapkan agar

kondisi semakin membaik karena dengan adanya dukungan

keluarga pasien cenderung patuh terhadap diet. Perawat sangat

diharapkan untuk memotivasi keluarga pasien agar dapat

meningkatkan dukungan terhadap kepatuhan diet pasien

Diabetes Mellitus sehingga nantinya pasien akan menjadi

patuh dengan diet yang disarankan oleh petugas kesehatan.

Pasien memerlukan dukungan untuk patuh terhadap diet yang

harus dijalani. Pasien akan merasakan berupa kualitas kesehatan

maupun kualitas hidup yang meningkat pada saat patuh pada

diet. Apabila makan dan minum dijaga, akan terhindar dari


69
berbagai macam komplikasi yang hanya akan memperparah dan

memperburuk keadaan pasien serta meminimalisir adanya

gannguan kesehatan lainnya.

Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga menurut (Friedman,

2015) dimana salah satu fungsi dasar keluarga adalah fungsi

perawatan kesehatan seperti menyediakan perawatan

kesehatan, tempat tinggal dan kebutuhan fisik. Adanya

dukungan dari keluarga bagi penderita diabetes mellitus juga

sejalan dengan tugas pokok keluarga menurut (Lenny, 2015)

yaitu pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya dan

membangkitkan dorongan dan semangat pada para anggotanya.

Menurut (Mils, 2015) menyatakan bahwa ada beberapa

hal penting yang dapat dilakukan untuk mendukung penderita

DM yaitu dengan meningkatkan kesadaran diri penderita untuk

mengenali penyakitnya, memberikan pemahaman bahwa

penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan, sehingga penderita

harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengelola

penyakitnya. Dengan adanya dukungan dari keluarga sangat

membantu penderita DM untuk meningkatkan kenyakinan dari

dalam dirinya untuk mengelola penyakitnya dengan baik. Selain

itu juga dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman yang

timbul karena adanya dukungan baik informasional, penilaian,


70
instrumental dan instrumental dari keluarga.

Pada tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa ada 24

responden (40%) yang tidak pernah mendapatkan dukungan

keluarga tetapi patuh menjalankan diit DM. Hal ini disebabkan

karena kedua responden tersebut telah lama menderita DM yang

rata-rata 6 tahun sehingga dapat mempengaruhi perilaku

seseorang menjalankan diet (Notoatmodjo, 2015) Menurut

asumsi peneliti ini karena mereka beranggapan bahwa mereka

bebas untuk melakukan apapun yang mereka inginkan dan

beranggapan bahwa dengan adanya dukungan dari keluarga

terhadap keteraturan diet membuat responden menjadi bosan

dan terkekang disamping itu bisa jadi seorang responden dapat

mengalami penurunan motivasi untuk tetap semangat menjaga

kesehatan sehingga malas menjalankan diet yang disarankan

petugas kesehatan. Durasi menderita penyakit mempunyai

hubungan negatif terhadap kepatuhan. Semakin lama seseorang

menderita penyakit maka semakin kecil kemungkinan seseorang

menjadi patuh terhadap pengobatan (World Health Organization,

2013)

Pasien dengan riwayat menderita DM yang lebih lama

dilaporkan lebih sering mengkonsumsi makanan yang tidak

sesuai, dengan proporsi lemak jenuh yang besar serta tidak


71
menjalani diit dengan benar. (Delamater, 2016) berpendapat

bahwa ketidakpatuhan seringkali muncul pada saat kondisi

kesehatan kronik, ketika penyebab timbulnya bervariasi, atau

apabila gejala tidak nampak, program pengobatan komplek dan

rumit, dan ketika pengobatan membutuhkan perubahan gaya

hidup.

Setelah dianalisa dengan uji Rank Spearman diperoleh

nilai p value sebesar 0,000 sehingga p value < 0,05 yang artinya

Ha diterima yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet pada lansia pada penderita DM tipe II di

wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih.

72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Adanya hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet

pada lansia penderita DM Tipe II di Puskesmas Cendrawasih

dengan uji Rank Spearman yang telah didapatkan p value = 0,000

(p value=<0,005)

2) Dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Cendrawasih terdapat 47 responden (43.9%) yang

memiliki dukungan keluarga selalu dan 60 responden (56.1%)

memiliki dukungan keluarga tidak pernah.

3) Kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

Cendrawasih terdapat 71 responden (66.4%) yang memiliki

kepatuhan diet yang patuh jika nilai ≥15 dan 36 responden

(33.6%) memiliki kepatuhan diet yang tidak patuh jika nilai <15.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan agar penelitian ini dapat diinterpretasikan pada

mata kuliah keperawatan medikal bedah khususnya dalam

penanganan pasien Diabetes Melitus.

2. Bagi Perawat Puskesmas


73
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada
pasien Diabetes Melitus sehingga pasien Diabetes Melitus mampu
menerapkan dukungan keluarga dengan baik maka resiko dari
Diabetes Melitus tersebut dapat dicegah sehingga kepatuhan diet
DM pasien lansia menjadi lebih baik.

3. Bagi Peneliti
Disarankan agar Penelitian ini dapat memberikan
pengalaman yang besar bagi peneliti dalam melakukan penelitian
terkait dengan Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Diet Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe II.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dikarenakan penelitian ini dilakukan dalam waktu yang

kurang sedangkan dalam pencegahan DM ada 5 aspek yang harus

diperhatikan (pola makan, aktivitas fisik, kontrol gula darah,

kepatuhan minum obat, dan perawatan kaki) sehingga penelitian

ini kurang maksimal dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian lebih mendetail terkait dengan aspek

tersebut, misalnya dengan melibatkan dukungan keluarga dan

dukungan petugas kesehatan. Disarankan kepada peneliti

selanjutnya bisa melakukan penelitian Penerapan Kepatuhan Diet

Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Melibatkan Dukungan

Keluarga.

74
DAFTAR PUSTAKA

Chew, B.-H. (2014). Psychological aspects of diabetes care: Effecting behavioral


change in patients. World Journal of Diabetes, 5(6), 796.
https://doi.org/10.4239/wjd.v5.i6.796

Damayanti. (2015). Diabets mellitus dan penatalaksanaan keperawatan (1st ed.).


Nuha Medika.

Delamater. (2016). Pasien dengan riwayat menderita DM yang lebih lama .

Fadhila, R. (2019). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kadar Glukosa Darah


Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2: Literature Review. Jurnal Keperawatan
Abdurrab, 3(1), 17–24. https://doi.org/10.36341/jka.v3i1.766

Friedman. (2015). Fungsi keluarga.

Green, L. (2015). Kepatuhan Diet.

Hasdianah. (2012). mengenal diabetes mellitus pada orang dewasa dan anak-
anak dengan solusi herbal (1st ed.). Nuha Medika.

International Diabetes Federation. (2019). IDF DIABETES ATLAS Ninth edition


2019. In The Lancet (Vol. 266, Issue 6881). https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(55)92135-8

International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas, IDF Diabetes


Atlas, 10th edn. Brussels, Belgium.

Kemenkes. (2020). Infodatin tetap produktif, cegah, dan atasi Diabetes Melitus
2020. In Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (pp. 1–10).

Kurniawati, T., Huriah, T., & Primanda, Y. (2021). Pengaruh Diabetes Self
Management Education (DSME) terhadap Self Management pada Pasien
Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(2), 588–594.
https://doi.org/10.48144/jiks.v12i2.174

Lenny, J. (2015). Tugas Pokok keluarga.

Mils. (2015). Kesadaran Diri Pasien DM.

Notoatmodjo. (2015). Pendidikan.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologo Penelitian Kesehatan. 144.


75
Noviyanti, L., Suryanto, S., & ... (2021). Peningkatan Perilaku Perawatan Diri
Pasien melalui Diabetes Self Management Education and Support. Media
Karya …, 4(1), 67–77.

Nurul Afifah, H. (2016). Mengenal Jenis-Jenis Insulin Terbaru untuk Pengobatan


Diabetes. Farmasetika.Com (Online), 1(4), 1.
https://doi.org/10.24198/farmasetika.v1i4.10367

Papatheodorou, K., Banach, M., Bekiari, E., Rizzo, M., & Edmonds, M. (2018).
Complications of Diabetes 2017 Konstantinos. Journal of Diabetes Research,
2018, Arti, 4.

PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46.

Profil Dinas Kesehatan, S. S. (2021). Profil Kesehatan 2021 provinsi sulawesi


selatan. Sik, 1–333.

Puruhita, A., & Hadiningsih, N. (2019). Edukasi Gizi Bagi Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 1–5.

Rachmawati, N. (2015). Gambaran Kontrol Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsj Prof. Dr. Soerojo
Magelang. The Fairchild Books Dictionary of Textiles , 1–99.
https://doi.org/10.5040/9781501365072.4631

Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia (Pare)


Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes, 9(1), 57.

Ramkisson, S., Pillay, B. J., & Sartorius, B. (2016). Anxiety, depression and
psychological well-being in a cohort of South African adults with type 2
diabetes mellitus. South African Journal of Psychiatry, 22(1), 1–9.
https://doi.org/10.4102/sajpsychiatry.v22i1.935

Schofield, D., Cunich, M., Kelly, S., Passey, M. E., Shrestha, R., Callander, E.,
Tanton, R., & Veerman, L. (2015). The impact of diabetes on the labour
force participation, savings and retirement income of workers aged 45-64
years in Australia. PLoS ONE, 10(2), 1–10.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0116860

Setyaningrum, Y. I., & Nissa, C. (2021). Penyuluhan Konsumsi Pangan Lokal


Untuk Penderita Diabetes Melitus Di Desa Dilem, Kepanjen, Malang.
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat , 3(3), 435.
https://doi.org/10.24198/kumawula.v3i3.28025

Tandra, H. (2015). Diabetes Bisa Sembuh : Petunjuk Praktis Mengalahkan dan


Menyembuhkan Diabetes (Satu). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tandra, H. (2017). segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes
(Kedua). PT. Gramedia Pustaka Utama.
76
https://doi.org/https://books.google.co.id/books?
id=espGDwAAQBAJ&lpg=PP1&dq=buku%20diabetes
%20melitus&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q&f=false

Ulum, Z., Kusnanto, & Widyawati, Ik. Y. (2015). Kepatuhan Medikasi Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Teori Health Belief Model (Hbm) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Critical, Medical, and Surgical
Nursing Journal, 3(1), 1–14.

WHO. (2016). Global Report on Diabetes. Isbn, 978, 6–86.

Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe
2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006

World Health Organization. (2013). Durasi menderita penyakit.

Yanti, A., & Leniwita, H. (2019). Modul Keperawatan Medikal Bedah II.
Keperawatan, 1–323.

Yati, N. P., & Trijaja, B. (2017). Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus
Tipe-1 pada Anak dan Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 1–15.

77
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu, Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Moh. Taufiq Manto

Nim : 2119004

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar yang sedang mengadakan

penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

Diet Pada Lansia penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cendrawasih.

Berkenan dengan penelitian ini, diharapkan kesediaan Bapak/Ibu

untuk menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan

dan menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan. Jawaban dari

Bapak/Ibu akan dijaga sesuai dengan etika penelitian dan hanya akan

78
digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan dari Bapak/Ibu

untuk menjadi responden saya selaku peneliti mengucapkan banyak

terima kasih.

Peneliti

Moh. Taufiq Manto

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa program studi S1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini,

yaitu untuk perkembangan Ilmu Keperawatan, dan sebagai syarat

dalam rangka penyelesaiaan tugas akhir dari peneliti. Partisipasi

saya dalam penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saya

sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan

dijaga kerahasiaannya, oleh karena itu saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

79
Makassar, 2023

Responden

( )

Lampiran 3

KUESIONER HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN DIET PADA LANSIA PENDERITA DM TIPE II DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENDRAWASIH

Tujuan:

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui “Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalankan Diit DM”.

Petunjuk umum pengisian kuesioner:

1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan dengan baik


sehingga dimengerti.

2. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban.

3. Pilih salah satu jawaban yang menurut bapak/ibu paling

sesuai dengan kondisi yang dialami dengan memberi tanda

80
ceklis ( √ ) pada pilihan yang dipilih.

4. Jika ingin mengganti jawaban cukup dengan mencoret

jawaban pertama dengan tanda (=), kemudian beri tanda ( √

) pada jawaban terakhir.

5. Jika mengalami kesulitan dalam menjawab dapat

menanyakan langsung kepada peneliti.

Kuesioner

No. Responden:

A. DATA DEMOGRAFI

1. Nama :
2. Umur : (dalam tahun)..........................tahun

3. Jenis kelamin

Laki-laki

Wanita

4. Status pernikahan

Menikah

Belum menikah

Cerai

81
Duda/ Janda

Lainnya: …………………

5. Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah SLTA

SD Dipolma/Sarjana

SLTP

5. Pekerjaan:………………………….

6. Lama menderita DM............................tahun

B. PERNYATAAN TENTANG DUKUNGAN KELUARGA

No Pernyataan Tidak Jarang Selalu


Pernah
DUKUNGAN INFORMASIONAL

1 Keluarga memberitahu saya dampak


jika saya tidak mengikuti diit.

2 Keluarga tidak mengingatkan saya


tentang jadwal makan.

3 Keluarga tidak mengingatkan


saya untuk mengontrol gula
darah bila saya
lupa.
4 Keluarga memberitahu tentang semua

informasi yang didapatkan dari dokter

atau petugas kesehatan lainnya.

82
DUKUNGAN PENILAIAN

5 Keluarga memberi pujian atas usaha


yang telah saya lakukan untuk mentaati
aturan diit.

6 Keluarga tidak pernah mengetahui


penyakit saya.

7 Keluarga memberikan pujian ketika


ada kemajuan kesehatan saya.

8 Tidak satupun anggota keluarga yang


memperhatikan kebutuhan saya.

DUKUNGAN INSTRUMENTAL

9 Keluarga menyiapkan menu makanan

sesuai dengan aturan makan yang saya

jalani.

10 Keluarga tidak mengingatkan saya untuk


minum obat diabetes

11 Keluarga memberikan kebebasan kepada


saya untuk memilih makanan sesuai
keinginan saya walaupun
melanggar aturan diit.

12 Keluarga mengingatkan saya untuk


makan dan minum sesuai jadwal.

DUKUNGAN EMOSIONAL

13 Keluarga tidak menerima bahwa saya


menderita diabetes.

14 Keluarga selalu memperhatikan kondisi


kesehatan saya.

15 Keluarga saya meluangkan


waktu untuk mendengarkan
cerita ataupun
keluhan-keluhan saya.
83
16 Keluarga saya marah ketika saya tidak
mentaati aturan makan/diit yang telah
ditetapkan.

C. PERNYATAAN TENTANG KEPATUHAN DIIT DM

No Pernyataan Patuh Tidak


Patuh
Saya makan tahu/tempe 2-3 potong sedang saja setiap
1 hari.

2 Saya minum susu kental manis sehari 2 gelas.

Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan


3 makanan sesuka hati.

4 Saya menghindari makanan yang asin-asin.

5 Saya makan makanan yang tinggi lemak seperti santan,


kue, kulit ayam dan goreng—gorengan setiap hari

Saya menghindari makanan banyak mengandung


6 bahan pengawet.

Saya menyukai makanan yang dikukus daripada


7 digoreng.

8 Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan diit DM.

9 Saya makan malam sebelum jam 18.00.

10 Saya makan sehari 2x dan tidak makan makanan


selingan (ngemil).

84
85
Lampiran 4
23 Sitti Wardia 65 2 P 2 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
24 Halizah 60 2 P 2 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
25 Siti Fatimah Wahab 60 2 P 2 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
26 Anastasia Roka 55 1 P 2 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
27 Ambar Dwi 54 1 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
28 Ambo Eteng 56 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Buruh 2 >3 BULAN 1
29 Lasmini 57 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
30 Fika 58 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
31 Hasriani 60 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
32 Lini 60 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
33 Frans 60 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Tidak Bekerja 1 >3 BULAN 1
34 Silfester 54 1 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Buruh 2 >3 BULAN 1
35 Magdalena 53 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
36 Ratna 55 1 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
37 Erna 56 2 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
38 Jamaludin 54 1 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
39 Dg Ranno 45 1 L 1 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
40 Halisa 45 1 P 2 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
41 Hasna 49 1 P 2 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
42 Dg Tiranda 48 1 L 1 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
43 Karing Naga 47 1 L 1 Menikah 2 SD 2 Tidak Bekerja 1 >3 BULAN 1
44 Rosdiana 50 1 P 2 Menikah 2 SD 2 Tidak Bekerja 1 >3 BULAN 1
45 Doro Thea 60 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
46 Katini 60 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
47 Tarjila 57 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Buruh 2 >3 BULAN 1
48 Rukiya 58 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
49 Sukma Wati 56 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
50 Maudani Dg Jibi 54 1 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
51 Hdinar 63 2 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
52 Hj Tuti 51 1 P 2 Menikah 2 S1 5 IRT 5 >3 BULAN 1
53 Hatija 54 1 P 2 Menikah 2 S1 5 IRT 5 >3 BULAN 1
54 Mince 55 1 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
55 Adiana 51 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
56 Yohana 50 1 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
57 AgusTina Rahma 55 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
58 Janbarabas 58 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Buruh 2 >3 BULAN 1
59 Viktoria Sugina 59 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 ASN 4 >3 BULAN 1
60 Fani 60 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 ASN 4 >3 BULAN 1
61 Ancelina 65 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 ASN 4 >3 BULAN 1
62 Nikolaus 64 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 ASN 4 >3 BULAN 1
63 Dg. M.Amin 65 2 L 1 Belum menikah 1 SLTP 3 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
64 Surian 64 2 L 1 Menikah 2 SLTP 3 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
65 Siti Maimuna 54 1 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
66 Sardiana 53 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
67 Siti Muslimah 57 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
68 Ramlan Wati 58 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
69 Johare 60 2 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
70 Nurbaya 54 1 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
71 Erris 55 2 L 1 Menikah 2 SD 2 Buruh 2 >3 BULAN 1

45
86 Zubaida 60 2 P 2 Menikah 2 SD 2 IRT 5 >3 BULAN 1
87 Mantang Dg. Paja 45 1 L 1 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
88 Yudi Dg. Nurung 46 1 P 2 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
89 Djufri 45 1 L 1 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
90 Lalu M. 49 1 L 1 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
91 Suparti 55 1 L 1 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
92 Hj. Rada 60 2 L 1 Menikah 2 S1 5 ASN 4 >3 BULAN 1
93 Muh. Yusuf 60 2 L 1 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
94 Fika 65 2 P 2 Belum menikah 1 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
95 Hasniyati 64 2 P 2 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
96 Salma Salurahte 63 2 P 2 Menikah 2 SD 3 Tidak Bekerja 1 >3 BULAN 1
97 Tato Timbar 60 2 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
98 Doni Ali 45 1 L 1 Menikah 2 SLTA 4 Buruh 2 >3 BULAN 1
99 Hadjra Nawia 50 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
100 Muh.Kasim 55 1 L 1 Menikah 2 SLTP 3 ASN 4 >3 BULAN 1
101 Naidah 54 1 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
102 Bahma Wati 56 2 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
103 Susana Mawar 53 1 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1
104 Supiyanti 57 2 L 1 Menikah 2 S1 5 Wiraswasta 3 >3 BULAN 1
105 Elisabet 58 2 P 2 Menikah 2 S1 5 IRT 5 >3 BULAN 1
106 Maimuna 53 1 P 2 Menikah 2 SLTA 4 IRT 5 >3 BULAN 1
107 Nurhaedah 56 2 P 2 Menikah 2 SLTP 3 IRT 5 >3 BULAN 1

46
Lampiran 5

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 45 - 55 56 52.3 52.3 52.3

56 - 65 51 47.7 47.7 100.0

Total 107 100.0 100.0

JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI - LAKI 37 34.6 34.6 34.6

PEREMPUAN 70 65.4 65.4 100.0

Total 107 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 18 16.8 16.8 16.8

SLTP 32 29.9 29.9 46.7

SLTA 30 28.0 28.0 74.8

Diploma / S1 27 25.2 25.2 100.0

Total 107 100.0 100.0

45
Dukungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak pernah 60 56.1 56.1 56.1

Selalu 47 43.9 43.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak patuh 36 33.6 33.6 33.6

Patuh 71 66.4 66.4 100.0

Total 107 100.0 100.0

Dukungan * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan

Tidak patuh Patuh Total

Dukungan Tidak pernah Count 36 24 60

% within Dukungan 60.0% 40.0% 100.0%

Selalu Count 0 47 47

% within Dukungan 0.0% 100.0% 100.0%

46
Total Count 36 71 107

% within Dukungan 33.6% 66.4% 100.0%

Uji Rank Spearman

Correlations
Dukungan Kepatuhan
Spearman's rho Dukungan Correlation Coefficient 1.000 .630**
Sig. (2-tailed) . .000
N 107 107
Kepatuhan Correlation Coefficient .630** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 107 107
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

47
Lampiran 6

Time Schedule
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Lansia Penderita Dm Tipe Ii Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengajuan
Judul
2 Pembuatan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Perbaikan
Hasil
Seminar
5 Pelaksanaan
Penelitian
6 Pengelolaan
Dan Analisa
Data
7 Seminar
Hasil

69
Penelitian
8 Perbaikan
Hasil
Seminar
9 Penyetoran

10 Publikasi

70
Lampiran 7

69
Lampiran 8

70
Lampiran 9

71
Lampiran 10

Surat Izin Penelitian Dari DInkes

72
Lampiran 11

73
Lampiran 12

74
Lampiran 13

Dokumentasi

69
69

Anda mungkin juga menyukai