Disusun oleh :
Kevin Panggabean
Johanes Ndruru
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING I
Pembimbing I,
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING II
Pembimbing II,
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING I
Pembimbing I,
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING II
Pembimbing II,
v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING I
Pembimbing I,
vi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING II
Pembimbing II,
vii
KATA PENGANTAR
viii
7 Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang
telah memberikan doa dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan capstone project ini.
Penulis menyadari bahwa usulan capstone project ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang
masa yang akan datang. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua
Tim Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
2.5.1 Menghitung Jumlah Modul Surya..................................................22
2.5.2 Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS................................23
2.5.3 Konfigurasi Modul Surya................................................................23
2.5.4 Menghitung Inklanansi & Orientasi Modul Surya.......................25
2.6 Aspek Ekonomi....................................................................................27
2.7 Aliran Kas (Cash Flow).......................................................................27
2.8 Pendapatan (Reveneu).........................................................................28
2.9 Faktor Diskonto....................................................................................28
2.10 Teknik Analisis Ekonomi Kelayakan Investasi................................28
2.10.1 Net Present Value (NPV).............................................................28
2.10.2 Benefit-Cost Ratio........................................................................30
2.10.3 Discounted Payback Period (DPP).............................................30
2.11 Biaya Siklus Hidup (Life Cyle Cost)..................................................31
2.12 Biaya Energi.........................................................................................32
2.13 Faktor Pemulihan Modal....................................................................32
2.14 Permen ESDM Nomor 49/2018...........................................................33
2.15 Software Helioscope.............................................................................34
2.16 Internet of Things.................................................................................35
2.17 Sistem Monitoring................................................................................37
2.17.1 Node MCU ESP 8266...................................................................38
2.17.2 RS-485 TTL Converter................................................................40
2.17.3 PZEM – 017 DC...........................................................................42
2.17.4 PZEM – 004T...............................................................................43
2.17.5 Kabel Jumper...............................................................................44
2.18 Aplikasi BLYNK..................................................................................45
2.19 Arduino IDE.........................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................48
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................48
3.2 Data.......................................................................................................48
3.2.1 Sumber Data.....................................................................................48
3.2.2 Jenis Data..........................................................................................48
3.3 Tahapan Penelitian..............................................................................49
3.4 Tahapan Perancangan PLTS..............................................................50
xi
3.5 Tahapan Perancangan Alat Monitoring Berbasis IOT Pada PLTS
dan Simulasi Kerja Alat..................................................................................53
3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................59
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kebutuhan vital manusia adalah energi listrik terutama pada
sektor kebutuhan rumah tangga dan industri. Energi tak terbarukan seperti minyak
bumi dan batu bara masih digunakan sebagai sumber energi listrik di Indonesia.
Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi
fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Pemerintah Indonesia meluncurkan Kebijakan Energi Nasional (KEN)
yang tercantum pada PP.79 tahun 2014. KEN menetapkan bahwa Indonesia akan
menggunakan 23% energi terbarukan hingga tahun 2025 dan 31% dari total energi
terbarukan di seluruh Indonesia hingga tahun 2050. Menurut Rencana Umum
Energi Nasional (RUEN), Indonesia berharap dapat menghasilkan 45 GW energi
baru terbarukan pada tahun 2025. Ini ditargetkan untuk tenaga angin sebesar 1,8
GW (4%), panas bumi sebesar 7,2 GW (16%), tenaga air sebesar 17,9 GW (40%),
minihidro dan mikrohidro sebesar 3,0 GW (7%), bioenergi sebesar 5,5 GW
(12%), tenaga surya sebesar 6,5 GW (14%), dan EBT lainnya sebesar 3,0 GW
(7%). Karena letaknya di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi energi
surya yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain, yaitu 4,8 kWh/m 2/hari.
Oleh karena itu, target kontribusi tenaga surya sebesar 6,5 GW pada tahun 2025
sangat dapat dicapai jika pembangunan PLTS dimaksimalkan. Pembangunan PLT
Surya di Bali sudah dimulai pada tahun 2007. Bali memiliki potensi energi surya
sebesar 5,3 kWh/m2/hari, yang membuatnya salah satu provinsi di Indonesia yang
diharapkan dapat mengembangkan pemanfaatan energi surya.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Pawitra, dkk., (2020) tentang
Perkembangan PLTS di Provinsi Bali diketahui bahwa PLTS Nusa Penida adalah
PLTS pertama yang dibangun pada tahun 2007 dengan kapasitas 16,6 kWp dan
kapasitas total PLTS mencapai 47,02 kWp. Kemudian pada tahun 2013, kapasitas
PLTS mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 2.349,42 kWp,
1
peningkatan yang disebabkan oleh bantuan PLTS sebesar 2,1 juta kilowatt-jam.
Pada tahun 2020, kapasitas PLTS total mencapai 3.712,53 kWp . Berdasarkan
data perkembangan PLTS Bali dari tahun ke tahun, perkembangan tersebut hanya
mencapai 3,44 persen dari total target pada tahun 2025, jadi untuk mencapai target
tersebut, setiap daerah di Bali harus membangun PLTS yang cukup besar.
Bali terletak di wilayah tropis memiliki sinar matahari yang melimpah
sepanjang tahun. Hal ini membuatnya menjadi lokasi yang ideal untuk
pengembangan PLTS. Terutama di musim kemarau, tingkat sinar matahari di Bali
sangat tinggi, yang mendukung produksi energi surya yang baik. Pemerintah
Provinsi Bali dan pemerintah lokal telah aktif dalam mendukung pengembangan
PLTS. Industri pariwisata Bali merupakan salah satu sektor yang paling aktif
dalam mengadopsi PLTS. Banyak resort, hotel, mall dan fasilitas pariwisata
lainnya telah memasang panel surya untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan
listrik mereka. Ini tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga
mengurangi dampak lingkungan sektor pariwisata, salah satunya pada Trans
Studio Mall Denpasar. Trans Studio Mall Denpasar ingin mencoba mengikuti dan
memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan pola atap ini
dikarenakan pengeluaran biaya yang sangat besar untuk biaya listrik operasional
setiap bulannya yaitu sebesar Rp.277.984.685 ribu rupiah. Maka dari itu
dilakukan penelitian Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pola Atap
dengan Sistem Berbasis IOT pada Trans Studio Mall Denpasar tersebut guna
menjadikan Trans Studio Mall Denpasar mendukung upaya pemerintah dalam
mengajak masyarakat dalam menggunakan energi terbarukan.
Berdasarkan latar belakang ini, penelitian Perancangan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Pola Atap di lengkapi sistem monitor berbasis IOT pada Trans
Studio Mall Denpasar dilakukan untuk mendukung pembangunan PLTS dalam
mencapai target RUEN pada tahun 2025 sekaligus untuk mengurangi biaya
operasional yang sangat besar dikeluarkan oleh Trans Studio Mall Denpasar setiap
bulannya.
2
1. Bagaimana desain Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pola
Atap pada Trans Studio Mall Denpasar ?
2. Bagaimana perancangan alat monitoring berbasis IOT untuk menghitung
daya yang dihasilkan pada Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pola Atap pada Trans Studio Mall Denpasar.
3
1.5 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa batasan yang perlu diperhatikan
guna memfokuskan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya sebatas perancangan desain pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) yang mengikuti pola atap pada bangunan Trans
Studio Mall Denpasar di lokasi yang ditentukan.
2. Unjuk kerja PLTS berupa energi yang dapat dihasilkan dari desain
osiloskop
3. Perancangan pembuatan monitoring berbasis IOT ini fokus dalam
mengukur arus, tegangan, dan daya PLTS pola atap maupun PLN.
4. Blynk menjadi server dalam menampilkan hasil secara langsung yang
didapat dari PLTS pola atap tersebut.
5. Harga-harga komponen yang digunakan berdasarkan hasil survey online.
Pada usulan capstone project ini terdiri dari 2 sub topik yaitu, Perancangan
dan design. Perancangan sistem pembangkit listrik tenaga surya yang optimal
untuk atap Trans Studio Mall Denpasar dengan PowerLabs NASA, Helioscope.
Tim melakukan perancangan sistem pembangkit listrik tenaga surya yang optimal
untuk atap Trans Studio Mall Denpasar dengan PowerLabs NASA, Helioscope
dan membuat desain wiring diagram pada aplikasi Helioscope serta
mengimplementasikan integrasi komponen yang dibutuhkan untuk menjalankan
proses keseluruhan simulasi.
4
Perancangan alat monitoring berbasis IOT untuk menghitung daya yang
dihasilkan dari perancangan PLTS pola atap di Trans Studio Mall Denpasar
dengan blynk atau home assistans. Tim melakukan perancangan IOT pada
Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk kontrol serta monitoring menggunakan
platform thingsboard sebagai platform penghubung komunikasi antara alat
dengan usernya. Tim juga melakukan perancangan IOT pada Pembangkit Listrik
Tenaga Surya untuk kontrol serta perpindahan sumber daya utama (PLTS) ke
sumber daya cadangan (PLN) menggunakan Kontaktor LS Electric, Timer Chint,
Relay Chint, MCB 2 Pole LS Electric, MCB 2 Pole Chint.
1.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Berdasarkan penelitian dari Rizkasari dan teman-teman pada tahun 2020
yang berjudul Potensi Pemanfaatan Atap Gedung Untuk PLTS Di Kantor
Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Dan Energi Sumber Daya Mineral
(PUP-ESDM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi daya yang dihasilkan dari PLTS atap
jika dibangun pada gedung Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan
Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) D.I. Yogyakarta. Penelitian
dilakukan dengan melakukan simulasi energi menggunakan software
Helioscope. Hasil simulasi menunjukkan sisi timur gedung 1, sisi timur
gedung 2, sisi timur gedung 3, sisi barat gedung 2 dan sisi utara gedung 2
merupakan lokasi optimal fotovoltaik. Total potensi energi yang
dihasilkan dari kelima atap tersebut sebesar 73.484,5 kWh/tahun dan
mampu menyuplai kebutuhan energi Dinas PUP-ESDM sebesar 74,42%.
2. Berdasarkan penelitian A.B Syafi, (2022) yang berjudul
Perancangan Bangun Hardware dan Software Monitoring PLTS Pada
Pendopo Gedung D Teknik Elektro Berbasis Internet of Things Blynk
mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki
intensitas cahaya matahari lebih tinggi dari negara yang memiliki 4
musim. Sangat efektif jika kita mulai memanfaatkan pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS). Namun, masih terdapat ketidakefiesiennya dalam
memantau atau memonitoring hasil luaran dari PLTS yang terjadi. Adanya
Internet of Things mengubah cara memonitoring hasil luaran dari PLTS,
yang dahulu memakai cara manual dan sekarang bisa memonitoring hasil
PLTS dari jauh dan secara langsung. Sistem monitoring akan
menggunakan beberapa sensor yaitu, sensor untuk mengukur tegangan dan
arus DC, mengukur intensitas cahaya, sensor mengukur suhu, dan sensor
untuk menerima data dari sensor sensor sebelumnya yang akan dikirim ke
aplikasi blynk. Adanya software blynk membuat pengguna dapat melihat
hasil keluaran PLTS dari jarak jauh dan tingkat keefektifitasnnya 95%.
7
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sebuah pembangkit
listrik yang memanfaatkan cahaya matahari yang berupa radiasi sinar foton
matahari yang kemudian akan menjadi energi listrik melalui sel surya
(photovoltaic). Sel surya merupakan lapisan tipis berbahan semikonduktor silikon
(Si) murni maupun semikonduktor lainnya. PLTS memanfaatkan energi matahari
untuk menghasilkan listrik Direct Current (DC) dan apabila diperlukan dapat
diubah menjadi listrik Alternating Current (AC) dengan bantuan inverter. PLTS
bersifat mandiri (langsung pakai), dapat masuk ke grid (PLN) dan juga dapat
berkolaborasi dengan pembangkit lainnya. PLTS merupakan pembangkit listrik
yang ramah lingkungan tanpa ada bagian yang berputar, dengan demikian tidak
menimbulkan kebisingan dan tanpa mengeluarkan gas buangan/limbah.
8
kondisi cuaca meliputi kualitas dan kuantitas awan, pergantian musim dan
posisi garis lintang. Intensitas radiasi sinar matahari di Indonesia
berlangsung 4 - 5 jam per hari. Produksi energi surya pada suatu daerah
dapat dihitung sebagai berikut:
E=I × A 2.1
Keterangan:
E = Energi Surya yang dihasilkan (W)
I = Intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu jam (W/m)
A = Luas area (m2)
9
lain seperti tenaga angin, generator set, maupun tenaga air serta tenaga
mikro hidro yang disebut sebagai sistem PLTS Hybrid. Berdasarkan lokasi
pemasangannya, sistem PLTS dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem PLTS
pola tersebar (distributed PV system) dan sistem PLTS pola terpusat
(centralized PV system).
10
digunakan pada bangunan rumah, kantor, atau pabrik. Salah satu solusi
paling efektif untuk efisiensi biaya listrik karena mampu menghemat biaya
listrik bulanan secara signifikan. PLTS tipe ini dipasang pada bagian atap
atau gedung, supaya dapat menerima panas matahari secara optimal.
Nantinya panas yang diterima akan diubah menjadi arus listrik searah DC
dan oleh inverter diubah menjadi arus bolak-balik AC. Setelahnya baru
kemudian disinkronkan dengan arus listrik dari PLN.
11
Dengan harapan nantinya sistem tersebut memudahkan pengguna untuk
mendapatkan dukungan energi listrik yang optimal sekaligus antisipasi
saat terjadi kekurangan daya atau pemadaman. Listrik yang dihasilkan dari
sistem PLTS tipe ini nantinya akan disimpan ke dalam baterai cadangan,
seperti yang diterapkan pada PLTS Off-Grid. Bedanya jika di tipe Off-
Grid, kekurangan cadangan listrik dari baterai diatasi oleh genset.
Sedangkan untuk tipe ini, secara otomatis akan dicadangkan oleh listrik
dari PLN.
12
Gambar 2. 5 PLTS Rooftop
(Sumber: Kompas.com, 2020)
13
PLTS Rooftop memiliki banyak kelebihan dan manfaat, PLTS Rooftop
merupakan solusi yang handal bagi penyediaan energi di gedung-gedung
perkantoran karena mayoritas gedung perkantoran menggunakan listrik pada siang
hari atau jam kerja. Perawatan dan pengoperasian PLTS cukup mudah dan
dampaknya signifikan untuk mengurangi polusi dan efek rumah kaca. Selain itu,
berdasarkan Balai Besar Teknologi Konversi Energi, (2017) bentuk PLTS Rooftop
tersebut memiliki keunggulan tersendiri apabila dibandingkan dengan PLTS skala
besar, diantaranya lebih mudah dan murah untuk diintegrasikan dengan sistem
kelistrikan yang sudah ada, dapat memanfaatkan lahan yang ada (mengurangi
biaya investasi lahan), serta dapat turut mengurangi beban jaringan sistem yang
ada.
14
intensitas radiasi surya yang diterima. Daya keluaran modul surya juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, bayangan, sudut kemiringan instalasi,
dan kebersihan permukaan panel surya.
2. Peak voltage (Vmp), menyatakan nilai tegangan pada titik lutut kurva
15
IV.
5. Short circuit current (Isc), menyatakan arus yang mengalir pada saat
terminal positif dan negatif dihubung singkat.
16
optimum merupakan hal yang penting agar panel surya dapat
menyerap iradiasi matahari secara maksimum. Sudut orientasi (tilt
angle) dari panel surya juga sangat mempengaruhi hasil energi
maksimum. Untuk lokasi yang terletak di belahan utara maka panel
surya sebaiknya diorientasikan ke selatan, dikarenakan meskipun
orientasi ke arah timur-barat menghasilkan sejumlah energi, tetapi
tidak akan mendapatkan energi matahari yang optimum.
e. Keadaan atmosfer bumi
Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, jenis partikel debu
udara, asap, uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan hasil
maksimum arus listrik dari deretan panel surya.
2.4.2 Inverter
Inverter merupakan peralatan elektronika yang berfungsi untuk
mengubah arus listrik searah (DC) dari panel surya atau baterai menjadi
arus listrik bolak- balik (AC) dengan frekuensi 50/60 Hz. Pada PLTS
inverter satu phase biasanya digunakan untuk sistem dengan beban yang
kecil sedangkan untuk inverter tiga phase digunakan untuk sistem dengan
beban yang besar maupun sistem yang terhubung dengan jaringan PLN
(grid-connected).
Agar gelombang yang dihasilkan berbentuk sinusoidal, teknik yang
digunakan adalah Pulse Width Modulation (PWM). Teknik PWM ini
memungkinkan suatu pengaturan untuk menghasilkan frekuensi yang baik
sesuai dengan nilai rms dari bentuk gelombang keluaran.
17
Berdasarkan karakteristik dari performa yang dibutuhkan inverter
untuk sistem PLTS berdiri sendiri (stand-alone) dan PLTS grid-connected
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
18
inverter, beberapa inverter dapat tidak beroperasi ketika iradiasi matahari
rendah, memungkinkan inverter lainnya untuk bekerja hingga mendekati
beban optimal. Ketika iradiasi tinggi, maka beban akan dibagi oleh seluruh
inverter. Akibatnya, hanya inverter saja yang dibutuhkan untuk beroperasi
suatu waktu.
19
Gambar 2. 10 Konfigurasi string inverter
(Sumber : ABB, 2010)
20
ini, bila sisa arus di baterai kosong (di bawah 10%), maka
pengambilan arus listrik dari baterai akan diputus oleh controller,
dengan begitu beban/peralatan listrik tidak dapat beroperasi.
Keadaan ini disebut over discharge akibat beban yang disuplai
cukup besar.
2.4.4 Baterai
Baterai merupakan komponen PLTS yang berfungsi menyimpan
listrik yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari untuk kemudian
dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung, selain itu
tegangan keluaran juga menjadi cenderung lebih stabil. Satuan kapasitas
baterai adalah ampere hour (Ah), dimana berarti kemampuan baterai
dalam mengeluarkan arus maksimum dalam waktu satu jam. Baterai yang
digunakan pada PLTS mengalami proses siklus pengisian (charging) dan
pengosongan (discharging), tergantung pada ada tidaknya sinar matahari.
Tingkat kedalaman pengosongan (Depth of Discharge) baterai biasanya
dinyatakan dalam persentase. Pengaturan DOD berperan dalam menjaga
usia pakai (life time) dari baterai tersebut (Boxwell, 2009). Semakin
rendah DOD yang diberlakukan pada suatu baterai maka semakin panjang
siklus hidup (life cycle) dari baterai tersebut.
21
Baterai jenis lead-acid lebih banyak digunakan pada sistem PLTS.
Hal ini dikarenakan kapasitas baterai (Ah) lebih banyak, lebih murah dan
karakteristik performanya cocok. Baterai jenis nickel-cadmium, bisa
digunakan pada kondisi kritis seperti suhu yang rendah namun baterai jenis
ini biayanya lebih mahal. Pada umumnya, baterai penyimpan energi listrik
dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu primary batteries dan
secondary batteries (Dunlop, 1997). Primary batteries dapat menyimpan
dan menyalurkan energi listrik menuju beban, namuntidak dapat diisi
kembali (recharge). Jenis primary batteries tidak digunakan dalam
PLTS. Sedangkan untuk secondary batteries dapat menyimpan dan
menyalurkan energi listrik menuju beban, serta dapat diisi kembali
(recharge). Jenis secondary batteries digunakan pada sistem PLTS.
Gambar 2. 12 Baterai
(Sumber: Solarsuryaindotama.co.id , 2017)
22
2.5.1 Menghitung Jumlah Modul Surya
Menghitung jumlah modul surya yang dapat dipasang pada suatu
atap gedung, dapat dihitung dengan cara membagi luas atap gedung dengan
luas permukaan modul surya. Berikut ini adalah perhitungannya
berdasarkan Pratama, (2018):
luas atap ( m )
2
Jumlah modul surya= 2.2
luas permukaan modul surya ( m2 )
Keterangan:
Luas atap = Dihitung dengan bantuan google earth (m2)
Luas permukaan modul = Dihitung dengan mengalikan panjang
& lebar modul (m2)
Keterangan :
23
V max Inverter
maksimal rangkaian seri= 2.5
V mpp Modul
Rangkaian parallel :
I max Inverter
maksimal rangkaian pararel= 2.6
I mpp Modul
Keterangan :
Vmin Inverter = Minimum DC input voltage inverter (volt)
Voc Modul = Open circuit voltage (volt)
Vmax Inverter = Maximum DC input voltage inverter (volt)
Vmpp Modul = Maximum power point voltage (volt)
Imax Inverter = Maximum input current inverter (A)
Impp Modul = Maximum power point current (A)
PV module memberikan perlindungan yang layak terhadap
pengaruhpengaruh pengkaratan, hujan dan lain-lainnya. PV module standar
dapat dipergunakan untuk bermacam-macam pemakaian, juga untuk
sistem-sistem dengan baterai atau tanpa baterai. Jika suatu aplikasi khusus
memerlukan suatu tegangan atau arus yang lebih tinggi yang akan dibekali
oleh sebuah PV module, maka PV module dapat digabungkan secara seri,
dan membentuk suatu susunan paralel untuk mendapatkan tegangan atau
arus yang dibutuhkan.
24
1. Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan
Keterangan :
25
Gambar 2. 14 Gerak Peredaran Matahari Semu Tahunan
(Sumber : https://www.climate4life.info, 2019)
26
2.6 Aspek Ekonomi
Biaya adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk
memproduksi sesuatu (cost of production) atau harga yang harus dibayar
untuk mendapatkan sesuatu (supply price). Dalam analisis ekonomi teknik,
elemen - elemen biaya dari suatu proyek atau proses produksi umumnya
digolongkan atas beberapa kelompok sebagai berikut.
1. Biaya Investasi K
Komponen biaya ini dapat terdiri atas biaya pengadaan
lahan, biaya pembangunan fasilitas fisik (gedung, jalan akses,
instalasi listrik dan air, dll), biaya pengadaan mesin-mesin dan
peralatan pendukung, biaya instalasi mesin-mesin, dan biaya
pengadaan peralatan kantor.
27
2.8 Pendapatan (Reveneu)
Perkiraan besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu
investasi atau dari suatu proses produksi merupakan aspek yang sangat
penting dalam analisis ekonomi teknik karena perkiraan kinerja dari suatu
investasi yang akan dilakukan diukur berdasarkan selisih (margin) antara
besarnya revenue dengan besarnya biaya operasional setiap periode waktu
(bulan atau tahun) selama masa investasi.
28
investasi atau pemilihan alternatif, seluruh proyeksi cashflow di masa
depan harus ditanyakan ke dalam nilai sekarang yang ekuivalen atau
didiskontokan dengan suatu tingkat suku bunga yang dijadikan dasar
perbandingan. Net Present Value (NPV) paling sering digunakan untuk
menentukan nilai tunai penerimaan dan pencairan uang di masa depan. Jika
pendapatan masa depan dan biaya diketahui, menggunakan tingkat suku
bunga yang sesuai, nilai sekarang dapat dihitung. Di dalam suatu kasus,
konsekuensi dari setiap alternatif harus dipertimbangkan untuk periode
waktu. Berikut adalah kriteria untuk efisiensi ekonomi pada analisis nilai
sekarang. Untuk menghitung Net Present Value (NPV) digunakan
persamaan berikut berdasarkan Halim, A. (2009) :
n
NCF t
NPV =∑ −II 2.9
t=1 (1+i)t
Keterangan :
NCFt = Net cash flow periode tahun ke-1 sampai tahun ke-n
II = Initial investment (investasi awal)
i = Tingkat diskonto
n = Periode dalam tahun (umur investasi)
1. Jika nilai NPV yang dudapatkan adalah positif maka suatu proyek layak
dilaksanakan karena hal itu mengindikasikan bahwa perhitungan
investasi proyek itu telah mencapai kondisi yang mampu meberi
keuntungan sampai periode yang diperhitungkan.
2. Jika nilai NPV yang didapatkan adalah negatif maka suatu proyek tidak
layak dilaksanakan karena hal itu mengindikasikan bahwa perhitungan
investasi proyek itu belum mencapai kondisi yang mampu memberi
keuntungan sampai periode yang diperhitungkan.
29
2.10.2 Benefit-Cost Ratio
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering
digunakan sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil evaluasi
yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode Benefit-Cost Ratio ini
memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat
(benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya (cost) dan investasi
(investment) yang akan ditanggung dengan adanya investasi tersebut.
Dalam melakukan perhitungan Cost Benefit digunakan rumus
perhitungan sebagai berikut berdasarkan Hidayat, (2018) :
B Benefit EUAB
= = 2.10
C Cost EUAC
Keterangan :
30
dijalankan layak atau tidak layak untuk metode ini adalah :
1. Investasi proyek akan dinilai layak apabila DPP memiliki periode
waktu lebih pendek dari umur proyek.
2. Investasi proyek belum dinilai layak apabila DPP memiliki periode
Dimana :
31
konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS dipengaruhi oleh biaya-biaya
seperti berikut berdasarkan Wenqiang dkk, (2004) :
1. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi.
LCC × CRF
CEO= 2.13
A kWh
Keterangan:
COE = Cost of Energy / biaya energi
(Rp/kWh).
LCC= Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
CRF= Faktor pemulihan modal berdasarkan pada discount rate (i).
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).
I = Tingkat diskonto
n = Periode dalam tahun (umur investasi)
32
2.14 Permen ESDM Nomor 49/2018
Permen ESDM Nomor 49/2018 Tentang penggunaan sistem pembangkit
listrik tenaga surya atap oleh konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
bahwa untuk percepatan peningkatan pemanfaatan energi baru dan energi
terbarukan dalam bauran energi nasional serta peningkatan efisiensi energi sesuai
dengan target Kebijakan Energi Nasional. Perlu mendorong pemanfaatan energi
surya yang ramah lingkungan untuk pembangkitan tenaga listrik menggunakan
sistem pembangkit listrik tenaga surya atap oleh konsumen PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero) untuk kepentingan sendiri.
Harga jual energi ke PLN atau model akumulasi reset dari kWh meter
ekspor-impor energi PLTS yang ditetapkan dalam Permen ESDM 49/2018
menurut berbagai kalangan dinilai masih belum menguntungkan dilihat dari sisi
investasi. Namun sesuai dengan tujuan dari PLTS atap adalah untuk mengurangi
pasokan energi dari PLN sehingga PLTS atap memang belum diarahkan sebagai
investasi pembangkitan. Dalam konteks ini diperlukan sosialisasi agar masyarakat
memahami apa tujuan yang ingin dicapai dengan diterapkannya Permen 49/2018.
Salah satu tahapan penting sebelum PLTS atap bisa dioperasikan adalah
penyambungan dengan jaringan listrik PLN. Penyambungan ini merupakan
wewenang dari PLN sebagai pemilik jaringan, dalam proses melalui keterbukaan
prosedur dan mekanisme agar pelanggan yang memiliki PLTS atap tidak
mengalami hambatan dalam partisipasinya ikut membangun PLTS. Disisi lain
PLN sebagai pemilik jaringan tidak mengalami kendala dalam mengoperasikan
sistem ketenagalistrikan yang memasok tenaga listrik ke pelanggan di seluruh
Bali.
Energi listrik pelanggan PLTS atap yang diekspor dihitung berdasarkan
nilai kWh ekspor yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor dikali 65% (enam
puluh lima persen). Perhitungan energi listrik pelanggan PLTS atap dilakukan
setiap bulan berdasarkan selisih antara nilai kWh impor dengan nilai kWh ekspor.
Berikut adalah perhitungan nya berdasarkan Permen ESDM 49/18, (2018) :
selisihlebih ( kWh )=( jumlah kWhimpor −nilai kWh ekspor ) × 65 % 2.15
Keterangan :
Selisih lebih = Selisih antara kWh impor dengan kWh ekspor (kWh) dikali
33
65%
Jumlah kWh impor = Energi yang di suplai dari PLN (kWh).
Nilai kWh ekspor = Energi yang dikirm ke PLN (kWh).
Apabila dalam proses ekspor-impor energi masih terdapat kelebihan energi
dari hasil output PLTS maka secara perhitungan tagihan listrik menjadi 0. Namun,
berdasarkan Permen ESDM No. 28 tahun 2016 disebutkan bahwa ada rekening
minimum yang harus dibayar pelanggan ke PLN. Berikut ini adalah perhitungan
nya berdasarkan Permen ESDM 28/16, (2016) :
rekening minimum=40 jammenyala × daya kontrak ×tarif per kWh 2.16
Keterangan :
34
Gambar 2. 16 Tampilan Software Helioscope
(Sumber : www.Helioscope.com, 2021)
2.16 Internet of Things
Internet of Things (IOT) adalah sebuah konsep di mana suatu objek
memiliki kemampuan untuk mengirimkan data melalui jaringan tanpa
memerlukan interaksi manusia-ke-manusia atau manusia-ke-komputer.
Perkembangan IOT terlihat dari tingkat konvergensi teknologi nirkabel,
mikroelektromekanis (MEMS), Internet dan kode QR (Quick Responses).
Internet of Things adalah sebuah konsep dimana suatu benda atau objek
ditanamkan teknologi seperti sensor dan software yang mempunyai tujuan
berkomunikasi, mengelola, untuk menghubungkan dan bertukar data perangkat
lain selama masih terkoneksi dengan internet. IOT juga mengacu pada DOT
(disruption of Pertanyaan) dan ubah pendahuluan atau Perubahan penggunaan
internet dibandingkan masa lalu Internet Rakyat akan menjadi Internet M2M
berdasarkan Pamor dkk., (2022)
IOT juga sering diidentikkan dengan metode komunikasi dengan RFID
(Radio Frequency Identification). "Benda" IOT dapat didefinisikan sebagai
subjek, seperti manusia dengan monitor implan jantung, hewan peliharaan dengan
transponder biochip, mobil yang dilengkapi sensor tertanam yang
memperingatkan pengemudi tentang tekanan ban rendah. Hingga saat ini, IOT
paling erat kaitannya dengan komunikasi mesin-ke-mesin (M2M) di industri dan
sektor energi, minyak, dan gas. Produk dibuat dengan kemampuan komunikasi
M2M, sering disebut sebagai sistem cerdas atau "cerdas". Misalnya kabel pintar,
smart meter, sensor jaringan pintar. Selain itu juga mencakup teknologi berbasis
sensor seperti teknologi nirkabel, kode QR yang sering kita jumpai. Kemampuan
dari IOT sendiri tidak perlu diragukan lagi. Ada banyak teknologi yang telah
menerapkan sistem IOT seperti sensor cahaya, sensor suara teknologi terbaru
Google yaitu Google Ai dan Amazon Alexa. Dan yang terbaru implementasi Smart
City telah dilakukan di beberapa negara maju seperti China dan Jerman. Sehingga
segala macam aktivitas warga kota dapat terpantau dengan baik dengan bantuan
sistem dengan jaringan database yang luas. Penelitian IOT masih dalam tahap
awal oleh karena itu Internet of Things tidak memiliki banyak definisi dari para
35
ahli. Definisi alternatif berikut telah diberikan untuk memahami Internet of
Things (IOT) berdasarkan id.wikipedia.org: Menurut Ashton, (2009) definisi awal
Internet of Things pada tahun 2009 adalah bahwa Internet of Things mempunyai
potensi untuk mengubah dunia dengan cara yang sama seperti Internet, atau
bahkan lebih baik. Pernyataan tersebut diambil dari artikel sebagai berikut:
“Komputer dan manusia saat ini hampir sepenuhnya bergantung pada Internet
untuk semua informasi, yang semuanya terdiri dari sekitar 50 petabyte (satu
petabyte sama dengan 1024 terabyte) data yang tersedia di Internet, pertama kali
ditemukan dan diciptakan oleh manusia. Tekan tombol simpan dari boot magnetis,
ambil gambar digital atau klik kode batang. Skema internet tradisional
menjadikan router sebagai bagian terpenting. Permasalahannya adalah manusia
mempunyai keterbatasan waktu, perhatian dan ketelitian. Artinya, mereka kurang
pandai dalam mengumpulkan berbagai informasi mengenai permasalahan nyata.
Internet of Things adalah struktur di mana objek, orang disediakan dengan
identitas eksklusif dan kemampuan untuk berpindah data melalui jaringan tanpa
memerlukan dua arah antara manusia ke manusia yaitu sumber ke tujuan atau
interaksi manusia ke komputer berdasarkan Junaidi, (2015). Internet of Things
merupakan perkembangan keilmuan yang sangat menjanjikan untuk
mengoptimalkan kehidupan berdasarkan sensor cerdas dan peralatan pintar yang
bekerja sama melalui jaringan internet. Internet of Things adalah teknologi yang
menghubungkan semua alat dan internet menggunakan perangkat sensor dan
untuk mengidentifikasi dan memanajemen informasi yang didapat dari sensor.
Internet of Things dapat diartikan sebagai sebuah teknologi yang memanfaatkan
sensor untuk mengatur peralatan elektronik untuk di-monitoring dan dikendalikan
melalui jaringan internet. Dengan menggunakan teknologi ini peralatan yang
dikendalikan menjadi peralatan pintar yang dapat mengatur dirinya sendiri. 11
IOT dibangun menggunakan tiga pilar/konsep untuk membuat objek cerdas yaitu:
1. Dapat diidentifikasi.
2. Dapat berkomunikasi.
3. Dapat berinteraksi.
36
2.17 Sistem Monitoring
Sistem monitoring atau Pemantauan didefinisikan sebagai siklus kegiatan
yang mencakup pengumpulan, peninjauan, pengkomunikasian, dan tindakan atas
informasi yang berkaitan dengan suatu proses yang sedang dilakukan (Mercy,
2005). Biasanya pemantauan digunakan untuk memeriksa kinerja dan tujuan yang
telah ditentukan. Pemantauan hubungannya dengan manajemen kinerja
merupakan suatu proses terpadu yang menjamin bahwa proses berjalan sesuai
rencana (on track). Pemantauan dapat memberikan informasi tentang
kesinambungan proses untuk mengidentifikasi langkah-langkah menuju perbaikan
berkelanjutan. Pada kenyataannya, pemantauan terjadi ketika suatu proses sedang
berlangsung.
Tingkat penelitian sistem pelacakan mengacu pada aktivitas demi aktivitas
dalam suatu bagian (Wrihatnolo, 2008), misalnya aktivitas pemesanan dari
pemasok oleh bagian pembelian. Indikator yang dijadikan acuan dalam
melakukan monitoring adalah output dari setiap proses.
Pengertian sistem monitoring sebagai suatu layanan yang melaksanakan
proses pengumpulan dan analisis data dengan tujuan untuk memaksimalkan
seluruh sumber daya yang dimiliki oleh sistem monitoring, dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Connection monitoring merupakan teknik monitoring jaringan yang
dapat dilakukan dengan melakukan ping test antara stasiun monitoring
dengan perangkat target.
2. Pemantauan lalu lintas adalah teknik yang digunakan untuk melihat
paket lalu lintas sebenarnya dalam suatu jaringan.
Tujuan dari sistem pemantauan adalah untuk mengumpulkan informasi
dan data yang berguna dari jaringan sehingga jaringan dapat dikelola dan
dikendalikan.Dalam suatu sistem monitoring biasanya terdapat suatu alat untuk
mengontrol proses monitoring.
37
sebagai jembatan dari mikrokontroler yang menyediakan kemampuan Wi-Fi dan
juga dapat menjalankan aplikasi secara mandiri. Modul ini dilengkapi dengan
konektor USB dan berbagai koneksi pin-out. Dengan kabel micro-USB, dapat
menghubungkan devkit NodeMcu ke komputer dan menjalankan program tanpa
masalah, seperti halnya dengan Arduino. NodeMcu pada dasarnya merupakan
pengembangan ESP8266 dengan firmware berbasis e-Lua. NodeMcu dilengkapi
dengan port micro-USB yang berfungsi untuk pemrograman dan daya. Selain itu
NodeMcu juga dilengkapi dengan tombol yaitu tombol reset dan flash. NodeMcu
menggunakan bahasa pemrograman Lua yang merupakan paket dari esp8266.
Struktur logika dan pemrograman Lua sama dengan C, hanya sintaksisnya saja
yang berbeda. Jika Anda menggunakan Lua, Anda dapat menggunakan alat
pengunduhan Lua atau pengunduhan Lua. Selain bahasa Lua, NodeMcu juga
mendukung perangkat lunak Arduino IDE dengan melakukan sedikit perubahan
pada manajemen papan Arduino IDE. Sebelum menggunakan disk ini, Anda harus
menghindari membackup terlebih dahulu alat yang Anda gunakan. Jika Anda
menggunakan Arduino IDE, gunakan firmware yang sesuai yaitu firmware
keluaran AiThinker yang mendukung AT Command. Firmware NodeMcu
digunakan untuk menggunakan alat pemuat sebagai firmware. II-6
38
Memori flash MakSIMal 16 MB (normal 512 K)
Suit protocol Integrated TCP/IP protocol stack
Jenis prosesor Tensilica L106 32-bit
Kecepatan prosesor 80 – 160MHz
RAM 32K + 80K
Jenis GPIOs 17 (multiplexed with other functions)
Analog to Digital 1 input dengan resolusi 1024
Jumlah koneksi concurrent TCP 5
39
IO9 GPIO9
IO10 GBIO10
MOSI Main output slave input
SCLK Clock
GND Ground
IO2 GPIO2;UART1_TXD
IO0 GPIO0
IO4 GPIO4
IO5 GPIO5
RXD UART0_RXD; GPIO3
40
digabungkan secara merata di kedua jalur dan oleh karena itu dibatalkan di
ujung penerima. Modul ini memiliki dua Header 4-pin pada rakitan,
1. 1 x 4 Header (Sisi data)
a. RO = Output Penerima. Menghubungkan ke pin RX serial
pada mikrokontroler.
b. RE = Penerima Aktif. Aktif RENDAH. Menghubungkan ke
pin keluaran digital pada mikrokontroler. Drive LOW untuk
mengaktifkan receiver, HIGH untuk mengaktifkan Driver.
c. DE = Driver Aktifkan. TINGGI aktif. Biasanya beralih ke RE
Pin.
d. DI = Input Pengemudi. Menghubungkan ke pin TX serial pada
mikrokontroler
2. 1 x 4 Header (Sisi keluaran)
a. VCC = 5V.
b. B = Data 'B' Garis Terbalik. Sama dengan B.
c. A = Data 'A' Garis Tidak Terbalik. Menghubungkan ke modul
A di ujung jauh.
d. GND = Tanah.
3. 1x 2 Blok Terminal Sekrup (sisi keluaran)
a. B = Data 'B' Garis Terbalik. Menghubungkan ke B pada
modul ujung jauh.
b. A = Data 'A' Garis Tidak Terbalik. Menghubungkan ke modul
A di ujung jauh (Stevens, 2021)
41
(Sumber : XXXXX )
42
transformator arus (CT) berdiameter 33 mm. Pengkabelan modul ini terdiri
dari dua bagian yaitu pengkabelan terminal masukan tegangan dan arus
serta pengkabelan sambungan serial .
A. Male to Male
Kabel jenis ini mempunyai kedua ujung yang dapat dihubungkan
ke papan tempat memotong roti atau komponen yang mempunyai lubang
untuk menghubungkan konektor jenis ini atau biasanya Female-nya.
43
B. Male to Female
Kabel jenis ini salah satu ujungnya memiliki ujung yang dapat
digunakan untuk memasukan ke breadboard atau biasa disebut Male dan
disisi yang lain tidak memiliki ujung seperti rumah konektor atau Female.
44
produk dan jasa terkoneksi. Adanya end to end dapat menghemat waktu
dan sumber daya berdasarkan Nasution dkk., (2019).
Blynk tidak terikat pada modul tertentu. Dengan Blink, pengguna
dapat mengontrol dan memonitor perangkat dari jarak jauh saat perangkat
terhubung ke Internet. Kemampuan menyimpan data dan menampilkan
data secara visual menggunakan angka, warna dan grafik lainnya membuat
Blynck sangat mudah digunakan untuk proyek IOT. Blynk mempunyai 3
komponen utama yaitu berdasarkan Prasetyo, (2018) :
1. Blynk Apps dapat digunakan sebagai interface dengan berbagai
macam input dan output yang mendukung dalam hal pengiriman atau
penerimaan data serta merepresentasikan data menggunakan visual
angka maupun grafik. Beberapa komponen yang terdapat pada
aplikasi Blynk, yaitu :
a. Controller, digunakan untuk mengirim data atau perintah pada
hardware.
b. Display, untuk menampilkan data yang berasa dari hardware pada
Android.
c. Notification, merupakan pemberitahuan berupa pesan atau
notifikasi.
d. Interface, merupakan tampilan Blynk pada Android yang dapat
diatur.
e. Others, yaitu komponen seperti bluetooth, bridge, dan RTC
2. Blynk Server adalah fasilitas Backend Service berbasis cloud yang
mengatur komunikasi antara aplikasi smart phone dengan hardware.
Blynk juga terdapat dalam bentuk local server yang mengatur
komunikasi lokal tanpa menggunakan internet.
3. Blynk Library digunakan untuk membantu pengembangan kode yang
tersedia dengan banyak platform hardware sehingga mempermudah
dalam pengembangan
45
Gambar 2.25 Logo Aplikasi Blynk
(Sumber : XXXXX )
46
arduino dan juga mengirim data kembali.
7. Stop, untuk menutup jendela Serial Monitor.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Data
Pada penelitian yang dilakukan terdapat faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu sumber data, jenis data dan
metode pengumpulan data.
48
Data sekunder adalah data yang bersumber dari jurnal dan buku-
buku terikait yang berhubungan dengan analisa kebersihan panel surya dan
data spesifikasi komponen PLTS yang digunakan. Selain itu juga data
rata- rata iradiasi matahari per hari dari lokasi penelitian yang bersumber
dari Global Solar Atlas
49
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Umum
50
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data :
1. Iradiasi matahari pada lokasi
2. Jenis pelanggan dan jenis beban pelanggan
3. Kebutuhan energi listrik
Selesai
51
pendukung dalam penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan sebagai penunjang
dalam melakukan penelitian. Pengumpulan data sangat diperlukan
agar penelitian dapat dilakukan dengan baik. Adapun data-data yang
diperlukan dalam penelitian :
a. Data Iradiasi Matahari
Data iradiasi matahari ini diperoleh dari situs web Global Solar
Atlas, yang dimana data iradiasi matahari di lokasi tersebut tersaji
lengkap di dalam web dan dapat diunduh melalui situs tersebut.
b. Jenis Pelanggan dan Jenis Beban Pelanggan
Data jenis pelanggan ini merupakan data jenis bangunan yang
akan dipasang PLTS, jenis bangunan terdiri dari bangunan
komersial, bangunan publik, dan bangunan residensial.
Sedangkan, komponen beban pelanggan merupakan data beban-
beban yang digunakan pada bangunan tersebut, data komponen
beban berupa penerangan dan alat-alat rumah tangga diperoleh
melalui wawancara kepada pemilik bangunan di lokasi tersebut.
c. Data Kebutuhan Energi Listrik
Data kebutuhan energi listrik merupakan data konsumsi daya
keseluruhan beban pada tiap bangunan di Kawasan Trans Studio
Mall Denpasar, baik itu bangunan publik, bangunan komersial,
maupun bangunan residensial.
3. Perancangan PLTS
Melakukan perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada
rooftop gedung Trans Studio Mall Denpasar, seperti
memperkirakan luas atap gedung gereja menggunakan Google
earth, mendesain PLTS dengan Software Helioscope untuk
menentukan jumlah modul surya dilakukan perhitungan sesuai
pada persamaan 2.3 dan menentukan kapasitas inverter yang akan
52
digunakan serta menghitung potensi energy listrik yang dihasilkan
PLTS pada atap gedung Trans Studio Mall Denpasar.
4. Tahap Analisis Hasil Simulasi
Melakukan penghitungan kajian investasi PLTS atap yang
dirancang dengan menggunakan teknik analisis ekonomi kelayakan
investasi seperti Net Present Value (NPV) menggunakan rumus
pada persamaan 2.9, Benefit Cost Ratio (BCR) mengunakan rumus
pada persamaan 2.10, Discount Payback Period (DPP)
menggunakan rumus pada persamaan 2.11.
53
3.4.2 Tahapan Perancangan Alat Monitoring Berbasis IOT Pada PLTS dan
Simulasi Kerja Alat
Mulai
Studi Literatur
Berhasil
Selesai
54
Mulai
Berhasil
55
Pemograman Modul Wifi
Berhasil
56
2. Sambungkan Kabel Pzem-017t ke RS-4855 dari 5V ke Vcc dan
dari Gnd keGnd pasang juga kabel tambahan dari 5v dab gnd untuk suplai
tambahan daya ke base NodeMcu
57
new device dari template tersebut anda akan mendapatkan nomor
token yang akan digunakan pada program modul Wii aplikasi
mobile.
8. Aplikasi Mobile.
buka file pzm Arduino di preferences salin teks dari dokumen teks
ke preferensi tersebut instal 8.266 pza Spanyol borb Manager
tambahkan zip library instal software serial di library install Blink
versi 0.6.1 di library atur board ke NodeMcu 1.0 masukkan ide dan
token dari website Blink ke program atur port dicom yang
terhubung dengan modul Wifi salin nomor token ke authorization-
nya Masukkan nama Wifi dan password-nya sesuaikan kode shunt
yang dipakai.tambahkan Blink.
Setelah selesai klik verify untuk mengecek apakah ada error atau
tidak
58
13. Lepas modul wifi dan pasangkan ke NodeMcu
Bulan
No Kegiatan
Desembe Januari Febuari Maret April Mei
r 2023 2024 2024 2024 2024 2024
1 Studi Literatur
2
Persiapan
perangkat keras
dan perangkat
lunak
3
Pembuatan Alat
Monitoring dan
Automatic
Transfer Switch
4
Pengumpulan data
5 Analisis Data
6 Penyusunan
laporan akhir dan
pembahasan
59
DAFTAR PUSTAKA
A.B Syafi. (2022). Rancang Bangun Hardware dan Software Monitoring PLTS
Pada Pendopo Gedung D Teknik Elektro Berbasis Internet of Things
Blynk. Jakarta: Civitas Akademika PNJ.
Agai, F., dkk. 2011. Desain Optimization and Simulation of The Photovoltaic
Systems on Buildings in Southeast Europe. International Journal of
Advances in Engineering & Technology, Volume 1 Issue 5, November
2011: 58-68
Ashari, M. A., & Lidyawati, L. (2018). IOT Berbasis Sistem Smart Home
Menggunakan NodeMcu V3. Jurnal Kajian Teknik Elektro, 3(2), 138–149
Duffie, J. A., Beckman, W. A., & Blair, N. (2020). Solar Engineering of Thermal
Processes, Photovoltaics and Wind. In Solar Engineering of Thermal
Processes, Photovoltaics and Wind (5th ed.).
Erwanto, D., Widhining K., D. A., & Sugiarto, T. (2020). Sistem Pemantauan
Arus Dan Tegangan Panel Surya Berbasis Internet of Things. Multitek
Indonesia, 14(1), 1.
Fachri, M. R., Sara, I. D., & Away, Y. (2015). Pemantauan Parameter Panel Surya
Berbasis Arduino Secara Real Time. Jurnal Rekayasa Elektrika, 11(4),
123.
60
smart home. KOMPUTIKA-Jurnal Sistem Komputer, 6.
Mardjun, I., Abdussamad, S., & Abdullah, R. K. (2018). Rancang Bangun Solar
Tracking Berbasis Arduino Uno. Teknik Elektro, 1(2), 19–24
Putra, R. P. W., Mukhsim, M., & Rofi’i, F. (2019). Sistem Pemantauan Dan
Pengendalian Modul Automatic Transfer Switch (ATS) Melalui Android
61
Berbasis Arduino. TELKA - Telekomunikasi, Elektronika, Komputasi dan
Kontrol.
Rafli, Ilham, J., & Salim, S. (2022). Perencanaan dan Studi Kelayakan PLTS
Rooftop pada Gedung Fakultas Teknik UNG. Jambura Journal of
Electrical and Electronics Engineering, 4(1), 8–15.
Ramadhani, B., Suryani, A., Fadhillah, A. P., Saicu, P., & Mubarok, H. (2018).
Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dos & Don’ts. Deutsche
Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Workala, Roy Charly, Antonius Duma Palintin, dan Jamius Bin Stepanus.
(2022). Studi Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Rooftop On-Grid di Gedung Rektorat Universitas Papua (Study on Design
of Rooftop On-Grid Solar Power Plant at the Rectorate Building of Papua
62
University).
Catatan:
Focus perancangan bangun belum kelihatan, IOT nya ada pengujian/uji coba
Dimana mau diuji coba/alat uji cobanya berupa apa, sebaiknya dilengkapi
dg gb rangkaian /diagram blok nya. Bbrp bagian dari tulisan saya belum
paham, silakan dilengkapi dan difokuskan dulu.
63