Anda di halaman 1dari 82

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KULIT BIJI KOPI

ARABICA (Coffea arabica L) PADA MENCIT PUTIH (Mus


musculus) BERDASARKAN Organization for Economic
Co-Operation and Development (OECD)

SKRIPSI

WINDA SILFIANA
1948201137

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2023

i
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KULIT BIJI KOPI
ARABICA (Coffea arabica L) PADA MENCIT PUTIH (Mus
musculus) BERDASARKAN Organization for Economic
Co-Operation and Development (OECD)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Farmasi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Universitas Haji
Sumatera Utara

WINDA SILFIANA
1948201137

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Biji Kopi Arabica
(Coffea arabica L) Pada Mencit putih (Mus musculus)
Berdasarkan Organization for Economic Co-Operation and
Development (OECD)
Nama : Winda Silfiana
Nim : 1948201137
Prodi : Farmasi
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Medan, Senin 20 Agustus 2023

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Apt. Robiatun Rambe, S. Farm, M. Si ………………

2. Athaillah, S.Si., M. Sc ………………

3. Aswan Pangondian Harahap, S. Farm, M. Farm ………………

Mengesahkan:

Universitas Haji Sumatera Utara


Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Yetti Fauziah Silalahi S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Winda Silfiana


Nim : 1948201137
Prodi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Haji Sumatera Utara
Judul : Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Biji Kopi
Arabica (Coffea arabica L) Pada Mencit putih (Mus
musculus) Berdasarkan Organization for Economic Co-
Operation and Development (OECD)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Medan, 20 Agustus
2023
Yang Membuat Pernyataan

Winda Silfiana
1948201137

iii
Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Haji Sumatera Utara

Skripsi, 28 Agustus 2023


Winda Silfiana
1948201137

Viii+ 5 BAB + 67 Halaman + 9 Tabel + 11 Lampiran

ABSTRAK

Kopi Arabika (Coffea arabika L) berasal dari hutan pegunungan di Etiopia


afrika. Kulit dari buah kopi itu sendiri termasuk dalam limbah organik, sehingga
tidak terlalu berdampak negatif untuk lingkungan sekitar. Kulit buah kopi arabika
mempunyai kandungan senyawa aktif berupa antosionin, polifenol, tannin,
flavonoid, kafein, asam klorogenat dan asam perulik. Kandungan senyawa
tersebut berfungsi sebagai antioksidan, inflamasi, dan anti bakteri. Biji kopi
arabika termasuk dalam Uji Toksisitas Akut yang bertujuan untuk menguji gejala
ketoksikan yang mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat setelah
pemberian sediaan uji secara oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang
diberikan dalam waktu 24 jam kemudian diamati selama 14 hari.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian eksperimental yang
meliputi sampel, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak kulit biji kopi arabica,
penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek ekstrak biji kopi arabica terhadap
hewan mencit dengan lethal dosis LD 50 dengan menggunakan metode mengacu
dari OECD.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg bb merupakan dosis
yang tidak memberikan gejala toksisitas hingga hari ke-14. Dengan demikian
batas dosis ini aman dan bisa diberikan pada hewan berturut turut selama 14 hari.
Sesuai dengan annex 2c.OECD maka dosis toksik ekstrak kulit biji kopi arabika
adalah > 50-300 mg/kg bb. Dosis lethal (LD50) pada kisaran 200-300 mg/kg bb.

Kata Kunci : Kopi Arabika (Coffea arabika L) , Nilai LD50, OECD (Organization
for Economic Co-Operation and Development).

iv
Pharmacy Study Program
Faculty of Health Sciences
North Sumatra Haji University

Thesis,28 August 2023


Winda Silfiana
1948201137

Viii+ 5 CHAPTERS + 67 Pages + 9 Tables + 11 Attachments

ABSTRACT

Arabica coffee (Coffea arabika L) comes from the mountain forests of


Ethiopia, Africa. The skin of the coffee berry itself is included in organic waste, so
it doesn't have too much of a negative impact on the surrounding environment.
Arabica coffee berry skin contains active compounds in the form of anthosionins,
polyphenols, tannins, flavonoids, caffeine, chlorogenic acid and perulic acid. The
content of these compounds functions as an antioxidant, inflammatory, and anti-
bacterial. Arabica coffee beans are included in the Acute Toxicity Test which aims
to examine symptoms of toxicity that may appear in humans in a short time after
administration of the test preparation orally in a single dose or repeated doses
given within 24 hours and then observed for 14 days.
This type of research is experimental. Experimental research which
includes manufacturing simplicia, making arabica coffee bean extract, preparing
experimental animals, and testing the effects of arabica coffee bean extract on
mice with lethal doses of LD50 using methods referring to the OECD (OECD,
2004).
The test results showed that a dose of 50 mg/kg body weight was a dose
that did not show symptoms of toxicity until the 14th day. Thus this dose limit is
safe and can be given to animals consecutively for 14 days. In accordance with
attachment 2c.OECD, the toxic dose of Arabica coffee bean extract is > 50-300
mg/kg body weight. Lethal dose (LD50) in the range of 200-300 mg/kg bw.

Keywords: Arabica Coffee (Coffea arabika L) , LD50 Value, OECD


(Organization for Economic Cooperation and Development).

v
KATA PENGANTAR

Pujisyukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. karenaberkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal/Skripsi ini yang berjudul “Uji

Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Biji Kopi Arabica (Coffea Arabica L.) Pada

Mencit Putih (Mus musculus)” Berdasarkan Organization For Economic Co-

Operation and Development ( OECD) di pendidikan Program SI Farmasi di

Universitas Haji Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan

berbagai pihak yang terlihat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yayasan Pendidikan Kesehatan Haji Sumatera Utara yang telah menyiapkan

sarana dan prasarana.

2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara Prof. Dian Armanto, M. Pd, MA, M.

Sc beserta civitas akademi yang telah melaksanakan proses pembelajaran di

Universitas Haji Sumatera Utara.

3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ibu Yetti Fauziah Silalahi S. Kep., Ns., M.

Kep.

4. Ketua Prodi Farmasi Apt. Robiatun Rambe. S. Farm. M.Si yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi penelitian ini.

5. Bapak Aswan Pangondian, S. Farm, M. Farm Sebagai pembimbing yang

telah memberikan bimbingan saran maupun masukan demi selesainya skripsi

ini.

i
6. Penanggung Jawab Laboratorium Bapak Putra Chadra S. Farm., M. Farm

yang telah menjadi bagian laboran.

7. Ibu Apt. Robiatun Rambe S. Farm, M. Si sebagai penguji I dan bapak

Athaillah, S.Si., M. Sc sebagai penguji II yang telah memberikan arahan dan

sarannya kepada penulis sehingga dapat mudah menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tuasaya bapak Sriadi dan ibu Suyani beserta Abang saya Ridho

Ramadhan dan Sahabat-sahabat seangkatan 2019 saya yang sudah membantu

dan memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya dan dukungan

agar saya cepat menyelesaikan skripsi saya.

Medan, 20 Agustus 2023


Penulis,

Winda Silfiana
NIM : 1948201137

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................3
1.3 Hipotesis.................................................................................................3
1.4 Tujuan penelitian....................................................................................4
1.5 Manfaat penelitian..................................................................................4
1.6 Kerangka fikir penelitian........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
2.1 Tinjauan Kulit Biji Kopi.......................................................................6
2.1.2 Deskripsi Kulit Biji Kopi Arabica................................................6
2.1.3 Klasifikasi Ilmiah Kulit Biji Kopi................................................6
2.1.4 Nama Daerah Tumbuhan kopi Arabica (Coffea arabika L).........8
2.1.5 Morfologi Tumbuhan...................................................................8
2.2 Kandungan Kimia Tumbuhan kopi Arabica..........................................9
2.2.2 kafein............................................................................................9
2.2.3 Asam klorogenat.......................................................................10
2.2.4 Trigonelin.................................................................................10
2.2.5 Karbohidrat...............................................................................11
2.2.6 Lemak........................................................................................11
2.2.7 Asam amino..............................................................................12

iii
2.2.8 Asam organik...........................................................................12
2.3 Ektraksi Tumbuhan...........................................................................12
2.3.2 Defenisi Ekstrak........................................................................12
2.3.3 Ekstraksi.....................................................................................13
2.3.3 Metode Ekstraksi........................................................................15
2.4 Skrining Fitokimia............................................................................19
2.5 Uji Toksisitas Akut............................................................................21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................25
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................25
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................25
3.2.1 Alat Penelitian............................................................................25
3.2.2 Bahan..........................................................................................26
3.3 Pembuatan Pereaksi...........................................................................26
3.3.1 Pereaksi Mayer...........................................................................26
3.3.2 Pereaksi Bouchardat...................................................................26
3.3.4 Pereaksi Dragendrof...................................................................26
3.3.5 Pereaksi Molish..........................................................................26
3.3.6 Pereaksi besi (III) klorida % b/v................................................27
3.3.7 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M................................................27
3.3.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N................................................27
3.3.9 Pereaksi asam sulfat 2 N............................................................27
3.3.10 Perekasi Lieberman-Bouchard.................................................27
3.3.11 Larutan Kloralhidrat.................................................................27
3.3.12 Pembuatan Larutan Suspensi Na-CMC 0,5%..........................27
3.3.13 Pembuatan Larutan suspensi Ekstrak kulit kopi arabica..........28
3.4 Pengelolahan dan Pembuatan Simplisia Kulit Biji Kopi Arabica (coffea
arabica L)...................................................................................................29
3.5 Prosedur Penelitian...............................................................................32
3.5.1 Penyiapan Simplisia...................................................................28
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Metanol......................................................28
3.5.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ................................29

iv
3.6 Pembuatan Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabica (Coffee arabica L) 31
3.7 Skrining Fitokimia...............................................................................33
3.7.1 Pemeriksaan Alkaloida...............................................................33
3.7.2 Pemeriksaan Flavonoida............................................................33
3.7.3 Pemeriksaan Saponin.................................................................33
3.7.4 Pemeriksaan Tanin.....................................................................34
3.6.5 Pemeriksaan Steroid/triterpenoid...............................................34
3.7 Metode Uji Toksisitas LD50..................................................................34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................36
4.1. Identifikasi Tanaman...........................................................................36
4.2. Karakteristik Simplisia........................................................................36
4.3.Pembuatan Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabica (Coffea arabica L).........38
4.4.Skrining Fitokimia...............................................................................38
4.5.Penyiapan Hewan Uji...........................................................................40
4.5.1. Pengelompokan Hewan Uji.......................................................41
4.5.2. Hasil Pengujian.........................................................................42
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................47
5.1. Kesimpulan.........................................................................................47
5.2. Saran....................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN..........................................................................................................50

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penggolongan Sedian Uji Pada Mencit (BPOM RI, 2014).............. 22
Tabel 3.1 Persiapan Penelitian.......................................................................... 24
Tabel 4.1 Karakteristik Simplisia..................................................................... 35
Tabel 4.2 Ekstrak Kulit Kopi Arabika ( Coffea Arabica L)............................. 37
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Skrining Fitokimia ................................................ 37
Tabel 4.4 Pengelompokan Hewan Uji.............................................................. 39
Tabel 4.5 Data Kematian Mencit...................................................................... 40
Tabel 4.6 Kondisi Fisik dan Berat Badan Mencit Selama Pengujian............... 41
Tabel 4.7 Gejala Toksisitas............................................................................... 42

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kulit Biji Kopi Arabika ( Coffea Arabica L)....................................7

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman....................................................... 48


Lampiran 2. Ethical Clearance (EC).............................................................. 49
Lampiran 3. Tabel Konversi Perhitungan Dosis Laurance & Bacharach,1964 51
Lampiran 4. Perolehan Ekstrak menggunakan Rotary evaporator............... 52
Lampiran 5. Hasil Uji Karakteristik Simplisia.............................................. 53
Lampiran 6. Pembuatan Variasi Dosis ekstrak kulit biji kopi arabika
(Coffea Arabica L) ................................................................... 55
Lampiran 7. Perlakuan................................................................................... 56
Lampiran 8. Hasil Uji Skrining fitokimia...................................................... 57
Lampiran 9. Perhitungan Karakteristik Simplisia......................................... 58
Lampiran 10. Rumus Rendeman Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabica................. 63
Lampiran 11. Data Perlakuan.......................................................................... 64

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah, salah satunya

adalah tanaman kopi. Di Indonesia tanaman kopi juga sangat beragam

diantaranya, kopi robusta dan kopi arabika. Pada dataran tinggi di daerah-daerah

sering kali kopi arabika dijadikan sebagai minuman seduhan yang sangat

populer sejak zaman dahulu. Selain karna rasanya yang nikmat, kopi arabika

juga sangat cocok dengan suasananya. Tumbuhan jenis kopi arabika ini

memiliki daging buah sebesar 42,20% dan kulit kopi sebesar 5,90%, sehingga

sangat mudah diolah dan didistribusikan dalam bentuk bubuk ke berbagai daerah

di Indonesia.( Evizal,R.et.al 2020)

Kulit dari buah kopi itu sendiri termasuk dalam limbah organik, sehingga

tidak terlalu berdampak negatif untuk lingkungan sekitar. Kulit buah kopi

arabika mempunyai kandungan senyawa aktif berupa antosionin, polifenol,

tannin, flavonoid, kafein, asam klorogenat dan asam perulik. Kandungan

senyawa tersebut berfungsi sebagai antioksidan, inflamasi, dan anti bakteri. Oleh

karena itu, biasanya masyarakat Indonesia memanfaatkannya sebagai kompos,

pakan ternak dan fermentasi jamur.(Laviendi,A.,et al,2017)

Adanya kandungan bioaktif polifenol sebagai sumber antioksidan

menjadikannya kulit kopi arabika sangat bermanfaat bagi kesehatan tambahan

untuk tubuh manusia. Manfaat kulit kopi arabika di dalam bidang kesehatan

sudah sangat banyak dilaporkan, akan tetapi apakah keamanan untuk


2

mengkonsumsi kulit buah kopi sudah amanapakah sudah terjamin, hal itulah

yang harus dievaluasi. Dalam uji Toksisitas Akut yang bertujuan untuk menguji

gejala ketoksikan yang mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat

setelah pemberian sediaan uji secara oral dalam dosis tunggal atau dosis

berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam kemudian diamati selama 14 hari.

Prinsip uji toksisitas akut secara oral yaitu sediaan uji pada beberapa tingkatan

dosis tertentu diberikan kepada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis

per kelompok dan selanjutnya dilakukan pengamatan gejala ketoksikan atau

adanya kematian. Kemudian, hasil uji toksisitas menggunakan hewan uji hanya

dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya toksisitas relatif bila terjadi pemaparan

pada manusia. Selain itu Uji Toksisitas juga berfungsi untuk mendeteksi

toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,

memperoleh informasi efek toksik setelah pemaparan zat, memperoleh informasi

awal untuk penetapan tingkat dosis, menentukan uji toksisitas selanjutnya serta

memperoleh nilai LD50 suatu bahan (Jenova Rika,2019)

LD50 merupakan dosis yang menimbulkan efek mematikan pada 50% hewan

uji, dengan kesimpulan bahwa semakin besar LD 50 suatu obat maka semakin

aman obat tersebut. Adapun Nilai LD50 digunakan sebagai tolak ukur kuantitatif

dalam uji toksisitas akut. Selain itu, nilai LD 50 dapat mengklasifikasikan potensi

suatu zat berdasarkan toksisitas relatifnya, memberikan informasi tentang

mekanisme ketoksikan yang terjadi, mengevaluasi efek keracunan yang tidak

disengaja pada hewan uji, faktor-faktor yang mempengaruhi ketoksikan, serta

perubahan fisik yang mempengaruhi bioavailabilitas. Penentuan nilai LD 50 pada


3

prosedur OECD, 425 dengan limit tes adalah ketika dosis telah diberikan pada 5

hewan uji dan jika tiga atau lebih hewan uji tetap hidup maka LD 50 lebih besar

dari 2000 mg/kgBB. Adapun jika tiga atau lebih hewan uji mengalami kematian

maka LD50 kurang dari 2000 mg/kgBB dan selanjutnya dilakukan main test.

Maka dari itu, penulis perlu mengetahui adanya uji toksisitas akut pada Biji

Kopi Arabica menggunakan hewan mencit putih yang apabila dikonsumsi secara

terus menerus (Geremu et al.,2016)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah ekstrak kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica L ) dapat

memberikan efek toksik pada mencit ( Mus musculus ) ?

2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol kulit biji kopi arabica

(Coffea Arabica L) dapat mencapai LD50 pada mencit (Mus musculus)?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Pemberian ekstrak kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica L) dapat

memberikan efek toksik pada mencit ( Mus musculus )

2. Konsentrasi pada ekstrak kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica L )

yang dapat mencapai dosis LD 50 mencit ( Mus musculus ) adalah 140

mg/kg BB.
4

1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan Hipotesis diatas, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui Apakah ekstrak kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica

L ) dapat memberikan efek toksik pada mencit ( Mus musculus )?

2. Untuk mengetahui Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol kulit biji

kopi arabica (Coffea Arabica L) dapat mencapai LD50 pada mencit (Mus

musculus)?

1.5 Manfaat penelitian

Berikut adalah manfaat penelitian ini bagi :

1. Akademis

Bagi Mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti serta dapat memberikan

informasi atau sumber kepustakan baru bagi perkembangan ilmu

kesehatan khususnya mengenai pemberian ekstrak kulit biji kopi arabika

( Coffea Arabica L ) dapat memberikan toksis efek toksik pada mencit

( Mus musculus ).
5

1.6 Kerangka Pikir penelitian

Variabel bebas Variabel terikat Parameter


Karakterisasi 1. Kadar Air
Simplisia 2. Kadar Abu Total
Simplisia
3. Kadar Abu Tidak Larut Asam
4. Kadar Sari Larut Air
5. Kadar sari Larut Etanol

Ekstrak Skrining Fitokimia 1. Alkaloid


2. Flavonoid
3. Saponin
4. Tanin
5. Glukosida
Uji Toksisitas 6. Steroid
1. Kontrol Negatif
suspensi Na –
CMC 0,5%
2. Kelompok uji
ekstrak etanol
kulit biji kopi
arabica Metode Organization 1. Penilaian klinis
Aquades, dan for Economic Co- 2. Perubahan berat badan
dosis 50 mg/kg Operation and 3. Pengamatan makropatologi
BB,300 mg/kg Development (OECD) (makroskopis)
BB dan 2000 4. Kematian pada hewan uji.
mg/kg BB
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kulit Biji Kopi

2.1.2 Deskripsi Kulit Biji Kopi Arabica

Kulit Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L) berasal dari hutan pegunungan

di Etiopia afrika. Dihabitat asalnya, tanaman ini juga tumbuhan dan berkembang

dibawah kanopi hutan tropis, yang rimbun adalah jenis tanaman berkeping dua

( dikotil) yang memiliki akar tunggung, Kopi Arabika ( coffea arabica ) banyak

ditumbuh didataran dengan ketinggian di atas 500 meter dpl. Kopi Arabika

( coffea arabica ) akan tumbuh maksimal bila ditanam di ketinggian 1000-2000

meter dpl. Dengan curah hujan berkisar 1200-2000 mm per tahun. Suhu

lingkungan paling cocok tanaman ini berkisar 15-244oC. Tanaman ini tidak tahan

pada temperatur yang mendekati beku dibawah 4oC ( Prasetyo 2015).

Kulit Biji kopi basah mengandung karbohidrat 21-32%, protein 5-15%,

lemak 2-7%, mineral 9% dan juga senyawa metabolit sekunder berupa caffein,

tanin, senyawa antioksidan seperti fenolik, flavonoid dan polifenol, asam p-

hydroxybenzoic, asam chlorogenic, asam ferulic dan asam caffeic (Blinova et al.,

2017; Ameca et al., 2018).

2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan Kulit Biji Kopi

Kulit kopi arabika (Arabica Coffe L) memiliki aktivitas antioksidan 70,2%

yang dimana berpotensi sebagai antikanker, antiseptic, dan antiinflamasi (Geremu

et al.,2016). Kandungan tanin dari kulit buah kopi telah terbukti menginduksi
7

apoptosis dari sel kangker dan katekin dapat menurunkan kadar kolesterol pada

hewan uji mencit putih (Mus Muscus). Adanya kandungan bioaktif polifenol

sebagai sumber antioksidan, menjadikan kulit kopi memberikan manfaat

kesehatan tambahan (Geremu et al., 2016).

Kulit buah kopi arabika pada dasarnya belum dimanfaatkan secara

maksimal. Selama ini hanya digunakan sebagai kompos, pakan ternak, fermentasi

jamur, dan Cascara tea (Bondesson, 2015). Kulit buah kopi arabika mengandung

banyak diantaranya senyawa aktif antosianin, polifenol, tanin, flavonoid, kafein,

asam klorogenat, dan asam perulik. Senyawa-senyawa ini berfungsi sebagai

antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri (Masruri et al., 2019).

Gambar 2. 1 kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica L)


Adapun klasifikasi tanaman kopi Arabika (Coffea arabica L.) adalah

sebagai berikut :

Kerajaan : plantae ( tumbuhan )


Sub kingdom : Tracheobionta ( tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian )
Genus : Coffea
8

Spesies : Coffea arabika L


2.1.4 Nama Daerah Tumbuhan kopi Arabica (Coffea arabika L)

Kulit Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L) berasal dari hutan pegunungan

di Etiopia afrika. Dihabitat asalnya, tanaman ini juga tumbuhan dan berkembang

dibawah kanopi hutan tropis, yang rimbun adalah jenis tanaman berkeping dua

( dikotil) yang memiliki akar tunggung, Kopi Arabika ( coffea arabica ) banyak

ditumbuh didataran dengan ketinggian di atas 500 meter dpl. Kopi Arabika

( coffea arabica ) akan tumbuh maksimal bila ditanam di ketinggian 1000-2000

meter dpl. Dengan curah hujan berkisar 1200-2000 mm per tahun. Suhu

lingkungan paling cocok tanaman ini berkisar 15-244oC. Tanaman ini tidak tahan

pada temperatur yang mendekati beku dibawah 4oC ( Prasetyo 2015).

2.1.5 Morfologi Tumbuhan Kopi

Tanaman kopi arabika berbentuk semak tegak dengan memiliki tinggi 5 m

sampai 6 m dengan diameter 7 cm saat tinngi mencapai setinggi dada orang

dewasa. Kopi arabika juga dikenal dua jenis cabang, yaitu : orthogeotropic yang

tumbuh secara vertikal dan plagiogeotropic cabang yang memiliki sudut yang

berbeda dalam kaitan dangan cabang utama. Kopi arabika juga memiliki warna

kulit yang ke abu-abu,tipis dan pecah-pecah dan kasar ketika tua (Yulius Ferry et

al, 2015).

Daun kopi arabika berwarna hijau gelap dengan lapisan lilin mengkilap. Daun

dengan panjang 4 sampai 6 inci, dan juga berbentuk oval atau lebih lonjong. Daun

kopi arabika juga daun yang paling sederhana dengan tangkai yang termasuk

pendek dan masa pakai daun kopi arabika juga kurang dari jangka waktu 1 tahun.
9

Pohon kopi arabika memiliki susunan daun bilateral, yang dimana berarti daun

tumbuh dari batang berlawan satu sama lain (Ameca et al., 2018).

Bunga kopi arabika memiliki mahkota yang berukuran kecil, kelopak bunga

yang berwarna hijau dan pangkal nya yang menutupi bakal buah yang memiliki

dua bakal biji. Benang sasri bunga terdiri dari 5-7 tangkai yang memiliki ukuran

pendek. Kopi arabika umum nya akan mulai fase berbunga setelah pohong

memiliki umur kurang dari 2 tahun. Bunga ini keluar dari ketiak daun yang

terdapat pada batang utama atau sering di sebut cabang reproduksi. Bunga ini

berasal dari kuncup kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsi

menjadi kuncup bunga dan kemudian berkembang menjadi bunga secara

serempak dan bergerombol (Yulius Ferry et al, 2015).

2.2 Kandungan Kimia Tumbuhan kopi Arabica

Kopi arabika (coffea arabica L) mengandung kafein, asam klorogenat,

trigonelin, karbohidrat, lemak, asam amino, asam organik, aroma volatile dan

mineral dapat menghasilkan efek yang menguntungkan dan membahayakan bagi

kesehatan penikmat kopi ( Bondesson,E.2015 ).

2.2.2 kafein

Kafein adalah salah satu jenis alkaloid. Alkaloid adalah sebuah

golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan

terdapat di tumbuhan. Pada tumbuhan kafin berperan sebagai pestisida alami

yang melumpuhkan dan mematikan serangga – serangga tertentu yang

memakan tanaman tersebut.


10

Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan

dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Kafein merupakan zak

psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi dunia untuk seluruh masyarakat

(zarwinda,I.& sartika,D.2019)

2.2.3 Asam klorogenat

Asam klorogenat adalah senyawa golongan fenilpropanoid yang

tersebar luas di berbagai bagian dari banyak tumbuhan dan biasanya terdapat

dalam jumlah yang mudah dilacak. Konsentrasi asam klorogenat sangat

tinggi, dan kandungan asam klorogenat yang mudah larut dalam kopi kering

dapat mecapai 12 % berdasarkan bobot.

Asam klorogenat tidak terlalu beracun bagi manusia. Asam ini terbentuk

dalam jumlah yang relatif banyak pada umbi kentang. Oksidasi dari asam

klorogenat yang diikuti oleh polimerisasi (gabungan dari monomer –

monomer) menyebabkan pembentukan quinon yang menyebbakan warna

coklat pada umbi yang terpotong ( Farhaty, N. Dan Muchtaridi. 2017).

2.2.4 Trigonelin

Trigonelin adalah alkaloid dengan rumus kimia C7H7NO2. Ini adalah

zwitterion yang dibentuk oleh metilasi atom nitrogen niacin

( vitamin B3 ). Trigoneline adalah produk metabolisme niasin yang

diekskresikan dalam urin mamalia, terjadi di banyak tanaman. Ini telah

diisolasi dari lobak jepang ( Raphanus sativus cv. Sakurajima Daikon ), biji

fenugreek ( Trigonella foenum-graecum), kacang polong. Biji rami, gandum,

kentang stachys spesies, dahlia, spesies strophanthus, dan dichapetalum


11

cymosum. Trigonelline juga dutemukan dalam kopi. Kadar trigonelin yang

lebih tinggi ditemukan pada kopi arabika ( Handoyo, febri.,2017).

2.2.5 Karbohidrat

karbohidrat atau sakarida adalah biomolekul yang terdiri dari atom

karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) biasanya dengan perbandingan

atom hidrogen- oksigen, yaitu seperti pada molekus air dan rumus empiris

Cm(H2O)n ( dengan m bisa saja sama atau berbeda dengan n).

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul

gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan

fruktosa. Dua monosakarida yang bergabung disebut disakarida, contohnya

sukrosa yang terbuat dari glukosa dan fruktosa. Terdapat pula oligosakarida

yang merupakan rangakain beberapa monosakarida. Banyak karbohidrat

merupakan polimer ( rantai berulang yang panjang ), yang tersusun dari

bnyak rangkaian molekul gula yang disebut polisakarida

( Saputra,M.et.al 2020)

2.2.6 Lemak

Lemak adalah sekelompok besar molekul-moleku alam yang terdiri

dari atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yaitu (asam lemak,

sterol, vitamin-vitamin yang larut didalam lemak contohnya A, D, E, dan K ),

dan ada juga monogliserida, digliserida, glikolipid, terpenoid termasuk

didalam nya getah dan steroid dan lain-lain tersebut (Salsabila,S., Widayat,

H.P.et.al 2022).
12

2.2.7 Asam amino

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi

karboksil ( -COOH) dan amina ( biasanya – NH 2), serta rantai samping

(gugus R) yang spesifik untuk setiap jenis asam amino. Dalam biokimia

sering kali pengertiannya dipersempit : gugus karboksil dan amina terikat

pada satu atom karbon (C) yang sama disebut karbon alfa atau karbon-α

(Endarini,2016).

2.2.8 Asam organik

Asam organik adalah asam alkanoat yang memiliki derajat keasaman

dengan gugus karbonil –COOH, dan asam sulfonat dengan gugus –SO2OH

mempunyai derajat kasaman yang relatif lebih kuat. Stabilitas pada gugus

asam sangat penting dalam menentukan derajat keasaman sebuah senyawa

organikdan terdapat gugus asam dengan derajat keasaman yang rendah,

misalnya gugus –OH,-SH, gugus enol, gugus fenol. Senyawa bio-organik

dengan gugus semacam ini tidak digolongkan sebagai asam organik sebagai

asam organik ( Endarini,2016)

2.3 Ektraksi Tumbuhan

2.3.2 Defenisi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menggunakan

ekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, setelah itu kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan masa, atau serbuk yang tersisa akan diperlakukan sedemikian
13

hinnga saat memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope indonesia Edisi V,

2014).

Ekstrak dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan seperti :

1.) Ekstrak cair

Ekstrak cair adalah sedian cair simplisia nabati, yang mengandung etanol

sebagai pelarut, pengawet, pelarut pengawet

2.) Ekstrak kering

Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk yang

didapatkan dari penguapan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi

sendiri.

3.) Ekstrak kental

Ekstrak kental adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di antara

ekstrak kering dan ekstrak cair ( Tiodora Yulina, 2018).

2.3.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis

besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar

yaitu:

1.) Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel

2.) Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk

fase esktrak.

3.) Pemisahan fase esktrak dengan sampel


14

(wilson,et al.,2000).

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat

Tertentu, terutam itu kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang

berbeda, pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang

didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,

biasanya juga air yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak

biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk

atau simplisia ( sembiring,2007).

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa anti mikroba dan

antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan

pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut,jumlah dan jenis pelarut yang

digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksii.

Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel

yang telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase eksktrak,

mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran selulosa dinding

sel sehingga poro-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan pelarut

dapat dengan mudah tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya

yang disimbulkan karena perbedaan untuk konsentrasi bahan yang terlarut

terdapat di dalam dan diluar sel (voigt, 1995).


15

2.3.3 Metode Ekstraksi

Metode ekstrakasi berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan dapat dibagi

menjadi dua macam yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas

(Hamdani,2009)

1.) Ekstraksi cara dingin

Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama proses ekstraksi

Berlangsung dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan tidakm menjadi rusak.

Beberapa jenis metode ekstraksi cara dingin, yaitu:

a. Maserasi atau dispersi

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut

diam atau dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan.

Metode ini dapat dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali-

sekali dilakukan pengadukan. Pada umumnya perendaman dilakukan

selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi

juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara sinambung ( maserasi

kinetik).

Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa yang tidak

tahan panas ( terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif

sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki

beberapa kelemahan yaitu waktu eksktaksi yang lama, membutuhkan

pelarut dalam jumlah yang banyak dan adanya kemungkinan bahwa

senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena kelarutannya yang rendah

pada suhu ruang (Sarker, S.D., et al,2006).


16

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun dengan

menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan

umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu bahan

direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus

menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang

artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan

untuk memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan kelemahan metode

ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses juga

memerlukan waktu yang cukup, serta tidak meratanya kontak antara

padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et al,2006).

2.) Ekstraksi cara panas

Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses

ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metode

ekstraksi cara panas yaitu:

a. Ekstraksi refluks

Ekstraksi reflus merupakan metode ektraksi yang dilakukan dengan

pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut

tertentu dengan adanya pendingin balik ( kondensor). Pada umumnya

dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat

pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki


17

tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak

dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan

jumlah pelarut yang banyak

( Irawan, B., 2010).

b. Ekstraksi dengan Alat soxhlet

Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang

selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor).

Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat soxhlet dan dipanaskan,

sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan

dalam kondesor, kemudian mengekstraksi pedatan.

Kelebihan metode soxhlet adalah proses ekstraksi berlangsung pada

kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang lebih sebentar dan jumlah

pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode maserasi

atau perkolasi.

Kelemahan dari metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya solute

atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena itulah

pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Sarker, S. D.,

et al., 2006)

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan berlanjut) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar),

biasanya pada suhu antara 40O – 50OC. Kelebihan dari metode ini
18

adalah dapat digunakan untuk simplisia yang tidak tersari dengan baik

pada temperatur ruangan (kamar) (Sarker, S. D., et al., 2006)

d. Infusa

Infus adalah sediaan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (benjana infus tercelup dalam pengangas air mendidih,

temperatur trukur 96- 98OC) selama waktu tertentu (15-20 menit ).

Kelebihan dari metode infus adalah metode ini merupakan metode

ekstraksi yang paling sederhana, alat dan cara yang digunakan

sederhana, efisien, dan hanya membutuhkan waktu yang singkat.

Kekurangan metode ini adalah ekstrak yang dipergunakan kurang

stabil dan mudah tercemar oleh bakteri jamur, sehingga tidak boleh

disimpan lebih dari 24 jam pada suhu kamar (Sarker, S. D., et al.,

2006).

e. Dekokta

Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama ( ≥ 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air. Kelebihan dari metode ini adalah

metode ini merupakan ekstraksi yang paling sederhana, alat dan cara

yang digunakan sederhana, efesien dan hanya membutuhkan waktu

yang singkat. Kekurangan dari metode ini adalah ekstrak yang

diperoleh kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur,

sehingga tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam pada suhu kamar yang

terdapat dimetode tersebut (Sarker, S. D., et al., 2006).


19

2.4 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, glikosida.

2.4.1 Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul yang besar

yaitu lebih dari 1000 g/mol dapat juga membentuk senyawa kompleks dengan

protein. Struktur tanin terdiri dari cincin benzene (C6) yang berkaitan dangan

gugus hidroksida (-OH). Tanin memiliki sifat antimikroba yang sering digunakan

dalam pengolahan makanan adapun meningkatkan umur simpan makanan. Tanin

juga telah dilaporkan sering digunakan untuk efek fisiologis, seperti mempercepat

pembekuan darah dan menurunkan kadar lipit serum (Chung et al.,2016).

2.4.2 Flavanoid

Golongan flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang paling

banyak tersebar di alam sering di jumpai dalam bentuk glikosida. Terdapat

hamper 10 jenis flavonoid antaranya antosianin, proatosianin, flavonol, flavon,

glikoflavon, biflavon, khalkon, auron, flavanon dan isoflavone. Flavonoid

memiliki manfaat sebagai antioksidan dan antikangker (Endarini, 2016).

Adapaun pemerikasaan flavonoid dilakukan menggunakan pereaksi

Willster atau Sianidin. Perubahan larutan menjadi warna merah, orange atau hijau

menandakan senyawa flavonoid (Endarini,2016).

2.4.3 Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen dan

memiliki sifat basa sehingga untuk mengektrak dibutuhkan penambahan asam


20

klorida. Penambahan asam klorida bertujuan untuk mengektrak alkaloid yang

memiliki sifat basa dengan menggunakan larutan asam.

Pengujian alkaloid dapat dilakukan dengan menggunakan 3 pereaksi

diantaranya mayer,dragendorff, dan bouchardat. Hasil positif senyawa alkaloid

pada pereaksi mayer ditunjukan dengan terbentuknya endapan berwarna putih

hingga kekuningan. Senyawa alkaloid akan berinteraksi dikarenakan ion merkuri

merupakan ion logam berat yang mampu mengendapkan senyawa alkaloid yang

memiliki sifat basa (Ameca et al., 2018).

Hasil dari pada uji bauchardat ditandai dengan adanya bentuk dengapan

coklat. Endapan yang terbentuk karena adanya suatu ikatan kovalen koordinasi

dengan ion logam K+ dengan alkaloid sehingga terbentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap (Nafsiah dkk.,2014).

2.4.4 Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang mudah terdeteksi

melalui kemampuan dalam bentuk busa. Adapun komponen ikatan glikosida yang

terdapat dalam saponin menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar.

Keberadaan saponin positif karena sampel yang di uji membentuk busa setinggi 1-

10 cm dengan selang waktu di antara 10 menit. Busa yang ditimbulakan

dikarenakan senyawa saponin mengandung senyawa yang Sebagian larut dalam

air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrifobik) sebagai

surfaktan yang dapat menurunkan tegangan yang ada di permukan (Nafsiah

dkk.,2014).
21

2.4.5 Glikosida

Glikosida merupakan salah satu senyawa alkaloid. Alkaloid adalah

senyawa metabolit sekunder pada jaringan tubuh dan hewan yang dimana

memiliki atom nitrogen. Glikosida terdiri atas dua gabungan senyawa, glikosida

yang menghubungkan glikon dan aglikon yang mana sangat mudah terurai oleh

pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas (Endarini, 2016).

2.5 Toksisitas Akut


a. Definisi

Uji toksisitas akut merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi gejala

ketoksikan yang mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat

setelah pemberian sediaan uji secara oral dalam dosis tunggal atau dosis

berulang yang diberikan dalam 24 jam kemudian diamati selama 14 hari.

Prinsip uji toksisitas akut secara oral yaitu sediaan uji pada beberapa

tingkatan dosis tertentu diberikan kepada beberapa kelompok hewan uji

dengan satu dosis perkelompok dan selanjutnya dilakukan pengamatan

gejala ketoksikan atau adanya kematian. Kemudian, hasil uji toksisitas

menggunakan hewan uji hanya dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya

toksisitas relatif bila terjadi pernaparan pada manusia (BPOM RI,2014).

Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mendeteksi adanya

toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,

memperoleh informasi efek toksik setelah pernaparan zat, memperoleh

informasi awal untuk penetapan tingkat dosis, menetukan uji toksisitas

selanjutnya, serta memperoleh nilai LD50 suatu bahan (BPOM RI,2014).


22

b. Nilai LD50

Nilai LD50 merupakan dosis yang menimbulkan efek mematikan pada

50% hewan uji, dengan kesimpulan bahwa semakin besar LD 50 suatu obat

maka semakin aman obat tersebut. Selain itu, nilai LD 50 dapat

mengklasifikasikan potensi suatu zat berdasarkan toksisitas relatifnya,

memberika informasi tentang mekanisme ketoksikan yang terjadi,

mengevaluasi efek keracunan yang tidak disengaja pada hewan uji,

faktor-faktor yang mempengaruhi ketoksikan, serta perubahan fisik yang

mempengaruhi biovailabilitas. Adapun Nilai LD50 digunakan sebagai

tolak ukur kuantitatif dalam uji toksisitas akut ( Hodgson,2010).

Penentuan nilai LD50 pada prosedur OECD 425 dengan limit test adalah

ketika dosis telah diberikan pada 5 hewan uji dan jika tiga atau lebih

hewan uji tetap hidup maka LD 50 lebih besar dari 2000 mg/kgBB. Adapun

jika tiga atau lebih hewan uji mengalami kematian maka LD 50 kurang dari

2000 mg/kgBB dan selanjutnya dilakukan main test.

Aspek toksikologi yang masih belum banyak diketahui dari

pemakaian bahan pangan maupun obat dikarenakan alasan penggunaan

yang turun menurun harus mulai beralih ke penelitian toksikologi karena

semakin banyaknya bahan-bahan natural yag dimanfaatkan untuk

pengobatan. Pengujian toksisitas akut dilakukan untuk menentukan efek

dari pemberian dosis tunggal suatu senyawa pada hewan. Umumnya

direkomendasikan pengujian ini lakukan terhadap dua jenis hewan. Pada


23

hewan coba, dengan dosis yang berbeda, kemudian yang terjadi selama

masa 14 hari.

Penggolongan toksisitas sediaan uji berdasarkan nilai LD 50 dapat dilihat

pada tabel 2.1

Tabel 2. 1 Penggolongan Sediaan Uji Pada Mencit (BPOM RI,2014).


Tingkat LD 50 Oral Klasifikasi
Toksisitas
1 ≤ 1 mg/kg Sangat toksik
2 1-50 mg Toksik
3 50-5000 mg Toksik sedang
4 500-5000 mg Toksik ringan
5 5-15 g Praktis tidak toksik
6 ≥ 15 g Relatif tidak
membahayakan
c. Pengamatan Uji Toksisitas

Pengamatan dilakukan pada hewan uji selama 4 jam pertama setelah

pemberian dosis, secara berkala selama 24 jam pertama, lalu setiap hari

setelahnya selama total 14 hari. Adapun hal-hal yang perlu diamati dalah

waktu ketika munculnya tanda-tanda ketoksikan. Pengamatan harus

mencakup perubahan pada kulit dan bulu, mata dan selaput lendir, sistem

pernafasan, sirkulasi, sistem syaraf pusat dan otonom, dan aktivitas

somatomotor dan polar perilaku. Selain itu,pengamatan pada intesitas

gejala tremor, kejang air liur, diare, kelesuan, tidur dan koma. Ketika

hewan uji mengalami kematian, maka perlu dilakukan pencatatan waktu

kematian waktu kematian hewan uji tersebut (OECD, 2008).

d. Metode OECD 425

Metode OECD ( organization for Economic Coorporation and


24

Development ) 425 adalah metode terbaru dan telah digunakan oleh

BPOM dalam pengujian ketoksikan akut. Metode ini merupakan salah

satu pedoman uji toksisitas terhadap bahan kimia dengan menggunakan

prosedur naik-turun (UDP) untuk memperkirakan nilai LD 50. Pedoman Ini

bermanfaat dalam meminimalkan penggunaan jumlah hewan uji dengan

estimasi nilai LD50 dan interval kepercayaan, serta memungkinkan

pengamatan tanda ketoksikan. Pada metode OECD 425. Terdapat 2 tes

yang perlu dilakukan dalam uji ketoksikan akut yaitu limit test dan main

test. Limit test adalah tes berurutan yang menggunakan maksimal 5 hewan

dengan dosis uji 2000 mg/BB atau maksimal 5000 mg/BB. Sedangkan

main test adalah pengujian lanjutan jika hewan uji mengalami kematian

pada limit test, dosis tunggal dinaikkan atau diturunkan lalu pemberian

pada hewan uji diurutkan untuk diberikan dosis satu persatu pada interval

minimum 48 jam (OECD, 2008).

Pengujian akan berhenti jika salah satu kriteria terpenuhi, yaitu:

(a) 3 hewan uji berturut-turut hidup pada batas atas (5000 mg/kgBB); (b)

sejumlah 5 pengulangan terjadi pada pengujian 6 hewan uji. Dimulai dari

dosis terendah saat ditemukan hewan uji yang hidup lalu dilakukan

pengujian pada konsentrasi diata dosis terendah, dengan pengujian

sebanyak 2x pada 2 pengujian tersebut; (C) penghentian dilakukan ketika

terdapat 3 hewan uji mengalami kematian pada 4 konsentrasi yang sama

(OECD, 2008).
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian eksperimental yang

meliputi sampel, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak kulit biji kopi arabica,

penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek ekstrak biji kopi arabica terhadap

hewan mencit dengan lethal dosis 50.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Penelitian Universitas Haji

Sumatera Utara. Adapun waktu dilakukan penelitian selama

Tabel 3.1 Persiapan Penelitian


Tahapan Penelitian Uraian Kegiatan Bulan ke-
2 3 4 5 6 7

Persiapan Studi Pustaka √

Persiapan Bahan √

Optimasi Alat √

Pelaksanaan Pengumpulan Data √


Analisis Data √
Penyelesaian Pemyusunan Laporan √

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penelitian

Alat – alat gelas (phyrex), cawan porselin, botol gelap, timbangan

analitik, tabung reaksi, waterbath, ependroff, oven, corong buncher, mikro pipet,
26

blender, oral sonde, jarum suntik disposable syringe 5 mL dan 3mL, timbangan

hewan, Rotary evaporator (IKA RV10),

3.2.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit biji

kopi arabica (Coffea arabica L.). Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 96%,

Lethal dosis 50, air suling

3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Pereaksi Mayer

Larutan raksa (II) klorida P2,266% b/v sebanyak 60 mL dicampur dengan

10 mL larutan kalium iodida P 50% b/v, kemudian ditambahkan air secukupnya

hingga 100 mL (Depkes,1995)

3.3.2 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 kalium iodida P dilarutkan dalam air secukupnya, lalu

ditambahkan 2 gram P iodium kemudian ditambahkan air hingga 100 mL

(Depkes,1995)

3.3.4 Pereaksi Dragendrof

Larutan bismuth nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat sebanyak 20 mL

dicampur dengan 50 mL kalium iodida P 54,4% b/v, didiamkan sampai memisah

sempurna. Lalu diambil lapisan jernihnya dan diencerkan dengan air secukupnya

hingga 100 mL (Depkes,1995).

3.3.5 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g alpha-naflol P, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga

diperoleh larutan 100 mL (Depkes, 1995)


27

3.3.6 Pereaksi besi (III) klorida % b/v

Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100

mL (Depkes,1980).

3.3.7 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) P dilarutkan dalam air bebas karbondioksida

hingga 100 mL (Depkes,1980).

3.3.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,001 g natrium hidroksida, dilarutkan dalam air secukupnya

hingga 100 mL (Ditjen POM,1979).

3.3.9 Pereaksi asam sulfat 2 N

Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,808 g ditambahkan air suling sampai

100 mL (Ditjen POM,1979).

3.3.10 Perekasi Lieberman-Bouchard

Campurkan 5 mL g kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 mL air

suling (Ditjen POM,1979).

3.3.11 Larutan Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 mL air

suling (Ditjen POM,1979).

3.3.12 Pembuatan Larutan Suspensi Na-CMC 0,5%

Timbang 500 mg Na-CMC kemudian ditaburkan di atas air panas sebanyak

15 mL dalam lumpung, dibiarkan selama 15 menit hingga diperoleh masa yang

transparan, setelah mengembang gerus kuat – kuat sampi terbentuk massa

suspensi yang homogen, tambahkan air suling ad 100 mL hingga didapatkan


28

suspensi Na-CMC 0,5% (Tri Nova,2018). 3.3.2 Pembuatan Larutan suspensi

Ekstrak kulit kopi arabica Dosis ekstrak kulit kopi arabica yang digunakan adalah

50 mg/kgBB, dan 300 mg/kgBB,2000 mg/kgBB Dosis tersebut dikonversi dari

dosis manusia (70 kg) ke mencit (20 g) = 0.0026. Sehingga dosis untuk mencit

yaitu : 1) Dosis I (50 mg) 0.0026 x 500mg =0,13 mg/kgBB mencit Dosis untuk

satu ekor mencit = 6,5 mg 3) Dosis II (300 mg) 0.0026 x 300 mg = 0,78 mg/kgBB

Dosis untuk satu ekor mencit = 39 mg, Dosis III (2000 mg) 0.0026 x 2000 mg =

5.2mg/kgBB Dosis untuk satu ekor mencit = 260 mg Ditimbang sebanyak 6,5 mg

dan 39 mg ddn 260 mg ekstrak kulit kopi arabica

3.3.13 Pembuatan Larutan suspensi Ekstrak kulit kopi arabica

Dosis ekstrak kulit kopi arabica yang digunakan adalah 50 mg/kgBB, dan

300 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB. Dosis tersebut dikonversi dari dosis manusia (70

kg) ke mencit (20 g) = 0.0026. Sehingga dosis untuk mencit yaitu :

1) Dosis I (50 mg)

0.0026 x 50 mg = 0,13 mg/kgBB mencit

Dosis untuk satu ekor mencit = 0,13 x 1000/20 = 6,5 mg

2) Dosis II (300 mg)

0.0026 x 300 mg = 0,78mg/kgBB

Dosis untuk satu ekor mencit = 0,78 x 1000/20 = 39 mg

3) Dosis III (2000 mg)

0.0026 x 2000 mg = 5,2 mg/kgBB

Dosis untuk satu ekor mencit = 5,2 x 1000/20 = 260 mg


29

Ditimbang sebanyak 0,65 mg, 6,5 mg , 39 mg dan 260 mg ekstrak kulit

kopi arabica

3.4 Pengelolahan dan Pembuatan Simplisia Kulit Biji Kopi Arabica (coffea

arabica L)

Kulit buah kopi arabica yang telah matang dipisahkan dari buahnya,

kemudian dicuci hingga bersih. Kulit buah kopi arabica yang telah dicuci hingga

bersih dianginkan dan ditiriskan. Kemudian kulit kopi di iris dengan ketebalan 3

mm. Kulit kopi arabica dikeringkan dengan dijemur dibawah panas matahari

langsung. Kulit kopi arabica kemudia diblender hingga pemeriksaan simplisia

dilakukan dengan memeriksa membentuk serbuk.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Penyiapan simplisia

Kulit biji kopi arabika yang telah matang (berwarna merah), kemudian

dicuci dan bersih secara fisik kemudian ditiriskan airnya. Kulit biji kopi arabika di

jemur dibawah matahari langsung, kemudian kulit biji kopi yang sudah tering di

sortir kelayakannya dan diblender hingga berbentuk serbuk

3.5.2 Pembuatan Ektrak Metanol

Serbuk simplisia kulit biji kopi arabika (Coffe Arabica) yang ditimbang

sebanyak 700 gram kemudian dimasukan kedalam wadah dan diektraksi secara

meserasi selama kurun waktu 3 x 24 jam dengan menggunakan pelarut methanol

sambal diaduk kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh akan dikumpulkan dan
30

dipekatkan dengan Rotary Evaporator sampai diperoleh ektrak kental nya

(Mappasomba et al., 2019)

3.5.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Kulit Biji Kopi Arabica (coffea

arabica L)

Identifikasi simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian dan melakukan

pengamatan simplisia baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik

penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari

larut dalam etanol, penetapan kadar abu, penetapan kadar abu tidak larut dalam

asam (Depkes RI, 1989).

1) Uji kadar Air

Sebanyak 5 g simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam

cawan porselen. Masukkan ke dalam oven, panaskan pada temperatur

100°C sampai dengan 105°C, timbang dan ulangi pemanasan sampai

didapat berat yang kostan (Depkes, 1989).

Susut pengeringan = berat sebelum pemanasan-berat akhir


X 100%
berat sebelum pemanasan

2) Uji Kadar Sari Larut Dalam Air

Penetapan kadar sari larut dalam air dilakukan dengan cara Sebanyak 5 g

serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 ml kloroforom P (2,5 mL

kloroforom dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu

bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian

didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal

berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, sisa
31

dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam

persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes,1989).

Kadar sari larut air = berat ekstrak x 5 X 100%


berat simplisia
3) Uji Kadar Sari Laur dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisa dimaserasi dengan 100 ml etanol selama 24

jam seperti tertera pada monografi, menggunakan labu bersumbat sambil

sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan.

Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal (Depkes,

1989).

Kadar sari larut etanol = berat ekstrak x 5 X 100%


berat simplisia
4) Uji Kadar Abu Total

Sebanyak 3 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara,

diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, pijaran

dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan

ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap

bahan yang dikeringkan di udara. Jika cara ini arang tidak dapat

dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas

abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama.

Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan.Dipijarkan hingga bobot tetap,

ditimbang dan dihitung (Depkes, 1989).

Kadar Abu Total = berat abu sisa pijar


X 100%
berat simplisia
32

5) Uji kadar Abu Tidak larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml

asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut

dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu

yang telah diketahui beratnya, lalu sisa dipanaskan, kemudian didinginkan

dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989).

Kadar Abu Tidak larut asam = berat abu sisa pijar


X 100%
berat simplisia

3.6 Pembuatan Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabica (coffea arabica L)

Pembuatan ekstrak kulit kopi arabica dilakukan dengan cara maserasi.

Sebanyak 500 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana, dituangi

dengan 75 bagian pelarut etanol 70% sebanyak 750 mL, didiamkan selama 5 hari

terlindung dari cahaya sambil sambil sesekali diaduk, lalu diperas. Sehingga

diperoleh maserat I. Kemudian ampas yang diperoleh dibilas dengan 25 bagian

etanol 70% sebanyak 250 mL, pindahkan kedalam bejana tertutup (maserat I dan

maserat II) biarkan ditempat yang sejuk terlindung dari cahaya matahari selama 2

hari, kemudian enap tuangkan atau disaring sehingga diperoleh ekstrak cair, lalu

dipekatkan dengan cara diuapkan pada rotary evaporator dengan suhu tidak lebih

dari 50C hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 1979).


33

3.7 Skrining Fitokimia

3.7.1 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 mL

asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan diatas pemanas air salam 2

menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida

3 tabung reaksi, lalu masukkan 0,5 filtrat.

Pada masing – masing tabung reaksi :

1. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

2. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat

3. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit

dua dari tiga percobaan diatas (Depkes,1995)

3.7.2 Pemeriksaan Flavonoida

Sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditambah air panas, didihkan selama 5

menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1

mL serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 1 mL amil

alkohol,dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna

merah kekuningan atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farinswort, 1966).

3.7.3 Pemeriksaan Saponin

Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 mL air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat – kuat

selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari
34

10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetas asam klorida 2

N buih tidak hilang (Depkes,1995).

3.7.4 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia disari dengan 10 mL air suling lalu

disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil

sebanyak 2 mL dan ditambahkan 1 – 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika

terjadi warna biru atau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Depkes,1989).

3.7.5 Pemeriksaan Steroid/triterpenoid

Sebanyak 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan eter 20 mL

selama 2 jaam disaring lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa

ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi

Leberman-Bouchard), diteteskan pada saat akan mereaksikan sampel uji. Apabila

terbentuk warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida sedangkan

warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid

(Harbone,1987).

3.8 Metode Uji Toksisitas LD50

Metode yang digunakan mengacu daei OECD (OECD,2004) mengenai

pengujian toksisitas akut per oral. Tahap pertama dimulai dengan membagi 9 ekor

mencit menjadi 3 kelompok secara acak dan diadaptasikan selama 5 hari.

Penelitian dilakukan dalam suhu ruang (25C) serta pengaturan cahaya redup dan

terang dalam interval 12 jam. Setelah adaptasi hewan kelompok 1 diberi dosis

300 mg/kg BB, kelompok 2 diberi dosis 500 mg/kg BB dan kelompok 3 diberi

700 mg/kg BB.


35

Pada uji toksisitas akut ditentukan LD50, yaitu besar dosis yang menyebabkan

kematian (dosis letas) pada 50% hewan coba, nila tidak ditentukan LD 50 maka

ditentukan dosis lebih tinggi dan sampai dosis tertinggi yaitu dosis maksimal yang

masih mungkin diberikan pada hewan coba. Volume obat untuk pemberian oral

tidak boleh lebih dari 2 – 3% berat badan hewan coba.

Setelah mendapatkan perlakuan berupa pemberian obat dosis tunggal maka

dilakukan pengamatan secara intensif, cermat, dengan frekuensi dan selama

jnagka waktu yaitu 7 – 14 hari, bahkan dapat lebih lama antara lain dalam kaitan

dengan pemulihan gejala toksik.


36

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Tanaman


Kulit biji kopi arabika ( Coffea arabica L) diperoleh dari provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam Kabupaten Aceh Tengah Kota Takengon. Adapun identifikasi

kulit biji kopi arabika (Coffe Arabica L) telah dilakukan di Laboratorium Biologis

Fakulktas MIPA Universitas Sumatera Utara. Hasil dari identifikasi menyatakan

benar Coffe Arabica L. Hasil identifikasi sample dapat dilihat dilampiran 1 hal.48

4.2. Pembahasan Karakteristik Simplisia

Adapun diperoleh hasil karakteristik simplisia dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4. 1 Karakteristik Simplisia

Hasil Uji Persyaratan


No Parameter Keterangan
(%) MMI
1. Kadar Air 7,7 % ≤10% Memenuhi
2. Kadar Abu Total 8% ≤15%
Memenuhi
3. Kadar Abu Tidak Larut Asam 59% ≥1%
≥7% Memenuhi
4. Kadar Sari Larut Air 19 %
≥ 6,30% Memenuhi
5. Kadar sari Larut Etanol 23 %
Memenuhi

Berdasarkan dari tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil dari kadar air simplisia

kulit biji kopi arabika (Coffe Arabica L) sebesar 7,7% memenuhi syarat MMI

≤10%. Penetapan kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan batasan

maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat

menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang

terkandung di dalam simplisia (Depkes RI, 2000:15).

Menurut Depres RI.,(2000) menjelaskan tentang Penetapan kadar air

bertujuan untuk memberi batasan minimum atau rentang tentang besarnya


37

kandungan air di dalam bahan karena kadar air yang tinggi dapat menyebabkan

pertumbuhan jamur dan reaksi enzimatis.

Hasil uji penetapan kadar abu total dari simplisia kulit biji kopi arabika (Coffe

Arabica L) sebesar 8% memenuhi syarat MMI ≤15%. Dilakukannya penetapan

kadar abu total untuk menentukan banyaknya kandungan total senyawa anorganik

dan mineral yang berasal dari luar ataupun dari dalam suatu bahan simplisia.

Menurut sudarmadji,et.al (1989) dalam lubis (2008) kadar abu tergantung

pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat

pengeringan serta semakin rendah komponen non mineral yang terkadung dalam

bahan akan semakin meningkatkan persen abu relative terhadap bahan

Diperoleh kadar abu tidak larut dalam asam dari simplisia kulit biji kopi

arabika (Coffe Arabica L) sebesar 59% memenuhi syarat MMI ≥1%. Penentuan

kadar abu tidak larut dalam asam bertujuan untuk mengetahui banyaknya senyawa

yang merupakan bahan anorganik yang berasal dari lingkungan.

Hasil uji penetapan kadar sari larut dalam air dari simplisia kulit biji kopi

arabika (Coffe Arabica L) sebesar 19% memenuhi syarat MMI ≥7%. Dimana

penetapan ini sangat penting untuk memberikan batasan maksimal kandungan air

di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat menjadi media tumbuhnya

bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang terkandung di dalam

simplisia.
38

Menurut Depkes RI., (1985) menjelaskan tentang penetapan kadar sari larut

air dilakukan untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam air (polar).senyawa-

senyawa yang dapat larut dalam air seperti glikosida,karbohidrat dan protein.

Hasil uji penetapan kadar sari larut dalam etanol dari simplisia kulit biji kopi

arabika (Coffe Arabica L) sebesar 23% memenuhi syarat MMI ≥6,30%.

dilakukan penetapan ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah

senyawa dalam simplisia yang larut dalam etanol.

4.3. Pembuatan Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabica (Coffea arabica L)

Proses dari ektraksi serbuk kulit biji kopi arabika (Coffe Arabica L) bobot

sampel (3 kg) dilakukan ektraksi dengan metode meserasi menggunakan pelarut

etanol 70% sebanyak 30 liter, dengan cara diuapkan pada rotary evaporator

dengan suhu tidak lebih dari 50°C hingga diperoleh ekstrak kental . Hasil yang

diperoleh ektrak pekat sebanyak (317 gr), dengan total rendemen sebesar 10%.

Tabel 4. 2 Ektrak Kulit Kopi Arabika (Coffe Arabia L).

Simplisia Berat Simplisia Berat Ekstrak Rendemen

Kulit Biji Kopi Arabika


3 kg 317 gr 10 %
(Coffea Arabica L)

4.4. Skrining Fitokimia

Penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak kulit biji kopi arabika bertujuan

untuk memastikan kandungan senyawa kimia yang terkandung didalam simplisia

dan memastikan bahwa proses ekstraksi serta pemekatan ekstrak tidak merusak
39

senyawa yang terkandung dalam simplisia. Hasil penapisan fitokimia pada

simplisia dan ekstrak kulit biji kopi arabika menunjukkan hasil, yaitu adanya

kandungan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan

triterpenoid. Data pengujian skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Skrining Fitokimia

No Skrining Fitokimia Pereaksi Warna Hasil


1. Alkaloid Bouchardat Coklat Jingga +
Dragendorff Coklat Jingga +
Mayer Endapan putih +
2. Flavanoid Amil Alkohol Jingga +
3. Glikosida Liebermann Burchard Keruh -
4. Saponin 1 tetes HCl Terdapat busa +
5. Tanin FeCl3 Coklat +
kehitaman
6. Triterpenoid Liebermann Burchard Coklat +
keunguan
Keterangan:

Positif (+): Mengandung golongan senyawa

Negatif (-): Tidak mengandung golongan senyawa

Keberaadan senyawa alkaloid ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna

coklat jingga pada penambahan pereaksi bouchardat dan adanya endapan coklat

jingga pada dragendrof dan adanya endapan putih pada penambahan mayer

alkaloid memiliki aktivitas sebagai anti bakteri dengan mekanisme kerja ,

mengganggu komponen penyusunan (sriwahyuni,2010).

Sementara itu senyawa flavonoid ditunjukkan dengan adanya warna jingga

pada lapisan amil alcohol yang diperolah dari ekstrak kulit biji kopi arabika.

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecendrungan


40

untuk meningkatkan protein, sehingga mengganggu proses anti bakteri

(prasetya,2017).

keberadaan senyawa tanin pada ekstrak kulit biji kopi arabika ditunjukkan

dengan adanya coklat kehitaman, dengan menambah pereaksi larutan FeCl 3, yaitu

berarti ekstrak kulit biji kopi arabika positif mengandung senyawa tannin. Tanin

memiliki aktivitas sebagai anti bakteri dengan mekanisme kerjanya yaitu

menganggu permeabilitas sel ( Babu,2013).

Sementara itu senyawa triterpenoid ditunjukkan dengan adanya warna coklat

keungguan pada lapisan Liebermann Burchard yang diperoleh dari kulit biji kopi

arabika. Triterpenoid menunjukkan aktivitas fisiologi senyawa ini merupakan

komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit

diabetes. ( Sakka,L.2018).

Keberadaan senyawa saponin pada ekstrak kulit biji kopi menunjukkan

dengan adanya busa. Senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya busa selama

30 menit. Saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan

gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus non polar (Sakka,L.2018).

Sementara itu adanya senyawa glikosida dilakukan dengan reaksi Liebermann

Burchard. Tidak terjadi warna biru atau hijau sehingga tidak menunjukkan adanya

glikosida. Glikosida merupakan senyawa yang mengandung komponen gula dan

non gula sehingga dapat tertarik pada pelarut etanol (prasetya,2017)

4.5. Penyiapan Hewan Uji

Hewan percobaan di adaptasikan selama 5 hari agar dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan yang baru dan selama proses adaptasi mencit diberi makan
41

jagung, Hi-Gro 551 (pur babi) dan diberi minum. Mencit juga dipuasakan selama

8 jam namun tetap diberikan air sebelum perlakukan.

4.5.1. Pengelompokan Hewan Uji

Metode yang digunakan mengacu dari OECD (OECD, 2004) mengenai

pengujian toksisitas akut per oral. Penglompokan hewan uji dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Pengelompokan Hewan Uji

Tahap I Tahap II
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok Kelompok
dosis 300 dosis 2000 aquades 1 mL/ Perlakuan Kontrol
mg/kg bb mg/kg bb kg bb (KP) (KK)
Dosis 50 aquades 1 mL/
mg/kg bb kg bb
3 Ekor mencit 3 Ekor mencit 3 Ekor mencit 3 Ekor mencit 3 Ekor mencit
Diberikan perlakuan setiap hari selama 14 hari

Tahap pertama dimulai dengan membagi 9 ekor mencit menjadi 3 kelompok

secara acak dan diadaptasikan selama 5 hari. Pakan dan minum disediakan secara

ad libitum dan setiap kelompok dikandangkan tersendiri. Penelitian dilakukan

dalam suhu ruang (25° C) serta pengaturan cahaya redup dan terang dalam

interval 12 jam. Setelah adaptasi hewan kelompok 1 (K1) diberi ekstrak kulit biji

kopi arabika dosis 300 mg/kg berat badan, kelompok 2 (K2) diberi ekstrak kulit

biji kopi arabika dosis 2000 mg/kg bb dan kelompok kontrol (K3) diberi aquades

1 mL/ kg berat badan. Pemberiam ekstrak dilakukan setiap hari selama 14 hari.

Selama perlakuan dilakukan pengamatan klinis terhadap semua kelompok dan

dilakukan penimbangan bobot badan. Mencit yang mengalami kematian atau

gejala klinis berat dan dikorbankan menggunakan inhalasi kloroform. Tahap


42

kedua dilakukan setelah hasil dari tahap pertama menunjukkan gejala toksisitas

dan kematian. Dosis kedua menggunakan dua kelompok mencit (n=3), yaitu

kelompok perlakuan (KP) menggunakan ekstrak kulit biji kopi arabika dosis 50

mg/kg per dan kelompok kontrol (KK) hanya diberi aquades 1 mL/kg bb.

Perlakuan secara per oral selama 14 hari dan dilakukan pengamatan seperti pada

tahap pertama.

4.5.2. Hasil Pengujian

Setelah dilakukan pengujian pada mencit dengan mensuspensikan ekstrak

kulit biji kopi arabika diperoleh data kematian mencit pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Data Kematian Mencit

Tahap I Tahap II
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok Kelompok
dosis 300 dosis 2000 aquades 1 Perlakuan Kontrol
mg/kg bb mg/kg bb mL/ kg bb (KP) (KK)
Dosis 50 aquades 1
mg/kg bb mL/ kg bb
Kematia 1 Ekor mencit 3 Ekor mencit - - -
n
Hari ke 4 2 - - -
Gejala Depresi dan Depresi dan Normal Normal Normal
bulu berdiri bulu berdiri
serta gejala serta gejala
syaraf. syaraf.
Selama masa pengujian terdapat kematian 3 ekor mencit pada Kelompok 2

di hari ke 2. Sebelum kematian didahului dengan gejala depresi dan bulu berdiri

serta gejala syaraf yaitu inkoordinasi. Pada K1 terdapat kematian 1 ekor mencit

dihari ke 4, dimana sebelum kematian didahului dengan gejala depresi dan bulu

berdiri serta gejala syaraf yaitu inkoordinasi. Gejala klinis tampak juga dialami

pada 2 ekor mencit, namun tidak terjadi kematian. Sesuai dengan ketentuan

OECD, maka ketiga mencit yang mengalami depresi dan bulu berdiri (dua dari
43

kelompok 1) dianestesi menggunakan kloroform. Gejala klinis yang tampak pada

mencit seperti diperlihatkan pada Lampiran 8 Hal 56.

Dikarenakan masih terjadi kematian maka pengujian dilanjutkan dengan

tahap selanjutnya yaitu menurunkan dosis menjadi 50 mg/kg bb. Pada tahap 2

digunakan 6 ekor mencit jantan dibagi menjadi kelompok perlakuan (KP) dan

kontrol (KK) dengan dosis perlakuan 50 mg/kg bb selama 14 hari. Selama

pengujian tidak terlihat gejala klinis pada semua mencit. Rangkuman kondisi

mencit selama pengujian Tabel 4.5 .

Tabel 4. 6 Kondisi Fisik dan Berat Badan Mencit Selama Pengujian Toksisitas
Akut

Nilai rata- Tahap 1 Tahap 2


rata berat Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok Kelompok
badan (dosis 300 (dosis 2000 (aquades perlakuan Kontrol
kelompok mg/kg bb) mg/kg bb) 0,1mL/10g) (KP) (KK)
( dosis 50 (aquades
mg/kg bb) 0,1mL/10g)
Sebelum 31,3 g 31,8 g 34,2 g 31,5 g 34,4 g
perlakuan
Setelah 31,5 g 32,2 g 34,5 g 31,8 g 34,7 g
perlakuan
Kondisi 1 ekor 3 ekor Normal Normal Normal
mencit mengalami mengalami (tidak
kematian kematian, mengalami
dan 2 ekor sebelum gejala
mengalami kematian klinis)
depresi sertamengalami
bulu berdiri gejala klinis
depresi,
bulu berdiri
Catatan: KP=kelompok perlakuan, KK=kelompok control.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg bb merupakan dosis

yang tidak memberikan gejala toksisitas hingga hari ke-14. Dengan demikian
44

batas dosis ini aman dan bisa diberikan pada hewan berturut turut selama 14 hari.

Sesuai dengan annex 2c.OECD maka dosis toksik ekstrak kulit biji kopi arabika

adalah > 50-300 mg/kg bb. Dosis lethal (LD50) pada kisaran 200-300 mg/kg bb.

Penentuan dosis toksik dan dosis lethal menggunakan metode OECD

memiliki kelebihan dibanding metode pengujian toksisitas lain karena

menggunakan sedikit hewan coba serta teknik pengujian yang mudah. Menurut

(Combes et al.,2004), regulasi pengujian toksisitas dengan hewan coba harus

memperhatikan kesejahteraan hewan, dengan menggunakan sesedikit mungkin

jumlah hewan coba, serta hasil pengujian nantinya bermanfaat diaplikasikan ke

manusia.

Pengujian menggunakan hewan laboratorium umum dilakukan untuk

mendapatkan data toksisitas akut. Uji toksisitas menggunakan hewan tetap

diperlukan karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah akan

diperoleh data-data yang berhubungan dengan kondisi fisiologi dan biokimia

normal dan hasil pengujian menggunakan hewan coba dapat diinterpolasikan ke

manusia atau sebagai bahan prediksi toksikologi untuk hewan domestik dan

ternak (Sachana and Hargreaves, 2012).

Tabel 4.7 Gejala Toksisitas

Dosis

Tahap I Tahap II

Gejala Kelompok Kelompok


Toksisitas Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Perlakuan Kontrol (KL)
300mg/kg 2000 mg/kg Aquades 0.1
(KP) 50 Aquades 0.1
bb bb ml/10g
mg/kg bb ml/kg bb
45

Depresi &
+ ++ - - -
Bulu Berdiri
Gejala Saraf + ++ - - -
Kejang Kejang + + - - -
Kematian + ++ - - -

Keterangan :

(-) = Tidak bergejala (++) = Bergejala sedang

(+) = Bergejala ringan (+++) = Bergejala berat

Pada (Tabel 4.7) disajikan dimana gejala toksik dari variasi dosis sedian

oral pada ektrak etanol kulit biji kopi arabika, yang dimana diketahui bahwa

setelah pemberian ektrak etanol kulit biji kopi arabika terdapat adanya gejala

toksik dan kematian yang cukup banyak. Selama masa pengujian terdapat

kematian 3 ekor mencit pada Kelompok 2 di hari ke 2. Sebelum kematian

didahului dengan gejala depresi dan bulu berdiri serta gejala syaraf yaitu

inkoordinasi.

Pada K1 terdapat kematian 1 ekor mencit dihari ke 4, dimana sebelum

kematian didahului dengan gejala depresi dan bulu berdiri serta gejala syaraf yaitu

inkoordinasi. Gejala klinis tampak juga dialami pada 2 ekor mencit, namun tidak

terjadi kematian. Sesuai dengan ketentuan OECD, maka ketiga mencit yang

mengalami depresi dan bulu berdiri (dua dari kelompok 1) dianestesi

menggunakan kloroform. Gejala klinis yang tampak pada mencit dikarenakan

masih terjadi kematian maka pengujian dilanjutkan dengan tahap selanjutnya

yaitu menurunkan dosis menjadi 50 mg/kg bb. Pada tahap 2 digunakan 6 ekor

mencit jantan dibagi menjadi kelompok perlakuan (KP) dan kontrol (KK) dengan
46

dosis perlakuan 50 mg/kg bb selama 14 hari. Selama pengujian tidak terlihat

gejala klinis pada semua mencit. Rangkuman kondisi mencit selama pengujian.

Dalam kelompok kontrol aquades tidak didapatkan gejala yang

menimbulkan toksik, terdapat hewan percobaan tidak mengalami depresi atau

pun gejala klinis adapun sifat dari hewan uji tidak akgresif dan nafsu makan yang

meningkat, setelah perlakuaan dengan menggunakan metode OECD yang

merupakan standar yang diterima secara internasiol untuk menguji keamanan

produk, metode ini cukup ideal karena menggunakan sedikit hewan coba, mudah

aplikasinya dan dapat sekaligus memperkirakan nilai LD 50. Pengujian toksisitas

dengan hewan coba harus memperhatikan kesejahteraan hewan, dengan

menggunakan sedikit mungkin jumlah hewan coba, serta hasil pengujian nantinya

bermanfaat diaplikasikan ke manusia.

Dalam penelitian tersebut hewan percobaan di kelompok 2 dosis 2000

mg/kg bb terdapat 3 ekor mengalami kematian sebelum kematian mengalami

gejala klinis depresi, bulu berdiri dengan dosis 300 mg/kg bb terdapat 1 ekor

mengalami kematian dan 2 ekor mengalami depresi dan bulu berdiri, dan ditahap

2 Kelompok perlakuan (KP) dosis 50 mg/kg bb terlihat normal.

Pada gejala toksik terjadi setelah mencit diberi ekstrak etanol kulit biji

kopi Arabica pada semua konsentrasi. Gejala ini timbul karena adanya

perangsangan pada saraf, toksisitas adalah kemampuan suatu toksikan untuk

menimbulkan kerusakan atau kelainan terhadap fungsi suatu biologis, bertujuan

untuk mendapatkan data tentang keracunan obat yang digunakan secara sengaja
47

atau secar tidak sengaja masuk kedalam tubuh berulang kali, dalam jangka waktu

yang lama selama 14 hari pada dosis yang sudah ditentukan.


47

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pemberian dari ekstrak kulit biji kopi arabika ( Coffea Arabica L)

memberikan efek toksik yang berbahaya bagi mencit, seperti pad dosis 50

mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 2000mg/kg bb dibuktikan dengan kriteria

golongan sediaan uji menurut OECD masuk kategori 3 adalah > 50-300

mg/kg bb.

2. Konsentrasi kulit biji kopi arabica ( Coffea Arabica L) yang mencapai

LD50 pada mencit ( Mus musculus ) seperti pada dosis 50 mg/kg bb, 300

mg/kg bb, 2000mg/kg bb. maka dosis toksik ekstrak kulit biji kopi arabika

adalah > 50-300 mg/kg bb. Dosis lethal (LD50) pada kisaran 200-300

mg/kg bb.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mencari nilai LD50 dan

pemeriksaan lanjutan histopatologi pada organ hati dan ginjal mencit putih

jantan.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai uji toksisitas dengan menggunakan metode yang berbeda

agar di dapatkan informasi lebih mendalam sehingga dapat dijadikan

sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.


48

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ( BPOM RI). 2014.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan.
Bondesson, E. 2015. A Nutritional Analysis on Tea By-product coffee Husk and
its potential utilization in food production. Ditjon POM RI.1979.
Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :Departemen Kesehatan RI,
Halaman 33.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan
Makanan, Jakarta.
Endarini, L.H.2016.Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI
Evizal, R. dan Prasmatiwi, F.E. 2020. Agroteknologi kopi grafting untuk
Peningkatan produksi. Jurnal Agrotek Tropika, 8 (3) : 423-434.
Evizal,R.2020. Review etnoagronomi perladangan pangan diindonesia. Jurnal
Agrotropika,19(1): 1-10.
Farhaty N dan Muchtaridi. Tinjauan kimia dan aspek farmakologi senyawa Asam
klorogenat pada biji kopi. Farmaka. 2016; 14(1): 214-27.
Geremu M,et al.2016. Extration and determination Of total polyphenol and
Antioxidant capacity of red coffee ( Coffea Arabica L) pulp of wet
Hamdani, S.2009. Metode Ekstraksi. Terdapat di dalam Http: // catatan Kimia.
Com. Diakses 14 april 2017.
Handoyo, febri. Ekstrak dan karakterisasi green coffee extract (GCE) Kopi
Rubusta lampung. Bogor: institut pertanian ; 2017
Harborne, J. B.1987. Metode Fitokimia Terjemahan. Kosasih padmawinan To dan
iwang suediro. Edisi ke 2. Bandung : penerbit ITB. Halaman 4-7 147-
148.
Henzani G.2018. pengaruh penambahan minyak zaitun pada kopi sebagai Masker
untuk perawatan kulit wajah kering.padang : universitas Negeri
Padang.
Hodgson,E.2010. A textbook of modern toxicologi. 4th ed. Hoboken, New Jersey;
John Wiley & Sons, Inc.p. 215-224;358-370.
Irawan, B. 2010. Peningkatan mutu minyak nilam dengan Ekstrak dan Destilasi
pada berbagai komposisi pelarut. Tesis, universitas piponogoro,
Semarang, indonesia.
Jenova Rika,2019. Uji Toksisitas Akut yang Diukur Dengan Penentuan LD 50
Ekstrak Herbal Putri Malu (Mimosa pudica I.) Terhadap Mencit
balb/c. Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Laviendi, A., Ginting, J. Dan Irsal 2017. Pengaruh perbandingan media Tanam
kompos Kulit biji kopi dan pemberian pupuk NPK (15:15:15)
Terhadap pertumbuhan bibit kopi ( Coffea Arabica L) dirumah kaca.
Jurnal Agroteknologi FP USU , S(1) : 72-77.
49

Nugroho.K. M.2016. Isolasi senyawa Bioaktif Batang pohon pisang Ambon


padomon aeraginosa.
OECD Guidelines for The Testing of Chemicals. Section 4. (2002) Test N0 423:
Acute toxicity- Acute Toxic Class Method. OECD iLibrary. 2-14
Parasetyo, 2015. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan( Bahan Simplisia)
badan penerbitan fakultas pertanian UNIB : Bengkulu.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07
.11.6662. Tahun 2011 tentang persyaratan Cemaran Mikroba dan
Logam Berat dalam kosmetika. Jakarta : Badan pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Processing plants. Chemicad and biological Technologies in Agriculture,3: 25-
30).
Sachana, M. and Hargreaves, A.J. (2012) Toxicological testing: in vivo and in
vitro models. In Veterinary Toxicology, Basic and Clinical Principles.
2nd Ed. Editor Ramesh C.Gupta. Elsevier. Amsterdam.62-77
Salsabilla, S, widayati H.P., & Arpi,N. 2022. Pengaruh penambahan kokoa
Terhadap mutu kimia dan sensori Minuman kopi- kakao, jurnal ilmiah
Mahasiswa pertanian, 7 (1).
Saputri, M., Lieo, H.N., & wijaya, C.H. (2020). Pemelaan karakteristik Kimia biji
kopi Arabika Gayo dan Robusta gayo. Jurnal teknologi dan Industri
pangan.
Sarker, S.D, Zhid,L., Alexander, I.G.2006. Natural product isolation. Humana
pres,. New Jersey.
Sembiring B. 2007. Teknologi pangan simplisia terstandar tanaman obat.
Sodik, A, suharno, ks, widodo ,2016. Perancangan mesin pengupas kopi Dengan
menggunakan dua rol pengupas. J. Untidar : hal 57.
Voigt.R. 1995. Buku pelajaran tekonologi farmasi, Edisi V, gajah mada
University press. Yogyakarta Halaman 170.
Zarwinda , I., & Sartika. D. (2019). Pengaruh suhu dan waktu Ekstraksi Terhadap
kafein Dalam kopi. Lantani dan Jurnal, 6(2). 180.1.
50

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman


51

Lampiran 2. Ethical Clearance (EC)


52

Lampiran 3. Tabel konversi perhitungan dosis (Laurance & Bacharach, 1964)

Tabel 3.2 Tabel konversi perhitungan dosis (Sumber : & Bacharach,1964)


Kelompo
k Mencit Tikus marmut Kelinci kucing kera 4 anjing manusia
perlakuan 200 gr 200 gr 400 gr 1.5 kg 2 kg kg 12 kg 70 kg

Mencit 1.0 7.0 27.8 29.7 64.1 124.


200 gr 0 0 12.25 0 0 0 20 387.9

Tikus 200 0.1 1.0 3.9 4.2 9.2 17.8


gr 4 0 1.74 0 0 0 0 56

marmut 0.0 0.5 2.2 2.4 5.2 10.2


400 gr 8 7 1.00 5 0 0 0 31.50

Kelinci 0.0 1.0 1.0 2.4 4.5


1.5 kg 4 0..25 0.44 0 8 0 0 14.20

kucing 2 0.0 0.2 0.9 1.0 2.2 4.1


kg 3 3 0.41 2 0 0 0 13.00

0.0 0.1 0.4 0.4 1.0 1.9


kera 4 kg 2 1 0.19 2 5 0 0 6.10

anjing 12 0.0 0.0 0.2 0.2 0.5 1.0


kg 1 6 0.10 2 4 2 0 3.10
manusia
70 kg 0.0026 0.0018 0.0031 0.07 0.076 0.16 0.32 1
53

Lampiran 4. Perolehan ekstrak menggunakan Rotary evaporator

Gambar : Rotary evaporator

Gambar : Ekstrak Kulit biji Gambar : Penimbangan Ekstrak kopi


arabika (Coffea arabica L)
54

Lampiran 5. Hasil Uji Karakteristik Simplisia

Gambar: Penetapan Kadar Air

Gambar: Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air dan Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol
55

Gambar: Penetapan Kadar Abu

Gambar: Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam


56

Lampiran 6. Pembuatan Variasi Dosis ekstrak kulit biji kopi arabika


( Coffea Arabica L)

Gambar: Variasi Dosis


57

Lampiran 7. Perlakuan

Dosis 2000 mg/kg bb Dosis 300 mg/kg bb

Gambar : Pemberian suspense Ekstrak Kulit Biji Kopi Arabika (Coffea Arabica L)

pada mencit

Gambar: Depresi dan bulu berdiri terutama pada daerah tengkuk/leher serta
gejala syarafi berupa inkoordinasi locomotor sebelum kematian
58

Lampiran 8. Hasil Uji Skrining

Gambar: Uji Flavonoid Gambar: Uji Saponin Gambar: Uji Glikosida

Gambar: Uji Terpenoid Gambar: Uji Tanin Gambar: Uji Alkaloid


59

Lampiran 9. Perhitungan Karakteristik Simplisia

 Penetapan Kadar Air


Cawan Cawan Sampel Setelah Setelah Pengeringan – Cawan Kosong Hasil
Kosong Pengeringan

I 61,59 gram 5 gram 66,22 gram 66,22 gram - 61,59 gram 4,63 gram
II 71,22 gram 5 gram 75,82 gram 75,82gram – 71,22 gram 4,60 gram
III 71,87 gram 5 gram 76,48 gram 76,48 gram – 71,87 gram 4,61 gram

Perhitungan :
B . sampel −B . setelah pengeringan
Rumus = X 100%
B . sampel

5 gr am−4 , 63 gram
I = X 100%
5 gram
=7,4%
5 gram−4 , 60 gram
II = X 100%
5 gram
=8%
5 gram−4 , 61 gram
III = X 100%
5 gram
=7,8%

7 , 4 % +8 % +7 , 8 %
Total Rata-Rata = = 7,7%
3
60

 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol

Cawan Cawan Sampe Setelah Setelah Pengeringan – Cawan Kosong Hasil


Kosong l Pengeringan

I 75,71 gram 20 ml 75,78 gram 75,78 gram - 75,71 gram 0,07 gram
II 71,73 gram 20 ml 71,80 gram 71,80 gram – 71,73 gram 0,07 gram
III 73,02 gram 20 ml 73,10 gram 73,10 gram – 73,02 gram 0,08 gram

Perhitungan :
B . Ekstrak X 5
Rumus = X 100%
B . simplisia

0 , 07 gram X 5
I = X 100%
5 gram
=7%
0 , 07 gram X 5
II = X 100%
5 gram
=7%
0 , 08 gram X 5
III = X 100%
5 gram
=8%

7 %+7 %+8 %
Total Rata-Rata = = 7,3%
3
61

 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air

Cawan Cawan Sampe Setelah Setelah Pengeringan – Cawan Kosong Hasil


Kosong l Pengeringan

I 71,24 gram 20 ml 71,42 gram 71,42 gram - 71,24 gram 0,18 gram
II 71,98 gram 20 ml 72,17 gram 72,17 gram – 71,98 gram 0,19 gram
III 61,67 gram 20 ml 61,87 gram 61,87 gram – 61,67 gram 0,20 gram

Perhitungan :
B . Ekstrak X 5
Rumus = X 100%
B . simplisia

0 ,18 gram X 5
I = X 100%
5 gram
=18%
0 ,19 gram X 5
II = X 100%
5 gram
=19%
0 ,20 gram X 5
III = X 100%
5 gram
=20%

18 %+19 % +20 %
Total Rata-Rata = = 19%
3
62

 Penetepan Kadar Abu


Cawan Cawan Sampe Setelah Setelah Pengeringan – Cawan Kosong Hasil
Kosong l Pengeringan

I 40,80 gram 3 gram 41,15 gram 41,15 gram - 40,80 gram 0,35 gram
II 41,64 gram 3 gram 41,85 gram 41,85 gram – 41,64 gram 0,21 gram
III 40,84 gram 3 gram 41,01 gram 41,01 gram – 40,84 gram 0,17 gram
Perhitungan :
Berat Abu Sisa Pijar
Rumus = X 100%
B . simplisia

0 ,35 gram
I = X 100%
3 gram
=11,6%
0 ,21 gram
II = X 100%
3 gram
=7%
0 ,17 gram
III = X 100%
3 gram
=5,6%

11, 6 %+7 %+5 , 6 %


Total Rata-Rata = = 8%
3
63

 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam


Cawan Cawan Sampe Setelah Setelah Pengeringan – Cawan Kosong Hasil
Kosong l Pengeringan

I 40,80 gram 3 gram 40,95 gram 40,95 gram - 40,80 gram 0,15 gram
II 41,64 gram 3 gram 41,75 gram 41,75 gram – 41,64 gram 0,11 gram
III 40,84 gram 3 gram 40,96 gram 40,96 gram – 40,84 gram 0,12 gram

Perhitungan :
Berat Abu Sisa Pijar
Rumus = X 100%
B . simplisia

0 ,15 gram
I = X 100%
0 ,35 gram
= 42%
0 , 11 gram
II = X 100%
0 ,21 gram
= 65%
0 , 12 gram
III = X 100%
0 ,17 gram
= 70%

42 %+ 65 %+70 %
Total Rata-Rata = = 59%
3
64

Lampiran 10.. Rumus Rendemen Ektrak Kulit Kopi Arabika (Coffe Arabia L).

Berat Ekstrak ( g)
Rendemen Ekstrak = x 100%
Berat Simplisia (g)

317
= x 100% = 10%
3

TAHAP I TAHAP II
Hari ke Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 33,4 33,9 28,2 28,6 36,8 37,4 29,8 30,2 37,1 37,4
30,6 30,7 33,3 33,4 31,8 32,4 30,1 30,4 31,2 65 31,5
33,6 33,7 34,1 34,8 32,2 32,6 29,5 29,9 33,4 33,7
2 31,6 32,7 36,5 36,8 30,5 30,9 37,3 37,6
30,3 30,4 32,2 32,3 31,2 31,6 31,4 31,7
32,4 32,6 32,4 32,6 30,1 30,5 33,5 33,8
3 27,2 27,2 37 37,5 30,6 30,8 38,2 38,4
30,6 30,2 31,3 31,9 31,5 31,9 32,3 32,5
33,4 33,5
Lampiran 11. Data Perlakuan 33,4 34,2 31,1 31,5 34,2 34,5
4 38,2 38,7 31,2 31,6 38,5 38,7
29,8 30,3 32,4 32,8 31,3 31,7 32,7 32,9
32,5 32,9 TAHAP I 34,2 34,6 31,3 31,7TAHAP II 34,2 34,6
5 38,5 38,8 31,6 31,9 37,9 38,2
30,2 Kelompok 1 (Dosis
30,6 300mg/kg bb) Kelompok 2 (Dosis 2000mg/kg bb) Kelompok
32,7 3 (Aquadest 0,1mL/10g)
32,9 Kelompok
31,51 (Dosis 50mg/kg bb)
31,9 Kelompok32,6 2 (Aquadest 0,1mL/10g)
32,9
32,7 32,9 34,5 34,6 31,2 31,5 33,8 34,1
Hari ke Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
6 38,8 38,9 31,8 32,1 Sebelum38,2 Sesudah
38,5
1 33,4 33,9 28,2 28,6 36,8 37,4 29,8 30,2 37,1 37,4
30,1 30,4 32,6 32,8 31,6 31,9 32,8 33,2
30,6 30,7 33,3 33,4 31,8 32,4 30,1 30,4 31,2 31,5
31,8 32,2 33,2 33,6 31,3 31,5 34,1 34,3
33,6 33,7 34,1 34,8 32,2 32,6 29,5 29,9 33,4 33,7
7 37,5 37,7 32,2 32,5 37 37,5
2 31,6 32,7 36,5 36,8 30,5 30,9 37,3 37,6
29,6 29,9 32,4 32,6 31,8 32,1 31,3 31,9
30,3 30,4 32,2 32,3 31,2 31,6 31,4 31,7
32,2 32,4 33,5 33,7 31,5 31,8 33,4 34,2
32,4 32,6 32,4 32,6 30,1 30,5 33,5 33,8
8 36,5 36,8 32,1 32,4 38,2 38,7
3 27,2 27,2 37 37,5 30,6 30,8 38,2 38,4
29,7 29,8 32,5 32,7 31,9 32,3 32,4 32,8
30,6 30,2 31,3 31,9 31,5 31,9 32,3 32,5
32,5 32,8 33,8 34 31,4 31,7 34,2 34,6
33,4 33,5 33,4 34,2 31,1 31,5 34,2 34,5
9 36 34,1 32,1 32,4 38,5 38,8
4 38,2 38,7 31,2 31,6 38,5 38,7
30,5 30,7 32,7 32,9 32,2 32,5 32,7 32,9
29,8 30,3 32,4 32,8 31,3 31,7 32,7 32,9
32,7 32,9 33,7 33,9 31,5 31,7 34,5 34,6
32,5 32,9 34,2 34,6 31,3 31,7 34,2 34,6
10 5 37,138,5 37,3
38,8 31,632,1 31,9 32,4 37,9 37,1 38,2 37,3
30,2 30,2 30,4 30,6 32,932,7 33,1
32,9 32,2
31,5 31,9 32,6 32,6 32,9 32,9 33,1
32,5 32,7 32,8 32,9 33,534,5 33,7
34,6 31,8
31,2 31,5 32,2 33,8 33,5 34,1 33,7
11 6 36,538,8 36,7
38,9 32,2
31,8 32,1 32,4 38,2 36,5 38,5 36,7
30,6 30,1 30,8 30,4 32,832,6 33
32,8 32,3
31,6 31,9 32,5 32,8 32,8 33,2 33
32,8 31,8 33 32,2 33,2
33,2 33,4
33,6 32,1
31,3 31,5 32,4 34,1 33,2 34,3 33,4
12 7 36,737,5 36,9
37,7 31,9
32,2 32,5 32,1 37 36,7 37,5 36,9
30,1 29,6 30,3 29,9 32,432,4 32,8
32,6 31,832,1 32,1 32,3 31,3 32,4 31,9 32,8
32,4 32,2 32,6 32,4 32,933,5 33,2
33,7 31,531,8 31,8 32,1 33,4 32,9 34,2 33,2
13 8 37,236,5 37,4
36,8 32,131,8 32,4 32,1 38,2 37,2 38,7 37,4
30,4 29,7 30,6 29,8 32,532,5 32,7
32,7 31,932,2 32,3 32,4 32,4 32,5 32,8 32,7
32,3 32,5 32,5 32,8 32,733,8 32,9
34 31,431,7 31,7 31,9 34,2 32,7 34,6 32,9
14 9 36,8 36 37,1
34,1 31,7
32,1 32,4 31,8 38,5 36,8 38,8 37,1
30,5 30,5 30,7 30,7 32,632,7 32,8
32,9 32,2
32,2 32,5 32,3 32,7 32,6 32,9 32,8
32,5 32,7 32,6 32,9 32,933,7 33,1
33,9 31,6
31,5 31,7 31,8 34,5 32,9 34,6 33,1
10 37,1 37,3 32,1 32,4 37,1 37,3
30,2 30,4 32,9 33,1 32,2 32,6 32,9 33,1
32,5 32,8 33,5 33,7 31,8 32,2 33,5 33,7
Rata 31,34516129
11 31,58064516 31,86666667 32,26666667 34,28571429
36,5 34,52142857
36,7 32,231,51428571 32,431,81428571 36,534,48333333 36,7 34,77619048
30,6 30,8 32,8 33 32,3 32,5 32,8 33
32,8 33 33,2 33,4 32,1 32,4 33,2 33,4
12 36,7 36,9 31,9 32,1 36,7 36,9
30,1 30,3 32,4 32,8 32,1 32,3 32,4 32,8
32,4 32,6 32,9 33,2 31,8 32,1 32,9 33,2
13 37,2 37,4 31,8 32,1 37,2 37,4
30,4 30,6 32,5 32,7 32,2 32,4 32,5 32,7
32,3 32,5 32,7 32,9 31,7 31,9 32,7 32,9
14 36,8 37,1 31,7 31,8 36,8 37,1
30,5 30,7 32,6 32,8 32,2 32,3 32,6 32,8
32,5 32,6 32,9 33,1 31,6 31,8 32,9 33,1

Rata 31,34516129 31,58064516 31,86666667 32,26666667 34,28571429 34,52142857 31,51428571 31,81428571 34,48333333 34,77619048
66
67

RIWAYAT HIDUP

Winda Silfiana atau yang akrab disapa Winda,


lahir di Bandar khalipah, 25 Oktober 2001, anak kedua
dari Bapak Sriadi dengan Ibu Suryani. Penulis ini
merupakan kewarganegaraan Republik Indonesia dan
Beragama Islam. Penulis tinggal di kota Medan. Penulis
pertama kali menempuh pendidikan Bidayatul Hidayah 2,
menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN
106163 pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2013,
dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Swasta Prayatna Medan dan selesai
pada tahun 2017 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 11 Medan, penulis mengambil
jurusan IPA dan selesai pada tahun 2019. Pada tahun 2019 penulis terdaftar pada
salah satu perguruan tinggi Swasta Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Haji Sumatera Utara dan akhirnya selesai pada tahun 2023.
Berkat pertolongan Allah SWT. Usaha dan disertai Doa dari kedua orang tua
dalam menjalani aktivitas Akademik di Perguruan Tinggi Universitas Haji
Sumatera Utara, Alhamdullilah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan
skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Biji Kopi Arabica
(Coffea Arabica L) Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Berdasarkan Organization
For Economic Co-Operation and Development (OECD)”
Karena sejatinya Kesempurnaan Hanya Milik Allah SWT. Maka penulis sangat
mengharapkan dan menghargai kritik dan saran mengenai skripsi ini yang
disampaikan kepada penulis di alamat Email Windaselfiana25@gmail.com. No.
Hp 082274096622.

Anda mungkin juga menyukai