Revisi Makalah Kuljar Kel 3 (Nur & Sila)
Revisi Makalah Kuljar Kel 3 (Nur & Sila)
TUMBUHAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Sila 2120207033
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Kultur Jaringan
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Amin Nurokhman, S.Pd., M.Si. Pada bidang studi Pendidikan Biologi
Mata Kuliah Kultur Jaringan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Zat Pengatur Tumbuh dalam Kultur Jaringan” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa kimia yang memainkan peran
kunci dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Dalam
konteks kultur jaringan tumbuhan, penggunaan zat pengatur tumbuh telah
menjadi bagian integral dari teknik kultur jaringan untuk mengoptimalkan
proses pertumbuhan, proliferasi sel, diferensiasi, dan regenerasi tanaman.
Berbagai jenis zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokinin, giberelin,
etilen, dan asam abscisat telah ditemukan dan digunakan dalam kultur
jaringan untuk mengontrol berbagai aspek pertumbuhan tanaman (Papon &
Bhattacharjee, 2021).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) memiliki peran yang penting dalam
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk dalam kultur
jaringan tumbuhan. Kultur jaringan merupakan metode yang digunakan
untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif di bawah kondisi
laboratorium yang terkendali. Dalam kultur jaringan, penggunaan ZPT dapat
meningkatkan pertumbuhan eksplan tanaman, pembentukan kalus,
pembelahan sel, dan pembentukan organ baru seperti akar, batang, atau
daun. Selain itu, ZPT juga dapat mempengaruhi diferensiasi jaringan,
sintesis senyawa sekunder, dan respons terhadap stres lingkungan (Thorpe,
2018).
Pemahaman tentang penggunaan ZPT dalam kultur jaringan tumbuhan
sangat penting untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan zat
pengatur tumbuh dalam kultur jaringan memengaruhi efisiensi dan
keberhasilan teknik tersebut dalam menghasilkan tanaman yang diinginkan.
Selain itu, penelitian terkini terus berupaya untuk meningkatkan efektivitas
dan keamanan penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur jaringan serta
mengeksplorasi aplikasi baru untuk meningkatkan produksi tanaman secara
berkelanjutan (Gamborg & Shyluk, 2020).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari zat pengatur tumbuh?
2. Apasaja macam-macam zat pengatur tumbuh dalam kultur jaringan?
3. Bagaimana rasio ZPT dalam menginduksi akar, kalus, dan tunas?
4. Bagaimana struktur dan fisiologi dari ZPT dalam menginduksi akar?
5. Bagaimana struktur dan fisiologi dari ZPT dalam menginduksi tunas?
6. Bagaimana kombinasi ZPT dalam menginduksi kalus?
7. Sebutkan contoh publikasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh!
8. Jelaskan integrasi Al-qur’an dengan zat pengatur tumbuh!
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dari zat pengatur tumbuh.
2. Untuk mengetahui macam-macam zat pengatur tumbuh dalam kultur
jaringan.
3. Untuk mengetahui rasio ZPT dalam menginduksi akar, kalus, dan tunas.
4. Untuk mengetahui struktur dan fisiologi dari ZPT dalam menginduksi
akar.
5. Untuk mengetahui struktur dan fisiologi dari ZPT dalam menginduksi
tunas.
6. Untuk mengetahui kombinasi ZPT dalam menginduksi kalus.
7. Untuk mengetahui contoh publikasi tentang penggunaan zat pengatur
tumbuh.
8. Untuk mengetahui integrasi Al-qur’an dengan zat pengatur tumbuh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sitokinin: Zat pengatur tumbuh ini membantu dalam pembelahan sel dan
perkembangan tunas (Hwang & Sheen, 2016).
2. Auksin: Auksin mengatur pertumbuhan akar, pembentukan tunas, dan
diferensiasi jaringan (Woodward & Bartel, 2017).
3
3. Giberelin: Giberelin mempengaruhi pertumbuhan batang dan
perkembangan buah (Hedden & Thomas, 2012).
4. Asam Absisat: Asam absisat berperan dalam respons terhadap stres
lingkungan (Vishwakarma, Upadhyay, Kumar, & Yadav, 2017).
5. Etilen: Etilen mempengaruhi proses pematangan buah dan pengaturan
respons terhadap stres biotik dan abiotic (Duboisl, Van den Broeck, Inzé,
& Thevel, 2017).
4
Gambar tersebut menjelaskan mengenai keseimbangan antara auksin dan sitokinin
sebagai berikut (Aprisa, 2012):
1. Untuk pembentukan akar pada stek in vitro, hanya auksin yang diperlukan
tanpa sitokinin atau dengan sitokinin dalam konsentrasi yang sangat
rendah.
2. Proses embriogenesis membutuhkan nisbah auksin terhadap sitokinin yang
tinggi, dengan konsentrasi auksin lebih tinggi daripada sitokinin.
3. Pembentukan akar adventif dari kalus masih membutuhkan sitokinin selain
auksin.
4. Dalam pembentukan kalus dari tanaman dikotil, sitokinin tetap diperlukan
bersama dengan konsentrasi auksin yang tinggi, sementara pada tanaman
monokotil, pembentukan kalus hanya membutuhkan konsentrasi auksin
yang tinggi tanpa sitokinin.
5. Pembentukan tunas adventif memerlukan sitokinin dalam konsentrasi
tinggi serta auksin dalam konsentrasi rendah.
6. Proliferasi tunas aksilar hanya membutuhkan sitokinin dalam konsentrasi
tinggi tanpa keberadaan auksin atau dengan auksin dalam konsentrasi yang
sangat rendah.
5
D. Struktur dan Fisiologi Dari ZPT Dalam Menginduksi Akar
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa kimia alami atau sintetis
yang memainkan peran penting dalam mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam konteks induksi akar, ZPT berinteraksi
dengan sel-sel tanaman untuk memicu respons yang mengarah pada
pembentukan akar. Proses ini melibatkan sejumlah struktur dan mekanisme
fisiologis yang terlibat dalam respon tanaman terhadap ZPT.
6
E. Struktur dan Fisiologi Dari ZPT Dalam Menginduksi Tunas
Zat pengatur tumbuh (hormone tumbuhan) adalah senyawa kimia
yang di produksi dalam tanaman untuk mengatur pertumbuhan,
perkembangan dan respons terhadap lingkungan. Beberapa zat pengatur
tumbuh ini memiliki peran khusus dalam menginduksi akar, seperti auksin
dan sitokinin (Solichatun dkk., 2021). Adapun struktur serta fisiologi zat
pengatur tumbuh yang terlibat dalam menginduksi tunas yaitu sebagai
berikut:
1. Auksin
Auksin adalah salah satu jenis hormon tumbuhan yang memainkan
peran penting dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Struktur kimia utama dari auksin adalah asam indol-3-asetat (IAA).
Adapun struktur dari asam indol-3asetat (IAA) yaitu;
a. Inti indol merupakan bagian utama dari struktur asam indol-3-asetat
(IAA). Inti ini terdiri dari cincin heterosiklik beranggotakan lima
dengan atom nitrogen di dalamnya. Struktur indol memberikan sifat-
sifat khas pada molekul auksin.
b. Rantai samping Asetat, Terpasang pada atom karbon kedua di inti
indol, terdapat rantai samping asetat. Rantai ini memiliki struktur
CH3COO- yang terdiri dari satu atom karbon yang terikat pada dua
atom oksigen, satu di antaranya terikat pada inti indol dan yang
lainnya merupakan gugus ester (-COOCH3).
7
3-propionat (IPA), dan lain-lain. Meskipun demikian, struktur inti indol
tetap menjadi ciri khas dari semua molekul auksin.
Selain asam indol-3asetat (IAA), salah satu herbisida sintetis yang
umum digunakan yang juga berfungsi sebagai auksin sintetis adalah 2,4-
Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). Berikut adalah struktur kimia dari
2,4-D
Struktur ini menunjukkan dua gugus klorin (-Cl) yang terikat pada
cincin benzena, dengan rantai samping asetat (-COOH) yang melekat
pada atom karbon di posisi ortho terhadap salah satu gugus klorin.
Struktur ini menampilkan cincin benzena yang dihubungkan dengan
rantai karbon dan gugus asetat. 2,4-D memiliki kemiripan struktural
dengan hormon auksin alami, tetapi dengan modifikasi tertentu yang
memungkinkannya untuk berfungsi sebagai herbisida yang efektif.
8
Ini terjadi dengan merangsang produksi proton dalam dinding sel,
yang mengakibatkan penurunan pH di sekitar sel dan aktivasi enzim-
enzim perombak dinding sel. Proses ini memungkinkan sel untuk
meregang dan memanjang, yang merupakan langkah awal dalam
pembentukan tunas.
b. Aktivasi Genetik: Auksin dapat mempengaruhi ekspresi gen-gen
tertentu yang terlibat dalam pembentukan tunas. Auksin berinteraksi
dengan reseptor spesifik pada membran sel, yang mengaktifkan jalur
transduksi sinyal yang mengarah pada aktivasi atau represi gen-gen
yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel tunas.
c. Pengaturan Transport Nutrien: Auksin dapat mempengaruhi
distribusi dan transport nutrien dalam tanaman. Ini dapat
mempengaruhi akumulasi zat gizi di ujung tunas, yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tunas yang sehat.
d. Stimulasi Pembelahan Sel: Auksin juga dapat merangsang
pembelahan sel di zona meristem tunas, yang diperlukan untuk
pembentukan tunas baru. Auksin mempengaruhi aktivitas siklus sel
dan menyebabkan sel-sel meristem untuk memasuki fase
pembelahan aktif.
e. Interaksi dengan Hormon Lain: Auksin berinteraksi dengan
hormon tumbuhan lainnya, seperti sitokinin dan gibberelin, dalam
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi ini
membentuk jaringan hormonal yang rumit yang mengatur respons
tanaman terhadap lingkungan dan kondisi internal.
f. Pertumbuhan Apikal Dominan: Auksin juga berperan dalam
menjaga dominansi pertumbuhan apikal tunas, yaitu penghambatan
pertumbuhan tunas lateral oleh tunas terminal. Ini dapat dicapai
dengan pengaturan transport auksin, yang mempengaruhi
pembentukan tunas lateral.
2. Sitokinin
9
Sitokinin adalah salah satu jenis hormon tumbuhan yang berperan
dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Struktur
kimia utama dari sitokinin biasanya terdiri dari dua bagian utama yaitu
Inti purin merupakan komponen utama struktur sitokinin. Purin adalah
suatu cincin heterosiklik beranggotakan enam yang terdiri dari lima atom
karbon dan satu atom nitrogen. Struktur purin memberikan sifat khas
pada molekul sitokinin. Serta rantai samping adalah gugus yang terikat
pada cincin purin dan berkontribusi pada sifat dan aktivitas sitokinin.
Rantai samping pada sitokinin dapat bervariasi, dan jenis rantai samping
ini membedakan satu bentuk sitokinin dari yang lain.
Ada beberapa bentuk sitokinin yang umum, salah satunya adalah
zeatin. Zeatin adalah sitokinin alami yang banyak ditemukan dalam
tanaman. Struktur kimia zeatin adalah sebagai berikut:
Struktur ini menampilkan inti purin yang terdiri dari dua cincin
yang terhubung, dengan gugus amina pada salah satu atom nitrogen di
salah satu cincin, serta rantai samping yang terdiri dari dua atom karbon
dan satu gugus amino (-NH2) yang melekat pada satu atom karbon pada
cincin purin.
10
perkembangan tanaman, termasuk pembelahan sel, pembentukan tunas,
pembungaan, dan diferensiasi jaringan. Struktur kimia dari 6-
benzilaminopurin (BAP), yang juga dikenal sebagai benzyladenine,
adalah sebagai berikut:
Struktur ini menampilkan inti purin yang terdiri dari dua cincin
yang terhubung, dengan gugus amina (-NH2) pada salah satu atom
nitrogen di salah satu cincin, serta rantai samping benzilaminopurin yang
terdiri dari rantai benzil (C6H5-CH2-) yang terikat pada atom nitrogen
lainnya pada cincin purin.
11
b. Penghambatan Penuaan Jaringan: Sitokinin memiliki efek anti-
penuaan pada jaringan tanaman. Ini dapat memperlambat proses
penuaan dan menghambat pembentukan senescence-associated genes
(SAGs) yang terkait dengan penuaan, sehingga mempertahankan
keadaan meristemik yang lebih lama.
c. Pengaturan Perubahan Morfologi: Sitokinin dapat mempengaruhi
morfologi tunas dengan merangsang pembentukan tunas lateral dan
peningkatan jumlah cabang. Hal ini terjadi dengan mengurangi
dominansi pertumbuhan apikal dan memicu pertumbuhan tunas
lateral.
d. Interaksi dengan Auksin: Sitokinin sering berinteraksi dengan
auksin dalam mengatur pertumbuhan tanaman. Interaksi ini dapat
mempengaruhi distribusi dan transport auksin, serta respon sel
terhadap auksin, yang pada gilirannya dapat memengaruhi
pembentukan tunas.
e. Regulasi Ekspresi Genetik: Sitokinin juga dapat mengatur ekspresi
gen-gen yang terlibat dalam pembentukan tunas, termasuk gen-gen
yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi tunas. Sitokinin
berinteraksi dengan reseptor spesifik pada membran sel, yang
mengaktifkan jalur transduksi sinyal yang mengarah pada perubahan
ekspresi gen.
f. Pengaturan Keseimbangan Hormonal: Sitokinin juga dapat
mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tanaman dengan
berinteraksi dengan hormon tumbuhan lainnya, seperti auksin dan
gibberelin. Interaksi ini membentuk jaringan hormonal yang
kompleks yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3. Gibberellin
Giberelin adalah salah satu kelompok utama hormon tumbuhan
yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Struktur kimia
giberelin dapat bervariasi, tetapi mereka umumnya merupakan turunan
12
asam gibberelat. Struktur kimia utama asam gibberelat adalah sebagai
berikut:
13
memungkinkan sel untuk meregang dan memanjang. Ini membantu
dalam pertumbuhan tunas yang cepat dan memperpanjang internode.
b. Stimulasi Pembelahan Sel: Giberelin juga dapat merangsang
pembelahan sel di daerah meristem tunas. Ini dapat meningkatkan
jumlah sel-sel dalam jaringan tunas dan mempercepat pertumbuhan
tunas.
c. Pengaturan Ekspresi Gen: Giberelin dapat mengatur ekspresi gen-
gen yang terlibat dalam pertumbuhan tunas. Hormon ini berinteraksi
dengan reseptor spesifik pada membran sel, yang mengaktifkan jalur
transduksi sinyal yang mengarah pada perubahan ekspresi gen yang
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi tunas.
d. Stimulasi Pembentukan Tunas Lateral: Giberelin dapat
merangsang pembentukan tunas lateral dengan mengurangi dominansi
pertumbuhan apikal tunas. Ini membantu dalam pembentukan cabang-
cabang yang lebih banyak dan lebih padat pada tanaman.
e. Interaksi dengan Hormon Lain: Giberelin juga berinteraksi dengan
hormon tumbuhan lainnya, seperti auksin, sitokinin, dan etilen, dalam
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi ini
membentuk jaringan hormonal yang kompleks yang mengatur respons
tanaman terhadap lingkungan dan kondisi internal.
f. Pengaturan Pembungaan dan Pembuahan: Giberelin juga dapat
mempengaruhi pembungaan dan pembuahan pada tanaman berbunga,
yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pembentukan tunas dan
struktur tunas pada tanaman.
4. Etilen
14
Struktur Etilen adalah senyawa yang sederhana dengan sebuah
gugus karbon-tak-jenuh. Etilen terlibat dalam pengaturan pertumbuhan
tunas dengan mempengaruhi proses seperti inisiasi tunas lateral,
pembentukan tunas adventif, dan pematangan buah. Meskipun tidak
secara langsung menginduksi tunas, etilen memainkan peran penting
dalam regulasi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara
keseluruhan (Iqbal et al, 2017).
Struktur kimia dari etilen terdiri dari dua atom karbon yang
terhubung oleh ikatan rangkap dua (alkena) dan dua atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon yang pertama. Etilen memiliki rumus kimia
C2H4, yang berarti terdiri dari dua atom karbon dan empat atom
hidrogen. Dua atom karbon dalam etilen terhubung oleh ikatan rangkap
dua (C=C). Ikatan rangkap dua ini memungkinkan etilen untuk memiliki
dua ikatan hidrogen pada setiap atom karbon. Atom karbon pada etilen
memiliki kelebihan dua elektron, sehingga membentuk ikatan rangkap
dua untuk membagi sepasang elektron yang bersamaan dengan atom
karbon lainnya. Dua atom hidrogen terikat pada atom karbon yang
pertama dalam etilen, membentuk ikatan kovalen dengan elektron yang
dibagikan.
15
beberapa mekanisme fisiologis utama etilen dalam penginduksian
pertumbuhan tunas:
16
1. Auksin (asam indol-3-asetat/IAA) dan Sitokinin (6-
benzilaminopurin/BAP) :
Kombinasi auksin dan sitokinin dalam rasio tertentu seringkali
sangat efektif dalam menginduksi pembentukan kalus. Auksin
merangsang pertumbuhan sel, sementara sitokinin merangsang
pembelahan sel. Rasio auksin-sitokinin yang berbeda dapat
menghasilkan jenis kalus yang berbeda pula, seperti kalus meristem,
kalus akar, atau kalus embriogenik (Khan Arifa et al, 2021).
Rasio Auksin tinggi Sitokinin rendah, kombinasi ini sering
digunakan untuk merangsang pembentukan kalus. Konsentrasi tinggi
auksin relatif terhadap sitokinin memicu proliferasi sel dan
pembentukan jaringan kalus tanaman. Rasio sitokinin tinggi Auksin
rendah, kombinasi ini biasanya digunakan untuk merangsang
pembentukan tunas. Konsentrasi tinggi sitokinin relatif terhadap auksin
memicu proliferasi tunas dan pengembangan tunas baru dalam kultur
jaringan. Rasio antara Auksin dan Sitokinin setara, kombinasi ini sering
digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan diferensiasi jaringan
tanaman secara merata, seperti pertumbuhan tunas dan akar. Rasio setara
antara auksin dan sitokinin sering kali menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang seimbang dan koordinat. Rasio berbeda untuk diferensiasi
jaringan tertentu, kombinasi auksin dan sitokinin dapat disesuaikan
untuk merangsang diferensiasi jaringan tertentu, seperti pembentukan
akar, pembungaan, atau pematangan buah. Rasio yang berbeda dapat
memicu respons spesifik pada tingkat sel dan organ, sehingga
memungkinkan peneliti untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sesuai kebutuhan (Rahman dkk, 2022).
17
pembelahan sel yang berlebihan, yang pada gilirannya menyebabkan
pembentukan kalus (Raspor et al, 2021).
18
H. Integrasi Al-Qur’an dengan Zat Pengatur Tumbuh
Integrasi nilai-nilai Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, termasuk
dalam konteks zat pengatur tumbuh, dapat dilakukan dengan melihat
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur'an dan bagaimana mereka
dapat berkaitan dengan pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh dalam
tanaman. Berikut adalah beberapa cara integrasi ini bisa terjadi.
Al-Qur'an sering menekankan pada keajaiban ciptaan Allah SWT.
Penelitian tentang zat pengatur tumbuh dalam tanaman memungkinkan kita
19
untuk memahami bagaimana tanaman tumbuh dan berkembang dengan
sistem yang sangat kompleks. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT
menggambarkan tumbuh-tumbuhan sebagai tanda kekuasaan-Nya yang
menakjubkan, yang dapat menginspirasi kita untuk menjelajahi lebih dalam
tentang keajaiban proses tumbuh-tumbuhan, termasuk peran zat pengatur
tumbuh (Agnesia, 2023).
Konsep keseimbangan dan harmoni sangat penting dalam Al-Qur'an.
Zat pengatur tumbuh dalam tanaman, seperti auksin dan sitokinin, juga
bekerja dalam keseimbangan yang rumit untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara keseluruhan. Keseimbangan ini
mencerminkan prinsip-prinsip yang ditekankan dalam Al-Qur'an tentang
pentingnya menjaga harmoni dalam alam (Yeates, 2023).
Al-Qur'an mengajarkan tentang tanggung jawab manusia sebagai
khalifah di bumi untuk mengelola sumber daya alam dengan bijaksana.
Penelitian tentang zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam
pengembangan teknologi pertanian yang berkelanjutan dan efisien, yang
sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an tentang menjaga dan memanfaatkan
sumber daya alam dengan baik (Samsuni, 2021).
Meskipun manusia menggunakan pengetahuan ilmiah untuk
memahami zat pengatur tumbuh dan proses tumbuh-tumbuhan, Al-Qur'an
mengajarkan kepada kita untuk selalu menyadari bahwa segala sesuatu
berasal dari Allah SWT. Integrasi nilai-nilai Al-Qur'an dalam penelitian
tentang zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam memperkuat kesadaran
akan ketergantungan kita pada Allah SWT sebagai Pencipta yang Maha
Bijaksana (Winata dkk., 2023).
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur'an dengan pengetahuan
ilmiah tentang zat pengatur tumbuh, kita dapat memperluas pemahaman kita
tentang keajaiban alam dan meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab
kita sebagai manusia untuk menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam
dengan bijaksana.
Ayat Al-Quran yang membahas mengenai Zat Pengatur Tumbuh
diantaranya tertuang pada surah Al-An’am ayat 95
20
ُ َال َح ِّۗي ِ َٰذ ِل ُك ُم ه
َََّٰللاَفَاَنهىَتَُؤْ فَ ُك ْون ْ ََِمن ْ َر ُج
ِ َال َم ِيت ِ ت ََو ُم ْخ ْ ََمن
ِ َال َم ِي ِ ي ْ ب ََوالنَّ ٰو ِّۗىَي ُْخ ِر ُج
َّ َال َح ْ َّٰللاَفَا ِل ُق
ِ َال َح َ ا َِّن ه
21
Ayat ini menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan yang diciptakan
Allah memiliki manfaat bagi manusia, termasuk dalam bentuk obat-obatan.
Hal ini mencerminkan pemahaman kita tentang penggunaan zat-zat alami
dari tumbuhan, termasuk zat pengatur tumbuh, untuk keperluan medis dan
kesehatan.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah bahwa zat pengatur tumbuh
(ZPT) memiliki peran yang sangat penting dalam kultur jaringan tumbuhan,
mempengaruhi berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenis ZPT, rasio yang
tepat dalam menginduksi akar, kalus, dan tunas, serta struktur dan fisiologi
ZPT dalam proses pertumbuhan, kita dapat meningkatkan efisiensi dan
keberhasilan teknik kultur jaringan. Integrasi nilai-nilai Al-Qur'an dengan
pengetahuan ilmiah tentang ZPT juga menunjukkan potensi untuk
memperdalam pemahaman kita tentang keajaiban ciptaan Allah dan
menjaga keseimbangan alam.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan ini adalah perlunya
penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme kerja ZPT secara lebih
mendalam, termasuk pengembangan teknik kultur jaringan yang lebih
efektif dan ramah lingkungan. Selain itu, integrasi nilai-nilai agama dalam
penelitian ilmiah juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari upaya untuk
memperluas wawasan kita tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan
spiritualitas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Duboisl, M., Van den Broeck, L., Inzé, D., & Thevel. (2017). Ethylene: receptor
perception and signaling. In Plant Hormones, pp. 121-143.
Faramayuda, F., Irwan, M., & Syam , A. (2022). The Growth of Pimpinella alpina
host Callus at Varios Treatments Of Plant Growth Regulator Concentrations
of NAA. 2,4 D and Its Combination With BAP. Agric Jurnal Ilmu
Pertanian.
Gamborg, O., & Shyluk, J. (2020). Plant Tissue Culture: Methods and
Application in Agriculture. San Francisco: Academic Press.
Hedden, P., & Thomas, S. G. (2012). Gibberellin biosynthesis and its regulation.
Biochemical Journal, 444(1), 11–25.
Hwang, I., & Sheen, J. (2016). Cytokinin: perception, signaling, and role in plant
growth and development. In In Molecular Cell Biology of the Growth and
Differentiation of Plant Cells (pp. pp. 215-236). Cham: Springer.
Iqbal, N., Khan, N., Ferrante, A., Trivellini, A., Francini, A., & Khan, M. (2017).
Ethylene Role in Plant Growth, Development and Senescence: Interaction
With Other Phytohormones. Frontiers in Plant Science, Vol. 8.
Khan, A., Bashir, A., Erum, S., Khatak, J., & Muhammad, A. (2021). Effects of 6-
Benzylaminopurine and Indole-3-aceticnAcid On Growth and Root
Development of Banana Explants in Micropropagation. Sarhad Journal of
Agriculture, vol. 37(1).
Mutryarny, E., & Lidar, S. (2018). Respon Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L)
Akibat Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Hormonik. Jurnal Ilmih Pertanian,
14(2), 29-34.
Pacifici, E., Polverari, L., Sabatini, S., & Calci. (2015). Signaling pathways
controlling plant hormone crosstalk. New Phytologist, 206(4), 1243-1257.
24
Papon, N., & Bhattacharjee, A. (2021). Plant Tissue Culture: The Art of Growing
Plant Cells Outside Their Natural Environment. In Plant Cell Culture
Protocols, 1-20.
Péret, B., Middleton, A. M., French, A. P., Larrie, Péret, B., Middleton, A. M.,
French, A. P., & Larrie. (2013). Sequential induction of auxin efflux and
influx carriers regulates lateral root emergence. Molecular Systems Biology,
9(1), 699.
Raspor , M., Motyka, V., Kaleri, A., Ninkovic, S., Tubic, L., Cingel, A., et al.
(2021). Integrating The Roles for Cytokinin and Auxin in De Novo Shoot
Organogenesis: from Hormone Uptake to Signaling Outputs. International
Journal Of Molecular Sciences, vol. 22(8554).
Solichatun, Hasanah, F., Pitoyo, A., Etikawati, N., & Mudyantini, W. (2021).
Exogenous Application of Paclobutrazol Promotes Water-deficit Tolerance
in Pepper (Capsicum amnuum). Cell Biology & Development, vol. 5(1) : 1-
6.
Sosnowski, J., Truba, M., & Vasileva, V. (2023). The Impact of Auxin and
Cytokinin on The Growth and Development of Selected Crops. Journal
Agriculture, vol. 13(3).
Vishwakarma, K., Upadhyay, N., Kumar, N., & Yadav, G. (2017). Vishwakarma,
K., Upadhyay, N., Kumar, N., Yadav, G., Singh, J., Mishra, R. K., &
Upadhyay, R. G. Abscisic acid signaling and abiotic stress tolerance in
plants: a review on current knowledge and future prospects. Frontiers in
Plant Science, 8, 161.
Xu, C.-S., Zhou, Y., Jiang, Z., Wang, L.-e., Huang, J.-J., Zhang, T.-Y., et al.
(2019). The Vitro Effects of Gibberellin on Human Sperm Motility. Impact
Journal On Aging, Vol. 11(10)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6555458/ .
25