Anda di halaman 1dari 32

Proposal Penelitian

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI


DI MTS MA’ARIF NU KABUPATEN KEBUMEN
PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Oleh
TONI PAMBUDI NUGROHO
2211144

Di Ajukan sebagai Rencana Penyusunan Skripsi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
TAHUN 2024

i
Proposal Skripsi

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI


DI MTS MA’ARIF NU KABUPATEN KEBUMEN
PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Oleh
TONI PAMBUDI NUGROHO
2211144

Telah Diteliti dan Disetujui untuk Diseminarkan


Pada Tanggal ………………..

Drs. RH. Mahrur Adam Maulana, M.Ag.


NIDN. 2107076101

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Indentifikasi Masalah.................................................................................................................3
C. Pembatasan masalah..................................................................................................................3
D. Rumusan masalah......................................................................................................................3
E. Tujuan penelitan........................................................................................................................3
F. Manfaat penelitian.....................................................................................................................4
KAJIAN TEORI...................................................................................................................................5
A. Kajian Teori...............................................................................................................................5
B. Penelitian yang Relevan...........................................................................................................11
C. Kerangka Berpikir...................................................................................................................13
METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................................15
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................................................15
B. Metode Penelitian....................................................................................................................16
3. Subyek dan Obyek Penelitian..................................................................................................16
D. Teknik pengumpulan dan jenis data.........................................................................................18
D. Teknik Analisis Data...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL SKRIPSI : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM
DI MTS MA’ARIF NU GOMBONG
B. Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa, untuk


membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berbadasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. 1 negara
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
negara mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan pendidikan yang layak untuk
memajukan kehidupan bangsa. Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan
sumber daya manusia agar memperoleh kemampuan soial dan perkembangan
individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara individu dengan
masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya.2 Sehingga setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan yang layak tanpa adanya diskriminasi terhadap anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satunya adalah dengan Pendidikan inklusi.
Inklusi adalah filosofi yang menyatakan bahwa ruang kelas dan ruang
bermasyarakat seharusnya mengikutsertakan anak-anak dengan semua kebutuhan.
Inklusi merupakan sebuah pola pikir bagaimana memberi kesempatan sama kepada
semua anak, salah satunya untuk belajar di kelas yang sama. Dengan adanya kelas
inklusi diharapakan tidak ada lagi diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus,
1
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen, https://tni.mil.id/pages-4-pembukaan-
uud-1945.html, di unduh pada tanggal 25 Maret 2024

2
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan (Padang: Angkasa Raya.1987), hlm. 7.

1
sehingga semua anak mendapat pendidikan yang layak tanpa adanya perbedaan.
Istilah Pendidikan inklusi ini mulai mengemuka sejak tahun 1990, ketika konferensi
dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan
Salamanca tentang Pendidikan inklusi pada tahun 1994.3
Pendidikan inklusi diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Sehingga dalam proses pembelajarannya membutuhkan lingkungan yang kondusif,
baik tempat belajar, metode, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak
kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Seiring dengan perkembangan kehidupan sosial bermasyarakat, bahwa
paradigma anak-anak yang memiliki kekurangan dianggap sebagai anak yang
tertinggal dan tidak memiliki prestasi atau kemajuan. Maka pada saat ini masyarakat
sudah mulai membuka diri dan memahami bahwa anak-anak yang memiliki
kekurangan tersebut memiliki kesempatan yang sama dan hak yang sama dengan
anak-anak pada umumnya dalam mendapatkan pelayanan pendidikan. Hal ini sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan kepada semua anak-anak di
Indonesia tanpa terkecuali anak-anak yang memiliki kekurangan untuk mendapatkan
layanan pendidikan yang berkualitas.
Hal ini menunjukan bahwa anak-anak yang memiliki kekurangan
mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak pada umumnya dalam
pendidikan. Hanya saja, jika melihat dari sudut pandang pendidikan, karena anak-
anak yang memiliki kekurangan memiliki karakteristik yang berbeda maka dalam
proses pendidikannya mereka membutuhkan layanan pendekatan dan metode yang
berbeda. Dengan pendidikan inklusif yang merupakan suatu pendekatan pendidikan
3
https://asrulywulandari.wordpress.com

2
yang inovatif dan strategi untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak, baik
yang memiliki kekurangan maupun tidak dapat belajar bersama dalam satu ruang
kelas.
Pendidikan inklusi adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menyatukan anak-anak yang memiliki kekurangan dengan anak-anak normal pada
umumnya untuk belajar pada satu ruang kelas yang sama. Anak-anak pada
pendidikan inklusi tidak hanya mencakup pada anak-anak berkebutuhan khusus
(difabilitas) melainkan anak-anak yang secara mental, emosional, social mengalami
keterhambatan karena lingkungannya maupun pola asuhnya sejak dini. Pendidikan
inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa sekolah seharusnya memberikan pelayanan
yang sama kepada semua siswa tanpa menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa
dengan kondisi fisik yang kurang, perbedaan social, emosional, kultural maupun
bahasa.4 Tujuan dari dibentuknya sekolah inklusi adalah untuk menekan dampak
yang ditimbulkan oleh sikap ekslusif terhadap anak-anak yang memiliki kekurangan,
sehingga sekolah mampu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang kurang
beruntung dapat mengenyam pendidikan.

Berkaitan dengan Pendidikan inklusi maka Mts Maarif NU Kab. Kebumen


yang berlokasi di kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen sangat konsen dalam
menerapkan pola pendidikan inklusi. Sehingga MTs Maarif NU Kab, Kebumen ingin
menjadi salah satu sekolah yang mampu menerapkan pendidikan inklusi di madrasah.
Dengan keberadaan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus baik itu peserta
didik yang memiliki permasalahan mental, social emosional maupun yang memiliki
kekurangan fisik diharapkan mendapat pelayanan pendidikan yang sama dengan
anak-anak pada umumnya dalam satu kelas. Perlu adanya penerapan yang signifikan
dari pendidik dalam mengelola pendidikan inklusi di madrasah, sehingga semua
peserta didik dapat terakomodasi dengan baik dalam proses pembelajaran.

4
Auhad Jauhari, pendidikan inklusi sebagai alternative solusi mengatasi permasalahan social
anak penyandang disabilitas, journal of social science teaching uin walisongo semarang.

3
C. Indentifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan dapat di identifikasi
permasalahannya sebagai berikut :
1. Adanya pandangan bahwa anak-anak yang memiliki kekurangan dianggap
sebagai anak yang tertinggal.
2. Kurangnya keterampilan tenaga pendidik didalam penerapan pendidikan
inklusi.

D. Pembatasan masalah
Adanya paradigma bahwa anak-anak yang memiliki kekurangan dianggap
sebagai anak yang tertinggal. Serta kurangnya keterampilan tenaga pendidik didalam
penerapan pendidikan inklusi di Madrasah.

E. Rumusan masalah
Adapun perumusan masalah yang akan menjadi focus pada penelitian ini
adalah “ bagaimana implementasi Pendidikan inklusi di MTs Maarif NU Kab.
Kebumen pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

F. Tujuan penelitan
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana implementasi Pendidikan inklusi di MTs Maarif NU Kab.
Kebumen pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

4
G. Manfaat penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga pendidik
Tentunya penelitian implementasi Pendidikan inklusi di MTs Maarif
NU Kab. Kebumen pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam
dapat bermanfaat bagi guru sejarah kebudayaan islam dalam
menjalankan proses kegiatan pembelajarannya serta mampu
menerapkan pola Pendidikan inklusi.
b. Bagi akademis
Diharapkan nantinya hasil penelitian ini mampu dijadikan informasi
yang relevan bagi pada akademis. Selain itu pula, hasil penelitian ini
dapat menambah kepustakaan IAINU Kebumen.
c. Bagi penelitian selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini, mampu dikembangkan menjadi lebih
sempurna oleh peneliti selajutnya.
2. Manfaat teoritris
Sebagai informasi tentang implementasi Pendidikan inklusi tentang
penjelasan kemudian, ciri-ciri, dan tantangan dalam Pendidikan inklusif.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Implementasi
Implementasi adalah sebuah proses yang diterapkan tanpa ada batasan di
berbagai bidang, mulai dari Pendidikan, kemasyarakatan, politik, teknologi,
kesehatan, informasi dan lain-lain. Implementasi Pendidikan artinya segala sesuatu
yang dilaksanakan, diterapkan sesuai dengan program yang dirancang untuk
dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Menurut
Purwanto dan Sulistyastuti, implementasi intinya adalah kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh
para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk
mewujudkan kebijakan.5
Salah satu upaya mewujudkan dalam suatu sistem adalah implementasi.
Kebijakan yang telah ditentukan, karena tanpa implementasi sebuah konsep tidak
akan pernah terwujud. Implementasi kebijakansanaan sesungguhnya bukanlah
sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik
ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih
dari itu menyangkut masalah masalah konflik, keputusan dan siapa memperoleh apa
dari suatu kebijaksanaan.6 Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat
setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya
mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat.7

5
https://asrulywulandari.wordpress.com

6
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta, Kencana Predana Media Group, 2010) h. 182

7
Auhad Jauhari, Pendidikan Inklusif Sebagai Alternatif Solusi Mengatasi Permasalahan Sosial
Anak Penyandang Disabilitas, Jurnal Ijtimaya_vol.1no.1 Juli – Desember 2017 hal. 29

6
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, implementasi adalah kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan yang dilakukan oleh para implementor kepada
kelompok sasarn sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan.8
Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti pelaksanaan atau penerepapan. Dan istilah implementasi biasanya dikaitkan
dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. 9 Salah satu
usaha untuk mewujudkan suatu sistem adalah dengan implementasi, karena tanpa
implementasi sebuah konsep tidak akan pernah terwujud.
Webster merumuskan secara pendek bahwa mengimplementasikan berarti
menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak atau
akibat terhadap sesuatu. Pengertian tersebut mempunyai arti bahwa untuk
mengimplementasikan sesuatu harus disertai sarana pendukung yang nantinya dapat
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.10
Ripley dan Franklin menyatakan bahwa implementasi adalah sesuatu yang
terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Sedangkan menurut
Grindle memberikan pandangan tentang implementasi dengan mengatakan bahwa
secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan
tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan
pemerintah.
Implementasi selalau dikaitkan dengan suatu kebijakan. Seorang implementor
harus mampu menerapkan kebijakan yang sudah tersusun dan terencana dalam suatu
sistem atau kegiatan. Implementasi pendidikan inklusi di Indonesia mengadopsi
konferensi pendidikan di tahun 1990 yang menyatakan pendidikan untuk semua yang
kemudia dikonversi menjadi pendidikan inklusi pada tahun 1994. Landasan dari

8
https://asrulywulandari.wordpress.com

9
https://repository.uin-suska.ac.id/6411/4/BAB%20III.pdf

10
Ibid,

7
pendidikan inklusi seperti halnya pendidikan pada umumnya yang tertuang dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003, dan juga undang-undang dasar negara republic
Indonesia tahun 1945 tentang sistem pendidikan nasional.
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh berbagai pelaksana kebijakan
dengan sarana-sarana pendukung berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pendidikan Inklusi
2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada
umumnya untuk belajar di ruang yang sama. Pendidikan inklusi merupakan sistem
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya disekolah regular terdekat dengan tempat
tinggalnya.11 Dalam peraturan Menteri pendidikan nasional Republik Indonesia
nomor 70 tahun 2009 dijelaska bahwa pendidikan inklusi adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang meyertakan semua anak secara
bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa
membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi social, kemampuan
ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis tempat tinggal, jenis kelamin, agama,

11
Khoirul Umam Alfaaroqi, Implementasi Pendidikan Inklusi dan Kendalanya di SDN Betet 1 Kota
Kendari, Jurnal Ilmiah Psikologi, Februari 2020, Vol.22 No.1

8
dan perbedaan kondisi fisik atau mental. Sementara itu Sapon-Shevin menyatakan
bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan
agar seua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. 12 Melalui pendidikan
inklusi anak-anak dengan kebutuhan khusus di didik bersama dengan anak normal
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep yang mempresentasikan
keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara.
Sebagaimana tujuan pendidikan inklusi seperti yang dijelaskan dalam peraturan
pemerintah nomor 70 tahun 2009 bertujuan (1) memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
dan social atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. (2)
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.13
Menurut Sapon-Sevin pendidikan inklusi didefinisikan sebagai sistem layanan
pendidikan luar biasa yang mempersyaratkan agar semua anak luar biasa mendapat
pelayanan yang sama di sekolah-sekolah yang terdekat. Pendidikan inklusi
menekankan adanya restrukturisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang
mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber
dan dukungan dari semua guru dan siswa.
Stainback dalam Sunardi mengatakan bahwa sekolah yang inklusif adalah
sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah harus mampu
menyediakan program pendidikan yang layak, namun sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa dengan dukungan dan bantuan yang diberikan oleh para guru

12
Asep Supena Jayadi, Implementasi Pendidikan Inklusi di SDN K1 Kabupaten Karawang, Jurnal
Pendidikan non formal, Januari 2023, Vol.9no.1 UNJ Jakarta
13
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009, Tentang
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa.

9
sehingga anak-anak berhasil dalam pembelajaran. Sekolah inklusif merupakan tempat
bagi semua anak dapat diterima menjadi bagian dari lingkungan kelas tersebut dan
saling membantu, baik dengan guru maupun teman. Menurut Vaught, Bos dan
Schumn dalam Sunardi, dalam praktiknya istilah inklusif sama halnya dengan istilah
mainstreaming dalam pendidikan, yang dapat diartikan sebagai penyediaan layanan
pendidikan yang layak bagi anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan hak
pendidikannya.
Penerapan layanan siswa berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternative
sesuai dengan kemampuan dan dasar pemikiran para pakar yang bersifat logis dan
sistematis, berfungsi sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Kajian teori
juga digunakan sebagai penguat pemaparan landasan teori penelitian dari objek yang
diteliti sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber ilmu. Siswa dengan
kebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk layanan ke bentuk layanan yang
lain.14 Seperti:
1. Bentuk kelas regular penuh
Siswa berkebutuhan khusus belajar bersama siswa lain sepanjang hari di
kelas regular dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2. Bentuk kelas regular dengan cluster
Siswa berkebutuhan khusus belajar bersama siswa lain di kelas regular
dalam kelompok khusus.
3. Bentuk kelas regular dengan pull out
Siswa berkebutuhan khusus belajar bersama siswa lain di kelas regular
namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang
sumber untuk belajr dengan guru pendamping khusus.
4. Bentuk kelas regular dengan cluster dan pull out
Siswa berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain di kelas regular
dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari

14
http://repository.uin-suska.ac.id/2790/3/BAB2011.pdf

10
kelas regular ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru
pendamping khusus.
5. Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian regular
Dalam bidang-bidang tertentu anak berkebutuhan khusus dapat belajar
bersama dengan anak lain dikelas regular. Namun siswa berkebutuhan
khusus belajar dikelas khusus pada sekolah.
6. Bentuk kelas khusus penuh di sekolah regular
Siswa berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
regular.
2.2 Tujuan pendidikan inklusif
Menurut Dedy Kustawan tujuan pedidikan meliputi (1) memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, social atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan. (2) mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
2.3 Fungsi Pendidikan Inklusi
Zaenal Alimin menjelaskan bahwa sesuai disiplin ilmu fungsi pendidikan
khusus dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusi guru melakukan upaya pencegahan agar tidak
muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada anak berkebutuhan khusus.
2. Fungsi intervensi
Pendidikan inklusi menangani anak berkebutuhan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Fungsi kompensasi

11
Pendidikan inklusi membantu anak berkebutuhan khusus untuk menangani
kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan dengan fungsi
lainnya.
Berkaitan dengan penelitian pendidikan inklusi yang penulis lakasanakan di
MTs Ma’arif NU Kabupaten Kebumen maka ada dua teori yang dipakai, yaitu:
A. Teori Implementasi
Daniel A. Mazmanian dan Paul A Sabatier menjelaskan makna implementasi
yaitu pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, yang tertuang dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut
mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan
yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya.
Kesulitan dalam proses implementasi kebijakan dapat terlihat dari pernyataan
seorang ahli studi kebijakan Eugne Bardach yang meyatakan bahwa adalah cukup
untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas
kertas namun sulit dalam melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan
semua orang.
B. Teori Pendidikan Inklusif
Indianto menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem layanan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama
disekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual,
sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.
Budiyanto mengatakan bahwa pendidikan inklusif adalah model pendidikan
yang mengikut sertakan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-
sama dengan anak anak umum di sekolah regular, dan pada akhirnya mereka menjadi
bagian dari sekolah tersebut dan menciptakan suasana belajar yang kondusif.

12
Menurut O’Neil pendidikan inklusi juga dapat diartikan sebagai sistem
layanan pendidikan luar biasa yang mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan
khusus dilayani di sekolah terdekat dan bersama-sama dengan anak-anak umum.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan adalah hasi kajian dari laporan hasil-hasil terdahulu
yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang diajukan peneliti. 15 Relevan
artinya buku teks yang digunakan ada dengan penelitian yang dilakukan. 16
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada dan penelitian yang berkaitan dengan
penelitian yang peneliti lakukan dan beberapa yang sesuai dengan tema dari
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, adalah sebagai berikut:
No Ringkasan dan Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
1 Nama Peneliti : Menik Sulistyaningsih Persamaan: penelitian Menik dan
(FTIK IAIN Purwokerto) penilitan yang saya teliti sama
Judul : Evaluasi Kebijakan Pendidikan membahas tentang pendidikan
Inklusi di SD Negeri Tanjung Purwokerto inklusif.
Ringkasan : Penelitian ini bertujuan Perbedaan: penelitian yang
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dilakukan oleh Menik lebih
implementasi kebijakan pendidikan berfokus kepada evaluasi dan
inklusi di SD Negeri 1 Tanjung kebijakan pendidikan inklusif
Purwokerto selama ini, menemukan apa penelitian yang saya buat berfokus
yang menjadi kendala keberhasilan kepada penerapan program
implementasi kebijakan pendidikan pendidikan inklusi.

15
https://text-id.123dok.com/document/6qm6ne37y-pendidikan-inklusif-landasan-teori.html

16
http://repository.uma.ac.id/bitstream/1234567890/5/141801060_file%205.pdf

13
inklusi di SD Negeri 1 Tanjung
Purwokerto; menemukan upaya sekolah
yang dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala dalam implementasi evaluasi
kebijakan pendidikan inklusi di SD
Negeri 1 Tanjung Purwokerto.
Hasil : Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Lokasi
penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1
Tanjung Purwokerto. Subyek penelitian
ini adalah Kepala Sekolah dan empat
guru inklusif. Objek dalam penelitian ini
adalah evaluasi kebijakan pendidikan
inklusif di SD Negeri 1 Tanjung
Purwokerto. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik analisis data
dilakukan melalui reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
2 Nama Peneliti: Nur Ratna Juwita Persamaan : penelitian Nur Ratna
Judul : Studi Pelaksanaan Program Juwita dan penelitian yang saya
Inklusi di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun teliti sama-sama memfokuskan
Pelajaran 2009/2010 pada penerapan pendidikan
Ringkasan : penelitian ini bertujuan inklusi.
untuk mengetahui upaya apa saja yang Perbedaan: pada penelitian Nur
telah dilakukan sekolah dalam Ratna Juwita memfokuskan
mengenalkan program inklusi di SMA tentang bagaimana penerapan
Negeri 8 Surakarta. Dan mengetahui program pendidikan inklusi di

14
implementasi program pendidikan inklusi SMA Negeri 8 Surakarta,
dalam kegiatan sekolah SMA Negeri 8 sedangkan pada penelitian yang
Surakarta. Serta mengetahui apa saja saya teliti memfokuskan
kendala-kendala yang dihadapi dalam bagaimana pendidikan inklusi
mengimplementasikan program inklusi. mampu diterapkan di MTs Ma’arif
Kemudian mengetahui hasil yang telah NU Kabupaten Kebumen.
dicapai dari program rintisan inklusi.
Hasil : upaya sosialisasi program inklusi
merupakan suatu usaha mengenalkan
program baru dengan pemikiran serta
prakteknya dalam upaya memberikan
pelayanan bagi mereka yang memiliki
kebutuhan khusus. Penerimaan anak didik
melalui media online ternyata memiliki
hambatan dimana anak mengalami
hambatan dalam pembelajaran (slow
learner). Kendala dalam penerapan
pendidikan inklusi dikarenakan adanya
stigma dari masyarakat tentang anak
berkebutuhan khusus yang berada dalam
satu kelas dengan anak umum, yang
mengakibatkan guru-guru mengeluh akan
stigma tersebut dan kurangnya sarana
prasarana dan media belajar yang
mendukung.

15
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan inklusi sudah banyak diterapkan dibeberapa sekolah di Indonesia,
pendidikan inklusi merupakan sesuatu yang baru di dunia pendidikan Indonesia.
Istilah inklusi mengemuka ketika konferensi pendidikan pada tahun 1990 dan mulai
diteruskan pernyataan inklusi sejak tahun 1994.
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, social, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan
pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat
belajar, metode sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah
pentingnya adalah tersediannya media pendidikan yang memadai sesuai dengan
kebutuahan peserta didik.”17

Gambar
Kerangka Berfikir

17
Menik Sulistyaningsih, Skripsi: “Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di SD Negeri 1 Tanjung
Purwokerto” (Purwokerto:IAIAN,2017), hal 1.

16
IMPLEMENTASI DAN
PENDIDIKAN INKLUSIF

PENDIDIKAN INKLUSI

PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN FUNGSI


PENDIDIKAN
PENDIDIKAN INKLUSI INKLUSI INKLUSI

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun tempat penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu
berlokasi di MTs Ma’arif NU Kabupaten Kebumen. Pemilihan tempat ini
berdasarkan pada kebutuhan penelitian, dan karakteristik informan yang diperlukan
yang memiliki kriteria serta mendapatkan jumlah sampel yang dikehendaki.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu, terhitung sejak ….. hingga …..
secara keseluruhan rancangan jadwal penelitian dapat dilihat pada table.

Tabel 2 Jadwal Penelitian


kegiatan Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei lokasi
penelitian
Penyusunan
Bab I – III
Izin Lokasi
Penelitian
Observasi
Lokasi
Penelitian
Pengumpulan
Data

18
Pengolahan
data dan Bab
IV
Penarikan
Kesimpulan
dan Bab V
Penulisan
Laporan

B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. 18 Sehingga
penelitian ilmiah ini menekankan pada karakter sumber data. Menurut Sukmadinata
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang maupun perorangan secara individu maupun kelompok.19
Jenis penelitian ini merupakan studi kasus, karena penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian studi kasus maka hasil penelitian ini
bersifat analisis deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang
diamati terutama terkait dengan implementasi program pendidikan inklusi di MTs
Ma’arif NU Kab. Kebumen.

C. Subyek dan Obyek Penelitian


1. Subyek dan Obyek,
Data merupakan keterangan keterangan tentang suatu hal, dapat berupa suatu
hal yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang

18
https://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan -teori.html

19
Fatikhatus Sa’idah, Implementasi Program Pendidikan Inklusif, Malang: UIN Malang, 2015, hal.5

19
digambarkan lewat angka, symbol, kode, dan lain-lain. 20 Data penelitian dikumpulkan
melalui instrument pengumpulan data, observasi, wawancara maupun lewat data
dokumentasi.
Sumber data secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama
melalui prosedur dan Teknik pengambilan data yang dapat berupa interview,
observasi, mapupun penggunaan instrument pengukuran yang khusus dirancang
sesuai dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip resmi. 21
Ketepatan dan kecermatan informasi mengenai subjek dan variable penelitian
tergantung pada strategi dan alat pengambilan data yang dipergunakan. Hal ini pada
akhirnya akan ikut menentukan ketepatan hasil penelitian.
2. Sampel
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang non
kualitatif.22 Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
narasumber, atau partisipan, informan, teman dan dalam penelitian. Sampel dalam
penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistic, tetapi sampel teoritis karena
tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.23
Sampling dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian meliputi aspek
apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan focus pada suatu saat dan situasi
tertentu, karena itu dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian.
Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil dan lebih
mengarah ke penelitian proses daripada produk dan biasanya membatasi pada satu
20
Chita Faradila Ambar Kusumawati, Skripsi : “Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran
Taman Kanak-kanak Kelompok A”(Yogyakarta:UNY,2015), hal.1
21
https://repository.upi.edu/22585/6/s_PAI_1106590_Chapter3.pdf

22
https://etheses.uin-malang.ac.id/1670/7/11510004_Bab_3.pdf

23
Winda Adriyani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah
Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan, Yogyakarta:2017, hal.71

20
kasus.24 Dalam penelitian kualitatif Teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah Teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Perkembangan
tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggal tahu tentang apa yang kita
harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan
sampel diambil berdasarkan kebutuha penelitian. Snowball sampling adalah Teknik
pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut
belum mampu memberikan data yang lengkap, maka harus mencari orang lain yang
dapat digunakan sebagai sumber data.
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberikan data lebih lengkap.25

D. Instrumen Penelitian
Untuk instrument penelitian menggunakan dua komponen yang diperlukan
untuk mendukung penelitian, yaitu:
a) Lembar wawancara
Menggunakan lembar wawancara maka harus membuat butir-butir pernyataan
yang nantinya akan dipergunakan untuk memperoleh informasi yag ditujukan
kepada pihak kepala sekolah dan guru pendidikan inklusif.
b) Lembar dokumentasi

24
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:RakeSarasia, 1996), 31
25
Rina Hayati, Pengertian Pedoman Wawancara, Proses, Tahapan, dan Contohnya, 10 November,
2021

21
Lembar dokumentasi terdiri dari foto atau video yang berisi mengenai
keadaan didalam kelas dan juga keadaan minat belajar siswa dikelas selama
media pembelajaran tersebut sedang dijalankan.

E. Teknik pengumpulan dan jenis data


Guna mendapatkan data dan informasi yang akurat, maka dalam jalanya
penelitian ini dipergunakan berbagai teknit pengumpulan data yakni:
1. Wawancara (lembar wawancara)
2. Dokumentasi (lembar dokumentasi)
Jenis data yang digunakan adalah data primer, yang artinya data tersebut
diperoleh langsung dari hasil pengamatan dengan menggunakan hasil angket yang
menggunakan lembar kuisioner, maupun dari hasil dokumentasi yang menggunakan
lembar dokumentasi.

22
Pedoman Observasi
Observasi akan dilakukan mulai tanggal 11 Maret Hingga 30 Maret 2024.
peneliti akan melakukan observasi di MTs Ma’arif NU kabupaten Kebumen
No Aspek Hal yang diamati Indicator Catatan
lapangan
1 Kondisi MTS  Keadaan tempat Peneliti mengamati setiap
Ma’arif NU dan fasilitas tempat yang ada di MTs
Kabupaten pendukung Ma’arif NU Kab.
Kebumen  Sarana dan Kebumen terkait
prasarana pendidikan inklusif
 Kondisi layanan dengan ditemani oleh
bacaan pendidik sekaligus

 Kondisi ruang menanyakan kondisi

 Kondisi buku tempat selama kurang


pendidikan inklusif lebih 30 – 60 menit
kemudian mendata
gambaran umum terkait
pendidikan inklusif.
2 Kondisi  Keamanan Peneliti mengamati di
lingkungan di  Kenyamanan MTs Ma’arif NU Kab.
sekitar MTs  Kondisi lapangan Kebumen selama kurang
Ma’arif NU  Kegiatan MTs lebih 40-60 menit.
Kab. Kebumen Maarif NU Kab. Kemudian mendata

Kebumen terkait bagaimana kondisi

pendidikan lingkungan di sekitar

23
inklusif.

A. Metode Observasi
Observasi adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran.26 Observasi ini menggunakan observasi partisipasi,
dimana peneliti terlibat secara langsung dengan kegiatan sehari-hari anak
yang sedang di teliti sebagai sumber data penelitian. Dalam observasi secara
langsung, peneliti berlaku sebagai pengamat penuh yang dapat melakukan
pengamatan terhadap gejala atau proses yang terjadi didalam situasi yang
sebenarnya yang langsung diamati oleh observer.
B. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dimana seorang
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan
ketat. Dalam melaksanakan Teknik wawancara, pewawancara harus mampu
menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama
dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi sebenarnya.
C. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda

26
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm 104.

24
tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian pesan suara dan sebagainya.27
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu
mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan
angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan
sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap
kenyataan atau realitas. Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur
kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
1. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis memo, dan
lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan kemudian data tersebut diverifikasi.28
2. Penyajian Data
Pendeksripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinannya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, dengan tujuan dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan
mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Merupakan kegiatan akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada
kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun
27
Winda Andriyani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Implementasi Pendidikan Inklusif Di Sekolah
Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan, yogyakarta: 2017
28
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009)

25
kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh tempat penelitian itu
dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji
kebenaran dan kecocokan. Peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari
makna, harus menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key
information dan bukan penafsiran makna menurut pandanan peneliti.
E. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Dalam menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar
memperoleh data yang valid. Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam
penelitian ini digunakan lima Teknik pengecekan dari Sembilan Teknik yang
dikemukakan oleh Moleong, kelima Teknik tersebut adalah :
1) Oservasi yang dilakukan secara terus menerus.
2) Triangulasi sumber data, metode dan penelitian lain.
3) Meningkatkan ketekunan
4) Diskusi teman sejawat
5) Pengecekan mengenai ketercukupan referensi.

Penjelasan secara rinci sebagai berikut :


1) Observasi secara terus menerus
Langkah ini dilakukan dengan mengadakan observasi secara terus menerus
terhadap subyek yang diteliti, guna memahami gejala lebih mendalam
sehingga dapat mengetahui aspek-aspek yang penting sesuai dengan focus
penelitian.
2) Triangulasi
Yang dimaksud triangulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu, tekniknya dengan pemeriksaan
sumber lainnya. Hamidi menjelaskan Teknik triangulasi ada lima yaitu :

26
1. Triangulasi metode
2. Triangulasi peneliti
3. Triangulasi sumber
4. Triangulasi situasi
5. Triangulasi teori
3) Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca
berbagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan teman yang diteliti. Dengan membaca ini
maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan ini benar dipercaya atau
tidak.
4) Diskusi teman sejawat
Dilaksanakan dengan mendiskusikan data yang telah terkumpul dengan pihak-
pihak yang memiliki pengetahuan dan keahlian relevan, seperti pada dosen
pembimbing, pakar penelitian atau pihak yang dianggap kompeten dalam
konteks penelitian, termasuk juga teman sejawat.29

29
Chita Faradila Ambar Kusumawati,Skripsi: “ Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran
Taman Kanak Kanak Kelompok A” (Yogyakarta:UNY,2015), hal 1

27
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Husaini Usman dan Purnomo Setiadi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.

Alimin, Z. 2013. "Paradigma Pendidikan Inklusif Sebagai Upaya Memperluas Akses


dan Perbaikan Mutu Pendidikan." JASSI_Anakku Vol 12 Hlm 171-180.

Aman, Abdullah B. 2016. "Model Pendidikan Inklusif dalam Pembelajaran Sejarah di


SMA Neger 4 Palu." ISTORIA Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah Volume
12 No 1.

Andiyani, Winda. Yogyakarta. Metodologi Penelitian Kualitatif, Implementasi


Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan. -: 2017.

Asrulywulandari. 2019. "Pendidikan Inklusi." asrulywulandari.wordpress vol. 1 no 2.

Don, Eggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.

Dr. H. Tachjan, M.Si. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI


Bandung.

Dr. Irdamarni, M,Pd. 2020. Pendidikan Inklusif: Solusi Dalam Mendidik Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Prenada Media.

Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Indonesia, P. R. 2003. "Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional." Undang-Undang SIKDIKNAS Nomor
20.

Indris, Zahara. 1987. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Jauhari, Auhad. 2017. "Pendidikan Inklusi sebagai Alternatif solusi mengatasi


permasalahan sosial anak penyandang disabilitas." jurnal sosia science
teaching vol. 1 no. 1.

Kusumawati, Chita Faradila Ambar. 2015. “Penerapan Pendidikan Inklusif pada


Pembelajaran Taman Kanak-kanak Kelompok A.” Skripsi UNy 1.

28
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.

Yuwono, Joko DKK. 2021. Buku Saku Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di


Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud Ristek.

29

Anda mungkin juga menyukai