Anda di halaman 1dari 34

UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

KARYA INOVASI BIDANG OPERASI

JUDUL

PENAMBAHAN ELECTRIC VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL FEEDER


UNTUK MENANGANI BLOCKING BATUBARA

DISUSUN OLEH :

1. DWI HUNARTO NIP: 901141264I

2. CHASBULAH NIP: 149012170B

3. ADITYA FIRMANSYAH NIP: 149512880B

PT. INDONESIA POWER

UNIT JASA PEMBANGKITAN PLTU 2 JATENG ADIPALA


CILACAP
2016

i
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA INOVASI

JUDUL

PENAMBAHAN ELECTRIC VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL FEEDER


UNTUK MENANGANI BLOCKING BATUBARA

OLEH :

TIM INOVASI

1. DWI HUNARTO NIP: 901141264I

2. CHASBULAH NIP: 149012170B

3. ADITYA FIRMANSYAH NIP: 149512880B

CILACAP, OKTOBER 2016

DISAHKAN OLEH : DIPERIKSA OLEH :


MANAGER OPERASI SPS OPERASI UNIT REGU B

( KUKUH PAMBUDI ) ( LASMOKO )

ii
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : DWI HUNARTO

Jabatan : Operator Control Room Regu B

NIP : 901141264I

2. Nama : CHASBULAH

Jabatan : Operator Ground Floor Regu B

NIP : 149012170B

3. Nama : ADITYA FIRMANSYAH

Jabatan : Operator Turbin Regu B

NIP : 149012170B

Dengan ini menyatakan bahwa Inovasi kami yang berjudul PENAMBAHAN ELECTRIC
VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL FEEDER UNTUK MENANGANI BLOCKING
BATUBARA adalah merupakan Karya inovasi baru yang original dan belum pernah
dibuat sebelumnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Mengetahui

Manager Operasi Inovator 1

( KUKUH PAMBUDI) ( DWI HUNARTO )

Inovator 2

( CHASBULAH )

Inovator 3

iii
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

( ADITYA FIRMANSYAH )

PERNYATAAN IMPLEMENTASI
1. Nama : DWI HUNARTO
Jabatan : Operator Control Room Regu B
NIP : 901141264I
2. Nama : Aditya Firmansyah
Jabatan : Operator Lokal Turbin Regu B
NIP : 149512880B
3. Nama : CHASBULAH
Jabatan : Operator Lokal Ground Floor Regu B
NIP : 149512240B

menyatakan bahwa karya inovasi berjudul:


PENAMBAHAN ELECTRIC VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL
FEEDER UNTUK MENANGANI BLOCKING BATUBARA
Siap diimplementasikan di Unit Jasa Pembangkitan PLTU Jateng 2 Adipala.
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya disampaikan terimakasih.
Cilacap, Oktober 2016

Mengetahui INOVATOR
MANAGER ENGINERING

(DWI HUNARTO)
( M ARIEF RAHMAN )

GENERAL MANAGER ( ADITYA FIRMANSYAH )

( MULYADI )

iv
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

( CHASBULAH )

ABSTRAK

Pembangkit Listrik Tenaga Uap menggunakan batubara sebagai bahan bakar


utama untuk keperluan operasi unit. Tahapan awal proses transfer batubara dimulai
dari coal yard menuju crusher untuk dihancurkan dengan tujuan agar didapat
batubara dengan ukuran yang lebih kecil. Selanjutnya batubara akan ditransfer
menuju coal bunker sebelum diumpankan ke mill.
Batubara masuk melalui inlet coal feeder sebelum diumpankan ke mill untuk
dihaluskan hingga ukuran tertentu. Proses transfer batubara dari coal bunker
menuju ke mill dilakukan secara kontinyu sesuai kebutuhan unit. Untuk itu
kehandalan sistem ini sangat berpengaruh terhadap kehandalan unit. Outlet coal
feeder merupakan bagian yang paling rawan dalam sistem ini sehingga dibutuhkan
perhatian khusus agar tidak terjadi blocking yang dapat mengganggu kehandalan
unit. Pada coal bunker PLTU Adipala dilengkapi dengan air canon yang digunakan
untuk mendorong batubara pada inlet coal feeder yang diharapkan dapat
meminimalisir blocking pada coal feeder.
Pada Outlet Coal Feeder menuju ke Mill, tidak terdapat fasilitas air canon
sehingga sangat rawan terjadi blocking batubara di area ini. Ditambah dengan
lokasi yang sangat sulit di jangkau semakin menambah kendala penanganan
blocking secara manual oleh operator.
Penambahan vibrating feeder untuk mengatasi blocking pada outlet coal
feeder memberikan banyak manfaat dan keuntungan antara lain lebih efektif,
efisien, menghemat tenaga kerja, menghemat waktu kerja, mengurangi dampak
resiko terjadinya kecelakaan kerja serta dapat meningkatkan kehandalan unit
terutama dalam respon naik turun beban.

v
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr-Wb
Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua
sehingga kami dapat meyelesaikan makalah karya inovasi ini yang berjudul
“PENAMBAHAN ELECTRIC VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL FEEDER
UNTUK MENANGANI BLOCKING BATUBARA ”
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukunganya dari awal
sampai akhir proses pembuatan karya inovasi ini.
Kami sangat menyadari bahwa karya inovasi ini masih bayak memiliki
kekurangan – kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya inovasi ini.
Akhirnya kami berharap agar karya inovasi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Cilacap, Oktober 2016

Penyusun

vi
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................V

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….vi

DAFTAR ISI................................................................................................VII

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................VIII

DAFTAR TABEL............................................................................................IX

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................2

1.3 Maksud dan Tujuan Inovasi........................................................2

1.4 Ruang Lingkup...........................................................................2

1.5 Metodologi................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................4

2.1 Coal Firing System......................................................................4

BAB III PEMBAHASAN INOVASI.....................................................................14

3.1 Uraian Masalah.........................................................................14

3.2 Analisa Masalah........................................................................16

3.3 Proses Perancangan Electric Vibrating Feeder..............................17

BAB IV MANFAAT INOVASI DAN ANALISA RESIKO..........................................19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22

LAMPIRAN...................................................................................................23

BIODATA PENULIS......................................................................................24

vii
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 indikasi trip pada Mill..................................................................17

Gambar 3.2 Proses mendorong batubara ke Mill.............................................15

Gambar 3.3 Batang besi yang digunakan untuk mendorong batubara..............15

Gambar 3.5 Perencanaan pemasangan Electric Vibrating Feeder......................18

viii
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Decision matrix analisys.................................................................16

Tabel 4.3 Hasil mitigasi resiko inovasi............................................................20

ix
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada beberapa tahapan dalam proses transfer batubara dari coal bunker
sampai digunakan sebagai bahan bakar utama. Pada tahapan awal, batubara
dari coal yard maupun dari tongkang ditransfer menuju crusher yang bertujuan
untuk menghancurkan batu bara dengan ukuran besar sehingga didapat
batubara dengan ukuran yang lebih kecil untuk selanjutnya batubara ditransfer
menuju coal bunker. Dari coal bunker batubara akan diumpankan ke mill
menggunakan coal feeder dan dihaluskan di mill sebelum siap untuk digunakan
sebagai bahan bakar utama.
Dalam kondisi tertentu, seringkali kali batubara yang sampai ke Coal
Feeder memiliki kualitas yang kurang bagus, baik itu dari segi nilai kalor yang
jelek maupun kondisi batubara yang sangat basah. Hal ini sangat berpengaruh
pada kinerja Coal Feeder dan Mill, dimana seringkali terjadi kasus blocking
batubara pada outlet Coal Feeder yang harus mengakibatkan Stop Mill.
Tidak seperti pada inlet Coal Feeder yang terdapat fasilitas air cannon,
pada Outlet Coal feeder PLTU Adipala tidak terdapat fasilitas air cannon maupun
akses untuk memudahkan penanganan blocking secara manual.
Apabila terjadi keterlambatan penanganan blocking pada outlet coal feeder
maka akan berdampak pada kehandalan unit dikarenakan tidak dapat memenuhi
permintaan beban dari dispatcher. Kehilangan beban yang diakibatkan oleh satu
mill adalah 20% dari DMN atau sekitar 130 MW yang akan sangat mengganggu
jaringan apabila tidak segera diatasi dan ini juga dapat mengurangi reputasi unit
terhadap dispatcher dikarenakan unit tidak dapat memenuhi permintaan beban
dari dispatcher.

1
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang ditimbulkan dari blocking pada sisi outlet coal feeder :
1. Mengakibatkan Mill Trip
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses penanganan blocking dan
cleaning pada Mill yang mengakibatkan derating dengan daya yang besar.
3. Mengurangi kepercayaan dispatcher dalam pemenuhan beban yang diminta
oleh P2B.
4. Mengurangi penilaian operasi unit.

1.3 Tujuan Inovasi


Adapun Tujuan dan target yang ingin dicapai dari inovasi “PENAMBAHAN
VIBRATING FEEDER PADA OUTLET COAL FEEDER UNTUK MENANGANI
BLOCKING BATUBARA” adalah :
1. Mencegah terjadinya blocking pada outlet coal feeder.
2. Meminimalisir jumlah operator dalam penanganan blocking pada outlet
coal feeder.
3. Mempercepat proses penanganan blocking pada outlet coal feeder.
4. Mencegah terjadinya trip pada Mill.
5. Menjaga kepercayaan dispatcher dengan cara menjaga kehandalan
unit.
6. Mempermudah proses naik turun beban.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup inovasi ini adalah proses feeding / umpan batubara dari coal
feeder ke Mill.

2
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

1.5 Metodologi
Metode penelitian penulisan ini antara lain:
1. Observasi
Dilakukan pengamatan dan pemeriksaan kondisi aktual dilapangan.
2. Interview
Dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dan
berkompeten dengan materi penulisan ini.
3. Pengumpulan data
Dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data-data yang
berhubungan materi penulisan ini.
4. Perancangan
Dilakukan perancangan desain alat melalui aplikasi software microsoft
visio..

3
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Coal Firing System

Coal firing system ialah suatu system pengkondisian bahan bakar batu bara
yang berfungsi untuk mengkondisikan batu bara sebagai bahan bakar utama
yang ada didalam silo penampung batu bara menuju ruang bakar dalam proses
pembakaran di dalam ruang furnace.

Karena bahan bakar utama adalah batu bara maka akan di berikan sedikit
ulasan tentang spesifikasi batu bara dalam hal keterkaitanya dengan
pengoperasian dan pemeliharaan pltu. Adapun spesifikasi batu bara antara lain:

1. Moisture Content ( kandungan air) : Yaitu kandungan air dalam batu


bara yang menyebabkan batu bara menjadi basah, pengoperasian batu
bara yang basah akan menurunkan temperature mill outlet ( settingan
550C – 650C ). Untuk mengatasi hal ini maka hot air yang dibutuhkan
akan semakin banyak dan juga penyerapan panas di daerah radiasi akan
berkurang dan penyerapan panas di daerah konveksi bertambah,
temperature main steam akan semakin tinggi sehingga dilakukan spray
untuk menurunkannya, secara keseluruhan effisiensi pembangkit akan
menurun.
2. Ash content ( kandungan abu) : Sisa pembakaran dalam boiler dapat
menghasilkan bottom ash 20% dan fly ash/abu terbang 80% dari total
abu yang dihasilkan. Jika kandungan abu dalam batu bara meningkat
maka akan mengakibatkan jumlah kedua hal tersebut akan meningkat
pula. Hal ini mengakibatkan meningkatnya keausan dan kerusakan pada
peralatan ash handling dan biaya pemeliharaan akan tinggi.

4
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

3. Calorific value ( nilai kalor ) : pengaruh nilai kalor akan terlihat


langsung pada pemakaian batu bara untuk menghasilkan listrik ( SFC=
specific fuel consumption) kg/kwh. Nilai kalor tinggi maka nilai SFC akan
rendah dan juga sebaliknya nilai kalor rendah maka nilai SFC akan tinggi.
Bertambah/berkurangnya batu bara yang akan digunakan akan
mempengaruhi kecepatan coal feeder, perbandingan kecepatan coal
feeder dan laju aliran udara primer akan mempengaruhi combustion
control. Pada kondisi normal (nilai kalor sesuai standat) kecepatan coal
feeder 80 – 90%, tetapi bila nilai kalor kurang dari standat maka
kecepatan coal feeder akan melebihi 90%, hal ini mempengaruhi
combustion control dan beban maksimum tidak tercapai.

4. Hardgrove grindibility index ( HGI ) : Yaitu nilai kekerasan dari batu


bara yang digunakan, jika nilai HGI rendah maka batu bara akan keras
dan sulit di giling , hal ini mengakibatkan unjuk kerja, biaya pemeliharaan
dan kebutuhan pemakaian listrik motor mill tinggi.

Batubara dari silo penampung melalui Coal Feeder di isikan ke Pulverizer


untuk proses penghalusan (kehalusan 200 mesh) dengan jumlah / rate sesuai
dengan kebutuhan beban yang dibangkitkan unit pembangkit. Pemakaian batu
bara tiap-tiap Pulverizer dicatat melalui Totalizer pada panel operasi Pulverizer di
display lokal panel coal feeder, batu bara dari Pulverizer disalurkan ke Boiler
(proses pembakaran) dengan bantuan udara primer dari Primary Air Fan melalui
coal pipe dan berakhir di coal nozzle pada 4 corner pada elevasi yang sama
untuk satu pulverizer.

Di PLTU Adipala sendiri terdapat 6 unit Pulverizer dan pada boiler dan
terdapat 6 elevasi coal burner (elevasi A, B, C, D, E dan F). Pada Pulverizer,
batubara atau material lain (kayu, batu, besi dll) yang tidak bisa digerus akan
dikeluarkan dari pulverizer melalui elbow pyrite yang sebelumnya telah disapu
oleh scrapper dan ditampung pada pyrites hopper untuk selanjutnya dibuang ke
bottom ash hopper.

5
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Peralatan utama pada coal firing system ini adalah:

1. Coal silo.

Berfungsi menampung batubara untuk operasi harian setiap saat, sehingga


kesiapan unit pembangkit untuk bisa beroperasi sesuai kebutuhan pembebanan
terjaga dengan baik. Bentuk Silo seperti corong yang dilengkapi dengan slide
gate ( slide untuk membuka tutup discharge silo yang menuju coal feeder ),
raper/hammer penggetar ( digunakan untuk mencegah terjadinya plugging pada
dinding silo ) dan sensor nuklir untuk mengukur level silo. Di unit paiton terdapat
5 buah coal silo dengan kapasitas masing- masing 560 ton.

2. Gravimetric Coal feeder.

Coal feeder berfungsi untuk mengatur laju aliran batubara yang akan digiling
pada pulverizer sesuai dengan kebutuhan bahan bakar akibat pembebanan unit
pembangkit. Batu bara dari silo dialirkan ke feeder melalui belt feeder bergerak
yang ada di dalam coal feeder dengan kecepatan yang terkontrol dengan respon
dari sinyal pengaturan pembakaran di dalam boiler, selanjutnya batu bara
tersebut di alirkan ke pulverizer melalui centre discharge pipe di discharge feeder
yang menuju ke ruang mill.

Bagian-bagian coal feeder antara lain:

 Badan coal feeder ( body coal feeder )


 Pipa saluran masuk batu bara ( inlet pipe )

 Pipa keluaran batu bara ( discharge pipe )

 Rubber belt feeder

6
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

 Motor drive belt feeder

 Driven pulley

 Take up pulley ( puli pengencang )

 Tension pulley

 Clean out scrapper

 Belt scrapper

 Load cell modulate

 Belt motion

 Roller shaft

 No coal switch

Dalam system operasinya di butuhkan kalibrasi, kalibrasi coal feeder


dilakukan setelah feeder beroperasi satu bulan dari operasi awal, setiap enam
bulan berikutnya dan setiap adannya kejadian seperti pergantian belt,
pengaturan weight roller atau penggantian pada load cell modul, CPU board atau
pada microprocessor chip.

Coal feeder juga dilengkapi dengan system pengaman selama operasi bila
terjadi gangguan yang berupa signal alarm:

 Alarm no 1: sensor convert out range. Load cell/kabel load cell tidak
berfungsi, kemungkinan pada koneksi modul analog.
 Alarm no 2: sensor tidak ada converting. Alarm no 2 ini identik dengan
alarm no 1, modul load cell tidak berfungsi.

 Alarm no 3: sensor loose of tacho feeed back. Rangkaian elektronik tidak


dapat mendeteksi putaran motor, motor tetap bisa digunakan secara
mekanik tapi tidak bisa dioperasikan dalam mode LOCAL atau REMOTE.

 Alarm no 5: sensor EE prom write error. U43 tidak befungsi, bisa terjadi
karena alat atau perangkat lunaknya.

7
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

 Alarm no 7: sensor feeder discharge plugged. Sensor berupa stick di


discharge feeder tersumbat.

 Alarm no 8: motion belt in local/calibration. Identik dengan alarm no 4,


terganggunya sinyal pendeteksi gerakan belt.

 Alarm no 11: motor starter fault. Rangkaian elektronik motor penggerak


belt tidak tersambung atau tidak menerima perintah.

 Alarm no 4: sensor belt motion time out. Pendeteksi gerakan belt tidak
bekerja.

 Alarm no 6: sensor loose of power electrical. Feeder kehilangan supply


kelistrikan.

 Alarm no 9: remote TCI error. Sinyal data penghitung total material


hilang.

 Alarm no 10: feed rate error. Setting permintaan / demand feedrate tidak
terpenuhi.

3. Coal Pulverizer ( Mill ).

Coal pulveizer berfungsi untuk menggerus batu bara yang disupplay dari coal
feeder dengan kehalusan 200 mesh ( yang akan di saring oleh clasifier di dalam
mill ) dan selanjutnya serbuk batu bara tersebut di transportasikan ke tiap2
korner di elevasi yang sama dengan bantuan udara primer. Untuk material batu
bara yang kehalusanya kurang dari 200 mesh atau tidak dapat ter gerus dan
material berupa batu, besi kayu, dll akan dibuang melalui reject hopper yang
akan di bersihkan oleh scrapper. Di dalam mill sendiri terdapat grinding roll untuk
menggerus batu bara yang sudah terumpan dalam sebuah bowl berputar yang di
gerakkan oleh motor listrik dengan daya 600kW, 3 kV, 114 amp nominal.

Untuk pelumasan pada mill menggunakan aliran pelumas sirkulasi bertekanan


yang digerakkan oleh pumpa yang akan melumasi bagian-bagian mill
diantaranya: gear box motor, bearing-bearing motor. Karena temperature udara
primer yang ada di dalam mill mencapai 200 0C dan bercampur serbuk batu bara

8
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

yang mudah terbakar, maka untuk mencegah terjadinya internal combustion di


dalam mill terdapat inerting steam ( pressure 70 psi ) dan clearing steam
( pressure 140 psi) untuk mencegah terjadinya internal combustion di dalam mill.

System proteksi untuk mill anatara lain:

 Feeder trip.
 Master fuel trip.

 Pressure mill seal air fan low < 8 inWC.

 Temperature lube oil gear box high= 60 0C, low <350C.

 Temperature oil tank low= < 300C, high > 700C ( lube oil pump
trip ).

 Pressure lube oil low= <0.9 bar ( alarm ), < 0.7 bar ( trip ).

 Lube oil flow low = < 125 lpm.

 Differensil pressure filter high >/ 1.4 bar.

 Temperature bearing motor high = 70 0C ( alarm ), 750C ( trip ).

4. Coal Pipe.

Pulverize ( bubuk batubara ) hasil penggilingan di dalam Mill dihembuskan


dengan udara panas dari primary air sistem melalui coal pipe ini. Tiap mill
terdapat 6 buah coal pipe yang masing-masing akan menuju ke 6 burner di
elevasi yang sama, pada line coal pipe ini terdapat discharge valve pada tiap-tiap
coal pipe yang berfungsi untuk membuka tutup aliran serbuk batu bara yang
keluar dari mill serta terdapat shut-off gates yang terletak diujung coal pipe pada
corner berfungsi membuka tutup aliran serbuk batu bara yang akan di masukkan
ke dalam ruang pembakaran. Didalam sepanjang coal pipe ini juga dilapisi
semacam keramik, hal ini bertujuan mengurangi faktor gesekan antara dinding
pipa dan serbuk batu bara secara langsung sehingga sanggat berpotensi

9
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

menimbulkan kebakaran dalam line coal pipe tersebut selain itu pemasangan
keramik di dalam coal pipe juga untuk memperlancar aliran batu bara karna
koefisien gesekan semakin kecil.

5. Coal Nozzle.

Fungsi dari coal nozzle adalah mencampur udara sekunder dengan batubara
dan udara primer yang kemudian akan dilakukan pembakaran di dalam ruang
bakar. Arah coal nozzle bisa digerakkan 30 0 ke bawah dan 300 ke atas oleh tilting
untuk pengaturan temperature serta pressure main steam agar tercapai sesuai
set poin. Bila coal nozzle ini mengalami kerusakan maka proses pencampuran ini
akan kurang sempurna sehingga pembakaran kurang bagus.

6. Primary Air System.

Fungsi dari primary air system dalam hal ini adalah menyediakan udara
dengan maksud:

 Mengeringkan batubara row yang digiling dalam Mill sehingga


memudahkan proses penggilingan menjadi pulverize ( batubara
serbuk ) agar mudah ditransportasikan ke ruang bakar boiler.
 Sebagai media untuk transportasi pulverize hasil penggilingan dalam
mill menuju ke ruang pembakaran boiler.

 Menyumbangkan udara pembakaran 30% dari kebutuhan udara


pembakaran.

 Serta inlet suction mill seal air fan.

Bagian- bagian dari primary air system antara lain meliputi:

PA FAN

10
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Berfungsi untuk menghasilkan udara primer yang digunakan untuk proses


primary air system, suplay udara pembakaran dilakukan oleh dua fan yang
digerakkan oleh motor listrik dengan daya daya 1650 HP, tegangan input 3 kV,
arus nominal 275 A dan putaran nominal 1488 rpm.

Pengaturan Jumlah aliran Udara dilakukan pada Sisi Inlet oleh damper
dengan pembukaan secara Variable. Sedangkan Damper Outlet diperlukan untuk
menutup rapat agar PA Fan tidak memutar balik apabila tidak Running dan
untuk pengamanan apabila ada program pemeliharaan / Perbaikan.PA Fan
mempunyai kapasitas 2 x 50 %, bisa operasi satu sisi bila salah satunya ada
perbaikan.

Sistem proteksi untuk PA Fan antara lain:

 Loss of flow path


 Air heater stop

 Lube oil failure ( alarm low pressure =0.8 kg/cm 2, trip=0.5kg/cm2)

 Vibrasi high ( alarm=3 mm/s, trip=9 m/s)

 Temperatur bearing high ( alarm=650C, trip=700C)

 Low flow oil = < 19 lpm

 Electric failure.

Steam Coil Air Heater.

Steam coil berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada udara supaya
temperatur pada sisi cold end PAH tetap terjaga lebih besar dari 90º C. Sisi cold
end adalah sisi dari PAH tempat udara primer masuk dan flue gas keluar. Ini
untuk menghindari terjadinya dew point kandungan sulfur yang terdapat dalam
batubara. Apabila dew point tercapai maka sulfur akan menyublim yang akan
berakibat timbulnya korosi pada elemen-elemen pemanas PAH. Media pemanas

11
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

steam coil adalah auxiliary staem dengan pressure steam saat masuk = 10.3 bar
dan temperatur 1840C.

Air Preheater ( APH ).

Air Preheater adalah pemanas lanjut setelah steam coil air heater, air
preheater berfungsi untuk memberikan pemanasan pada udara primer sebelum
digunakan untuk mengeringkan batu bara dan transportasi batubara ke ruang
bakar. Media pemanasnya adalah flue gas setelah melewati economizer untuk
memanaskan feed water. Tipe APH adalah lyungstrom (regenerative air heater)
bisector atau terdiri dari 2 sector elemen yaitu hot elemen dan cold elemen dan
berputar dengan digerakkan oleh motor listrik menggunakan reducer gear. PAH
terletak di tengah saluran udara primer dan saluran flue gas yang alirannya
saling berlawanan. Saat elemen pemanas berada pada sisi aliran flue gas,
elemen menerima panas yang dibawa oleh flue gas kemudian berputar dan pada
saat elemen berada pada sisi aliran udara primer maka udara akan melewati
elemen pemanas dan mengambil panas yang dibawa sehingga temperatur
elemen akan turun dan berputar lagi melewati sisi aliran flue gas untuk
mengambil panas dari flue gas, begitu seterusnya.

Primary Air Duct.

Primary air duct ini adalah saluran untuk meneruskan udara primer yang
dihembuskan dari PA fan, terdapat 2 saluran untuk primari air ini.

 Hot Air duct : yaitu saluran untuk udara primer dimana udara
tersebut setelah dipanaskan terlebih dahulu oleh PAH.
 Cold Air duct : yaitu saluran untuk udara primer dimana udra
tanpa melewati/ di panaskan oleh PAH.

Kedua saluran udara (hot air& cold air) tersebut nantinya akan dpertemukan
dan dilakukan percampuran sebelum masuk ke ruang mill dengan mengatur
bukaan dari slide gate valve ( hot air gate & cold air gate ), percampuran kedua

12
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

saluran udara tersebut bertujuan untuk menjaga temperatur outle mill


( settingan 500C – 650C).

7. Mill Seal Air Fan.

Karena primary air dan pulverizer bertekanan positif, maka untuk mencegah
terjadinya kontaminasi debu batu bara atau debu kotoran pada perlengkapan di
dalam mill seperti pulverizer jurnal, pulverizer spring housing dan pulverizer gear
box. Maka Mill seal air fan berfungsi untuk keadaan tersebut yaitu untuk
mengseal perlengkapan tersebut dari debu atau kotoran batu bara agar
perlengkapan tersebut dapat bekerja optimal.

Untuk supply udara sendiri di ambil dari primari air sisi cold air, mill seal air
fan digerakkan oleh motor berkapasitas 380 volt, terdapat dua buah motor
dipasang paralel dengan satu operasi dan satu stand by.

2.2 Electric Vibrating Feeder

Vibrating Feeder merupakan perangkat yang menggunakan getaran untuk


“feed” atau pengorientasian suatu bahan atau material dalam suatu proses
tertentu. Pengumpan getaran menggunakan prinsip getaran dan gravitasi untuk
memindahkan material dalam hal ini adalah batubara. Gravitasi digunakan untuk
menentukan arah, baik ke bawah, atau ke samping, lalu getaran digunakan
untuk memindahkan batubara. Batubara yang diorientasikan dalam pengumban
getaran ini merupakan bahan atau material kering, maksudnya tidak berbentuk
cairan, yang tidak dapat bergerak tanpa adanya bantuan getaran.

Bentuk pengumpan getaran umumnya berbentuk kerucut. Batubara akan


dimasukkan dari atas secara acak dan dengan bantuan getaran akan keluar satu
per satu di bagian bawah. Gravitasi akan menarik batubara ke bagian bawah
pengumpan dimana mereka dapat keluar menuju coal feeder. Setelah jumlah
batubara yang dikehendaki telah terpenuhi, maka pengumpan akan berhenti
sampai ada indikasi no coal on the belt. Dengan cara ini vibrating dapat secara
otomatis beroperasi pada saat ada indikasi no coal on the belt.

13
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

BAB III. PEMBAHASAN INOVASI

3.1 Uraian Masalah


Kualitas batubara dengan kalori rendah ditambah dengan kondisi batubara
yang basah menjadikan batubara yang masuk ke dalam coal feeder dan Mill
sangat rawan terjadi blocking, terutama di outlet coal feeder sebelum masuk ke
Mill.
Pada sepanjang line outlet coal feeder menuju Mill, belum tersedia fasilitas
air cannon untuk mengurai batubara ditambah dengan tidak adanya akses untuk
penanganan blocking secara manual, semakin mempersulit operator dalam
menangani blocking pada outlet coal feeder.

14
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Saat terjadi blocking pada outlet coal feeder, supply batubara menuju Mill
akan berkurang sehingga temperature didalam Mill akan cenderung naik. Jika hal
ini di biarkan dan blocking pada outlet coal feeder semakin parah, dapat
menyebabkan Mill trip dari indikasi “ Outlet Temperature > 75ºC”.

Gambar 3.1 indikasi trip pada Mill

Proses penanganan saat terjadi blocking pada outlet coal feeder yaitu
dengan cara membuka manhole pada coal feeder dan memasukan batang besi
sepanjang 6 meter yang sudah dipasang selang hydrant pada bagian ujungnya
kedalam line outlet coal feeder. Batang besi tersebut berfungsi mendorong
batubara menuju Mill dengan bantuan air hydrant. Setelah batubara terdorong
ke Mill dan sudah dipastikan tidak ada sisa batubara pada line outlet coal feeder,
proses selanjutnya adalah membersihkan batubara didalam Mill secara manual.

15
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Gambar 3.2 proses mendorong batubara ke Mill

Gambar 3.3 batang besi yang digunakan untuk mendorong batubara

3.2 Analisa Masalah

Dari uraian masalah terjadi nya blocking pada outlet coal feeder maka
dapat ditemukan akar permasalahannya, yaitu karena kualitas batubara yang
kurang bagus dan basah serta penanganan blocking yang lama dan
membutuhkan banyak tenaga.

Alternatif solusi dari masalah yang ada diantaranya adalah :

16
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

- Alternatif solusi 1 yaitu menambahkan electric vibrating feeder

- Alternatif solusi 2 yaitu menambahkan air cannon

Untuk menentukan alternative solusi mana yang akan dipilih, akan


dilakukan dengan metode decision matrix berikut :

Tabel 3.1 Decision Matrix Analisys


ALTERNATIF SOLUSI 1 ALTERNATIF SOLUSI 2
ITEM BOBOT
SCORE (BOBOT X SCORE) SCORE (BOBOT X SCORE)
SAFETY 5 2 10 3 15
COST 4 3 12 2 8
TIME 3 3 9 2 6
COMPETENCY 2 2 4 1 2
TOTAL 35 31
Catatan: Bobot = 1 – 5 (low to high) dan Score = 1 – 3 (bad to good)

Kesimpulan dari hasil decision matrix diatas dengan membandingkan dua


alternative solusi berdasarkan empat item penilaian ( safety, cost, time dan
competency) yang diukur berdasarkan bobot dan score penilaian dari masing-
masing item, maka didapat hasil total (bobot x score) tertinggi adalah alternative
solusi nomor satu yaitu menambahkan electric vibrating feeder dengan
total nilai 35 (tiga puluh lima), selisih 4 point dengan alternative nomor dua
menambahkan Air Cannon.

3.3 Proses Perancangan Electric Vibrating Feeder

Electric Vibrating Feeder merupakan alat yang berfungsi memberikan


getaran horizontal yang akan membuat batubara turun dari outlet coal feeder
menuju Mill sehingga dapat mencegah terjadinya blocking pada sisi outlet coal
feeder.

Electric vibrating feeder terdiri dari motor feeder yang berfungsi untuk
membuat getaran dengan amplitudo yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

17
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

spring yang berfungsi untuk mengarahkan getaran motor dari segala arah agar
bisa terpusat pada bagian yang diinginkan.

Gambar 3.4 Electric Vibrating Feeder

Proses perancangan Electric Vibrating Feeder dilakukan dengan


menggunakan software Microsoft Visio untuk membantu mempermudah dalam
proses pemasangan Electric Vibrating Feeder.

Dengan mempertimbangkan aspek keamanan dan kehandalan peralatan,


pemasangan satu Electric Vibrating Feeder dirasa sudah cukup untuk mencegah
terjadinya blocking pada outlet coal feeder. Electric Vibrating Feeder dipasang
ditengah tengah antara MOV outlet coal feeder dengan Mill.

18
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Posisi Electric Vibrating


Feeder pada outlet coal
feeder

Gambar 3.5 Perancangan pemasangan Electric Vibrating Feeder

BAB IV MANFAAT INOVASI DAN ANALISA RESIKO

Manfaat dari inovasi penambahan electric vibrating feeder ini dapat


dikelompokkan menjadi dua manfaat, yaitu manfaat finansial dan non finansial.

4.1 Manfaat Finansial

19
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Adapun manfaat finansial yang didapatkan dari penambahan electric


vibrating feeder adalah sebagai berikut:
Kerugian yang ditimbulkan jika gangguan akibat blocking dengan proses
perbaikan peralatan dan penanganan secara manual membutuhkan waktu 3
jam, maka kerugian akibat derating 130 MW (derating 20%) operasi selama 3
jam dengan estimasi nilai 1 kWh adalah Rp 600,- :
Waktu recovery : 3 jam
Derating (MW) : 130 MW = 130.000 kW
Estimasi nilai 1 kWh : Rp. 600,-
Perhitungan : 3 x 130.000 x 600 = Rp. 234.000.000 ,-
Jadi dengan inovasi ini dapat menghindari kerugian yang terjadi akibat blocking
dengan nilai kurang lebih Rp. 234.000.000,-

4.2 Manfaat Non Finansial

Adapun manfaat non finansial yang diperoleh dari adanya inovasi ini
adalah:
1. Mencegah terjadinya blocking batubara pada outlet coal feeeder
2. Menjaga kehandalan sistem bahan bakar serta mendukung kehandalan unit.
3. Mengurangi dampak resiko keselamatan dan kecelakaan.
4. Mempercepat respon naik turun beban.
5. Menjaga kepercayaan dispatcher.
6. Ikut menjaga citra perusahaan dimata user.

4.3 Analisa Resiko


Untuk mengetahui resiko penerapan inovasi penambahan electric vibrating
feeder maka perlu dilakukan kajian mitigasi resiko.

Tabel 4.3 Hasil Mitigasi Resiko Inovasi

No Sasaran Sumber Risiko Rating Mitigasi Setelah


Risiko Akibat mitigasi

20
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

1 Bidang
Strategis

Desain alat tidak


sesuai dengan  Dilakukan kajian terhadap
spesifikasi kondisi dan media kerja
S1 Desain alat Internal Tinggi Rendah
sehingga alat alat sehingga spesifikasi
tidak dapat material dan alat sesuai.
difungsikan

2 Bidang
Operasional

Operator tidak  Dilakukan training


Kompetensi memahami penggunaan alat
O1 Internal Ekstrem Rendah
Operator instruksi kerja  Dibuatkan instruksi kerja
peralatan alat

 Disiapkan Alat pelindung


diri yang memadai
Operator  Disiapkan masker untuk
O2 Safety Internal mengalami Ekstrem partikel batubara Rendah
kecelakaan kerja  Dilakukan pelatihan
operator untuk bekerja
aman

3 Bidang
Finansial

 Dilakukan pencarian
harga spare part yang
lebih murah diluar kota
atau dengan pembelian
online.
Pemeliharaan
F1 Harga spare part  Melakukan pabrikasi spare
Electric Eksternal Tinggi Rendah
dipasaran naik part sendiri di workshop
Vibrating feeder
pembangkit
 Mengganti jenis spare
part yang sama dengan
kualitas yang lebih
rendah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan inovasi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

21
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

1. Dengan dilakukannya inovasi ini dapat mencegah terjadi nya blocking pada
outlet coal feeder serta mempercepat respon pembangkit terhadap request
dispatcher.
2. Menghemat jumlah tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
3. Resiko akibat penerapan inovasi ini telah dimitigasi, sehingga dampaknya
dapat diturunkan serendah mungkin dan layak untuk dilakukan.
4. Inovasi ini juga dapat diterapkan juga di unit kerja lainnya, disesuaikan
dengan kondisi kerja masing-masing

5.2 Saran
Dengan sistem dan kondisi kerja yang sama di setiap unit PLTU, maka
inovasi ini juga dapat diterapkan di unit PLTU lainnya dengan penyesuaian
kondisi kerja masing-masing dengan tujuan dapat meningkatkan kehandalan
system bahan bakar dan juga kehandalan unit.

DAFTAR PUSTAKA

CNTIC, Design Manual Pullverizer System, PLTU 2 Jateng Adipala, HangZhou,


2012

22
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

CNTIC, Design Manual Coal Bunker System, PLTU 2 Jateng Adipala, HangZhou,
2012

CNTIC, Operation Manual Coal Feeder System, PLTU 2 Jateng Adipala,


HangZhou, 2012

LAMPIRAN GAMBAR

23
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

Gambar tampilan DCS Mill system

Gambar data ganguan blocking pada outlet coal feeder

BIODATA PENULIS

24
UJP PLTU 2 JATENG ADIPALA

1. Nama : Dwi Hunarto


NIP : 901141264I
Jabatan : Operator Control Room Regu B
No. HP : 081226645929
Bidang : Operasi
Pendidikan : SMK Teknik Mesin

2. Nama : Aditya Firmansyah


NIP : 149512880B
Jabatan : Operator Lokal Turbin Regu B
No. HP : 08562603803
Bidang : Operasi
Pendidikan : SMK Teknik Listrik

3. Nama : Chasbulah
NIP : 149012170B
Jabatan : Operator Ground Floor Regu B
No. HP : 085719721750
Bidang : Operasi
Pendidikan : SMK Teknik Otomotif

25

Anda mungkin juga menyukai