Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-FARABI

Fitri Amaliah,Eka Parwani,Aflakha Adi Ruanda,Fu’ad Arif Noor


Amaliah6354@gmail.com, parwanieka84@gmail.com adielemontea@gmail.com,fuad.arif.noor@gmail.com

Abstrak
Dalam pandangan islam pendidikan itu bukan di mana anak yang menuntut ilmu hanya
disebuah sekolah. tetapi, ketika anak menuntut ilmu di situ terjadi sebuah pencapaian anak
menuntut ilmu. yang mana kala ilmu itu bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan dapat
diamalkan atau bermanfaat bagi orang lain. pendidikaan islam ini selalu mengalami
perkembangan hal ini disebabkan karena pendidikan islam ini bukan haya bersumber dari
nalar, tetapi juga berasal dari wahyu. penelitian ini menggunakan metode kepustakaan
(penelitian kepustakaan) dengan metode analisis deskriptif.riset kepustakaan yaitu kegiatan
yang berkenaan dengan pengumpulan data,pustaka dan membaca buku-buku yang berkaitan
dengan tokoh-tokoh pemikiran pendidikan Islam. penelitian ini fokus untuk menganalisi
makna yang dalam pemikiran Al-Farabi terkait pendidikan dengan menggunakan metode
analisis deskriptif. sumber artikel ini adalah buku-buku pendidikan, buku filsafat Islam, jurnal
jurnal dengan tema pendidikanPendidikaan menurut bahasa arab yang sering kita gunakan
adalah “tarbiyah” yang didalamnya terdapat kata kerja “rabba”.
Kata Kunci : Pendidikan Islam,Al-Farabi
Abastrac
In the view of Islam, education is not where children are only studying in a school. However,
when children study there, there is an achievement of children studying. Which is when the
knowledge can be useful for himself and can be practiced or useful for others. Islamic
education is always experiencing developments, this is because Islamic education is not only
sourced from reason, but also comes from revelation. This research uses the library method
(library research) with descriptive analysis method. Library research is an activity related to
data collection, literature and reading books related to Islamic education thought figures. This
research focuses on analyzing the meaning in al-Farabi's thought related to education by
using descriptive analysis method. The sources of this article are educational books, Islamic
philosophy books, journals with the theme of education. Education according to Arabic that
we often use is "tarbiyah" in which there is the verb "rabba".
Keywords : Islamic Education,Al-Farabi
PENDAHULUAN

Untuk memahami pemikiran pendidikan islam tidak semudah kita menguraikan kata
ISLAM. karena islam merupakan subjek yang sangat penting. Oleh karena itu sebelum kita
memahami pemikiran pendidikan islam, kita harus mengetahui aspek-aspek utama
pendidikan dalam agama islam. Dari sinilah para pemikir memiliki visi dan pandangan
yaang berbeda-beda. Sehingga muncul pendapat-pendapat tentang pemikiran pendidikan
islam.

Agama islam merupakan agama universal, yang mana telah memberikan pedoman hidup
manusia untuk menuju kehidupan yang bahagia. Peran agama islam dengan pendidikan
memiliki hubungan yang sangat erat, yang tidak dapat dilepaskaan satu sama lainnya.

Dalam pandangan islam pendidikan itu bukan hanya di mana anak yang menuntut ilmu
disebuah sekolah. Tetapi, ketika anak menuntut ilmu di situ terjadi sebuah keberkahan anak
menuntut ilmu. yang manakala ilmu itu bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan dapat
diamalkan atau bermanfaat bagi orang lain.

Pendidikaan islam ini selalu mengalami perkembangan. Hal ini disebabkan karena
pendidikan islam ini bukan haya bersumber dri nalar, tetapi juga berasal dari wahyu.
Kombinasi ini sangatlaah ideal dimana menggabungkan potensi manusia dan tuntunn firman
Allah SWT. Dengan penggabungan ini maka membedakaan pendidikan islam bukan hanya
dengan akal logika manusia.

Pendidikan juga bisa di artikian sebagai usaha seseorang untuk membina kepribaiannya
menjadi dewasa sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaanya. Dalam
sejarah ketika nilai-nilai islam dimasukkan dalam dunia pendidikan maka, dimasa itu
perkembangan islam berkembang pesat, peradaban dan kebudayaan mecapai puncak
keemasannya. Dan mucul para pemikir islam seperti( al kindi, al farabi, ibnu sina, ibnu
massarah, al razi, ibnu miskawaih, dan masih banyak lagi).

Dalam pendidikan Ki Hajjar Dewantara berpendapat bahwasannya pendidikan adalah


upaya seseorang untuk memajukkan budi pekerti pada dirinya atau juga bisa di artikan
sebagai kekuatan batin, pikiraan, dan jasmani anak-anak itu selars dengan keadaan alam dan
msyarakaat.

Islam menyediakan dasar-dasar untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang di


hrapkan pemikiran-pemikiran tersebut diharapkan bisa melahirkan pendidikan yang lebih
baik lagi. Manusia dituntut untuk bisa mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan bisa
sesuia dengan ajaran-ajaran islam.

Tidaklah sedikit para pemikir muslim yang menyumbangkan pemikirannya dalam dunia
pendidikan seperti ibnu kaldun, ibnu sina, khanun dan sebagainya. Upaya memahami tentang
pemikiran-pemikiran pendidikan islam kita tida hanya sekedar melihat sepotong realitas
pendidikan, tetapi hrus dilihat dari segi nilai kependidikannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dengan metode


analisis deskriptif.riset kepustakaan yakni serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data,pustaka dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan tokoh
pemikiran Pendidikan Islam.penelitian ini fokus untuk menganalisi makna yang dalam
pemikiran al-Farabi terkait pendidikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
sumber artikel ini adalah buku-buku pendidikan, buku filsafat Islam, jurnal jurnal dengan
tema pendidikan. 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Biografi Singkat Al Farabi

Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Ibn Tarkan ibn Auzalagh atau yang biasa kita
kenal dengan nama Al Farabi . Al Farabi juga biasa dikenal dengan sebutan Abu Nashr.1
Biasanya yang memanggil Al Farabi dengan Abu Nashr adalah orang-orang latin pada abad
pertengahan. Ia lahir di Wasy, Tukistan pada tahun 257 H ( 870M). Al Farabi memiliki
seorang ayah yang berasal dari kebangsan Persia. Ayahnya merupakan seorang jendral.
Ibunya Al Farabi merupakan keturunan dari kebanagsaan Turki.2

Dari umur Al Farabi masih belia dia sudah sangat suka belajar berbanding terbalik
dengan teman-temannya diusia saat itu. Tidak hanya suka belajar saat itu Al Farabi juga
mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa dia mampu menguasai bahasa-bahasa lain
diantaranya adalah Iran, Turkistan, Arab, dan Kurdistan.3Al Farabi pernah tinggal di Bukhara
untuk menempuh pendidikannya dibidang ilmu fiqih dan ilmu religius lainnya. Saat Al Farabi
ke kota Bagdad, kota tersebut berada di bawah pemerintahan Nashr ibn Ahmad (260-279H /
874- 892 M) . ketika itu merupakan masa dimana merupakan awal kebangkitan sastra dan
1
Fu’ad Arif Noo, ‘“Pendekatan Integratif Dalam Studi Islam”,’ Cakrawala, Vol. 13.No. 1 (2018), hlm. 60–73.
2
Hasyimsyah Nasution, ‘Filsafat Islam’, Rajawali Press, v.13.no.1 (2012), 32.
3
Zar, S, ‘Filsafat Ilmu’, hlm. 66-67.
budaya islam. Di kota Bagdad inilah Al Farabi pertama kali untuk belajar musik dan juga
beliau pernah menjadi seorang hakim di Bagdad.

Pada saat Al Farabi menjadi hakim masa itu dia mendengar bahwa ada seoarang guru
yang mengajarkan ilmu-ilmu filosofis. karena ia penasaran maka Al Farabi bersegera melepas
jabatnnya seorang hakim. Setelah Al Farabi terlepas dari jabatan hakimnya, eliau
menyibukkan dirinya dengan mempelajari ilmu logika dan filsafat Aristotelian kepada
Yuhanna ibn Hailan di kota Merv (Marw) Khurasan.4tepat usia 40 tahun, Al Farabi hijrah ke
Baghdad yang di waktu itu Bagdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan di
dunia. pertama kali Al Farabi menginjakkan kaki di Bagdad ia hanya mampu berbahasa arab
sedikit. Disini Al Farabi belajar ilmu nahwu dengan seorang guru bernama Abu Bakar As-
Saraj beliau juga belajar tentang ilmu logika serta filsafat kepada seorang kristen, Abu Bisyr
Mattius ibn Yunus.5

Setelah 20 tahun di Bagdad, pada tahun 330H / 941M, Al Farabi pindah ke Damsyik
(Damaskus – Suria). Di kota ini ia bertemu dengan Said al- Daulah al- Hamdani, merupakan
sultan Hamdan di Halab (Aleppo). Dengan kealiman dan keintelektual Al Farabi sultang
Hamdan begitu menyukainya. Sehingga sultan Hamdan ini mengajak Al Farabi untuk pindah
ke Aleppo. Sultan Hamdan memberikan Al Farabi kedudukan yang sangat baik, beliau
memberikan jabatan kepada Al Farabi sebagai orang yang penting. Al Farabi di jadikannya
sebagai penasehat istana oleh sultan Hamdan sampai beliau wafat di Aleppo sekitar pada
tahun 337 H / 950 M. Al Farabi wafat saat itu usia beliau 80 tahun. 6

2. Karya-karya Al Farabi
Al Farabi merupakan orang yang berpengaruh didalam pendidikan dunia islam.
Ia dikenal sebagai filsuf islam terbesar. kemampuan yang dimiliki Al Farabi tidaklah
dapat dipungkiri lagi, keahlian yang ia miliki tidak hanya dalam satu bidang
keilmuan. tetapi, Al Farabi juga pandai daam berbagai bidag keilmuan. Dan ketika Al
Farabi membahas tentang filsafat penjelasan yang ia berikan begitu menyeluruh
mengupas tentang filsafat. sehingga, filsuf setelah beliau itu banyak menggambil lmu
dari buku-buku atau karya-karya yang Al Farabi buat. Ibnu Sina dan Ibnu Rusdy
merupkan contoh filsuf yang mengambil dan mengupas dari karya beliau.

4
Daudy A, ‘Riwayat Lain Menyebut Ibn Sina Telah Membaca Sebanyak 40 Kali’, Tarbawiyah, V, Vol. 13.no.1,
hlm.27.
5
M.M. Syarif., ‘Para Filosof Muslim’, Tarbawiyah, V, Vol. 13, hlm. 66-67. 21 Bakar, O.
6
O Bakar, ‘Hierarki Ilmu’, Tarbawiyah, V, Vol. 13.No.1, hlm. 30.
Karya –karya Al Farabi diantaranya adalah : (a) Al- Jami’u Baina Ra’yani Al-
Hkiman Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails (pertemuan / penggabungan pendapat
antara Plato dan Aristoteles, (b) Tahsilu as Sa’adah ( mencari kebahagian) , (c) As
Suyasatu Al Madinah ( politik pemerintah ),(d) Fususu Al Taram ( hakikat kebenaran)
,(e) Arro’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran – pemikiran utama
pemerintahan), (f) As Syiasyah (ilmu poitik),(g) Fi Ma’ani Al Aqli ( makna berpikir),
(h) Ihsha’u Al Ulum (kumpulan berbagi ilmu), (i) Isbatu Al Mufaraqat (ketetapan
berpisah) , (j) Al Ta’liqat (ketergantungan).7
Ada juga buku Al Farabi yang berjudul “ Ihsaul Ulum” buku ini
menjelaskan tentang teori keilmuan dan juga cabang-cabangnya yang meliputi ilmu
Bahasa, Mantiq, matematika, fisika, politik, hukum, dan ketuhanan. Yang menjadikan
salah satu buku karya Al Farabi ini istimewa adalah dalam buku beliau ini Al Farabi
mengkaji semua cabang-cabang ilmu tersebut dengan teori-teori keislaman yang
beliau rangkum menjadi 2 cabang yaitu ilmu fikih (hukum islam) dan ilmu kalam
Ibnu Sina diceritakan juga pada masa itu Ibnu Sina membaca buku karangan
Aristoteles judulnya metafisika. Pada saat itu Ibnu Sina membacanya sampai empat
kali tetapi dia juga belum bisa memahami apa isi buku tersebut sampai ia membaca
buku “ Intisari Metafisika” karya Al Farabi ia jadi lebih bisa memahami yang awalnya
diara sulit oleh beliau.
Karya Al Farabi bukan hanya berbentuk buku, Al Farabi juga membuat
ulasan dan juga penjelasan terhadap karya-karya filosof Yunani, seperti al- Burhan
(dalil), Ibarah(keterangan), khitobah (cara berpidato), Al Jadal ( argumentsi atau
debat), Qiyas( analogi), dan Mantiq ( logika) ini merupakan ulasan dari karya-karya
Aristoteles. Ada juga dari karya Platinus yaitu “ Kitab al – Majesti fi- Ihnil Falaq”
karya dari Iskandar Al Daudisiy “ Maqalah fi –an – Nafsi.8
3. Pemikiran Al- Farabi Tentang Pendidikan Islam

Contoh pemikiran pendididikan yang bercorak religius-rasional meupakan kekhasan


asalal-Farabi. Kekhasan al-Farabi ini lebih ditopang dengan teori kebahagiaan yang beliau
populerkan. berdasarkan kebahagiaan al-Farabi merupakan kualitas kesempurnaan akhir bagi
manusia. dan itu tingkat mustafad, dimana beliau siap mendapatkan emanasi seluruh objek
rasional berasal logika aktif. menggunakan demikian sikap berfikir artinya perilaku yang
dapat mewujudkan kebahagiaan manusia.
7
HA Mustofa, ‘Filsafat Islam’, Pustaka Setia, Tt, ol. 13.no.1, hlm.127-128.
8
Sudarsono, ‘Filsafat Islam’, PT Rineka Cipta, v.13.no.1, hlm. 32.
Manusia mencapai kebahagiaan menggunakan perilaku yang bersifat impian.
sebagianpada antara lain berupa sikap kognitif dan sebagian lain berupa sikap fisik, dan
bukan dengan seluruh sikap yang sesuai tetapi, menggunakan sikap terbatas dan panglima.
sikap berkeinginan yang bermanfaat pada mencapai kebahagiaan artinya perilaku yang baik.
Disini dapat ditemukan bahwa pemikiran pendidikan Islam al-Farabi terletak di adanya niat
baik yang akan membawa untuk akhlak yang baik, berasal niat baik itu memunculkan teori
kebahagiaan, kebahagiaan yang dimaksud adalah ilmu. Al-Farabi berpendapat bahwa ilmu
akan kebahagiaan lain halnya bai kaum sufi jalan kebahagiaan artinya melalui pantangan diri
dari banyak sekalikenikmatan fisik. Jadi teori ilmubuat ilmu yang lepas asal moral serta
kepercayaan sudah ada hal yang jauh asal tujuan ilmu itu sendiri.

Jadi dapat Kata kunci al-Farabi memandang adanya korelasi yang bertenaga antara
akhlak dan pengetahuan rasional. dengan demikian, niat baik yang menunjukkan di atas
akhlak yang baik sudah ada hal penting bagi kejernihan jiwa manusia dan peningkatannya
ketingkat berfikir jadi mencapai logika mustafad yang berhak mendapatkan emanasi ma'qulat
dari logika aktif.

a. Tujuan

Menurut Al-Farabi, pendidikan adalah media buat menerima tentang nilai, pengetahuan, dan
keterampilan praktis bagi individu pada periode serta budaya tertentu. tujuan akhirnya,
membimbing individubuat menuju kesempurnaan. sebab, manusia diciptakan guna mencapai
kesempurnaan. iklan sementara, kesempurnaan tertinggi artinya kebahagiaan. dari Al-Farabi,
manusia yang tepat sudah ada mereka yang telah mengetahui kebajikan secara teoretis serta
menjalankannya dalampraktik keseharian. pendidikan,menurut Al-Farabi, harus
menggabungkan antara kemampuan teoretis berasal belajar yang diaplikasikan dengan
tindakan mudah. kesempurnaan gila, kata dia terletak di tindakannya yang sesuai
menggunakan teori yang jangkauannya. ilmu tidak akan memiliki arti kecuali bila ilmu itu
bisa diterapkan pada.

fenomena dalam rakyat. Bila tidak diterapkan maka ilmu itu tidak bermanfaat. dengan,istilah
Al-Farabi, seseorang menjadi tepat jika dia praktek ilmunya dalam tataran sederhana. dengan
pandangannya yg seperti itu, Al-Farabi mewujudkannya suatu kesempurnaan dalambidang
pendidikan. Yaitu, meleburnya pengetahuan intelektualdan sikap yang saleh.9

9
Aziz sam, ‘Pendidikan Menurut Al-Farabi’, Pendidikan-Menurut-Al-Farabi.Html, A, 25 Desember 2015.
Adapun tujuan pengajaran adalah untuk membangun bangsa dan negara agar memiliki
kecakapan dalam bidang ilmu pengetahuan. Selanjutnya al-Farabi mengingatkan bahwa yang
dimaksud dengan speculatif science adalah pengajaran yang dilakukan oleh raja atau
pemimpin. Speculatif science harus diajarkan dengan metode yang menyakinkan seperti
metode logika. Seorang guru juga harus memgetahui tentang sesuatu yang diajarkan kepada
penduduk yang berbeda-beda.

b. Kurikulum

penjabaran Ilmu menurut al-Farabi disusun dalam buku yang populer yaitu “Ihsya al-
ulum” al-Farabi membangun penjabaran ilmu yang terang tetapi tetap terpadu, berdasarkan
Tiga pengelompokkan utama ilmu: Metafisik, Matematik, dan Ilmu-ilmu Alam.

1) Metafisik
2) Matematik. berdasarkan al-Farabi dibagi menjadi tujuh cabang, yaitu: aritmatika,
geometri, astronomi, musik, optika, ilmu ihwal gaya, indera-alat mekanik.
3) Ilmu-ilmu Alam. ilmu-ilmu alam,yang belajar benda-benda alam serta aksiden-
aksiden yg bawaan didalamnya, dibagi menjadi:
Minerologi, yang termasukkimia, geologi, metalurgi;
(B)nabati yang hal baik menggunakan semua spesies tumbuhan, serta sifat awam
serta sifat-sifat spesifik darimasing-masing spesies;
(c) Zoologi,yang didekati menggunakan banyak sekali spesies binatang yg , serta
sifat-sifat awam serta sifat-sifat speberbeda bedasifik asal masing-masing spesies,
termasuk ke pada katagori ini sudah ada: (1) Psikologi yang membahas daya-daya
tumbuhan, binatang serta gila; (doa) Kedokteran yang berbicara tetang gila
berasalsudut sehat atau sakitnya.10

Artikrusial pembagian terstruktur mengenai ilmu ini merupakan untuk memudahkan


penyusunan kurikulum dari ilmu yang ingin diajarkan untuk murid asam. menjadi gambaran
dari klasifikasi ilmu yang berdampak positif di kurikulum yang dibangun.

4. Pendidik dan Peserta Didik

Pada pemikirannya tentang pendidikan, Al-farabi pun peran agar kaum terpelajar tidak
hanya berdiam di menara gading. jika Al-Farabi mengatakan bahwa kesempurnaan teori dan
praktek berasal dari ilmu yang dimiliki seseorang, maka ia tidak akan beroperasi. arena,

10
Mulyadhi Kartanegara, ‘Integrasi Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Islam.’, Tarbawiyah, V, Vol. 13, (16AD).
kehidupan di suatu masyarakatlah yang bisa menghasilkan seseorang mempraktekkan
ilmunya.

Jika kaum terpelajar memutus sama sekali kaitan menggunakan masyarakat serta
berada di luar mereka, ujar Al-Farabi, maka kemungkinan mereka hanya belajar buat menjadi
sosok yang pembohong tanpa kendali. dalam konteks ini, dia ingin mewujudkan warga ideal
melalui pendidikan. Al-Farabi masukkanpula seni menjadi salah satu mata pelajaran yang
harus diajarkan pada proses pendidikan. karena, kata Al-Farabi, orang bijak artinya mereka
yang sangat mahir pada bidang seni dan mencapai kesempurnaan pada di dalamnya. oleh
karena itu, sebagaimana tujuan pendidikan berdasarkan Al-Farabi adalah mengakibatkan gila
yang benar-benar tepat. maka kemungkinanbeliau berharap global ini dipegang oleh generasi
islam yang terpelajar dan intelektual yang mana keduanya adalah sifat berasal pendidik serta
siswa.

Al-Farabi menyimpulkan, pendidikanyg berhasil sangat berkorelasi dengan syarat


moral yangbaik. Terkait soal moral ini,beliau mendefenisikan moral sebagai keadaan pikiran
tempat manusia melakukan yang baik yang memiliki sifat etis atau rasional.

5. Metode Atau Media Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut Al-farabi

Menurut Al-Farabi, pendidikan sudah ada kebutuhan setiap Individu. Tanpa


pendidikan, seseorang tidak bisa mencapai Kesempurnaan serta kebahagiaan hayati.
Menggunakan demikian, pendidikan Wajib tersedia bagi seluruh orang tanpa pandang
tingkat sosial Mereka.tetapi, metode pengajaran pada pendidikan harus disesuaikan
Berdasarkan grup tertentu. Al-Farabi mengatakan, terdapat dua metode dasar pendidikan.
Pertama Sudah ada metode yang disesuaikan buat masyarakat biasa dengan langkah
Persuasif. dari Al-Farabi, metode persuasi sudah ada metode membujuk pendengar
menggunakan hal-hal yang logistik dan memuaskan pikirannya tanpa kepastian. akan
tercapai ketika Pendengar melakukan hal-hal yang beliau yakini merupakan benar.

Selain itu, Al-Farabi pula mengadopsi metode Yunani, Plato. Ia menggunakan metode
dialog atau bertujuan. Dia adalah juga Pentingnya diskusi dan dialog pada pedagogi. Pada
konteks ini, Ia memperkenalkan doa hal baru, yaitu argumen dan wacana. metode Ihwal
dapat dilakukan menggunakan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Ilmiah wacana suatu hal.
Kemudian, orang-orang akan diperhatikan buat Memecahkan duduk perkara ilmiah tadi.
Sedangkan, metode argumentasi Digunakan untuk memenangkan debat atas lawan bicara.
Bahkan, Metode ini pula bertujuan agar melawan bicara memercayai gagasan yang
Sebelumnya mereka tolak. Al-Farabi mengatakan, metode argumen Cocok buat mengajar
orang-orang yang keras kepala. Buat mengajar warga umum , usahakan gunakan metode
Yang jangkauan. Al-Farabi menuliskan seluruh metode pedagogi Tadi pada bukunya yang
berjudul Al-Alfaidz. Ternyata metode Yang dia munculkan yakni metode persuasif dan
demonstratif serta Metode tentang dan argumen, sampai saat ini masih permanen diterapkan
pada forum-forum pendidikan pada semua Indonesia, mulai asal forum Pendidikan terendah
sampai forum pendidikan tertinggi.

Bahkan, Metode ini pula bertujuan agar melawan bicara memercayai gagasan yang
Sebelumnya mereka tolak. Al-Farabi mengatakan, metode argumen Cocok buat mengajar
orang-orang yang keras kepala. Buat mengajar warga umum , usahakan gunakan metode
Yang jangkauan. Al-Farabi menuliskan seluruh metode pedagogi Tadi pada bukunya yang
berjudul Al-Alfaidz. Ternyata metode Yang dia munculkan yakni metode persuasif dan
demonstratif serta Metode tentang dan argumen, sampai saat ini masih permanen diterapkan
pada forum-forum pendidikan pada semua Indonesia, mulai asal forum Pendidikan terendah
sampai forum pendidikan tertinggi.

Tabel 1. Konsep Pendidikan menurut Al-Farabi

No Aspek Konsep Pendidikan Menurut Al-Farabi


.
1. Tujuan Membimbing individu untuk
Pendidikan menuju kesempurnaan
2. Kurikulum Ilmu diklasifikasikansecara terperinci namun tetap
terpadu, berdasarkan tiga pengelompokkan utama ilmu:
Metafisik, Matematik, dan Ilmu-ilmu Alam
3. Pendidik Tidak ada konsep secara jelas namun seorang pendidik
Peserta Didik dan peserta didik harus tidak boleh lepas dari kehidupan
masyarakat karena masyarakat tempat mempraktikkan
ilmu yang dimiliki seseorang.
4. Metode Pendidikan Ada dua metode dasar pendidikan. Pertama adalah
metode yang disesuaikan untuk rakyat biasa dengan
langkah persuasif. Sedangkan, metode kedua adalah
demonstratif. Al-Farabi juga mengadopsi metode filsuf
Yunani, Plato. Ia menggunakan metode dialog atau
perdebata
5. Proses Pembelajaran

6. Implementasi Anak Usia Dini Dan MI/SD Tentang Pemikiran Pendidikan Islam

Menurut Al-Farabi

Al-Farabi memiliki teori tentang pengetahuan, Al-Farabi percaya bahwa jendela


pengetahuan adalah indera, karena pengetahuan masuk ke manusia melalui indera. konsep
keilmuan Al-Farabi dapat digolongkan ke dalam bidang filsafat pendidikan Islam,filsafat
pendidikan Islam itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan muatan pendidikan
yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits, merumuskan berbagai proses pembelajaran, dan
merumuskan strategi pembelajaran. dan mata kuliah dan sistem evaluasi berdasarkan ajaran
Islam dan mengkaji tujuan khusus dan umum pendidikan Islam, baik sementara maupun
abadi. filsafat Pendidikan Islam ada tiga mazhab filsafat pendidikan Islam, jika satu per satu
mazhab pendidikan Islam, Anda akan menemukan pemikiran-pemikiran pendidikan
Farabi.ada tiga mazhab filsafat pendidikan Islam, yaitu:

1. “‫”م ذهب دي نى محاف ظ فى التفك ير فى التربي ة‬Aliran Pendidikan Konservatif (Al-Muhafidz) Atau

Aliran Pendidikan Dalam Rangka Memahami Islam.

Pada berpendapat bahwa yang wajib diajarkan pada peserta didik pertama kali
merupakan Al-Quran menggunakan mengerti tafsirnya dan sekaligus ilmu yg berkaitan
dengannya.11pendapat Muhammad al-Jawad Ridha tentang aliran pendidikan Islam koservatif
ini mengatakan bahwa, ilmu al-Qur‟an merupakan induk segala ilmu, kemudian dilanjutkan
belajar hadits, ulumul hadits, ushul fiqih, nahwu dan syaraf. dalam aliran konservatif ini
mereka membagi ilmu itu kepada fardhu ain dan fardhu kifayah. yang dimaksud ilmu yang
fardhu ‘ain adalah ilmu dalam perkara melaksanakan kewajiban Islam. ilmu pengetahuan yang
berorientasi pada ajaran Islam seperti belajar al-Qur’an, Al-Hadits, Tauhid, Akhlaq, Fiqih dan
seterusnya.12

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

11
4Ridha, Muhammad Jawari, ‘Al-Fikr at-Tarbawiyah Al-Islamiyah’, Muqaddimah Fi Ushul Al-Islamiyah, h.66.
12
JIEBAR Gunaldi Ahmad, ‘Basic and Applied Research’, Journal of Islamic Education:, Vol. 01, Nomor 01.
Arti nya : mencari ilmu itu hukum wajib bagi tiap-tiap orang muslim (laki-laki dan
perempuan).HR.ibnu madjah

Adapun ilmu yang sifatnya fhardu kifayah yaitu semua ilmu yang tidak berhubungan
langsung dengan Islam seperti kedokteran, Fisika, Kimia dan seterusnya. tujuan ilmu
kedokteran merupakan hal pokok guna kesehatan tubuh di dalam mazhab pendidikan ini al-
Farabi menjelaskan bahwa manusia mengalami masa pertumbuhan, pendidikan agama diikuti
dengan pertumbuhan anggota tubuh dan pikiran. sebab itu pada pembelajaran harus
memperhatikan fase pertumbuhan tersebut dengan akhir-bertahap Jika tidak hadiah pelajaran
yg tidak sinkron masanya akan memberikan akibat buruk bagi perkembangan jiwa. Aliran ini
dianut beberapa tokoh ahli pendidikan Islam diantaranya Imam al-Ghazali, Nasir ad-Din At-
Thusi, Ibnu.

2. “ ‫ ” مذهب يتعامل مع التربية تعامال دينيا عقالنيا‬Aliran Religius-Rasional (Al-Diniy Al-Aqlany).

Pada aliran ini, ilmu tidak saja sebagai pengetahuan, namun juga harus dapat
diterapkan, jika ilmu hanya sebatas sebagai pengetahuan, maka mereka baru menyebutnya

dengan istilah ‫ التعلم‬jadi yang dimaksud ilmu dalam aliran ini adalah menunjukkan adanya

daya atau ‫ القوة‬. daya atau ‫ القوة‬tersebut butuh pada media atau tempat, dan tempat yang
dibutuhkan adalah pada akal dan jiwa, pandangan ini dianut oleh al-Farabi, Ibnu Sina dan
Ibnu Maskawaih. konsep tujuan pembelajaran dan lain sebagainya, yang sangat jauh dengan
rumusan aliran sebelumnya.13 Menuru al-Farabi jiwa manusia memiliki beberapa kekuatan:

a) Kekuatan gizi yaitu kekuatan itu akan ada dan langgeng bila gizi tubuh terpenuhi
dengan cukup.
b) Kekuatan inderawi, sepert alat perasa, bagi manusia. Misalnya manusia dapat
merasakan hawa panas, sejuk dan dingin.
c) kekuatan imajinasi (rasa sedih dan gembira).
d) Kekuatan mengingat (hafalan).

Kekuatan daya yaitu kekuatan dapat meggunakan seluruh potensi akalnya guna bisa
membedakan yang baik dan yang buruk, dan dengan ini manusia dapat mewujudkan apa yang
di rumuskan sesuai pikiran sesuai akalnya.

13
Ridha, Muhammad Jawari, ‘Muqaddimah Fi Ushul Al-Islamiyah’, h. 71.
Menurut aliran ini, proses pendidikan dan pembelajaran adalah kiat transformasi
potensi peserta didik agar memiliki kemampuan psikomotorik. dalam aliran pendidikan
religius rasional pendidikan diselenggarakan dengan sistem program kurikuler dimana dalam
aliran ini selalu dikedepankan pemikiran idealistik sehingga semua ilmu yang dianggap
substantif dianggap bernilai dan dimasukkan pada kurikulum. Penulis berpendapat terdapat
kecenderungan pandangan antara al-Farabi, Ibnu Sina serta Ibn Maskawaih ihwal sirkulasi
filasafat pendidikan, bagi mereka, pada pendidikan kemampuan psikomotorik lebih
diutamakan.Ali Al-Jambulati menjelaskan kurikulum tingkat tinggi pendidikan Islam yang
selaras dengan aliran religius-rasionalis ini:

a) Aspek perhatian kepada ilmu-ilmu agama dengan perhatian menyebabkan penciptaan


ilmu-ilmu pembantu untuk memahami ajaran agama untuk mengistimbathkan hukum-
hukumnya. karena itu agama menjadi faktor penentu dalam semua kurikulum
sehingga ahli filsafat Islam berpendapat bahwa kesempurnaan manusia tidak mungkin
dicapai kecuali dengan mempertemukan agama dan ilmu pengetahuan atau antara
sirkulasi pengetahuan Islam menggunakan filsafat Greek (Yunani kuno).
b) Kedudukan pelajaran kesusasteraan berada pada tingkat di bawah ilmu agama dan
pelajaran ini tidak bisa berdiri sendiri, melainkan sebagai alat memahami agama.
c) Perhatian orang Arab kepada studi ilmiah semakin bertambah sehingga kurikulum
pendidikan Islam mencakup ilmu alam, ilmu falak dan matematika. Karena mereka
merasakan dampaknya yang mendalam terhadap kemajuan berfikir dan peradaban.

Aliran Pendidikan Religius-Rasional tujuan pendidikan adalah guna mencapai


kebahagiaan, konsep kebahagiaan ini sama dengan pandangan Ibn Maskawaih.

3. “ ‫ “ مذهب يمكن االصطالح علىى وصفه بمذهب الذرائع‬Aliran Pragmatis.

Aliran pendidikan guna mencegah prilaku buruk dan meningkatkan moral, Aliran ini
memiliki pandangan, bahwa pendidikan harus dapat mencegah terjadinya prilaku buruk serta
harus mengupayakan terjadinya peningkatan kwalitas moral, salah satu tokoh yang menganut
aliran pemikiran ini adalah Ibnu Khaldun. ilmu berdasarkan tujuan dan fungsinya, bukan
berdasarkan pada nilai atau substansinya semata.14 Al-Farabi memandang adanya hubungan
yang kuat antara akhlak dan pengetahuan rasional, semua prilaku dan niat baik manusia yang
menunjukkan atas akhlak yang baik merupakan hal penting bagi kejernihan jiwa serta
14
Agung Setiyawan, ‘Konsep Pendidikan Menurut Alghazali Dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran)Tarbawiyah’, Vol. 13, No.1.
peningkatannya pada tingkat berfikir yang rasional sehingga dapat mencapai derajat akal
mustafad dan berhak menerima emanasi ma‟qulat dari akal aktif.

Dari tiga model pemikiran filsafat di atas, model pemikiran pendidikan yang bercorak
religius-rasionallah yang merupakan kekhasan dari al-Farabi. Kekhasan al-Farabi ini lebih
ditopang dengan teori kebahagian yang ia populerkan.menurutnya kebahagiaan adalah
pencapaian kesempurnaan akhir,yang dirasakan oleh setiap manusia. Kesempurnaan itulah
yang disebut dengan mustafad,yaitu dimana kondisi jiwa sudah siap menerima emanasi dari
seluruh objek rasional yang bersumber dari akal aktif. Kebahagiaan, adalah ketika jiwa
manusia mengalami proses kesempurnaan dalam eksistensinya, sehingga tegaknya jiwa tidak
membutuhkan lagi kehadiran materi,dan hal itu dapat terjadi manakala jiwa, termasuk
kumpulan sesuatu yang bebas dari fisik dan kumpulan substansi yang berbeda dengan materi
selalu bertahan dalam situasi tersebut.15

Beberapa contoh implementasi daripada pendidikan filsafat Islam dalam ruang lingkup
pembelajaran PAUD/RA, SD/MI .contoh ke anak PAUD :

1) memberikan Pekerjaan kepada siswa agar bisa menyelesaikan persoalan tertentu


2) Melakukan pengamatan terhadap warna daun (ada yang hijau, kuning, merah, dll.)
3) Melakukan kegiatan menjiplak
4) Mewarnai gambar tumbuh-tumbuhan
5) Menemukan benda yang memiliki bentuk persegi, segitiga, dll.

Ini semua bisa masuk ke dalam filsafat pendidikan Islam di bagian bahwa hakikat nya
manusia di berikan akal pikiran untuk menyelesaikan sebuah persoalan tertentu atau
menemukan sesuatu yang belum di ketahui oleh manusia itu atau yang di sebut dengan
implementasi dari pada Al-insan Al-kamil.contoh ke anak SD/MI.yaitu :

1) menggunakan metode kerja kelompok, siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan


tugas-tugas besar.

2) mendirikan tenda secara bersama-sama. Guru memberikan aba-aba dan memberikan


petunjuk cara mendirikan tenda.
3) Membersihkan atau mempercantik lingkungan kelas secara bersama-sama

15
Muhammad „Utsman Najati, ‘Jiwa Dalam Pandangan Filosof Muslim’, Pustaka Hidayah, h.76.
Dari sini kita bisa menumbuhkan individu yang bisa melakukan interaksi sosial baik
antar kelompok, antar manusia, antar penduduk atau tetangga atau dengan umat keseluruhan.
Sesuai pandangan filsafat Al-farabi yaitu A’ra ahl al-madinah al-fadhilah dimana manusia
yang sempurna adalah yang bisa berinteraksi sosial berupa kerjasama dengan suatu
komunitas

KESIMPULAN

Dari pembahasan dan penjelasan di atas dapat di simpulkan pemikiran pendidikan islam
itu adalah merupakan proses kerja akal dan hati harus dilakukan secara bersungguh-sungguh
agar dapat menilai berbagai persoalan yang ada di daalam pendidikan islam dan berupaya
untuk membangun peradaban pendidikan yang bisa membina peserta didik. pendidikan Islam
sudah ada yang akan terjadi berasal dari kerja Filsafat Pendidikan Islam, jadi Jika ingin
melakukan serta perubahan pendidikan Islam ke Arah yang lebih baik, maka Yang harus
dilakukan yaitu menelaah berbagai unsur, misalnya hakikat, tujuan, serta nilai-guna-manfaat
serta cara kerja, sebagai karakteristik kerja yang menjadi kekhasan Filsafat Pendidikan Islam
secara mendalam.

Dari penjelasan ini bisa ditemukan bahwa pemikiran pendidikan Islam Al-Farabi
terletak di adanya niat baik yang akan membawa akhlak baik, dari niat baik itu
memunculkan teori kebahagiaan, kebahagiaan yang dimaksud merupakan ilmu. Al-Farabi
ber-opini bahwa ilmu akan membawa kebahagiaan lain ,bagi kaum sufi jalan kebahagiaan
adalah melalui pantangan diri dari banyak sekali kenikmatan fisik. ilmu. Dari segi enam
pusaran filsafat pendidikan Islam, Al-Farabi secara penjabaran masuk pada aliran religius-
rasional. Menurut Al-Farabi antara ilmu dan amal bersinergi pada kesatuan agar mendapatkan
kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA
4Ridha, Muhammad Jawari, ‘Al-Fikr at-Tarbawiyah Al-Islamiyah’, Muqaddimah Fi Ushul
Al-Islamiyah, h.66

Agung Setiyawan, ‘Konsep Pendidikan Menurut Alghazali Dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran)Tarbawiyah’, Vol. 13, No.1

Aziz sam, ‘Pendidikan Menurut Al-Farabi’, Pendidikan-Menurut-Al-Farabi.Html, A, 25


Desember 2015.

Bakar, O, ‘Hierarki Ilmu’, Tarbawiyah, V, Vol. 13.No.1, hlm. 30

Daudy A, ‘Riwayat Lain Menyebut Ibn Sina Telah Membaca Sebanyak 40 Kali’,
Tarbawiyah, V, Vol. 13.no.1, hlm.27

Fu’ad Arif Noo, ‘“Pendekatan Integratif Dalam Studi Islam”,’ Cakrawala, Vol. 13.No. 1
(2018), hlm. 60–73

Gunaldi Ahmad, JIEBAR, ‘Basic and Applied Research’, Journal of Islamic Education:, Vol.
01, Nomor 01

Hasyimsyah Nasution, ‘Filsafat Islam’, Rajawali Press, v.13.no.1 (2012), 32.

M.M. Syarif., ‘Para Filosof Muslim’, Tarbawiyah, V, Vol. 13, hlm. 66-67. 21 Bakar, O

Mulyadhi Kartanegara, ‘Integrasi Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Islam.’, Tarbawiyah, V,


Vol. 13, (16AD)

Mustofa, HA, ‘Filsafat Islam’, Pustaka Setia, Tt, ol. 13.no.1, hlm.127-128

Najati, Muhammad „Utsman, ‘Jiwa Dalam Pandangan Filosof Muslim’, Pustaka Hidayah,
h.76

Ridha, Muhammad Jawari, ‘Muqaddimah Fi Ushul Al-Islamiyah’, h. 71

Sudarsono, ‘Filsafat Islam’, PT Rineka Cipta, v.13.no.1, hlm. 32

Zar, S, ‘Filsafat Ilmu’, hlm. 66-67

Anda mungkin juga menyukai