Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KESELURUHAN MATERI KULIAH BAHASA INDONESIA


SEMESTER I

Disusun Oleh :
Renaldy EM023050005

Dosen Pengampuh :
Sulastri Ningsih, M. Pd

FAKULTAS SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS


(STIEBI)
PRANA PUTRA
2024
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Keseluruhan Materi Bahasa Indonesia Semester I.” tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga
menjadi bahasa persatuan Bangsa Indonesia yang diresmikan sebagai bahasa
nasional setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945.
Ketetapannya dituangkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 36, yang
menyatakan bahwa "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia".
Terima kasih kepada Bunda Sulastri Ningsih, M. Pd selaku dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN.........................................................................................................................
I. Latar Belakang...............................................................................................................................
II. Rumusan Permasalahan..................................................................................................................
III. Tujuan.............................................................................................................................................
IV. Metode Penelitian...........................................................................................................................
V. Sistematika Penulisan.....................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................................................
1. Sejarah Bahasa Indonesia..............................................................................................................
2. Ragam Bahasa................................................................................................................................
2.1. Pengertian Ragam Bahasa.......................................................................................................
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ragam Bahasa.............................................................
2.3. Jenis – Jenis Ragam Bahasa Indonesia...................................................................................
3. Diksi atau Pilihan Kata..................................................................................................................
4. Kalimat Efektif & Tanda Baca......................................................................................................
5. Pengertian Karya Ilmiah..............................................................................................................
BAB III : KESIMPULAN...........................................................................................................................
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23
BAB V : PENUTUP....................................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa memang sangat penting
digunakan. Karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan menjadi alat ucap yang
biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Menurut William A. Haviland, Bahasa
adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu
menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam
bahasa itu. Bahasa memiliki beragam fungsi, termasuk sebagai alat komunikasi, alat
pembelajaran dan alat budaya. Globalisasi telah memperluas jangkauan bahasa
secara global. Contohnya Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang umum
digunakan dalam bisnis, pendidikan, dan komunikasi internasional.
Dengan adanya bahasa sebagai sarana ekspresi diri, dapat dilakukan dari
tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan
yang sangat tinggi. Bahasa dapat mencerminkan asal-usul, agama, dan budaya
seseorang. Bahasa juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
identitas dan memperkuat rasa kebersamaan. Sebagaimana ditempat kita tinggal
sekarang, Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa persatuan kita.

II. Rumusan Masalah

1. Apa kegunaan bahasa?


2. Bagaimana seseorang dapat mengekspresikan diri melalui bahasa?
3. Mengapa bahasa itu penting?

III. Tujuan

1. Bahasa juga dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,


mengekspresikan diri dan memperkuat hubungan sosial.
2. Sebagai contoh ekspresi yang paling sederhana ialah dengan menyatakan
cinta, lapar, lelah, dan bahagia.
3. Agar semua orang bisa dengan mudah berinteraksi baik secara lisan
maupun tulisan.
IV. Metode Penelitian
Metode penelitian yang saya gunakan untuk menulis karya ini adalah dengan
metode pustaka atau pengambilan data melalui teori dari ppt yang ada, dalam jurnal,
dan lain-lain. Saya juga mendapatkan referensi data yang saya gunakan dari internet.

V. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini dimulai dengan kata pengantar dimana saya
memaparkan secara garis besar apa itu bahasa indonesia lalu dilanjutkan dengan
pendahuluan dimana saya mengidentifikasi permasalahan yang akan di bahas dan
setelah bab ini akan memasuki isi yang berisi pembahasan permasalahan dan
kemudian menuju kesimpulan dan ditutup dengan bab penutup.
BAB II : PEMBAHASAN

1. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan
Berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para
pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat
itu UUD 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV,
Pasal 36) disahkan sebagai UUD Negara Republik Indonesia. Keputusan Kongres
Bahasa Indonesia II taun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara,
melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Kota Kapur berangkat tahun 684 M
(Palembang), dan Karang Brahi berangkat tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak
hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran
agama Buddha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku
di Nusantara yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong
perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik ditingkat pusat maupun daerah.
2. Ragam Bahasa
2.1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah bentuk-bentuk bahasa yang berbeda-beda menurut
pemakaian, yang disesuaikan dengan faktor-faktor seperti topik, tujuan, hubungan
antara penutur dan mitra tutur, serta situasi komunikasi. Ragam bahasa menunjukkan
bahwa bahasa tidak bersifat monolitik atau tunggal, tetapi bersifat polifungsi atau
multifungsi. Ragam bahasa juga menunjukkan adanya kreativitas dan dinamika
dalam penggunaan bahasa oleh masyarakat.
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ragam Bahasa
1. Faktor medium : yaitu sarana atau alat yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, misalnya lisan atau tulis.
2. Faktor tujuan : yaitu maksud atau niat yang ingin dicapai oleh penutur
atau penulis dalam berkomunikasi, misalnya informatif, persuasif, atau
rekreatif.
3. Faktor situasi : yaitu kondisi atau keadaan yang melingkupi proses
komunikasi, misalnya formal atau informal, resmi atau tidak resmi, santai
atau serius.
4. Faktor hubungan : yaitu tingkat kedekatan atau jarak sosial antara penulis
dengan pembaca, misalnya akrab atau asing, hormat atau sejajar, superior
atau inferior.
5. Faktor latar belakang : yaitu ciri – ciri pribadi atau kelompok yang
dimiliki oleh penulis dan pembaca, misalnya usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, etnis, daerah asal.
2.3. Jenis – jenis Ragam Bahasa Indonesia :
1. Ragam bahasa baku : yaitu ragam bahasa yang dianggap sebagai standar
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang biasa digunakan
dalam konteks formal, resmi, ilmiah, dan sastra. Contoh ragam bahasa
baku adalah pidato presiden, dan novel sastra.
2. Ragam bahasa gaul : yaitu ragam bahasa yang dianggap sebagai bentuk
ekspresi kreatif dan dinamis dalam berkomunikasi sehari-hari, yang biasa
digunakan dalam konteks informal, tidak resmi, santai, dan humoris.
Contoh ragam bahasa gaul adalah percakapan antar teman dekat.
3. Ragam bahasa daerah : yaitu ragam bahasa yang dianggap sebagai
warisan budaya dan identitas lokal masyarakat Indonesia, yang biasa
digunakan dalam konteks sosial, adat istiadat, dan seni budaya. Contoh
ragam bahasa daerah adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Bali.
4. Ragam bahasa asing : yaitu ragam bahasa yang dianggap sebagai sarana
memperluas wawasan dan kerjasama internasional, yang biasa digunakan
dalam konteks akademik, profesional, dan keilmuan. Contoh ragam
bahasa asing adalah bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan
bahasa Jepang.
3. Diksi atau Pilihan Kata
a. Pengertian Pilihan Kata ( Diksi )
Pilihan kata (diksi) merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam
dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur/berkomunikasi sehari-hari.
Dalam memilih kata setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak
dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang
pemakaian kata-kata. Dalam hal ini makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Dalam KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) diksi adalah pilihan kata yang
tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan ide atau gagasan
sehingga diperoleh efek-efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi juga termasuk
sebuah bentuk gaya bahasa dalam sebuah karangan atau percakapan. Dengan gaya
bahasa dengan diksi yang tepat akan menjadikan karya tulis kamu menjadi karya
yang indah dan memiliki makna yang sesuai dengan apa yang ingin kamu
sampaikan. Diksi menjadi sebuah pemilihan kata untuk karya sastra, : 28).
Ada dua istilah yang perlu dipahami berkaitan dengan pilihan kata ini, yaitu
istilah pemilihan kata dan pilihan kata. Kedua istilah itu harus dibedakan di dalam
penggunaannya. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil dari
proses atau tindakan memilih kata tersebut.
Menurut Keraf (dalam Satata, Devi, dan Dadi, 2012: 117) yang dimaksud
dengan pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sementara, menurut Arifin
dan Amran Tasai (2004: 25) diksi ialah pilihan kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu.
Jadi, yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih
kata yang tepat yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu. Sebagai
contoh, perhatikan beberapa ungkapan berikut.
1). Diam!
2). Tutup mulutmu!
3). Jangan berisik!
4). Saya harap Anda tenang.
5). Dapatkah Anda tenang sebentar?
Ungkapan-ungkapan tersebut pada dasarnya mengandung informasi yang
sama, tetapi dinyatakan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. Perbedaan pilihan
kata itu dapat menimbulkan kesan dan efek komunikasi yang berbeda pula. Kesan
dan efek itulah yang perlu dijaga dalam berkomunikasi jika kita tidak ingin situasi
pembicaraan menjadi terganggu.
b. Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah
konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dan suatu masalah. Adapun fungsi
diksi antara lain :
1). Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2). Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
3). Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4). Mencegah perbedaan dan penafsiran.
5). Mencegah salah pemahaman.
6). Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
c. Makna Denotatif dan Konotatif
- Makna Denotatif
Makna denotatif ialah secara eksplisit makna dalam alam wajar.
Yang dimaksud dengan makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif ialah suatu
pengertian yang dikandung oleh sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut juga makna konseptual. Makna denotatif ialah makna yang umum.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung dalam sebuah kata secara
objektif. Makna denotatif (denotasi) lazim disebut: 1) makna konseptual yaitu makna
yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual
dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang
berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu,
polos, makna sebenarnya.
Contoh : Rumah, penonton, pekerja, mati, kamar kecil dll.
Contoh dalam kalimat :
a) Dia adalah wanita cantik (denotatif)
b) Rumah itu luasnya 250 meter persegi (denotatif)
c) Wanita dan perempuan secara konseptual sama; gadis dan perawan secara
denotatif sama maknanya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual
sama maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama.
- Makna Konotatif
Makna konotatif ialah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Makna konotatif sifatnya lebih profesional daripada
makna denotatif dengan kata lain, makna konotatif ialah makna yang dikaitkan
dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
Contoh :
“Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak
menunjukkan makna bahwa Prabowo dan Jokowi Kalla tarik-menarik kursi. Karena
kata kursi berarti jabatan presiden.
Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian
bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna yang
menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautan
pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata
lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif
maknanya umum.
Kalimat di bawah ini menunjukkan hal itu.
a. Dia adalah wanita manis (konotatif).
b. Dia adalah wanita cantik (denotatif).
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu
maksud yang bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata
yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada
bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah).
Di pihak lain, kata-kata itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna
denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan
ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Contoh :
gedung, wisma, graha
pemirsa, pemerhati
pegawai, karyawan
meninggal, wafat
jamban dll.
Contoh dalam kalimat :
Dia adalah wanita manis (konotatif).
Rumah itu luas sekali (konotatif).
d. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia berbentuk kosakata baru dengan dasar kata
yang sudah ada, sedangkan dari luar berbentuk makna kata baru melalui unsur
serapan.
Pembentukan dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru. Misalnya :
tata daya serba
tata buku daya tahan serba tahu
tata cara daya tarik serba kuat
hari tutup lepas
hari jadi tutup tahun lepas tangan
hari besar tutup usia lepas landas
Pembentukan dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui
pungutan kata. Misalnya :
bank wisata
kredit santai
Contoh beberapa kata serapan :
configuration konfigurasi
airport bandara
established mapan
editing penyuntingan
image citra
take off lepas landas
gap kesenjangan
customer pelanggan
domain ranah
e. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian
bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari
dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Contoh :
hemat boros
sejak atau dari sejak dari
agar atau supaya agar supaya
demi atau untuk demi untuk
tujuan pembangunan tujuan daripada pembangunan
daftar nama peserta daftar nama-nama peserta
menyetujui menyatakan persetujuan
f. Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah
dicerap pancaindra maka kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan saran.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika
dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan
tidak cermat.
g. Kata Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang
lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya,
mana kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah
paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang
lingkupnya, makin sedikit terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus
makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:
a. Kata umum : berjalan
Kata khusus : terlatih-latih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap.
b. Kata umum : melatih
Kata khusus : melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang.
c. Kata umum : jatuh
Kata khusus : terpeleset, tergelincir, tersungkur, terjerembap, terperosok,
terjungkal.
h. Kata Baku dan Tidak Baku
Baku Tidak Baku
aerobik erobik
kongres konggres
jadwal jadual
karier karir
kompleks komplek
manajemen managemen
metode metoda
nakoda nahkoda
stasiun setasiun
khawatir kuatir
ekstrem ekstrim
syahdu sahdu
wasalam wassalam
ubah rubah
Februari Pebruari
Jumat jum’at
zaman jaman
kualitas kwalitas
atlet atlit
analisis analisa
apotek apotik
kuantitas kwantitas
persentase prosentase
legalisasi legalisir

i. Kriteria Pemilihan Kata


Agar dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran, atau pengalaman secara
tepat dalam berbahasa – baik lisan maupun tulis- pemakai bahasa hendaknya dapat
memenuhi beberapa persyaratan atau kriteria di dalam pemilihan kata. Kriteria yang
dimaksud adalah ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima
secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata
yang digunakan harus mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat
menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya.
Ketepatan pilihan kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa
mampu memahami perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan
konotasi, sinonim, eufemisme, generik dan spesifik, serta konkret dan abstrak.
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih
kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Agar
dapat memilih kata secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk mampu memahami
ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan
kemubaziran.
Adapun yang dimaksud dengan ekonomi bahasa adalah kehematan dalam
penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan demikian, kalau ada kata atau
ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan kata atau ungkapan yang
lebih panjang karena hal itu tidak ekonomis. Sebagai contoh :
disebabkan oleh fakta → karena
mengajukan saran → menyarankan
melakukan kunjungan → berkunjung
mengeluarkan pemberitahuan → memberitahukan
meninggalkan kesan yang dalam → mengesankan
Sementara itu, pemakai bahasa juga dituntut untuk mampu memahami
penyebab terjadinya kemubaziran kata. Hal itu dimaksudkan agar ia dapat memilih
dan menentukan kata secara cermat sehingga tidak terjebak pada penggunaan kata
yang mubazir. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kata yang mubazir adalah kata-
kata yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Dengan
memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindari penggunaan
kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu pula dipahami adanya beberapa
penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata. Penyebab kemubaziran kata itu antara
lain adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda.
b. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara ganda.
c. Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda.
d. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya.
4. Kalimat Efektif & Tanda Baca

a. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik
ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan
oleh penulis. Wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) dan didalamnya dapat
disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik,
tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada
wujud lisan, sedangkan spasi yang mengikutinya melambangkan kesenyapan. Tanda
baca laini sepadan dengan jeda.
b. Unsur-Unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu
subjek (S), predikat (P),objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan
predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat
dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi
oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Contohnya sebagai
berikut.
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan Kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri
S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki oleh S. Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa
nominal. Contoh :
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Robby mahasiswa baru.
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nominal,
frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut hadirnya O. Seperti pada contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang ...
b. Arsitek merancang ...
c. Juru masak menggoreng ...
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah
P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek.
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak
pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini :
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi pasif adalah sebagai
berikut :
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak opsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjektival dan
frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (Ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket
adalah frasa nominal, frasa proporsional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
No. Jenis Keterangan Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
5. Pengertian Karya Ilmiah
a. Konsep Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang memuat kajian suatu masalah tertentu
dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Kaidah-kaidah keilmuan itu
mencakup penggunaan metode ilmiah dan pemenuhan prinsip-prinsip keilmiahan,
seperti: objektif, logis, empiris, sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
b. Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Ada beberapa manfaat dari kegiatan penulisan karya ilmiah bagi seseorang.
Manfaat itu diantaranya :
1. Sarana Pengembangan Pemikiran
Tahap-tahap perkembangan kognitif seseorang membutuhkan dukungan.
Dukungan itu ialah pembiasaan diri untuk menyadari dan membedakan
antara pemikiran atau gagasan dengan segala sesuatu tentang dunia nyata;
tentang peristiwa-peristiwa, tentang berbagai kondisi atau keadaan.
Dengan demikian, diperlukan pula penciptaan simbol-simbol dan
menyadari keberadaannya di samping objek peristiwa itu sendiri.
Langkah itu memungkinkan seseorang untuk melakukan eksplorasi atas
pengalaman-pengalaman nyata yang tidak mungkin ditampung karena
keterbatasan seseorang.
2. Sarana untuk menyimpan, mengorganisasi, dan mensintesiskan gagasan.
Kemampuan pikir untuk mengingat atau menyimpan seluruh pengalaman
sangat terbatas. Di samping itu, pikiran kita juga sangat terbatas
kemampuannya untuk mengorganisasikan seluruh pengalaman itu.
Apalagi, jika kita ingin mensintesiskannya. Dengan menulis, kita akan
lebih mampu berfokus pada pemikiran-pemikiran kita, sekaligus juga
menemukan saling hubungan antarmateri (informasi dan gagasan) yang
kita tulis. Hal itu akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru yang
berharga untuk dijawab dan membantu kita untuk menemukan cara baru
dalam penyelesaian masalah.
3. Sarana untuk membantu menemukan kesenjangan dalam logika atau
pemahaman; Melalui kegiatan menulis, kita dapat menemukan adanya
kesulitan dan atau kekurangan pengetahuan kita tentang berbagai teori
atau konsep. Dengan ditemukannya kesulitan atau kekurangan itu, kita
dimungkinkan untuk menyadari dan kemudian menemukan alur
pemahaman kita terhadap suatu masalah, konsep, atau teori. Setidaknya,
kita bisa menyadari adanya berbagai isu yang patut dipikirkan dan
mengkajinya melalui pembacaan ulang berbagai teori baru.
4. Sarana untuk membantu mengungkap sikap kita terhadap suatu masalah.
Melalui kegiatan menulis, kita akan memperoleh kejelasan letak atau
kedudukan kita di tengah-tengah permasalahan yang dikaji. Melalui
kegiatan ini kita dimungkinkan untuk melihat secara objektif kelemahan
dan kekuatan dari berbagai perspektif yang berbeda-beda.
5. Sarana untuk berkomunikasi. Melalui kegiatan menulis kita dapat menata
berbagai informasi yang adakalanya bertentangan dan berserakan.
Melalui kegiatan ini kita bisa menyusun konsep, kategori, dan
mengorganisasikan berbagai konsepsi yang simpang-siur menjadi pola-
pola yang mudah dipahami. Kata-kata sebagai simbol dari pikiran atau
emosi dapat kita gunakan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan
memotivasi tindakan. Dengan tulisan, akhirnya kita dapat menyampaikan
gagasan, pikiran, dan perasaan kita kepada orang lain.
c. Perbedaan Karya Ilmiah dan Karya non-Ilmiah
Karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan memperhatikan dan
menggunakan prinsip-prinsip keilmuan, sedangkan karya non ilmiah adalah karya
tulis yang penyusunannya tidak atau kurang memenuhi prinsip-prinsip keilmuan.
Semua hasil penelitian dan publikasinya adalah karya ilmiah. Demikian pula semua
makalah, paper, atau artikel yang disusun dengan menggunakan prinsip-prinsip
keilmuan dan didasarkan pada hasil penelitian dan atau pemikiran yang serius dalam
rangka penerapan atau pengembangan ilmu.
d. Kriteria Karya Ilmiah
Karya ilmiah bisa berupa: makalah (paper), artikel ilmiah, laporan akhir,
naskah publikasi, laporan penelitian (skripsi (S1), tesis (S2), desertasi (S3), laporan
penelitian. Makalah dapat dibedakan atas: (1) makalah kerja, yaitu suatu tulisan yang
mengkaji suatu permasalahan secara sistematik, jelas, dan logis. Makalah jenis ini
ada yang meragukan keilmiahannya, walaupun ditulis dengan tata tulis ilmiah, (2)
makalah tugas (term paper, report of reading), yaitu karangan yang ditulis untuk (i)
memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan suatu mata kuliah, (ii)
melaporkan apa yang sudah diketahui tentang mata kuliah tertentu, (iii) membahas
suatu masalah walaupun tidak terlalu mendalam, yang biasanya didasarkan pada
studi pustaka (library research), (3) makalah penelitian (research paper atau field
study), yaitu suatu tulisan yang berisi hasil penelitian lapangan (kecil-kecilan).
Makalah terdiri dari tiga bagian, yaitu: (a) bagian awal yang berisi latar belakang,
topik, masalah, dan gagasan pokok, (b) bagian batang tubuh, yang berisi pembahasan
masalah secara relatif detail, penjelasan tentang pokok-pokok pikiran, (c) bagian
akhir, yang memuat kesimpulan atau pengungkapan kembali pokok pikiran dengan
cara yang lebih singkat, dan (d) lampiran (bila ada) dan Daftar Pustaka.
Artikel ilmiah berbeda dengan makalah. Artikel ilmiah adalah ringkasan dari
laporan penelitian, sedangkan makalah ditulis tidak didasarkan pada hasil penelitian.
Artikel ilmiah biasanya dimuat di dalam jurnal-jurnal penelitian. Makalah (atau
artikel nonpenelitian) biasanya dimuat di dalam majalah-majalah ilmiah non-
penelitian. Makalah atau artkel nonpenelitian bisa bercorak deskriptif, direktif atau
problem solving.
Makalah yang bercorak deskriptif, lebih-lebih bila tidak disertai analisis,
biasanya hanya bersifat informatif sehingga bisa diibaratkan sama dengan sebuah
pariwara. Makalah yang bercorak direktif, karena bersifat memberikan arah,
sebetulnya hanya layak untuk pelatihan atau penataran. Sementara itu, makalah
bercorak problem solving, karena ada kegiatan analisis yang mirip dengan cara
berpikir ilmiah yang melandasi penelitian, banyak digunakan dalam penulisan karya
ilmiah. Makalah ini bisa disetarakan dengan artikel ilmiah hasil penelitian.
Makalah atau artikel nonilmiah yang bercorak problem solving bertitik tolak
dari masalah, yaitu suatu pertanyaan yang menggambarkan perbedaan (jarak) antara
harapan dan kenyataan, kontradiksi antara teori dan praktik, atau kontradiksi antar
empiri yang relevan. Makalah ini biasanya diakhiri dengan simpulan yang
merupakan tawaran penyelesaian masalah, yaitu alternatif pendekatan jarak atau
menjelaskan kontradiksi tersebut. Penyelesaian masalah itu biasanya didasarkan pada
perspektif teori tertentu yang ditempatkan di antara masalah dan solusi. Karena
bersifat problem solving, makalah ini dapat digambarkan sebagai proses bolak-balik
antara empiri dan teori yang dimulai dari empiri melalui pemaparan satu atau
beberapa masalah tertentu, dilanjutkan dengan perspektif teori tertentu sebagai alat
analisis, dan berujung dengan sintesis antara keduanya (teori dan empiri), yaitu
solusinya.
Naskah publikasi adalah tulisan yang bisa saja berupa karya ilmiah atau
bukan, tetapi siap cetak untuk dipublikasikan. Naskah publikasi ini bisa berupa
makalah proceding seminar, artikel ilmiah, atau jenis naskah yang lain. Oleh karena
itu, naskah publikasi bersifat netral.
Laporan akhir adalah suatu tulisan yang disiapkan oleh mahasiswa tingkat
akhir non-gelar atau diploma. Naskah ini lebih banyak berupa laporan tentang suatu
tugas yang harus diserahkan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan. Biasanya
laporan akhir ini berupa laporan praktikum lapangan atau laboratorium.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa antara karya ilmiah yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan itu meliputi: (i) cara penyajian, (ii) jumlah halaman,
(iii) tingkat keilmiahan, (iv) tingkat kedalaman analisis, dan (v) kompleksitas
variabelnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada dua pandangan tentang pengertian karya
ilmiah, yaitu: (i) pandangan bahwa karya ilmiah mesti didasarkan pada penelitian
dan (ii) pandangan bahwa karya ilmiah tidak harus didasarkan pada hasil penelitian
asal berupa suatu analisis yang tajam atau hasil pemikiran yang serius dan dikerjakan
oleh ahlinya.
e. Proses dan Pentahapan Penulisan Karya Ilmiah
Sebagai proses mental, penulisan karya ilmiah setidaknya melalui beberapa
tahapan berikut (bandingkan, Santoso, 2000:77-81).
1. persiapan
2. studi pustaka pendukung
3. pengumpulan data dan informasi pendukung
4. pengorganisasian materi
5. Penulisan
6. Revisi
7. Penyuntingan
8. publikasi
Pada tahap persiapan tercakup penggalian masalah berikut latar belakang
pemilihannya, formulasi judul, dan penetapan tujuan penulisan. Pada tahap studi
pustaka dilakukan penjelajahan kepustakaan pendukung sekaligus penetapan
perspektif teori yang akan digunakan dalam analisis. Dalam penulisan artikel setara
hasil penelitian, data atau keterangan pendukung sangat diperlukan. Data itu dapat
diperoleh dari hasil penelitian sendiri dan atau hasil penelitian orang lain. Data atau
keterangan pendukung itu diupayakan yang relevan dan mutakhir.
f. Proses Penulisan
Dalam proses penulisan seorang penulis bisa menggunakan pendekatan
proses. Pendekatan ini—yang muncul dan populer sejak tahun 1980-an— didasarkan
atas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Graves (1983), Calkins (1983, 1986),
dan Atwell (1987) yang membuktikan bahwa pendekatan produk, yakni pendekatan
pembelajaran menulis yang menekankan hasil tulisan, kurang tepat dan kurang
efektif. Akhirnya, lambat- laun pembelajaran menulis lebih mengarah ke pendekatan
proses, yakni pendekatan pembelajaran menulis yang menekankan proses menulis.
Melalui pendekatan proses, penulis bisa menerapkan tahap-tahap yang biasa
terjadi dalam proses menulis. Menurut Tomkins & Hoskisson (1995) fokus dalam
proses menulis terletak pada apa yang dialami, dipikirkan, dan dilakukan oleh
penulis ketika mereka melakukan proses menulis.
g. Penajaman Analisis
Seorang penulis bisa melakukan penajaman analisisnya bila ia memiliki
pengalaman dan intuisi yang memadai serta frekuensi penulisan yang cukup banyak.
Yang dimaksud pengalaman itu ialah pengalaman keilmuan; artinya ia memiliki
kemampuan keilmuan yang cukup memadai. Intuisi berkenaan dengan kepekaan
dalam melihat fenomena, kemampuan interpretasi, dan wawasan ke depan atau daya
ramal. Frekuensi penulisan berkenaan dengan keseringan seseorang melakukan
kegiatan menulis. Dalam hal ini tulisan pemula dengan tulisan profesional tentu
memiliki ketajaman yang berbeda. Penulis pemula biasanya memiliki perspektif
yang sempit, daya tafsir yang rendah, dan wawasan ke depan yang kurang. Oleh
karena itu, tulisannya tentu saja sangat diwarnai oleh kekurangan-kekurangan itu.
Namun demikian, bila ia membiasakan diri terlibat terus-menerus dengan kegiatan
menulis, makin lama tulisannya akan semakin memiliki ketajaman analisis.
h. Bahasa dalam Karya Ilmiah
a. Ragam Bahasa
b. Pilihan Kata
c. Kalimat Efektif
d. Paragraf dan Pengembangannya
e. Ejaan
i. Teknik Pengutipan dan Daftar Pustaka
- Pengutipan
Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang
sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk kutipan dapat
dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah. Format perujukan kutipan
mengikuti ketentuan-ketentuan berikut :
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan
sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Rujukan ditulis diantara tanda
kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar
pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan
nomor halaman.
a) Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam
teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik
(“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.
b) Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi,
dimulai lima ketukan dari batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung
sebelum teks kutipan.
c) Apabila Pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa
bagian kalimat, maka pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah. Bila
pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian
yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris.
d) Bila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian
yang dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan.
Keterangan tersebut berada di antara tanda kurung, misalnya: (garis
bawah oleh pengutip).
e) Bila penulis menganggap bahwa ada suatu kesalahan dalam kutipan,
dapat dinyatakan dengan menuliskan simbol (sic!) langsung setelah
kesalahan tersebut.

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan
aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang
dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh
pengutip.
a. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan
spasi rangkap sebagaimana teks biasa.
b. Semua kutipan harus dirujuk. Sumber rujukan dapat ditulis sebelum
atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan.
c. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan
tahun terbitan di antara tanda kurung.
d. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis diantara tanda
kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam
daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan.
BAB III : KESIMPULAN
III. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang hidup dan terus berkembang dengan pengayaan kosakata
baru, baik melalui penciptaan maupun melalui penyerapan dari bahasa daerah dan
bahasa asing. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Disinilah
bahasa Indonesia mulai berkembang. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai
“bahasa persatuan bangsa” pada saat Sumpah Pemuda. Pada 18 Agustus 1945, sehari
setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV,
pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa bahasa Indonesia ialah bahasa negara.
Selanjutnya, sehubungan dengan perkembangan ejaan, setela bahasa Melayu
ditetapkan menjadi bahasa Indonesia, yakni muncul Ejaan Van Ophuisen, Ejaan
Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang
disempurnakan, dan EBI.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang di bicarakan, serta menurut media pembicaraan, dalam konteks
ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan tulisan. Pada ragam bahasa baku tulis
diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta menggunakan ejaan bahasa yang telah di sempurnakan, sedangkan ragam
bahasa lisan di harapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai
bahasa dengan baik dan benar serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.
Diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu yang salah satu fungsinya adalah
untuk Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Dalam pemilihan
kata terdapat berbagai syarat yang harus ditepati agar mencapai diksi yang baik dan
tepat, diantaranya : dapat membedakan denotasi dan konotasi, dapat membedakan
kata-kata yang hampir bersinonim, dapat memakai kata penghubung yang
berpasangan secara tepat. Kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya bak secara lisan
maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat
penggunaan kata-kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Ciri-ciri kalimat efektif yaitu :
Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.
Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kajian ilmiah untuk
menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan metodologi penulisan yang benar, ditulis
secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran. Kebenarannya bersifat objektif sesuai
dengan data dan fakta di lapangan, bukan kebenaran normatif.
BAB IV : DAFTAR PUSAKA

https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/sekilas-tentang-sejarah-bahasa-
indonesia/
Afifah Yasmin. “Ragam Bahasa Indonesia (PDF).” Academia.edu.
“Makalah Bahasa Indonesia (Ragam Bahasa) (DOC).” Academia.edu.
Irah Karim. “Ragam Bahasa (DOC).” Academia.edu.
Jihan Hikmah. “Ragam Bahasa Indonesia (PPT).” Academia.edu.
Syarif S N Maula. “Ragam Bahasa Indonesia (DOC).” Academia.edu.
Satata, Sri. Devi Suswandari Dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Keraf,
Gorys. 2006. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
1 Bauer, henry H. 1994. Scientific Literacy and the Myth of the Scientific Method.
Urbana and Chicago: University of Illionis Press.
Instrumen penelitian sebagaimana digunakan dalam proses pengumpulan data
penelitian. Rancangan (draft) instrumen penelitian tidak dicantumkan sebagai
lampiran.
BAB V : PENUTUP

Sekian karya tulis ini saya susun berdasarkan data-data yang ada. Terima
kasih untuk tugas yang telah diberikan oleh Bunda Atik selaku dosen Bahasa
Indonesia yang telah memberikan bimbingan, juga terima kasih kepada sumber-
sumber yang telah membantu saya menganalisis dan menyelesaikan karya tulis ini.

Anda mungkin juga menyukai