Anda di halaman 1dari 3

Sekandal Bank Century

Di tengah kehidupan Indonesia yang sangat rumit pemerintah dan Bank Indonesia
mengeluarkan kebijakan yang jauh dari kepentingan rakyat. Pada akhir 2008 Bank
Century yang sudah bangkrut dibantu oleh pemerintah sebesar 6,762 triliun.
Dana tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada segelintir konglomerat pemilik
dan nasabah Bank Century. Skandal Century merupakan skandal keuangan terbesar
kedua setelah kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang mencapai lebih dari
Rp 600 triliun tanpa ada penyelesaian yang tuntas.

Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa


nasabah besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna akan
menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang ada di bank
tidak ada sehingga tidak mampu mengembalikan uang nasabah dan tanggal 30
Oktober dan 3 November sebanyak US$ 56 juta surat-surat berharga valuta asing
jatuh tempo dan gagal bayar.
Tanggal 20 November BI mengirim surat kepada Menteri Keuangan yang
menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan
mengusulkan langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Pada 5 Desember 2008 LPS menyuntikkan dana kembali sebesar Rp 2,2 triliun
untuk memenuhi tingkat kesehatan bank. Akhir bulan Desember 2008 Bank
Century mencatat kerugian sebesar Rp 7,8 triliun.
Bank yang tampak mendapat perlakuan istimewa dari Bank Indonesia ini masih
tetap diberikan kucuran dana sebesar Rp 1,55 triliun pada tanggal 3 Februari 2009.
Padahal bank ini terbukti lumpuh. KPK menduga ada suap menyuap antara pejabat
maupun penegak hukum. Sehingga, KPK gencar melakukan penyelidikan.
Faktor penyebab utama dari skandal Bank Century adalah rendahnya transparansi
dan akuntabilitas dalam penanganan masalah keuangan bank tersebut. Pada saat
itu, Bank Century mengalami kesulitan keuangan yang serius dan terancam
mengalami kebangkrutan. Untuk mencegah hal ini, Bank Indonesia (BI)
memberikan dana talangan sebesar Rp 6,76 triliun kepada Bank Century dengan
tujuan untuk menstabilkan keadaan perbankan dan mencegah dampak yang lebih
luas terhadap perekonomian. Namun, proses penyaluran dana talangan ini
dianggap tidak transparan dan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Ada
indikasi bahwa sebagian besar dana talangan tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi para pemilik saham dan pihak terkait, bukan untuk penyelamatan bank
yang seharusnya. Hal ini mencerminkan adanya konflik kepentingan dan
penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan keuangan negara. Selain rendahnya
transparansi dan akuntabilitas, kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang
efektif terhadap praktik-praktik korupsi dan pencucian uang di sektor perbankan
juga menjadi faktor penyebab skandal Bank Century. Pengawasan yang lemah dan
kurangnya tindakan pencegahan terhadap praktik-praktik yang merugikan negara
memungkinkan terjadinya tindakan-tindakan tidak patut yang merugikan keuangan
negara.
Untuk mengatasi masalah ini, solusi yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam UUD 1945 perlu diterapkan. Pertama, diperlukan peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan terkait
penyaluran dana talangan oleh otoritas keuangan. Hal ini sejalan dengan Pasal 28H
ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Langkah-langkah konkret, seperti
penerapan prosedur yang transparan dan terbuka serta pengawasan yang ketat dari
pihak-pihak independen, dapat membantu mencegah terulangnya praktik-praktik
yang merugikan negara dan masyarakat. Langkah kedua adalah penegakan hukum
yang tegas terhadap pelaku-pelaku korupsi dan pencucian uang yang terlibat dalam
skandal Bank Century. Dalam konteks ini, penguatan lembaga penegak hukum
seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan penegakan supremasi hukum
secara menyeluruh menjadi penting untuk memastikan pertanggungjawaban atas
tindakan-tindakan tidak patut yang dilakukan oleh pejabat publik dan pihak swasta.
Hal ini sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Selanjutnya, diperlukan reformasi sistem perbankan dan pengawasan keuangan
yang lebih baik untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan
pencucian uang di masa depan. Upaya-upaya penguatan regulasi perbankan,
peningkatan transparansi dalam pelaporan keuangan, serta peningkatan kapasitas
lembaga pengawas keuangan menjadi langkah-langkah yang krusial untuk
mengatasi risikorisiko yang terkait dengan skandal semacam ini. Hal ini sejalan
dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan
menerapkan solusi-solusi tersebut, diharapkan kasus skandal Bank Century dapat
menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperbaiki tata kelola perbankan dan
menguatkan penegakan hukum guna memastikan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia yang diamanatkan
oleh UUD 1945. Pasal-pasal yang relevan dalam UUD 1945 antara lain Pasal 27
ayat (1) yang menegaskan kesetaraan dalam hukum, Pasal 28E ayat (3) yang
menjamin kebebasan pers dan hak atas informasi, serta Pasal 28I yang melarang
praktik-praktik diskriminatif dan menyatakan hak setiap orang atas perlindungan
hukum yang sama di depan hukum. Dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi,
supremasi hukum, dan hak asasi manusia yang terkandung dalam UUD 1945,
diharapkan dapat mencegah terulangnya kasus-kasus

Anda mungkin juga menyukai