Anda di halaman 1dari 4

TOPIK 3 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

TEKNOLOGI BARU DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

KELOMPOK 2
1. Fathya Zahara
2. Fitri Armita
3. Fitria Anggela
4. Ikke Yolanda Fatmi
5. Jeki Emrizon
6. Maria Syafri

MODEL PEMBELAJARAN ASSURE


STATE STANDARDS AND OBJECTIVES
(Menentukan Standar Dan Tujuan)

Model pembelajaran assure dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi peserta
didik untuk melaksanakan sebuah pembelajaran yang disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
bermakna bagi peserta didik
ASSURE terdiri dari 6 langkah yakni ;
1. Analyze Learner
2. State Standards and Objectives
3. Select Strategies and Resources
4. Utilize Resources
5. Evaluate and revise

A. PENGERTIAN TUJUAN DAN STANDAR


Tujuan dan standar pembelajaran menjadi salah satu langkah penting dalam
penerapan kegiatan pembelajaran. Pada model pembelajaran ASSURE, tujuan dan standar
tersebut berada pada langkah ke-dua yakni state standards and objectives atau dapat disebut
sebagai tahap merumuskan standar dan tujuan. Standar pembelajaran di Indonesia mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan. Standar Nasional Pendidikan
merupakan kunci untuk mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu. Standar Nasional
Pendidikan dijadikan sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukumNegara Kesatuan Republik Indonesia.
State standards and objectives mengacu pada standar isi dalam Standar Nasional
Pendidikan di Indonesia. Standar isi mengatur tentang komponen materi dan kompetensi
dari suatu jenjang pendidikan demi terwujudnya lulusan yang kompeten. Sedangkan tujuan
pembelajaran adalah pernyataan-pernyataan yang menyatakan hasil belajar yang akan
dicapai oleh mahasiswa pada mata kuliah anda. (Zaini, 2002). Cranton mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan dan
kemampuan yang diharapkan dari peserta setelah selesai pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang harus dipilih dan ditentukan dengan
hati-hati untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna (Isman, 2011). Tujuan
pembelajaran biasanya ditulis oleh guru atau sekolah, dengan mengidentifikasi hasil
yang sangat spesifik. Penting untuk dicatat bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan
tentang apa yang akan dicapai setiap peserta didik, bukan bagaimana pelajaran akan
diajarkan.

B. URGENSI PENENTUAN TUJUAN DAN STANDAR


Tujuan dan standar perlu dibuat guna untuk menujukkan pengetahuan dan
kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Terdapat beberapa
alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program
pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini :

1. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas


keberhasilan proses pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan
belajarsiswa
3. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran
4. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-
batas dan kualitas pembelajaran.
5. Dasar untuk penilaian, untuk menyatakan standar dan tujuan belajar adalah
memastikan penilaian yang akirat atas pembelajaran siswa. Penilaian yang
dilakukan dapat mengukur kemampuan dan pengetahuan sasaran.
6. Dasar untuk ekspektasi belajar siswa, jika standar dan tujuan belajar spesifik
dinyatakan secara jelas, belajar dan mengajar menjadi berorientasi pada tujuan.

C. CARA MENENTUKAN TUJUAN PEMBELAJARAN


1) Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas. Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada terdiri atas:
a) kompetensi inti sikap spiritual;
b) kompetensi inti sikap sosial;
c) kompetensi inti pengetahuan; dan
d) kompetensi inti keterampilan.

2) Kompetensi Dasar (KD)


Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku
tekspelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

3) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 41 Tahun 2007, indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian
kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan
oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD). Dengan demikian
indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini
sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian
mata pelajaran.
Terdapat 3 kategori dalam Indikator Pencapaian Kompetensi :
a) Indikator Kunci
Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD.
Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus
dikuasai peserta didik tercapai berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran.
b) Indikator pendukung
Bertujuan membantu peserta didik memahami indikator kunci, dinamakan juga
indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah dipelajari peserta
didik, berkaitan dengan indikator kunci yang dipelajari.
c) Indikator pengayaan
Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari
standar minimal KD. Dirumuskan apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi
yang lebih tinggi dan perlu peningkatan yang baik dari standar minimal KD.

4) Tujuan Pembelajaran
Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan
pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama
proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN BERBASIS A-B-C-D


Robert Heinich bersama rekan-rekannya, Michael Molenda, James D. Russell, dan
Sharon E. Smaldino mengembangkan model tujuan pembelajaran ABCD dalam sebuah
buku berjudul “Instructional Technology and Media for Learning” pada tahun 2001. Sesuai
dengan namanya, model tujuan pembelajaran ABCD terdiri dari 4 elemen, yaitu: Audience
(peserta), Behavior (perilaku), Conditions (kondisi), dan Degree (tingkatan). Penjelasan
lebih lanjut terkait empat elemen tersebut akan diuraikan di bawah ini:

1. Audience (Peserta)
Identifikasi peserta pelatihan menjadi hal penting dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Audience diperlukan untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan pembelajaran
berfokus pada apa yang akan diketahui dan dapat dilakukan peserta didik setelah proses
pembelajaran. Penting untuk secara jelas mengidentifikasi peserta didik yang ditargetkan
termasuk karakteristiknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari peserta pelatihan
diantaranya adalah, siapa yang menjadi sasaran dari program pelatihan yang akan disusun?
Contoh:
Siswa mampu ….
Peserta didik mampu …

2. Behavior (Perilaku)
Perilaku pada bagian ini mengacu pada perilaku yang harus ditunjukkan peserta pelatihan
di akhir sesi pembelajaran. Dalam menentukan perilaku harus se-spesifik mungkin dan
menghindari kata-kata yang sulit untuk diukur, seperti mengetahui, memahami, dll. Kata
kerja yang bisa digunakan, seperti “mendemonstrasikan”, “mengidentifikasi”, dll. Untuk
menentukan kata kerja ini dapat mengacu pada taksonomi bloom yang sudah dijelaskan
pada tulisan sebelumnya.
Contoh:
Peserta didik mampu mendemonstrasikan penentuan tajuk subjek
….Siswa mampu melakukan analisis perkembangan …

3. Condition (Kondisi)
Kondisi pada bagian ini merujuk pada kondisi di mana peserta pelatihan diharapkan dapat
mencapai perilaku yang ditargetkan. Kondisi ini dapat diartikan sebagai stimulus untuk
peserta. Biasanya kondisi ini diberikan dalam bentuk kata benda yang dapat membantu
peserta dalam mencapai perilaku yang ingin dicapai.
Contoh:
Peserta didik mampu mendemonstrasikan hasil diskusi dengan percaya diri dan
bertanggung jawab

4. Degree (Tingkatan)
Elemen terakhir ini digunakan untuk mengukur capaian tujuan pembelajaran. Hal ini
berkaitan dengan elemen kedua, perilaku. Pada elemen kedua ditekankan bahwa penentuan
kata kerja harus spesifik dan terukur. Pada elemen ini, lebih dijelaskan lagi standar
pengukurannya.
Contoh:
Peserta didik mampu mendemonstrasikan hasil diskusi dengan percaya diri dan
bertanggungjawab selama 30 menit
Peserta didik mampu melakukan analisis perkembangan masa kemerdekaan sampai
reformasi secara runtut tanpa kesalahan.

DAFTAR RUJUKAN
Zaini, Hisyam. dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta :
CTDSIAIN Sunan Kalijaga
Isman, A. (2011). Instructional Design in Education: New Model. TOJET: The TurkishOnline
Journal of Educational Technology, 10(1), 136-142.
tojet.net/articles/v10i1/10114.pdf

Anda mungkin juga menyukai