Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Pengertian Sistem:

Sistem adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks yang lebih umum, sistem mengacu pada suatu struktur atau tata cara yang teratur
yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan, atau mengelola suatu proses atau aktivitas.

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan
yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set
entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata “sistem” banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi
maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem
adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.

Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “sustēma” yang artinya adalah himpunan
bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.

2.2 Pengertian Akuntansi:

Akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengukuran, pengungkapan, dan
penyajian informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomi. Tujuan utama akuntansi adalah
untuk memberikan informasi yang relevan, dapat diandalkan, dan bermanfaat kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Akuntansi, sebagai sebuah disiplin ilmu, berperan penting dalam dunia bisnis dan ekonomi
karena kemampuannya untuk merekam dan menganalisis aktivitas keuangan. Setiap transaksi
keuangan yang terjadi dalam sebuah entitas ekonomi, seperti perusahaan, organisasi nirlaba, atau
bahkan pemerintah, direkam dan diolah dalam sistem akuntansi. Proses ini melibatkan berbagai
prinsip dan aturan yang dirancang untuk memastikan bahwa informasi yang dihasilkan adalah
akurat dan konsisten.

Salah satu aspek utama akuntansi adalah pengukuran. Ini mencakup penilaian dan perhitungan
nilai aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya. Pengukuran yang tepat adalah dasar untuk
memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan kondisi keuangan entitas secara akurat.
Misalnya, dalam mengukur aset, akuntansi perlu memperhitungkan berbagai faktor seperti
depresiasi dan amortisasi untuk memastikan nilai aset yang disajikan sesuai dengan kenyataan.

Selain pengukuran, pengungkapan adalah elemen penting dalam akuntansi. Pengungkapan


mengacu pada penyediaan informasi yang relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
seperti investor, kreditor, dan pemerintah. Pengungkapan ini dilakukan melalui laporan keuangan
dan catatan tambahan yang memberikan detail lebih lanjut tentang angka-angka dalam laporan
keuangan. Prinsip transparansi adalah dasar dari pengungkapan, memastikan bahwa informasi
disampaikan dengan cara yang dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan.

Akuntansi juga berkaitan dengan penyajian informasi. Penyajian mencakup cara informasi
disusun dan disampaikan dalam laporan keuangan. Standar akuntansi, seperti Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), memberikan
pedoman tentang bagaimana laporan keuangan harus disusun. Penyajian yang baik
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk dengan cepat memahami informasi yang
penting bagi pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan akhir dari akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang relevan, dapat diandalkan,
dan bermanfaat kepada para pemangku kepentingan. Informasi ini digunakan dalam berbagai
konteks, mulai dari pengambilan keputusan bisnis, evaluasi kinerja perusahaan, hingga
penentuan strategi investasi. Dengan akuntansi yang baik, entitas ekonomi dapat menjalankan
operasinya dengan lebih efisien, mengambil keputusan yang lebih baik, dan mencapai tujuan
keuangannya secara lebih efektif.

2.3 Pengertian Kas:

Kas merujuk pada uang tunai atau aset likuid lainnya yang dapat dengan cepat diuangkan. Dalam
konteks akuntansi, kas mencakup uang tunai yang ada di kas fisik perusahaan, saldo rekening
bank yang dapat segera ditarik, serta instrumen keuangan lain yang memiliki likuiditas tinggi.

Kas adalah bagian penting dalam dunia keuangan dan akuntansi karena mencerminkan
kemampuan entitas ekonomi untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan menjaga
likuiditas. Dalam arti sederhana, kas merujuk pada uang tunai atau aset likuid lainnya yang dapat
dengan cepat diuangkan. Di perusahaan, kas bisa berbentuk uang fisik, seperti uang kertas dan
koin, atau saldo rekening bank yang dapat segera ditarik. Selain itu, kas juga mencakup
instrumen keuangan yang memiliki likuiditas tinggi, seperti cek, wesel, dan sertifikat deposito
jangka pendek.

Dalam konteks akuntansi, kas sering menjadi fokus utama karena berperan sebagai sumber dana
untuk operasi sehari-hari dan modal kerja. Manajemen kas yang baik sangat penting untuk
menjaga kelangsungan bisnis, memastikan perusahaan dapat membayar tagihan dan gaji, serta
mengambil peluang bisnis dengan cepat. Kas juga sering digunakan sebagai indikator kesehatan
keuangan suatu entitas, karena perusahaan yang memiliki kas cukup dapat lebih mudah
mengatasi tantangan keuangan atau krisis.

Kas juga merupakan bagian penting dari laporan keuangan, khususnya neraca dan laporan arus
kas. Neraca menunjukkan jumlah kas yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, sementara
laporan arus kas memberikan gambaran tentang pergerakan kas masuk dan keluar selama periode
tertentu. Informasi ini membantu investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam menilai
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi, investasi, dan aktivitas pendanaan.

Kas sering dianggap sebagai aset paling likuid karena dapat digunakan segera tanpa perlu
konversi atau penyesuaian. Namun, penting untuk diingat bahwa manajemen kas juga perlu
memperhitungkan risiko, seperti kehilangan atau pencurian uang tunai, serta inflasi yang dapat
mengurangi nilai uang seiring waktu. Oleh karena itu, perusahaan biasanya memiliki kebijakan
dan prosedur ketat untuk mengelola dan mengamankan kas, termasuk melakukan rekonsiliasi kas
secara teratur dan menerapkan kontrol internal yang ketat.

Dalam akuntansi, kas adalah elemen yang sangat penting untuk dipantau dan dikelola dengan
hati-hati. Perusahaan yang memiliki manajemen kas yang kuat biasanya lebih stabil dan dapat
menghadapi tantangan ekonomi dengan lebih baik. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam
tentang konsep kas dan praktik manajemennya adalah kunci keberhasilan dalam bisnis dan
keuangan.

2.4 Pengertian Sistem Akuntansi:

Sistem akuntansi adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mencatat, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomi.
Sistem ini melibatkan prosedur, metode, dan prinsip akuntansi yang digunakan untuk mengelola
data keuangan perusahaan dan menyediakan laporan keuangan yang relevan untuk pengambilan
keputusan.

Sistem akuntansi merupakan fondasi bagi pengelolaan informasi keuangan dalam sebuah entitas
ekonomi. Ini mencakup seluruh proses yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mencatat, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan. Sistem
akuntansi dirancang untuk memastikan bahwa data keuangan ditangani dengan cara yang
terstruktur dan konsisten, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya dan relevan untuk
pengambilan keputusan.

Sistem akuntansi biasanya terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk jurnal, buku besar,
buku pembantu, dan laporan keuangan. Jurnal adalah tempat di mana setiap transaksi keuangan
dicatat untuk pertama kalinya. Setiap transaksi dicatat dengan rinci, mencakup tanggal, deskripsi,
dan nilai transaksi. Setelah dicatat di jurnal, transaksi kemudian diklasifikasikan dan diposting ke
buku besar, yang merupakan catatan yang lebih terstruktur dan menunjukkan posisi keuangan
entitas.

Selain itu, sistem akuntansi sering kali mencakup buku pembantu, yang memberikan detail lebih
lanjut tentang akun tertentu, seperti piutang dan utang. Buku pembantu ini membantu perusahaan
memantau dan mengelola aspek-aspek spesifik dari operasi keuangan mereka. Buku pembantu
juga memungkinkan pemantauan yang lebih detail dan memberikan informasi tambahan yang
mendukung laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari sistem akuntansi. Laporan ini mencakup neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Laporan-laporan ini
menyediakan informasi penting tentang kondisi keuangan perusahaan dan digunakan oleh
berbagai pihak, termasuk manajemen, investor, kreditor, dan regulator, untuk membuat
keputusan yang berdasarkan data yang akurat dan andal.

Sistem akuntansi juga mencakup prosedur dan kontrol internal yang dirancang untuk
memastikan integritas data dan mencegah kesalahan atau penipuan. Prosedur ini dapat mencakup
rekonsiliasi bank, audit internal, dan mekanisme pengawasan lainnya yang membantu menjaga
keandalan sistem akuntansi.
Dengan adanya sistem akuntansi yang baik, perusahaan dapat mengelola keuangannya dengan
lebih efektif dan memenuhi persyaratan pelaporan keuangan yang diperlukan oleh hukum dan
peraturan. Sistem akuntansi yang efisien juga membantu perusahaan mengurangi risiko,
menghindari kesalahan, dan meningkatkan transparansi, yang semuanya penting untuk
kesuksesan bisnis jangka panjang.

2.5 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas:

Sistem akuntansi pengeluaran kas adalah bagian dari sistem akuntansi yang fokus pada
pencatatan dan pengendalian transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam sebuah
perusahaan. Bagian ini penting karena membantu perusahaan memastikan bahwa setiap
pengeluaran dilakukan secara sah, dicatat dengan benar, dan sesuai dengan kebijakan
perusahaan.

2.5.1 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Tunai:

Sistem akuntansi pengeluaran kas tunai adalah sub-sistem dalam sistem akuntansi pengeluaran
kas yang secara khusus menangani transaksi tunai. Ini berarti bahwa setiap transaksi yang
melibatkan uang tunai langsung, seperti pembayaran kepada pemasok, pembayaran gaji
karyawan, atau pembelian barang dan jasa, dicatat di sini. Sistem ini memerlukan kontrol yang
ketat untuk menghindari kebocoran kas dan memastikan akuntansi yang akurat.

2.5.2 Dokumen yang Digunakan:

Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas tunai, beberapa dokumen penting digunakan untuk
mendukung pencatatan transaksi. Dokumen-dokumen ini mencakup:

 Faktur: Bukti yang menunjukkan rincian transaksi antara perusahaan dan pihak ketiga.
 Kwitansi: Dokumen yang menunjukkan bukti penerimaan uang tunai dari transaksi yang
telah dilakukan.
 Bon Pengeluaran Kas: Formulir yang digunakan untuk mencatat dan mengotorisasi
pengeluaran kas tunai.
 Bukti Transaksi Tunai Lainnya: Bukti lain yang menunjukkan pengeluaran kas, seperti
catatan pembayaran gaji atau pembayaran tunjangan.

Dokumen-dokumen ini membantu memastikan bahwa setiap transaksi tunai memiliki bukti fisik
yang mendukung dan dapat diperiksa untuk keabsahannya.

2.5.3 Catatan Akuntasi yang Digunakan:

Untuk mencatat transaksi pengeluaran kas tunai, beberapa catatan akuntansi digunakan untuk
memastikan pencatatan yang akurat dan konsisten. Catatan-catatan ini meliputi:

 Jurnal Kas: Tempat di mana setiap transaksi pengeluaran kas tunai dicatat untuk pertama
kalinya.
 Buku Kas: Catatan yang menyimpan rincian transaksi kas, termasuk saldo kas saat ini.
 Catatan Pengeluaran Terperinci: Catatan tambahan yang memberikan informasi lebih
rinci tentang pengeluaran tertentu, seperti siapa yang menerima pembayaran dan untuk
apa pembayaran tersebut dilakukan.

Catatan akuntansi ini memungkinkan perusahaan untuk melacak pengeluaran kas dengan tepat
dan melakukan rekonsiliasi dengan dokumen pendukung.

2.5.4 Fungsi yang Terkait:

Sistem akuntansi pengeluaran kas tunai melibatkan beberapa fungsi yang terkait dalam
pengelolaan dan pengendalian pengeluaran kas. Fungsi-fungsi ini termasuk:

 Pengelolaan Persediaan: Pengawasan terhadap barang-barang yang dibeli dengan kas


tunai dan memastikan bahwa persediaan sesuai dengan catatan.
 Pengendalian Stok: Pengawasan stok untuk mencegah kehilangan atau penyalahgunaan.
 Pengawasan Pengeluaran: Memastikan bahwa setiap pengeluaran kas tunai memiliki
otorisasi dan bukti yang sesuai.
 Rekonsiliasi Bank: Membandingkan catatan kas perusahaan dengan laporan bank untuk
memastikan kesesuaian.
Fungsi-fungsi ini membantu menjaga integritas sistem akuntansi pengeluaran kas tunai dan
mencegah penyalahgunaan atau kesalahan dalam pencatatan.

2.5.5 Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Tunai:

Bagan alir sistem pengeluaran kas tunai merupakan alat yang berguna untuk memvisualisasikan
langkah-langkah yang terlibat dalam proses pengeluaran kas tunai dalam sebuah organisasi atau
perusahaan. Dengan adanya bagan alir, alur kerja dapat dipahami dengan jelas, membantu
memastikan bahwa setiap langkah diikuti dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Mari kita uraikan setiap langkah dalam bagan alir sistem pengeluaran kas tunai
secara lebih rinci:

1. Permintaan Pengeluaran Kas Tunai:

Langkah pertama dalam proses ini adalah menerima permintaan pengeluaran kas tunai dari
departemen atau individu yang membutuhkan dana. Permintaan ini biasanya harus
mencantumkan alasan pengeluaran, jumlah yang dibutuhkan, dan dokumentasi pendukung
seperti faktur atau nota.

2. Persetujuan dari Pihak Berwenang:

Setelah permintaan diterima, harus ada persetujuan dari pihak yang berwenang, seperti manajer
keuangan, untuk memastikan bahwa pengeluaran tersebut sah dan sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Persetujuan ini mungkin memerlukan tinjauan terhadap anggaran atau alokasi dana.

3. Proses Pengeluaran Kas:

Setelah mendapat persetujuan, pengeluaran kas dilakukan. Proses ini melibatkan pencatatan
transaksi di jurnal kas, pengeluaran uang tunai atau cek, dan pemberian bukti transaksi kepada
pihak yang menerima dana. Pencatatan di jurnal kas harus mencakup rincian seperti tanggal,
jumlah, dan deskripsi transaksi.

4. Rekonsiliasi dan Verifikasi Dokumen Pendukung:

Setelah pengeluaran dilakukan, langkah selanjutnya adalah rekonsiliasi dan verifikasi dokumen
pendukung. Ini melibatkan pengecekan bahwa setiap transaksi memiliki bukti yang sah, seperti
faktur atau kwitansi, dan bahwa jumlah yang tercatat sesuai dengan yang dikeluarkan.
Rekonsiliasi dengan catatan bank juga dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara catatan
internal dan eksternal.

5. Penyusunan Laporan Keuangan:

Langkah terakhir adalah menyusun laporan keuangan yang mencakup informasi tentang
pengeluaran kas tunai. Laporan ini mungkin mencakup rincian tentang total pengeluaran selama
periode tertentu, jenis pengeluaran, dan departemen atau proyek yang terlibat. Laporan ini
penting untuk analisis keuangan dan untuk memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan tentang bagaimana kas perusahaan digunakan.

Dengan mengikuti bagan alir ini, perusahaan dapat mengidentifikasi alur kerja dalam sistem
pengeluaran kas tunai dan memastikan bahwa semua langkah dijalankan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan. Bagan alir juga membantu dalam mengidentifikasi area-area di mana kontrol
dapat ditingkatkan untuk mencegah kesalahan atau penipuan.

2.6 Sistem Pengendalian Internal:

Sistem pengendalian internal adalah kerangka kerja yang dirancang oleh manajemen suatu
entitas untuk memastikan operasi yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan,
kepatuhan terhadap peraturan, dan perlindungan terhadap aset perusahaan. Sistem ini penting
untuk menjaga integritas operasi bisnis dan mengurangi risiko yang dapat merusak
perusahaan.Pengendalian internal mencakup berbagai elemen dan bisa diterapkan di berbagai
tingkat organisasi, mulai dari kebijakan yang diadopsi di tingkat direksi hingga prosedur
operasional sehari-hari. Berikut adalah komponen penting dalam sistem pengendalian internal:

1. Kebijakan dan Prosedur

Kebijakan dan prosedur adalah dasar dari sistem pengendalian internal. Kebijakan
mencerminkan aturan umum yang mengarahkan tindakan perusahaan, sementara prosedur
merinci langkah-langkah khusus untuk mencapai tujuan. Contoh kebijakan dan prosedur
pengendalian internal meliputi:
- Kebijakan Keuangan: Aturan mengenai pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk
anggaran, pengeluaran, dan pembukuan.
- Prosedur Operasional Standar: Langkah-langkah yang harus diikuti dalam operasi harian
untuk memastikan konsistensi dan kualitas.
- Kebijakan Keamanan: Langkah-langkah untuk melindungi aset fisik dan informasi
sensitif.

2. Pengawasan Manajemen

Pengawasan yang baik dari manajemen adalah kunci untuk memastikan bahwa kebijakan dan
prosedur diikuti dengan benar. Manajemen harus secara rutin memantau dan mengevaluasi
aktivitas bisnis untuk memastikan kesesuaian dengan tujuan organisasi. Pengawasan yang efektif
melibatkan:

- Audit Internal: Tim audit internal yang bertugas untuk memeriksa dan mengevaluasi
sistem pengendalian internal.
- Peninjauan Manajemen: Tinjauan rutin terhadap kinerja bisnis dan laporan keuangan.
- Laporan Pengecualian: Laporan yang menyoroti aktivitas yang menyimpang dari
kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Keandalan Informasi Keuangan

Keandalan informasi keuangan adalah salah satu tujuan utama pengendalian internal. Sistem ini
harus memastikan bahwa laporan keuangan dan catatan lainnya akurat dan dapat dipercaya.
Untuk mencapai ini, perusahaan biasanya menerapkan:

- Rekonsiliasi: Proses mencocokkan catatan internal dengan sumber eksternal, seperti


laporan bank.
- Kontrol Akses: Membatasi akses ke sistem dan data keuangan hanya untuk individu yang
berwenang.
- Pemisahan Tugas: Memastikan bahwa tidak ada satu individu yang memiliki kendali
penuh atas seluruh proses keuangan untuk mencegah penipuan dan kesalahan.

4. Kepatuhan Terhadap Peraturan

Sistem pengendalian internal juga dirancang untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Ini melibatkan pemahaman terhadap undang-undang dan regulasi yang
mengatur operasi bisnis dan memastikan bahwa perusahaan mematuhi persyaratan ini. Beberapa
tindakan yang dapat diambil untuk menjaga kepatuhan meliputi:

- Pelatihan dan Pendidikan: Mengajarkan karyawan tentang aturan dan regulasi yang
relevan.
- Laporan Kepatuhan: Menyusun laporan untuk memastikan bahwa perusahaan memenuhi
persyaratan hukum.
- Pemantauan Kepatuhan: Melacak perubahan peraturan dan memastikan bahwa sistem
pengendalian internal diperbarui sesuai kebutuhan.

5. Perlindungan Terhadap Aset Perusahaan

Perlindungan aset fisik dan non-fisik merupakan tujuan penting lainnya dalam sistem
pengendalian internal. Prosedur pengendalian internal harus dirancang untuk mencegah
pencurian, kerusakan, atau penyalahgunaan aset. Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk
melindungi aset perusahaan meliputi:

- Keamanan Fisik: Menjaga fasilitas perusahaan dengan pengawasan dan kontrol akses.
- Keamanan Informasi: Melindungi data dan informasi sensitif dengan langkah-langkah
keamanan siber.
- Asuransi: Menyediakan asuransi untuk aset berharga untuk melindungi terhadap kerugian
yang tidak terduga.
Dengan sistem pengendalian internal yang efektif, perusahaan dapat mencapai tujuan organisasi
secara lebih efisien, memastikan keandalan informasi keuangan, mematuhi peraturan yang
berlaku, dan melindungi aset perusahaan dari risiko yang berpotensi merugikan.

2.6.1 Organisasi:

Organisasi dalam sistem pengendalian internal merujuk pada struktur dan desain perusahaan
yang mempengaruhi bagaimana tugas, wewenang, dan tanggung jawab dibagi dan diatur.
Struktur organisasi yang baik dalam sistem pengendalian internal membantu mencegah
terjadinya penyalahgunaan, kecurangan, atau kesalahan. Berikut adalah beberapa aspek penting
terkait organisasi dalam sistem pengendalian internal:

- Pembagian Tugas: Menetapkan peran dan tanggung jawab dengan jelas untuk setiap
karyawan dan memastikan tidak ada tumpang tindih yang bisa menimbulkan risiko
kecurangan atau penyalahgunaan.
- Hierarki Wewenang: Menentukan siapa yang memiliki otoritas untuk menyetujui
transaksi, mengeluarkan dana, dan membuat keputusan penting lainnya. Ini juga
memastikan adanya alur persetujuan yang jelas untuk mencegah otoritas tunggal.
- Pemisahan Tugas: Memisahkan tugas-tugas penting, seperti pencatatan transaksi dan
persetujuan pengeluaran, untuk mengurangi risiko penipuan atau manipulasi. Misalnya,
orang yang mengelola kas tidak boleh menjadi orang yang juga mencatat transaksi terkait
kas.
- Kontrol Supervisi: Memastikan adanya pengawasan dan kontrol internal yang kuat untuk
mendeteksi dan mencegah penyalahgunaan dan kesalahan. Ini mencakup audit internal
dan pemantauan berkelanjutan oleh manajemen.

2.6.2 Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan:

Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan adalah bagian dari sistem pengendalian internal yang
melibatkan penetapan batasan dan prosedur yangharus diikuti dalam proses pengeluaran kas,
termasuk proses otorisasi transaksi, pembatasan akses terhadap aset, dan pencatatan yang akurat
dan lengkap.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan adalah komponen penting dari pengendalian internal
yang melibatkan penetapan batasan dan prosedur yang harus diikuti dalam proses pengeluaran
kas dan pencatatan transaksi. Sistem ini membantu memastikan integritas informasi keuangan
dan mengurangi risiko penyalahgunaan atau kecurangan. Beberapa aspek penting dari sistem
otorisasi dan prosedur pencatatan adalah:

- Otorisasi Transaksi: Menetapkan prosedur persetujuan untuk setiap jenis transaksi,


terutama yang melibatkan jumlah besar atau transaksi yang memiliki risiko tinggi.
Otorisasi ini biasanya dilakukan oleh individu atau kelompok dengan wewenang yang
ditentukan.
- Pembatasan Akses: Membatasi akses terhadap aset perusahaan, baik fisik maupun non-
fisik, hanya untuk individu yang memiliki otorisasi. Misalnya, akses ke brankas atau
sistem akuntansi harus dibatasi untuk menjaga keamanan.
- Prosedur Pencatatan: Menetapkan standar dan proses yang jelas untuk mencatat transaksi
keuangan secara akurat dan konsisten. Ini mencakup prosedur untuk jurnal, buku besar,
dan laporan keuangan, serta rekonsiliasi rutin untuk memastikan keakuratan catatan.
- Pemantauan Prosedur: Mengawasi dan meninjau prosedur pencatatan secara berkala
untuk mendeteksi kesalahan atau penyalahgunaan. Ini bisa melibatkan audit internal atau
peninjauan independen.

2.6.3 Praktik yang Sehat:

Praktik yang sehat dalam sistem pengendalian internal mencakup penerapan prinsip-prinsip
kejujuran, integritas, dan etika dalam pengelolaan keuangan, serta langkah-langkah untuk
menjaga kualitas dan efisiensi operasi bisnis. Beberapa praktik sehat yang perlu diterapkan
dalam sistem pengendalian internal adalah: Prinsip Kejujuran dan Integritas: Menanamkan
budaya kejujuran dan integritas di seluruh organisasi. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan
etika dan perilaku bisnis yang benar.
1. Pemisahan Tugas yang Tepat: Memastikan pemisahan tugas yang memadai untuk
mengurangi risiko kecurangan atau penyalahgunaan. Tugas-tugas penting, seperti
otorisasi transaksi dan pencatatan, harus dilakukan oleh individu yang berbeda.
2. Pemantauan dan Pengawasan yang Efektif: Memastikan adanya mekanisme pengawasan
yang kuat untuk mendeteksi dan mencegah penyalahgunaan. Ini bisa mencakup audit
internal, pemantauan berkelanjutan, dan pengawasan manajemen.
3. Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus: Melakukan evaluasi sistem pengendalian internal
secara berkala untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan. Proses ini
membantu memastikan bahwa sistem pengendalian internal selalu mengikuti praktik
terbaik dan siap beradaptasi dengan perubahan dalam bisnis atau lingkungan regulasi.
Evaluasi ini juga membantu mengidentifikasi risiko baru yang mungkin muncul dan
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Daftar Pustaka

Alpianto, A. (2021). Analisis Penerapan Akuntansi Pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
Meranti Sejahtera Pada Desa Meranti Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).

Andriani, N. L. (2009). ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN


UNTUK PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA APOTEK KARTINI SEMEN
GRESIK (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).

Marina, A., Wahjono, S. I., & Suarni, A. (2018). Sistem informasi akuntansi: teori dan praktikal.
UMSurabaya Publishing.

Pratiwi, N. I. O. (2017). PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG


EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL KAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT.
Finnet Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Widyatama).

Sihombing, F. M., Astrina, F., Afrida, A., Simatupang, E. M., Rahayuningsih, S., Ningsih, N. H.,
... & Bokings, T. P. O. R. (2024). Akuntansi Keuangan Menengah. CV. Gita Lentera.
Virginia, W. A., Saputri, A., Ilyas, H., Setiorini, H., Sitorus, O. T., Sari, A. D., & Arifah, A. N.
(2023). Pengantar Akuntansi. Yayasan Cendekiawan Inovasi Digital Indonesia.

Yusuf, M., & Rangkuty, D. M. (2020). EKONOMI MONETER.

Anda mungkin juga menyukai