Anda di halaman 1dari 62

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Tafsir dan Hadits Tarbawi Dra. Hj. Nurhayati B., M. Ag

“BELAJAR”

OLEH :

DHEA AMELIA
NIM : 11910524192

DITA SEPTIANI
NIM : 11910523024

REISYA HUMAIRA
NIM : 11910524240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan pengikut
beliau hingga akhir zaman. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah
Tafsir dan Hadits Tarbawi kami Dra. Hj. Nurhayati B., M.Ag. yang telah
memberikan pengetahuan, arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul
“BELAJAR MENGAJAR”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi di Program Studi S1 Pendidikan Matematika ,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga pembaca.
Pekanbaru, 21 Maret 2022
Hormat Kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan
latihan, dan mengajar adalah membimbing peserta didik belajar.
Sebagaimana Alloh menuliskan dalam Alqur’an. Alqu’an adalah kitab suci
agama islam untuk seluruh umat muslim di dunia dari awal diturunkan
hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun
di luar angkasa akibat kiamat. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alqur’an
terdapat kandungan ilmu pengetahuan akidah, ibadah kepada Allah taat
tunduk kepada-Nya , akhlak baik yang terpuji maupun yang tercela dengan
mengutus Nabi Muhammad untuk memperbaiki akhlaq setiap manusia
yang dibumi, hukum-hukum yang berisi perintah dan larangan, juga
peringatan kepada manusia akan ancaman Allah berupa siksa neaka dan
juga kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan
balasan berupa ni’mat syurga, sejarah dan kisah-kisah orang-orang yang
terdahulu baik yang taat maupun yang ingkar serta dorongan untuk
berfikir.

Di dalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas bahasan yang


memerlukan pemikiran manusia untuk mendapat manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya. Namun banyak dikalangan manusia
meragukan keesaan-Nya. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas
mengenai Apa saja ayat dan hadits yang menerangkan tentang konsep
belajar dan prinsip belajar di dalam alqur’an

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja ayat yang menerangkan tentang belajar di dalam alqur’an?


2. Apa saja ayat yang menerangkan tentang belajar di dalam alqur’an?
3. Apa saja hadits yang menerangkan tentang belajar?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja ayat yang menerangkan tentang belajar


di dalam alqur’an?
2. Untuk mengetahui apa saja ayat yang menerangkan tentang belajar
di dalam alqur’an?
3. Untuk mengetahui apa saja hadits yang menerangkan tentang
belajar?

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Konsep Manusia
2.1. Surat Al-Baqarah Ayat 151 dan 102
a) Teks Ayat
Ayat 151

Ayat 102

b) Mufradat Kata Sulit


Ayat 151

Ayat 102

6
7
c) Terjemahan
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-
Baqarah ayat 151).
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu

8
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu)
kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka
mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah ayat 102)1
d) Asbabun Nuzul
Surat Al-Baqarah merupakan surat madaniyah yang terdiri dari
286 ayat. Ayat ini turun setelah diturunkan surat Al-Baqarah ayat
150 yang terdapat perintah Allāh subḥānahu wa-taʿālā kepada Nabi
Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam untuk menghadap ke arah
Ka'bah ketika melaksanakan sholat, sehingga orang-orang musyrik
dari penduduk Mekkah menganggap Nabi shallallāhu 'alaihi wa
sallam sedang bingung. Sehingga surat Al-Baqarah ayat 151 ini
diturunkan untuk menegaskan bahwa itu adalah perintah dari Allāh
(Al-Baqarah ayat 151).2
Al-Razy sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Bayumi
menyatakan bahwa sebab turunnya Surat Al-Baqarah Ayat 102
tersebut adalah :3
1. Pada zaman itu sihir sudah tersebar dengan luas serta
menimbulkan hal-hal yang aneh, para ahli sihir itu
1
Loc.cit
2
Rony Sandra Yofa Zebua, Arief Setiawan, Tafsir Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Konsep Metode
Pembelajaran (Panduan Pengembangan Metode Pembelajaran) Google Book, edisi 2, Oktober
2021, hal. 10
3
Fakhruddin al-Razy, Tafsir al-Kabir, Jilid III., (Beirut: Dar el-Fikr, 2005), hlm. 300

9
mendakwakan kenabian dan menantang manusia dengannya.
Oleh karena itu Allah mengutus dua malaikat tersebut untuk
mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada manusia sehingga mereka
dapat melawan para ahli sihir yang mengaku sebagai nabi
pendusta tersebut. Hal inilah yang merupakan tujuan mengapa
kedua malaikat tersebut diturunkan ke dunia ini.
2. Pengetahuan akan perbedaan antara sihir dengan mukjizat
adalah tergantung dengan pengetahuan akan akibat mukjizat dan
hakekat sihir. Pada masa dahulu orang-orang tidak tahu dengan
hakekat sihir, hal ini tentu akan menyebabkan mereka tidak
dapat mengetahui hakekat mukjizat. Oleh karena itu Allah
mengutus dua malaikat untuk menerangkan hakekat sihir dengan
tujuan tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abul Aliyah, bahwa orang-
orang Yahudi sering menanyakan kepada Nabi saw. tentang
beberapa persoalan dalam Taurat dan tidak satu pun yang
mereka tanyakan mengenai hal itu, melainkan Allah
menurunkan jawabannya dan mematahkan keterangan-
keterangan mereka. Tatkala mereka melihat demikian, mereka
berkata, “Orang ini lebih tahu tentang apa yang diturunkan
kepada kita dari kita sendiri.” Mereka juga menanyakan
kepadanya tentang sihir berdebat dengannya dalam hal ini.
Maka Allah pun menurunkan, “Dan mereka mengikuti apa yang
telah dibaca oleh setan-setan.” (Q.S. Al-Baqarah 102)
e) Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah
o Surat Al-Baqarah ayat 150 dan 152

10
Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah
wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada,
maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi
manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zhalim di
antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar
kamu mendapat petunjuk. (QS. Al- Al-Baqarah ayat 150)

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.


Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.
(QS. Al- Al-Baqarah ayat 152)
o Surat Al-Baqarah ayat 101 dan 103

Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul (Muhammad)


dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian
dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab
Allah itu ke belakang (punggung), seakan-akan mereka tidak tahu.
(QS. Al-Baqarah Ayat 101)

Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti
lebih baik, sekiranya mereka tahu. (QS. Al-Baqarah Ayat 103)

11
f) Tafsir Ayat
o Surat Al-Baqarah Ayat 151
Kementrian Agama RI
Sebagaimana pengalihan kiblat, pengutusan seorang nabi dari
bangsa Arab juga merupakan suatu kenikmatan yang besar.
Kenikmatan yang besar itu adalah sebagaimana Kami telah
mengutus kepadamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, dari
kalangan kamu. Di antara tugasnya adalah membacakan ayat-ayat
Kami, yaitu Al-Qur'an yang menjelaskan perkara yang hak dan yang
batil, atau tanda-tanda kebesaran Allah, kenabian Nabi Muhammad,
dan adanya hari kebangkitan. Rasul itu juga kami tugasi untuk
menyucikan kamu dari kemusyrikan, kemaksiatan, dan akhlak yang
tercela. Dia juga mengajarkan kepadamu Kitab Al-Qur'an dan
hikmah, yakni sunah, serta mengajarkan apa yang belum kamu
ketahui, yaitu segala pengetahuan yang terkait dengan kebaikan di
dunia dan akhirat. Al-Qur'an juga menuturkan kisah para nabi
terdahulu. Hal ini tidak mungkin didapat kecuali melalui wahyu.
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul dari
golonganmu) berhubungan dengan lafal 'utimma', yakni untuk
menyempurnakan sebagaimana sempurnanya utusan Kami, yaitu
Nabi Muhammad saw. (yang membacakan kepadamu ayat-ayat
Kami) Alquran, (menyucikan kamu) membersihkan kamu dari
kesyirikan, (mengajari kamu Alkitab) Alquran (dan hikmah) yakni
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, (serta mengajari kamu
apa-apa yang belum kamu ketahui).
o Surat Al-Baqarah Ayat 102
Kementrian Agama RI
Dan mereka, yakni sebagian pendeta-pendeta Yahudi yang
meninggalkan Taurat, mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan
pada masa kerajaan Sulaiman. Ketika Rasulullah menye butkan

12
Sulaiman sebagai seorang nabi, sebagian pendeta Yahudi
mengatakan," Tidakkah kamu heran karena Muhammad mengatakan
bahwa Sulaiman bin Daud adalah nabi, padahal ia adalah seorang
tukang sihir?" Allah lalu menurunkan ayat yang menyatakan bahwa
Sulaiman itu tidak kafir, tidak pula tukang sihir, tetapi setan-setan
itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu
Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu
kepada seseorang sebelum mengatakan. "Sesungguhnya kami
hanyalah cobaan yang Allah turunkan bagimu, sebab itu janganlah
kafir dan jangan pula kamu mengguna kannya untuk mencelakakan
orang lain!" Maka mereka mempelajari dari keduanya, kedua
malaikat itu, apa, yakni sihir yang dapat memisahkan antara seorang
suami dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan
seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka
mempelajari sesuatu yang mencela kakan dan tidak memberi
manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang
siapa membeli atau menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan
mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk
perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya
mereka tahuDan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada
azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang
menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu.
Muhammad Quraish Shihab
Mereka mempercayai apa yang dibuat-buat oleh setan mereka dan
orang-orang yang keji dari mereka tentang kekuasaan Sulaymân.
Mereka mengira bahwa Sulaymân bukanlah nabi atau rasul yang
menerima wahyu dari sisi Allah, melainkan hanya seorang penyihir
yang selalu meminta bantuan kepada ilmu sihirnya. Mereka juga
mengira bahwa sihir inilah yang memperkuat kerajaan Sulaymân dan
membuatnya menguasai jin, burung dan angin. Mereka menisbatkan

13
kekufuran itu kepada Sulaymân, padahal Sulaymân tidak kafir.
Setan-setan yang berbuat keji itulah yang sebenarnya kafir. Mereka
telah membuat-buat dongeng dan mengajarkan sihir kepada manusia,
baik dari diri mereka sendiri maupun dari sisa-sisa peninggalan yang
diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia: Hârût dan
Mârût. Padahal, dua malaikat ini tidak mengajarkan sesuatu kepada
siapa pun, sebelum mengingatkan orang itu dengan mengatakan,
"Sesungguhnya kami mengajarkan sesuatu yang menyebabkan fitnah
dan kekufuran, maka dari itu ketahuilah dan hati-hatilah dalam
mengerjakannya." Tetapi manusia tidak mendengar nasihat itu.
Mereka menggunakan apa yang mereka pelajari dari kedua malaikat
itu untuk memisahkan suami dari istrinya. Setan-setan yang keji itu
memang kufur, karena mereka telah membuat-buat dongeng itu
sebagai perantara untuk mengajar sihir kepada orang-orang Yahudi.
Dengan sihir ini, mereka tidak akan bisa memberi mudarat kepada
orang lain. Hanya Allahlah yang memberi izin atas suatu
kemudaratan, jika Dia menghendaki. Sebenarnya sihir yang diambil
dari mereka itu membahayakan orang yang mempelajarinya, baik
dunia maupun agamanya. Sihir itu tidak akan dapat memberikan
manfaat. Sebenarnya mereka benar- benar mengetahui bahwa
barangsiapa yang berjalan di jalan ini, tidak akan mendapatkan
bagian dari kenikmatan akhirat. Alangkah buruknya apa yang
mereka pilih untuk diri mereka ini apabila mereka masih memiliki
ilmu.

g) Hubungan Ayat dengan Pendidikan


Ada beberapa konsep metode pembelajaran di dalam surat Al-
Baqarah ayat 151, yaitu:4
1. Metode membaca, yang secara khusus digambarkan pada kata
(mengikuti atau membaca atau menceritakan) dan makna yang tepat

4
Rony Sandra Yofa Zebua, Arief Setiawan, Op.cit, hal. 9

14
untuk kata ini dalam ayat tersebut adalah membaca. Dan membaca
yang tersirat dalam ayat ini adalah membaca ayat-ayat Allāh atau
Qauliyah yang digambarkan dari kata (al-Kitab) dan ayat-ayat dalam
bentuk segala ciptaan Allāh atau Kauniyah (al-Hikmah).
2. Metode tazkiyah, yang secara khusus digambarkan pada kata
(meningkatkan, mengembangkan, memurnikan, menyucikan), dan
makna yang tepat untuk kata ini dalam ayat tersebut adalah
menyucikan.
3. Metode mengajarkan, yang secara khusus digambarkan pada kata
(mengajarkan), yaitu memberikan pengajaran kepada yang
membutuhkan ilmu dengan cara memberikan bimbingan dengan
baik.
Kriteria seorang pendidik yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah
Ayat 102 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang anak
didiknya dan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien.
2. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang
ayat-ayat Allah.
3. Memiliki jiwa yang bersih
4. Memiliki ilmu tentang kitab Allah dan hikmah
5. Memiliki semangat kuat untuk mengembangkan diri, baik spiritual,
intelektual, phisikal, maupun finansial.
Tugas seorang pendidik yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah
Ayat 102 adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan ayat-ayat Allah.
2. Mengajarkan Al-Quran dan hikmah.
3. Mendidik anak didik agar memiliki kesucian jiwa.
4. Mempersiapakan anak didik agar memiliki masa depan yang
cemerlang.5
5
Ibnunazir, 2017, Kriteria dan Tugas Pendidik Perspektif QS Al-Baqarah ayat 151, diakses di
https://ibnunazir.wordpress.com/2011/12/17/kriteria-dan-tugas-pendidik-perspektif-qs-al-baqarah-
ayat-151/

15
2.2. Surat Al-An’am ayat 105
a) Teks Ayat6

b) Mufradat

c) Terjemahan7
Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami
agar orang-orang musyrik mengatakan, "Engkau telah mempelajari
ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)," dan agar Kami menjelaskan Al-
Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.

d) Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah8

Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu.


Barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi
dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu),
maka dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga-
(mu). (QS. Al-An’am Ayat 104)
6
kalam.sindonews, Diakses di https://kalam.sindonews.com/ayat/105/6/al-anam-ayat-105
7
kalam.sindonews, Loc.cit.
8
Ibid

16
Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu
(Muhammad); tidak ada tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik. (QS. Al-An’am Ayat 106)

d) Tafsir Ayat
Setelah mengingatkan tugas Nabi Muhammad, kelompok ayat ini
ditutup dengan pernyataan Allah sebagai berikut. Dan demikianlah
Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat sebagai bukti-bukti
kekuasaan Kami, baik berupa fenomena yang tergelar di alam
semesta maupun yang tertulis di dalam Al-Qur'an, agar orang
beriman dapat meraih petunjuk. Hal tersebut mengakibatkan orang-
orang musyrik mengatakan, "Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu
dari Ahli Kitab atau siapa pun." Dan hal itu juga bertujuan agar
Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang
mengetahui.
Allah menerangkan bahwa Dia telah memberikan bukti-bukti
kebenaran secara berulang-ulang di dalam ayat-ayat-Nya dengan
gaya bahasa yang beraneka ragam dengan maksud agar dapat
memberikan keyakinan yang penuh kepada seluruh manusia dan
untuk menghilangkan keragu-raguan, serta memberikan daya tarik
kepada mereka agar mereka dapat menerima kebenaran itu dengan
penuh kesadaran, dan untuk memberikan alasan kepada kaum
Muslimin dalam menghadapi bantahan orang-orang musyrik. Karena
orang-orang musyrik mendustakan ayat-ayat Allah dengan
mengatakan Nabi Muhammad mempelajari ayat-ayat itu dari orang
lain atau menghafal berita-berita dari orang-orang yang terdahulu
seperti firman Allah:
lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang."
(al-Furqan/25: 5)

17
Menurut al-Farra', Al-Qur'an mengandung ayat-ayat yang benar
dan dapat diterima oleh orang-orang yang bersih hatinya dan
mempunyai niat yang kuat untuk menerima ilmu pengetahuan
sehingga dapat menerima kebenaran itu dengan penuh keinsyafan.
Tafsir QS. Al An ‘aam (6) : 105. Oleh Muhammad Quraish Shihab9
Demikianlah, melalui berbagai penjelasan yang indah dalam
pemaparan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam semesta, Kami
menunjukkan ayat-ayat Kami dalam Alquran juga secara variatif dan
terperinci, untuk memberikan bukti kepada orang-orang yang ingkar.
Dengan begitu mereka tidak bisa berbuat sesuatu selain membuat-
buat kebohongan.
Mereka, misalnya, akan mengatakan bahwa kamu belajar ayat- ayat
itu dari sesama manusia, bukan dari Allah.
Juga, di samping itu, agar Kami menerangkan kebenaran-
kebenaran apa yang Kami turunkan kepadamu tanpa terpengaruh
oleh hawa nafsu, untuk orang-orang yang mengerti dan tunduk
kepada kebenaran.

g) Hubungan Ayat dengan Pendidikan


Al Maraghi (j.3:204) menjelaskan kata darasai dengan makna yang
umum, yaitu membaca berulang-ulang dan terus menerus
melakukannya sehingga sampai pada tujuan. Menurut al Maraghi,
ungkapan darasal kitaaba bermakna menundukkan kitab dengan
membacanya terus menerus sehingga mudah dihafal.
Al Khawarizmi (j.2: 42), ath Thabari (j.5: 305) dan Asy Sayuti (j.3:
337) mengartikan kaliamt darasta dengan makna engkau membaca
dan mempelajari.
Secara konteksnya, menurut al Juzi (j.3: 101) ayat ini memberi
makna “Engkau (Muhammad) belajar dari orang-orang yang

9
Diakses di https://risalahmuslim.id/quran/al-an-aam/6-105/

18
bernama Jabar dan Yassar. Dan ayat ini berkaitan dengan surah an
Nahl ayat 103.
Secara struktur kalimat darasal kitaaba bermakna “Menundukkan
kitab dengan membacanya secara terus menerus sehingga mudah
dihafal.”
2.3. Surat Al-A’raf ayat 169
a) Teks Ayat 10

b) Mufradat11

10
kalam.sindonews, Loc.cit
11
Diakses di https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-7-al-a'raf/ayat-168#

19
c) Terjemahan12
Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang
mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah
ini. Lalu mereka berkata, "Kami akan diberi ampun." Dan kelak jika
harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu (pula), niscaya
mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat
perjanjian dalam Kitab (Taurat) bahwa mereka tidak akan
mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal mereka
telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu
lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
mengerti?

12
kalam.sindonews, Loc.cit

20
e) Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah

Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan;


di antaranya ada orang-orang yang shalih dan ada yang tidak
demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran). (QS. Al-A’raf Ayat 168)

Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab (Taurat) serta


melaksanakan shalat, (akan diberi pahala). Sungguh, Kami tidak
akan menghilangkan pahala orang-orang shalih. (QS. Al-A’raf Ayat
170)13

f) Tafsir Ayat
Tafsir Jalalayn oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-
Suyuthi:14
(Maka datanglah sesudah mereka generasi yang jahat yang
mewarisi Alkitab) yakni kitab Taurat dari para pendahulu mereka
(yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini) sesuatu yang
tidak ada harganya, yaitu duniawi baik yang halal maupun yang
haram (dan berkata, "Kami akan diberi ampun.") atas apa yang telah
kami lakukan. (Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda
dunia sebanyak itu pula niscaya mereka akan mengambilnya juga)
jumlah kalimat ini menjadi hal; artinya mereka masih juga
mengharapkan ampunan sedangkan mereka masih tetap kembali
melakukannya padahal di dalam kitab Taurat tidak ada janji
13
Loc.cit
14
Diakses di https://risalahmuslim.id/quran/al-araaf/7-169/

21
ampunan jika disertai dengan menetapi perbuatan dosa (bukankah
sudah diambil) Istifham atau kata tanya bermakna menetapkan
(perjanjian kitab Taurat dari mereka) Idhafah di sini bermakna fii
(yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali
yang benar, padahal mereka telah mempelajari) diathafkan kepada
lafal yu`khadzu, yakni mereka telah membaca (apa yang tersebut di
dalamnya?) maka mengapa mereka mendustakan tentang masalah
ampunan itu, sedangkan mereka masih terus menepati perbuatan
dosanya. (Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang
bertakwa) yang takut terhadap perbuatan haram. (Maka apakah
mereka tidak mengerti) dengan memakai ya dan ta, sesungguhnya
pahala akhirat itu lebih baik yang seharusnya mereka lebih
memilihnya daripada perkara duniawi.

g) Hubungan Ayat dengan Pendidikan


Telah dijelaskan sebelum ayat ini yaitu membicarakan tentang
generasi-generasi terdahulu, bahwa diantara mereka ada orang-orang
yang baik (saleh) dan ada yang tidak demikian. Selanjutnya didalam
ayat ini membicarakan tentang datangnya generasi baru (sekelompok
Yahudi), generasi yang lebih buruk lagi. Yang mewarisi kitab suci
Taurat yang tidak memanfaatkan petunjuk-petunjik yang ada di
dalamnya. Mereka terus menerus mengambil barang duniawi atau
barang-barang yang cara mendapatkannya dengan dengan cara
haram. Mereka selalu berpendapat bahwa perbuatannya itu akan
diampuni oleh Allah walaupun mereka tidak bertaubat, karena
mereka adalah kekasih Allah. Sehingga mereka merasa aman dan
tidak berhenti-berhenti melakukan perbuatan dosa dan
mengumpulkan barang yang haram. Padahal telah terdapat perjanjian
yang kuat dari mereka oleh Allah melalui Rasul mereka di dalam
kitab suci Taurat, bahwa tidak ada yang menjamin adanya
pengampunan dari Allah melainkan dengan cara bertaubat.

22
Ada yang berkata bahwa perjanjian itu hanya diketahui oleh
generasi-genersi terdahulu dan tidak diketahui oleh generasi-generasi
baru. Maka di dalam ayat ini dilanjutkan bahwa didalam kitab suci
Taurat telah terdapat tuntunan Taurat dan perjanjian tersebut.
Padahal mereka juga sudah mempelajari apa yang ada di dalam kitab
Taurat tersebut. Sungguh mereka telah mengingkari perjanjian dan
mengabaikan tuntunan-tuntunan yang ada. Sebenarnya orang-orang
yang taqwa itu hidupnya di akhirat lebih enak dari pada orang-orang
yang melakukan pelanggaran.
Dapat diambil kesimpulan yang terdapat dalam kalimat “Padahal
mereka juga sudah mempelajari apa yang ada di dalam kitab
Taurat” , tetapi kenyataannya mereka telah melanggar tuntunan yang
ada. Jadi generasi-generasi baru (sebagai murid) yang terdapat dalam
ayat ini meskipun telah mempelajari, mereka harus bisa mengetahui,
mengingat, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan yang di lakukan generasi sebelumnya. Dan
generasi lama (sabagai guru) harus bisa menjelaskan dan
memberikan contoh yang baik sesuai dengan tuntunan yang ada
dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridho Allah
SWT.15
2.4. Surat Ali Imran ayat 79-80
a) Teks Ayat
Ali Imran ayat 79

Ali Imran ayat 80

15
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 296-298.

23
b) Mufradat
Ali Imran ayat 79

Ali Imran ayat 80

c) Terjemahan
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah,
serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia,
"Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah," tetapi (dia
berkata), "Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu

24
mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!" (QS. Ali
Imran ayat 79).
dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan
para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia
menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi Muslim? (QS.
Ali Imran ayat 80).

d) Asbabun Nuzul
Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Abu Rafi’ al-Qarzhi berkata, ‘Ketika para pendeta Yahudi
dan pendeta Nasrani dan Najran berkumpul di tempat Rasulullah dan
beliau mengajak mereka untuk masuk Islam, mereka berkata,
‘Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu sebagaimana
orang-orang Nasrani menyembah Isa?’ Maka Rasulullah menjawab,
‘Na’udzu billah (Kami berlindung kepada Allah dari hal itu).” Maka
Allah menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu, ‘Tidak murigkin
bagi seseorang...,’ hingga firman-Nya, ‘... setelah kamu menjadi
muslim?” (Ali Imran: 79-80)

Abdurrazzaq dalam tafsirnya meriwayatkan dari Hasan al-Bashri,


dia berkata, “datang kepada saya bahwa seorang lelaki berkata
kepada Rasulullah,‘Wahai Rasulullah, kami akan mengucapkan
salam kepadamu sebagaimana kami .mengucapkan salam kepada
sesama kami. Lalu apakah kami perlu bersujud kepadamu?’
Rasulullah menjawab, ‘Tidak, akan tetapi muliakan Nabi kalian dan
ketahuilah hak keluarganya. Karena sesungguhnya tidak sepantasnya
seseorang sujud kepada selain Allah.’Lalu Allah menurunkan ayat
ini.16

e) Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah

16
Diakses di https://mjna.my.id/asbabun_nuzul/view/3-79-80

25
Dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang
memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka
(yang mereka baca) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari
Kitab dan mereka berkata, "Itu dari Allah," padahal itu bukan dari
Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui (QS. Ali Imran ayat 78).

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi,


"Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu
datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada
pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman
kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kamu
setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?"
Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Kalau begitu
bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu."
(QS. Ali Imran ayat 81).

f) Tafsir Ayat
Qur’an surah al-Imran yat 79-80 dijelasakan dalam tafir al-Misbah
karangan Prof.Dr.Quraishihab yaitu , sekelompok pemuka Kristen
dan Yahudi menemui Rasulullah SAW. mereka bertanya : ‘Hai
Muhammad apakah engkau ingin agar kami menyembahmu ?’ salah

26
seorang diantara mereka bernama ar-Rais mempertegas, ’apakah
untuk itu engkau mengajak kami ?’ Nabi Muhammad SAW
menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari penyembahan selain
Allah atau menyuruh yang demikian. Allah sama sekali tidak
menyuruh saya demikian tidak pula mengutus saya untuk itu’.
Demikian jawab Rasul SAW yang memperkuat turunnya ayat ini.
Dari segi hubungan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya dapat
dikemukakan bahwa setelah penjelasan tentang kebenaran yang
sembunyikan oleh bani israil dan hal-hal yang berkaitan dengannya
selesai diuraikan dalam ayat-ayat lalu dan berakhir pada penegasan
bahwa mereka tidak segan-segan berbohong kepada Allah, dan ini
juga berarti berbohong atas nama Nabi dan Rasul karena tidak ada
informasi pasti dari Allah kecuali dari mereka. Maka disini diteg
askan bahwa bagi seorang nabi pun hal tersebut tidak wajar. Bahwa
yang dinafikan oleh ayat ini adalah penyembahan kepada selain
Allah sangat pada tempatnya. Oleh karena apapun yang disampaikan
oleh Nabi atas nama Allah adalah ibadah. Tidak wajar dan tidak
tergambar dalam benak, betapapun keadaannya bagi seorang
manusia, siapapun dia dan betapapun tinggi kedudukannya, baik
Muhammad SAW maupun Isa dan selain mereka, yang Allah
berikan kepadanya al-Kitab dan hikmah yang digunakannya untuk
menetapkan keputusan hukum.
Hikmah adalah ilmu amaliyah dan amal ilmiah, dan kenabian yakni
informasi yang diyakini bersumber dari Allah yang disampaikan
kepada orang-orang tertentu pilihanNya yang mengandung ajakan
untuk menegaskanNya. Tidak wajar bagi seseorang yang
memperoleh anugerah-anugerah itu kemudian dia berkata bohong
kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku, bukan penyembah Allah’. Betapa itu tidak wajar,
bukankah kitab suci Yahudi atau Nasrani apalagi al-Qur’an,

27
melarang mempersekutukan Allah dan mengajak menegaskanNya
dalam zat, sifat, perbuatan, dan ibadah kepadaNya?.
Bukankah Nabi dan Rasul adalah yang paling mengetahui tentang
Allah?. Bukannkah penyembahan kepada manusia berarti
meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sedangkan, mereka
adalah orang yang memiliki hikmah, sehingga tidak mungkin
meletakkan manusia atau makhluk apapun ditempat dan kedudukan
sang Khaliq ?. Jika demikian, tidak mungkin Isa as. manusia ciptaan
Allah dan pilihanNya itu, menyuruh orang lain menyembah dirinya
sebagaimana diduga oleh orang-orang Nasrani.
Selanjutnya, mereka tidak akan diam dalam mengajak kepada
kebaikan atau mencegah keburukan. Tidak ! tetapi dia tidak akan
mengajak dan terus mengajak, antara lain akan berkata, ‘ Hendaklah
kamu menjadi orang-orang rabban, yang berpegang teguh serta
mengamalkan nilai-nilai Ilahi, karena kamu selalu mengajarkan al-
Kitab dan disebabkan kamu terus menerus mempelajarinya’.
Kata tsumma yakni kemudian yang diletakkan diantara uraian
tentang anugerah-anugerahNya dan pernyataan bahwa mereka
menyuruh orang menyembah manusia, bukan berarti adanya jarak
waktu tetapi untuk mengisyaratkan betapa jauh ucapan demikian dari
sifat-sifat mereka dan betapa ucapan tersebut tidak masuk akal.
Kalau Nabi dan Rasul demikian halnya, maka tentu lebih tidak wajar
lagi manusia biasa mengucapkan kata-kata demikian.
Kata rabbani terambil dari kata rabb yang memiliki aneka makna
antara lain pendidik dan pelindung. Jika kata trsebut berdiri sendiri,
maka tidak lain yang dimaksud Allah SWT.
Para pemuka Yahudi dan Nasrani yang dianugerahi al-Kitab,
hikmah, dan kenabian menganjurkan semua orang menjadi rabbani
dalam arti semua aktivitas, gerak dan langkah, niat dan ucapan,
kesemuanya sejalan dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Allah
SWT. Yang Maha Pemelihara dan Pendidik itu.

28
Kata tadarrusun digunakan dalam arti meneliti sesuatu guna
diambil manfaatnya. Dalam konteks teks baik suci Maupun
selainnya ia adalah membahas, mendiskusikan teks untuk menarik
kesimpulan (informasi) dan pesan-pesan yang dikandungnya.
Kenyataan bahwa seorang rabbani harus terus menerus mengajar
adalah karena manusia tidak luput dari kekurangan. Disisi lain,
rabbani bertugas terus menerus membahas membahas dan
mempelajari kitab suci, karena firman-firman Allah sedemikian luas
kandungan maknanya, sehingga semakin digali, semakin banyak
yang dapat diraih walupun yang dibaca adalah teks yang sama. Kitab
Allah tidak ubahnya dengan kitabNya yang terhampar, yaitu alam
raya. Walaupun alam raya sejak diciptakan hingga kini tidak
berubah, namun rahasia yang dikandungnya tidak pernah habis
terkuak. Rahasia-rahasia alam tidak henti-hentinya terungkap, dan
dari saat ke saat ditemukan hal-hal baru yang belum ditemukan
sebelumnya.
Objeknya alam raya maupun kitab suci. Nah, yang ditemukan
dalam bahasan dan penelitian itu hendaknya diajarkan pula, sehingga
yang mengajar dan yang meneliti bertemu pada satu lingkaranyang
tidak terputus kecuali dengan terputusnya lingkaran, yakni dengan
kematian seseorang. Bukankah pesan agama ‘belajarlah dari buaian
hingga liang lahat’. Dan bukankah al-Qur’an menegaskan kerugian
orang-orang yang tidak salin wasiat mewasiati tentang kebenaran
dan ketabahan yakni saling ajar mengajari, tentang ilmu dan
petunjuk serta ingat mengingatkan tentang perlunya ketabahan dalam
hidup ini.
Pada ayat 80 surah al-Imran tersebut dijelaskan setelah menafikan
bahwa para pilihan itu tidak mungkin dan tidak wajar menganjurkan
agar manusia menyembah mereka, disini ditegaskan pula bahwa
mereka juga tidak akan pernah menyuruh makhluk-makhluk Allah
menyembah selain mereka, walupun makhluk itu makhluk pilihan.

29
Dan tidak (wajar pula baginya) menyuruh kamu, wahai seluruh
manusia untuk menjadikan malaikat-malaikat dan para Nabi, apalagi
selian mereka sebagai tuhan-tuhan untuk mempersekutukan mereka
dengan Allah, atau menjadikan mereka tuhan secara berdiri sendiri.
Bahkan semua sikap yang mengandung makna persekutuan atas
pengingkaran kepada Allah, walau sedikit tidak mungkin mereka
lakukan. Apakah (patut) dia menyuruh berbuat kekafiran disaat
kamu telah menjadi orang yang berserah diri kepadaNya? yakni
patuh kepadaNya secara potensial dengan diciptakannya setiap
manusia memiliki fitreh kesucian serta ketaatan dan ketunduka
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penyebutan para malaikat dan Nabi-Nabi pada ayat ini hanya
sekedar sebagai contoh, sementara yang dimaksud adalah selain
Allah, seperti misalnya bulan, matahari atau leluhur. Kalupun hanya
malaikat dan Nabi-Nabi yang disebut oleh ayat ini, karena hanya
itulah yang disembah oleh masyarakat jahiliyah dan orang Yahudi
dan Nasrani.
Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa patron kata yang dibubuhi
penambahan huruf ta’ mengandung makna keterpaksaan dan rasa
berat (hati, tenaga dan pikiran) untuk melakukannya. Jika demikian,
penyembahan kepada selain Allah SWT. yang digambarkan dalam
ayat ini dengan kata tattakhizu yang diatas diartikan diterjemahan
dengan menjadikan. Mengandung makna bahwa penyembahan itu
bila te jadi pada hakikatnya dipaksakan atas jiwa manusia, bukan
merupakan sesuatu yang lahir dari fitrah atau naluri normalnya.
Demikian ditulis al-Baqi dalam tafsir.
Ada juga yang memahami kata muslim pada ayat ini sebagai kaum
muslim umat Nabi Muhammad SAW. Asy-Sya’rawi menulis bahwa
ayat ini seakan-akan berkaitan dengan kaum muslim yang
bermaksud menghormati Rasul melebihi yang sewajarnya, mereka
bermaksud sujud kepada beliau, maka Nabi melarang mereka dan

30
menegaskan bahwa sujud hanya diperkenankan kepada Allah SWT.
Tampaknya, pendapat pertama lebih cepat, apalagi bila disadari
bahwa ayat ini turun di Madinah setelah sekian lama Rasul SAW.
menanamkan aqidah Tauhid dikalangan masyarakat, sehingga
larangan sujud kepada selain Allah sudah sangat popular, walau
dikalangan non muslim. Dengan demikian, mustahil rasanya ada
seorang muslim yang bermaksud sujud kepada Nabi SAW.17

g) Hubungan Ayat dengan Pendidikan


M. Quraish Shihab (2000:125) mengungkapkan bahwa yang
berkaitan degan pendidik dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 79
yaitu rabbani memiliki makna diataranya sebagai pendidik an
pelindung. Dalam ha ini, M. Quraish Shihab menyatakan (1999:273)
bahwa teori tenaga kependidikan yaitu kita semua, bukan hanya guru
dan dosen, karena kita semua berfungsi sebagai pendidik. Dalam hal
ini, yang bersangkutan dengan segala atau semua aktifitas, gerak dan
langkah, niat dan ucapan, kesemuanya sejalan dengan nilai-nilai
yang akan dipesankan oleh Allah SWT. Yang Maha Pemelihara dan
Pendidik itu.18

2.5. Surat Al Qalam ayat 37-38


a) Teks Ayat
Al Qalam ayat 37

Al Qalam ayat 38

17
Diakses di https://ahsanirodat.wordpress.com
18
Nur Syahdah, 2013, “Tugas Pendidik Dalam Prespektif Al-Qur’an (Studi Terhadap Tafsir Al-
Qur’an Surat Ali-Imron Ayat 79)” (Skripsi: Program Pendidikan Agama Islam (Pai) Jurusan
Tarbiyah Iain Syekh Nurjati Cirebon)

31
b) Mufradat
Al Qalam ayat 37

Al Qalam ayat 38

c) Terjemahan
Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang
kamu pelajari? (QS. Al Qalam ayat 37).
sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya.
(QS. Al Qalam ayat 38).

d) Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah

Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil


keputusan? (QS. Al Qalam ayat 36).

Atau apakah kamu memperoleh (janji-janji yang diperkuat dengan)


sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat; bahwa

32
kamu dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)? (QS. Al Qalam
ayat 39).

e) Tafsir Ayat
Logika apa yang kamu gunakan? Kalau kamu tidak memiliki dalil
aqli yang dapat diterima akal sehat, atau apakah kamu mempunyai
kitab yang diturunkan Allah yang kamu pelajari,
Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran
orang-orang kafir itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah. Tidak ada
satu pun dari kitab Allah yang menerangkan hal yang demikian itu.
Ungkapan itu dilontarkan kepada mereka dalam bentuk pertanyaan,
"Apakah kamu, hai orang-orang kafir, mempunyai suatu kitab yang
diturunkan dari langit, yang kamu terima dari nenek moyangmu
kemudian kamu pelajari secara turun-temurun, yang mengandung
suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu. Apakah kamu
memiliki kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu memilih
apa yang kamu inginkan sesuai dengan kehendakmu."
Ayat ini dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya. Biasanya
kalimat tanya bermaksud untuk menanyakan sesuatu yang tidak
diketahui, tetapi kalimat tanya di sini untuk mengingkari dan
menyatakan kejelekan suatu perbuatan. Seakan-akan Allah
menyatakan kepada orang-orang kafir bahwa tidak ada suatu pun
wahyu-Nya yang menyatakan demikian. Ucapan mereka itu adalah
ucapan yang mereka ada-adakan dan cara mengada-adakan yang
demikian itu adalah cara yang tidak terpuji. (QS. Al Qalam ayat 37).
Sehingga menemukan ketentuan bahwa sesungguhnya kamu dapat
memilih apa saja yang ada di dalamnya?
Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran
orang-orang kafir itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah. Tidak ada
satu pun dari kitab Allah yang menerangkan hal yang demikian itu.
Ungkapan itu dilontarkan kepada mereka dalam bentuk pertanyaan,

33
"Apakah kamu, hai orang-orang kafir, mempunyai suatu kitab yang
diturunkan dari langit, yang kamu terima dari nenek moyangmu
kemudian kamu pelajari secara turun-temurun, yang mengandung
suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu. Apakah kamu
memiliki kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu memilih
apa yang kamu inginkan sesuai dengan kehendakmu."
Ayat ini dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya. Biasanya
kalimat tanya bermaksud untuk menanyakan sesuatu yang tidak
diketahui, tetapi kalimat tanya di sini untuk mengingkari dan
menyatakan kejelekan suatu perbuatan. Seakan-akan Allah
menyatakan kepada orang-orang kafir bahwa tidak ada suatu pun
wahyu-Nya yang menyatakan demikian. Ucapan mereka itu adalah
ucapan yang mereka ada-adakan dan cara mengada-adakan yang
demikian itu adalah cara yang tidak terpuji (QS. Al Qalam ayat 37).19

f) Hubungan Ayat dengan Pendidikan


Ayat-ayat di atas menunjukkan hukum-hukum sbb: 1)
Sesungguhnya orangorang yang bertakwa yang melaksakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi smua laranganNya pasti
mendapatkan surga-surga, 2) Tidak sama balasan orang Islam
dengan orang yang kafir di akhirat nanti, 3) Allah menolak
pengakuan orang-orang musyrik yang menyamakan balasan di
akhirat nanti bagi orang yang taat kepada Allah dan bagi orang yang
durhaka kepada Allah 4) Allah menolak pengakuan orang musyrik
yang menyatakan bahwa mereka mempunyai penjamin, para saksi
dan atau para penolong atas pengakuan mereka, 5) diantara bentuk
siksa di akhirat bagi orang-orang kafir adalah wajah mereka menjadi
gelap hitam adapun diantara balasan akhirat bagi orang yang
beriman adalah putih wajahnya.

19
kemenag.go.id

34
Jadi pendidikan akhlak ke empat dalam surah ini adalah ketaqwaan
akan dibalas dengan surga sedangkan kedurhakaan dan kemaksiatan
akan dibalas dengan neraka. Balasan ketaqwaan dan kedurhakaan
tentu berbeda tidak bisa disamakan. Jika ada pendapat yang
menyamakan maka pendapat itu adalah suatu kebohongan yang tidak
punya dasar hukum kecuali pengakuan.20

2.2. Prinsip Belajar


2.2.1. Al-Anbiya’ ayat 30-31
a. Teks Ayat

‫َأَو َلْم َيَر اَّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا َأَّن الَّسٰم ٰو ِت َو اَأْلْر َض َك اَنَتا َر ْتًقا َفَفَتْقٰن ُهَم ۗا َو َجَع ْلَنا ِم َن اْلَم اِء ُك َّل َش ْي ٍء‬
٣٠ ‫َح ٍّۗي َأَفاَل ُيْؤ ِم ُنْو َن‬

٣١ ‫َو َجَع ْلَنا ِفي اَأْلْر ِض َر َو اِس َي َأْن َتِم ْيَد ِبِهْۖم َو َجَع ْلَنا ِفْيَها ِفَج اًجا ُس ُباًل َّلَع َّلُهْم َيْهَتُد ْو َن‬

b. Mufradat
Ayat 3021

Ayat 3122

20
Mohamad Nur Fuad, “Studi Surah Al-Qalam tentang Sistematika Pendidikan Akhlak Dalam
Tafsîr Al-Munîr Karya Wahbah Al-Zuhaily” Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, P-
ISSN :2354-6328 E-ISSN : 2598-4012, hal. 35
21
Diakses pada https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-21-al-anbiya'/ayat-30#
22
Diakses Pada https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-21-al-anbiya'/ayat-31

35
c. Terjemahan

30 - Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit


dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?

31 - Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang


kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan
(pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

d. Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah

29 – ‫َو َم ْن َيُقْل ِم ْنُهْم ِإِّني ِإَٰل ٌه ِم ْن ُدوِنِه َفَٰذ ِلَك َنْج ِز يِه َجَهَّنَم ۚ َك َٰذ ِلَك َنْج ِز ي الَّظاِلِم يَن‬ 23

Artinya: Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan:


"Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah", maka
orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami
memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.

Allah menjamin tidak ada malaikat yang mengaku tuhan selain


Allah. Barang siapa di antara mereka, para malaikat, berkata,
“Sungguh, aku adalah tuhan selain Allah,” maka Kami akan
memberi balasan kepadanya, baik malaikat maupun manusia yang

23
Diakses pada https://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-29

36
mengaku tuhan, dengan Jahanam. Demikianlah Kami memberikan
balasan kepada orang-orang yang zalim, karena mengaku dirinya
tuhan, padahal sebenarnya hamba Allah. Pengakuan semacam ini
merupakan kemusyrikan yang sangat besar. Selain
mempersekutukan Allah, juga menyamakan derajat dirinya dengan
Allah.

32- ‫َو َجَع ْلَنا الَّسَم اَء َس ْقًفا َم ْح ُفوًظاۖ َو ُهْم َع ْن آَياِتَها ُم ْع ِر ُضوَن‬24

Artinya: Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang


terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.

Allah mengarahkan manusia agar memperhatikan benda-benda


langit yang diciptakan-Nya dengan teratur. Dan Kami menjadikan
langit sebagai atap yang terpelihara, tanpa tiang, tetapi tidak jatuh
bergugur-an atau bertabrakan satu sama lainnya, namun mereka,
orang-orang yang pikiran dan sanubarinya tertutup, tetap berpaling
dari tanda-tanda kebesaran Allah itu berupa matahari, bulan, angin,
awan, dan lain-lain sehingga mereka tetap tidak beriman kepada
Allah.

e. Tafsir Ayat

Ayat 30. Pada ayat 30 ini Allah SWT menjelaskan bahwa Orang-
orang kafir tidak berpikir jernih dalam mengamati fenomena alam,
padahal peristiwa yang ada di alam ini merupakan bukti adanya
Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah bertanya, “Dan apakah
orang-orang kafir, kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak
memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan bumi sebelum
terjadi ledakan besar, keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya dengan mengangkat langit ke atas dan
membiarkan bumi seperti apa adanya; dan Kami jadikan segala
24
Diakses pada https://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-32

37
sesuatu yang hidup berasal dari air; kehidupan dimulai dari air (laut),
makhluk hidup berasal dari cairan sperma dan air bagian yang
penting bagi makhluk hidup- maka mengapa mereka, orang-orang
kafir itu tidak tergerak hatinya untuk beriman kepada Allah?"

Ayat 31. Pada ayat 31 ini Allah mengarahkan pandangan manusia


kepada gunung-gunung dan jalan-jalan, serta daratan yang luas di
bumi.

Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh


dengan maksud agar ia, bumi dengan putarannya yang cepat sekali
itu, tetap mantap, tidak terjadi guncangan bersama mereka, manusia
dan makhluk hidup lainnya. Dan Kami jadikan pula di bumi jalan-
jalan yang luas supaya semua makhluk dapat dengan tenang
menjalani kehidupan, dan pada akhirnya agar mereka mendapat
petunjuk Allah, baik yang diberikan melalui wahyu maupun
petunjuk Allah berupa fenomena alam yang membentang luas ini.

f. Hubungan Ayat dengan Pendidikan25


Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta pada mulanya
merupakan satu kesatuan yang mempunyai energi yang sangat besar
sekali. Selanjutnya peristiwa alamiah terjadi, dan mengakibatkan
alam semesta terpecah dan terbagi-bagi kepada bagian yang sangat
banyak, sehingga masing-masing bagian memiliki energi yang lebih
kecil dari sebelumnya. Peristiwa itu diakibatkan ledakan besar yang
mengakibatkan terciptanya gugusan galaksi, matahari, bintang-
bintang dan satelit. Pasca terjadinya ledakan, energi alam semesta
terbagi kepada semua benda dengan sistim yang sangat detail yang
memungkinkan alam semesta ini dapat melangsungkan
perjalanannya sampai batas waktu yang telah ditentukan (oleh
Penciptanya).
Penelitian tentang penciptaan alam semesta ini telah berlangsung
lama. Dan yang terbaru adalah penelitian yang dilakukan oleh
seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia, bernama Mike Hope
King pada 1994. Dari hasil penelitiannya, ia menegaskan teori

25
Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Al-Qur'an dan Sunnah

38
‘kesatuan alam semesta’ yang berasal dari satu kesatuan yang
memiliki energi yang sangat besar dan sulit dibayangkan yang
dinamakan dengan ‘sadim’. Masalah penciptaan alam raya ini, sejak
Nabi Adam diturunkan ke bumi sampai sekarang telah menjadi fokus
penelitian dan pembahasan para ilmuwan. Mereka bertanya-tanya:
Bagaimana alam raya yang maha luas ini tercipta? Dari apa alam
raya ini tercipta? Penelitian yang berkaitan dengan hal ini telah
melalui berbagai periode, dimulai dari pendapat individu, tesis, anti-
tesis, sintesis, teori sampai tercapainya kebenaran ilmiah yang
disepakati semua ilmuwan.

Padahal kalau kita memperhatikan isi kandungan Al-Qur'an, maka


kita akan mendapatkan bahwa Al-Qur'an telah mengisyaratkan
tentang awal mulanya penciptaan alam semesta dari satu kesatuan
padu. Pada surah Al-Anbiya ayat 30, Allah SWT berfirman: “Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya.” Ungkapan ‘langit’ dan ‘bumi’
merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini.
Adapun kenapa ‘bumi’ yang disebut, maka hal itu dikarenakan
keterikatan kita dengannya dimana kita hidup dan tinggal di atas
permukaan bumi. Sedangkan penyebutan kata ‘langit, maka hal itu
dikarenakan kedekatan kita dengan langit yang menjadi obyek
penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang bermanfaat
untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan dan
juga sebagai makanan binatang ternak kita.
Ungkapan ‘padu’ atau dalam bahasa arabnya disebut ritqun, hal itu
menunjukkan satu kesatuan yang sempurna dan padat. Sedangkan
ungkapan ‘pisah’ atau dalam bahasa arabnya disebut ‘fatqun’, maka
hal itu menunjukkan pecahnya satu kesatuan itu, yang diakibatkan
satu ledakan dahsyat yang mengandung energi yang sangat besar dan
menyebabkan terciptaanya gugusan-gugusan yang memiliki energi
dan bentuk yang lebih kecil. Ayat di atas menjelaskan kepada kita,
akan pentingnya penelitian ilmiah dalam upaya menemukan ‘teori’
paling benar tentang penciptaan alam semesta -tempat manusia
hidup, seolah-olah ia menyaksikannya saat peristiwa penciptaan
alam semesta ini terjadi. Sebagaimana yang difirmankan Allah
dalam ayat ini dengan mengatakan: “Tidakkah orang-orang kafir itu
mengetahui?” Ledakan dahsyat yang terjadi, tentunya secara nyata
tidak dapat disaksikan oleh manusia, namun dengan bantuan iptek

39
(ilmu pengetahuan dan teknologi), sedikitnya ia dapat
membayangkan kejadian sesungguhnya dimana ia seolah-olah
berada saat kejadian itu terjadi.

2.2.2. Al-Alq ayat 1-5


a. Teks Ayat
1 - ‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬
2 - ‫َخ َلَق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬
3 - ‫اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬
4 - ‫اَّلِذ ي َع َّلَم ِباْلَقَلِم‬
5 - ‫َع َّلَم اِإْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم‬
b. Mufradat26
Ayat 1

Ayat 2

Ayat 3

Ayat 4

Ayat 5

26
Diakses pada https://www.sakaran.com/2018/03/terjemah-per-kata-surat-al-alaq-ayat-1.html

40
c. Terjemahan
1 - Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
2 - Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3 - Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4 - Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5 - Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
d. Asbabun Nuzul
Seperti yang diketahui ayat pertama pada surat al-Alaq
merupakan ayat yang pertama kali turun dan diterima oleh Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril, di jelaskan dalam tafsir al
maraghi proses saat Nabi Muhammad menerima wahyu
pertamanya. Para ulama sebagian berpendapat bahwa ayat ini di
turunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad Hijrah. Para
ulama juga sepakat bahwa ayat dalam surat ini merupakan ayat
pertama yang turun, atas dasar inilah Thaba-Thaba'i berpendapat,
dari konteks uraian-uraian ayatnya maka tidak mustahil bahwa
keseluruhan ayat-ayat surat ini turun sekaligus. Beda halnya
dengan pendapat Quraish Shihab yang mengacu terhadap
pemikiran Ibnu Asyur yang mengatakn bahwa lima ayat petama
pada surat al-Alaq turun pada tanggal 17 ramadhan. Tercantum
dalam sekian banyak mushaf namun ada juga yang menamainya
surat Iqra‟.27
Menurut Ibnu Katsir surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan surat yang
berbicaratentang permulaan rahmat Allah yang diberikan kepada
hamba-Nya, awal dari nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya

27
M. Quraish. Tafsit al-Misbah : pesan, kesan dan keserasian al-Quran,( Jakarta: LenteraHati,
2004), 391

41
sebagai tanbih (peringatan) tentang proses awal penciptaan
manusia dari alaqah. Ayat ini juga menjelaskan kemuliaan Allah
yang telah mengajarkan manusia sesuatu hal pengetahuan yang
belum diketahui.28
Dikisahkan dari sayyidah Aisyah r.a yang diriwayatkan oleh
Bukhori, Muslim: awal mula datangnya wahyu kepada Nabi
Muhammad SAW ialah berupa mimpi yang benar terjadi pada
pagi harinya. Kemudian beliau menyendiri dan pergi mendatangi
gua hira (gua yang terletak di Mekkah) beribadah didalamnya
sepanjang malam sambil membawa bekal untuk beberapa malam,
kemudian Nabi kembali ke rumahnya dalam keadaan takut dan
gemetar yang disambut oleh sayyidah Khadijah, Nabi
menceritakan peristiwa yang dialaminya ketika di gua hira.
Wahyu itu turun, Nabi Muhammad sedang berada di gua hira,
kemudian malaikat Jibril mendatanginya dan berkata: Bacalah!
kemudian Nabi menjawab: aku tidak bisa membaca apapun.
Kemudian Jibril mendekap dan menutupi Nabi sampai lemas,
setelah itu kembali Jibril berkata sembari membuka dekapannya:
Bacalah! Nabipun menjawab : aku bukanlah orang yang pandai
membaca. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia yang telahmenciptakan manusia dari
segumpak darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan
kalam, dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya29.
Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa Nabi Muhammad pulang
dari gua hira dalam keadaan gemetar sampai dalam rumah Nabi
berkata kepada sayyidah Khadijah: Selimuti aku! Selimuti aku!,
maka sayyidah Khadijah bergegas menyelimuti tubuh Nabi yang
28
Abu Fida al-Hafidz Ibnu katsier al-Dimisqi. “Tafsir ibnu katsier”. Tej Jilid 8 ( Surabaya : PT
bina ilmu. 1992), 359
29
Ibnu katsier. “Tafsir ibnu katsier”. Jilid 8 ( Surabaya : PT bina ilmu. 1992) 359-360

42
gemetar ketakutan Sampai Nabi tenang, barulah menceritakan apa
yang telah dialaminya saat beribadah di gua hira. Nabi berkata
kepada Khadijah jika setelah bertemu Jibril dan mengalami
peristiwa itu merasa bahwa hidupnya akan terancam, akan tetapi
sayyidah Khadijah menenangkan Nabi dengan berkata: Tidak
Demikian, bergembiralah engkau, demi Allah, Dia tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau
adalah orang yang suka bersilaturrahim, jujur dalam berbicara,
suka menolong orang yang berkesusahan, selalu menghormati
tamu dan membantu orang-orang yang ditimpa musibah.
Setelah mendengar semuanya, Khadijah membawa Nabi bertemu
Waraqah Ibnu Asad Ibnu Abdul Uzza Ibnu Qusay. Waraqah
adalah saudara sepupu Khadijah dari ayahnya, dan dia adalah
seorang yang masuk agama Nasrani di masa Jahiliyah, dia juga
pandai menulis bahasa arab. Setelah Nabi Muhammad membaca
apa yang di katakan Jibril, kemudian Jibril pergi dan Nabi pun
turun dari Gua Hirs menuju ke rumahnya. Dalam hal ini, khadijah
mempertemukah waraqah dan Nabi Muhammad dengan tujuan
mengetahui apa yang sebenarnya yang telah dialami Nabi,
kejadian yang sebelumnya belum pernah dialami oleh manusia
lainnya, sesuatu yang di luar nalar dan tidak bisa di lihat dengan
mata telanjang, oleh karena itu khadijah membutuhkan pendapat
dari sepupunya ini yang taat dengan keyakinannya dan telah
menguasai kitab injil bahkan dengan bahasa Arab.
Khadijah kemudian berkata kepada waraqah: wahai saudara
sepupuku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu
ini. Waraqah bertanya kepada Nabi: hai saudaraku, apakah yang
telah engkau lihat?, maka Nabi SAW menceritakan apa yang
telah terjadi dan yang dilihatnya kepada Waraqah. Kemudian dia
menjawab: Dialah Namus(malaikat Jibril) yang juga datang
kepada Nabi Musa, andai saja aku masih muda, dan andai saja

43
jika aku masih hidup di saat kaummu mengusirmu, belum selesai
perkataan Waraqah, Nabi menyahutinya dengan bertanya
meminta keyakinan atas ketakutannya: apakah benar mereka
akan mengusirku?, Waraqah menjawab: Ya, tidak ada
seorangpun yang datang membawa ajaran seperti ajaranmu, apa
yang engkau sampaikan , tidak lain hanya akan membuatmu
dimusuhi dan diusir. Dan jika aku masih berada dihari saat kau
akan di usir nanti, maka aku akan menolongmu sekuat
tenagaku30. Tak lama setelah kejadian ituWaraqah meninggal
dunia. Dalam ayat-ayat permulaan ini Allah memerintah Nabi
agar gemar membaca dan memperhatikan ayat-ayat sebagai bukti
kebeseranNya di alam ini, perhatian itu harus dilandasi dengan
selalu mengharap petunjuk dari-Nya.
e. Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah
٦ – ۙ ‫َك ٓاَّل ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلَيْطٰغ ٓى‬
Artinya : Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar
melampaui batas.
f. Tafsir Ayat
Ayat 131, Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari,
meneliti, dan sebagainya.) apa saja yang telah Ia ciptakan, baik
ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur'an, dan ayat-
ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah).
Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan
mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan
membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya
hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat
bagi manusia.
Ayat 232, Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia
ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia
30
Ibid., 364
31
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/1/96/al-alaq-ayat-1
32
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/2/96/al-alaq-ayat-2

44
itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari
'alaqah (zigot), yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang
sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel itu, maka
zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal
usul manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi
kemudian ia menjadi manusia yang perkasa. Allah berfirman:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia
yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20) Asal usulnya itu juga
labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas
lagi dari rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti
prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong
dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena
dengan kemahakuasaan dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta.
Allah berfirman menyesali manusia yang ingkar dan sombong itu:
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh
yang nyata! (Yasin/36: 77) Menurut kajian ilmiah, 'alaqah
merupakan bentuk perkembangan pra-embrionik, yang terjadi
setelah percampuran sel mani (sperma) dan sel telur. Moore dan
Azzindani menjelaskan bahwa 'alaqah dalam bahasa Arab berarti
lintah (leech) atau suatu suspensi (suspended thing) atau
segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang
tingkat rendah, berbentuk seperti buah per, dan hidup dengan cara
menghisap darah. Jadi 'alaqah merupakan tingkatan (stadium)
embrionik, yang berbentuk seperti buah per, di mana sistem
kardiovaskuler (sistem pembuluh-jantung) sudah mulai tampak,
dan hidupnya tergantung dari darah ibunya, mirip dengan lintah.
'Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika
jaringan pra-embrionik 'alaqah ini diambil keluar (digugurkan),

45
memang tampak seperti segumpal darah (a blood clot like). Lihat
pula telaah ilmiah pada penjelasan Surah Nuh/71 ayat 14.
Ayat 333, Allah meminta manusia membaca lagi, yang
mengandung arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu
dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila
Al-Qur'an atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka
manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa
Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan
memperkokoh imannya.
Ayat 434, Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia
mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di
sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya.
Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa
menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan
generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu
itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat
mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya
ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi
baca-tulis.
Ayat 535, Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia
mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di
sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya.
Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa
menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan
generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu
itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat
mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya
ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi
baca-tulis.
33
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/3/96/al-alaq-ayat-3
34
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/4/96/al-alaq-ayat-4
35
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/5/96/al-alaq-ayat-5

46
g. Hubungan Ayat dengan Pendidikan36
Proses belajar dan pembelajaran adalah sebuah keharusan
bagi manusia dalam kehidupan. Berbagai fenomena yang
terjadi di alam raya ini akan terungkap ke permukaan bila
dilakukan dengan jalan belajar. Belajar dalam pengertian ini
tentunya dalam pengertian yang luas, pembacaan terhadap
fenomena alam dan realitas sosial masyarakat akan memberikan
implikasi positif dengan lahirnya berbagai penemuan dalam
bentuk ilmu pengetahuan berupa ilmu alam, ilmu sosial, ilmu
humaniora, ilmu jiwa, ilmu kesehatan dll. Semuanya ini
merupakan hasil kegiatan belajar dan pembelajaran yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Manusia semakin menyadari
dirinya untuk belajar, maka akan semakin banyak
pengetahuan yang dimilikinya. Potensi yang ada pada diri
manusia jika dikembangkan dengan belajar akan
melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan pada manusia itu
sendiri. Istilah belajar adalah sebagai upaya perubahan
tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca,
mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Dengan
kata lain, belajar sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju
perkembangan pribadi seutuhnya. Adapun yang dimaksud
dengan pembelajaran adalah usaha kondusif agar berlangsung
kegiatan belajar dan menyangkut transfer of knowledge, serta
mendidik. Dengan demikian, belajar dan pembelajaran adalah dua
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, dimana keduanya
merupakan interaksi edukatif yang memiliki norma-norma.
Fungsi belajar, selain untuk menambah khazanah keilmuan juga
dapat dijadikan sebagai sarana bagi manusia untuk
meningkatkan kualitas dirinya, meningkatkan kualitas
kepribadiannya agar menjadi manusia yang tidak hanya
berilmu pengetahuan saja, melainkan menjadi manusia yang
beradab dan ber-akhlakul karimah. Maka disinilah letak
perbedaan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya,
manusia diberi kesempurnaan berupa akal untuk berfikir dan
belajar, agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi
(kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan atau kesanggupan) untuk meraih ilmu dan
mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu,
36
Diakses pada https://e-journal.iainptk.ac.id/index.php/arfannur/article/view/161/73

47
bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh
berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula
Al-Qur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang
yang berpengetahuan.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca, membaca
berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari
firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan antara
ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan
konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah
yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW dan umat Islam sebelumnya yaitu perintah untuk
mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana
cara mendapatkannya. Tentu ilmu pengetahuan diperoleh di awali
dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu
pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah,
sebab manusia itu lahir tidak mengetahui apa-apa, pengetahuan
manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui
pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra
pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan,
kebahagian dunia dan akhirat. Kata iqra’ atau perintah membaca
dalam sederetan ayat di atas, terulang dua kali yakni pada ayat 1
dan 3. Menurut Quraiys Shihab, perintah pertama dimaksudkan
sebagai perintah belajar tentang sesuatu yang belum diketahui,
sedang yang kedua perintah untuk mengajarkan ilmu kepada
orang lain. Ini mengindikasikan bahwa dalam proses belajar dan
pembelajaran dituntut adanya usaha yang maksimal dengan
memungsikan segala komponen berupa alat-alat potensial
yang ada pada diri manusia. Setelah ilmu tersebut diperoleh
melalui pembelajaran, maka amanat selanjutnya adalah
mengajarkan ilmu tersebut, dengan cara tetap memfungsikan
segala potensi tersebut.
Di dalam buku yang ditulis oleh M. Arifin, yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam, dijelaskan bahwa manusia tanpa melalui
belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu
yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan
akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika
diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali
dengan kemampuan menulis dan membaca segala yang
tersirat di dalam ciptaan Allah.Membaca dan menulis adalah
simbol ilmu pengetahuan. Karena itu, dengan membaca dan

48
menulis, orang akan dengan mudah mempertinggi kualitas ilmu
pengetahuannya. Dengan kualitas ilmu pengetahuan yang tinggi,
maka orang akan mudah menggapai prestasi dalam
membangun peradaban dunia. Dari isyarat Al-Qur’an
tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa Al-Qur’an
menjanjikan prospek kehidupan yang gemilang bila umat
manusia mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan meninggalkannya maka kehancuran dan kemunduran
yang akan diterimanya.

2.2.3. Ali Imran ayat 190-191


a. Teks Ayat
190 – ‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب‬
191 - ‫ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض‬
‫َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِط اًل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
b. Mufradat37
Ayat 190

Ayat 191

37
Diakses pada https://www.sakaran.com/2019/02/terjemah-per-kata-ali-imran-ayat-190-
200.html

49
c. Terjemahan
190 – Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal
191 – (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.
d. Asbabun Nuzul
Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi
dan bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang dibawa Musa
kepada kalian?” orang-orang Yahudi itu menjawab “Tongkat dan
tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.” Lalu orang-
orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya
kepada mereka, “apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?.” Mereka
menjawab, “Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang
sakit kusta dan menghidupkan orang mati.” Lalu mereka mendatangi
Nabi SAW. lalu berkata kepada beliau, “Berdoalah kepada Tuhanmu

50
untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami.” Lalu beliau
berdoa, maka turunlah firman Allah (Q.S Ali Imran 190) ini.
Setelah Tuhan menunjukkan orang-orang munafik dan Yahudi yang
suka sekali dipuji dalam hal yang tidak pernah mereka kerjakan, dan
diambil pula hal yang demikian jadi I‟tibar bagi umat Muhammad
SAW. Pada penutupnya Allah memberi peringatan kepada manusia
agar tidak terperdaya dengan tipuan dunia yang sementara.Sebagai
seorang mukmin selain mengejar perkara dunia (kebendaan)
hendaklah disediakan waktu untuk hidup kerohanian. Kejadian yang
terjadi di masa lampau sesuai dengan zamannya.Nabi Musa dengan
mukjizat tongkatnya atas kehendak Allah mampu membelah
lautan.Nabi Isa mampu menyembuhkan orang sakit kusta hingga
menghidupkan orang yang sudah meninggal.Sekarang tiba masanya
untuk berpikir melihat alam, supaya dapat melihat bahwa semuanya
itu penuh dengan mukjizat Ilahi. Ayat ini mengajak mereka agar
memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya. Hal-hal yang
menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan
matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon,
buah-buahan, binatang-binatang, barang tambang dan sebagainya
yang terdapat di alam semesta ini.
e. Munasabah Ayat Sebelum dan Sesudah

189 – ‫ࣖ َو ِهّٰلِل ُم ْلُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َو ُهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬38

Artinya: Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.

Dan milik Allah-lah seluruh kerajaan langit dan bumi dengan segala
isinya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu terhadap ciptaan-
Nya dengan memberinya kehidupan dan rezeki, mengatur,
mematikan, membalas, dan menghitung setiap amal perbuatan
manusia.
38
Diakses pada https://www.tokopedia.com/s/quran/ali-imran/ayat-189

51
192 – ‫َر َّبَنٓا ِاَّنَك َم ْن ُتْد ِخ ِل الَّناَر َفَقْد َاْخ َزْيَتٗه ۗ َو َم ا ِللّٰظ ِلِم ْيَن ِم ْن َاْنَص اٍر‬

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau


masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah
menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang
yang zalim.

Mereka berdoa kepada Allah Sang Pencipta yang menghidupkan dan


mematikan. Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau
masukkan ke dalam neraka karena menyekutukan-Mu dan akibat
keangkuhannya, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya
dengan menimpakan azab yang pedih, dan tidak ada seorang
penolong pun yang dapat memberikan pertolongan bagi orang yang
zalim. Karena orang-orang zalim pantas mendapatkan murka dan
siksaan dari Allah.

f. Tafsir Ayat39
Ayat 190 – Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang
tanpa ada contoh sebelumnya dan dalam pergantian malam dan siang
dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan memendek
benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang
agung atas keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-
akal yang selamat. (Tafsir al-Muyassar)
Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada
menjadi ada serta tanpa ada contoh sebelumnya, dan di dalam
pergantian malam dan siang serta perbedaan panjang dan pendeknya
waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang
berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha
Pencipta alam semesta, hanya Dia Yang berhak disembah. (Tafsir al-
Mukhtashar)
Sesungguhnya dalam penciptaan dan pembuatan langit dan bumi,
pergantian malam dan siang hari dengan sangat rinci, pergantian
39
Diakses pada https://tafsirweb.com/37646-surat-ali-imran-ayat-190-191.html

52
keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat, panas dan dingin,
serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas
keberadaan, kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal
sehat. Ayat ini diturunkan ketika suku uraisy meminta Nabi SAW
dengan berkata: “Bedoalah kepada Tuhanmu untuk menjadikan bukit
Shafa menjadi emas” Lalu beliau berdoa kepada Tuhan. Kemudian
turunlah ayat ini {Inna fii khalqissamaawaati}, Maka sebaiknya
kalian memikirkan hal tersebut. (Tafsir al-Wajiz) Karena hanya
dengan memikirkan apa yang Allah sebutkan pada ayat ini cukup
bagi orang yang berakal untuk menyampaikkannya pada keimanan
yang tidak dapat digoncangakan oleh syubhat dan tidak terhalang
oleh keraguan. (Zubdatut Tafsir)

Ayat 191 – Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam semua


kondisi mereka, baik berdiri,duduk dan dalam keadaan mereka
berbaring. Mereka mentadaburi dalam penciptaan langit dan bumi
seraya berkata, ”wahai tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan
makhluk ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkah Maha suci dari hal
itu. Maka jauhkanlah dari kami siksaan neraka. (Tafsir al-Muyassar)

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam


kondisi apapun. Baik dalam kondisi berdiri, duduk maupun
berbaring. Dan mereka juga senantiasa menggunakan akal pikiran
mereka untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka pun
berkata, “Wahai Rabb, Engkau tidak menciptakan makhluk yang
sangat besar ini untuk bersenda gurau. Mahasuci Engkau dari senda
gurau. Maka jauhkanlah kami dari azab Neraka, dengan cara Engkau
bimbing kami kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan Engkau
lindungi kami dari perbuatan-perbuatan yang buruk. (Tafsir al-
Mukhtashar)

53
Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam segala kondisinya,
yaitu dalam keadaan berdiri ketika shalat, duduk di masjlis mereka,
dan bersandar ketika dalam keadaan junub. Mereka berpikir tentang
kehebatan penciptaan langit, bumi dan meyakininya. Mereka
berkata: “Wahai Tuhan Kami, Engkau tidak menciptakan hal ini sia-
sia dan hanya sebagai hiburan, namun Engkau menciptakannya
sebagai petunjuk atas kuasa dan hikmahMu. Kami menyucikanmu
dari segala sesuatu yang tidak sesuai denganMu dan dari kesia-siaan.

Maka jadikanlah ketaatan kami kepadaMu itu sebagai pelindung dari


neraka” (Tafsir al-Wajiz) ‫( اَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن َهللا ِقٰي ًم ا َو ُقُع وًدا َو َع َلٰى ُج ُن وِبِهْم‬yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring) Yakni mereka senantiasa berzikir kepada
Allah dalam setiap keadaan. Dan dulu Rasulullah senantiasa berzikir
kepada Allah di setiap waktu.

Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dari kata zikir disini


adalah shalat, yakni mereka tidak melalaikannya dalam keadaan
apapun, sehingga mereka senantiasa melakukan shalat baik dengan
berdiri ketika tidak ada uzur dan halangan atau dengan duduk atau
berbaring ketika terhalang untuk berdiri. ‫َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْل ِق الَّس ٰم ٰو ِت‬

‫( َو اَأْلْر ِض‬dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi)


Yakni tentang kehebetan dan kedetailan penciptaan keduanya
padahal ukurannya sangat besar. ‫(( َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰهَذ ا ٰب ِط اًل‬seraya berkata):
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia)

Yakni Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia atau main-main


akan tetapi Engkau menciptakannya sebagai bukti atas hikmah dan
kekuasaan-Mu, dan untuk Engkau jadikan bumi sebagai tempat
menguji hamba-hamba-Mu agar terlihat siapa diantara mereka yang
mentaati-Mu dan siapa yang bermaksiat kepada-Mu. ‫( ُسْبٰح َنَك‬Maha

54
Suci Engkau) Yakni Engkau Maha Suci dari apa yang tidak layak
untuk-Mu. (Zubdatut Tafsir)

2.3. Hadist Tentang Konsep dan Prinsip Belajar


2.3.1. Hadist 1
Berikut ini adalah hadis riwayat Imam
Bukhari yang menggambarkan praktik pengajaran Rasulullah saw.
kepada Mu’adz bin Jabal dengan memperhatikan kondisi peserta
didik.

Artinya : “Dari Anas bin Malik, dia berkata: Nabi Muhammad saw.
pernah membonceng Mu’adz bin Jabal. Pada saat itu Rasulullah saw.
memanggil Mu’adz, “Wahai Mu’adz bin Jabal!” Mu’adz pun
menjawab, “Aku sambut seruanmu dan aku taati perintahmu,
wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. memanggil Mu’adz lagi, “Wahai
Mu’adz!” Mu’adz menjawab, “Aku sambut seruanmu dan aku
taati perintahmu, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. mengulangi
panggilannya sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak seorang hamba pun yang bersaksi dengan sungguh-
sungguh dari lubuk hatinya bahwa tidak ada tuhan selain Allah swt.
dan Muhammad saw. adalah hamba dan rasul-Nya, kecuali Allah
swt. akan mengharamkan hamba tersebut masuk neraka.” Mu’adz
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal ini dapat aku beri tahukan
kepada manusia supaya mereka senang?” Rasulullah saw. menjawab,
“Jangan, karena mereka akan enggan beramal.” Akan tetapi, Mu’adz

kemudian memberitahukan hal tersebut ketika menjelang ajalnya.

55
Hal itu ia lakukan karena takut akan mendapatkan dosa lantaran
menyembunyikan ilmu.
Hadis di atas menggambarkan proses penahapan peserta
didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw. kepada sahabat setianya, yaitu Mu’adz
bin Jabal. Dalam hadis ini dikisahkan bahwa Mu’adz bin Jabal
dilarang menyampaikan kabar tentang keutamaan orang yang
mengucapkan dua kalimat syahadat kepada orang lain. Alasan
yang diberikan oleh Rasulullah saw. adalah agar orang lain
yang mendengar informasi ini tidak malas dalam beribadah.
Hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja sudah
cukup menjadikan seseorang masuk surga, jadi kenapa harus
bersusah payah beribadah. Akibat inilah yang dikhawatirkan oleh
Rasulullah saw. akan terjadi di kalangan umatnya jika mendengar
informasi tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah saw. melarang
Mu’adz bin Jabal menyampaikan informasi ini kepada orang
lain. Pertanyaannya, kenapa Rasulullah saw. tetap memberitakan
informasi ini kepada Mu’adz bin Jabal? Jawabannya adalah karena
dalam pandangan Rasulullah saw., Mu’adz bin Jabal termasuk
seorang sahabat yang teguh dan rajin dalam beribadah. Bagaimana
mungkin seorang Mu’adz bin Jabal malas melakukan ibadah
setelah mendengar informasi tersebut. Karena anggapan inilah
Rasulullah saw. tetap memberikan informasi tersebut kepada
Mu’adz bin Jabal.

2.3.2. Hadist 2
Hadist lain yang menggambarkan pengajaran yang dilakukan
oleh Rasulullah saw. sebagai pendidik kepada para sahabatnya
sebagai peserta didik dengan menggunakan prinsip penyampaian
pelajaran
sesuai kemampuan siswa. Selain sebagai seorang utusan Allah
swt., Nabi Muhammad saw. juga berperan sebagai seorang
guru (educator) dengan berbagai variasi metode dan pendekatan
pembelajarannya. Inilah model pembelajaran Rasulullah saw.
(Prophetic Learning) yang mesti dirumuskan dan diteladani oleh
para praktisi pendidikan Islam.

56
Hadis yang mengandung nilai dasar salah satu prinsip
pendekatan SCL (SCL), yakni prinsip penyampaian pelajaran
sesuai kemampuan siswa, adalah sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud dalam Kitab “al-Adab” No. 4202. Redaksi hadis
dimaksud sebagai berikut.

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Isma’il dan


Ibnu Abi Khalaf, bahwa Yahya bin al-Yaman menerima kabar
dari Sufyan, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi
Syabib. Telah lewat di hadapan ‘Aisyah seseorang bernama
Sa’il, lalu ‘Aisyah memberinya pecahan roti. Dan, telah lewat
pula di hadapan ‘Aisyah seseorang yang mengenakan pakaian
yang bagus, lalu ‘Aisyah menjamu orang tersebut dan makan
bersamanya. Lantas ‘Aisyah ditanya mengenai tindakannya ini.
‘Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Posisikan manusia
sesuai dengan kedudukannya.40

2.3.3. Asar
Selain hadis di atas, sebenarnya ada dua asar yang menjelaskan
secara tersurat hakikat prinsip penyampaian pelajaran sesuai
kemampuan siswa. Asar dimaksud adalah sebagai berikut.

 Asar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab


“al-‘Ilm” No. 124.

40
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani al-Asadi, Sunan Abi Dawud, Kitab “al-Adab”,
No. 4202, dalam Program Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif, Versi 2 (t.tp.: Global Islamic Software
Company, 1997).

57
Artinya : Dan, ‘Ali berkata, “Berbicaralah dengan manusia
sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin
jika Allah dan rasul-Nya didustakan?” Telah menceritakan
kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa, dari Ma’ruf bin
Kharrabudz, dari Abu al-Thufail, dari ‘Ali seperti itu.41
 Asar yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab
Muqaddimah.

Artinya : Dan, telah menceritakan kepadaku Abu al-Thahir dan


Harmalah bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Ibnu
Wahab, telah mengabarkan kepadaku Yunus, dari Ibnu Syihab,
dari ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah. ‘Abdullah bin Mas’ud
berkata, “Tidaklah kamu menyampaikan suatu perkataan yang
tidak dimengerti oleh pikiran sekelompok orang, kecuali
perkataan tersebut akan menimbulan fitnah bagi sebagian di
antara mereka.42

41
Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, al-Jami’ as-Sahih, Kitab “al-‘Ilm”, No. 124,
dalam Program Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif, Versi 2 (t.tp.: Global Islamic Software Company,
1997).
42
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisyaburi, Sahih Muslim, Kitab
“Muqaddimah”, No. 4202, dalam Program Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif, Versi 2 (t.tp.: Global
Islamic Software Company, 1997).

58
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah unutuk belajar, dimana belajar adalah proses untuk
mengetahui segala yang ada. Berdasarkan pengertian belajar dalam Al-Quran lebih
berorientasi agar manusia bertakwa kepada Allah, bersyukur akan kekuasaannya. Belajar
yaitu activitas yang dilakukan lewat proses pengajaran agar manusia berubah, dimana yang
tadinya tidak tahu menjadi tahu. Setelah mengetahui maka wjaiblah pengetahuan itu
diamalkan. Diamalkannya bisa jadi lewat mengajar, membagi ilmunya kepada orang lain
agar bermanfaat dan bisa memanusiakan manusia. Dimana proses pengajaran itu terdapat
tiga unsure yaitu adanya guru, bahan ajar, dan peserta didik.
Kewajiban manusia untuk belajar jelas tertera dalam beberapa surah yang ada di Al-
Quran. Contoh saja surah Al-Alaq yang menganjurkan manusia untuk membaca sebagai
bahan ajar untuk mengetahui ilmu. Selanjutnya surah Al-Ghosiyah yang mewajibkan
manusia untuk peka terhadap segala yang ada di bumi dan dilangit. Istilahnya kita dituntut
untuk merenung agar kita tahu kekuasaan Allah dan mampu menjaganya lewat
pengetahuan yang kita miliki dari proses belajar.
Seseorang diwajibkan pula untuk menuntut ilmu, menguasai ilmu dan memperjuangkan
ilmu. Bukan hanya sekadar perang di medan pertempuran, jika semuanya turun unutk
perang siapa yang bertanggung jawab dengan keilmuan yang ada di muka bumi ini padahal
ilmu adalah kunci segalanya. Setelah itu ada juga contoh dari surah Ali-Imran yang
membincang mengenai manfaat belajar sebagai proses untuk mencipta manusia yang
berintelektual dengan daya pikirnya dibarengi dengan kemampuan dzikirnya. Agar
seimbang antara ilmu dan iman, dimana ketika merealisasikan tidak ada ketimpangan.

59
3.2. Saran

Demikian Makalah Ini Kami selesaikan, semoga dengan adanya makalah


ini mampu memberi pengetahuan pembaca terkait kewajiban belajar dan
mengajar. Akhirnya tiada sebuah karya yang sempurna karna kesempurnaan
hanya milik Allah semata. Sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan
kritik dari penulisan makalah ini. Diharapkan dengan adanya kritik dari
pembaca mampu memberi koreksi penulis untuk kedepannya

60
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran Dari Surah-
surah Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012).
Al-Imam Ibn Kaṯīr, Tafsir Al-Qur’ān al-aẓīm, (Bairut: Dar al-Kotob al-
Ilmiyah, 2006).
Alaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab turunnya ayat Al-
Qur’an, terj. Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, Tim Abdul Hayyie,
(Jakarta: Gema Insani, 2008).
Diakses pada https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-21-al-anbiya'/ayat-30#
Diakses Pada https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-21-al-anbiya'/ayat-31

Diakses pada https://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-29

Diakses pada https://tafsirq.com/21-al-anbiya/ayat-32

Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Al-Qur'an dan Sunnah

Diakses pada https://www.sakaran.com/2018/03/terjemah-per-kata-surat-al-alaq-


ayat-1.html

M. Quraish. Tafsit al-Misbah : pesan, kesan dan keserasian al-Quran,( Jakarta:


LenteraHati, 2004), 391

Abu Fida al-Hafidz Ibnu katsier al-Dimisqi. “Tafsir ibnu katsier”. Tej Jilid 8
( Surabaya : PT bina ilmu. 1992)
Ibnu katsier. “Tafsir ibnu katsier”. Jilid 8 ( Surabaya : PT bina ilmu. 1992) 359-
360

Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/1/96/al-alaq-ayat-1

Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/2/96/al-alaq-ayat-2

Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/3/96/al-alaq-ayat-3


Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/4/96/al-alaq-ayat-4
Diakses pada https://kalam.sindonews.com/ayat/5/96/al-alaq-ayat-5

Diakses pada
https://e-journal.iainptk.ac.id/index.php/arfannur/article/view/161/73

Diakses pada https://tafsirweb.com/37646-surat-ali-imran-ayat-190-191.html

61
62

Anda mungkin juga menyukai