BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pedoman akuntansi tentang kebijakan akuntansi dimaksudkan untuk
memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi sehingga dapat
memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi
pengguna informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan rumah sakit.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah, Pasal 99 menyatakan bahwa laporan keuangan BLUD
disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati. Pedoman akuntansi tersebut mencakup kebijakan akuntansi
yang digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban/biaya.
Mengacu pada pasal di atas dan kebutuhan untuk pengelolaan BLUD yang
profesional, akuntabel dan transparan, Kabupaten Garut yang telah
menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD memandang perlu untuk
menyusun pedoman akuntansi tersebut. Untuk mempermudah pelaksanaan
kebijakan akuntansi tersebut, disusun pula prosedur akuntansi sesuai
ketentuan dan kebutuhan BLUD.
Pedoman akuntansi BLUD Kabupaten Garut mengacu pada Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum. Dengan terbitnya PSAP
Nomor 13 ini maka pengaturan akuntansi dan pelaporan Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah versi Permendagri 61 Tahun 2007 dan
Peraturan Menteri Keuangan No 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi
dan pelaporan Laporan Keuangan BLU sudah tidak berlaku.
C. RUANG LINGKUP
Bagi BLUD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, penyusunan
pedoman akuntansi yang mencakup kebijakan akuntansi meliputi pilihan
prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang
digunakan. Pedoman akuntansi tersebut disajikan meliputi: kebijakan umum
akuntansi, definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
atas transaksi keuangan yang terjadi di BLUD.
D. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Kebijakan akuntansi ini terdiri dari delapan bab, yaitu:
1. Pendahuluan
2. Kebijakan Umum Akuntansi
3. Kebijakan Akuntansi Aset
4. Kebijakan Akuntansi Kewajiban
5. Kebijakan Akuntansi Ekuitas
6. Kebijakan Akuntansi Pendapatan
7. Kebijakan Akuntansi Belanja dan Beban
8. Koreksi Kesalahan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi
3
BAB II
KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET
Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan manfaat ekonomi di masa depan akan
diperoleh. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan
berpindah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
aset tersebut untuk memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
bagi operasional BLUD berupa kas dan setara kas. Aset diklasifikasikan menjadi
Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap dan Aset Lainnya.
A. ASET LANCAR
Aset lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan
menjadi kas dalam satu periode akuntansi. Suatu aset diklasifikasikan sebagai
aset lancar apabila:
1. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal/dalam satu periode akuntansi.
2. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu siklus operasi
normal/dalam satu periode akuntansi.
3. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aset lancar terdiri atas kas dan setara kas, investasi jangka pendek/deposito,
piutang, persediaan, uang muka, biaya dibayar dimuka dan aset lancar
lainnya.
1 . Kas dan Setara Kas
a. Definisi
Kas dan setara kas merupakan kas yang berasal dari pendapatan
BLUD baik yang telah dan yang belum diakui oleh unit yang
mempunyai fungsi Perbendaharaan.
Kas adalah alat pembayaran yang sah dan setiap saat dapat
digunakan. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro/saldo bank (termasuk cerukan/bank overdraft, yaitu pelampauan
pemberian kredit di atas plafon yang ditetapkan berdasarkan akad
kredit).
Setara Kas (cash equivalent) yaitu investasi jangka pendek yang akan
jatuh tempo tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan (misalnya :
deposito berjangka yang jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari
tiga bulan) dan sangat likuid yang siap dikonversikan menjadi kas
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Pengertian atau lingkup kas di BLUD meliputi:
1) Kas di Bendahara Penerimaan
Kas yang dikuasai oleh bendahara penerimaan yang berasal dari
penerimaan pendapatan jasa layanan, serta lain-lain pendapatan
yang sah. Kas di Bendahara Penerimaan adalah uang tunai (cash on
hand) yang belum disetorkan ke rekening BLUD. Kas di Bendahara
Penerimaan terdiri dari:
a ) Kas di Bendahara Penerimaan, yaitu kas yang dikuasai oleh
bendahara penerimaan dari pendapatan yang diterima dari
kasir-kasir, yang belum disetorkan ke Bendahara BLUD.
9
b) Kas di Kasir, yaitu kas yang masih ada dalam penguasaan kasir
jasa layanan yang belum disetorkan ke bendahara penerimaan
pada saat penutupan buku kas. Kas di Kasir harus tercatat di
neraca pada saat penyusunan laporan keuangan semesteran
atau tahunan.
2) Kas di Bendahara Pengeluaran - APBD
Kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
APBD, APBN, serta lain-lain pendapatan yang sah seperti jasa giro,
termasuk pungutan pajak yang belum disetorkan ke kas
negara/daerah/kas BLUD. Kas di Bendahara Pengeluaran dapat
berupa uang tunai (cash on hand) maupun kas di rekening
bank/rekening giro.
3) Kas di Bendahara Pengeluaran - BLUD
Kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
Kas BLUD untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang
didanai dari pendapatan BLUD. Kas di Bendahara Pengeluaran
dapat berupa uang tunai (cash on hand) maupun kas di rekening
bank/rekening giro.
4) Kas BLUD
Kas yang dikuasai dan berada dalam pengelolaan pejabat
keuangan BLUD (Kepala Bidang Keuangan, Perencanaan dan
Program yang berasal dari penerimaan fungsional berupa
pendapatan jasa layanan kesehatan dan non-kesehatan, serta lain-
lain pendapatan yang sah. Kas BLUD berasal dari setoran-setoran
Bendahara Penerimaan yang akan digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional BLUD. Kas BLUD yang akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran BLUD,
ditransfer/diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran - BLUD
melalui mekanisme yang telah ditetapkan yaitu dengan pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh Bendahara Pengeluaran
dan diterbitkannya Surat Perintah Membayar (SPM) yang
ditandatangani pemimpin BLUD. Kas BLUD terdiri dari:
(a) Kas BLUD, yaitu kas yang berupa saldo kas tunai maupun
yang berada dalam rekening bank.
(b) Setara Kas, yaitu bagian dari kas yang dapat berupa deposito
berjangka kurang dari 3 bulan atau dalam bentuk setara kas
lainnya.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Kas diakui dan dicatat pada saat diterima atau dikeluarkan oleh
Bendahara berdasarkan nilai nominal uang.
c. Pengukuran
Kas dan Setara Kas dinyatakan dalam nilai rupiah, jika ada Kas dan
Setara Kas dalam valuta asing, maka harus dikonversi berdasarkan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada akhir
tahun, Kas dan Setara Kas dalam valuta asing dikonversi berdasarkan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Keuntungan
atau kerugian atas selisih kurs tanggal neraca dengan kurs transaksi
diakui sebagai pendapatan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing atau biaya penurunan nilai.
10
f. Saldo Normal
Saldo normal akun Investasi Jangka Pendek adalah di sebelah debet,
penambahan Investasi Jangka Pendek dicatat di sebelah debet dan
pengurang Investasi Jangka Pendek dicatat disebelah kredit.
3 . Piutang
a. Definisi
Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang
diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. Piutang
timbul dari adanya penyerahan jasa atau barang yang pembayarannya
tidak bersamaan dengan waktu terjadinya penyerahan jasa/barang dan
atau pembayaran atas penyerahan jasa/barang baru dilakukan setelah
beberapa hari atau beberapa bulan, lazimnya diklasifikasikan sebagai
Piutang Usaha. Transaksi lain yang memunculkan piutang bagi BLUD
dapat diklasifikasikan ke dalam Piutang Lain-Lain seperti pinjaman
uang kepada karyawan atau kepada pihak lain.
b. Pengakuan dan Pencatatan.
Piutang diakui pada saat terjadinya transaksi atau pada saat hak klaim
untuk mendapatkan arus kas atau manfaat ekonomi lainnya dari
penyerahan barang atau jasa telah terpenuhi. Hak klaim atau manfaat
ekonomi tersebut dapat diukur dan diestimasi.
c. Pengukuran
Piutang dinilai sebesar nilai tunai (bersih) yang diperkirakan dapat
direalisasikan. Untuk itu, piutang-piutang yang kemungkinan tak
tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang layak.
Penentuan besarnya nilai penyisihan pada tiap akhir tahun didasarkan
pengelompokkan piutang menurut umurnya (aging schedule) yaitu :
d. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan piutang di
laporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan disesuaikan
dengan kebutuhan, antara lain:
(1) Klasifikasi piutang menurut umur.
(2) Klasifikasi piutang menurut debitur dan jenisnya.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun piutang adalah di sebelah debet (penambahan
piutang dicatat di sebelah debet dan pengurang piutang dicatat
disebelah kredit).
4 . Persediaan
a. Definisi
Persediaan adalah barang untuk dijual atau barang habis pakai dalam
satu periode akuntansi. Persediaan terdiri atas bahan habis pakai
kantor, obat-obatan dan alat kesehatan, alat listrik, alat kebersihan,
bahan makanan kering, bahan dan alat kesehatan laboratorium, bahan
dan alat kesehatan radiologi, gas medik, karcis retribusi dan barang
cetakan, dan lain-lain.
Persediaan bahan/barang yang dimiliki dan akan dipakai dalam
pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, tidak
termasuk sebagai kelompok persediaan melainkan digolongkan sebagai
aset lancar Lainnya.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Pembelian barang untuk dijual (obat-obatan dan alat kesehatan) dan
barang habis pakai diakui/dicatat sebagai biaya pada saat pembelian
atau perolehan berdasarkan nilai perolehan (termasuk biaya lainnya
yang terjadi untuk membawa barang tersebut ke BLUD.
Pada akhir periode akuntansi, sesuai hasil stock opname, sisa barang
yang belum terjual atau belum terpakai dibukukan sebagai persediaan
dan biaya dikoreksi sejumlah nilai persediaan tersebut. Pencatatan
yang dianut terhadap persediaan menggunakan pendekatan Physical
Inventory Methode yaitu pembelian/ penerimaan barang tidak dicatat
ke dalam persediaan, akan tetapi dibukukan langsung sebagai beban
sesuai harga perolehan/pada saat barang diterima. Saldo persediaan
yang ada pada saat penyusunan neraca dihitung berdasarkan
perhitungan fisik (stock opname) dan ditetapkan nilainya. Nilai
persediaan ini sekaligus digunakan sebagai koreksi pengurang (kredit)
terhadap pos biaya dan pada awal tahun berikutnya nilai persediaan
tersebut dibukukan kembali (reversing entry) menjadi beban.
c. Pengukuran
Persediaan dinilai berdasarkan:
(1) Harga perolehan atau nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi
biaya untuk menyelesaikan dan menjual) mana yang Iebih rendah.
(2) Harga standar jika diperoleh dengan memproduksi sendiri.
(3) Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya jika diperoleh
dengan cara lain seperti donasi.
Dasar penilaian yang dianut terhadap persediaan tersebut pada saat
penyusunan neraca adalah dengan harga perolehan menggunakan
metode First In First Out (FIFO/ Masuk Pertama Keluar Pertama).
13
Akan tetapi jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari persediaan
menurun nilainya dan nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara
penuh (misalnya karena kerusakan, keusangan, atau penurunan harga
jual), maka persediaan diukur berdasarkan nilai realisasi bersih (harga
jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual), serta
mengakui kerugian penurunan nilai.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan berkaitan dengan persediaan
dilaporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan, antara
lain: kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan, klasifikasi persediaan, jumlah persediaan yang dijadikan
jaminan dan jumlah masing-masing klasifikasi.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun persediaan adalah di sebelah debet (penambahan
persediaan di catat di sebelah debet dan pengurangannya di catat di
sebelah kredit) .
5 . Uang Muka
a. Definisi
Uang Muka merupakan pembayaran/penurunan nilai aset yang
digunakan untuk uang muka pembelian barang atau jasa, dan uang
muka kegiatan tertentu, yang maksud penggunaannya akan
dipertanggungjawabkan kemudian.
Uang muka pembelian barang/jasa diberikan kepada
pemasok/rekanan sebelum barang/jasa diterima. Uang muka
pembelian barang/jasa diperhitungkan sebagai bagian dari
pembayaran barang/jasa yang diberikan pada saat penyelesaian.
b. Pengakuan dan pencatatan
Uang muka diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas
yang dikeluarkan. Uang muka pembelian akan berkurang pada saat
barang atau jasa diterima, sedangkan uang muka kegiatan berkurang
pada saat dipertanggungjawabkan.
c. Pengukuran
Uang muka diukur berdasarkan jumlah uang muka/nilai nominal yang
dikeluarkan.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan uang muka di
laporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan, antara lain:
rincian pemberian uang muka, jumlah, saldo masing-masing uang
muka dan batas waktu pertanggungjawaban.
e. Saldo Normal
Saldo normal pada sebelah debet, penambahan dicatat di sebelah debet
dan dikredit sebesar pertanggungjawabannya.
6 . Biaya Dibayar di Muka
a. Definisi
Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran/penurunan nilai aset
yang manfaatnya diperoleh pada masa yang akan datang. Biaya dibayar
dimuka lazimnya berfungsi untuk membiayai operasional BLUD untuk
masa lebih dari satu periode akuntansi seperti biaya asuransi, biaya
sewa dibayar di muka dan lain-lain.
14
b. Pengakuan pencatatan
Pengakuan dan pencatatan biaya dibayar di muka pada saat dilakukan
pembayaran dan akan dialokasikan menjadi biaya pada saat jasa
diterima atau berlalunya waktu pemanfaatan oleh BLUD.
c. Pengukuran
Biaya dibayar dimuka diukur berdasarkan besarnya jumlah
pembayaran yang dilakukan atas prestasi atau jasa yang akan
diterima.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Biaya dibayar dimuka dilaporkan dan disajikan pada akhir periode
akuntansi ke dalam kelompok aset lancar sebesar nilai netonya (nilai
bruto dikurangi nilai yang telah menjadi biaya dalam periode akuntansi
tersebut). Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan antara
lain rincian uang muka, jumlah dan jenis/pemanfaatannya.
4 . Aset Lainnya
a. Definisi
Aset Lainnya merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam Investasi Jangka Panjang dan Aset Tetap.
Aset tetap yang mengalami perubahan fungsi dan tidak memberikan
kontribusi lagi dalam aktivitas BLUD, aset tetap rusak, eksistensi
fisiknya tidak jelas lagi dan faktor lain yang menjadikan aset tidak
memberikan kontribusi lagi dalam kegiatan pelayanan dan administrasi
diklasifikasikan dalam aset lainnya.
Termasuk dalam kategori aset lainnya adalah aset tak berwujud, aset
dari kemitraan dengan pihak ketiga melalui perjanjian yang mempunyai
komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama
dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Bentuk
kemitraan tersebut dapat berupa Bangun Kelola Serah (BKS) dan
Bangun Serah Kelola (BSK).
Aset Lainnya antara lain terdiri:
1) Aset tak Berwujud
Aset tak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau posisi
yang menguntungkan BLUD dalam menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan mutu pelayanan. Harga perolehan aset tidak
berwujud meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
memperoleh aset tersebut. Amortisasi aset tidak berwujud harus
dilakukan secara sistematis selama masa manfaatnya.
Aset tak berwujud disajikan dalam laporan keuangan sebesar biaya
perolehannya dikurangi dengan akumulasi amortisasinya.
Pengamortiasian aset tak berwujud dilakukan selama 5 tahun dari
mulai tahun perolehannya. Namun demikian, suatu aset tak
berwujud tidak boleh lagi diakui, dan harus dihilangkan dari
neraca, saat aset tersebut dilepas atau ketika tidak ada lagi
manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan
pelepasan yang dilakukan sesudahnya.
Aset tak berwujud, meliputi; Software komputer (yang
dibangun/dikembangkan), lisensi dan franchise, hak cipta
(copyright), paten dan hak lainnya, serta hasil kajian/penelitian
yang memberikan manfaat jangka panjang dan lain-lain.
2) Aset Kemitraan dengan Pihak Lain
Bentuk kemitraan tersebut dapat berupa aset kerjasama operasi
(KSO), aset sewa guna usaha dan aset kemitraan Lainnya sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku pada BLUD
Kabupaten Garut.
3) Aset Tetap yang Dihentikan dari Penggunaan Aktif/Aset lain-
lain
Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif terdiri dari aset
tetap yang rusak/usang/dirobohkan dan aset tetap yang hilang,
sedangkan aset lain-lain terdiri dari aset non produktif yang berupa
aset tetap kendaraan, mesin, peralatan dan aset berwujud lainnya
termasuk pula persediaan bahan/barang instalasi yang rusak atau
tidak dapat digunakan lagi karena sebab yang normal.
19
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar sumber daya
BLUD yang mengandung manfaat ekonomi.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban juga dapat timbul
dari praktek bisnis yang lazim. Penyelesaian kewajiban dapat dilakukan dengan
pembayaran kas, penyerahan aset lainnya diluar kas, pemberian jasa atau
penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan
atau membatalkan haknya. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang.
A. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1 . Definisi
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
atau kurang setelah tanggal neraca.
Jenis kewajiban jangka pendek antara lain:
a. Utang usaha, yaitu kewajiban yang timbul karena kegiatan operasional
BLUD. Contoh utang usaha antara lain utang kepada pihak ketiga atas
pembelian barang/jasa yang telah diterima barang/jasanya; atau utang
penerimaan pinjaman jangka pendek dari lembaga keuangan untuk
mendanai kegiatan operasional.
b. Utang pajak, yaitu kewajiban yang timbul kepada negara berupa pajak
yang belum dibayar oleh BLUD atau pungutan pajak oleh bendahara
BLUD yang belum disetorkan ke kas negara.
c. Pendapatan diterima di muka, yaitu penerimaan pendapatan dari pihak
ketiga sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLUD belum
memberikan jasa tersebut kepada pihak ketiga.
d. Uang persediaan, yaitu uang yang ditransfer dari APBD kepada
bendahara pengeluaran BLUD yang akan digunakan untuk biaya
program/kegiatan yang bersumber dari dana APBD, dan saldo yang
belum disetorkan ke kas daerah pada saat laporan keuangan
disusun/tanggal neraca.
e. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang telah terjadi
pada periode berjalan, tetapi belum dibayar sampai tanggal neraca.
f. Titipan pihak ketiga, yaitu uang yang ada pada bendahara yang bukan
atau belum menjadi hak BLUD.
g. Bagian lancar utang jangka panjang, yaitu jumlah bagian utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dan harus dibayar dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
h. Utang bunga pinjaman, yaitu utang bunga yang berasal dari utang
BLUD baik yang berasal dari pinjaman jangka pendek maupun jangka
panjang, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
i. Kewajiban jangka pendek lainnya, yaitu utang yang akan jatuh tempo
dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca yang tidak dapat
dikelompokkan.
21
2 . Pengakuan
a. Utang usaha diakui pada saat BLUD menerima jasa/hak atas
barang/jasa, tetapi BLUD belum membayar atas barang/jasa yang
diterima. Apabila BLUD menerima pinjaman jangka pendek dari
lembaga keuangan maka utang usaha diakui saat dana pinjaman
diterima.
b. Utang pajak diakui pada saat transaksi atau kejadian telah mewajibkan
BLUD untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Pendapatan diterima di muka diakui pada saat diterimanya kas dari
pihak ketiga sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLUD belum
memberikan jasa tersebut kepada pihak ketiga.
d. Uang Persediaan diakui pada saat diterimanya atau dicairkannya SP2D
yang ada dalam penguasaan bendahara pengeluaran BLUD.
e. Biaya yang masih harus dibayar diakui pada saat BLUD telah
menerima manfaat ekonomis dari pihak lain tetapi BLUD belum
melakukan pembayaran atas manfaat ekonomi yang telah diterima.
f. Titipan pihak ketiga diakui pada saat diterimanya uang titipan tersebut
dari pihak ketiga.
g. Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada saat reklasifikasi
utang jangka panjang pada setiap akhir periode akuntansi.
h. Utang bunga pinjaman diakui pada saat timbulnya kewajiban
pembayaran bunga pinjaman.
i. Kewajiban jangka pendek lainnya diakui pada saat timbulnya
kewajiban tersebut.
3 . Pengukuran
a . Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang diukur dengan
nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar kembali.
b . Apabila diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke dalam mata
uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal
transaksi dan tanggal neraca.
4 . Penyajian dan Pengungkapan
Informasi mengenai kewajiban yang harus diungkapkan terutama dalam
catatan atas laporan keuangan antara lain:
a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber kewajiban atau pemberi
pinjaman.
b. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat
bunga yang berlaku
c. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh
tempo.
d. Utang-utang dalam penyelesaian hukum, dan
e. Informasi lain yang dipandang perlu.
22
BAB V
KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS
A. EKUITAS
1. Definisi
Ekuitas adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
jumlah aset dengan jumlah kewajiban pada tanggal pelaporan.
Ekuitas meliputi:
a. Ekuitas Awal
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara
lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar seperti:
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode sebelumnya
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
3) Koreksi ekuitas lainnya.
d. Ekuitas Akhir
2. Pengukuran
Ekuitas dinilai dinilai berdasarkan:
a . Nilai buku ekuitas pada saat penetapan BLUD
b. Nominal dana sumbangan/bantuan yang diterima
c. Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan/bantuan yang tidak
mengikat mana yang lebih andal.
3. Pengungkapan
Pengungkapan ekuitas dalam laporan keuangan antara lain klasifikasi
ekuitas, rincian ekuitas, jenis dan informasi mengenai sifat ekuitas.
BAB VI
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN
A. DEFINISI
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13
tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum, dikenal 2 (dua)
istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LRA dan Pendapatan LO. Pendapatan
LRA BLUD adalah semua penerimaan Rekening Kas BLUD yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak BLUD, dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LO BLUD
adalah hak BLUD yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan BLUD dapat diklasifikasikan:
1 . Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan
Merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang atau
jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Untuk pendapatan ini
selanjutnya dirinci perjenis pelayanan yang diperoleh BLUD.
2 . Hibah
Merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat atau badan lain,
tanpa adanya kewajiban bagi BLUD untuk menyerahkan barang/jasa.
Hibah diklasifikasikan menjadi hibah terikat dan hibah tidak terikat. Hibah
terikat adalah hibah yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi hibah
sedangkan hibah tidak terikat peruntukannya diserahkan pada Pengelola
BLUD.
3 . Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain
Merupakan pendapatan dari hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan dan lain-lain pendapatan yang bukan dari pelaksanaan
tugas dan fungsi BLUD.
4 . APBD/APBN
Merupakan pendapatan yang berasal dari APBD/APBN baik untuk
keperluan operasional maupun keperluan investasi.
5 . Lain-lain pendapatan BLUD yang sah ; merupakan pendapatan yang tidak
termasuk dalam pendapatan diatas. Pendapatan tersebut antara lain:
a . Keuntungan hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b . Hasil pemanfaatan kekayaan. Hasil pemanfaatan kekayaan yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga tidak termasuk dalam pengertian
ini.
c . Jasa giro
d . Pendapatan bunga
e . Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
f. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD.
g . Hasil Investasi.
25
B. PENGAKUAN
Pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat pendapatan kas yang diterima BLUD
diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum. Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLUD merupakan
bagian dari BUD, maka pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat kas diterima
oleh Bendahara Penerimaan BLUD.
Pendapatan-LO pada BLUD diakui pada saat:
1 . Timbulnya hak atas pendapatan; atau
2 . Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Berdasarkan klasifikasi Pendapatan, pengakuan pendapatan-LO pada BLUD
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 . Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya diakui
pada saat diterima kas atau hak untuk menagih timbul atau pada saat
selesainya penyerahan barang/jasa kepada pihak lain/masyarakat.
2 . Pendapatan Jasa Layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan lainnya diakui pada saat klaim diajukan kepada pihak-pihak
tersebut.
3 . Pendapatan dari APBD Kabupaten Garut/APBD Provinsi Jawa Barat/APBN
diakui pada saat pengeluaran belanja dipertangungjawabkan dengan
diterbitkannya SP2D/SPJ Pengesahan. Pendapatan dari APBDN/APBD
berkurang saat sisa SP2D disetorkan ke kas daerah/kas negara.
4 . Pendapatan hibah berupa uang diakui pada saat diterimanya, sedangkan
hibah berupa barang diakui pada saat hak kepemilikan berpindah.
5 . Lain-lain pendapatan BLUD yang sah diakui pada saat kas diterima.
6 . Penerimaan hasil penjualan aset tetap disetorkan ke kas daerah/kas
daerah provinsi/kas negara tergantung sumber dana perolehan aset tetap
tersebut.
a. Penerimaan hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya berasal dari
BLUD merupakan pendapatan BLUD.
b. Penerimaan hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya
sebagian/seluruhnya berasal dari APBD/APBN bukan merupakan
pendapatan BLUD dan wajib disetor ke rekening Kas Umum
Daerah/Kas Negara.
7 . Pada akhir tahun, pendapatan diakui sepanjang manfaat ekonomi dapat
diukur dengan andal walaupun belum ada arus kas masuk.
C. PENGUKURAN
1 . Pendapatan dari usaha jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya dicatat
sebesar nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima
2 . Pendapatan dari APBD/APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto
belanja SPM/SP2D
3 . Pendapatan hibah berupa barang, dicatat sebesar nilai perolehan atau nilai
wajar pada saat perolehan/hak telah berpindah dari pemberi hibah ke
BLUD, sedangkan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang
diterima.
4 . Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto.
26
D. PENGUNGKAPAN
1 . Pendapatan disajikan dan dirinci per jenis pendapatan.
2 . Rincian jenis pendapatan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan.
3 . Informasi lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan pendapatan.
BAB VII
KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN
A. DEFINISI
Belanja merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali.
Belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi untuk BLUD, yaitu belanja
pegawai, belanja barang, dan belanja modal.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi yaitu beban
pegawai, beban barang, beban penyisihan, dan beban penyusutan aset
tetap/amortisasi. Sedangkan belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi.
Adapun perbedaan klasifikasi beban dalam penyajian laporan keuangan
dengan klasifikasi belanja di Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLUD
diharmonisasikan dengan melakukan mapping kode rekening belanja dengan
beban.
B. PENGAKUAN
Belanja pada BLUD diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan oleh
BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Beban pada BLUD diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban, yaitu saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain
ke BLUD tanpa diikuti keluarnya kas.
2. Terjadinya konsumsi aset, yaitu saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulkan kewajiban dan/atau konsumsi aset non
kas dalam kegiatan operasional BLUD.
3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, yaitu pada saat
penurunan nilai aset bersangkutan/berlalunya waktu.
C. PENGUKURAN
Belanja diukur sejumlah pengeluaran kas yang keluar dari Rekening Kas BLUD
dan atau rekening kas Bendahara BLUD berdasarkan asas bruto.
Beban dicatat/dinilai:
1. Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar
pada periode berjalan.
2. Jumlah beban periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan
dating.
3. Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas biaya yang telah
dikeluarkan.
4. Jumlah kerugian atas transaksi ekonomi yang terjadi.
29
D. PENGUNGKAPAN
1. Setiap kelompok/jenis belanja dan beban disajikan secara terpisah dalam
Laporan Keuangan.
2. Rincian jenis belanja dan beban diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
3. Informasi lain yang penting berkaitan dengan pos belanja dan beban.
BEBAN NON-OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Non Debet Debet Kredit
Lancar
Kerugian Penurunan Nilai Debet Debet Kredit
Aset
Defisit dari Kegiatan Non Debet Debet Kredit
Operasional Lainnya
30
BAB VIII
KOREKSI KESALAHAN DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. DEFINISI
1. Kesalahan mendasar (fundamental error) adalah kesalahan yang cukup
signifikan yang ditemukan pada periode berjalan sehingga laporan
keuangan dari satu atau lebih periode sebelumnya tidak dapat diandalkan
lagi pada tanggal penerbitan.
2. Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji
dalam laporan keuangan BLUD menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
B. JENIS KESALAHAN
Dapat dibedakan menjadi:
1. Kesalahan karena perhitungan matematis dan kelalaian dalam penyiapan
dokumen.
2. Kesalahan karena belum memproses dokumen sumber/bukti transaksi.
3. Kesalahan dalam penerapan kebijakan dan/atau Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Kesalahan klasifikasi dalam pelaporan.
D. KOREKSI KESALAHAN
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau
kelalaian. Koreksi atas kesalahan itu dimasukkan dalam perhitungan
surplus/defisit pada laporan operasional BLUD.
Untuk mengkoreksi kesalahan mendasar, dilakukan dengan menyatakan
kembali informasi yang berkaitan secara komparatif.
BLUD harus mengungkapkan informasi berikut:
1. hakekat kesalahan mendasar;
2. jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya;
3. jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode
yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
4. kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau
kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan
kembali.
31
BAB IX
KODE REKENING STANDAR
A. DEFINISI
Istilah “Kode” biasanya menggunakan angka atau huruf untuk memberi tanda
terhadap suatu pengelompokan. Sedangkan istilah “Rekening” yang sering juga
disebut dengan istilah “Akun” atau “Perkiraan” memiliki arti yang sama yaitu
sebagai bentuk pengelompokan yang seragam atas aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan dan biaya.
Namun tidak semua rekening yang ada harus dipergunakan oleh setiap BLUD,
tetapi tergantung dengan kebutuhan yang bersangkutan. Hal sebaliknya
apabila perkiraan ini tidak menampung seluruh kegiatan yang ada pada setiap
BLUD, maka dianjurkan untuk membentuk perkiraan baru dengan
memperhatikan sistematika perkiraan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar
tiap–tiap BLUD dapat menyesuaikan dengan kondisinya masing-masing, akan
tetapi tidak menyimpang dari pengelompokkan utama yang telah ditetapkan.
Untuk penyeragaman dalam pencatatan transaksi dan informasi keuangan
mengenai aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya tersebut maka
disusun Kode Rekening Standar. Kode rekening standar akan memberikan
perlakuan akuntansi yang seragam dan konsisten bagi BLUD
di Kabupaten Garut dalam rangka penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penyusunan kode rekening standar pada BLUD Kabupaten Garut mengacu
kepada:
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum.
4. Peraturan-peraturan yang berlaku pada Pemerintah Kabupaten Garut
dalam rangka pengelolaan keuangan.
Selain mengacu pada peraturan tersebut di atas, penyusunan kode rekening
standar juga mempertimbangkan kemudahan, kepraktisan dan fleksibilitas
pengelolaan keuangan BLUD.
B. JENIS REKENING
Terdapat dua jenis rekening yaitu rekening riil (real account) dan rekening
nominal (nominal account). Kedua rekening tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rekening riil adalah rekening-rekening yang terdapat dalam Neraca yaitu
aset, kewajiban dan ekuitas yang bersifat permanen. Rekening ini pada
akhir tahun tidak perlu ditutup terhadap rekening lainnya. Umumnya
rekening ini memiliki saldo akhir.
33
Contoh:
1 1 3 01 02
Aset
Aset Lancar
Piutang Usaha
Piutang Jasa Layanan Kesehatan
Piutang Jasa Layanan - Pasien BPJS
4 6 1 01 01
Pendapatan
Lain-lain Pendapatan BLUD yang Sah
Hasil Penj. Kekayaan yang Tidak Dipisahkan
Hasil Penj. Kekayaan BLUD
Hasil Penj. Tanah
9 1 1 01 01
Beban
Beban Operasional
Biaya Pegawai
Biaya Pegawai-Pelayanan
Gaji Pokok PNS-Pelayanan
34
BAB X
PENJELASAN KODE REKENING STANDAR
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.1.2.02 Investasi dalam Saham
Saldo investasi dalam saham yang akan direalisasikan menjadi kas
dalam waktu maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca. Dirinci per
saham perusahaan.
1.1.2.03 Investasi dalam Obligasi
Saldo obligasi yang dimiliki yang akan direalisasikan menjadi kas
dalam waktu maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca. Dirinci per
obligasi perusahaan.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.1.5 PERSEDIAAN
Saldo persediaan yang dimiliki BLUD per tanggal neraca berdasarkan
hasil inventarisasi fisik yang dituangkan dalam berita acara
penghitungan fisik.
Persediaan dapat berupa:
Persediaan alat tulis kantor
Persediaan obat/alat kesehatan/bahan kimia
Persediaan bahan makanan pasien
Persediaan lainnya
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.3.2 PERALATAN DAN MESIN
Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Contoh: alat angkutan,
peralatan/perlengkapan kantor, alat-alat kedokteran, alat
laboratorium.Pengakuan sebagai peralatan dan mesin mengacu pada
pedoman kapitalisasi aset tetap.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.4 ASET LAINNYA
1.4.1 ASET TAK BERWUJUD
Saldo biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh aset tersebut. Contoh aset tak berwujud adalah
software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten,
dan hak lainnya, hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat
jangka panjang
2 KEWAJIBAN
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1 UTANG USAHA
Saldo utang per tanggal neraca yang timbul karena kegiatan
operasional BLUD. Contoh utang usaha antara lain utang kepada pihak
ketiga atas pembelian barang/jasa yang telah diterima
barang/jasanya; atau utang penerimaan pinjaman jangka pendek dari
lembaga keuangan untuk mendanai kegiatan operasional BLUD.
41
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
2.1.2 UTANG PAJAK
Saldo utang pajak baik yang menjadi kewajiban BLUD atas pengadaan
barang dan jasa atau berupa pungutan/potongan pajak atas
pembayaran pengadaan langsung barang/jasa atau honor/sejenisnya.
Utang pajak yang belum disetorkan berada dalam penguasaan
bendahara pengeluaran.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
2.2.2 UTANG LUAR NEGERI
Saldo utang jangka panjang yang diperoleh dari bank luar negeri atau
lembaga keuangan bukan bank luar negeri yang sampai tanggal neraca
belum dibayar. Pemanfaatan utang jangka panjang hanya digunakan
untuk pengeluaran investasi/modal.
3 EKUITAS
3.1 EKUITAS
3.1.1 EKUITAS
Kekayaan bersih BLUD yang merupakan selisih antara Aset dan
Kewajiban pada tanggal pelaporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas
Awal ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit-LO dan perubahan
lainnya seperti koreksi nilai persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap,
dan lain-lain.
4 PENDAPATAN
4.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN
4.1.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
4.1.1.01 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien umum.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.1.2 PENYESUAIAN PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
4.1.2.01 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Umum
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada pasien umum dengan yang diterima.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.3 HASIL KERJASAMA DENGAN PIHAK LAIN
4.3.1 HASIL KERJASAMA OPERASIONAL
4.3.1.01 Hasil Kerjasama Operasional
Jumlah pendapatan dari kerjasama operasional pemanfaatan
kekayaan BLUD, seperti BOT atau BTO. Pendapatan dari pemanfaatan
kekayaan BLUD yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak
termasuk dalam pengertian ini.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.5 PENDAPATAN APBN
4.5.1 PENDAPATAN DARI APBN – DANA DEKONSENTRASI
4.5.1.01 Pendapatan dari APBN – Dana Dekonsentrasi
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBN (dana dekonsentrasi)
untuk membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.6.5 HASIL INVESTASI
4.6.5.01 Hasil Investasi Jangka Pendek
Jumlah pendapatan dari hasil investasi jangka pendek seperti
pendapatan dividen, bunga obligasi, bunga deposito. Pengertian jangka
pendek yaitu antara 3 sampai dengan 12 bulan.
5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI
5.1.1 Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai baik
kepada Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan.
5.1.2 Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai, untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak
ketiga termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non
pegawai, pemberian hadiah uang atas kegiatan tertentu terkait suatu
prestasi dan belanja perjalanan.
5.1.3 Belanja Bunga
Belanja Bunga digunakan untuk alokasi pengeluaran BLUD untuk
pembayaran pokok utang (principal outstanding) termasuk belanja
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah yang
diterima BLUD seperti biaya commitment fee dan biaya denda.
Belanja Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan
Bunga Utang Obligasi.
5.1.4 Belanja Lain-lain
Belanja Lain-lain merupakan pengeluaran BLUD untuk pembayaran
atas kewajiban BLUD yang tidak termasuk dalam kategori belanja
pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Bunga serta bersifat mendesak
yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Belanja Lain-lain
dipergunakan antara lain Belanja Lain-lain Dana Cadangan dan Risko
Fiskal, Belanja Lain-lain tanggap darurat dan Belanja Lainnya yang
termasuk dalam kategori tersebut.
5.2 Belanja Modal
5.2.1 Belanja Tanah
Belanja Modal Pengadaan Tanah digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan tanah yang akan digunakan dalam kegiatan BLUD
(menjadi aset tetap).
47
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
5.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan peralatan dan mesin yang akan digunakan
dalam kegiatan operasional BLUD (menjadi aset tetap).
5.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan gedung dan bangunan yang akan digunakan dalam
kegiatan pemerintah operasional BLUD (menjadi aset tetap).
5.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan digunakan untuk alokasi
belanja pengadaan jalan, irigasi dan jaringan yang akan digunakan
dalam kegiatan BLUD (menjadi aset tetap)
5.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan yang nantinya akan menghasilkan Aset Tetap Lainnya yang
akan digunakan dalam kegiatan operasional BLUD.
6 Pembiayaan
Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya.
6.1 Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan meliputi sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, divestasi dan penerimaan
utang/pinjaman.
6.2 Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan meliputi investasi dan pembayaran pokok
utang/pinjaman.
Kode rekening rinci sampai dengan rincian objek dapat dilihat pada lampiran.
Untuk kebutuhan penyajian Laporan Operasional berdasarkan PSAP 13 dibuatkan
daftar kode rekening Pendapatan-LO dan Beban yang sudah diharmonisasikan
dengan rekening Pendapatan dan Belanja di RBA. Secara struktur dapat dilihat
pada tabel berikut:
8 PENDAPATAN
8.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN
8.1.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
8.1.1.01 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien umum.
8.1.1.02 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien PNS atas jaminan
BPJS.
48
9 BEBAN
9.1 BEBAN OPERASIONAL
9.1.1 Beban Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
9.1.2 Beban Persediaan
9.1.3 Beban Jasa
Beban Jasa digunakan untuk alokasi beban jasa yang terkait baik
dengan kebutuhan operasional kantor dan kegiatan pelayanan utama
dari BLUD.
9.1.4 Beban Pemeliharaan
Beban Pemeliharaan digunakan untuk alokasi beban pemeliharaan Aset
Tetap atau Aset Lainnya seperti pemeliharaan gedung dan bangunan,
pemeliharaan peralatan dan mesin, pemeliharaan jalan, irigasi dan
jaringan, pemeliharaan Aset Tetap Lainnya, pemeliharaan Aset lainnya
sehingga Aset tersebut dapat berada dalam kondisi normalnya.
9.1.5 Beban Langganan Daya dan Jasa
(konfirmasi apakah berdiri sendiri atau gabung ke Beban Jasa).
9.1.6 Beban Perjalanan Dinas
Beban Perjalanan Dinas digunakan untuk alokasi beban perjalanan
dinas dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional maupun yang
berhubungan dengan tusi utama.
52
BAB XI
PROSEDUR AKUNTANSI
Sistem akuntansi BLUD adalah suatu rangkaian prosedur yang saling berhubungan
yang disusun dengan skema yang menyeluruh, baik yang manual maupun yang
terkomputerisasi, mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan penyajian laporan keuangan BLUD. Sistem akuntansi juga
merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian
rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen
guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Prosedur akuntansi merupakan rangkaian urutan pekerjaan yang digunakan untuk
menganalisis, mencatat, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan informasi akuntansi
untuk disajikan di laporan keuangan BLUD.
Prosedur Akuntansi yang diuraikan pada pedoman ini meliputi:
1. Prosedur Akuntansi Kas dan Setara Kas
Prosedur Akuntansi Kas dan Setara Kas adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan Kas
dan Setara Kas. Prosedur Pencatatan Kas dan Setara Kas terdiri dari Prosedur
Penerimaan Kas dan Setara Kas dan Prosedur Pengeluaran Kas dan Setara
Kas.
2. Prosedur Akuntansi Piutang
Prosedur Akuntansi Piutang adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
Piutang.
3. Prosedur Akuntansi Persediaan
Prosedur Akuntansi Persediaan adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
Persediaan.
4. Prosedur Akuntansi Aset Tetap
Prosedur Akuntansi Aset Tetap adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan Aset
Tetap.
5. Prosedur Akuntansi Kewajiban
Prosedur Akuntansi Kewajiban adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
kewajiban/utang.
54
BAB XII
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
Prosedur akuntansi kas dan setara kasmeliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi
dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas/setara kas pada BLUD.
A. PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DAN SETARA KAS
1. Definisi
Prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas meliputi serangkaian
proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang
berkaitan dengan penerimaan kas dan setara kas pada BLUD.
2. Sumber Penerimaan Kas
Penerimaan kas BLUD bersumber dari:
a. Penerimaan kas dari jasa layanan kesehatan berupa imbalan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat antara
lain layanan poliklinik/rawat jalan, layanan rawat inap, layanan
farmasi, layanan IGD dll.
b. Penerimaan kas dari hibah.
c. Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain yaitu antara
lain berupa perolehan kerjasama operasional, sewa menyewa dan dari
usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
d. Penerimaan kas APBD yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah (DPA) bukan dari kegiatan
pembiayaan APBD.
e. Penerimaan kas APBN yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan dan lain-lain, yang proses pengelolaan keuangannya
diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku
dalam pelaksanaan APBN.
f. Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah yaitu dari
penerimaan hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan, hasil
pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan bunga, komisi dll.
3. Fungsi Terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara
kas pada BLUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian
Keuangan.
Untuk prosedur penerimaan kas yang sumber dananya berasal dari APBN
dan APBD, dilaksanakan oleh bendahara pengeluaran pada Sub Bagian
Keuangan yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada penyelenggaraan APBN/APBD.
4. Dokumen yang Digunakan
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan
pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas pada BLUD,
terdiri dari:
a. Tagihan dan bukti pembayaran.
55
BAB XIII
AKUNTANSI PIUTANG
A. DEFINISI
Piutang merupakan tagihan yang timbul karena adanya transaksi dengan
pihak lain dalam rangka pemberian pelayanan oleh BLUD kepada masyarakat
baik melalui perorangan maupun perusahaan.
Piutang BLUD dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu:
1 Piutang usaha, piutang yang terjadi karena adanya pelayanan baik berupa
barang maupun jasa dalam kegiatan normal BLUD.
2 Piutang lain-lain, piutang yang timbul selain karena pelayanan dalam
kegiatan normal BLUD.
Prosedur akuntansi piutang pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan piutang pada BLUD.
4 Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5 Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku.
59
BAB XIV
AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. DEFINISI
Persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh BLUD dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Barang-barang yang dapat dimasukkan dalam persediaan adalah barang-
barang yang secara hukum hak pemilikannya berada pada BLUD yaitu seperti
obat, bahan/alat kesehatan habis pakai, alat tulis kantor dll.
Prosedur akuntansi persediaan pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan persediaan pada BLUD.
BAB XV
AKUNTANSI ASET TETAP
A. DEFINISI
Aset tetap adalah aset tetap berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan di bangun lebih dulu, dimaksudkan untuk digunakan dalam
operasi BLUD, tidak untuk di jual kembali dalam rangka operasi normal BLUD
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan aset tetap pada BLUD.
BAB XVI
AKUNTANSI KEWAJIBAN (UTANG)
A. DEFINISI
Utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu,
yaitu utang lancar harus dipenuhi dalam jangka waktu satu tahun, dan utang
jangka panjang yang pemenuhannya lebih dari satu tahun.
Prosedur akuntansi utang pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan utang pada BLUD.
BAB XVII
BUKU-BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENCATATAN AKUNTANSI
1 2 3 4 5 6 7
66
Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan tanggal transaksi/pencatatan.
Kolom 2 : Diisi dengan jenis dokumen yang dijadikan dasar pencatatan
seperti memo jurnal, berita acara pemeriksaan fisik persediaan,
berita acara penerimaan/pemeriksaan barang.
Kolom 3 : Diisi dengan kode rekening (rincian objek).
Kolom 4 : Diisi dengan nama rekening (rincian objek), dan uraian singkat
transaksi yang terjadi.
Kolom 5 : Diisi dengan kode posting transaksi ke buku besar. Apabila
kode referensi (ref.) telah diisi berarti jurnal tersebut telah
diposting/dipindahkan ke buku besar.
Kolom 6 : Diisi dengan jumlah rupiah trasaksi yang terjadi.
Kolom 7 : Diisi dengan jumlah rupiah trasaksi yang terjadi.
B. BUKU BESAR
Buku Besar merupakan kumpulan rekening. Setiap transaksi yang telah
dicatat dalam buku jurnal, selanjutnya diposting ke dalam buku besar
sehingga penambahan atau pengurangan terhadap rekening yang
bersangkutan dapat terbukukan dan saldonya dapat diketahui. Nama rekening
buku besar dapat berupa nama rincian objek, objek atau jenis aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan dan biaya. Apabila nama rekening yang digunakan dalam
penjurnalan menggunakan kode dan nama sampai dengan rincian objek, maka
nama buku besarnya sama dengan penamaan dalam penjurnalan tersebut. Hal
yang sama berlaku dengan rekening objek dan jenis.
Format buku besar adalah sebagai berikut:
BLUD …………
Buku Besar
Bulan : …………………………….
Kode Rekening : ……
Nama Rekening : ……
Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan tanggal posting atau pemindahan jurnal ke buku
besar. Apabila pada awal tahun terdapat saldo atas rekening
yang bersangkutan maka pada kolom ini ditulis tanggal
pembuka misalnya 1 Jan. 20XX.
Kolom 2 : Diisi dengan uraian singkat transaksi yang terjadi. Apabila pada
awal tahun terdapat saldo atas rekening yang bersangkutan
maka pada kolom ini disebutkan “Saldo Awal”.
Kolom 3 : Diisi dengan kode referensi, yaitu berupa kode buku jurnal
tempat transaksi dicatat.
67
C. BUKU PEMBANTU
Buku Pembantu merupakan buku yang berisi secara rinci atas suatu rekening
buku besar. Apabila buku besar menggunakan rekening sampai dengan “Kode
Jenis” maka rekening dengan kode objek dapat digunakan sebagai buku
pembantu, dan seterusnya. Dalam Kebijakan dan Sistem Akuntansi ini, secara
umum digunakan kode rincian objek sebagai rekening buku besar, kecuali
rekening tertentu dapat digunakan kode jenis atau objek sebagai nama buku
besar, oleh karena itu apabila diperlukan dapat dibuat buku pembantu yang
menjelaskan secara lebih rinci suatu buku besar. Buku pembantu tersebut
dapat berupa:
1. Daftar/Kartu Piutang
2. Daftar Uang Muka
3. Daftar/Kartu Inventaris/Aset Tetap
4. Daftar/Kartu Persediaan
Format buku pembantu disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing
buku besar. Dalam hal ini tidak diberikan contoh.
D. NERACA LAJUR
Neraca Lajur merupakan kertas kerja (worksheet) dalam proses penyusunan
Laporan Keuangan. Neraca Lajur dibuat berdasarkan data yang ada dalam
buku besar. Saldo akhir setiap buku besar dipindahkan ke dalam kolom
neraca saldo pada neraca lajur.
Format neraca lajur adalah sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Garut
BLUD …………….
Neraca Lajur
Per 31 Desember 20XX
Neraca Saldo
Jurnal Laporan
Kode Nama Neraca Saldo Setelah Neraca
Penyesuaian Operasional
Rek. Rek. Penyesuaian
Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan kode rekening buku besar (rincian objek).
68
BAB XVIII
JURNAL STANDAR
Pada bab ini dijelaskan contoh-contoh jurnal yang terjadi pada BLUD. Jurnal-jurnal
tersebut mengacu pada jenis transaksi yang terjadi serta cara pencatatannya pada
buku jurnal yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Secara umum, jurnal
menggunakan kode dan nama rekening rincian objek.
Berikut jurnal pada Fungsi akuntansi atas transaksi-transaksi di BLUD.
A. JURNAL PENERIMAAN KAS
1. Penerimaan Kas melalui Bendahara Penerimaan
a. Penerimaan pendapatan tunai dari jasa layanan
Jurnal ini dicatat pada saat kas hasil jasa layanan sudah diterima oleh
Bendahara Penerimaan. Dari transaksi ini, rekening kas di Bendahara
Penerimaan di Debet, rekening Pendapatan di Kredit.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Jasa Layanan-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Jasa Layanan-LRA (K) Rp xxx
b. Penerimaan kas dari penagihan piutang, yaitu pelunasan piutang baik
dari hasil penagihan maupun pelunasan langsung dari pasien atau
penanggung jawab pembayaran/tagihan.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
Piutang (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
No Entry
c. Penerimaan kas dari hibah, yaitu penerimaan hibah berupa uang tunai
dari pihak ketiga baik melalui uang tunai ataupun bank.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Hibah-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Hibah-LRA (K) Rp xxx
d. Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain, yaitu
perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha
lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
Jurnal LO dan Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Kerjasama
dengan pihak lain-LO (K) Rp xxx
71
Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Kerjasama
dengan Pihak Lain-LRA (K) Rp xxx
e. Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah, yaitu
pendapatan antara lain hasil penjualan kekayaan yang tidak
dipisahkan, hasil pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan bunga
bank, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD, hasil investasi.
Jurnal LO atau Neraca
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Lain-lain-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Lain-lain-LRA (K) Rp xxx
2. Penerimaan Kas melalui Bendahara Pengeluaran
a . Penerimaan Pendapatan APBD/APBN
Jurnal ini dicatat pada saat kas dari APBD/APBN baik melalui SP2D
UP/GU/TU/LS atau melalui lainnya, diterima oleh Bendahara
Pengeluaran. Dari transaksi ini, rekening Kas di Bendahara
Pengeluaran di Debet, rekening Transfer dari APBD (sesuai rinciannya)
di Kredit.
Contoh: Bendahara Pengeluaran menerima/mencairkan 1)SP2D-UP;
2)SP2D-LS untuk membayar gaji PNS; 3)SP2D-GU untuk
kegiatan/belanja langsung pegawai dan barang/jasa.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
2.1.4.01.01 Uang Persediaan Dana APBD xxx
Jurnal LRA
No Entry
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
8.4.1.01.01 Pendapatan APBD untuk
Belanja Tidak Langsung-LO xxx
Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.4.1.01.01 Pendapatan APBD untuk
Belanja Tidak Langsung-LRA
xxx
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
8.4.1.01.02 Pendapatan APBD untuk
Belanja Langsung xxx
72
C. JURNAL UMUM
1. Jurnal atas Transaksi Non-Kas
a. Pengadaan barang/jasa secara kredit
Jurnal ini dicatat pada saat barang/jasa diterima atau hak milik
berpindah. Nilai yang dicatat adalah nilai perolehannya yaitu jumlah
yang menjadi kewajiban kita kepada pihak ketiga. Apabila terdapat
biaya-biaya lain yang dikeluarkan agar aset tersebut siap digunakan,
harus ditambahkan sebagai bagian dari nilai perolehan. Dari transaksi
ini:
1) Untuk pengadaan aset tetap, rekening aset tetap (atau sesuai
rincian objeknya) di debet, rekening utang (sesuai rincian objeknya)
di kredit.
2) Untuk pengadaan persediaan, rekening biaya (sesuai rincian
objeknya) di debet, rekening utang (sesuai rincian objeknya)
di kredit.
Contoh: RSUD membeli secara kredit 1) tempat tidur pasien
2) obat-obatan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.2.(…) Peralatan dan Mesin (…..) xxx
9.1.1.02.01 Beban Pengadaan Obat - BLUD xxx
2.1.1.01.01 Utang kepada Supplier xxx
2. Jurnal Penyesuaian
a. Pengakuan penyisihan piutang tak tertagih
Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Biaya penyisihan piutang tak
tertagih tahun berjalan dihitung sesuai tarif penyisihan yang telah
ditetapkan. Dari transaksi ini, rekening Biaya Penyisihan Piutang Tak
Tertagih di debet, rekening Penyisihan Piutang Jasa Layanan (sesuai
rincian objeknya) di kredit.
Contoh: berdasarkan daftar umur piutang ditetapkan jumlah piutang
pasien umum yang kemungkinan tidak dapat tertagih untuk tahun
berjalan.
80
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
9.1.2.07.01 Beban Penyisihan Piutang Tak xxx
Tertagih
1.1.8.01.01 Penyisihan Piutang Jasa Layanan xxx
Kesehatan
3. Jurnal Koreksi
a. Koreksi kesalahan penjurnalan
Jurnal ini dicatat saat diketemukannya kesalahan.
Contoh: dijumpai penerimaan pungutan pajak PPh 21 oleh bendahara
pengeluaran BLUD dicatat lebih besar dari yang seharusnya. Pajak
tersebut saat ini belum disetor ke kas negara. Dari transaksi ini jurnal
pungutan pajak yang telah dibuat harus dikoreksi sebesar selisihnya.
83
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
2.1.2.01.01 Utang Pajak xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD
4. Jurnal Penutup
Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun nominal (LRA dan
LO) menjadi 0. Jurnal Penutup dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut:
a. Membuat jurnal penutup LRA.
Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca yaitu dengan menutup akun
realisasi LRA pada akun Surplus/Defisit-LRA
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
3.1.3.01.01 Pendapatan-LRA xxx
6.1.1.xx.xx Penerimaan Pembiayaan xxx
5.1.1.xx.xx Belanja … xxx
6.1.2.xx.xx Pengeluaran Pembiayaan xxx
3.1.2.xx.xx Surplus Defisit-LRA xxx
5. Jurnal Pembalik
Jurnal Pembalik (reversing entry) dicatat pada awal tahun berikutnya atas
jurnal penyesuaian yang dicatat pada periode sebelumnya. Jurnal
penyesuaian yang harus dibuat jurnal pembaliknya adalah:
a. Jurnal atas pengakuan biaya yang masih harus dibayar.
b. Jurnal atas pengakuan pendapatan yang masih harus diterima.
84
BAB XIX
PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Dokumen/
Bukti
Transaksi Buku
Besar
Pembantu
Kebijakan Akuntansi
86
BAB XX
LAPORAN
A. PENGERTIAN
Laporan keuangan merupakan dasar untuk menentukan atau melihat posisi
keuangan BLUD. Informasi mengenai posisi keuangan berguna bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.
1. Tujuan Umum
a. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, serta pendanaan BLUD BLUD.
b. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber-sumber ekonomi bersih yang timbul dari aktivitas BLUD
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.
c. Memberikan informasi keuangan untuk membantu parea pemakai
laporan dalam mengestimasi potensi BLUD dalam rangka pelayanan
kesehatan.
d. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban antara lain mengenai aktivitas
pembelanjaan dan investasi.
e. Mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lainnya yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pengguna laporan antara kebijakan akuntansi yang ditetapkan.
2. Tujuan Kualitatif
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna yaitu sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami olah pengguna.
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang
wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informsi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau pengoreksi, hasil
evaluasi pengguna di masa lalu.
88
j. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi danperistiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut antar periode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan
perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan
keuangan.
BAB XXI
PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
KE DALAM LAPORAN KEUANGAN ENTITAS
AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
Sistem akuntansi BLUD memproses semua pendapatan dan belanja BLUD, baik
yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan
APBN dan pendapatan usaha lainnya. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan
sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada SKPD/Unit
kerja.
BLUD di Kabupaten Garut menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana yang sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum. BLUD Kabupaten Garut ada yang merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja, oleh karena itu laporan
keuangannya dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Garut.
Konsolidasi laporan keuangan BLUD kedalam laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Garut dilakukan secara berkala setiap semester dan tahunan.
Untuk BLUD SKPD, komponen Laporan Keuangan yang dikonsolidasikan ke dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Garut sebagai entitas pelaporan yang
meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca;
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk BLUD Unit Kerja, komponen Laporan Keuangannya dikonsolidasikan
ke entitas akuntansi yang membawahinya meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca;
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Khusus untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLUD, dalam hal entitas
akuntansi/pelaporan membawahi Satuan Kerja BLUD, maka format LRA
konsolidasian entitas akuntansi/entitas pelaporan tersebut mengikuti format
LRA-BLUD.
Laporan arus Kas BLUD dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum (BUD). Transaksi dalam Laporan Arus
Kas BLUD dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang telah
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan SAL BLUD digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL
Bendahara Umum Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
93
B U P A T I G A R U T,
ttd
RUDY GUNAWAN