Anda di halaman 1dari 93

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI GARUT


NOMOR 69 TAHUN 2018
TENTANG
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pedoman akuntansi tentang kebijakan akuntansi dimaksudkan untuk
memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi sehingga dapat
memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi
pengguna informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan rumah sakit.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah, Pasal 99 menyatakan bahwa laporan keuangan BLUD
disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati. Pedoman akuntansi tersebut mencakup kebijakan akuntansi
yang digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban/biaya.
Mengacu pada pasal di atas dan kebutuhan untuk pengelolaan BLUD yang
profesional, akuntabel dan transparan, Kabupaten Garut yang telah
menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD memandang perlu untuk
menyusun pedoman akuntansi tersebut. Untuk mempermudah pelaksanaan
kebijakan akuntansi tersebut, disusun pula prosedur akuntansi sesuai
ketentuan dan kebutuhan BLUD.
Pedoman akuntansi BLUD Kabupaten Garut mengacu pada Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum. Dengan terbitnya PSAP
Nomor 13 ini maka pengaturan akuntansi dan pelaporan Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah versi Permendagri 61 Tahun 2007 dan
Peraturan Menteri Keuangan No 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi
dan pelaporan Laporan Keuangan BLU sudah tidak berlaku.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Tujuan umum disusunnya pedoman akuntansi tentang kebijakan
akuntansi adalah sebagai acuan bagi penyelenggaraan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan agar memberikan kemudahan bagi
penyusun laporan keuangan untuk menyajikan laporan keuangan yang
berkualitas dan tepat waktu sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum, serta meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran, antarperiode, maupun
antarentitas.
2. Tujuan khususnya antara lain untuk menetapkan seluruh pertimbangan
dalam rangka penyajian laporan keuangan, menetapkan pedoman struktur
laporan keuangan, dan menetapkan persyaratan minimum isi laporan
keuangan.
2

C. RUANG LINGKUP
Bagi BLUD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, penyusunan
pedoman akuntansi yang mencakup kebijakan akuntansi meliputi pilihan
prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang
digunakan. Pedoman akuntansi tersebut disajikan meliputi: kebijakan umum
akuntansi, definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
atas transaksi keuangan yang terjadi di BLUD.

D. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Kebijakan akuntansi ini terdiri dari delapan bab, yaitu:
1. Pendahuluan
2. Kebijakan Umum Akuntansi
3. Kebijakan Akuntansi Aset
4. Kebijakan Akuntansi Kewajiban
5. Kebijakan Akuntansi Ekuitas
6. Kebijakan Akuntansi Pendapatan
7. Kebijakan Akuntansi Belanja dan Beban
8. Koreksi Kesalahan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi
3

BAB II
KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI

A. PRINSIP DASAR KEBIJAKAN AKUNTANSI


Kebijakan akuntansi merupakan pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Dalam penyajian laporan keuangan,
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan akuntansi harus mencerminkan
prinsip kehati-hatian dan mencakup semua hal yang material dan sesuai
dengan ketentuan.
Pertimbangan prinsip dasar untuk penerapan kebijakan akuntansi dan
penyiapan laporan keuangan oleh manajemen antara lain:
1 . Penyajian secara wajar
Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan
(Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan). Faktor pertimbangan sehat digunakan ketika
menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan
sehat mengandung unsur kehati-hatian (conservatism) pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau biaya tidak
dinyatakan terlalu rendah. Hal ini untuk menghindari penyajian laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak handal.
2 . Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut diungkapkan dengan jelas dalam catatan
atas laporan keuangan.
3 . Materialitas
Laporan keuangan BLUD setidaknya memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna laporan
keuangan. Selain itu, materialitas juga sebagai jaminan akan pengguna
laporan keuangan bahwa laporan keuangan adalah akurat.

B. ASUMSI DASAR AKUNTANSI


Asumsi dasar akuntansi yang penting dan perlu diperhatikan dalam penerapan
proses dan sistem akuntansi BLUD adalah:
1 . Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi BLUD adalah
basis akrual
Laporan keuangan pada prinsipnya disusun atas dasar akrual, yaitu
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
yang bersangkutan. Hal ini memberikan informasi kepada pembaca laporan
keuangan tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan
kas dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa
4

mendatang serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan


diterima di masa yang akan datang.
2 . Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi kesinambungan entitas
yaitu BLUD akan berlanjut keberadaanya. Dengan demikian, Pemerintah
Pusat/Daerah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas
BLUD.
3 . Prinsip Nilai Perolehan (Historical Cost Principle)
Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan akan dibayar
untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan
kegiatan BLUD.
4 . Prinsip Realisasi (Realization Principle)
Ketersediaan pendapatan BLUD yang telah diotorisasikan melalui Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA) selama satu tahun berjalan akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran BLUD dalam periode akuntansi tersebut.
5 . Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form Principle)
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Oleh karena itu
peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai aspek
formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa tidak konsisten
atau berbeda dengan aspek formalitasnya maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
6 . Prinsip Periodesitas (Periodecity Principle)
Penyelenggaraan akuntansi BLUD perlu dibagi menjadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja BLUD dapat diukur dan posisi sumber daya
yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama untuk pelaporan
keuangan yang digunakan adalah periode semester dan tahunan. Namun
demikian periode bulanan/triwulanan juga diperkenankan.
7 . Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kegiatan yang
serupa dari periode ke periode oleh BLUD (prinsip konsistensi internal). Hal
ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan perlakuan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan
harus menunjukkan hasil yang lebih baik dari metode yang lama.
Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan penerapan metode ini harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
8 . Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)
Laporan keuangan BLUD harus menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar muka dari laporan
keuangan tersebut atau catatan atas laporan keuangan.
5

9 . Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)


Laporan Keuangan BLUD harus menyajikan dengan wajar Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Setiap komponen laporan keuangan
harus diidentifikasi secara jelas dan menyajikan informasi antara lain
mencakup:
 Nama satuan kerja BLUD atau identitas lain;
 Cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu unit atau
beberapa unit;
 Tanggal dan periode pelaporan;
 Mata uang pelaporan dalam rupiah;
 Satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan BLUD
diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan
hakekat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan BLUD. Pertimbangan sehat mengandung
arti adanya sikap/prinsip kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan
dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak terlalu
tinggi dan atau biaya tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperbolehkan hal-hal tertentu,
misalnya: (i) pembentukan dana cadangan tersembunyi; (ii) sengaja
menetapkan aset atau pendapatan yang terlalu rendah atau, (iii) sengaja
mencatat kewajiban dan biaya terlalu tinggi, sehingga laporan keuangan
tidak netral dan tidak handal.
10. Prinsip Materialitas (Materiality Principle)
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan BLUD
hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan
BLUD.

C. CIRI DASAR AKUNTANSI


Akuntansi keuangan BLUD Kabupaten Garut merupakan bagian dari
akuntansi keuangan Pemerintah Kabupaten Garut, karena kekayaannya
bukan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengelolaan keuangan
BLUD Kabupaten Garut menggunakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), dengan ciri yang berbeda dengan
akuntansi Organisasi Perangkat Daerah lainnya di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Garut, yaitu:
1 . Dalam rangka pengelolaan kas, BLUD dapat langsung menggunakan
pendapatannya tanpa menyetorkan terlebih dahulu ke kas daerah. BLUD
juga dapat menyimpan dan mengelola rekening bank, mendapatkan
sumber dana untuk menutup defisit dan memanfaatkan surplus kas
jangka pendek untuk memperoleh dana tambahan.
2 . BLUD diperbolehkan memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau
tidak langsung dengan kegiatannya.
6

3 . BLUD dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional


dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain. Kewenangan perikatan
pinjaman diatur dengan peraturan Bupati.
4 . Akuntansi dan Laporan Keuangan BLUD diselenggarakan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
5 . BLUD dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap dengan/melalui
persetujuan pejabat berwenang. Kewenangan pengalihan dan/atau
penghapusan aset tetap diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan
jenis barang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6 . BLUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam bidang
pelayanan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.

D. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN


Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 13,
Komponen Laporan Keuangan BLUD terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Penjelasan masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
1 . Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan-
LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
2 . Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
3 . Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
4 . Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh BLUD untuk
kegiatan operasional dalam satu periode pelaporan.
5 . Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas pada BLUD menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada
BLUD.
6 . Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
7

7 . Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan bertujuan untuk menginformasikan
pengungkapan yang diperlukan atas laporan keuangan. Sistematika
penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
a. Informasi Umum yang memuat masalah prosedur penyusunan laporan
keuangan, sumber beserta jumlah dana yang dikelola BLUD,
penjelasan atas kinerja keuangan, posisi keuangan, dan penjelasan
singkat atas BLUD.
b. Kebijakan akuntansi yang memuat basis akuntansi, asumsi dasar yang
digunakan, pengakuan dan pengukuran atas pos-pos Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca dan Laporan Operasional.
c. Penjelasan pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas
dan Laporan Perubahan Ekuitas.
d. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar seperti
kontijensi, komitmen, kejadian penting setelah tanggal neraca
(subsequent event).
e. Serta informasi tambahan lain apabila diperlukan.
8

BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan manfaat ekonomi di masa depan akan
diperoleh. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan
berpindah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
aset tersebut untuk memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
bagi operasional BLUD berupa kas dan setara kas. Aset diklasifikasikan menjadi
Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap dan Aset Lainnya.
A. ASET LANCAR
Aset lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan
menjadi kas dalam satu periode akuntansi. Suatu aset diklasifikasikan sebagai
aset lancar apabila:
1. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal/dalam satu periode akuntansi.
2. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu siklus operasi
normal/dalam satu periode akuntansi.
3. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aset lancar terdiri atas kas dan setara kas, investasi jangka pendek/deposito,
piutang, persediaan, uang muka, biaya dibayar dimuka dan aset lancar
lainnya.
1 . Kas dan Setara Kas
a. Definisi
Kas dan setara kas merupakan kas yang berasal dari pendapatan
BLUD baik yang telah dan yang belum diakui oleh unit yang
mempunyai fungsi Perbendaharaan.
Kas adalah alat pembayaran yang sah dan setiap saat dapat
digunakan. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro/saldo bank (termasuk cerukan/bank overdraft, yaitu pelampauan
pemberian kredit di atas plafon yang ditetapkan berdasarkan akad
kredit).
Setara Kas (cash equivalent) yaitu investasi jangka pendek yang akan
jatuh tempo tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan (misalnya :
deposito berjangka yang jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari
tiga bulan) dan sangat likuid yang siap dikonversikan menjadi kas
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Pengertian atau lingkup kas di BLUD meliputi:
1) Kas di Bendahara Penerimaan
Kas yang dikuasai oleh bendahara penerimaan yang berasal dari
penerimaan pendapatan jasa layanan, serta lain-lain pendapatan
yang sah. Kas di Bendahara Penerimaan adalah uang tunai (cash on
hand) yang belum disetorkan ke rekening BLUD. Kas di Bendahara
Penerimaan terdiri dari:
a ) Kas di Bendahara Penerimaan, yaitu kas yang dikuasai oleh
bendahara penerimaan dari pendapatan yang diterima dari
kasir-kasir, yang belum disetorkan ke Bendahara BLUD.
9

b) Kas di Kasir, yaitu kas yang masih ada dalam penguasaan kasir
jasa layanan yang belum disetorkan ke bendahara penerimaan
pada saat penutupan buku kas. Kas di Kasir harus tercatat di
neraca pada saat penyusunan laporan keuangan semesteran
atau tahunan.
2) Kas di Bendahara Pengeluaran - APBD
Kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
APBD, APBN, serta lain-lain pendapatan yang sah seperti jasa giro,
termasuk pungutan pajak yang belum disetorkan ke kas
negara/daerah/kas BLUD. Kas di Bendahara Pengeluaran dapat
berupa uang tunai (cash on hand) maupun kas di rekening
bank/rekening giro.
3) Kas di Bendahara Pengeluaran - BLUD
Kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
Kas BLUD untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang
didanai dari pendapatan BLUD. Kas di Bendahara Pengeluaran
dapat berupa uang tunai (cash on hand) maupun kas di rekening
bank/rekening giro.
4) Kas BLUD
Kas yang dikuasai dan berada dalam pengelolaan pejabat
keuangan BLUD (Kepala Bidang Keuangan, Perencanaan dan
Program yang berasal dari penerimaan fungsional berupa
pendapatan jasa layanan kesehatan dan non-kesehatan, serta lain-
lain pendapatan yang sah. Kas BLUD berasal dari setoran-setoran
Bendahara Penerimaan yang akan digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional BLUD. Kas BLUD yang akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran BLUD,
ditransfer/diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran - BLUD
melalui mekanisme yang telah ditetapkan yaitu dengan pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh Bendahara Pengeluaran
dan diterbitkannya Surat Perintah Membayar (SPM) yang
ditandatangani pemimpin BLUD. Kas BLUD terdiri dari:
(a) Kas BLUD, yaitu kas yang berupa saldo kas tunai maupun
yang berada dalam rekening bank.
(b) Setara Kas, yaitu bagian dari kas yang dapat berupa deposito
berjangka kurang dari 3 bulan atau dalam bentuk setara kas
lainnya.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Kas diakui dan dicatat pada saat diterima atau dikeluarkan oleh
Bendahara berdasarkan nilai nominal uang.
c. Pengukuran
Kas dan Setara Kas dinyatakan dalam nilai rupiah, jika ada Kas dan
Setara Kas dalam valuta asing, maka harus dikonversi berdasarkan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada akhir
tahun, Kas dan Setara Kas dalam valuta asing dikonversi berdasarkan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Keuntungan
atau kerugian atas selisih kurs tanggal neraca dengan kurs transaksi
diakui sebagai pendapatan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing atau biaya penurunan nilai.
10

d. Penyajian dan Pengungkapan


Kas dan setara kas merupakan akun yang paling likuid (lancar) dan
lazim disajikan pada urutan pertama unsur aset lancar dalam neraca.
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan Kas dan
Setara Kas di laporan keuangan maupun catatan atas laporan
keuangan adalah:
(1) Rincian jumlah Kas dan Setara Kas.
(2) Klasifikasi Kas dan Setara Kas dan jumlah masing-masing di Kas
dan Setara Kas.
Kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya dicatat dan disajikan
dalam aset lancar lainnya.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun Kas dan Setara Kas adalah di sebelah debet
(penambahan Kas dan Setara Kas dicatat di sebelah debet dan
pengurangan Kas dan Setara Kas dicatat di sebelah kredit).

2 . Investasi Jangka Pendek


a. Definisi
Investasi Jangka Pendek merupakan bentuk investasi yang
dimaksudkan untuk memanfaatkan dana BLUD dalam jangka pendek
dengan jatuh tempo atau pemilikannya dimaksudkan di atas tiga bulan
sampai dengan 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Neraca.
Investasi Jangka Pendek ini tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Investasi Jangka Pendek diakui pada saat diinvestasikan berdasarkan
nilai perolehan Investasi Jangka Pendek.
c. Pengukuran
Investasi Jangka Pendek dinyatakan dalam nilai rupiah, jika ada
Investasi Jangka Pendek dalam valuta asing maka harus dikonversi
berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
Pada akhir tahun, Investasi Jangka Pendek dalam valuta asing
dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal
neraca.
d. Penurunan Nilai
Apabila berdasarkan kondisi pasar dan estimasi profesional
kemungkinan besar akan terjadi penurunan/kenaikan nilai, maka laba
atau rugi yang belum direalisasi tersebut diakui sebagai komponen
ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai
penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi.
e. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan investasi
jangka pendek adalah:
1) Rincian jumlah investasi
2) Jenis dan penempatan investasi
3) Jangka waktu
4) Penilaian investasi dalam laporan
11

f. Saldo Normal
Saldo normal akun Investasi Jangka Pendek adalah di sebelah debet,
penambahan Investasi Jangka Pendek dicatat di sebelah debet dan
pengurang Investasi Jangka Pendek dicatat disebelah kredit.
3 . Piutang
a. Definisi
Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang
diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. Piutang
timbul dari adanya penyerahan jasa atau barang yang pembayarannya
tidak bersamaan dengan waktu terjadinya penyerahan jasa/barang dan
atau pembayaran atas penyerahan jasa/barang baru dilakukan setelah
beberapa hari atau beberapa bulan, lazimnya diklasifikasikan sebagai
Piutang Usaha. Transaksi lain yang memunculkan piutang bagi BLUD
dapat diklasifikasikan ke dalam Piutang Lain-Lain seperti pinjaman
uang kepada karyawan atau kepada pihak lain.
b. Pengakuan dan Pencatatan.
Piutang diakui pada saat terjadinya transaksi atau pada saat hak klaim
untuk mendapatkan arus kas atau manfaat ekonomi lainnya dari
penyerahan barang atau jasa telah terpenuhi. Hak klaim atau manfaat
ekonomi tersebut dapat diukur dan diestimasi.
c. Pengukuran
Piutang dinilai sebesar nilai tunai (bersih) yang diperkirakan dapat
direalisasikan. Untuk itu, piutang-piutang yang kemungkinan tak
tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang layak.
Penentuan besarnya nilai penyisihan pada tiap akhir tahun didasarkan
pengelompokkan piutang menurut umurnya (aging schedule) yaitu :

No. Umur Piutang Nilai


Penyisihanper
1. 0 sd 1 tahun Tahun
25 %
2. Diatas 1 s.d 2 tahun 50 %
3. diatas 2 s.d 3 tahun 75 %
4. diatas 3 tahun 100 %

Penyisihan piutang tersebut di atas, dikecualikan bagi tagihan kepada


seluruh instansi pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah
yang masih eksis lembaganya.
Penghapusan piutang dapat dilakukan dengan persetujuan Bupati
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam hal kejadian khusus, berupa kejadian luar biasa yang
ditetapkan oleh pemerintah, maka tagihan-tagihan tersebut sudah
dapat langsung diusulkan penghapusannya walaupun belum
memenuhi ketentuan di atas (Misal karena ada bencana alam yang
tidak memungkinkan ditagihkan)
Jika terdapat pelunasan atas piutang-piutang yang telah dihapuskan,
pelunasan tersebut dibukukan sebagai pendapatan lain-lain pada
tahun berjalan.
12

d. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan piutang di
laporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan disesuaikan
dengan kebutuhan, antara lain:
(1) Klasifikasi piutang menurut umur.
(2) Klasifikasi piutang menurut debitur dan jenisnya.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun piutang adalah di sebelah debet (penambahan
piutang dicatat di sebelah debet dan pengurang piutang dicatat
disebelah kredit).
4 . Persediaan
a. Definisi
Persediaan adalah barang untuk dijual atau barang habis pakai dalam
satu periode akuntansi. Persediaan terdiri atas bahan habis pakai
kantor, obat-obatan dan alat kesehatan, alat listrik, alat kebersihan,
bahan makanan kering, bahan dan alat kesehatan laboratorium, bahan
dan alat kesehatan radiologi, gas medik, karcis retribusi dan barang
cetakan, dan lain-lain.
Persediaan bahan/barang yang dimiliki dan akan dipakai dalam
pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, tidak
termasuk sebagai kelompok persediaan melainkan digolongkan sebagai
aset lancar Lainnya.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Pembelian barang untuk dijual (obat-obatan dan alat kesehatan) dan
barang habis pakai diakui/dicatat sebagai biaya pada saat pembelian
atau perolehan berdasarkan nilai perolehan (termasuk biaya lainnya
yang terjadi untuk membawa barang tersebut ke BLUD.
Pada akhir periode akuntansi, sesuai hasil stock opname, sisa barang
yang belum terjual atau belum terpakai dibukukan sebagai persediaan
dan biaya dikoreksi sejumlah nilai persediaan tersebut. Pencatatan
yang dianut terhadap persediaan menggunakan pendekatan Physical
Inventory Methode yaitu pembelian/ penerimaan barang tidak dicatat
ke dalam persediaan, akan tetapi dibukukan langsung sebagai beban
sesuai harga perolehan/pada saat barang diterima. Saldo persediaan
yang ada pada saat penyusunan neraca dihitung berdasarkan
perhitungan fisik (stock opname) dan ditetapkan nilainya. Nilai
persediaan ini sekaligus digunakan sebagai koreksi pengurang (kredit)
terhadap pos biaya dan pada awal tahun berikutnya nilai persediaan
tersebut dibukukan kembali (reversing entry) menjadi beban.
c. Pengukuran
Persediaan dinilai berdasarkan:
(1) Harga perolehan atau nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi
biaya untuk menyelesaikan dan menjual) mana yang Iebih rendah.
(2) Harga standar jika diperoleh dengan memproduksi sendiri.
(3) Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya jika diperoleh
dengan cara lain seperti donasi.
Dasar penilaian yang dianut terhadap persediaan tersebut pada saat
penyusunan neraca adalah dengan harga perolehan menggunakan
metode First In First Out (FIFO/ Masuk Pertama Keluar Pertama).
13

Akan tetapi jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari persediaan
menurun nilainya dan nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara
penuh (misalnya karena kerusakan, keusangan, atau penurunan harga
jual), maka persediaan diukur berdasarkan nilai realisasi bersih (harga
jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual), serta
mengakui kerugian penurunan nilai.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan berkaitan dengan persediaan
dilaporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan, antara
lain: kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan, klasifikasi persediaan, jumlah persediaan yang dijadikan
jaminan dan jumlah masing-masing klasifikasi.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun persediaan adalah di sebelah debet (penambahan
persediaan di catat di sebelah debet dan pengurangannya di catat di
sebelah kredit) .
5 . Uang Muka
a. Definisi
Uang Muka merupakan pembayaran/penurunan nilai aset yang
digunakan untuk uang muka pembelian barang atau jasa, dan uang
muka kegiatan tertentu, yang maksud penggunaannya akan
dipertanggungjawabkan kemudian.
Uang muka pembelian barang/jasa diberikan kepada
pemasok/rekanan sebelum barang/jasa diterima. Uang muka
pembelian barang/jasa diperhitungkan sebagai bagian dari
pembayaran barang/jasa yang diberikan pada saat penyelesaian.
b. Pengakuan dan pencatatan
Uang muka diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas
yang dikeluarkan. Uang muka pembelian akan berkurang pada saat
barang atau jasa diterima, sedangkan uang muka kegiatan berkurang
pada saat dipertanggungjawabkan.
c. Pengukuran
Uang muka diukur berdasarkan jumlah uang muka/nilai nominal yang
dikeluarkan.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan uang muka di
laporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan, antara lain:
rincian pemberian uang muka, jumlah, saldo masing-masing uang
muka dan batas waktu pertanggungjawaban.
e. Saldo Normal
Saldo normal pada sebelah debet, penambahan dicatat di sebelah debet
dan dikredit sebesar pertanggungjawabannya.
6 . Biaya Dibayar di Muka
a. Definisi
Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran/penurunan nilai aset
yang manfaatnya diperoleh pada masa yang akan datang. Biaya dibayar
dimuka lazimnya berfungsi untuk membiayai operasional BLUD untuk
masa lebih dari satu periode akuntansi seperti biaya asuransi, biaya
sewa dibayar di muka dan lain-lain.
14

b. Pengakuan pencatatan
Pengakuan dan pencatatan biaya dibayar di muka pada saat dilakukan
pembayaran dan akan dialokasikan menjadi biaya pada saat jasa
diterima atau berlalunya waktu pemanfaatan oleh BLUD.
c. Pengukuran
Biaya dibayar dimuka diukur berdasarkan besarnya jumlah
pembayaran yang dilakukan atas prestasi atau jasa yang akan
diterima.
d. Penyajian dan Pengungkapan
Biaya dibayar dimuka dilaporkan dan disajikan pada akhir periode
akuntansi ke dalam kelompok aset lancar sebesar nilai netonya (nilai
bruto dikurangi nilai yang telah menjadi biaya dalam periode akuntansi
tersebut). Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan antara
lain rincian uang muka, jumlah dan jenis/pemanfaatannya.

B. ASET TIDAK LANCAR


Aset tidak lancar adalah semua aset lainnya selain aset lancar.
Yang termasuk aset tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aset tetap
dan aset tidak Lainnya.
1 . Investasi Jangka Panjang
a. Definisi
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat ekonomi dalam jangka waktu lebih dari
satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang dibagi menjadi dua
yaitu investasi non permanen dan investasi permanen.
Investasi non permanen antara lain pinjaman kepada Perusahaan
Negara; Pinjaman kepada perusahaan daerah; investasi dalam
obligasi/Surat Utang Negara; dan investasi non permanen Lainnya.
Invetasi Permanen terdiri dari antara lain penyertaan modal pada
pemerintah daerah; penyertaan modal dalam proyek pembangunan;
penyertaan modal pada perusahaan patungan; dan investasi modal
lainnya.
b. Pengakuan dan Pencatatan
Investasi jangka panjang diakui dalam neraca berdasarkan harga
perolehan yaitu jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan
dalam rangka memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi
tersebut.
c. Pengukuran
1) Investasi dalam saham BUMD yang dijual/ditukar dengan aset lain,
nilai sahamnya ditetapkan berdasarkan nilai wajar saham atau
nilai buku dari aset yang diserahkan.
2) Investasi jangka panjang yang diukur dengan valuta asing harus
dikonversi ke mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar
(kurs tengah Bank Indonesia) yang berlaku pada saat kepemilikan.
15

d. Penyajian dan Pengungkapan


Walaupun kepemilikan investasi pada BLUD ada pada BUD/PPKD,
tetapi investasi tersebut tetap dilaporkan pada laporan keuangan
BLUD. Perlakuan pelaporan investasi ini selaras dengan status BLU
sebagai entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi yang
digunakan BLUD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dalam melayani masyarakat harus dilaporkan dalam laporan
keuangan.
Hal-hal yang harus diungkapkan yang berkaitan dengan investasi
jangka panjang di laporan keuangan maupun catatan atas laporan
keuangan, antara lain: rincian penyertaan dan jumlah masing-masing
klasifikasi.
e. Saldo Normal
Saldo normal akun Investasi Jangka Panjang adalah di sebelah debet,
penambahannya dicatat di sebelah debet dan pengurangannya dicatat
di sebelah kredit.
2 . Aset Tetap
a. Definisi
1) Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki, baik dalam bentuk
siap pakai atau dibangun sendiri, yang digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan pelayanan dan administrasi BLUD dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun/periode akuntansi.
Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber baik sebagian
atau seluruhnya dari APBD dan/atau APBN melalui pembelian,
pembangunan, donasi, dan pertukaran dengan aset lainnya (trade-
in).
2) Aset Tetap antara lain terdiri dari:
a) Tanah
b) Peralatan dan Mesin
c) Gedung dan Bangunan
d) Jalan, Irigasi dan Jaringan
e) Aset Tetap Lainnya
f) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
Konstruksi dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang
dalam proses pembangunan baik yang dilaksanakan sendiri
maupun dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai pada saat laporan keuangan
harus dibuat. Termasuk di dalamnya adalah unsur persediaan
bahan/barang yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan
pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola yang ada
pada akhir periode akuntansi. Atas Konstruksi dalam
Pengerjaan ini tidak dilakukan penyusutan.
16

b. Pengakuan dan Pencatatan


Aset tetap yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang
akan datang diakui dan dicatat sebagai aset BLUD pada saat perolehan
apabila dari pembelian, pada saat pekerjaan telah selesai dan siap
digunakan apabila membangun sendiri atau dibangun oleh pihak
ketiga. Sedangkan aset tetap donasi diakui dan dicatat dalam periode
berjalan, yaitu pada saat aset tersebut diterima dan hak
kepemilikannya berpindah.
c. Pengukuran
1) Tanah diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh tanah tersebut sampai dengan siap digunakan. Biaya
ini meliputi harga pembelian, biaya pembebasan tanah, biaya
untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan
pengukuran, biaya pengurugan, dan lain-lain. Nilai tanah termasuk
juga harga pembelian bangunan tua yang terletak pada tanah yang
dibeli untuk melaksanakan pembangunan sesuatu yang baru jika
bangunan tua itu dimaksudkan untuk dibongkar.
2) Gedung dan bangunan diukur berdasarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun gedung dan
bangunan sampai dengan siap untuk dipakai yang nilainya lebih
atau sama dengan Rp 20.000.000,00. Biaya ini meliputi harga beli,
biaya pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), notaris, pajak,
dan lain-lain. Biaya konstruksi yang dicakup oleh suatu kontrak
konstruksi akan meliputi harga kontrak ditambah dengan biaya tak
langsung lainnya.
3) Aset tetap yang dibangun sendiri dicatat sebesar seluruh nilai
bahan/peralatan yang digunakan, biaya pengerjaan serta biaya-
biaya lainnya yang terkait dengan pembangunan aset tetap tersebut
termasuk beban bunga selama masa kontruksi.
4) Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian, seperti inventaris dan
peralatan kantor, dicatat sebesar nilai perolehannya termasuk bea
impor, PPN yang tidak boleh dikreditkan, serta biaya-biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan-potongan lain.
5) Aset tetap yang diperoleh dari hibah tidak terikat diukur
berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya
dengan mengkredit akun "Ekuitas"
6) Aset tetap yang diperoleh dalam pertukaran aset non-moneter atau
kombinasi aset moneter dan non-moneter, diukur berdasarkan nilai
wajar dari aset yang diperoleh. Jika nilai wajar tidak dapat diukur,
maka nilai perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset
yang diserahkan.
7) Aset tetap diukur dan disajikan berdasarkan nilai perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan
8) Pengeluaran setelah perolehan
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap akan dicatat
sebagai penambahan nilai perolehan aset tersebut apabila:
a) memperpanjang masa manfaat
b) menambah/meningkatkan kapasitas
c) meningkatkan mutu produksi/peningkatan standar kerja
17

d) nilai pengeluaran setelah perolehan minimal.


Sedangkan pengeluaran suatu aset tetap dengan maksud untuk
mempertahankan fungsinya pada kapasitas dan masa manfaat
yang seharusnya, diakui sebagai beban saat terjadinya.
9) Pengadaan peralatan yang relatif kecil meskipun memiliki manfaat
lebih dari satu tahun tidak dikapitalisasi, tetapi langsung
dibiayakan apabila:
a) harga satuan barang tersebut tidak lebih dari Rp400.000,00
b) barang tersebut bukan merupakan bagian dari aset lain
c) barang tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan
seperti mesin hitung, pelubang kertas dan inventaris kantor
Iainnya.
3 . Penyusutan Aset Tetap
a. Pengertian
1) Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset selama masa manfaat.
2) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset,
atau jumlah lain yang menjadi pengganti biaya perolehan dikurangi
nilai residunya.
3) Masa manfaat adalah:
a) Periode suatu aset tetap yang diharapkan digunakan untuk
aktivitas BLUD; atau
b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh
dari aset untuk aktivitas BLUD.
(4) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi.
Jumlah yang dibayarkan tersebut termasuk biaya-biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk membawa aset tersebut ke
lokasi atau kondisi siap untuk dipergunakan.
(5) Nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh
pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran
biaya pelepasan.
(6) Jumlah yang dapat disusutkan suatu aset tetap harus dialokasikan
secara sistematis sepanjang masa manfaatnya dengan metode yang
sistematis.
(7) Metode penyusutan yang digunakan oleh BLUD Kabupaten Garut
adalah metode garis lurus (straight-line method).
b. Tarif penyusutan Aset Tetap:
Tarif penyusutan aset tetap sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten
Garut.
18

4 . Aset Lainnya
a. Definisi
Aset Lainnya merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam Investasi Jangka Panjang dan Aset Tetap.
Aset tetap yang mengalami perubahan fungsi dan tidak memberikan
kontribusi lagi dalam aktivitas BLUD, aset tetap rusak, eksistensi
fisiknya tidak jelas lagi dan faktor lain yang menjadikan aset tidak
memberikan kontribusi lagi dalam kegiatan pelayanan dan administrasi
diklasifikasikan dalam aset lainnya.
Termasuk dalam kategori aset lainnya adalah aset tak berwujud, aset
dari kemitraan dengan pihak ketiga melalui perjanjian yang mempunyai
komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama
dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Bentuk
kemitraan tersebut dapat berupa Bangun Kelola Serah (BKS) dan
Bangun Serah Kelola (BSK).
Aset Lainnya antara lain terdiri:
1) Aset tak Berwujud
Aset tak berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau posisi
yang menguntungkan BLUD dalam menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan mutu pelayanan. Harga perolehan aset tidak
berwujud meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
memperoleh aset tersebut. Amortisasi aset tidak berwujud harus
dilakukan secara sistematis selama masa manfaatnya.
Aset tak berwujud disajikan dalam laporan keuangan sebesar biaya
perolehannya dikurangi dengan akumulasi amortisasinya.
Pengamortiasian aset tak berwujud dilakukan selama 5 tahun dari
mulai tahun perolehannya. Namun demikian, suatu aset tak
berwujud tidak boleh lagi diakui, dan harus dihilangkan dari
neraca, saat aset tersebut dilepas atau ketika tidak ada lagi
manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan
pelepasan yang dilakukan sesudahnya.
Aset tak berwujud, meliputi; Software komputer (yang
dibangun/dikembangkan), lisensi dan franchise, hak cipta
(copyright), paten dan hak lainnya, serta hasil kajian/penelitian
yang memberikan manfaat jangka panjang dan lain-lain.
2) Aset Kemitraan dengan Pihak Lain
Bentuk kemitraan tersebut dapat berupa aset kerjasama operasi
(KSO), aset sewa guna usaha dan aset kemitraan Lainnya sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku pada BLUD
Kabupaten Garut.
3) Aset Tetap yang Dihentikan dari Penggunaan Aktif/Aset lain-
lain
Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif terdiri dari aset
tetap yang rusak/usang/dirobohkan dan aset tetap yang hilang,
sedangkan aset lain-lain terdiri dari aset non produktif yang berupa
aset tetap kendaraan, mesin, peralatan dan aset berwujud lainnya
termasuk pula persediaan bahan/barang instalasi yang rusak atau
tidak dapat digunakan lagi karena sebab yang normal.
19

b. Pengakuan dan Pencatatan


1) Aset tak berwujud diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi
atau adanya penetapan hak.
2) Aset tetap yang dibangun/dibuat sendiri maupun dilaksanakan
oleh pihak ketiga diklasifikasikan sebagai Aset Lainnya apabila
pada saat penyusunan laporan keuangan aset tersebut masih
dalam pengerjaan.
3) Kemitraan kerjasama diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi yaitu ketika ditandatanganinya Surat Perjanjian
Kerjasama yang diikuti pelaksanaan kegiatan.
4) Aset tetap berupa mesin, peralatan, dan aset berwujud lainnya,
yang tidak berfungsi (tidak produktif) karena rusak dan aset yang
eksistensi fisiknya masih belum jelas diklasifikasikan kedalam Aset
Lainnya dan dicatat pada saat terjadinya kondisi tersebut.
c. Pengukuran
1) Aset tak berwujud dinilai berdasarkan harga perolehan meliputi
semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aset tersebut.
Amortisasi aset tak berwujud harus dilakukan secara sistematis
selama masa manfaatnya. 1
2) Aset yang dibangun sendiri, apabila pada saat penyusunan laporan
keuangan masih dalam pengerjaan, disajikan dalam laporan
keuangan berdasarkan nilai perolehan bahan-bahan, nilai biaya
tenaga kerja dan biaya-biaya lain yang berkaitan dengan
pembuatan aset tersebut termasuk beban bunga selama masa
kontruksi.
3) Aset yang diperoleh dari Kemitraan dengan pihak ketiga (Bangun,
Kelola, Serah - BKS) dinilai berdasarkan nilai wajar dari aset yang
diserahkan oleh investor serta mengkredit akun penghasilan KSO
atau penghasilan tangguhan, sedangkan untuk Bangun Serah
Kelola (BSK) dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun
yaitu nilai aset yang diserahkan BLUD ditambah dengan jumlah
aset yang dikeluarkan pihak ketiga/investor.
4) Aset lain-lain/aset tetap berupa mesin, peralatan, dan aset
berwujud lainnya yang tidak berfungsi (tidak produktif) karena
rusak dan aset yang eksistensi fisiknya masih belum jelas dinilai
berdasarkan nilai bukunya atau estimasi nilai wajar apabila tidak
terdapat nilai bukunya. Aset lain-lain ini dapat diajukan oleh
Direktur BLUD kepada Bupati untuk dilakukan penghapusbukuan.
Setelah ada persetujuan dari Bupati, kerugian penghapusan
dibebankan sebagai biaya non operasional sebesar nilai buku
tersebut.
Apabila barang-barang tersebut masih dapat dijual, maka hasil
penjualannya masuk ke akun pendapatan non operasional lainnya.
Terhadap barang-barang yang hilang dan telah disetujui oleh
Bupati untuk dihapuskan dibebankan sebagai kerugian di dalam
pos biaya non operasional sebesar nilai bukunya.
20

BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar sumber daya
BLUD yang mengandung manfaat ekonomi.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban juga dapat timbul
dari praktek bisnis yang lazim. Penyelesaian kewajiban dapat dilakukan dengan
pembayaran kas, penyerahan aset lainnya diluar kas, pemberian jasa atau
penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan
atau membatalkan haknya. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang.
A. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1 . Definisi
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
atau kurang setelah tanggal neraca.
Jenis kewajiban jangka pendek antara lain:
a. Utang usaha, yaitu kewajiban yang timbul karena kegiatan operasional
BLUD. Contoh utang usaha antara lain utang kepada pihak ketiga atas
pembelian barang/jasa yang telah diterima barang/jasanya; atau utang
penerimaan pinjaman jangka pendek dari lembaga keuangan untuk
mendanai kegiatan operasional.
b. Utang pajak, yaitu kewajiban yang timbul kepada negara berupa pajak
yang belum dibayar oleh BLUD atau pungutan pajak oleh bendahara
BLUD yang belum disetorkan ke kas negara.
c. Pendapatan diterima di muka, yaitu penerimaan pendapatan dari pihak
ketiga sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLUD belum
memberikan jasa tersebut kepada pihak ketiga.
d. Uang persediaan, yaitu uang yang ditransfer dari APBD kepada
bendahara pengeluaran BLUD yang akan digunakan untuk biaya
program/kegiatan yang bersumber dari dana APBD, dan saldo yang
belum disetorkan ke kas daerah pada saat laporan keuangan
disusun/tanggal neraca.
e. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang telah terjadi
pada periode berjalan, tetapi belum dibayar sampai tanggal neraca.
f. Titipan pihak ketiga, yaitu uang yang ada pada bendahara yang bukan
atau belum menjadi hak BLUD.
g. Bagian lancar utang jangka panjang, yaitu jumlah bagian utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dan harus dibayar dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca.
h. Utang bunga pinjaman, yaitu utang bunga yang berasal dari utang
BLUD baik yang berasal dari pinjaman jangka pendek maupun jangka
panjang, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
i. Kewajiban jangka pendek lainnya, yaitu utang yang akan jatuh tempo
dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca yang tidak dapat
dikelompokkan.
21

2 . Pengakuan
a. Utang usaha diakui pada saat BLUD menerima jasa/hak atas
barang/jasa, tetapi BLUD belum membayar atas barang/jasa yang
diterima. Apabila BLUD menerima pinjaman jangka pendek dari
lembaga keuangan maka utang usaha diakui saat dana pinjaman
diterima.
b. Utang pajak diakui pada saat transaksi atau kejadian telah mewajibkan
BLUD untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Pendapatan diterima di muka diakui pada saat diterimanya kas dari
pihak ketiga sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLUD belum
memberikan jasa tersebut kepada pihak ketiga.
d. Uang Persediaan diakui pada saat diterimanya atau dicairkannya SP2D
yang ada dalam penguasaan bendahara pengeluaran BLUD.
e. Biaya yang masih harus dibayar diakui pada saat BLUD telah
menerima manfaat ekonomis dari pihak lain tetapi BLUD belum
melakukan pembayaran atas manfaat ekonomi yang telah diterima.
f. Titipan pihak ketiga diakui pada saat diterimanya uang titipan tersebut
dari pihak ketiga.
g. Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada saat reklasifikasi
utang jangka panjang pada setiap akhir periode akuntansi.
h. Utang bunga pinjaman diakui pada saat timbulnya kewajiban
pembayaran bunga pinjaman.
i. Kewajiban jangka pendek lainnya diakui pada saat timbulnya
kewajiban tersebut.
3 . Pengukuran
a . Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang diukur dengan
nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar kembali.
b . Apabila diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke dalam mata
uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal
transaksi dan tanggal neraca.
4 . Penyajian dan Pengungkapan
Informasi mengenai kewajiban yang harus diungkapkan terutama dalam
catatan atas laporan keuangan antara lain:
a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber kewajiban atau pemberi
pinjaman.
b. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat
bunga yang berlaku
c. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh
tempo.
d. Utang-utang dalam penyelesaian hukum, dan
e. Informasi lain yang dipandang perlu.
22

B. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


1 . Definisi
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan
dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal neraca.
Jenis kewajiban jangka panjang antara lain:
a. Utang dalam negeri, yaitu utang jangka panjang yang diperoleh dari
bank atau lembaga keuangan non-bank dalam negeri dan dari
pemerintah pusat/kementerian kesehatan/kementerian dalam negeri.
b. Utang luar negeri, yaitu utang jangka panjang yang diperoleh dari bank
luar negeri atau lembaga keuangan bukan bank luar negeri.
c. Pendapatan yang ditangguhkan, yaitu penerimaan pendapatan oleh
BLUD tetapi belum menjadi hak atau belum diakui sebagai pendapatan.
Contoh pendapatan yang ditangguhkan adalah penerimaan aset
kemitraan yang dibangun dengan dana dari investor, BLUD sebagai
pengelola. Aset yang diterima tersebut tidak memiliki kepastian yang
cukup tentang manfaat ekonomisnya.
2 . Pengakuan
a. Kewajiban jangka panjang diakui pada saat dana pinjaman diterima
dan/atau saat kewajiban timbul.
b. Kewajiban jangka panjang berupa pendapatan yang ditangguhkan
diakui pada saat BLUD menerima hak dari pihak lain tetapi BLUD
belum memenuhi kewajiban kepada pihak tersebut.
3 . Pengukuran
a. Kewajiban jangka panjang dinilai sebesar nominal utang jangka
panjang.
b. Kewajiban jangka panjang dalam mata uang asing dikonversi ke dalam
mata uang rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca.
4 . Penyajian dan Pengungkapan
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca direklasifikasikan ke dalam
kewajiban jangka pendek.
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
antara lain sebagai berikut:
a. Jumlah rincian jenis utang jangka panjang.
b. Karakteristik umum setiap utang jangka panjang termasuk informasi
tingkat suku bunga dan pemberi pinjaman.
c. Jumlah tunggakan utang jangka panjang yang disajikan dalam bentuk
daftar umur utang berdasarkan kreditur.
d. Hal-hal penting lainnya seperti persyaratan kredit yang tidak dapat
dipenuhi.

C. SALDO NORMAL KEWAJIBAN


Saldo normal akun kewajiban adalah disebelaj Kredit, penambahannya dicatat
di sebelah Kredit dan pengurangannya dicatat disebelah Debet.
23

BAB V
KEBIJAKAN AKUNTANSI EKUITAS

A. EKUITAS
1. Definisi
Ekuitas adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
jumlah aset dengan jumlah kewajiban pada tanggal pelaporan.
Ekuitas meliputi:
a. Ekuitas Awal
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara
lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar seperti:
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode sebelumnya
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
3) Koreksi ekuitas lainnya.
d. Ekuitas Akhir
2. Pengukuran
Ekuitas dinilai dinilai berdasarkan:
a . Nilai buku ekuitas pada saat penetapan BLUD
b. Nominal dana sumbangan/bantuan yang diterima
c. Nilai perolehan atau nilai wajar aset sumbangan/bantuan yang tidak
mengikat mana yang lebih andal.
3. Pengungkapan
Pengungkapan ekuitas dalam laporan keuangan antara lain klasifikasi
ekuitas, rincian ekuitas, jenis dan informasi mengenai sifat ekuitas.

B. SALDO NORMAL EKUITAS


Saldo normal setiap jenis ekuitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jenis Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
EKUITAS
Ekuitas Awal Kredit Kredit Debet
Surplus/Defisit –LO pada Kredit Kredit Debet
periode bersangkutan
Koreksi-koreksi yang Kredit Kredit Debet
langsung
menambah/mengurangi
ekuitas
24

BAB VI
KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

A. DEFINISI
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13
tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum, dikenal 2 (dua)
istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LRA dan Pendapatan LO. Pendapatan
LRA BLUD adalah semua penerimaan Rekening Kas BLUD yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak BLUD, dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LO BLUD
adalah hak BLUD yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan BLUD dapat diklasifikasikan:
1 . Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan
Merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang atau
jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Untuk pendapatan ini
selanjutnya dirinci perjenis pelayanan yang diperoleh BLUD.
2 . Hibah
Merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat atau badan lain,
tanpa adanya kewajiban bagi BLUD untuk menyerahkan barang/jasa.
Hibah diklasifikasikan menjadi hibah terikat dan hibah tidak terikat. Hibah
terikat adalah hibah yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi hibah
sedangkan hibah tidak terikat peruntukannya diserahkan pada Pengelola
BLUD.
3 . Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain
Merupakan pendapatan dari hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan dan lain-lain pendapatan yang bukan dari pelaksanaan
tugas dan fungsi BLUD.
4 . APBD/APBN
Merupakan pendapatan yang berasal dari APBD/APBN baik untuk
keperluan operasional maupun keperluan investasi.
5 . Lain-lain pendapatan BLUD yang sah ; merupakan pendapatan yang tidak
termasuk dalam pendapatan diatas. Pendapatan tersebut antara lain:
a . Keuntungan hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b . Hasil pemanfaatan kekayaan. Hasil pemanfaatan kekayaan yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga tidak termasuk dalam pengertian
ini.
c . Jasa giro
d . Pendapatan bunga
e . Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
f. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD.
g . Hasil Investasi.
25

B. PENGAKUAN
Pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat pendapatan kas yang diterima BLUD
diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum. Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLUD merupakan
bagian dari BUD, maka pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat kas diterima
oleh Bendahara Penerimaan BLUD.
Pendapatan-LO pada BLUD diakui pada saat:
1 . Timbulnya hak atas pendapatan; atau
2 . Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Berdasarkan klasifikasi Pendapatan, pengakuan pendapatan-LO pada BLUD
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 . Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya diakui
pada saat diterima kas atau hak untuk menagih timbul atau pada saat
selesainya penyerahan barang/jasa kepada pihak lain/masyarakat.
2 . Pendapatan Jasa Layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan lainnya diakui pada saat klaim diajukan kepada pihak-pihak
tersebut.
3 . Pendapatan dari APBD Kabupaten Garut/APBD Provinsi Jawa Barat/APBN
diakui pada saat pengeluaran belanja dipertangungjawabkan dengan
diterbitkannya SP2D/SPJ Pengesahan. Pendapatan dari APBDN/APBD
berkurang saat sisa SP2D disetorkan ke kas daerah/kas negara.
4 . Pendapatan hibah berupa uang diakui pada saat diterimanya, sedangkan
hibah berupa barang diakui pada saat hak kepemilikan berpindah.
5 . Lain-lain pendapatan BLUD yang sah diakui pada saat kas diterima.
6 . Penerimaan hasil penjualan aset tetap disetorkan ke kas daerah/kas
daerah provinsi/kas negara tergantung sumber dana perolehan aset tetap
tersebut.
a. Penerimaan hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya berasal dari
BLUD merupakan pendapatan BLUD.
b. Penerimaan hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya
sebagian/seluruhnya berasal dari APBD/APBN bukan merupakan
pendapatan BLUD dan wajib disetor ke rekening Kas Umum
Daerah/Kas Negara.
7 . Pada akhir tahun, pendapatan diakui sepanjang manfaat ekonomi dapat
diukur dengan andal walaupun belum ada arus kas masuk.

C. PENGUKURAN
1 . Pendapatan dari usaha jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya dicatat
sebesar nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima
2 . Pendapatan dari APBD/APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto
belanja SPM/SP2D
3 . Pendapatan hibah berupa barang, dicatat sebesar nilai perolehan atau nilai
wajar pada saat perolehan/hak telah berpindah dari pemberi hibah ke
BLUD, sedangkan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang
diterima.
4 . Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto.
26

D. PENGUNGKAPAN
1 . Pendapatan disajikan dan dirinci per jenis pendapatan.
2 . Rincian jenis pendapatan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan.
3 . Informasi lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan pendapatan.

E. SALDO NORMAL PENDAPATAN


Saldo normal setiap jenis pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jenis Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
PENDAPATAN
Pendapatan Jasa Layanan
Jasa Layanan Kesehatan Kredit Kredit Debet
Penyesuaian Pendapatan Debet/Kredit Debet/Kredit Kredit/Debet
Pendapatan Hibah
Hibah Tidak Terikat Kredit Kredit Debet
Hibah Terikat Temporer Kredit Kredit Debet
Hibah Terikat Permanen Kredit Kredit Debet
Hasil Kerjasama dengan
Pihak Lain
Hasil Kerjasama Kredit Kredit Debet
Operasional
Pendapatan Sewa Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kerjasama Kredit Kredit Debet
Lainnya
Pendapatan APBD
Transfer dari APBD Kredit Kredit Debet
Kabupaten Garut
Transfer dari APBD Provinsi Kredit Kredit Debet
Jabar
Transfer dari APBD Lainnya Kredit Kredit Debet
Pendapatan APBN
Transfer dari APBN-Dana Kredit Kredit Debet
Dekonsentrasi
Transfer dari APBN-Tugas Kredit Kredit Debet
Pembantuan
Transfer dari APBN-Lainnya Kredit Kredit Debet
Lain-lain Pendapatan BLUD
yang Sah
Hasil Penj. Kekayaan yang Kredit Kredit Debet
Tidak Dipisahkan
Hasil Pemanfaatan Kredit Kredit Debet
Kekayaan
Jasa Giro Kredit Kredit Debet
27

Jenis Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang


Pendapatan Bunga Kredit Kredit Debet
Keuntungan Selisih Nilai Kredit Kredit Debet
Tukar Rupiah
Komisi dan Potongan Kredit Kredit Debet
Penj./Pengadaan Barang
Hasil Investasi Kredit Kredit Debet
Lain-lain Pendapatan BLUD Kredit Kredit Debet
yang Sah Lainnya
28

BAB VII
KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

A. DEFINISI
Belanja merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali.
Belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi untuk BLUD, yaitu belanja
pegawai, belanja barang, dan belanja modal.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi yaitu beban
pegawai, beban barang, beban penyisihan, dan beban penyusutan aset
tetap/amortisasi. Sedangkan belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi.
Adapun perbedaan klasifikasi beban dalam penyajian laporan keuangan
dengan klasifikasi belanja di Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLUD
diharmonisasikan dengan melakukan mapping kode rekening belanja dengan
beban.

B. PENGAKUAN
Belanja pada BLUD diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan oleh
BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Beban pada BLUD diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban, yaitu saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain
ke BLUD tanpa diikuti keluarnya kas.
2. Terjadinya konsumsi aset, yaitu saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulkan kewajiban dan/atau konsumsi aset non
kas dalam kegiatan operasional BLUD.
3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, yaitu pada saat
penurunan nilai aset bersangkutan/berlalunya waktu.

C. PENGUKURAN
Belanja diukur sejumlah pengeluaran kas yang keluar dari Rekening Kas BLUD
dan atau rekening kas Bendahara BLUD berdasarkan asas bruto.
Beban dicatat/dinilai:
1. Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar
pada periode berjalan.
2. Jumlah beban periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan
dating.
3. Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas biaya yang telah
dikeluarkan.
4. Jumlah kerugian atas transaksi ekonomi yang terjadi.
29

D. PENGUNGKAPAN
1. Setiap kelompok/jenis belanja dan beban disajikan secara terpisah dalam
Laporan Keuangan.
2. Rincian jenis belanja dan beban diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
3. Informasi lain yang penting berkaitan dengan pos belanja dan beban.

E. SALDO NORMAL BELANJA/BEBAN


Saldo normal setiap jenis biaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jenis Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
BEBAN
BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai Debet Debet Kredit
Beban Persediaan Debet Debet Kredit
Beban Jasa Debet Debet Kredit
Beban Pemeliharaan Debet Debet Kredit
Beban Langganan Daya dan Debet Debet Kredit
Jasa
Beban Perjalanan Dinas Debet Debet Kredit
Beban Penyusutan Aset Debet Debet Kredit
Beban Bunga Debet Debet Kredit

BEBAN NON-OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Non Debet Debet Kredit
Lancar
Kerugian Penurunan Nilai Debet Debet Kredit
Aset
Defisit dari Kegiatan Non Debet Debet Kredit
Operasional Lainnya
30

BAB VIII
KOREKSI KESALAHAN DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

A. DEFINISI
1. Kesalahan mendasar (fundamental error) adalah kesalahan yang cukup
signifikan yang ditemukan pada periode berjalan sehingga laporan
keuangan dari satu atau lebih periode sebelumnya tidak dapat diandalkan
lagi pada tanggal penerbitan.
2. Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji
dalam laporan keuangan BLUD menjadi sesuai dengan yang seharusnya.

B. JENIS KESALAHAN
Dapat dibedakan menjadi:
1. Kesalahan karena perhitungan matematis dan kelalaian dalam penyiapan
dokumen.
2. Kesalahan karena belum memproses dokumen sumber/bukti transaksi.
3. Kesalahan dalam penerapan kebijakan dan/atau Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Kesalahan klasifikasi dalam pelaporan.

C. WAKTU DITEMUKANNYA KESALAHAN


Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan ditemukan pada saat
dilakukan pengecekan intern, analisis, dan pengujian oleh unit akuntansi serta
pada saat reviu/audit laporan keuangan.

D. KOREKSI KESALAHAN
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau
kelalaian. Koreksi atas kesalahan itu dimasukkan dalam perhitungan
surplus/defisit pada laporan operasional BLUD.
Untuk mengkoreksi kesalahan mendasar, dilakukan dengan menyatakan
kembali informasi yang berkaitan secara komparatif.
BLUD harus mengungkapkan informasi berikut:
1. hakekat kesalahan mendasar;
2. jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya;
3. jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode
yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
4. kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau
kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan
kembali.
31

E. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI


Perubahan kebijakan akuntansi adalah perubahan akuntansi yang terjadi pada
periode sebelumnya yang signifikan sehingga mempengaruhi kewajaran
penyajian pelaporan keuangan. Perubahan ini dapat disebabkan oleh adanya:
1. Perubahan standar akuntansi yaitu perubahan penerapan standar
akuntansi yang secara signifikan mempengaruhi kewajaran penyajian
pelaporan keuangan, diungkapkan pengaruhnya pada periode terjadinya
perubahan tersebut.
2. Perubahan estimasi akuntansi merupakan perubahan penerapan estimasi
akuntansi sebagai akibat dari perubahan situasi ekonomi, peraturan, dan
lain-lain yang mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan.
Pengungkapan pengaruhnya pada periode terjadinya perubahan tersebut.
3. Perubahan entitas akuntansi adalah perubahan unit organisasi
yangdisebabkan adanya restrukturisasi atau reorganisasi yang
mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan. Pengaruhnya
tidak perlu diungkapkan dalam penyajian pelaporan keuangan periode
sebelumnya, tetapi cukup dinyatakan pada periode terjadinya perubahan
tersebut.
4. BLUD menerapkan perubahan akuntansi secara prospektif berarti bahwa
kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi
yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang
berhubungan dengan periode sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo
laba awal periode (retained earnings) atau dalam perhitungan
surplus/(defisit) untuk periode sekarang, karena saldo yang ada tidak
dihitung kembali.
32

BAB IX
KODE REKENING STANDAR

A. DEFINISI
Istilah “Kode” biasanya menggunakan angka atau huruf untuk memberi tanda
terhadap suatu pengelompokan. Sedangkan istilah “Rekening” yang sering juga
disebut dengan istilah “Akun” atau “Perkiraan” memiliki arti yang sama yaitu
sebagai bentuk pengelompokan yang seragam atas aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan dan biaya.
Namun tidak semua rekening yang ada harus dipergunakan oleh setiap BLUD,
tetapi tergantung dengan kebutuhan yang bersangkutan. Hal sebaliknya
apabila perkiraan ini tidak menampung seluruh kegiatan yang ada pada setiap
BLUD, maka dianjurkan untuk membentuk perkiraan baru dengan
memperhatikan sistematika perkiraan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar
tiap–tiap BLUD dapat menyesuaikan dengan kondisinya masing-masing, akan
tetapi tidak menyimpang dari pengelompokkan utama yang telah ditetapkan.
Untuk penyeragaman dalam pencatatan transaksi dan informasi keuangan
mengenai aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya tersebut maka
disusun Kode Rekening Standar. Kode rekening standar akan memberikan
perlakuan akuntansi yang seragam dan konsisten bagi BLUD
di Kabupaten Garut dalam rangka penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penyusunan kode rekening standar pada BLUD Kabupaten Garut mengacu
kepada:
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum.
4. Peraturan-peraturan yang berlaku pada Pemerintah Kabupaten Garut
dalam rangka pengelolaan keuangan.
Selain mengacu pada peraturan tersebut di atas, penyusunan kode rekening
standar juga mempertimbangkan kemudahan, kepraktisan dan fleksibilitas
pengelolaan keuangan BLUD.

B. JENIS REKENING
Terdapat dua jenis rekening yaitu rekening riil (real account) dan rekening
nominal (nominal account). Kedua rekening tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rekening riil adalah rekening-rekening yang terdapat dalam Neraca yaitu
aset, kewajiban dan ekuitas yang bersifat permanen. Rekening ini pada
akhir tahun tidak perlu ditutup terhadap rekening lainnya. Umumnya
rekening ini memiliki saldo akhir.
33

2. Rekening nominal adalah rekening-rekening yang terdapat dalam Laporan


Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional yaitu rekening pendapatan
LRA, pendapatan LO, belanja, beban dan Pembiayaan yang bersifat
sementara. Rekening ini pada akhir tahun harus ditutup atau dipindahkan
saldonya ke rekening Ekuitas sehingga bersaldo nihil (nol).

C. SUSUNAN KODE REKENING STANDAR


Kode rekening standar yang digunakan pada BLUD dapat digambarkan sebagai
berikut:
X x x xx xx
Kode Rekening
Kode Kelompok
Kode Jenis
Kode Objek
Kode Rincian Objek

Contoh:
1 1 3 01 02
Aset
Aset Lancar
Piutang Usaha
Piutang Jasa Layanan Kesehatan
Piutang Jasa Layanan - Pasien BPJS

4 6 1 01 01
Pendapatan
Lain-lain Pendapatan BLUD yang Sah
Hasil Penj. Kekayaan yang Tidak Dipisahkan
Hasil Penj. Kekayaan BLUD
Hasil Penj. Tanah

9 1 1 01 01
Beban
Beban Operasional
Biaya Pegawai
Biaya Pegawai-Pelayanan
Gaji Pokok PNS-Pelayanan
34

D. KLASIFIKASI REKENING STANDAR


Klasifikasi rekening pada BLUD dibagi ke dalam 5 rekening standar.
1. Kode awal 1 untuk Aset, dibagi ke dalam 4 kelompok rekening yaitu:
a. 1.1.x.xx.xx Aset Lancar
b. 1.2.x.xx.xx Investasi Jangka Panjang
c. 1.3.x.xx.xx Aset Tetap
d. 1.4.x.xx.xx Aset Lainnya
2. Kode awal 2 untuk Kewajiban, dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
a. 2.1.x.xx.xx Kewajiban Jangka Pendek
b. 2.2.x.xx.xx Kewajiban Jangka Panjang
3. Kode awal 3 untuk Ekuitas, dibagi ke dalam 1 kelompok yaitu:
a. 3.1.x.xx.xx Ekuitas
4. Kode awal 4 untuk Pendapatan, dibagi ke dalam 6 kelompok yaitu:
a. 4.1.x.xx.xx Pendapatan Jasa Layanan
b. 4.2.x.xx.xx Pendapatan Hibah
c. 4.3.x.xx.xx Hasil Kerjasama dengan Pihak Lain
d. 4.4.x.xx.xx Pendapatan APBD
e. 4.5.x.xx.xx Pendapatan APBN
f. 4.6.x.xx.xx Lain-lain Pendapatan BLUD yang Sah
5. Kode awal 5 untuk Belanja, dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
a. 5.1.x.xx.xx Belanja Operasi
b. 5.2.x.xx.xx Belanja Modal
6. Kode awal 8 untuk Pendapatan-LO, dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
a. 8.1.x.xx.xx Pendapatan Operasional
b. 8.2.x.xx.xx Pendapatan Non-Operasional
7. Kode awal 9 untuk Beban, dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
a. 9.1.x.xx.xx Beban Operasional
b. 9.2.x.xx.xx Beban Non-Operasional
8. Untuk kodefikasi akun Pendapatan-LRA dan Belanja mengacu pada kode
rekening di Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Garut.

E. SALDO NORMAL REKENING


Sebagaimana sudah dijelaskan dalam Bagian I tentang Kebijakan Akuntansi,
secara singkat saldo normal setiap rekening adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Aset Debet Debet Kredit
Kewajiban Kredit Kredit Debet
Ekuitas Kredit Kredit Debet
35

Jenis Rekening Saldo Normal Penambahan Pengurangan


Pendapatan-LO Kredit Kredit Debet
Beban Debet Debet Kredit
Pendapatan-LRA Kredit Kredit Debet
Belanja Debet Debet Kredit

Dari tabel tersebut di atas:


1. Transaksi yang mengakibatkan penambahan Aset dan Beban, maka
rekening Aset dan Beban dijurnal di sebelah debet. Sedangkan transaksi
yang mengakibatkan pengurangan Aset dan Beban, maka rekening Aset
dan Beban dijurnal di sebelah kredit.
2. Transaksi yang mengakibatkan penambahan Kewajiban, Ekuitas dan
Pendapatan, maka rekening Kewajiban, Ekuitas dan Pendapatan dijurnal di
sebelah kredit. Sedangkan transaksi yang mengakibatkan pengurangan
Kewajiban, Ekuitas dan Pendapatan, maka rekening Kewajiban, Ekuitas
dan Pendapatan dijurnal di sebelah debet.
36

BAB X
PENJELASAN KODE REKENING STANDAR

Penggunaan rekening-rekening standar yang telah ditetapkan sebelumnya akan


dijelaskan secara rinci dibawah ini. Setiap rekening menunjukkan kode, nama serta
penjelasannya. Pada setiap rekening dijelaskan nilai saldo yang ada pada tanggal
neraca disertai penjelasan dan rinciannya.
KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1 ASET
1.1 ASET LANCAR
1.1.1 KAS DAN SETARA KAS
1.1.1.01 Kas di Bendahara Penerimaan
1.1.1.01.01 Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo uang tunai dan/atau saldo bank dalam penguasaan bendahara
penerimaan berupa setoran dari pendapatan jasa layanan dan
pendapatan lainnya yang belum disetor ke Rekening Kas BLUD.
Termasuk dalam pengertian Kas di Bendahara Penerimaan adalah:
 Kas di Kasir, yaitu saldo uang tunai yang ada dalam penguasaan
kasir yang belum disetorkan kepada bendahara penerimaan dari
pendapatan jasa layanan kesehatan.
1.1.1.02 Kas di Bendahara Pengeluaran APBD
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran APBD
Saldo kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
penerimaan kas dari APBD, serta lain-lain pendapatan yang sah seperti
jasa giro termasuk pajak yang belum disetor. Kas di Bendahara
Pengeluaran APBD dapat berupa uang tunai dan/atau rekening bank.
1.1.1.03 Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD
Saldo kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari
pemindahbukuan kas BLUD, serta lain-lain pendapatan yang sah
seperti jasa giro termasuk pajak yang belum disetor. Kas di Bendahara
Pengeluaran BLUD dapat berupa uang tunai dan/atau rekening bank.
1.1.1.04 Kas BLUD
1.1.1.04.01 Kas BLUD
Saldo kas yang dikuasai oleh dan berada dalam pengelolaan pejabat
keuangan BLUD (Kepala Bidang Keuangan, Perencanaan dan program)
yang berasal dari penerimaan fungsional jasa layanan kesehatan dan
non-kesehatan serta lain-lain pendapatan yang sah seperti jasa giro,
yang berada dalam rekening bank BLUD.
1.1.1.04.02 Deposito < 3 bulan
Bagian dari kas BLUD berupa deposito berjangka kurang dari 3 bulan
atau dalam bentuk setara kas lainnya.

1.1.2 INVESTASI JANGKA PENDEK


1.1.2.01 Deposito Berjangka
Saldo deposito berjangka yang akan direalisasikan menjadi kas dalam
waktu 3 bulan sampai dengan 12 bulan sejak tanggal neraca. Dirinci
per nama bank dan nomor rekening deposito.
37

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.1.2.02 Investasi dalam Saham
Saldo investasi dalam saham yang akan direalisasikan menjadi kas
dalam waktu maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca. Dirinci per
saham perusahaan.
1.1.2.03 Investasi dalam Obligasi
Saldo obligasi yang dimiliki yang akan direalisasikan menjadi kas
dalam waktu maksimal 12 bulan sejak tanggal neraca. Dirinci per
obligasi perusahaan.

1.1.3 PIUTANG USAHA


1.1.3.01 Piutang Jasa Layanan ……
Saldo tagihan BLUD kepada pihak ketiga atas pemberian jasa layanan
kesehatan. Contoh:
 Piutang Jasa Layanan – Pasien Umum
 Piutang Jasa Layanan – Pasien BPJS
 Piutang Jasa Layanan – Pasien Perusahaan
 Piutang Jasa Layanan – Pasien Jasa Asuransi Lainnya

1.1.4 PIUTANG LAIN-LAIN


1.1.4.01 Piutang Pegawai
Saldo tagihan kepada pegawai BLUD atas pemberian pinjaman.
1.1.4.02 Piutang Sewa
Saldo tagihan kepada pihak ketiga atas pemberian jasa penyewaan
aset milik BLUD. Piutang sewa dirinci menjadi:
 Piutang Sewa Tanah
 Piutang Sewa Peralatan dan Mesin
 Piutang Sewa Gedung dan Bangunan
 Piutang Sewa Jalan, Irigasi dan Jaringan
 Piutang Sewa Aset Tetap Lainnya
 Piutang Sewa Aset Lainnya
1.1.4.03 Piutang Kerjasama Operasional
Saldo tagihan kepada pihak ketiga atas pemanfaatan aset BLUD yang
dikerjasamakan. Bentuk kerjasama dituangkan secara tertulis antara
kedua belah pihak. Kerjasama operasional biasanya untuk jangka
waktu yang cukup lama.
1.1.4.04 Pendapatan yang Masih Harus Diterima
Saldo tagihan atau hak BLUD kepada pihak ketiga yang karena kondisi
tertentu sehingga belum diterima (piutang pendapatan).
1.1.4.05 Piutang Lainnya
Saldo tagihan atau hak BLUD kepada pihak ketiga yang tidak termasuk
kepada piutang di atas yang dapat berupa tagihan atas hasil investasi,
tagihan atas hasil penjualan investasi, tagihan atas penjualan aset
tetap, atau aset lainnya, tagihan atas hasil pemanfaatan aset BLUD
yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan), serta tagihan-tagihan
lainnya.
38

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.1.5 PERSEDIAAN
Saldo persediaan yang dimiliki BLUD per tanggal neraca berdasarkan
hasil inventarisasi fisik yang dituangkan dalam berita acara
penghitungan fisik.
Persediaan dapat berupa:
 Persediaan alat tulis kantor
 Persediaan obat/alat kesehatan/bahan kimia
 Persediaan bahan makanan pasien
 Persediaan lainnya

1.1.6 UANG MUKA


Saldo pembayaran uang muka kepada pelaksana kegiatan, pihak
ketiga/supplier per tanggal neraca, yaitu jumlah pembayaran uang
muka dikurangi dengan realisasi pertanggungjawaban sampai dengan
tanggal neraca. Dirinci berdasarkan jenis kegiatannya.

1.1.7 BIAYA DIBAYAR DI MUKA


Saldo biaya dibayar di muka per tanggal neraca yaitu jumlah
pembayaran biaya dibayar di muka dikurangi dengan realisasi
pembebanan tahun berjalan. Terdiri dari:
 Sewa dibayar di muka
 Premi asuransi dibayar di muka
 Lainnya

1.1.8 PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH


Saldo penyisihan per tanggal neraca, yaitu jumlah penyisihan piutang
jasa layanan yang diperkirakan tidak dapat ditagih sampai dengan
tanggal neraca. Penyisihan piutang tak tertagih dihitung setiap tahun
berdasarkan cluster dan umur piutang. Di neraca, saldo penyisihan
piutang tak tertagih mengurangi saldo piutang usaha.

1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG


1.2.1 INVESTASI NON-PERMANEN
Saldo investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara tidak berkelanjutan dan akan berakhir dalam jangka waktu
tertentu. Contoh: pemberian pinjaman kepada perusahaan
negara/daerah, investasi dalam Surat Utang Negara, dana bergulir,
penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi non-
permanen lainnya.
1.2.2 INVESTASI PERMANEN
Saldo investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan. Contoh: Investasi dalam saham, obligasi, dan
dalam bentuk penyertaan modal.

1.3 ASET TETAP


1.3.1 TANAH
Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai tanah
tersebut siap digunakan. Contoh: tanah yang digunakan untuk
bangunan rumah sakit.
39

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.3.2 PERALATAN DAN MESIN
Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Contoh: alat angkutan,
peralatan/perlengkapan kantor, alat-alat kedokteran, alat
laboratorium.Pengakuan sebagai peralatan dan mesin mengacu pada
pedoman kapitalisasi aset tetap.

1.3.3 GEDUNG DAN BANGUNAN


Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai gedung
dan bangunan tersebut siap digunakan. Contoh: bangunan rumah
sakit, gedung kantor BLUD. Pengakuan sebagai gedung dan bangunan
mengacu kepada pedoman kapitalisasi aset tetap.
Tidak termasuk kategori gedung dan bangunan adalah konstruksi
dalam pengerjaan. Contoh: bangunan rumah sakit atau gedung kantor
BLUD yang sampai dengan penyusunan laporan keuangan masih
dalam tahap pengerjaan.
1.3.4 JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap digunakan. Contoh: jalan, jembatan,
jaringan air, jaringan telepon. Pengakuan sebagai jalan, irigasi dan
jaringan mengacu kepada pedoman kapitalisasi aset tetap

1.3.5 ASET TETAP LAINNYA


Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan, sampai aset
tetap lainnya tersebut siap digunakan. Aset tetap lainnya dapat berupa
buku dan kepustakaan, barang bercorak kesenian, kebudayaan.
Contoh: buku-buku kedokteran, lukisan/foto, alat kesenian. Pengakuan
sebagai aset tetap lainnya mengacu kepada pedoman kapitalisasi aset
tetap.

1.3.6 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN


Saldo biaya perolehan termasuk biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung atau dikapitalisasi ke biaya perolehan. Konstruksi
dalam pengerjaan menunjukkan bahwa pada tanggal neraca
pembangunan suatu aset tetap tersebut masih dalam pengerjaan.

1.3.7 AKUMULASI PENYUSUTAN ASET TETAP


Saldo akumulasi penyusutan aset tetap sampai dengan tanggal neraca.
Akumulasi penyusutan dihitung berdasarkan penyusutan tahunan
sesuai tarif penyusutan yang telah ditetapkan. Disajikan di neraca
sebagai pengurang atau contra post aset tetap. Dalam akumulasi
penyusutan tidak termasuk penyusutan untuk konstruksi dalam
pengerjaan.
40

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
1.4 ASET LAINNYA
1.4.1 ASET TAK BERWUJUD
Saldo biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh aset tersebut. Contoh aset tak berwujud adalah
software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten,
dan hak lainnya, hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat
jangka panjang

1.4.2 ASET KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA


Saldo biaya perolehan yang nilainya disesuaikan dengan pola
kerjasamanya apakah BOT atau BTO. Untuk detilnya lihat Bagian I
Kebijakan Akuntansi.

1.4.3 ASET TETAP NON-PRODUKTIF


Saldo biaya perolehan masing-masing aset yang bersangkutan. Untuk
pencatatan di neraca, disajikan nilai buku aset yang bersangkutan
(yaitu hasil pengurangan nilai perolehan dengan akumulasi
penyusutannya). Apabila tidak ada nilai perolehan atau nilai buku
dapat digunakan estimasi nilai wajar.

1.4.4 ASET LAIN-LAIN


Saldo biaya perolehan aset yang bersangkutan.

1.4.5 AKUMULASI AMORTISASI ASET TAK BERWUJUD


Saldo akumulasi amortisasi aset tak berwujud sampai dengan tanggal
neraca. Akumulasi amortisasi dihitung berdasarkan amortisasi tahunan
sesuai tarif amortisasi yang telah ditetapkan. Disajikan di neraca
sebagai pengurang atau contra post aset tak berwujud.

1.4.6 AKUMULASI PENYUSUTAN ASET KEMITRAAN DENGAN PIHAK


KETIGA
Saldo akumulasi penyusutan aset kemitraan dengan pihak ketiga
sampai dengan tanggal neraca. Akumulasi penyusutan dihitung
berdasarkan penyusutan tahunan sesuai tarif penyusutan yang telah
ditetapkan. Disajikan di neraca sebagai pengurang atau contra post
aset kemitraan dengan pihak ketiga.

1.4.7 AKUMULASI PENYUSUTAN ASET TETAP NON-PRODUKTIF


Saldo akumulasi penyusutan aset tetap non-produktif sampai dengan
tanggal neraca. Akumulasi penyusutan dihitung berdasarkan
penyusutan tahunan sesuai tarif penyusutan yang telah ditetapkan.
Disajikan di neraca sebagai pengurang atau contra post aset tetap non-
produktif.

2 KEWAJIBAN
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1 UTANG USAHA
Saldo utang per tanggal neraca yang timbul karena kegiatan
operasional BLUD. Contoh utang usaha antara lain utang kepada pihak
ketiga atas pembelian barang/jasa yang telah diterima
barang/jasanya; atau utang penerimaan pinjaman jangka pendek dari
lembaga keuangan untuk mendanai kegiatan operasional BLUD.
41

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
2.1.2 UTANG PAJAK
Saldo utang pajak baik yang menjadi kewajiban BLUD atas pengadaan
barang dan jasa atau berupa pungutan/potongan pajak atas
pembayaran pengadaan langsung barang/jasa atau honor/sejenisnya.
Utang pajak yang belum disetorkan berada dalam penguasaan
bendahara pengeluaran.

2.1.3 PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA


Saldo kas yang ada pada bendahara penerimaan/Kas BLUD yang
diterima dari pihak ketiga sebagai pembayaran jasa layanan tetapi
BLUD belum memberikan jasa layanan tersebut sampai dengan
tanggal neraca.

2.1.4 UANG PERSEDIAAN


Saldo kas yang ada pada bendahara pengeluaran yang berasal dari
transfer dana APBD/N yang pada tanggal neraca belum di-SPJ-kan
secara definitif dan/atau belum disetorkan ke kas daerah/negara.

2.1.5 BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR


Saldo biaya yang sudah menjadi beban BLUD karena BLUD telah
menerima manfaat ekonomis, namun sampai dengan tanggal neraca
biaya tersebut belum dibayar. Contoh: biaya listrik, telepon, air bulan
Desember yang harus dibayar pada bulan Januari tahun berikutnya.

2.1.6 TITIPAN PIHAK KETIGA


Saldo kas yang ada pada bendahara yang merupakan titipan dari
pihak ketiga.

2.1.7 BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG


Saldo utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus dibayar
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal neraca. Dalam jumlah ini
termasuk bagian lancar tahun-tahun sebelumnya yang sampai dengan
tanggal neraca belum dibayar.

2.1.8 UTANG BUNGA PINJAMAN


Saldo utang bunga pinjaman yang berasal dari utang BLUD baik yang
berasal dari pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang, baik
pinjaman dalam negeri maupun luar negeri yang sampai tanggal neraca
belum dibayar.

2.1.9 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK LAINNYA


Saldo utang jangka pendek lainnya yang akan jatuh tempo dalam 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Utang tersebut tidak dapat
dikelompokkan dalam uraian utang sebelumnya.

2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


2.2.1 UTANG DALAM NEGERI
Saldo utang jangka panjang yang diperoleh dari bank atau lembaga
keuangan non-bank dalam negeri dan Kementerian yang sampai
tanggal neraca belum dibayar. Pemanfaatan utang jangka panjang
hanya digunakan untuk pengeluaran investasi/modal.
42

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
2.2.2 UTANG LUAR NEGERI
Saldo utang jangka panjang yang diperoleh dari bank luar negeri atau
lembaga keuangan bukan bank luar negeri yang sampai tanggal neraca
belum dibayar. Pemanfaatan utang jangka panjang hanya digunakan
untuk pengeluaran investasi/modal.

2.2.3 PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN


Saldo penerimaan pendapatan oleh BLUD tetapi belum menjadi hak
atau belum diakui sebagai pendapatan. Contoh transaksi seperti ini
adalah penerimaan aset kemitraan yang dibangun dengan dana dari
investor di mana aset tersebut tidak memiliki kepastian yang cukup
tentang manfaat ekonominya.

3 EKUITAS
3.1 EKUITAS

3.1.1 EKUITAS
Kekayaan bersih BLUD yang merupakan selisih antara Aset dan
Kewajiban pada tanggal pelaporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas
Awal ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit-LO dan perubahan
lainnya seperti koreksi nilai persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap,
dan lain-lain.

3.1.2 EKUITAS SAL


Digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih.

4 PENDAPATAN
4.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN
4.1.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
4.1.1.01 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien umum.

4.1.1.02 Pendapatan Jasa Layanan – xxx


Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien PNS atas jaminan
BPJS.

4.1.1.03 Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Perusahaan


Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien dari perusahaan-
perusahaan yang melakukan kerjasama dengan BLUD . .

4.1.1.04 Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Jasa Asuransi Lainnya


Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien dari jasa
asuransi lainnya yang melakukan kerjasama dengan BLUD .
43

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.1.2 PENYESUAIAN PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
4.1.2.01 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Umum
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada pasien umum dengan yang diterima.

4.1.2.02 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien BPJS


Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada BPJS (pasien PNS) dengan yang diterima.

4.1.2.03 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Perusahaan


Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada perusahaan-perusahaan (yang melakukan kerjasama dengan
BLUD) dengan yang diterima.

4.1.2.04 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Jasa Asuransi


Lainnya
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada jasa asuransi lainnya (yang melakukan kerjasama dengan
BLUD ) dengan yang diterima.

4.2 PENDAPATAN HIBAH


4.2.1 HIBAH TIDAK TERIKAT
4.2.1.01 Hibah Tidak Terikat
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. Jumlah hibah ini adalah
pendapatan hibah yang berbentuk kas/setara kas.

4.2.2 HIBAH TERIKAT TEMPORER


4.2.2.01 Hibah Terikat Temporer
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
dan/atau jangka waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau
jangka waktu tertentu. Jumlah hibah ini adalah pendapatan hibah yang
berbentuk kas/setara kas.

4.2.3 HIBAH TERIKAT PERMANEN


4.2.3.01 Hibah Terikat Permanen
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu. Jumlah hibah ini
adalah pendapatan hibah yang berbentuk kas/setara kas.
44

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.3 HASIL KERJASAMA DENGAN PIHAK LAIN
4.3.1 HASIL KERJASAMA OPERASIONAL
4.3.1.01 Hasil Kerjasama Operasional
Jumlah pendapatan dari kerjasama operasional pemanfaatan
kekayaan BLUD, seperti BOT atau BTO. Pendapatan dari pemanfaatan
kekayaan BLUD yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak
termasuk dalam pengertian ini.

4.3.2 PENDAPATAN SEWA


4.3.2.01 Pendapatan Sewa Aset yang Dikerjasamakan
Jumlah pendapatan dari kerjasama pemanfaatan kekayaan BLUD
berupa sewa-menyewa. Pendapatan dari pemanfaatan kekayaan BLUD
yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak termasuk dalam
pengertian ini.

4.3.3 PENDAPATAN KERJASAMA LAINNYA


4.3.3.01 Pendapatan Kerjasama Lainnya
Jumlah pendapatan dari kerjasama pemanfaatan kekayaan BLUD
lainnya. Pendapatan dari pemanfaatan kekayaan BLUD yang dikelola
sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak termasuk dalam pengertian ini.

4.4 PENDAPATAN APBD


4.4.1 PENDAPATAN DARI APBD KABUPATEN GARUT
4.4.1.01 Pendapatan dari APBD untuk Belanja Tidak Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk
membiayai belanja tidak langsung (belanja pegawai/PNS BLUD).
Jumlah yang tercantum dalam rekening ini adalah sebesar akumulasi
dari yang tercantum dalam SP2D-LS tersebut.
4.4.1.02 Pendapatan dari APBD untuk Belanja Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk
membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

4.4.2 PENDAPATAN DARI APBD PROVINSI JAWA BARAT


4.4.2.01 Pendapatan dari APBD Provinsi untuk Belanja Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Provinsi untuk
membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

4.4.3 PENDAPATAN DARI APBD LAINNYA


4.4.3.01 Pendapatan dari APBD Lainnya
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Lainnya (jika ada).
Perlakuan pencatatannya sama dengan uraian sebelumnya.
45

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.5 PENDAPATAN APBN
4.5.1 PENDAPATAN DARI APBN – DANA DEKONSENTRASI
4.5.1.01 Pendapatan dari APBN – Dana Dekonsentrasi
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBN (dana dekonsentrasi)
untuk membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

4.5.2 PENDAPATAN DARI APBN – TUGAS PEMBANTUAN


4.5.2.01 Pendapatan dari APBN – Tugas Pembantuan
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBN (tugas pembantuan)
untuk membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

4.5.3 PENDAPATAN DARI APBN – LAINNYA


4.5.3.01 Pendapatan dari APBN – Lainnya

4.6 LAIN-LAIN PENDAPATAN BLUD YANG SAH


4.6.1 HASIL PENJUALAN KEKAYAAN YANG TIDAK DIPISAHKAN
4.6.1.01 Hasil Penjualan Kekayaan BLUD
Jumlah pendapatan dari hasil penjualan kekayaan BLUD seperti tanah,
peralatan dan mesin, dan lainnya. Jumlah yang dicatat adalah selisih
(keuntungan) yaitu selisih antara nilai buku aset dengan nilai jualnya.

4.6.2 HASIL PEMANFAATAN KEKAYAAN


4.6.2.01 Hasil Pemanfaatan Kekayaan BLUD – yang Dikelola Sendiri
Jumlah pendapatan dari hasil pemanfaatan kekayaan BLUD yang
dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan).

4.6.3 JASA GIRO


4.6.3.01 Jasa Giro Rekening Bendahara Penerimaan
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank bendahara
penerimaan. Dalam jumlah ini tidak termasuk jasa giro dana
jamkesmas yang harus disetorkan ke kas negara.
4.6.3.02 Jasa Giro Rekening Bendahara Pengeluaran
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank bendahara
pengeluaran. Dalam jumlah ini tidak termasuk jasa giro dana
APBD/APBN yang harus disetorkan ke kas daerah/kas negara.
4.6.3.03 Jasa Giro Rekening BLUD
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank BLUD.

4.6.4 PENDAPATAN BUNGA


4.6.4.01 Pendapatan Bunga Setara Kas
Jumlah pendapatan bunga setara kas seperti bunga deposito.
4.6.4.02 Pendapatan Bunga dari Pemberian Pinjaman
Jumlah pendapatan berupa bunga dari pemberian pinjaman.
46

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
4.6.5 HASIL INVESTASI
4.6.5.01 Hasil Investasi Jangka Pendek
Jumlah pendapatan dari hasil investasi jangka pendek seperti
pendapatan dividen, bunga obligasi, bunga deposito. Pengertian jangka
pendek yaitu antara 3 sampai dengan 12 bulan.

4.6.5.02 Hasil Investasi Jangka Panjang


Jumlah pendapatan dari hasil investasi jangka panjang seperti
pendapatan dividen, bunga obligasi, bunga deposito. Pengertian jangka
panjang yaitu lebih dari 12 bulan.

4.6.6 LAIN-LAIN PENDAPATAN BLUD YANG SAH LAINNYA


4.6.6.01 Lain-lain pendapatan BLUD yang Sah Lainnya
Jumlah pendapatan yang tidak termasuk lain-lain pendapatan di atas.

5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI
5.1.1 Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai baik
kepada Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan.
5.1.2 Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai, untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak
ketiga termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non
pegawai, pemberian hadiah uang atas kegiatan tertentu terkait suatu
prestasi dan belanja perjalanan.
5.1.3 Belanja Bunga
Belanja Bunga digunakan untuk alokasi pengeluaran BLUD untuk
pembayaran pokok utang (principal outstanding) termasuk belanja
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah yang
diterima BLUD seperti biaya commitment fee dan biaya denda.
Belanja Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan
Bunga Utang Obligasi.
5.1.4 Belanja Lain-lain
Belanja Lain-lain merupakan pengeluaran BLUD untuk pembayaran
atas kewajiban BLUD yang tidak termasuk dalam kategori belanja
pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Bunga serta bersifat mendesak
yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Belanja Lain-lain
dipergunakan antara lain Belanja Lain-lain Dana Cadangan dan Risko
Fiskal, Belanja Lain-lain tanggap darurat dan Belanja Lainnya yang
termasuk dalam kategori tersebut.
5.2 Belanja Modal
5.2.1 Belanja Tanah
Belanja Modal Pengadaan Tanah digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan tanah yang akan digunakan dalam kegiatan BLUD
(menjadi aset tetap).
47

KODE
NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING
REKENING
5.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin digunakan untuk
alokasi belanja pengadaan peralatan dan mesin yang akan digunakan
dalam kegiatan operasional BLUD (menjadi aset tetap).
5.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan gedung dan bangunan yang akan digunakan dalam
kegiatan pemerintah operasional BLUD (menjadi aset tetap).
5.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan digunakan untuk alokasi
belanja pengadaan jalan, irigasi dan jaringan yang akan digunakan
dalam kegiatan BLUD (menjadi aset tetap)
5.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya digunakan untuk alokasi belanja
pengadaan yang nantinya akan menghasilkan Aset Tetap Lainnya yang
akan digunakan dalam kegiatan operasional BLUD.

6 Pembiayaan
Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya.
6.1 Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan meliputi sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, divestasi dan penerimaan
utang/pinjaman.
6.2 Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan meliputi investasi dan pembayaran pokok
utang/pinjaman.

Kode rekening rinci sampai dengan rincian objek dapat dilihat pada lampiran.
Untuk kebutuhan penyajian Laporan Operasional berdasarkan PSAP 13 dibuatkan
daftar kode rekening Pendapatan-LO dan Beban yang sudah diharmonisasikan
dengan rekening Pendapatan dan Belanja di RBA. Secara struktur dapat dilihat
pada tabel berikut:

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

8 PENDAPATAN
8.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN
8.1.1 PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN
8.1.1.01 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien umum.
8.1.1.02 Pendapatan Jasa Layanan – xxx
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien PNS atas jaminan
BPJS.
48

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

8.1.1.03 Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Perusahaan


Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien dari perusahaan-
perusahaan yang melakukan kerjasama dengan BLUD.
8.1.1.04 Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Jasa Asuransi Lainnya
Jumlah pendapatan yang bersumber dari jasa layanan kesehatan pada
seluruh instalasi BLUD yang diberikan kepada pasien dari jasa
asuransi lainnya yang melakukan kerjasama dengan BLUD .

8.1.2 PENYESUAIAN PENDAPATAN JASA LAYANAN KESEHATAN


8.1.2.01 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Umum
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada pasien umum dengan yang diterima.
8.1.2.02 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien BPJS
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada BPJS (pasien PNS) dengan yang diterima.
8.1.2.03 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Perusahaan
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada perusahaan-perusahaan (yang melakukan kerjasama dengan
BLUD ) dengan yang diterima.
8.1.2.04 Penyesuaian Pendapatan Jasa Layanan – Pasien Jasa Asuransi
Lainnya
Jumlah kekurangan atau kelebihan kas yang diterima dari pendapatan
jasa layanan sebagai akibat dari perbedaan jumlah yang ditagihkan
kepada jasa asuransi lainnya (yang melakukan kerjasama dengan
BLUD ) dengan yang diterima.

8.2 PENDAPATAN HIBAH


8.2.1 HIBAH TIDAK TERIKAT
8.2.1.01 Hibah Tidak Terikat
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. Jumlah hibah ini adalah
pendapatan hibah yang berbentuk kas/setara kas.

8.2.2 HIBAH TERIKAT TEMPORER


8.2.2.01 Hibah Terikat Temporer
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
dan/atau jangka waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau
jangka waktu tertentu. Jumlah hibah ini adalah pendapatan hibah yang
berbentuk kas/setara kas.
49

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

8.2.3 HIBAH TERIKAT PERMANEN


8.2.3.01 Hibah Terikat Permanen
Jumlah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau lembaga baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang penggunaannya
dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu. Jumlah hibah ini
adalah pendapatan hibah yang berbentuk kas/setara kas.

8.3 HASIL KERJASAMA DENGAN PIHAK LAIN


8.3.1 HASIL KERJASAMA OPERASIONAL
8.3.1.01 Hasil Kerjasama Operasional
Jumlah pendapatan dari kerjasama operasional pemanfaatan
kekayaan BLUD, seperti BOT atau BTO. Pendapatan dari pemanfaatan
kekayaan BLUD yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak
termasuk dalam pengertian ini.

8.3.2 PENDAPATAN SEWA


8.3.2.01 Pendapatan Sewa Aset yang Dikerjasamakan
Jumlah pendapatan dari kerjasama pemanfaatan kekayaan BLUD
berupa sewa-menyewa. Pendapatan dari pemanfaatan kekayaan BLUD
yang dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak termasuk dalam
pengertian ini.

8.3.3 PENDAPATAN KERJASAMA LAINNYA


8.3.3.01 Pendapatan Kerjasama Lainnya
Jumlah pendapatan dari kerjasama pemanfaatan kekayaan BLUD
lainnya. Pendapatan dari pemanfaatan kekayaan BLUD yang dikelola
sendiri (tidak dikerjasamakan) tidak termasuk dalam pengertian ini.

8.4 PENDAPATAN APBD


8.4.1 PENDAPATAN DARI APBD KABUPATEN
8.4.1.01 Pendapatan dari APBD untuk Belanja Tidak Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk
membiayai belanja tidak langsung (belanja pegawai/PNS BLUD).
Jumlah yang tercantum dalam rekening ini adalah sebesar akumulasi
dari yang tercantum dalam SP2D-LS tersebut.
8.4.1.02 Pendapatan dari APBD untuk Belanja Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk
membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh
SP2D-GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

8.4.2 PENDAPATAN DARI APBD PROVINSI JAWA BARAT


8.4.2.01 Pendapatan dari APBD Provinsi untuk Belanja Langsung
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Provinsi untuk
membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.
50

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

8.4.3 PENDAPATAN DARI APBD LAINNYA


8.4.3.01 Pendapatan dari APBD Lainnya
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBD Lainnya (jika ada).
Perlakuan pencatatannya sama dengan uraian sebelumnya.

8.5 PENDAPATAN APBN


8.5.1 PENDAPATAN DARI APBN – DANA DEKONSENTRASI
8.5.1.01 Pendapatan dari APBN – Dana Dekonsentrasi
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBN (dana dekonsentrasi)
untuk membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

8.5.2 PENDAPATAN DARI APBN – TUGAS PEMBANTUAN


8.5.2.01 Pendapatan dari APBN – Tugas Pembantuan
Jumlah pendapatan yang bersumber dari APBN (tugas pembantuan)
untuk membiayai belanja langsung (kegiatan-kegiatan). Jumlah yang
tercantum dalam rekening ini adalah sebesar seluruh SP2D-
GU/LS/Pengesahan yang merupakan SPJ/pengesahan.

8.5.3 PENDAPATAN DARI APBN – LAINNYA


8.5.3.01 Pendapatan dari APBN – Lainnya

8.6 LAIN-LAIN PENDAPATAN BLUD YANG SAH


8.6.1 HASIL PENJUALAN KEKAYAAN YANG TIDAK DIPISAHKAN
8.6.1.01 Hasil Penjualan Kekayaan BLUD
Jumlah pendapatan dari hasil penjualan kekayaan BLUD seperti tanah,
peralatan dan mesin, dan lainnya. Jumlah yang dicatat adalah selisih
(keuntungan) yaitu selisih antara nilai buku aset dengan nilai jualnya.

8.6.2 HASIL PEMANFAATAN KEKAYAAN


8.6.2.01 Hasil Pemanfaatan Kekayaan BLUD – yang Dikelola Sendiri
Jumlah pendapatan dari hasil pemanfaatan kekayaan BLUD yang
dikelola sendiri (tidak dikerjasamakan).

8.6.3 JASA GIRO


8.6.3.01 Jasa Giro Rekening Bendahara Penerimaan
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank bendahara
penerimaan. Dalam jumlah ini tidak termasuk jasa giro dana
jamkesmas yang harus disetorkan ke kas negara.
8.6.3.02 Jasa Giro Rekening Bendahara Pengeluaran
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank bendahara
pengeluaran. Dalam jumlah ini tidak termasuk jasa giro dana
APBD/APBN yang harus disetorkan ke kas daerah/kas negara.
8.6.3.03 Jasa Giro Rekening BLUD
Jumlah pendapatan dari jasa giro rekening bank BLUD.
51

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

8.6.4 PENDAPATAN BUNGA


8.6.4.01 Pendapatan Bunga Setara Kas
Jumlah pendapatan bunga setara kas seperti bunga deposito.
8.6.4.02 Pendapatan Bunga dari Pemberian Pinjaman
Jumlah pendapatan berupa bunga dari pemberian pinjaman.

8.6.5 HASIL INVESTASI


8.6.5.01 Hasil Investasi Jangka Pendek
Jumlah pendapatan dari hasil investasi jangka pendek seperti
pendapatan dividen, bunga obligasi, bunga deposito. Pengertian jangka
pendek yaitu antara 3 sampai dengan 12 bulan.

8.6.5.02 Hasil Investasi Jangka Panjang


Jumlah pendapatan dari hasil investasi jangka panjang seperti
pendapatan dividen, bunga obligasi, bunga deposito. Pengertian jangka
panjang yaitu lebih dari 12 bulan.

8.6.6 LAIN-LAIN PENDAPATAN BLUD YANG SAH LAINNYA


8.6.6.01 Lain-lain pendapatan BLUD yang Sah Lainnya
Jumlah pendapatan yang tidak termasuk lain-lain pendapatan di atas.

9 BEBAN
9.1 BEBAN OPERASIONAL
9.1.1 Beban Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
9.1.2 Beban Persediaan
9.1.3 Beban Jasa
Beban Jasa digunakan untuk alokasi beban jasa yang terkait baik
dengan kebutuhan operasional kantor dan kegiatan pelayanan utama
dari BLUD.
9.1.4 Beban Pemeliharaan
Beban Pemeliharaan digunakan untuk alokasi beban pemeliharaan Aset
Tetap atau Aset Lainnya seperti pemeliharaan gedung dan bangunan,
pemeliharaan peralatan dan mesin, pemeliharaan jalan, irigasi dan
jaringan, pemeliharaan Aset Tetap Lainnya, pemeliharaan Aset lainnya
sehingga Aset tersebut dapat berada dalam kondisi normalnya.
9.1.5 Beban Langganan Daya dan Jasa
(konfirmasi apakah berdiri sendiri atau gabung ke Beban Jasa).
9.1.6 Beban Perjalanan Dinas
Beban Perjalanan Dinas digunakan untuk alokasi beban perjalanan
dinas dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional maupun yang
berhubungan dengan tusi utama.
52

KODE NAMA REKENING & PENJELASAN REKENING


REKENING (ILUSTRASI PADA BLUD RUMAH SAKIT)

9.1.7 Beban Bunga


Akun Beban Bunga digunakan untuk alokasi pengeluaran BLUD untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah yang
diterima seperti biaya commitment fee dan biaya denda. Beban Bunga
mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan Bunga Utang
Obligasi.
9.1.8 Beban Penyusutan Dan Amortisasi Aset
Digunakan untuk mencatat penyusutan akan aset tetap dan amortisasi
aset tidak berwujud.
9.1.9 Beban Penyisihan Piutang
Digunakan untuk mencatat beban cadangan yang harus dibentuk
sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan
piutang.
9.1.10 Beban Lain-Lain
Jumlah beban umum dan administrasi lainnya yang tidak berkaitan
langsung dengan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh BLUD.
Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang.

9.2 BEBAN NON-OPERASIONAL


9.2.1 Surplus/Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Jumlah kerugian penjualan aset tetap berupa selisih nilai buku dengan
nilai jualnya.
9.2.2 (Kerugian) Penurunan Nilai Aset
Jumlah kerugian penurunan nilai aset seperti adanya revaluasi aset
tetap, kerugian selisih kurs.

9.3 POS LUAR BIASA


9.3.1 Pendapatan Luar Biasa
Pendapatan Luar Biasa digunakan untuk mencatat pendapatan yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak sering atau rutin terjadi, dan berada diluar kendali atau
pengaruh entitas.
9.3.2 Beban Luar Biasa
Digunakan untuk mencatat kejadian luar biasa, yakni kejadian yang:
(1) tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran; (2) tidak
diharapkan terjadi berulang-ulang; (3) kejadian diluar kendali entitas.
53

BAB XI
PROSEDUR AKUNTANSI

Sistem akuntansi BLUD adalah suatu rangkaian prosedur yang saling berhubungan
yang disusun dengan skema yang menyeluruh, baik yang manual maupun yang
terkomputerisasi, mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan penyajian laporan keuangan BLUD. Sistem akuntansi juga
merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian
rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen
guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Prosedur akuntansi merupakan rangkaian urutan pekerjaan yang digunakan untuk
menganalisis, mencatat, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan informasi akuntansi
untuk disajikan di laporan keuangan BLUD.
Prosedur Akuntansi yang diuraikan pada pedoman ini meliputi:
1. Prosedur Akuntansi Kas dan Setara Kas
Prosedur Akuntansi Kas dan Setara Kas adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan Kas
dan Setara Kas. Prosedur Pencatatan Kas dan Setara Kas terdiri dari Prosedur
Penerimaan Kas dan Setara Kas dan Prosedur Pengeluaran Kas dan Setara
Kas.
2. Prosedur Akuntansi Piutang
Prosedur Akuntansi Piutang adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
Piutang.
3. Prosedur Akuntansi Persediaan
Prosedur Akuntansi Persediaan adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
Persediaan.
4. Prosedur Akuntansi Aset Tetap
Prosedur Akuntansi Aset Tetap adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan Aset
Tetap.
5. Prosedur Akuntansi Kewajiban
Prosedur Akuntansi Kewajiban adalah serangkaian urutan kegiatan
pembukuan/pencatatan informasi akuntansi yang berhubungan dengan
kewajiban/utang.
54

BAB XII
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

Prosedur akuntansi kas dan setara kasmeliputi serangkaian proses baik manual
ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi
dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas/setara kas pada BLUD.
A. PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DAN SETARA KAS
1. Definisi
Prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas meliputi serangkaian
proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang
berkaitan dengan penerimaan kas dan setara kas pada BLUD.
2. Sumber Penerimaan Kas
Penerimaan kas BLUD bersumber dari:
a. Penerimaan kas dari jasa layanan kesehatan berupa imbalan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat antara
lain layanan poliklinik/rawat jalan, layanan rawat inap, layanan
farmasi, layanan IGD dll.
b. Penerimaan kas dari hibah.
c. Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain yaitu antara
lain berupa perolehan kerjasama operasional, sewa menyewa dan dari
usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
d. Penerimaan kas APBD yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah (DPA) bukan dari kegiatan
pembiayaan APBD.
e. Penerimaan kas APBN yaitu berupa pendapatan yang berasal dari
pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan dan lain-lain, yang proses pengelolaan keuangannya
diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku
dalam pelaksanaan APBN.
f. Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah yaitu dari
penerimaan hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan, hasil
pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan bunga, komisi dll.
3. Fungsi Terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara
kas pada BLUD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian
Keuangan.
Untuk prosedur penerimaan kas yang sumber dananya berasal dari APBN
dan APBD, dilaksanakan oleh bendahara pengeluaran pada Sub Bagian
Keuangan yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada penyelenggaraan APBN/APBD.
4. Dokumen yang Digunakan
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan
pada prosedur akuntansi penerimaan kas dan setara kas pada BLUD,
terdiri dari:
a. Tagihan dan bukti pembayaran.
55

b. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang


diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum
Daerah/Bendahara Umum Negara untuk mencairkan uang pada bank
yang telah ditunjuk.
c. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan kas BLUD.
d. Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening bank BLUD.
e. Buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan
kas.
f. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke
dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, biaya/beban.
g. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening
yang dianggap perlu.
5. Uraian Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Prosedur akuntansi penerimaan kas yaitu:
a. Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti transaksi penerimaan
kas mencatat ke dalam Buku Jurnal, disertai uraian rekening lawan
asal penerimaan kas dimaksud.
b. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain bukti transfer,
Nota Kredit Bank dan bukti penerimaan lainnya.
c. Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan
posting ke dalam buku besar.
d. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD BLUD dapat
membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan
kontrol buku besar.
e. Pencatatan ke dalam buku jurnal, buku besar dan buku besar
pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku.

B. PROSEDUR AKUNTANSI PENGELUARAN KAS DAN SETARA KAS


1. Definisi
Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada BLUD meliputi serangkaian
proses baik manual ataupun terkomputerisasi mulaipencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang
berkaitan dengan pengeluaran kas pada BLUD.
2. Jenis Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas BLUD berdasarkan jenis atau tujuannya antara lain
sebagai berikut:
a. Pengeluaran kas untuk pemberian uang muka;
56

b. Pengeluaran kas untuk investasi;


c. Pengeluaran kas untuk belanja operasi dan non operasi; 1l

d. Pengeluaran kas untuk pembayaran/pelunasan utang;


e. Pengeluaran kas untuk sumbangan/hibah dll.
3. Fungsi Terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada BLUD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Sub Bagian Keuangan.
4. Dokumen yang Digunakan
Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan
pada prosedur akuntansi pengeluaran kas dan setara kas pada BLUD,
terdiri dari:
a. Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan dokumen
sebagai tanda bukti pembayaran.
b. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum
Daerah/Bendahara Umum Negara sebagai Surat Pertanggung-jawaban
(SPJ) pengeluaran kas.
c. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran kas BLUD.
d. Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening bank BLUD.
e. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran
kas.
f. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke dalam
buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, biaya/beban.
g. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening
yang dianggap perlu.
5. Uraian Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Prosedur akuntansi pengeluaran kas yaitu:
a. Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran
kas mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas, disertai uraian
rekening lawan asal pengeluaran kas dimaksud.
b. Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain bukti transfer,
Nota Debet Bank dan bukti pengeluaran lainnya.
c. Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan
posting ke dalam buku besar.
d. Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku
besar.
e. Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan
buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku.
57

BAB XIII
AKUNTANSI PIUTANG

A. DEFINISI
Piutang merupakan tagihan yang timbul karena adanya transaksi dengan
pihak lain dalam rangka pemberian pelayanan oleh BLUD kepada masyarakat
baik melalui perorangan maupun perusahaan.
Piutang BLUD dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu:
1 Piutang usaha, piutang yang terjadi karena adanya pelayanan baik berupa
barang maupun jasa dalam kegiatan normal BLUD.
2 Piutang lain-lain, piutang yang timbul selain karena pelayanan dalam
kegiatan normal BLUD.
Prosedur akuntansi piutang pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan piutang pada BLUD.

B. FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi piutang pada BLUD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada Subbagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada
prosedur akuntansi piutang pada BLUD, terdiri dari:
1 Tagihan/perhitungan biaya pelayanan kepada masyarakat.
2 Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening bank BLUD.
3 Buku jurnal piutang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan semua
transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan piutang.
4 Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal umum ke dalam buku besar
untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, biaya.
5 Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG


Prosedur akuntansi piutang yaitu:
1 Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti transaksi piutang
mencatat ke dalam jurnal umum (piutang), disertai uraian rekening lawan
asal piutang dimaksud.
2 Bukti piutang mencakup antara lain kuitansi tagihan jasa layanan.
3 Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan
posting ke dalam buku besar.
58

4 Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5 Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku.
59

BAB XIV
AKUNTANSI PERSEDIAAN

A. DEFINISI
Persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh BLUD dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Barang-barang yang dapat dimasukkan dalam persediaan adalah barang-
barang yang secara hukum hak pemilikannya berada pada BLUD yaitu seperti
obat, bahan/alat kesehatan habis pakai, alat tulis kantor dll.
Prosedur akuntansi persediaan pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan persediaan pada BLUD.

B. FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi persediaan pada BLUD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Subbagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada
prosedur akuntansi persediaan pada BLUD, terdiri dari:
1 Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan dokumen sebagai
tanda bukti pembelian barang persediaan.
2 Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan (SP2BP)
merupakan dokumen yang diterbitkan oleh Bendahara Umum
Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah/Bendahara Umum Negara
sebagai Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran kas.
3 Berita acara pemeriksaan fisik persediaan.
4 Buku jurnal umum (persediaan) merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan persediaan.
5 Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian yang berkaitan dengan persediaan ke dalam buku
besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
biaya.
6 Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI PERSEDIAAN


Prosedur akuntansi persediaan yaitu:
1 Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti berkaitan dengan
persediaan mencatat ke dalam jurnal pengeluaran kas, disertai uraian
rekening lawan pos persediaan dimaksud.
2 Bukti transaksi pengeluaran kas mencakup antara lain bukti transfer, Nota
Debet Bank dan bukti pengeluaran lainnya.
60

3 Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan


posting ke dalam buku besar.
4 Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5 Pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD BLUD
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku.
61

BAB XV
AKUNTANSI ASET TETAP

A. DEFINISI
Aset tetap adalah aset tetap berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan di bangun lebih dulu, dimaksudkan untuk digunakan dalam
operasi BLUD, tidak untuk di jual kembali dalam rangka operasi normal BLUD
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan aset tetap pada BLUD.

B. FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Subbagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada
prosedur akuntansi aset tetap pada BLUD, terdiri dari:
1 Kontrak/Surat Perjanjian Kerja (SPK) pengadaan atau pembelian aset tetap
dan Berita Acara Serah Terima (BAST)
2 Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan dokumen sebagai
tanda bukti pembelian aset tetap.
3 Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan (SP2BP)
merupakan dokumen yang diterbitkan oleh Bendahara Umum
Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah/Bendahara Umum Negara
sebagai Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran kas yang berkaitan
dengan aset tetap.
4 Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
kas BLUD untuk pembayaran aset tetap.
5 Buku jurnal umum aset tetap merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan aaset tetap.
6 Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian aset tetap ke dalam buku besar untuk setiap
rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, biaya.
7 Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI ASET TETAP


Prosedur akuntansi aset tetap yaitu:
1 Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti transaksi
pengadaan/pembelian/kepemilikan aset tetap mencatat ke dalam jurnal
umum, disertai uraian rekening lawan asal aset tetap dimaksud.
62

2 Bukti pengadaan/pembelian/kepemilikan aset tetap mencakup antara lain


bukti transferdan bukti pengeluaran lainnya.
3 Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan
posting ke dalam buku besar.
4 Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5 Pencatatan ke dalam buku jurnal umum (aset tetap), buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku.
63

BAB XVI
AKUNTANSI KEWAJIBAN (UTANG)

A. DEFINISI
Utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu,
yaitu utang lancar harus dipenuhi dalam jangka waktu satu tahun, dan utang
jangka panjang yang pemenuhannya lebih dari satu tahun.
Prosedur akuntansi utang pada BLUD meliputi serangkaian proses baik
manual ataupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan BLUD yang berkaitan dengan
pengelolaan utang pada BLUD.

B. FUNGSI YANG TERKAIT


Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi utang pada BLUD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada Subbagian Keuangan.

C. DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang digunakan pada
prosedur akuntansi utang pada BLUD, terdiri dari:
1. Kuitansi pembayaran dan bukti lainnya yang merupakan dokumen sebagai
tanda bukti penerimaan utang.
2. Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
kas BLUD untuk pelunasan utang.
3. Buku jurnal umum (utang) merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatat dan menggolongkan semua
transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan utang.
4. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada BLUD untuk mencatat peringkasan (posting) semua
transaksi atau kejadian dari utang ke dalam buku besar untuk setiap
rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, biaya/beban.
5. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada BLUD untuk mencatatat transaksi-transaksi dan
kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

D. URAIAN PROSEDUR AKUNTANSI UTANG


Prosedur akuntansi utang yaitu:
1 Fungsi akuntansi pada BLUD berdasarkan bukti transaksi mencatat ke
dalam jurnal umum (utang), disertai uraian rekening lawan asal utang
dimaksud.
2 Bukti transaksi utang mencakup antara lain bukti transfer,
kontrak/perjanjian utang dan bukti utang lainnya.
3 Fungsi akuntansi pada BLUD secara periodik atau berkala melakukan
posting ke dalam buku besar.
4 Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada BLUD dapat membuat buku
besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.
5 Pencatatan ke dalam buku jurnal umum (utang), buku besar dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada BLUD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku.
64

BAB XVII
BUKU-BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENCATATAN AKUNTANSI

Kegiatan akuntansi meliputi pencatatan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,


dan biaya. Proses tersebut dilaksanakan oleh bagian yang melaksanakan fungsi
akuntansi berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diterima dari bagian
terkait. Dalam melaksanakan pencatatan tersebut, buku-buku yang digunakan
oleh fungsi akuntansi meliputi Buku Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Neraca
Lajur. Seluruh pencatatan akuntansi pada buku-buku tersebut adalah dalam
rangka penyusunan laporan keuangan. Berikut dijelaskan masing-masing dari
buku-buku yang digunakan dalam pencatatan akuntansi.
A. BUKU JURNAL
Jurnal adalah pencatatan pertama kali atas transaksi akuntansi yang terjadi
pada BLUD. Untuk mencatat jurnal akuntansi dibuat Buku Jurnal. Buku
Jurnal yang lazim dipergunakan adalah buku jurnal umum. Buku Jurnal
Umum disingkat JU adalah buku jurnal yang diselenggarakan untuk
menampung seluruh transaksi baik penerimaan kas dan pengeluaran kas,
maupun jurnal penyesuaian, jurnal koreksi, jurnal penutup, jurnal pembalik.
Transaksi tersebut terdiri dari:
1. Transaksi penerimaan melalui Bendahara Penerimaan
a. Penerimaan Pendapatan tunai dari jasa layanan (yang berasal dari
setoran kasir-kasir).
b. Penerimaan pendapatan tunai dari hibah, bantuan, sumbangan.
c. Penerimaan tunai dari hasil kerjasama dengan pihak lain.
d. Penerimaan tunai dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
e. Penerimaan pembayaran piutang jasa layanan, kerjasama dengan
pihak ketiga, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
f. Penerimaan dana yang bersifat titipan.
2. Transaksi penerimaan melalui Bendahara Pengeluaran
a. Penerimaan pendapatan APBD/APBN.
b. Penerimaan pendapatan jasa giro bendahara pengeluaran.
c. Penerimaan pungutan/potongan pajak.
d. Penerimaan dana dari Kas BLUD.
e. Penerimaan dana yang bersifat titipan.
3. Transaksi penerimaan melalui Kas BLUD
a. Penerimaan setoran atau pemindahbukuan pendapatan dari bendahara
penerimaan
b. Penerimaan pendapatan tunai dari hibah, bantuan dan sumbangan.
c. Penerimaan tunai dari hasil kerjasama dengan pihak lain.
d. Penerimaan tunai dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
4. Transaksi pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran APBD/BLUD
a. Pengeluaran kas untuk pembayaran biaya-biaya operasional dan non
operasional.
b. Pengeluaran kas untuk investasi.
c. Pengeluaran kas untuk pembelian/pengadaan aset.
65

d. Pengeluaran kas untuk pembayaran utang atau kewajiban jangka


pendek dan jangka panjang serta pengembalian dana titipan.
e. Pengeluaran kas untuk peyetoran pajak.
f. Pengeluaran kas lainnya.
5. Jurnal atas Transaksi Non-Kas
a. Pengadaan barang/jasa secara kredit.
b. Pengakuan aset tetap yang diperoleh dari hibah, bantuan, sumbangan.
c. Pengakuan pendapatan non-kas.
6. Jurnal Penyesuaian
a. Pengakuan penyisihan piutang tak tertagih.
b. Pengakuan biaya yang masih harus dibayar.
c. Pengakuan saldo akhir persediaan.
d. Penyesuaian biaya dibayar di muka.
e. Pengakuan aset tetap yang berasal dari reklasifikasi konstruksi dalam
pengerjaan.
f. Reklasifikasi aset tetap menjadi aset lainnya.
g. Pengakuan biaya penyusutan aset tetap tahun berjalan.
h. Pengakuan biaya amortisasi aset tak berwujud.
i. Lainnya sepanjang tidak berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas.
7. Jurnal Koreksi
Koreksi kesalahan penjurnalan.
8. Jurnal Penutup
a. Menutup biaya ke Defisit Tahun Berjalan.
b. Menutup pendapatan ke Surplus Tahun Berjalan.
9. Jurnal Pembalik
a. Jurnal balik atas pengakuan biaya yang masih harus dibayar.
b. Jurnal balik atas pengakuan pendapatan yang masih harus diterima.
c. Jurnal balik atas pengakuan persediaan akhir.

Format buku jurnal umum adalah sebagai berikut:


BLUD ………..
Buku Jurnal Umum
Bulan : …………………………….
Nomor dan
Kode Debet Kredit
Tanggal Tanggal Bukti/ Uraian Ref.
Rek. (Rp) (Rp)
Dokumen

1 2 3 4 5 6 7
66

Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan tanggal transaksi/pencatatan.
Kolom 2 : Diisi dengan jenis dokumen yang dijadikan dasar pencatatan
seperti memo jurnal, berita acara pemeriksaan fisik persediaan,
berita acara penerimaan/pemeriksaan barang.
Kolom 3 : Diisi dengan kode rekening (rincian objek).
Kolom 4 : Diisi dengan nama rekening (rincian objek), dan uraian singkat
transaksi yang terjadi.
Kolom 5 : Diisi dengan kode posting transaksi ke buku besar. Apabila
kode referensi (ref.) telah diisi berarti jurnal tersebut telah
diposting/dipindahkan ke buku besar.
Kolom 6 : Diisi dengan jumlah rupiah trasaksi yang terjadi.
Kolom 7 : Diisi dengan jumlah rupiah trasaksi yang terjadi.

B. BUKU BESAR
Buku Besar merupakan kumpulan rekening. Setiap transaksi yang telah
dicatat dalam buku jurnal, selanjutnya diposting ke dalam buku besar
sehingga penambahan atau pengurangan terhadap rekening yang
bersangkutan dapat terbukukan dan saldonya dapat diketahui. Nama rekening
buku besar dapat berupa nama rincian objek, objek atau jenis aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan dan biaya. Apabila nama rekening yang digunakan dalam
penjurnalan menggunakan kode dan nama sampai dengan rincian objek, maka
nama buku besarnya sama dengan penamaan dalam penjurnalan tersebut. Hal
yang sama berlaku dengan rekening objek dan jenis.
Format buku besar adalah sebagai berikut:
BLUD …………
Buku Besar
Bulan : …………………………….
Kode Rekening : ……
Nama Rekening : ……

Tanggal Uraian Ref. Debet Kredit Saldo


(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6

Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan tanggal posting atau pemindahan jurnal ke buku
besar. Apabila pada awal tahun terdapat saldo atas rekening
yang bersangkutan maka pada kolom ini ditulis tanggal
pembuka misalnya 1 Jan. 20XX.
Kolom 2 : Diisi dengan uraian singkat transaksi yang terjadi. Apabila pada
awal tahun terdapat saldo atas rekening yang bersangkutan
maka pada kolom ini disebutkan “Saldo Awal”.
Kolom 3 : Diisi dengan kode referensi, yaitu berupa kode buku jurnal
tempat transaksi dicatat.
67

Kolom 4 : Diisi dengan jumlah rupiah transaksi debet.


Kolom 5 : Diisi dengan jumlah rupiah transaksi kredit.
Kolom 6 : Diisi dengan jumlah kumulatif berupa penambahan saldo
sebelumnya ditambah/dikurang jumlah debet/kredit. Apabila
pada awal tahun terdapat saldo atas rekening yang
bersangkutan maka pada kolom ini ditulis jumlahnya. Jumlah
saldo awal rekening yang bersaldo kredit, contoh: kewajiban,
tidak perlu diberi tanda kurung karena saldo normal kewajiban
adalah di sebelah kredit jadi walaupun tidak ditulis dalam
kurung angka tersebut menunjukkan saldo kredit.

C. BUKU PEMBANTU
Buku Pembantu merupakan buku yang berisi secara rinci atas suatu rekening
buku besar. Apabila buku besar menggunakan rekening sampai dengan “Kode
Jenis” maka rekening dengan kode objek dapat digunakan sebagai buku
pembantu, dan seterusnya. Dalam Kebijakan dan Sistem Akuntansi ini, secara
umum digunakan kode rincian objek sebagai rekening buku besar, kecuali
rekening tertentu dapat digunakan kode jenis atau objek sebagai nama buku
besar, oleh karena itu apabila diperlukan dapat dibuat buku pembantu yang
menjelaskan secara lebih rinci suatu buku besar. Buku pembantu tersebut
dapat berupa:
1. Daftar/Kartu Piutang
2. Daftar Uang Muka
3. Daftar/Kartu Inventaris/Aset Tetap
4. Daftar/Kartu Persediaan
Format buku pembantu disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing
buku besar. Dalam hal ini tidak diberikan contoh.

D. NERACA LAJUR
Neraca Lajur merupakan kertas kerja (worksheet) dalam proses penyusunan
Laporan Keuangan. Neraca Lajur dibuat berdasarkan data yang ada dalam
buku besar. Saldo akhir setiap buku besar dipindahkan ke dalam kolom
neraca saldo pada neraca lajur.
Format neraca lajur adalah sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Garut
BLUD …………….
Neraca Lajur
Per 31 Desember 20XX
Neraca Saldo
Jurnal Laporan
Kode Nama Neraca Saldo Setelah Neraca
Penyesuaian Operasional
Rek. Rek. Penyesuaian
Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Cara Pengisian:
Kolom 1 : Diisi dengan kode rekening buku besar (rincian objek).
68

Kolom 2 : Diisi dengan nama rekening buku besar (rincian


objek).
Kolom 3 : Diisi dengan jumlah rupiah buku besar yang
bersaldo debet.
Kolom 4 : Diisi dengan jumlah rupiah buku besar yang
bersaldo kredit.
Kolom 5 : Diisi dengan jumlah rupiah transaksi penyesuaian
terhadap rekening yang bersangkutan.
Kolom 6 : Diisi dengan jumlah rupiah transaksi penyesuaian
terhadap rekening yang bersangkutan.
Kolom 7 : Diisi dengan hasil penjumlahan: kolom 3 ditambah
kolom 5, dikurang kolom 6.
Kolom 8 : Diisi dengan hasil penjumlahan: kolom 4 dikurang
kolom 5, ditambah kolom 6.
Kolom 9 : Diisi dengan jumlah rupiah pada kolom 7 untuk
rekening-rekening Laporan Operasional.
Kolom 10 : Diisi dengan jumlah rupiah pada kolom 8 untuk
rekening- rekening Laporan Operasional.
Kolom 11 : Diisi dengan jumlah rupiah pada kolom 7 untuk
rekening- rekening Neraca.
Kolom 12 : Diisi dengan jumlah rupiah pada kolom 8 untuk
rekening- rekening Neraca.
Pada kondisi tertentu, apabila diperlukan, kolom 1 dan 2 dapat diisi tidak
dengan rekening buku besar sampai rincian objek tetapi cukup sampai
dengan objek atau jenis, atau mengacu pada rekening neraca dan rekening
laporan operasional. Dengan demikian maka jumlah rupiah yang
dicantumkan adalah hasil penjumlahan dari rekening-rekening rincinya.
69

E. SALDO NORMAL REKENING


Sebagaimana sudah dijelaskan dalam Bagian I tentang Kebijakan Akuntansi,
secara singkat saldo normal setiap rekening adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Aset Debet Debet Kredit
Kewajiban Kredit Kredit Debet
Ekuitas Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kredit Kredit Debet
Beban Debet Debet Kredit

Dari tabel tersebut di atas:


1. Transaksi yang mengakibatkan penambahan Aset dan Beban, maka
rekening Aset dan Beban dijurnal di sebelah debet. Sedangkan transaksi
yang mengakibatkan pengurangan Aset dan Beban, maka rekening Aset
dan Beban dijurnal di sebelah kredit.
2. Transaksi yang mengakibatkan penambahan Kewajiban, Ekuitas dan
Pendapatan, maka rekening Kewajiban, Ekuitas dan Pendapatan dijurnal di
sebelah kredit. Sedangkan transaksi yang mengakibatkan pengurangan
Kewajiban, Ekuitas dan Pendapatan, maka rekening Kewajiban, Ekuitas
dan Pendapatan dijurnal di sebelah debet.
70

BAB XVIII
JURNAL STANDAR

Pada bab ini dijelaskan contoh-contoh jurnal yang terjadi pada BLUD. Jurnal-jurnal
tersebut mengacu pada jenis transaksi yang terjadi serta cara pencatatannya pada
buku jurnal yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Secara umum, jurnal
menggunakan kode dan nama rekening rincian objek.
Berikut jurnal pada Fungsi akuntansi atas transaksi-transaksi di BLUD.
A. JURNAL PENERIMAAN KAS
1. Penerimaan Kas melalui Bendahara Penerimaan
a. Penerimaan pendapatan tunai dari jasa layanan
Jurnal ini dicatat pada saat kas hasil jasa layanan sudah diterima oleh
Bendahara Penerimaan. Dari transaksi ini, rekening kas di Bendahara
Penerimaan di Debet, rekening Pendapatan di Kredit.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Jasa Layanan-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Jasa Layanan-LRA (K) Rp xxx
b. Penerimaan kas dari penagihan piutang, yaitu pelunasan piutang baik
dari hasil penagihan maupun pelunasan langsung dari pasien atau
penanggung jawab pembayaran/tagihan.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas dan Setara Kas (D) Rp xxx
Piutang (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
No Entry
c. Penerimaan kas dari hibah, yaitu penerimaan hibah berupa uang tunai
dari pihak ketiga baik melalui uang tunai ataupun bank.
Jurnal LO atau Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Hibah-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Hibah-LRA (K) Rp xxx
d. Penerimaan kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain, yaitu
perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha
lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
Jurnal LO dan Neraca:
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Kerjasama
dengan pihak lain-LO (K) Rp xxx
71

Jurnal LRA:
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Kerjasama
dengan Pihak Lain-LRA (K) Rp xxx
e. Penerimaan kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah, yaitu
pendapatan antara lain hasil penjualan kekayaan yang tidak
dipisahkan, hasil pemanfaatan kekayaan, jasa giro, pendapatan bunga
bank, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD, hasil investasi.
Jurnal LO atau Neraca
Kas di Bendahara Penerimaan (D) Rp xxx
Pendapatan Lain-lain-LO (K) Rp xxx
Jurnal LRA
Estimasi Perubahan SAL (D) Rp xxx
Pendapatan Lain-lain-LRA (K) Rp xxx
2. Penerimaan Kas melalui Bendahara Pengeluaran
a . Penerimaan Pendapatan APBD/APBN
Jurnal ini dicatat pada saat kas dari APBD/APBN baik melalui SP2D
UP/GU/TU/LS atau melalui lainnya, diterima oleh Bendahara
Pengeluaran. Dari transaksi ini, rekening Kas di Bendahara
Pengeluaran di Debet, rekening Transfer dari APBD (sesuai rinciannya)
di Kredit.
Contoh: Bendahara Pengeluaran menerima/mencairkan 1)SP2D-UP;
2)SP2D-LS untuk membayar gaji PNS; 3)SP2D-GU untuk
kegiatan/belanja langsung pegawai dan barang/jasa.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
2.1.4.01.01 Uang Persediaan Dana APBD xxx
Jurnal LRA
No Entry
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
8.4.1.01.01 Pendapatan APBD untuk
Belanja Tidak Langsung-LO xxx

Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.4.1.01.01 Pendapatan APBD untuk
Belanja Tidak Langsung-LRA
xxx
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
8.4.1.01.02 Pendapatan APBD untuk
Belanja Langsung xxx
72

Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit


Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.4.1.01.02 Pendapatan APBD untuk
Belanja Langsung-LRA xxx

b . Penerimaan pendapatan jasa giro bendahara pengeluaran


Jurnal ini dicatat pada saat kas dari pendapatan jasa giro rekening
bank bendahara pengeluaran, diterima oleh bendahara pengeluaran
atau masuk dalam rekening koran bank bendahara pengeluaran. Dari
transaksi ini, akun Kas di Bendahara Pengeluaran di debet, akun Jasa
Giro Rekening Bendahara Pengeluaran di kredit.
Contoh: bendahara pengeluaran BLUD menjumpai bahwa terdapat jasa
giro dalam rekening koran banknya untuk bulan yang bersangkutan.
Selain itu bendahara pengeluaran juga menerima nota kredit atas jasa
giro pada rekening koran tersebut.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO dan Neraca
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD
8.6.3.02.01 Jasa Giro Rekening
Bendahara Pengeluaran
xxx
BLUD-LO
Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.6.3.02.01 Jasa Giro Rekening
Bendahara Pengeluaran
xxx
BLUD-LRA

c . Penerimaan pungutan/potongan pajak


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran
memungut/memotong pajak atas pembayaran suatu barang, jasa atau
honor. Dari transaksi ini rekening Kas di Bendahara Pengeluaran
di debet, rekening Utang Pajak di kredit.
Contoh: bendahara pengeluaran APBD melakukan pungutan/potongan
PPN atas pembelian barang/jasa.
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
APBD
xxx
2.1.2.01.01 Utang Pajak xxx

d . Penerimaan transfer dana dari Kas BLUD


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran menerima transfer
dana dari Kas BLUD untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Dari
transaksi ini rekening Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD di debet,
rekening Kas BLUD di kredit.
73

Contoh: bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada PPK-SKPD


sejumlah dana untuk membiayai kegiatan yang didanai dari
pendapatan jasa layanan. Setelah SPM ditandatangani Direktur dan
cek diterbitkan, bendahara pengeluaran mencairkan dana tersebut.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD
1.1.1.02.03 Kas BLUD xxx
Jurnal LRA
No Entry

3. Penerimaan Kas melalui Kas BLUD


a. Penerimaan setoran pendapatan atau pemindahbukuan pendapatan
dari Bendahara Penerimaan
Jurnal ini dicatat pada saat bendahara penerimaan menyetorkan
pendapatan fungsional baik pendapatan jasa layanan maupun
pendapatan lainnya ke rekening Kas BLUD. Dari transaksi ini rekening
Kas BLUD di debet, rekening Kas di Bendahara Penerimaan di kredit.
Contoh: Kas BLUD menerima setoran/ pemindahbukuan/ transfer dari
bendahara penerimaan atas pendapatan jasa layanan kesehatan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO dan Neraca
1.1.1.04.01 Kas BLUD xxx
1.1.1.01.01 Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Jurnal LRA
No Entry

b. Penerimaan Pendapatan tunai dari hibah, bantuan,sumbangan


Jurnal ini dicatat pada saat kas dari hibah, bantuan, sumbangan
sudah diterima langsung melalui Rekening BLUD. Dari transaksi ini,
rekening Kas BLUD di debet, rekening Pendapatan Hibah di kredit.
Contoh: penerimaan tunai hibah, bantuan, sumbangan dari pihak
ketiga yang tidak mensyaratkan apapun.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.04.01 Kas BLUD xxx
8.2.1.01.01 Hibah Tidak Terikat-LO xxx
Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
4.2.1.01.01 Hibah Tidak Terikat-LRA
74

c. Penerimaan tunai dari hasil kerjasama dengan pihak lain


Jurnal ini dicatat pada saat kas dari hasil kerjasama dengan pihak lain
sudah diterima langsung melalui Rekening BLUD. Dari transaksi ini,
rekening Kas BLUD di debet, rekening Hasil Kerjasama Operasional di
kredit.
Contoh: penerimaan kas dari hasil kerjasama RSUD dengan Pihak
Ketiga (Contoh: Koperasi Pegawai) atas pemanfaatan aset RSUD.
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.04.01 Kas BLUD xxx
8.3.1.01.01 Hasil Kerjasama Operasional xxx
Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.3.1.01.01 Hasil Kerjasama Operasional xxx

d. Penerimaan tunai dari lain-lain pendapatan BLUD yang sah


Jurnal ini dicatat pada saat kas dari lain-lain pendapatan BLUD yang
sah diterima langsung melalui Rekening BLUD. Dari transaksi ini,
rekening Kas BLUD di debet, rekening Pendapatan (lain-lain
pendapatan BLUD yang sah, sesuai rinciannya) di kredit.
Contoh: dalam rekening BLUD dijumpai terdapat jasa giro untuk bulan
yang bersangkutan dan bunga deposito berjangka.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO atau Neraca
1.1.1.04.01 Kas BLUD xxx
8.6.3.03.01 Jasa Giro Rekening BLUD xxx
8.6.4.01.01 Pendapatan Bunga Deposito xxx
Jurnal LRA
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
4.6.3.03.01 Jasa Giro Rekening BLUD-LRA xxx
Pendapatan Bunga Deposito- xxx
LRA
4.6.4.01.01

B. JURNAL PENGELUARAN KAS


1. Pengeluaran kas untuk pembayaran biaya-biaya operasional dan non-
operasional
Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran atas beban-beban operasional dan non-operasional
berdasarkan bukti-bukti sah dan valid. Dari transaksi ini rekening Beban
(sesuai rincian objeknya) di Debet, rekening Kas di Bendahara Pengeluaran
di Kredit.
75

Contoh: Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran 1) belanja


pegawai bulan berjalan (sesuai SP2D-LS); 2) pembelian makanan pasien
dana BLUD; 3)bendahara pengeluaran mempertanggungjawabkan
pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukannya dan mendapat
pengesahan (bukti SP2BP).
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
Jurnal LO dan Neraca
9.1.1.01.01 Gaji dan Tunjangan PNS – APBD xxx
9.1.1.01.03 Tambahan Penghasilan Pegawai
PNS – APBD
xxx
Gaji dan Tunjangan PNS – APBD
9.1.2.01.01 xxx
Tambahan Penghasilan Pegawai
9.1.2.01.03 xxx
PNS - APBD
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
Jurnal LRA
5.1.1.01.01 Gaji dan Tunjangan PNS – APBD xxx
5.1.1.01.03 Tambahan Penghasilan Pegawai
PNS – APBD
xxx
Gaji dan Tunjangan PNS – APBD
5.1.2.01.01 xxx
Tambahan Penghasilan Pegawai
5.1.2.01.03 xxx
PNS – APBD
xxx
Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.05.01

Jurnal LO atau Neraca


9.1.1.02.09 Beban Penyediaan Bahan Makan
Pasien BLUD
xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.1.1.03.01 Xxx
BLUD
Jurnal LRA
Belanja Penyediaan Bahan Makan
5.1.1.02.09 Pasien BLUD xxx
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal LO dan Neraca
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
4.4.1.02.01 Pendapatan APBD xxx
Jurnal LRA
No Entry
76

2. Pengeluaran kas untuk investasi


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran atas investasi yang dilakukan BLUD dalam rangka manajemen
kas seperti setara kas dan investasi jangka pendek maupun dalam rangka
investasi jangka panjang untuk memperoleh pendapatan. Dari transaksi ini
rekening Aset (sesuai rincian objeknya) di debet, rekening Kas di
Bendahara Pengeluaran di kredit.
Contoh: Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran atas 1) pembelian
deposito berjangka kurang dari 3 bulan; 2) pembelian deposito tahunan; 3)
pembelian saham perusahaan untuk tujuan jangka panjang.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit

1.1.1.04.02 Deposito < 3 Bulan xxx


1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
BLUD xxx
1.1.2.01.01 Deposito Berjangka xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD
1.1.2.02.01 Investasi dalam Saham xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD

3. Pengeluaran kas untuk pembelian/pengadaan aset


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran atas pengadaan aset tetap berdasarkan dokumen pengadaan.
Dari transaksi ini rekening Aset Tetap (sesuai rincian objeknya) di debet,
rekening Kas di Bendahara Pengeluaran di kredit.
Contoh: Bendahara pengeluaran APBD melakukan pembayaran atas
pengadaan beberapa unit komputer. Pembayaran dilakukan sesuai dengan
dokumen pengadaan yang diterimanya seperti dokumen kontrak, berita
acara penerimaan/pemeriksaan barang dan dokumen lainnya yang
dipersyaratkan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.2.11.02 Komputer PC xxx
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD

Apabila rekening Komputer PC dianggap terlalu rinci karena terlalu


banyaknya rincian objek aset tetap, maka dapat digunakan rekening jenis
aset tetap yaitu Peralatan dan Mesin, sehingga jurnal yang dibuat adalah:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.2 Peralatan dan Mesin xxx
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
APBD
xxx
77

Untuk mengantisipasi bahwa tidak semua aset yang dibeli dapat


dikapitalisasi karena berada di bawah nilai kapitalisasi, maka pencatatan
jurnal pengadaan aset dapat terlebih dahulu dicatat sebagai biaya (biaya
pengadaan). Pada saat penyusunan laporan keuangan, dibuat jurnal
pengakuan aset yang memenuhi batasan kapitalisasi dengan mendebet
Aset Tetap dan mengkredit Biaya Pengadaan (sesuai kode rincian
objeknya). Nilai pengadaan aset yang berada di bawah batasan kapitalisasi
tetap dijadikan sebagai biaya pengadaan.
4. Pengeluaran kas untuk pembayaran utang atau kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang serta pengembalian dana titipan.
Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran atas utang/kewajiban jangka pendek atau jangka panjang
yang berasal dari pengadaan barang/jasa secara kredit maupun maupun
utang yang berasal dari pinjaman. Selain itu dapat pula berupa
pengembalian dana-dana yang bersifat titipan. Dari transaksi ini rekening
Kewajiban (sesuai rincian objeknya) di debet, rekening Kas di Bendahara
Pengeluaran di kredit.
Contoh: Bendahara pengeluaran BLUD melakukan pembayaran atas 1)
utang kepada rekanan; 2) pinjaman jangka pendek.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
2.1.1.01.01 Utang kepada Supplier xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD
2.1.1.01.02 Pinjaman Jangka Pendek xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD

5. Pengeluaran kas untuk penyetoran pajak


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan penyetoran
pajak ke kas negara atas pajak-pajak yang dipungutnya. Dari transaksi ini
rekening Kewajiban (sesuai rincian objeknya) di debet, rekening Kas
di Bendahara Pengeluaran di kredit.
Contoh: Bendahara pengeluaran melakukan penyetoran pajak atas pajak
yang dipungutnya.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
2.1.2.01.01 Utang Pajak xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD

6. Pengeluaran Kas Lainnya


Jurnal ini dicatat pada saat bendahara pengeluaran melakukan
pengeluaran kas. Dari transaksi ini rekening Aset/Kewajiban/Biaya (sesuai
rincian objeknya) di debet, rekening Kas di Bendahara Pengeluaran
di kredit.
78

Contoh: 1) Bendahara pengeluaran APBD melakukan pembayaran kepada


PPTK untuk uang muka suatu kegiatan. 2) Kas di bendahara pengeluaran
BLUD yang berasal dari pendapatan jasa layanan kesehatan mengalami
ketekoran karena kelalaian. Bendahara penerimaan dan/atau kasir harus
mengganti ketekoran tersebut.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.1.6.01.01 Uang Muka Kegiatan xxx
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
APBD
1.1.4.01.01 Piutang Pegawai xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD

Ketekoran kas di bendahara pengeluaran yang berasal dari pendapatan


jasa layanan kesehatan antara lain disebabkan kesalahan perhitungan,
kehilangan dan sebab lainnya, diproses sesuai dengan aturan yang berlaku
pada BLUD. Jurnal di atas yang dijadikan sebagai piutang pegawai
hanyalah contoh.

C. JURNAL UMUM
1. Jurnal atas Transaksi Non-Kas
a. Pengadaan barang/jasa secara kredit
Jurnal ini dicatat pada saat barang/jasa diterima atau hak milik
berpindah. Nilai yang dicatat adalah nilai perolehannya yaitu jumlah
yang menjadi kewajiban kita kepada pihak ketiga. Apabila terdapat
biaya-biaya lain yang dikeluarkan agar aset tersebut siap digunakan,
harus ditambahkan sebagai bagian dari nilai perolehan. Dari transaksi
ini:
1) Untuk pengadaan aset tetap, rekening aset tetap (atau sesuai
rincian objeknya) di debet, rekening utang (sesuai rincian objeknya)
di kredit.
2) Untuk pengadaan persediaan, rekening biaya (sesuai rincian
objeknya) di debet, rekening utang (sesuai rincian objeknya)
di kredit.
Contoh: RSUD membeli secara kredit 1) tempat tidur pasien
2) obat-obatan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.2.(…) Peralatan dan Mesin (…..) xxx
9.1.1.02.01 Beban Pengadaan Obat - BLUD xxx
2.1.1.01.01 Utang kepada Supplier xxx

b. Pengakuan aset tetap yang diperoleh dari hibah, bantuan, sumbangan


Jurnal ini dicatat pada saat aset tetap diterima berdasarkan berita
acara serah terima barang. Nilai yang dicatat adalah nilai perolehannya
yaitu jumlah yang dikeluarkan oleh pemberi
hibah/bantuan/sumbangan. Apabila nilai perolehan tidak diketahui,
dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar. Dari transaksi ini,
79

rekening Aset Tetap (atau sesuai rincian objeknya) di debet, rekening


Ekuitas (sesuai rincian objeknya) di kredit.
Contoh: RSUD menerima hibah/bantuan/sumbangan 1) seperangkat
alat rontgen; 2) sebidang tanah di sekitar RSUD yang penggunaannya
khusus untuk lahan parkir.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.2.(18.15) Peralatan dan Mesin (Alat-alat xxx
Rontgen)
3.1.4.01.01 Ekuitas xxx
1.3.1.02.01 Tanah Sarana Kesehatan Rumah xxx
Sakit
3.2.2.01.01 Ekuitas xxx

c. Pengakuan pendapatan non-kas


Jurnal ini dicatat pada saat diajukannya klaim kepada pihak ketiga
atas pemberian jasa layanan/lainnya oleh BLUD.
Dari transaksi ini, rekening Piutang di debet, rekening Pendapatan
(sesuai rincian objeknya) di kredit.
Contoh: RSUD 1) mengajukan klaim kepada BPJS atas jasa layanan
kesehatan pasien BPJS (rawat inap dan rawat jalan); 2) menghitung
biaya perawatan (rawat inap) yang sudah menjadi beban pasien per
tanggal neraca atas pasien umum yang masih dirawat (piutang pisah
batas – piutang yang masih harus diterima).
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.1.3.01.02 Piutang Jasa Layanan – Pasien xxx
BPJS
4.1.1.02.01 Pendapatan Jasa Layanan -
Pasien BPJS xxx
1.1.4.04.06 Pendapatan yang Masih Harus xxx
Diterima
4.1.1.01.01 Pendapatan Jasa Layanan -
Pasien Umum (atau sesuai xxx
rinciannya)

2. Jurnal Penyesuaian
a. Pengakuan penyisihan piutang tak tertagih
Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Biaya penyisihan piutang tak
tertagih tahun berjalan dihitung sesuai tarif penyisihan yang telah
ditetapkan. Dari transaksi ini, rekening Biaya Penyisihan Piutang Tak
Tertagih di debet, rekening Penyisihan Piutang Jasa Layanan (sesuai
rincian objeknya) di kredit.
Contoh: berdasarkan daftar umur piutang ditetapkan jumlah piutang
pasien umum yang kemungkinan tidak dapat tertagih untuk tahun
berjalan.
80

Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
9.1.2.07.01 Beban Penyisihan Piutang Tak xxx
Tertagih
1.1.8.01.01 Penyisihan Piutang Jasa Layanan xxx
Kesehatan

b. Pengakuan biaya yang masih harus dibayar


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca berdasarkan hasil inventarisasi
atas biaya-biaya yang kemungkinan sudah menjadi beban BLUD tapi
belum dibayar. Biaya-biaya tersebut antara lain biaya listrik, air,
telepon dan sebagainya. Dari transaksi ini, rekening Biaya (sesuai
rincian objeknya) di debet, rekening Biaya yang masih harus dibayar
(sesuai rincian objeknya) di kredit.
Contoh: Terdapat biaya listrik, air, telepon yang sudah menjadi beban
bulan Desember. Pembayaran dilakukan bulan Januari tahun depan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
5.1.2.02.17 Biaya Langganan
Listrik/Telp/Internet/ Air - BLUD xxx
2.1.5.02.04 Biaya Barang dan Jasa yang
Masih Harus Dibayar xxx

c. Pengakuan saldo akhir persediaan


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Nilai persediaan diperoleh
beradasarkan hasil perhitungan fisik yang dituangkan dalam berita
acara perhitungan fisik. Dari transaksi ini, rekening Persediaan (sesuai
rincian objeknya) di debet, rekening Biaya Bahan/Biaya Barang dan
Jasa (sesuai rincian objeknya) di kredit. Dengan jurnal ini, jumlah
biaya berkurang sebesar nilai sisa persediaan hasil perhitungan fisik.
Contoh: berdasarkan berita acara perhitungan fisik diperoleh nilai
persediaan yang masih tersisa pada tanggal neraca yang terdiri dari
alat tulis kantor, obat-obatan, bahan makanan pasien, barang cetakan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.1.5.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
1.1.5.03.05 Persediaan Obat-obatan xxx
1.1.5.06.01 Persediaan Bahan Makanan Pasien xxx
Persediaan Barang Cetakan xxx
1.1.5.07.01
5.1.2.02.04 Beban ATK - APBD xxx
5.1.1.02.01 Beban Pengadaan Obat- BLUD xxx
5.1.1.02.09 Beban Penyediaan Bahan Makan
Pasien - BLUD xxx
5.1.2.02.06 Beban Penggandaan/Cetak – xxx
APBD
81

d. Penyesuaian biaya dibayar di muka


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Nilai yang dicatat sebagai biaya
adalah jumlah yang sudah menjadi beban sampai dengan tanggal
neraca. Dari transaksi ini, rekening Biaya (sesuai rincian objeknya) di
debet, rekening Biaya Dibayar di Muka (sesuai rincian objeknya) di
kredit.
Contoh: 1) Sewa rumah medis dan paramedis untuk masa 12 bulan
(September 20X0 s.d. Agustus 20X1).
Dari data di atas, pada tanggal 31 Desember, biaya sewa yang dapat
dibebankan untuk tahun berjalan (20X0) adalah beban September,
Oktober, November, dan Desember atau 4/12 dari nilai sewa 1 tahun.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
5.1.2.04.28 Biaya Jasa Sewa – BLUD xxx
1.1.7.01.01 Sewa Dibayar di Muka xxx

e. Pengakuan aset tetap yang berasal dari reklasifikasi konstruksi dalam


pengerjaan
Jurnal ini dicatat pada saat pembangunan suatu aset tetap dinyatakan
selesai yang dibuktikan dengan adanya berita acara serah terima
barang. Nilai yang dicatat adalah nilai perolehannya yaitu seluruh
biaya pembangunannya. Dari transaksi ini, rekening Aset Tetap
Gedung dan Bangunan (atau sesuai rincian objeknya) di debet,
rekening Konstruksi dalam Pengerjaan di kredit.
Contoh: RSUD selesai membangun perluasan gedung untuk instalasi
rawat inap yang pembangunannya telah dimulai pertengahan tahun
lalu.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.3.3.01.02 Bangunan Rumah Sakit xxx
1.3.6.01.01 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx

f. Reklasifikasi aset tetap menjadi aset lainnya


Jurnal ini dicatat pada saat ditetapkannya aset tetap sebagai aset yang
sudah tidak dapat digunakan lagi dalam operasional BLUD karena
rusak dan/atau tidak berfungsi, serta aset tetap yang sudah tidak
dapat ditelusuri fisiknya.
Dari transaksi ini, rekening Aset Tetap Non-Produktif dan rekening
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap di debet, rekening Peralatan dan
Mesin (atau sesuai rincian objeknya) dan rekening Akumulasi
Penyusutan Aset Tetap Non-Produktif di kredit.
Contoh: RSUD menetapkan barang berikut tidak dapat digunakan lagi
karena rusak berat: mesin tik, kompor gas .
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
1.4.3.01.01 Aset Tetap Non-Produktif xxx
1.3.7.01.01 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxx
82

Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit


1.3.2.(09.01) Peralatan dan Mesin (Mesin Tik) xxx
Peralatan dan Mesin (Kompor
1.3.2.(13.02) Gas) xxx
Akumulasi Penyusutan Aset
Tetap Non-Produktif
1.4.7.01.01 xxx

g. Pengakuan Beban penyusutan aset tetap tahun berjalan


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Biaya penyusutan tahun
berjalan dihitung sesuai tarif penyusutan yang telah ditetapkan. Dari
transaksi ini, rekening Biaya Penyusutan Aset Tetap di debet, rekening
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap di kredit.
Contoh: berdasarkan perhitungan ditetapkan jumlah penyusutan aset
tetap yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dan yang bukan
untuk pelayanan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
5.1.1.06.01 Beban Penyusutan Aset Tetap- xxx
Pelayanan xxx
5.1.2.06.01 Beban Penyusutan Aset Tetap-
Umum dan Administrasi
1.3.7.01.01 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxx

h. Pengakuan beban amortisasi aset tak berwujud


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca. Beban Amortisasi Aset Tak
Berwujud tahun berjalan dihitung sesuai tarif amortisasi yang telah
ditetapkan. Dari transaksi ini, rekening Beban Amortisasi Aset Tak
Berwujud di debet, rekening Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud
di kredit.
Contoh: berdasarkan daftar aset tak berwujud dihitung biaya
amortisasi untuk tahun berjalan.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
5.2.5.01.01 Biaya Amortisasi Aset Tak xxx
Berwujud
1.4.5.01.01 Akumulasi Amortisasi Aset Tak
Berwujud xxx

3. Jurnal Koreksi
a. Koreksi kesalahan penjurnalan
Jurnal ini dicatat saat diketemukannya kesalahan.
Contoh: dijumpai penerimaan pungutan pajak PPh 21 oleh bendahara
pengeluaran BLUD dicatat lebih besar dari yang seharusnya. Pajak
tersebut saat ini belum disetor ke kas negara. Dari transaksi ini jurnal
pungutan pajak yang telah dibuat harus dikoreksi sebesar selisihnya.
83

Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
2.1.2.01.01 Utang Pajak xxx
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
BLUD

4. Jurnal Penutup
Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun nominal (LRA dan
LO) menjadi 0. Jurnal Penutup dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut:
a. Membuat jurnal penutup LRA.
Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca yaitu dengan menutup akun
realisasi LRA pada akun Surplus/Defisit-LRA
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
3.1.3.01.01 Pendapatan-LRA xxx
6.1.1.xx.xx Penerimaan Pembiayaan xxx
5.1.1.xx.xx Belanja … xxx
6.1.2.xx.xx Pengeluaran Pembiayaan xxx
3.1.2.xx.xx Surplus Defisit-LRA xxx

b. Setelah dilakukan penutupan atas akun-akun LRA, berikutnya adalah


membuat Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit-LRA
pada akun Estimasi Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit LRA xxx
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx

c. Menutup Pendapatan dan Beban LO


Jurnal ini dicatat pada tanggal neraca yaitu dengan cara mendebet
seluruh rekening Pendapatan-LO dan mengkredit rekening Beban ke
akun Surplus/Defisit-LO.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
8.1.1.xx.xx Pendapatan-LO xxx
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit-LO Xxx
9.x.x.xx.xx Beban xx xxx

5. Jurnal Pembalik
Jurnal Pembalik (reversing entry) dicatat pada awal tahun berikutnya atas
jurnal penyesuaian yang dicatat pada periode sebelumnya. Jurnal
penyesuaian yang harus dibuat jurnal pembaliknya adalah:
a. Jurnal atas pengakuan biaya yang masih harus dibayar.
b. Jurnal atas pengakuan pendapatan yang masih harus diterima.
84

c. Jurnal atas pengakuan persediaan akhir.


Contoh: 1) pengakuan biaya listrik, air, telepon yang sudah menjadi
beban bulan Desember, akan dibayar Januari periode berikutnya;
2) pengakuan pendapatan atas biaya perawatan yang sudah menjadi
beban pasien per tanggal neraca periode lalu, atas pasien umum yang
masih dirawat; 3) saldo persediaan akhir Desember lalu.
Jurnalnya:
Kode Rek. Nama Rekening Debet Kredit
2.1.5.02.04 Beban Barang dan Jasa yang Xxx
Masih Harus Dibayar
9.1.2.02.17 Beban Langganan Listrik/Telp/
Internet/Air - BLUD xxx
8.1.1.01 Pendapatan Jasa Layanan - Pasien Xxx
Umum (atau sesuai rinciannya)
1.1.4.04.06 Pendapatan yang Masih Harus xxx
Diterima

9.1.2.06.04 Beban ATK – APBD xxx


9.1.2.01.01 Beban Pengadaan Obat - BLUD xxx
9.1.2.01.09 Beban Penyediaan Bahan Makan
Pasien – BLUD xxx
9.1.2.04.03 Beban Penggandaan/Cetak – APBD xxx
1.1.5.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
1.1.5.03.05 Persediaan Obat-obatan xxx
1.1.5.07.01 Persediaan Barang Cetakan xxx
1.1.5.06.01 Persediaan Bahan Makanan xxx
Pasien
85

BAB XIX
PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Proses akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan


pelaporan transaksi keuangan yang dilakukan secara kronologis dan sistematis.
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Secara singkat alur proses akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:
Output (Laporan
Input (Dokumen) Proses (Pencatatan)
Keuangan)

Transaksi Jurnal Buku Neraca


Besar Lajur

Dokumen/
Bukti
Transaksi Buku
Besar
Pembantu

- Bukti Terima - Jurnal Laporan


Kas Penerimaan Keuangan
Kas (LRA, LPSAL,
- Bukti Keluar Kumpulan Neraca, LO,
- Jurnal
Kas Rekening LPE, LAK,
Pengeluaran
(Ringkasan CaLK)
Kas
- Memo Jurnal & Rincian)
- Jurnal
Umum

Kebijakan Akuntansi
86

Berdasarkan bagan alur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Semua transaksi akuntansi tercatat dalam suatu dokumen yang disebut bukti
transaksi.
 Bukti transaksi dapat dikelompokkan menjadi bukti penerimaan kas, bukti
pengeluaran kas dan memo jurnal.
 Berdasarkan bukti transaksi maka dibuat pencatatan ke dalam buku jurnal
yaitu Buku Jurnal Umum.
 Secara periodik jurnal diposting ke dalam buku besar. Buku besar yang
menggunakan kode/nama rekening sampai dengan jenis atau objek dan
memasukkan catatan yang terperinci dari bukti asli ke dalam Buku Besar
Pembantu.
 Berdasarkan buku besar maka disusun laporan keuangan.
 Pencatatan transaksi ke dalam jurnal hingga penyusunan laporan keuangan
tidak terlepas dari kebijakan akuntansi yang berlaku di BLUD.
87

BAB XX
LAPORAN

A. PENGERTIAN
Laporan keuangan merupakan dasar untuk menentukan atau melihat posisi
keuangan BLUD. Informasi mengenai posisi keuangan berguna bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.
1. Tujuan Umum
a. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, serta pendanaan BLUD BLUD.
b. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber-sumber ekonomi bersih yang timbul dari aktivitas BLUD
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.
c. Memberikan informasi keuangan untuk membantu parea pemakai
laporan dalam mengestimasi potensi BLUD dalam rangka pelayanan
kesehatan.
d. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban antara lain mengenai aktivitas
pembelanjaan dan investasi.
e. Mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lainnya yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pengguna laporan antara kebijakan akuntansi yang ditetapkan.

2. Tujuan Kualitatif
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna yaitu sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami olah pengguna.
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang
wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informsi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau pengoreksi, hasil
evaluasi pengguna di masa lalu.
88

Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan


(confirmatory) berkait satu sama lain. Misalnya informasi struktur dan
besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika mereka
berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang
sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role)
terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur
keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari
operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan
kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian
pengguna, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga
sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya
ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu
harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan
laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi (laporan operasional) dapat
ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa,
abnormal, dan jarang terjadi diungkap secara terpisah.
c. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
Dalam beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk
menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru
dapat mempengaruhi nilai risiko dan peluang yang dihadapi
perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dan hasil yang
dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus
lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, misalnya
jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian/kesalahan
mencantumkan dalam mencatat informasi dapat mempengaruhi
keputusanekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan
keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan
yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah suatu karakteristik kualitatif pokok
yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
d. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaanya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
89

Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak


dapat diandalkan, maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah
tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk
mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun
mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari
tuntutan tersebut.
e. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan denganjujur
transaksi sertaperistiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca
harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
dalam bentuk aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan (rumah sakit)
pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.
f. Substansi Menggungguli Bentuk (Substance over form)
Laporan keuangan disusun menggunakan prinsip substance over form
(substansi mengungguli bentuk) yang berarti bahwa transaksi serta
peristiwa lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk formal/hukumnya.
Substansi transaksi atau peristiwa tidak selalu konsisten dengan apa
yang tampak dari bentuk hukum.
Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formal/hukumnya, maka hal tersebut
harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
g. Netralitas
Informasi harus diarahkan ada kebutuhan umum pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa
pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
h. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang
diragukan, perkiraan masa manfaat gedung serta peralatan, dan
tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian
semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu
rendah.
i. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan
haruslengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan
untuktidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat
diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
90

j. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi danperistiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut antar periode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan
perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan
keuangan.

B. KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN


Selain memiliki manfaat, laporan keuangan juga memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu:
1. Disusun berdasarkan data historis yang kejadiannya (transaksi) sudah
terjadi/berlalu.
2. Dalam laporan keuangan terkadang terdapat pendapat pribadi (personal
judgement).
3. Laporan keuangan yang di susun atas dasar konsep going concern,
menyajikan nilai buku aset tetap berdasarkan harga perolehannya yang
belum tentu sama dengan harga pada saat laporan keuangan di susun.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif terhadap ketidakpastian penilaian
suatu akun, yang biasanya dipilih alternatif yang menghasilkan
surplus/keuntungan atau nilai aset yang paling kecil.
5. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi menyebabkan terjadinya
perbedaan dalm penilaian terhadap sumber-sumber ekonomis dan
ketidaksesuaian antar penyelenggara akuntansi.
6. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
akuntansi dengan asumsi pengguna laporan keuangan dapat memahami
istilah-istilah tersebut.

C. KOMPONAN LAPORAN KEUANGAN


Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 13
tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum, Komponen
laporan keuangan (financial statement) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran, menyajikan informasi realisasi pendapatan-
LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca, menyajikan informasi berkaitan dengan akun riil yang terdiri dari
akun aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.
91

4. Laporan operasional, adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber


daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola
oleh BLUD untuk kegiatan operasionalnya.
5. Laporan arus kas, menyajikan informasi mengenai sumber, penggunan,
perubahan kas, dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
6. Lapora Perubahan Ekuitas, menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
7. Catatan atas laporan keuangan, meliputi penjelasan atau daftar terinci
serta analisis nilai suatu akun yang disajikan dalam neraca, laporan
operasional dan laporan arus kas.
Dalam rangka pengungkapan yang memadai, catatan atas laporan keuangan
memuat informasi antara lain:
1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target dan kendala dalam mencapai target yang telah
ditetapkan.
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama periode
pelaporan.
3. Menyajikan tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi dan kejadian
penting lainnya.
4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
5. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar.

D. PERIODE LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan yang wajib dibuat oleh BLUD Kabupaten Garut dan
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:
1. Laporan Triwulan
Setiap triwulan menyusun dan menyampaikan Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Arus Kas, paling lambat lima belas hari setelah
periode pelaporan berakhir dan disahkan oleh PPKD.
2. Laporan Semester
Setiap semester menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap
terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan
kinerja, paling lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir dan
disahkan oleh PPKD.
3. Laporan Tahunan
Setiap tahun menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap
terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan
kinerja, paling lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir dan
disahkan oleh PPKD.
92

BAB XXI
PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
KE DALAM LAPORAN KEUANGAN ENTITAS
AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN

Sistem akuntansi BLUD memproses semua pendapatan dan belanja BLUD, baik
yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan
APBN dan pendapatan usaha lainnya. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan
sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada SKPD/Unit
kerja.
BLUD di Kabupaten Garut menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana yang sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum. BLUD Kabupaten Garut ada yang merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja, oleh karena itu laporan
keuangannya dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Garut.
Konsolidasi laporan keuangan BLUD kedalam laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Garut dilakukan secara berkala setiap semester dan tahunan.
Untuk BLUD SKPD, komponen Laporan Keuangan yang dikonsolidasikan ke dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Garut sebagai entitas pelaporan yang
meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca;
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk BLUD Unit Kerja, komponen Laporan Keuangannya dikonsolidasikan
ke entitas akuntansi yang membawahinya meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca;
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Khusus untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLUD, dalam hal entitas
akuntansi/pelaporan membawahi Satuan Kerja BLUD, maka format LRA
konsolidasian entitas akuntansi/entitas pelaporan tersebut mengikuti format
LRA-BLUD.
Laporan arus Kas BLUD dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum (BUD). Transaksi dalam Laporan Arus
Kas BLUD dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang telah
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan SAL BLUD digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL
Bendahara Umum Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
93

Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLUD ke dalam laporan keuangan


entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap akun-akun timbal
balik (reciprocal accounts) seperti pendapatan, beban, aset, dan kewajiban yang
berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan.
Eliminasi reciprocal accounts ini dilakukan di entitas pelaporan ketika konsolidasi
laporan keuangan pemerintah daerah.

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN

Anda mungkin juga menyukai