Bab Iv
Bab Iv
id
BAB IV
A. Inventarisasi Naskah
Selain itu, database daring memiliki informasi yang lebih lengkap serta
terbaharukan.
25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
1. Katalog terbitan
naskah Or.1754.
penulisan nama Opu Daeng yang benar serta rekomendasi buku yang
B. Deskripsi Naskah
1. Judul Naskah
2. Nomor Naskah
3. Penulis Naskah
bin Warsih Muhammad bin Syaikh Ibrahim Kane. Nama penulis dapat
Hikayat Opu Daeng Menambun adalah Mir Husayn bin Warsyih (?)
Muhammad bin Syaykh Ibrahim Kani Suf. Rogayah A. Hamid dan Fritz
Hikayat Opu Daeng Menambun dan dicetak pada tahun 1980. Fritz
buku pada tahun 1991. Buku tersebut berjudul Die Chroniken Von Sambas
Universitas Leiden adalah +31 71 527 2814. Naskah Hikayat Opu Daeng
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/2042224/pages.
5. Pemilik Naskah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Universitas Leiden. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dua stempel
naskah.
Gambar 7. Stempel halaman pelindung pada naskah Hikayat Opu Daeng Menambun
6. Keadaan Naskah
masih utuh dan lengkap. Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun dijilid
keterbacaan naskah.
7. Tebal naskah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
9. Bahasa Naskah
a. Aksara
b. Jenis tulisan
Menambun adalah jenis tulisan tangan atau khat, yaitu jenis khat naskhi.
c. Keadaan tulisan
d. Warna tinta
recto. Verso-recto merupakan istilah yang merujuk pada teks yang dicetak
sebagai penomoran. Catchword yang ditulis pada ujung kanan bawah pada
penggunaan tinta dan bentuk tulisan yang sama dengan tulisan teksnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
pensil pada ujung kanan atas (untuk halaman ganjil) dan ujung kiri atas
Daeng Menambun. Alih kata ditulis di setiap halaman ganjil bagian kanan
Daeng Menambun:
Tabel 1.
masehi.
= 1223,75 + 622
= 1845,75
= 1846 M
habib.info/kalender-islam/pengubah-tanggal-lahir-kalender-hijriah.htm.
38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
diceritakan di dalamnya. Berikut ikhtisar isi teks dalam teks Hikayat Opu
Daeng Menambun.
Tabel 2.
II Isi
1. Perang antara Pangeran Agung dan Sultan Muhammad 6
Zainuddin.
2. Pangeran Agung beserta menantunya Daeng Mataku dan 6
Tuan Haji Hafit menyerang kota milik Sultan Muhammad
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Zainuddin.
3. Sultan Muhammad Zainuddin beserta istri dan keluarganya 6-7
pergi ke Nagari Banjar.
4. Sultan Banjar memanggil Opu Daeng lima bersaudara 7
untuk membantu Sultan Muhammad Zainuddin.
5. Opu Daeng lima bersaudara datang, tetapi Sultan 7
Muhammad Zainuddin sudah sampai Matan.
6. Sultan Muhammad Zainuddin ditahan di Matan. 8
7. Opu Daeng lima bersaudara sampai di Matan dan 9-10
menjemput Sultan Muhammad Zainuddin.
8. Opu Daeng lima bersaudara dan Sultan Muhammad 10
Zainuddin kembali ke Banjar.
9. Opu Daeng lima bersaudara dan Sultan Muhammad 10-11
Zainuddin menjemput anak dan istrinya, dibawa ke Kuwala
Kandang Kerbauh, Matan.
10. Pernikahan Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba. 12-14
11. Opu Daeng lima bersaudara menyerang Pangeran Agung 14-16
atas perintah Sultan Muhammad Zainuddin.
12. Opu Daeng lima bersaudara menangkap Pangeran Agung. 16
13. Opu Daeng lima bersaudara menyerahkan Pangeran Agung 16
kepada Sultan Muhammad Zainuddin.
14. Pangeran Agung dihukum dengan dikurung dalam kota 17
kecil.
15. Opu Daeng lima bersaudara berlayar Riyau atas 17-18
permintaan Raja Sulaiman.
16. Raja Sulaiman berselisih dengan Empu Tuan Raja Kecil. 18
17. Opu Daeng lima bersaudara dijanjikan kekuasaan yang 18
tinggi jika berhasil membantu Raja Sulaiman.
18. Opu Daeng lima bersaudara berangkat menuju siya’. 19
19. Orang Bugis yang ada di Siya' membantu Opu Daeng lima 19
bersaudara.
20. Yama Tuan Raja Kecil melarikan diri, tetapi berhasil 20
ditangkap.
21. Raja Sulaiman berterima kasih pada Opu Daeng 20
bersaudara.
22. Daeng Mariwa menjadi Yama Tuan Muda. 21
23. Pernikahan antara Opu Daeng Calak dengan Tengku Puan, 22
adik Raja Sulaiman.
24. Opu Daeng Parani berlayar ke Nagari Selangor. 22-23
25. Opu Daeng lima bersaudara diundang ke Nagari Kedah. 23
26. Raja Kedah berselisih dengan saudaranya, karena berebut 23
kerajaan.
27. Opu Daeng lima bersaudara dijanjikan bayaran berupa 24
uang.
28. Opu Daeng lima bersaudara melawan saudara Raja Kedah. 25
29. Opu Daeng Parani menikah dengan saudara perempuan 26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Raja Kedah.
30. Opu Daeng lima bersaudara kembali ke Riyau. 26
31. Opu Daeng lima bersaudara diundang oleh Raja Sambas. 27
32. Opu Daeng Menambun dan Opu Daeng Kemase pergi ke 27-28
Nagari Sambas.
33. Opu Daeng Kemase dan Raden Tengah menikah. 29
34. Opu Daeng Menambun kembali ke Nagari Matan. 29
35. Opu Daeng Menambun disambut di Nagari Matan. 30
36. Perebutan kekuasaan di Nagari Matan. 30-31
37. Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba pulang ke 32
Mempawah.
38. Sultan Muhammad Zainuddin menikah dengan Mas 32-33
Indrawari dari Sangkawa’.
39. Panembahan Sangkawa’ meninggal dunia. 34
40. Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba berlayar 35
menuju Sangkawak.
41. Sampai di Sangkawa’ kemudian berziarah dan 36
bersilaturahmi.
42. Emas Indrawati dan Pangeran Dipati membicarakan 37
peninggalan Panembahan Sangkawa’.
43. Daeng Kalula menemui Opu Daeng Menambun di Sebukit. 38
44. Gusti Jamiril dibawa oleh Daeng Kalula ke Betawi dan 38-39
dinikahkan dengan Daeng Muda.
45. Pernikahan Gusti Jamiril dengan Daeng Muda. 40-41
46. Gusti Jamiril kembali ke Mempawah dengan dibekali 42
barang dagangan.
47. Gusti Jamiril sampai di Sebukit, Mempawah. 43-44
48. Gusti Jamiril pergi berdagang ke Nagari Pinang Sakayu’. 44
49. Gusti Jamiril bertemu dengan Pangeran Dipati. 44-45
50. Gusti Jamiril berjualan di Shalih. 45
51. Gusti Jamiril akan dinikahkan oleh Pangeran Dipati dengan 45
Emas Indrawati.
52. Demang Rilaga menagih utang pada orang Shalih. 46
53. Demang Rilaga diserang oleh Raden Jaka, atas fitnah orang 47
Shalih.
54. Opu Daeng Calak dan Yama Tuan Muda berselisih dengan 47-48
Raja Mempawah.
55. Opu Daeng Calak meminta bantuin Opu Daeng Mariwa. 48
56. Opu Daeng Kemase berlayar dari Sambas ke Mempawah. 48
57. Opu Daeng Menambun, Pangeran Manggkubumi, Opu 48-49
Daeng Kemase, dll menuju Pinang Sekayu’.
58. Opu Daeng Mariwa meninggal, digantikan Opu Daeng 49-50
Calak.
59. Raden Bagus ingin mendamaikan Opu Daeng Menambun 50
dan Daya’ Pinang Sekayu’.
60. Opu Daeng Calak sampai di Mempawah. 50-51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
III Penutup
1. Perintah membaca surat Alfatihah ketika selesai membaca. 66
2. Kolofon.
66
D. Kritik Teks
1. Adisi adalah penambahan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, atau
4. Subtitusi adalah penggantian huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, atau
penyalinan teks;
Tabel 3.
Lakuna
Tabel 4.
Transposisi
Tabel 5.
Adisi
Tabel 6.
Substitusi
adalah “Pangeran
Agung disuruhnya
tunggu siang malam
dan dititahkannya
jangan diberi apa-
apa,”.
3. 12/10 ݢندڠ کربو gandang kandang kerbau Ada pergantian huruf
kerbau ‘k’ menjadi huruf ‘g’.
Konteks kalimat
adalah “bagaimana
hal kita semua ini itu
hendak berhenti di
kuwala kandang
kerbau inikah?”.
4. 14/13 برتيݢم bertigam bertikam Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘g’.
Konteks kalimat
adalah “bertanya
khabar lalu
berpegang-pegang
bersama-sama
memegang hulu keris
hendak bertikam”.
5. 15/2, جوک juka juga Ada pergantian huruf
19/15, ‘k’ dengan huruf ‘g’.
19/18
6. 16/3 دتکهکن ditangkuhkan ditangguhkan Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘g’.
konteks kalimat
adalah “lalu berlayar
sebab dia malu
berbalik ke dalam
kota bertemu
Panembahan Agung
sebab Opu Daeng
yang berlima tiada
boleh ditangguhkan.”.
7. 16/14, کالي kali kaki Ada pergantian huruf
16/16 ‘k’ dengan huruf ‘l’.
Konteks kalimat
adalah “Panembahan
Agung serta bertemu
seperti orang hendak
berjabat salam itu lalu
dipepakangkan
tangan dan tubuh dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
kaki.”
8. 18/3 دکڠکرڽ dikangkarnya dilanggarnya Adanya pergantian
huruf ‘l’ dengan huruf
‘k’. Konteks kalimat
adalah hal kesakitan
kami semua orang
iyau ini oleh orang
Siya dilanggarnya
kemudian ditaruh
dibawah perintah
dia”.
9. 18/14 دجاوان dijawan dijawab Adanya pergantian
huruf ‘b’ dengan
huruf ‘n’. Konteks
kalimat adalah
“Demikianlah khabar
Opu Daeng yang
berlima bersaudara
maka dijawab oleh
Sultan Raja/ Sulaiman
“baiklah.”.
10. 18/16 ٢سڠکوه sungkuh- sungguh- Ada pergantian huruf
sungkuh sungguh ‘g’ dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah Raja Sulaiman
lihat saya nyata-nyata
jikalau sungguh-
sungguh bai dikata
insyaallah”.
11. 19/7 سٯرت se-rti seperti Ada pergantian huruf
‘p’ dengan huruf yang
tidak dapat dibaca.
Konteks kalimat
adalah “Maka
berlayarlah ke nagari
Siya seperti sampai
di dalam sungai”
12. 24/3 فڠکيلله pangkillah panggillah Ada pergantian huruf
‘g’ dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah “serta sampai
ke perahu
kenaikannya maka
disuruhnya panggillah
sekalian orang bugis
dan mana-mana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
memegang orang
Bugis jadi dipakainya
membayar gaji seperti
utang”.
23. 38/14 دملينله demilianlah demikianlah Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘l’.
Konteks kalimat
adalah “Mayor
memegang orang
Bugis jadi dipakainya
membayar gaji seperti
utang dilepaskannya
ada lebihnya
ditambahnya tiadalah
lagi kita semua
berutang kepada
Belanda, demikianlah
adanya.
24. 46/8 جوݞ junga bunga Ada pergantian huruf
‘b’ dengan huruf ‘j’.
Konteks kalimat
adalah Lama
mudiklah bersama-
sama Mas Indrawati,
serta memakai
memakai intan emas
gaun bersongket
bunga sarat”.
25 47/2, برتݞکوه bertangkuh bertangguh Pergantian huruf ‘g’
47/3, dan ‘k’. Konteks
47/4 kalimat adalah maka
kata Demang Rilaga
Panawuci' “tiada
boleh bertangguh,
karena perjanjian
turut sekarang engkau
semua hendak
bertangguh tiadalah
boleh bertangguh.”
26. 49/5 توݞکوانکه tungkuankah tungkuanlah Ada pergantian huruf
‘l’ dan ‘k’. Konteks
kalimat adalah “dan
orang Pinang Sekayu'
disitulah membuat
kubu bertungku-
tungkuanlah”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Tabel 7.
Ditografi
Tabel 8.
Ketidakkonsistenan
Rumi-Jawi.
9. تيڠݢي 2 tinggi tinggi Kata ‘tinggi’ dipilih berdasarkan
تيڠکي 1 tingki penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
10. فڠݢيل 3 panggil panggil Kata ‘panggil’ dipilih berdasarkan
فڠکيل 1 pangkil penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
11. داݢڠ 9 dagang dagang Kata ‘dagang’ dipilih berdasarkan
داکڠ 1 dakang penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
12. لݢيفون 2 lagipun lagipun Kata ‘lagipun’ dipilih berdasarkan
لکيفون 2 lakipun penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
13. بوݢيس 61 Bugis Bugis Kata ‘Bugis’ dipilih berdasarkan
بوکيس 2 Bukis penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
14. دفݞݢيلله 1 dipanggillah dipanggillah Kata ‘dipanggilah’ dipilih
دفݞکيلله 1 dipangkillah berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
15. ݢمالن 7 gamelan gamelan Kata ‘gamelan’ dipilih
كمالن 1 kamelan berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
16. داݢݞاݞن 3 dagangan dagangan Kata ‘dagangan’ dipilih
داکݞاݞن 1 dakangan berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
17. بݢوس 27 Bagus Bagus Kata ‘bagus’ dipilih berdasarkan
بکوس 9 Bakus penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
18. جاک 8 Jaka jaka Kata ‘jaka’ dipilih berdasarkan
جاݞ 5 Janga penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
19. سݢر 2 segera segera Kata ‘segera’ dipilih berdasarkan
سکر 1 sekera penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
20. نݢارا 22 nagara nagara Kata ‘nagara’ dipilih berdasarkan
نكارا 2 nakara penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
21. بݢيمان 4 bagaimana bagaimana Kata ‘bagaimana’ dipilih
بکيمان 2 bakaimana berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
22. لݢي 43 lagi lagi Kata ‘lagi’ dipilih berdasarkan
لکي 1 laki penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
23. ٢لکی 48 laki-laki laki-laki Kata ‘laki-laki’ dipilih
٢لݢی 1 lagi-lagi berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
24. کربو 2 kerbau ditulis apa Penulisan kata ‘kerbau’ dalam
کربوه 5 kerbauh adanya naskah ini ada 2 macam, yakni
dengan ‘kerbau’ dan ‘kerbauh‟.
Hal ini menunjukkan kekhasan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Tabel 9.
E. Suntingan Teks
Dengan suntingan ini diharapkan tersedia bentuk teks yang baik dan
benar; baik dalam arti mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari
halaman.
3) Kata, frase, atau kalimat dalam suntingan yang diberi angka (1,2,3,…),
1
di kanan atas merupakan tanda aparat kritik.
4) Angka, (1,2,3,…), yang terdapat pada sisi pias kanan teks menunjukkan
halaman naskah.
9) Tanda < > menunjukkan perangkapan huruf, frasa, atau kata dari
10) Tanda hubung --- menunjukkan teks tidak dapat dibaca oleh
penyunting.
Disempurnakan PUEBI).
2) Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam
(KBBI).
sebagaimana adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah
4) Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke
dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan asal kata dan dictak
miring.
6) Apabila dalam naskah terdapat ‘angka’ yang ditulis dengan huruf atau
7) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang belum terserap
berikut:
menjadi /k/ pada kosakata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia,
‘عزوجلazza wa jalla.
c) Tanda maddah alif ()ا, wawu ()و, dan ya’ ( )يsebagai penanda vokal
atau frase maka diedisikan dengan /′l-/, sedangkan kata sandang ()ال
mengikutinya.
f) Huruf yang mendapat harakat fatah, kasrah, dan damah, pada akhir
Tabel 11. Pedoman Transliterasi Arab Melayu dalam Hikayat Opu Daeng Menambun
Angka Arab ١ ٢ ٣ ٤ ٥ ٦ ٧ ٨ ٩ 0
Latin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
dan Tengku Putri, dan aja Ja’far, dan aja Idris dan aja Ahmad di iyau
menggelar/ menggantikan Daeng Kamboja dan Raja Haji itulah yang digelar
Marhum Talak Ketapang,/ dan yang seorang lagi anaknya perempuan bernama
Raja Halimah, berlakikan orang Bugis/ Harung La’a. Kemudian lagi adiknya
Opu Daeng Calak itu bernama Opu/ Daeng Kamase bergelar Pangeran
Mangkubumi di Sambas, beristrikan adiknya Marhum Adil/ beranakkan Emas
Sani, kedua Emas Saji, dan ketiga Daeng Buga, dan keempat Emas/ Utih.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Raden Bima yang pergi ke Sakudana
dititahkan oleh/ ayahanda baginda berjumpa dengan sanak saudara sebelah
ibunya Raden Sulaiman, serta sampai di Sakudana/ lalu dikahawinkan oleh
Sultan Muhammad Zainuddin dengan saudaranya Putri Andara Kusuma itu
namanya anak oleh Sultan Muhammad Safiddin saudara oleh Sultan
Muhammad Zainuddin./ Putri Andara Kusuma itu beranakkan Raden Maya,
itulah yang digelar Marhum Adil itu/ beranakkan Raden Bungsu yang bergelar
Sultan Abu Bakar Kamalludin. Sultan Abu Bakar/Kamalludin itu beranak
aden Jama’ maka digelar Sultan A’mar Kamalludin karena/ menggantikan
gelaran neneknya.
Syahdan maka tersebutlah perkataan yang pergi ke Mempawah/
keturunan daripada Sultan Muhammad Safiddin beranak Putri Kasamba, itulah
digelar Ratu Tua jadi/ pupu sekali dengan Marhum Adil. Dan Putri Kasamba
itu beranakkan Panembahan/ Adijaya Kusuma menjadi pupu dua kali dengan
Raden Bungsu/ yang bergelar Sultan Abu Bakar Kamalludin. Dan Panembahan
Adijaya// Kusuma beranakkan tujuh laki-laki dan dua perempuan. Pertama- 4
tama Gusti Emas, dan kedua Gusti/Jati yang digelar Sultan Zainalabidin, dan
ketiga Raden Shalih, dan/ ke[empat]1 Raden Kantun, dan kelima Emas Curit
yang bergelar Pangeran Muda Jaya/ Kusuma, dan keenam Gusti Juhan yang
digelar Pangeran Prabu Anom, dan ketujuh/ Gusti Amir yang digelar
Panembahan Amir Kamalludin itu jadi pupu tiga kali dengan/ aden Jama’
yang bergelar Sultan Kamalludin yang bergelar yang Empu Tuan di Sambas
adanya./
Adapun Putri Kasamba anak Sultan Muhammad Zainuddin bersuamikan
Raja Bugis/ yang bernama Opu Daeng Menambun beranak sepuluh, lima laki-
laki dan lima perempuan./ Pertama-tama anak yang tua perempuan bernama
Utin Dawaman bersuamikan Raja Landak bergelar Ratu Bagus, beranak empat
pertama-tama yang tua perempuan bernama Utin Nian, dan kedua Utin
Sa’diyah itu ibu Panembahan Landak, dan ketiga Pangeran Suta, dan keempat/
Utin Salamah.
Syahdan anak Opu Daeng Menambun yang kedua Gusti Jamiral/
bergelar Panembahan Adijaya Kusuma beranak sembilan, tujuh laki-laki dua
perempuan. Pertama/ anak laki-laki yang tua Gusti Emas, dan kedua Gusti Jati
yang digelar Sultan Muhammad/ Zainalabidin, dan ketiga Utin Ratnadaya, dan
keempat Raden Shalih, dan kelima/ Raden Kantun, dan keenam Emas Curit
yang digelar Pangeran Muda Jaya Kusuma,/ ketujuh Emas Jahra, kedelapan
Gusti Juhan yang digelar Pangeran Prabu Anum,/ dan kesembilan Gusti Amir
1
Tertulis كا- ka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
2
Tertulis كستي- kusti
3
Tertulis كستي- kusti
4
Tertulis كستي- kusti
5
Tertulis بركلر- berkelar
6
Tertulis کدواالفن- kedualapan
7
Tertulis اکوڠ- akung
8
Tertulis ْمک
9
Tertulis تيک- tika
10
Tertulis تيک- tika
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
A/g/ung11 Martadipura, dan kelima Utin Karupas dan / keenam Utin Kerupis.
Kemudian Pengeran A/g/ung12 beranak banyak, pertama-tama anaknya Ratu/
Melayu dan kedua Raigi, dan ketiga ayahnya Pangeran Marta yang di Matan,
dan Raden/ Segara ber/g/elar 13Pangeran Pulah Jambu dan kelima Gusti Aris
dan keenam Pangeran Surya/ itulah ayahnya Gusti Marsal yang bergelar
Panembahan di Matan waktu itu, dan ketujuh/ Tiara Aji ibu Raden Ambung.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Pangeran/ Agung yang berbantahkan
dengan Kerajaan Sultan Muhammad Zainuddin itu. Maka Pangeran Agung itu/
meterima menantu anak Raja Bugis bernama Daeng Mataku dan kedua
menantunya orang/ Bugis Tuan Haji Hafit. Kemudian serta sampai waktu
ketiganya malam dimasukinya/ di dalam kota Sultan Muhammad Zainuddin
berkelahi sebentar. Maka Sultan Muhammad Zainuddin/ pun undur serta
anaknya yang laki-laki dan perempuan, serta dengan istrinya Emas Darawati,
anak Raja Mempawah serta dengan bininya seorang bernama Nyayi Gadih
itulah ibunya.// Pangeran Ratu berdua dengan Sultan Mangkurat, serta dengan 7
kawan-kawannya yang di dalam/ rumah dibawanya berjalan ke Nagari Banjar.
Maka berbicaralah dengan Sultan Banjar hendak/ melanggar Panembahan
Agung di Nagari Matan. Sudah bergelar dan lalu bersuruhan sebuah perahu/
pergi berlayar ke Nagari Sintan, memanggil anak Raja Bugis yang lima
bersaudara. Berhenti/ ada di Sintan sebab Daeng Parani berbini di Sintan,
beranak dua seorang bernama Daeng Kamboja/ dan seorang perempuan
bernama Daeng Tijah, itulah yang dibuat bini dengan aja Alam di Siya’./
Serta sampai suruhan Sultan Muhammad Zainuddin yang memanggil itu serta
dengan suratnya/ mufakatlah kemudian sampailah surat memanggil itu. Maka
mufakatlah Raja Bugis yang lima bersaudara/ itu. Maka masing-masing
membaiki penjajap kenaikannya lima. Maka hendaklah berlayar/ berangkatlah
ke Banjar, lalu ke Matan kelima-limanya. Pertama-tama yang tua Opu Daeng
Parani dan kedua/ Opu Daeng Menambun dan ketiga Opu Daeng Mariwa dan
keempat Opu Daeng/ Calak, dan kelima Opu Daeng Kamase.
Maka berlayarlah kelima-limanya bersaudara, satu seorang/ penjajap
kenaikannya. Maka jatuh ke Nagari Simpang, maka adalah orang Simpang
berkhabar-khabar Sultan/ Muhammad Zainuddin sudah berperang di Matan,
yang mengiringkan Sultan Muhammad Zainuddin/ bersama-sama
melang/g/ar14 Matan itu pertama-tama orang Banjar, dan kedua orang Sampit
Mandawi/ dan orang Kota Ringin dan panglimanya besar, Panglima Pantas
namanya. Maka berjalanlah/ ke Nagari Matan. Serta sampai ke dalam Nagari
Matan, hari pun malam lalu perang masuk/ ke dalam Nagari semalam malaman
itu perang. Maka penglima Pantas yang bergelar panglima besar itupun mati.
Maka orang Banjar, Kota Ringin pun undurlah pulang masing-masing// 8
membawa dirinya.
Syahdan maka Sultan Muhammad Zainuddin tiada mau undur, lalu/
masuk ke dalam masjid. Maka kepunglah oleh orang Matan serta dengan
11
Tertulis اکوڠ- akung
12
Tertulis اکوڠ- akung
13
Tertulis بركلر- berkelar
14
Tertulis ملڠکر- melangkar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Daeng Mataku dan serta/ Tuan Haji Hafit mengepung Sultan Muhammad
Zainuddin di dalam masjid itu sampailah/ hari siang. Maka Sultan Muhammad
Zainuddin pun berkhabarlah dengan sekalian orang Matan/ serta dengan
sekalian pangeran-pangerannya dan kepada sekalian menteri pengkawanya,
maka diserunya/ “engkau semua sanak saudara, menteri, pengkawaku sampai
hati membuat aku sedemikian/ ini.” Maka sekalian menteri, pengkawanya pun
serta dengan pangerannya pun bertangis/ tangisan semuanya. Maka sampailah
malam satunya lagi, maka sekalian pangeran-pangeran dan sekalian/ menteri
pengkawanya pun mengantar nasi serta dengan air panas jua dahan serta
dengan/ sirih pinang tembakau sekaliannya. Maka diperintahkan oleh Raja
Matan, Pangeran Agung disuruhnya/ tunggu siang malam dan diti/t/ahkannya15
jangan diberi apa-apa air atau nasi, akan tetapi /orang baik memberi juga nasi
serta dengan air, sebilang hari dan sebilang malam sampai/ lima bulan
mangkin sehat bertambah-tambah sihat tubuhnya, demikian khabar Raja
Simpang kepada/ Opu Daeng yang berlima bersaudara itu. Maka Opu Daeng
itu pun segeralah berlayar ke Matan hendak bertemu dengan Sultan
Muhammad Zainuddin, karena dia yang/ memanggil.
Maka di datangi juga seboleh bolehan, kemudian mudiklah ia di sungai/
Matan betanganpawa serta sampai ke pangkalan Nagari Panembahan Agung
maka/ bertemulah dengan syahbandar dari Nagari Matan. Maka lalulah
bersuruhan kepada Panembahan// Agung minta’ khabarkan Opu Daeng yang 9
berlima bersaudara itu hendak berjumpa dengan Panembahan/ Agung dan
beserta dengan Daeng Mataku dan beserta Tuan Haji Hafit orang Bu/gis berdua
itu jadi panembahan. Maka kata Panembahan Agung bertitah/ kepada
syahbandar “silahkan naik masuk ke dalam kota berjumpa.” Lalu datanglah
Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu, maka berjumpalah dengan Panembahan
Agung. Lalulah bertanya khabar Sultan Muhammad Zainuddin , lalu
dikhabarlah oleh Panembahan Agung hal hawalnya/ cerita Sultan Muhammad
Zainuddin yang di dalam masjid itu sudah lima bulan lamanya, usahkan kurus
mangkin bertambah-tambah gemuk serta sihat. Lalulah berkhabar Opu Daeng
lima ber/saudara itu meminta’ Sultan Muhammad Zainuddin, tiada
diberikannya oleh Panembahan Agung. /Maka lalu bermohon balik Opu Daeng
yang berlima bersaudara itu dan beserta dengan/ Indrigurunya dan beserta
dengan jua’-jua’nya sekalian balik, lantas pergi ke masjid/ berjumpa dengan
Sultan Muhammad Zainuddin.
Syahdan serta berjumpa Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu bukakan
pintu masjid, lalu ditunjukkan surat yang daripada/ Sultan Muhammad
Zainuddin memanggil Opu Daeng yang berlima bersaudara di Nagari/ Sintan.
Kemudian lalu dibaca oleh Sultan Muhammad Zainuddin suratnya itu betul
di/punya surat serta dengan capnya lalu dia bertanya “uwak Opu Daeng yang
berlima bersaudara/ diam berhenti di Nagari Sintan masyhur nama prajurit
Agung lanang sejagat?” maka dijawab/ oleh Opu Daeng yang berlima
bersaudara itu “betul sayalah berlima ini mencari siapa-siapa/ raja-raja yang
bertuah saya hendak menumpang kepada Tuan.” Lalulah dibukakannya pintu 10
15
Tertulis دتکهکنڽ- ditikahkannya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
16
Tertulis تيڠکل- tingkal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
17
Tertulis برفقتله- berfakatlah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
itu kecil melainkan sabarlah dahulu kemana perginya jikalau ada jodoh
berlayar ke iyaulah dahulu.”
Syahdan sudah tentu mufakat musyawarah berlima bersaudara serta
Indraguru/ Tujarafa’ dan panglima dan serta dengan jua-juanya sekalian maka
naiklah ke darat Opu Daeng/ yang berlima bersaudara mengabarkan telah
selesai mufakat saudara bersaudara mengatakan “adinda Opu Daeng
/Menambun yang hendak beristri jikalau ada ampun serta karunia” lalu dijawab
oleh Sultan/ “pilihlah anak sahaya yang bertiga.” Maka disahuti “jikalau ada
ampun karunia itulah paduka/ anakda Putri Kasamba dikahawin(i)kan18 dengan
saudara saya Daeng Menambun.”
Syahdan maka / ketika hari yang baik bekerjalah memulai berjaga-jaga,
lalu beraraklah kahawin serta sudah/ pengantin telah sampai tiga harinya lalu
bekerja pula, mandi-mandi serta berarak kumpullah/ anak buah sekaliannya
seperti orang bugis dan beserta orang matan. Lalu Sultan Muhammad/
Zainuddin bertitah kepada Opu Daeng yang berlima bersaudara minta’
langgarkan Panembahan// A/g/ung19. Maka bercakaplah sekaliannya orang 14
bugis serta mengarak turun ke perahu bersampan/ berkemas membaiki perahu
serta sampai tujuh hari mudiklah di batangan pawan sungai matan./ Serta
sampailah ke pangkalan nagari Matan lalu naiklah ke darat Opu Daeng yang
berlima bersaudara/ serta dengan Indraguru Tujarafa dan beserta panglima-
panglima sekalian dan serta jua-jua sekalian/ naik ke darat. Lalu tahulah
Panembahan Agung, lalu disuruhkan menantunya bernama Daeng Mataku/ dan
satu lagi menantunya Tuan Haji Hafit orang Bugis ini jadi ilmunya
ditaru/hkannya bukur dihadapannya itu pasu. Dan jikalau dibedil orang-orang,
semua peluru yang/ dekat dia berkumpul di dalam pasu itu dihadapannya,
demikianlah jadi ilmunya Tuan Haji/ Hafit.
Dan keluarlah dia dari dalam kota serta dengan Daeng Mataku dan serta
ju a-ju anya sekalian dan beserta dengan orang Matan bersama-sama keluar
berjumpa dengan Opu Daeng yang/ berlima bersaudara itu dan belum berbunyi
senjata sebelah menyabalah. Lalu bertemulah Tuan Haji Hafit/ dan Daeng
Mataku kepada Opu Daeng yang berlima bersaudara itu, lalu berjabat salam/
serta bertanya khabar lalu berpegang-pegang bersama-sama memegang hulu
keris hendak berti/k/am20,/ sambil berkhabar Opu Daeng Menambun kepada
Daeng Mataku, katanya “saya semua ini berlima/ bersaudara, satu ibu satu ayah
seperti satu nyawa dan seperti satu badan, tiada berciri sama baik, sama jahat
sama baik uwak seorang sanggah berdua dengan Tuan Haji/ Hafit. Dia orang
Bugis lain bukan saudara.” Maka dijawab oleh Tuan Haji Hafit “saya/ ini orang
Bugis dan Daeng Mataku pun seperti tuanku juga, dan Opu Daeng yang
ber/lima bersaudara pun seperti tuanku juga. Aku takut mendurhaka dan jikalau
aku durhaka payah // Aku pulang ke Nagari Bugis dan sanak saudara aku di 15
Nagari Bugis yang aku kenang juga/ ku sayangkan ju/g/a21. Barangkali
dirusakkan oleh sanak saudara Opu-Opu Daeng yang berlima itu dialah/ yang
18
Tertulis دکهونيکن- dikahawanikan
19
Tertulis اکوڠ- akung
20
Tertulis برتيݢم- bertigam
21
Tertulis جوک- juka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
raja di Nagari Pammana yang bernama Daeng iyau itu jadi mertua oleh fila di
Nagari aju./dan randarang di Nagari Teluk Tandariang dan panjung di Nagari
Luwu itu pemuda oleh/ Opu Daeng yang berlima itu yang kukenangkan.
Lagipun Opu-Opu Daeng yang berlima bersaudara/ itupun pupu dua kali
kepada Daeng Mataku yang baiknya cari pikiran yang sampiran,/ seperti
pemukul jangan patuh dan tanah, jangan lambang dan tiada orang berbuah mati
kepada rasam/ dunia yang hendap juga yang bertuah kepada dunia dan baik
cari pikiran yang baik.”
Dan lalu/ berkhabar Daeng Mataku “saya ini serba salah, hendak balik ke
dalam kota mengadap Panembahan/ Agung bersama-sama dengan Daeng yang
berlima bersaudara saya malu karena saya disuruh menaguhkan Opu Daeng/
yang berlima masuk ke dalam kota. Demikianlah perintah Panembahan Agung
kepada saya jikalau boleh dengan/ yang lembut jikalau tiada boleh dengan
lembut itu dengan yang keras ditahankan juga seboleh-bolehnya.”/ maka
dijawab oleh Opu Daeng yang berlima bersaudara “boleh dahulu saya hendak
masuk/ kedalam kota bersama-sama Sultan Muhammad Zainuddin, hendak
meminta ampun Sultan Muhammad/ Zainuddin tiada diterima lalu
ditandungkan, saya semuanya ilir tiada boleh bertangguh dengan/ sebentar ini
juga lalu ilir, dan kepada waktu hari ini tiadalah boleh ditangguhkan lagi. Saya/
berlima bersaudara ini, saya hendak masuk ke dalam kota seboleh-bolehnya
meski jadi bertikam/ sekali pang kalah tetapi saya berlima, Opu seorang.
Dan seperti orang bugis dan orang matan/ itulah khabarnya Haji Hafit.”
Dan lalu berkhabar lagi Tuan Haji Hafit “yang baiknya pikiran aku// asal 16
jangan jadi bertikam.” Daeng Mataku baik turun ke penjajap sebuah mana yang
disukanya/ itu diambilnya dibawanya ilir, lalu berlayar sebab dia malu berbalik
ke dalam kota bertemu Panembahan/ A/g/ung22 sebab Opu Daeng yang berlima
tiada boleh ditang/g/ukan23. Maka dipikir oleh Daeng Mataku/ benar khabar
Tuan Haji Hafit. Demikian itu maka lalu diserunya sekalian Indragurunya dan
serta/ dengan ju a-ju anya lalu dibawanya turun ke perahu penjajap. Lalulah
ditatanya tali pendarat penja/jap Opu Daeng Menambun yang disukanya, serta
Daeng Mataku turun ke penjajap. Kawan-kawan/ Opu Daeng Menambun pun
naik ke penjajap mengambil bedil meriam tembaga, bernama si/ ganda
sepasang, dahulunya penjajap. Maka baharu sempat si kanda satu dikulaikan ke
darat/ sampai ke tebing bedil si kanda itu, penjajap pun ditolaknyalah ilir jadi
satu tebawa / pasangan si kanda itu dibawa Daeng Mataku ke Nagari Siya .
Syahdan Daeng Mataku pun/ ilirlah hendak berlayar ke Siya . Maka Opu
Daeng yang berlima bersaudara pun berjalanlah masuk ke dalam/ kota serta
dengan indragurunya24 dan serta panglimanya dan beserta dengan ju a-ju anya
masuk mengadap/ Panembahan Agung serta bertemu seperti orang hendak
berjabat salam itu lalu dipepakangkan/ tangan dan tubuh dan ka/k/i25, lalu
dipikulnya dibawanya turun ke penjajap Panembahan Agung itu./ Lalu
dibawanya ilir oleh Opu Daeng yang berlima bersaudara sebelumnya sampai
22
Tertulis اکوڠ- akung
23
Tertulis دتکهکن- ditangkuhkan
24
Tertulis اندريݢوروڽ- indrigurunya
25
Tertulis کالي- kali
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
30
Tertulis دجاوان- dijawan
31
Tertulis ٢ – سڠکوهsungkuh-sungkuh
32
Tertulis سٯرت
33
Tertulis جوک- juka
34
Tertulis جوک- juka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
35
Tertulis فڠکيل- pangkil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
bini.” Demikianlah khabar/ ama Tuan aja Sulaiman, “jikalau suka demikian
itu Daeng yang berlima bersaudara, boleh saya dengar.” Maka/ menjawablah
Opu Daeng yang berlima bersaudara “baiklah jika demikian itu, mufakat saya.”
Lima bersaudara itu dan setelah selesai bicara demikian itu, maka bermohonlah
pulang kepada kenaikannya// 22
Syahdan telah sampai tiga hari perjanjian datanglah suruhan Yama Tuan
Raja Sulaiman, menyilakan Opu Daeng yang berlima bersaudara masuk ke
dalam kubu, jamu-jamu serta dengan orang Riyau tua,/ muda, kecil, besar
sekaliannya masuk ke dalam kota mengadap Sultan Raja Sulaiman. Serta sudah
kumpul sekalian/ orang, lalulah Raja Sulaiman pun bertitah kepada sekalian
orang-orang Riyau mengabarkan perjanjian serta/ dengan menggelar Opu
Daeng Mariwa menjadi Yama Tuan Muda di Nagari Riyau serta dengan
merintahkan/ orang di dalam Nagari Riyau dan berseta dengan tukung pulah
yang sembilan, serta dengan ra’yat yang dilewat/ apa-apa perintah Yama Tuan
Muda kepadanya supaya memeliharakan Nagari Riyau supaya jadi selamat.
Lalulah/ mengawinkan Opu Daeng Calak dengan Tengku Puan, adik Sultan
Raja Sulaiman. Kemudian/ lalulah diangkat nasi persantapan, berjamu-jamu
makan, lepas makan maka diangkat air panas serta/ dengan air serbatnya. Maka
orang Bugis pun berkelung usung, lalu mengarak Opu Daeng/ yang berlima
bersaudara. Maka orang Bugis pun mengara lah semuanya masing-masing
dengan cakapnya/ setelah selesai demikian ini, waktu pun hampir magrib.
Maka Opu Daeng yang berlima pun bermo/hon balik hendak sembahyang.
Maka orang yang di dalam Nagari Riyau pun bermohon juga sekaliannya./
Mana-mana yang tinggal di dalam kota, bermainlah dengan
permainannya ada yang bermain wayang kulit/ ada yang bermain wayang cina.
Setelah selesai demikian itu tiada berapa lamanya Opu Daeng/ Parani pun
bermohon kepada Sultan Raja Sulaiman hendak berlayar ke Nagari Selangor.
Maka kata/ aja Sulaiman “baiklah jikalau Opu Daeng Parani suka, baiklah
pinta anaknya yang tua perempuan/ Yama Tuan Raja Selangor itu saya semua
samalah menyukakan.” Kemudian Opu Daeng Parani pun/ berlayarlah dengan
kenaikannya gurap serta dengan saudaranya yang berdua. Kemudian sampailah
ke Nagari// Selangor. Lalu dipinangnyalah anaknya Yama Tuan Raja Selangor, 23
maka diterimanyalah Opu Daeng Parani/ dibuatnya menantu, dikahawinkan
dengan anaknya yang tua perempuan. Maka tiada berapa lamanya maka
beranaklah/ seorang perempuan.
Alkisah maka tersebutlah perkataan raja Kedah berkelahi dengan
saudaranya di dalam/ Nagari Kedah. Kemudian saudaranya yang tua Raja
Kedah itu berkirim surat pula, menyilakan Opu/ Daeng yang berlima
bersaudara silahkan ke Kedah. Maka tiada berapa lama antaranya, maka
mufakatlah Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu. Maka bersiaplah masing-
masing dengan kelengkapannya serta dengan kenaikannya sebuah/ seorang.
Maka sampai waktu ketika yang baik, maka dilangkahkan dengan langkah raja
--- maka berlayarlah/ ke Nagari Kedah, serta sampai dipanggil oleh Yama Tuan
Raja Kedah, masuk ke dalam kota.
Maka berjumpalah/ dengan Yama Tuan Raja Kedah, maka berjamu-
jamulah santap nasi. Telah sudah santap maka diangkatlah air/ panas. Telah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
sudah santap air panas, maka aja Kedah pun berkhabar “minta` tolong perang
karena/ saya ini berkelahi dengan saudara saya sebab berebut kerajaan
Khabirraha Kedah. Jikalau menang saya/ perang , saya berilah Opu Daeng
yang berlima bersaudara saya berilah orang lima belas” baharu kemudian
dija/wab oleh Opu Daeng khabar aja Kedah itu “saya minta cap tanda tangan
dan mana-mana sekalian orang/ dagang yang datang dari timur ada di dalam
nagari Kedah omo dan seperti Bugis dan Mangkasar/ dan mana dari semuanya
itu serahkan kepada saya perintahnya.” Maka kata aja Kedah “baiklah akan
tetapi saya/ belum bergelar Yama Tuan di Kedah, akan tetapi saya bertangguh
dua hari hendak mengumpulkan sekalian/ orang da/g/ang36 yang datang dari
timur dan mana-mana sudah berumah-rumah di kedah ini seperti orang/bugis
dan mangkasar dan mandra itu yang berdagang sekalian hendak panggil dan/
hendak ditanya mau dia mengikut bicara sahaya itu tiada itulah maka sahaya
bertangguh dua hari.// tiada boleh lama, barangkali ditahukan oleh Adinda 24
Barangka, diampangnya seperti bicara itu”/
Kemudian bermohonlah balik Opu Daeng yang berlima bersaudara itu
Serta sampai ke perahu/ kenaikannya maka disuruhnya pang/g/illah37 sekalian
orang bugis dan mana-mana sekalian orang yang/ dari timur yang berumah atau
yang datang berdagang sekalian dan anak-anak kuda disuruh datang
kena/ikannya mengadap. Maka datanglah kumpul sekaliannya, maka Opu
Daeng Parani beserta Opu/ Daeng Menambun dan Opu Daeng Mariwa pun
bertitahlah kepada sekalian nakoda yang datang dari/ timur dan datang dari
bugis dibawa mufakat hendak menjadikan ama Tuan “anak aja/ Kedah yang
tua itu kita jadikan yang Empu Tuan kenaikannya ayahnya dan jikalau
saudaranya tiada/ suka kita semualah serta menolong kaka/k/nya38 asal sampai
tiga hari mufakat kita sama-samalah kita / semua mengadap kakaknya hari
itulah kita menggelarnya yang Empu Tuan Raja Kedah. Dan jikalau/ bermarah
saudaranya kita semua melawannya serta sudah selesai perjanjian mufakat
kepada sekalian/ anak-anakku” dia lalu bermohonlah pulang ada yang ke
rumahnya ada yang ke perahunya.
Kemudian serta sampai/ tiga hari masing-masing berdatang-datanglah
mengadap sekalian nakoda-nakoda mengadap kepada Opu Daeng/ yang
berlima bersaudara naik ke darat serta dengan alat senjatanya bersama-sama
indr/a/gurunya39/ Tujarafa dan sekalian nakoda orang bugis dan sekalian
nakoda yang datang dari/ timur yang ada di Kedah itu sekaliannya dibawa
masuk mengadap Raja Kedah serta sampai ke rumah/ anak raja Kedah yang tua
itu lalulah duduklah. Maka lalu keluar anak raja kedah mengadap/ sekalian
orang yang datang itu.
Maka berkhabarlah Opu Daeng yang berlima bersaudara itu
mengatakan// “Saya semua ini datang hendak menggelar anak raja Kedah itu 25
yang Empu Tuan jadi aja di Kedah.”/ Maka disahutinya oleh anak raja itu
“Baiklah.” Maka lalu dibacalah surat gelaran, maka anak raja itu/ digelarlah
36
Tertulis داکڠ- dakang
37
Tertulis فڠکيلله- pangkillah
38
Tertulis کاکفڽ- kakapnya
39
Tertulis اندريݢورو- indriguru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
yang Empu Tuan Kedah. Setelah selesailah daripada itu, maka diangkatlah nasi
persantapan mana-mana/ yang hadir sedia sedapat-dapatnya, setelah sudah
makan sirih/ maka membaca dua kalimat. Lalu bertitah aja Kedah “Asal
kalimat ini tiadalah saya mengakir/ daripada hal perjanjian.” Kemudian
sekalian orang Bugis pun berkelung usunglah lalu menga/ra lah masing-masing
dengan cakapnya setelah selesai daripada itu maka masing-masing bermohon
balik ke rumahnya./ Maka lalu bertitah yang Empu Tuan mengatakan “ingat-
ingat di dalam dua tiga hari ini janganlah dila/pangkan datang siang malam
kerumah saya ini sekalian sama saudara orang dagang itulah yang suka kumpul
sahaya merajakan.” Maka bermohon baliklah sekaliannya.
Syahdan serta sampai dua hari/ mufakatlah sekalian sanak saudara yang
Empu Tuan Kedah mana-mana yang tiada suka, berkumpullah serta bersedia/
hendak melanggar. Dan serta sampai waktu ketikanya maka dilanggarnyalah
yang Empu Tuan Kedah/ yang baharu digelar itu. Maka sekalian orang Bugis
kumpullah sekalian orang dagang yang/ datang dari timur, dan segala orang
dagang sebelah barat tiada turut masuk perang. Maka/ perang itu tiga hari tiga
malam dengan orang Nagari Kedah dan Bugis. Anak-anak Raja Kedah mana/
yang tiada suka dengan Yama Tuan baharu itu, mungkin sehari mungkin
bertambah banyak./ Maka sampailah perang itu dilapan hari, maka banyak pula
orang Nagari yang masuk kepada/ Yama Tuan. Maka sampai sebulan, perang
Bugis serta selesai daripada pekerjaan perang./
Maka dikahawinkannya Opu Daeng Parani itu oleh Yama Tuan yang
baharu digelar itu dikahawin//kannyalah dengan saudaranya yang perempuan. 26
Maka beranak seorang perempuan dengan saudaranya Yama Tuan/Raja Kedah
itu. Maka lalu dibayarnya seperti perjanjian yang lima belas bahara itu, maka
baharu dibayarnya/ tiga bahara ringgit, dia berkhabar “bertangguhlah dahulu
yang selaginya”. Maka menerima/ bahara ringgit itu dibahagi dengan sekalian
dagang yang datang dari Bugis dan dagang/dari timur uang yang tiga bahara
ringgit itu.
Kemudian setelah selesailah daripada itu./ Maka bermohonlah balik ke
Riyau, maka lalu berlayarlah serta sampai ke Riyau ,baliklah ke rumahnya/
masing-masing. Lalulah menghadap Yama Tuan Riyau serta berkhabar perihal
hawal di Kedah, telah sudah.berkhabar maka lalu bermohon balik pulang ke
istananya. Dan seperti Opu Daeng Mariwa yang/ yang bergelar Yama Tuan
Muda itu balik ke istananya di kampung datu' temanggung karena
berbinikan/anak engku Datuk Temanggung namanya engku encik Ayu,
beranak dua perempuan dan laki-laki/ seorang dinamakan lamafawunu
dipanggil orang timangan-timangannya encik unu dan yang/ perempuan Raja
Fatimah itulah ibunya Yama Tuan Muda Raja Ali, dan yang seorang lagi
perempuan/ namanya Tengku Puan itulah ibunya Tengku muda di Riau.
Dan seperti Opu Daeng Calak naik/ ke dalam istananya karena satu
rumah dengan Yama Tuan Raja Sulaiman karena satu rumah dengan/ Yama
Tuan Raja Sulaiman, karena adik Yama Tuan Raja Sulaiman dibuatnya bini,
beranak empat perempuan/ yang perempuan namanya Tengku Putih itulah
ibunya Baginda Sultan Mahmud yang diam/ di Lingga, dan kedua perempuan
anaknya Tengku Itam namanya itulah ibunya silakuning/ di Lingga, dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
seorang laki-laki bernama yama tuan muda Raja Haji dan lagi seorang
perempuan anaknya/ namanya Raja Halimah berlakikan awang langa.
Syahdan maka tersebutlah perkataan Raja Sambas//Marjum Sultan Adil 27
berkirim surat memanggil hendak berjumpa di sambas kepada Opu-Opu Daeng
yang berlima bersaudara, mana-mana yang suka datang ke Nagari Sambas,
jikalau suka hendak/dikahawinkannya dengan adiknya yang perempuan
bernama Uri Tengah digelar Raden Takah, serta/ hendak dijadikan Pangeran
Mangkubumi memerintahkan di dalam Nagari Sambas. Maka serta dapat/ surat
dari Sambas itu, maka berbicaralah mufakat Opu Daeng yang berlima
bersaudara itu/ mana-mana yang patut baiknya.
Maka mufakatlah kelimanya bersaudara mengatakan, “Opu Daeng
Kamase/ yang belum tentu, kedua adiknya.” Maka mufakatlah pula lagi serta
dengan perjanjian Opu Daeng/ yang berlima bersaudara itu “barang dimana-
mana dapat susah kita berlima bersaudara berkumpul dan/ memberitahu
berkirim surat kita bersama-sama bertolong-tolongan barang suatunya tiada
bercari.”/ Demikianlah fakatnya lima bersaudara. Lalu bermohonlah Opu
Daeng Menambun, tatkala di nagari/ Matan itu telah digelar oleh Sultan
Muhammad Zainuddin, tatkala memulangkan kerajaannya waktu/itulah
digelarnya Pangeran Emas Sri Nagara. Dan beserta adiknya yang nama Opu
Daeng/ Kemase bermohon hendak ke Matan hendak singgah-singgah di Nagari
Sambas berjumpa dengan/ Sultan adil, memeriksakan khabar yang seperti di
dalam suratnya itu kemudian lalu bermohonlah Opu Daeng Menambun kepada
kakanda Opu Daeng Parani, dan kepada adinda Opu Daeng Calak, /dan kepada
adinda Opu daeng Mariwa, lalu berpeluk bercium berkasih-kasihan.
Lalu bermohon/ pula Opu Daeng Kemase kepada Sri Paduka Kakanda
yang bertiga lalu berpeluk cium, berkasih-kasihan ,lalu bermohonlah ke perahu
lalulah berlayar paduka kakanda pun sekalian mengantar/ juga melihatkan
perahu Sri Paduka Adinda dan kakanda yang berlayar tujuh buah siang itu.// 28
Kemudian tiada berapa hari lamanya, sampailah ke Kuwala Nagari Sambas.
Lalu bersuruhanlah sampai mudik/ beritahu kepada Sultan Adil dengan
mengabarkan Sri Paduka Kakanda Opu Daeng Menambun/ serta dengan
Paduka Adinda Opu Daeng Kemase ada di kuwala. Serta tahu Sultan Adil
lalulah,/ disuruhkannya sekalian pangeran-pangeran serta dengan Paduka anak-
anaknta dan serta kyai pembekalnya ilirlah ke kuwala/ menyambut Opu daeng
yang berdua, disilahkan mudik ke Nagari.
Serta sampai ke Pangkalan dalam, lalu disambutlah/ oleh Sultan adil
dengan hormat nya beserta dengan memasang bedil. Lalulah naik ke balai serta
berjamu-jamu/ makan minum telah selesai lah daripada makan dan minum,
disediakan satu kampung serta dengan rumahnya/ lalu disuruhkannya
berangkat naik ke rumah, lalu bermohonlah balik ke perahu Opu Daeng
Menambun/ serta dengan Opu Daeng Kemase. Maka berkhabarlah Sultan adil
“silahkan lah naik semayam diam di rumah.”/ Maka disahuti oleh Opu Daeng
yang berdua bersaudara “sebaik-baiknya mana-mana perintah sahaya semua
ikut.”/ Kemudian balik ke perahu lalu berangkat ke rumah.
Sampai tiga hari lalu bersuruhan Sultan A/dil menyuruhkan pangeran-
pangerannya serta kyai-kyai orang bertujuh menghadap Opu Daeng
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
44
Tertulis اکوڠ- akung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
Ratu Sultan ada juga di Matan ibunya itu Enci Caramin dan timang-
tima/ngannya Putri caramin itu anak Raja Kahara di Nagari Ba(n)tu45 Rijal di
Hulu Nagari//Indragiri sebab berbini dengan saudaranya ini Raja Kahara itu
berselisihkan pedang kerajaan/ di Nagari Batu Rijal. Dan pedang kerajaan itu 32
dua dipegang oleh raja kahara dipinta /oleh kakangnya tiada diberikannya
kaka ku menjadi raja di Batu ijal akulah punya pedang pusaka/yang dua itu.”
Maka lalulah marah kakaknya kepadanya, maka dibaiki satu penjajap
lalulah Raja/ Kahara itu ilir dengan sanak saudaranya yang sama-sama mau
mengikut dia berlayar, ada orang/ naik pula dan beserta dibawanya anaknya,
seorang budak-budak nya perempuan ada bertujuh karena Putri/Caramim itu
ibunya pun sudah meninggal. Dia ada tempat meninggalkan anaknya pun
menjadi/ tiada mau ditinggalkan. Kemudian ilirlah ke Kuwala Indragiri, lalu
berlayar jatuh ke Kuwala Sambas./ Tiga malam tidur mencari mimpi yang baik
tiada dapat mimpi yang baik, dan lalu berlayar/ ke Mempawah. Tidur dua
malam sampai ketiga malamnya bermimpi memegang-megang matahari,
lalulah mudik/ ke sungai Mempawah. Sampai di Kuwala sangking mendengar
khabar Panembahan sangkawa' ada Raja Kahara/ membawa anaknya
perempuan terlalulah bagus, lalu diminta oleh Panembahan sangkawa' hendak/
dibuatnya istri dijadikan Ratu Panembahan di Nagari Mempawah. Maka
diterimanyalah oleh Raja Kahara itulah, pinta dia sekalian anak perahunya
yang tiga puluh orang jikalau dia suka/ hendak berbini di Nagari Mempawah
ini "terimalah dengan tiada memberi suatu orang antaranya/ jikalau mau
berjanji demikian ini saya terimalah itu raja Mempawah kahawinlah dengan
anak /saya."
Maka dijawab panembahan sangkawak “Baiklah.” maka kahawinlah
Ayahanda Panembahan sangkawa'./Itu maka beranak seorang perempuan
bernama Mas Andarawati terlalu baik rupanya, maka bertun/angan dengan raja
Sambas yang bernama Ratu Anam Kusumayu. Ada di dalam tengah
bertunangan maka Duli tuanku// Sultan meminta anak Panembahan itu yang
bernama Mas Indrawati. Maka dijawab/ Panembahan “anak sa[ya]46 telah 33
bertunangan dengan Raja Sambas yang bernama atu Anam Kusumayu.”
Maka/ lalu berlayar Duli Tuanku Sultan ke Mempawah dengan perahu
kakap tujuh buah sampai ke Kuwala/ Mempawah lalu mudik sangkawa , lalu
naik ke rumah mengadap Panembahan sangkawak minta / kahawinkan dengan
anak Panembahan Sangkawa yang bernama Mas Indrawati. Maka kata
Panembahan/ Sangkawak "Baiklah". Maka lalu nikahlah, sampai tiga hari lalu
Duli Tuanku hendak balik/ ke Matan, maka hendak Duli Tuanku tinggalkan
Adinda Ratu Mas Indrawati. Maka kata/ Panembahan Sangkawak "jikalau
dipeliharakan dengan kesempurnaan peliharaan kepada anak saya, baiklah di
bawa berlayar ke Matan, karena saya khawatir juga jikalau ditahukan oleh Ratu
Anam Kusumayu barangkali/ di bawanya ke Sambas sebab tunangannya."
Maka dijawab oleh Sultan Muhammad Zainuddin "baiklah,/ Ayahanda kalau
percaya kepada saya, InsyaAllah saya peliharakan dengan kesempurnaan
Tertulis بناتو
45
46
Tertulis سىا
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
47
Tertulis مڠحبرکن- menghabarkan
48
Tertulis منجڠڠ- menjungang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
sampai/Siya ke Sukudana.
Maka <Muhammad> Sultan Muhammad Zainuddin49 pun bermohon
balik kepada Paduka Bunda/ atu Panembahan sanggu , dan kepada Sri Paduka
Adinda Ratu Sultan Mas Indrawati, maka/ anakanda dua lagi istri pun
menyembahlah sujud menyium lutut Ayahanda Baginda Sultan/ Muhammad
Zainuddin maka berpeluk bercium berkasih-kasihan sekalian laki-laki
perempuan. Maka/ Sultan Muhammad Zainuddin pun bertitah "selamat-selamat
sempurna sampai kepada sekalian anak-cucu turun/ temurun menjadi raja
memegang Nagari" serta meminta doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
beserta mem/b/aca50 doa /selamat, lalu bertitah Sultan kepada sekalian dayang-
dayang, bini-bini perwara "siapa engkau semua saya pasuka/ mengikut anakku
Putri Kasamba hendak pergi ke Mempawah? Baiklah aku pun suka benar."
Maka banyaklah/ dayang-dayang serta bi/n/i-bi/n/i51 perwara mengikut ada
empat puluh orang yang mengikut berlayar ke Mempawa/ dan orang yang baik
tannya sanak saudara yang di matan itu mengikut Encik Karabang dan encik/
Kuyani dan mas-mas dan utin-utin ada juga bersama-sama mengikut didalam
yang empat puluh itu./ Maka berlayarlah menuju Kuwala mempawah.
Maka serta sampai kelengkapan perahu yang empat puluh itu/ke Kuwala
mempawah. Maka masuklah sekaliannya mudik di dalam sungai, maka
berhentilah di sebuah bukit lalu mana besar membuat Nagari di sebukit, karena
di sebukit itu Nagari lama dahulu kala nya yang diam// disitu Patih Kamantri,
dan Patih Kamantri beranakkan patih nyabang itu raja Mempawah dahulu/ 36
kala, berbicara serta berjanji dengan nai'riyau Raja Sambas dan lara sepalayu
itulah berjanji/ Di pulau sama suka, masak nasi makan minum bersuka sukaan
lalu bertanam batu di Batu balat, lalu/mengalih nama Sungai Raya Sebayan arti
sungai raya suka-suka besyar dan arti sebayan sama-sama punya./Itulah
perjanjian orang tua-tua dahulu kala adanya.
Syahdan serta selesai daripada/ pekerjaan itu lalu lah mudik sampan-
sampan serta perahu ada tiga puluh dua mudik ziarah ke makam/ Marhum
Panembahan Sangguk, mudik beserta dengan Ratu Panembahan Sangkawak
dan beserta/ Ratu Sultan Mas Indrawati dan beserta Putri Kasamba Ratu Agung
Sinuhun. Serta sampai/ ke Sangkawak lalu mengaji, serta tahlil, bershodaqoh
makan minum, membaca doa. Serta tahu pangeran/ Dipati itu Raja Mempawah
itu hendak digelar Panembahan oleh Melayu, oleh Dayak separuh belum/ suka
karena dia itu sepupu sekali dengan Panembahan Sangkawak karena kata yang
separuh orang, Mempawah ada anaknya Panembahan itu ada di Matan, Mas
Indrawati yg bergelar Ratu Sultan/ Muhammad Zainuddin. Maka Pangeran
Dipati pun memapak berjumpa dengan Anakanda Mas/ Indrawati Ratu Sultan,
lalulah makan minum berkasih-kasihan berpeluk cium dengan/ sanak saudara
yang baru datang dari Matan.
Syahdan anak Pangeran Dipati ini empat/ orang dan pertama yang tuwah
Raden Jaka dan kedua perempuan namanya Emas Sri Sangka dan/ yang ketika
perempuan namanya Emas Candi dan keempat laki-laki namanya Raden Sri
49
Tertulis – محمد سلطنم محمدmuhammad sultan muhammad
50
Tertulis ممىاچ
51
Tertulis ٢ – بيتيbiti-biti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
itulah,/ anaknya Pangeran Dipati Mempawah. Kemudian ada antara tujuh hari
lalu datanglah Ratu Panembahan Encik Caramin beserta anakandanya Mas
Indrawati Ratu Sultan Muhammad Zainuddin// memeriksakan perkakas Duli
Panembahan Sangkawak serta dengan kawan-kawannya, serta dengan 37
perkakas/emas dan perak dan tembaga dikenalnya, mana mana perkakas yang
ditinggalkan tatkala berlayar/ ke Matan bersama-sama Sultan Muhammad
Zainuddin itu. Diperiksanya sekaliannya maka dipintanyalah kepada/ Pangeran
Dipati, maka dipulangkannya lah sekalian itu. Maka diperiksanya oleh Ratu
Panembahan Encik/ Caramin itu pusakanya, dianya sendiri punya pusaka
pedang dua dari Nagari Batu Rijal./ Pusakanya daripada ayahandanya yang
bernama Raja Kahara di Nagari Batu Rijal dan Emas indra/wati yang bergelar
di Nagari Matan. Ratu Sultan menanyakan susunan dan bedil yang bernama/
Bucang Jawa ditanyakan kepada Pangeran Dipati. Maka itu semua
dipulangkanlah waktu itu/ sekaliannya yaitu oleh Pangeran Dipati, kemudian
ditanyakan pula hal daripada waris/ meminta daya daya Mempawah dan daya
Pabahar dan daya malingsam ditawar berbagi betul-betul,/ karena yang telah
sudah ada daripada zaman dahulu barangsiapa jadi Pangeran Mangku/ itu
memegang daya sekayu pabahar dan barangsiapa menjadi Panembahan itu
memegang/ Mempawah kemudian baru dibagi siapa-siapa yang patut saudara-
saudara yang boleh menjadi/ kaki tangan dan pulang dengan penambahan lima
Nagari seperti jari kanan pertama sangking kedua/ sama bai , ketiga kaca ,
keempat lumut, kelima sebawu itulah seperti jari lima.
Syahdan/ dijawab oleh Pangeran Dipati hal daripada Daya itu semua
satu Nagari pun tiada ia mau memberikannya" maka Ratu Sultan pun diam,
setelah seketika bermohon balik ke rumahnya lalu musyawarah/ dengan
menantunya orang Bugis yang bernama Opu Daeng Menambun, maka kata
Mas Indrawati yang bergelar atu Sultan itu hanya aku seorang saja
perempuan anak Panembahan Sangkawak//di pinta daya satu nagari pun tiada
diberikannya, apa bicara kita maka baiknya kita i/l/ir52/ dahulu ke sebukit di 38
gunung asal boleh terbawa bujang jawa." serta dengan susunan di bawalah ilir/
ke sebukit, lalu hendak bekerja, membaca doa selamat, hendak ditamatkan
mengaji, qori' mana-mana yang/ sudah kha[ta]m53.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Daeng Kalula anaknya Opu Daeng
Biyasa, Opu/Daeng Kalula itu sepupu sekali dengan Opu Daeng Menambun,
kemudian didengarnya khabar saudara-saudaranya/ yang mengembara di
sebelah barat yang berlima bersaudara itu semuanya itu diberi Allah dapat
kuasa. Kemudian,/ berlayar dari Betawi ke Riau, jatuh ke Mempawah singgah,
lalu mudik ke Sebukit ,maka/ bertemulah dengan Opu Daeng Menambun, lalu
berpeluk bercium berkasih-kasihan bertemu/ dengan saudaranya sepupu sekali.
Lalu berkhabar Opu Daeng Kalula kepada Sri Paduka Kakanda “hal/ utang
Kakanda yang lima bersaudara kepada saudagar Belanda yang di betawi yang
ayah saya dengan saya menanggu/ngkan, sambutan yang dibawa berlayar ke
Kamboja itu telah lepaslah selesai sahaya bayar disebabkan/ oleh tagal perang
52
Tertulis ايکير- ikir
53
Tertulis خم- kham
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
54
Tertulis بوکيس- bukis
55
Tertulis بوکيس- bukis
56
Tertulis کاجي- kaji
57
Tertulis دملينله- demilianlah
58
Tertulis – وبعد وبعدwaba’da waba’da
59
Tertulis دفݞکيلله- dipankillah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
sudah balig anak sahaya perempuan yang bernama Daeng Muda." Maka
dijawab/ oleh Gusti Jamaril "Mana-mana yang baik kepada ayahanda haraplah
mana baik kepada Ayahanda dan nini'da/ Opu Daeng Biyasa."
Syahdan maka Opu Daeng Biyasa pun menyuruh lah kepada anakanda
Opu Daeng Kalalu memulakan pekerjaan berjaga hendak menghawinkan Sri
Paduka Anakanda Gusti Jamaril dengan Daeng Muda itu anaknya Opu Daeng
Kalalu yang tuwa itu. Maka tentu/bicara maka benar khabarlah dengan Jendral
Hayamka "baiklah kita terlebih suka/ suka apa-apa kurang bilang sama saya,
boleh saya tolong dan jikalau hari kawin lalu dari/ dalam kota intan boleh
sahaya tolong arak dengan tanzidor beserta dengan tambur dan serdadu/ dan
serta orang besyar-besyar, pakai kereta tempat mempelai pengantin laki-laki,
serta orang besar-besar masing-masing/ dengan keretanya." Setelah demikian
itu, beramai-ramai lah bersuka sukaan di kampung Bugis di dalam/ Kampung
Baru. Serta sampai waktu ketikanya hari yang baik, maka waktu pagi-pagi hari
maka/beraraklah dari kampung Bugis lalu berjalan ke dalam kota intan maka
disuruhnya sambutlah oleh/ Jendral Hayamka dengan tanzidor, serta dengan
tambur dan serdadu serta dengan orang besar-besar/ mayor, dan kornel, dan
sekalian opsir opsir, dan segala orang kaya kaya dan orang baik banitan/ semua
sekalian memakai kereta. Mana yang tiada keretanya menyewa, sebab hari itu
bersuka-suka pergi bermain-main/ serta dengan anak bininya, siapa yang tidak
berperempuan yang bagus di dalam keretanya.
Serta keluar dari// dalam kota intan. Maka berbunyi meriam berkeliling
kota, maka berbalas pula berbunyi senapang ser/dadu. Lalu berjalanlah 41
ditengah lorong bermain bersuka-sukaan siapa yang haus di tengah jalan
ma/sing-masing membeli air serbat dan air legen dan sekalian buah-buahan,
dan mana yang sembahyang./ Serta sampai waktu dhuhur berhenti
sembahyang, setelah demikian itu maka lalulah menuju jalan kampung/ Bugis
di dalam kampung baru setelah dekat maka disambut pula oleh orang raja
Bugis senapang/ dengan pamurus. Maka senapang serdadu pun berbunyi pula
berbalas-balasan hidmat bunyinya/ Seperti Pertua’ Krama dan Ninida Opu
Daeng Biyasa dan beserta paduka ayahanda Opu Daeng/ Kalila dan beserta
kapiten Bugis, kapiten Bayung, dan Al farisi takalang itu semua berjalan/
dengan keretanya menyambut pengantin serta dengan menentukan aturan
tempat duduk orang yang/ membawah pengantin itu. Maka pengantin pun
dibawanya lah masuk ke dalam istana lalu duduk/kan diatas pawadi dan terang
cahayanya kilat, pakaian intan dan emas terlebih/mengalamlan hal mempelai
daripada hal pakaiannya, daripada hal sekalian yang dateng berarak
dengan/pengantin, setelah selesai daripada itu maka diperjamulah makan dan
minum, sulang menyulang, bersuka/-sukaan setelah akhir ashar, maka
bermohonlah balik sekalian orang besar-besar dan sekalian orang kaya./ Maka
masing-masing pulang ke rumah.
Setelah genaplah tiga harinya maka bermainlah pula bersuka-sukaan,/
makan minum, pengantin pun mandi-mandilah. Setelah demikian lama dengan
lamanya Gusti Jamiril/ pun bermohon kepada nini'da Opu Daeng Biyasa dan
kepada paduka ayahanda Opu Daeng/Kalula bermohon hendak balik ke
Mempawah. Maka titah ninida dan ayahanda “baiklah anakku/ boleh bersama-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
60
Tertulis دان/ دانganda
61
Tertulis كمالن- kamelan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
sukaan. Serta sampai/ ke Sebukit, maka disambutlah oleh Fuwan Wuciyah itu
bergelar Demang Rilaga memasang meriam/ sebelas kali. Maka
disilakannyalah naik ke paseban agung, lalu diangkatlah nasi persantapan
maka/sekalian orang yang datang berlayar di dalam perahu pedewakan itupun
semuanya disilakannyalah./ Maka baiklah Daeng Lulu dan Alfaris takalang
sekalian serta dengan anak buahnya dan beserta/ Gusti Jamiril pun mencium
lutut Sri Paduka ayahanda, dan bunda, dan kakanda Utin/ Diwaman dan Sri
Paduka Nini'da Emas Indrawati yang bergelar itu. Sultan Muhammad/
Zainuddin dan beserta moyang yang bergelar Ratu Panembahan Sangguk
namanya, tatkala/di nagari Batu Rijal. Putri Caramin anak Raja Kahara itu
semua lagi ada hayatnya hidup.//
Setelah sudah makan dan minum lalu membaca doa selamat. Lalulah 44
bersalam-salaman mengatakan selamat-selamat/ diberi Allah, serta dengan
sukanya masing-masing balik ke rumahnya. Maka Gusti Jamiril pun dibawa/
oleh Sri Paduka ayahanda dan bunda ke dalam istana. Lalu mandi air doa
selamat, serta berhenti/mandi lalu diberi persalin. Setelah itu berkumpullah
sekalian sanak saudara laki-laki perempuan/ bertanya ceritera Nagari Betawi.
Kemudian ada tiga bulan lamanya Gusti Jamiril ber/mohon hendak
mudik ke Nagari Pinang Sekayu' di dalam sungai mempawah, hendak
membawa/da/g/ang-da/g/angan 62yang dibawa dari Betawi seperti selendang
batik, dan sapu tangan batik, dan kain batik Betawi dan kelamkari, dan kain
cancawi macam-macam jenisnya sekalian/ dagang dan periyuk tembaga dan
pahar dan talam dan cerek tembaga dan gong dan gamelan/dan tuak-tuak dan
canang. Itu semua dagangan hendak dibawa mudik ke nagari pinang/sekayu'
maka kata Sri paduka ayahanda Opu Daeng Menambun dan beserta Sri
Paduka/ Bunda Ratu Agung Sinuhun “baiklah anakku ini lamanya belum juga
berjumpa dengan pangeran/ dipati itu kemunakan pupuh sekali dengan
panembahan sangkawa baiklah berjumpa serta dengan/ membawa oleh-
olehhan datang berlayar setelah ini.” Maka mudiklah perahu bindung tiga buah/
bindung orang dari sangku itulah dibali dibawa mudik maka dimuat itulah
dagang-dagangan/ yang dibawa dari Betawi.
Maka mudiklah serta sampai ke pinang Sekayu' maka naiklah Gusti/
Jamiril berjumpa dengan pangeran Dipati serta dengan membawakkan oleh-
olehhan datang berlayar mana-mana, apa apa yang sepatutnya serta berjumpa
dengan pangeran Dipati. Maka dilihat oleh pangeran Dipati/ itu Gusti jamiril
terlalu bagus serta baiklah sikapnya ditalikannya dengan nadzarnya
inilah//kalau akan menjadi raja mempawah maka lalu ditanya cucu ku tahu
mengaji?" maka disahuti "tahu." maka ditanya lagi "tahu mengaji syarof 45
nahwu?" maka dijawab "tahu" maka lalu disuruhnya/ mengaji. Maka
ditanyakan lah arti lafazd nya satu-satu maka dinahwukan oleh Gusti jamiril
artinya/ lafadz dan makna berbetulan. Maka lalu berkhabar pangeran Dipati
mengajarkan anaknya yang/tua laki-laki bernama Raden jaga itu hendak
disuruhnya ajar mengaji dan mengaji nahwu tetapi/ dia sudah berbini dan lagi
seorang anaknya perempuan bernama Mas Sri Sangsa dan ketiga/ anaknya
62
Tertulis – داکݞداکݞنdakang dakangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
yang berhutang, maka dia sekalian yang mana di utang/ itu pun mengaku lah
ada utangnya, akan tetapi hendak bertang/g/uh67 dua tiga bulan maka kata/
Demang Rilaga68 Panawuci' “tiada boleh bertang/g/uh69, karena perjanjian turut
sekarang engkau semua/ hendak bertang/g/u70 tiadalah boleh bertangguh.”
Kemudian disuruhnyalah tagih sekalian dia yang/ berutang itu. Maka dia-dia
itu pun mengkatalan berjalan ke Pinang Sekayu berkhabar membuat fitnah/
mengabarkan Demang Rilaga71 Panawuci merampas daya - daya sekalian.
Maka bangkitlah kembaran aden/ Jaka, anak Panembahan Pangeran Dipati itu
tiadalah lagi usul dengan periksa maka/ dikerahnyalah maka sekalian Melayu
di Pinang Sekayu , di bawahnya mudik ke shalih serta sekalian daya - daya /
berjalanan darat ---- --- --- sekalian melayu dan daya - daya mudiklah berjalan
ke shalih,/ mendatangi Panawuci Demang ilaga. Serta sampai dekat tengah
malam, maka dilanggarnyalah Bendung tiga buah itu, maka melawan sejurus
Demang Rilaga72 Panawuci membedil dengan/ senapang pamurus. Maka tiada
sampai himatnya hendak bertahan karena orang yang datang banyak./ Maka,
turunlah bersampan sehada orangnya, maka diturunkan sehada pakakas yang
kemas-kemas ke sampan./ Maka ilir lah membelah perahu musuh separuh
melawan, dan separuh membetulkan perahu serta/ sampai ke Pinang Sekayu
lalu berteriak saja di perahu mengabarkan ----2 perang sahaya semua/
membuat baik, uwa semua membalas dengan kejahatan melainkan sahaya
semua mengambil baiknya."/Demikianlah khabar orang yang ilir itu.
Serta sampai ke sebukit lalu naik menghadap Opu Daeng Menambun,
maka khabar "baiklah kita balas serta dengan bersiap alat senjata". Maka/
disiapkalah kakap sebuah serta dengan orangnya tiga puluh orang disuruh pergi
berlayar ke Sambas// membawa surat memberitahu Sri paduka adinda Pangeran
Mangkubumi Opu Daeng Kamase/ dan sebuah kakap lagi disuruh siyap dengan 48
alat senjatanya disuruh berlayar ke Riau membawa surat./ Maka berlayarlah
Indraguru Lamalu, serta sampai ke Riau lalu disembahkannyalah surat kepada/
Yama tuan muda di Riau dan beserta sri paduka adinda Opu Daeng Calak
minta' bantu/ kepada Sri paduka Adinda Opu Daeng Mariwa, Yama tuan muda
akan sebab berbantah dengan raja/ Mempawah. Maka diceriterakan hal
hawalnya permulaan hal asal perbantahan oleh Indraguru Lamalu, maka
bersiaplah Yama Tuan Muda serta Adinda Opu Daeng Calak karena waktu/
masih lagi ada hayat Opu Daeng Mariwa, dia jadi Yama tuan muda sudah
meninggal Opu/ Daeng Mariwa, baharulah Opu Daeng Calak menggantikan
kerajaan menjadi Yama tuan muda di ri/yau.
Alqisah maka tersebutlah perkataan pangeran Mangkubumi Opu Daeng
Kamase berlayarlah dari Sambas, serta penjajapnya lima buah serta selamat
sampai ke Mempawah, ke Sebukit. Maka mengadaplah/ paduka kakanda Opu
Daeng Menambun. Maka diceriterakanlah permulaan hal hawalnya asal
67
Tertulis برتݞکوه- bertangkuh
68
Tertulis رالک- ralaga
69
Tertulis برتݞکوه- bertangkuh
70
Tertulis برتݞکو- bertangku
71
Tertulis رالک- ralaga
72
Tertulis رالک- ralaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
76
Tertulis – بکوسbakus
77
Tertulis – لواالluwala
78
Tertulis – مݞجرکنmengajarkan
79
Tertulis – بکوسbakus
80
Tertulis – بکوسbakus
81
Tertulis – لکيفونlakipun
82
Tertulis – بکوسbakus
83
Tertulis – منݞکويmenungkui
84
Tertulis – بکوسbakus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Bagus itu/ diterimalah dengan suka ridha, jikalau boleh baiklah se/g/era89
dalam dua tiga hari inilah./ Lalu dikhabarkan oleh Tuan Imam seperti pesan Sri
Paduka Ayahanda Pangeran Mas Suri/ Nagara Opu Daeng Menambun dan
beserta Paduka Ayahanda Yama Tuan Muda Opu Daeng Calak/ itu kepada
Ratu Bagus dan mengabarkan jikalau Ratu Bagus naik pengantin sudah/ duduk
di pawadi dua laki istri Paduka Ayahanda hendak berkalung usung barangkali/
orang Bugis mencabut keris berkejar jangan terkejut. Maka disahut oleh Ratu/
Bagus “baiklah”.
Setelah demikian itu sampai keesokkan harinya memulai berjaga-jaga/
makan dan minum seperti adinda Pangeran Mangkubumi Opu Daeng Kamase
menunggu/ kubu di Tumban di Kuwala Malingsam serta dengan anakanda-
anakandanya sekalian. Setelah sampai tiga hari// berjaga-jaga, maka pada
ketika waktu yang baik pagi pagi hari maka beraraklah pengantin serta/ sampai 54
masuk ke dalam kota lalu duduklah di Paseban Agung. Maka dinikahkan oleh
tuan imam,/ setelah sudah nikah lalu masuk ke dalam istana maka didudukkan
di dalam pawadi lalulah berdiri/ masing-masing raja-raja dan orang Bugis
Bugis dan panglima panglima menyepakan nasi adap-adap. Maka setelah
demikian/ itu maka berkilung usung Bugis Riau dan orang Bugis mempawah,
maka berdirilah/ Yama tuan muda Opu Daeng Calak itu mengunus keris serta
berkejar lalu memberi/ bersalin kepada Ratu di gelar panglima perang, maka
berdiri pula Pangeran Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun menganjaqkan
bersalin kepada Yama Tuan Muda Opu Daeng /Calak sambil berkhabar
"engkau lah adikku menjadi panglima besar"
Setelah demikian itu sahada/ orang Bugis Riau dan beserta sekalian
orang Bugis mempawah pun sekaliannya mengunus keris/ berkejar lalu
mengarak sambil bercakap masing-masing dengan cakapnya. Setelah demikian
itu maka diangkatlah/ orang hidangannya nasi persantapan ke Paseban Agung,
setelah itu santap nasi. Telah sudah/ santap nasi lalu diangkat air panas setelah
sudah makan dan minum, lalu membaca/ doa selamat lalu mufakatlah hendak
mudik ke Pinang Sekayu' masing-masing dengan perahunya dan panja/jap, pun
disuruh bercamat juga mudik ke Kuwala sangkayang.
Syahdan maka mendengar/ kabar Panembahan Pangeran Dipati dan anak-
anaknya bernama aden Jaka dan sekalian Melayu/ yang di Pinang Sekayu
dan beserta sekalian Daya - Daya malingsam dan daya' mempawah dan daya /
sumpa mendengar khabar yang tentu atu Bagus raja landak sudah dibuat
menantu, di gelar panglima perang dan datang bantu lagi dari Riyau Yama
Tuan Muda bergelar panglima// besar yang sudah ada sediya di malingsam
Pangeran Mangku itu bantu Daeng/ dari Sambas dan orang Sebukit pula jadi 55
empat Nagari yang laluan./
Maka orang Nagari Pinang Sekayu pun banyak lah sudah susul
menyusul --- pulang./ Pulangnya yang --- disusul pa’sintiya tua-tua daya shalih
itu membuat fitnah pada/ Raden Jaga dan Raden Jaga pun mendengar fitnah
tiada dengan periksa ditakahkan/ oleh ayahandanya Panembahan Pangeran
Dipati itu pun tiada dipedulikan, waktu/ ini baharulah tahu menyesal tiada
89
Tertulis سکرا- sekera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
Yama Tuan Muda serta dengan Pangeran Mangku "baiklah suru/hkan mana
suka-suka dia pada hari ini asal jangan saja membakar rumah orang."
Setelah demikian/ itu alkisah maka tersebutlah perkataan Panembahan
Pangeran Dipati serta dengan Raden Jaka94/ serta dengan pambekal pengarah
kyai berdatang sembah kyai pengarah serta dengan pambekal mengatakan/
"Anakanda Raden Jaka95 itu pekerjaannya tiada dengan hati serta dengan akal
kepada Allah,/ dia kurang tawakal hari ini baharu dia menyesal. Maka
mudiklah orang Pinang/ Sekayu , undur ada yang berjalan darat, ada yang
berperahu, serta sampai di mangkapas di situ tinggal kyai-kyai membuat kubu.
Maka raja-rajanya mudik diilirkan kuwala sumpa /di tembawang bangsal.
Maka sampai dua hari orang Bugis di Pinang Sekayu , maka diperiksanya/
orang yang lari itu bertemu di Mangkapas di Kuwala Nyawan. Maka peranglah
pula di situ/dengan Melayu dan Daya sekalian orang Bugis, maka sama
bertahan pula disitu.
Maka mudiklah/ pengarah pengarah Pinang Sekayu berjumpa
Panembahan Pangeran Dipati mengabarkan “tiada cakap/ lagi lawan, sebab
Daya sudah banyak menghadap Pangeran Mas Suri Nagara ke Pinang/Sekayu ,
sekalian Daya Malingsam tuan-tuan nya berdatangan menghadap ke Pinang
Sekayu dan sekalian/ tua-tua Daya itu semua tahukan jelujuran dan
keturunannya mengabarkan Panembahan /Sangkawak itulah Raja Mempawah
yang asal itu beranak seorang saja perempuan berlakikan/Sultan Zainuddin di
Matan, kemudian beranakkan Putri Kasamba berlakikan/ orang Bugis bernama
Opu Daeng Menambun dan sudah ada beranak laki-laki lima dan perempuan//
lima. Lagipun kebesaran Mempawah susunan dan bujang jawa ada kepada 58
tangan Putri/ Kasamba bagaimana kami hendak melawan tuan kami itu tuan
yang asli jikalau/ sangat pangaruh-pangaruh Pinang Sekayu suruh mengarasi
kami menyuruh melawan --- ---/ kami.”
Setelah mendengar khabar demikian lalu disuruh panggilah sekalian tua-
tua Daya Mempawah dan/ Tua-tua Daya' Malingsam dan tua-tua daya sumpa ,
dikumpulkan sekalian berbicara serta/ musyawarah “ba/g/aimana96 melawan
kita undur ke mana baiknya kepadaku semua jikalau/ berani pun ku semua
Daya' jikalau melawan ku semua daya' yang diharap.” Maka/ dijawab oleh tua-
tua Daya separuh Daya berkata “seboleh bolehnya kita lawan.” dan
separuh/tua-tua Daya' berkata “aku tak mau melawannya anak cucu nya
Panembahan Sangkawak” kata/ Daya', “Samanya Daya ku yang cakap ku
pembohong, akalku hendak melanjarkan Panembahan/ Pangeran Dipati Raden
Jaka97 saja, yang baiknya baiklah tuan lari. Sementara Daya / Landak belum
jadi musuh, karena rajanya sudah jadi panglima perang datang dari/ Sebukit.”
Lalu menyahut Panembahan Pangeran Dipati “ku semua ba/g/aimana98
mengikut/ aku lari.” Maka dijawab oleh Daya “siyapa yang suka mengikut,
yang ta suka tinggal./ Mana untung kamilah.” maka bersimpanlah minta antar
94
Tertulis جاݞ- jaga
95
Tertulis جاݞ- jaga
96
Tertulis بکيمان- bakaimana
97
Tertulis جاݞ- jaga
98
Tertulis بکيمان- bakaimana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
kepada Daya panahan karena dia jauh/ sedikit rumahnya dengan tempat orang
berperang.
Setelah demikian itu bera/ng/katlah99 < panembahan>/ Panembahan100
Pangeran Dipati berjalan darat, lalu ke Pabahar, dari Pabahar lalu ke Siri,/dari
Siri lalu ke Sanga Tamil, dari Tamil lalu ke Tayan, dari Tayan lalu ke Maliyu./
Lalu membuat nagari di Maliyu. Separuh sanak saudaranya dan serta dengan
orang kawannya// tinggal di Mempawah di Pinang Sekayu , dan separuh
tinggal di Kuwala Sampa di Tembawang/ sebawu dan separuh tinggal di 59
Tayan, dan separuh diam sama-sama di Maliyu.
Alkisah maka/ tersebutlah perkataan Pangeran Mas Suri Nagara dan
beserta Adinda Yama Tuan/ Muda Opu Daeng Calak, dan beserta Adinda
Pangeran Mangku Opu Daeng Kamase/ di Pinang Sekayu , maka berdatangan
sembah Demang ilaga Panawuci itulah ayahanda Daeng/ Uci yang menjadi
haji mengatakan “baik kita membuat pahala karena terlampau benar
per/buatannya Daya Shalih, sebab dianya membuat fitnah yang tida -tida
diadakannya daripada/ hendak menyambung raja-raja, sebab tuan-tuannya
Daya Shalih itulah membuat fitnah, baik/ kita ajar berpuas hati dirampas anak
bininya, kita buat perwalihan masing-masing/ membawa pulang ke nagarinya
khabar Daya Shalih yang perempuan putih-putih, bagus-bagus/ masing-masing
punya pendapatan punya perwalihan.” Maka disahut ama Tuan Muda serta/
dengan Pangeran Mangku “baiklah yang demikian itu”. Maka kata Opu Daeng/
Menambun pun “baiklah demikian itu, mana yang lepas lari ke hutan itulah/
bahagian saya menyuruh mencarinya.”
Setelah sudah demikian itu maka mudiklah sekalian raja-raja/ dan
pangeran-pangeran dan indriguru-indriguru dan sekalian ju a- ju a mudik ke
Shalih. Separuh/ perahu lepas ke hulu, separuh perahu tinggal di ilir. Waktu
pukul delapan pagi/ maka naiklah orang perahu yang lepas ke hulu naiklah ke
darat. Maka berbunyi/ sembuyan tawak-tawak di hulu, maka berbunyi
sembuyan tawak-tawak di ilir. Maka sama-sama/ naik dari sebelah darat
rumah, tiba ke rumahnya serta naik masing-masing menangkap// anaknya yang
perempuan itu, anaknya yang laki-laki itu, bininya itu. Laginya tiadalah/ tentu 60
orang menangkap ketiga itu dan orang merampas siapa dapat siapa/ punya yang
mendapat diberikannya dengan kawannya separuh harga. Setelah demikian itu/
masing-masing dengan perwalihnya karena Daya Shalih itu lima puluh
pintunya, orangnya/ ada dua ratus. Kemudian mana yang lepas ke hutan itulah
disuruh cari dengan/ Daya , maka ada dapat dua tiga puluh laki-laki dan
perempuan di kumpulkan, disuruh dibawa/ ilir ke Sebukit dimasukkan islam.
Setelah demikian maka disuruh panggil tuan-tuannya/ sekalian Daya
dipanggil mengadap, hendak menentukan adat serta perjanjian. Maka/ disuruh
panggil tiga puluh nagarinya yang dalam sungai mempawah dan sampa dan ---
/ malingsam sekalian tua-tuanya datang mengadap, suruh diberi makan dan
diberi persalin/ mana yang patut tuan-tuannya itu diberi persalin. Setelah sudah
ia makan dan persalin/ lalu diperiksa siapa Daya yang membunuh melayu
99
Tertulis براعکتله- beraakatlah
100
Tertulis ganda فنمباهن
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
yang tiada berdosa. Berkhabarlah dia “waktu/ itu ku semua apa sebab, maka
dapat melayu ku bunuh itulah salahku semua ini, aku semua/ mendapat ku
semua Daya aku hidupkan supaya boleh sampai boleh sampai kepada anak
cucuku semua/ Daya diperintahkan oleh anak cucu aku suka ke semua.” begitu
menyahut sekalian/ Daya suka “apa perintah seperti benang putih
menyerahkan diri kepada Pangeran/ Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun.”
Demikianlah sahut tua-tua/ Daya dan laki disuruh berdiri pula Indraguru
Lamalu dihadapan sekaliannya/ tua-tua Daya memegang batu sebelah kanan,
memegang telur sebelah kiri mengadap ke tepi// sungai ini satu lagi perjanjian
dengar oleh kita semua daya ” disahut oleh daya / “Baiklah” lalu 61
diangkatkannya tangannya ke atas.
Maka lalu berkhabar Indriguru Lamalu/ “kepada daya dengar terang-
terang perjanjian salah daya' ,daya' mati. Salah Bugis dan Melayu/ Daya'
mati.” Maka diampaskan telur, maka dibuangkannya batu ke air. Maka
menyahut/ tua-tua daya sekaliannya salah sebutan Indriguru Lamalu' maka
dijawab oleh segala/ menteri-menteri dan segala pengkawal “selamlah kita batu
itu boleh dibetulkan pula semula/ panjaran.” Maka kata daya “manaka dapat
lagi diselam melainkan apa apa kata Pangeran Mas/ Suri Nagara “Mana mana
baik kepadanya itulah pengarapan kami, tempat bergantung selagi/ ada umur di
dunia ini.”
Setelah demikian itu maka ditanya daya sekalian “jangan kau mangkir”
maka/ dijawab sekaliannya semuanya daya “baiklah dengan harta benda
perkakas dan anak/ bini dan nyawa singat diserahkan kepada tuan kami yang
memerintah kami.” Telah sudah/ demikian itu, maka bersimpanlah perahu ada
yang membuat lanting, ada yang membuat rakit/ tempat barang-barang,
perwalihan datang dari hulu ada yang rumah dirubuh dibuat/ rakit mana rumah
yang tiada bertunggu. Setelah demikian itu ilirlah masing-masing dengan/
kesukaaannya, ada yang berdzikir sambil ilir, ada yang bernyanyi, ada yang
menari di atas rakit/ dan lanting. Serta sampai ke rantau layang maka
dikumpulkanlah sekalian rakit dan lanting/ ada tengah tiga ratus rakit orang
Bugis dan rakit orang Riyau dan rakit/ orang Sambas dan rakit orang
Mempawah dan rakyat Daya . Maka di rakit daya digantungkan/gong dua,
canang, tuak-tuak, maka masing-masing menari didalam rakitnya sekalian//
daya' ,dan sahada rakit melayu masing-masing dengan benderanya masing- 62
masing dengan kendangnya/ dengan seruninya serta dengan nyanyinya.
Adapun rakit orang Bugis masing-masing dengan/ benderanya dengan tombak
benderanganya serta dengan kilung usungnya kenjarnya/ serta dengan
soraknya, kemudian perahu yang dibawa mudik pun di bawa ilirlah/
semuanya masing-masing dengan benderanya masing-masing dengan kendang
seruninya dan serta/ dengan gamelannya.
Serta sampai ke sebukit lalu memasang bedil pertuah geram senapang/
pamurus dan meriam rentaka. Lalu masuk ke dalam kota, naik di paseban
agung. Maka berdatangan/ sekalian perempuan yang ada di dalam nagari
sebukit masing-masing datang ke dalam membawa(h)101" beras/ kuning serta
101
Tertulis ممباوه- membawah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
102
Tertulis لکي- laki
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
dinamakan/ Daeng Buga dan adik Daeng Buga itu perempuan dinamakan Emas
Utuh.
Setelah/ demikian itu maka berkhabarlah Opu Daeng Calak Yama Tuan
Muda di iyau “ada ampun/ karunia Sri Paduka Kakanda Adinda kedua ini
hendak bermohon balik ke Riyau/ dan Adinda Opu Daeng Kamase Pangeran
Mangku hendak bermohon juga balik/ ke Sambas jikalau dikaruniakan tahan
tiga harilah mohon Ilir karena sementara/ ju‘a -ju‘a yang jangan-jangan belum
ada yang risau maka disahut oleh Sri Paduka/ Kakanda Ratu Agung Sinuhun
Putri Kasamba "baiklah jikalau boleh kakanda bertangguh/ tahan tujuh hari lagi
hendak membuat-membuat perbekalan bakal berlayar dilaut." Maka/ disahut
oleh ama Tuan Muda“baiklah boleh adinda semua sambil menggelar yang/
saya jadi Panembahan itu,apaka nama gelaran yang baik suka Sri Paduka
Kakanda."/ Maka disahut oleh Pangeran Mas Suri Naga/r/a104 Opu Daeng
Menambun// ta’la usah kakanda digelar sudah ada kakanda ini perempuan 65
Ratu Agung Sinuhun/ Putri Kasamba itu sudah digelar oleh Sultan Muhammad
Zainuddin digelar serta/ dengan dita'dzirkan memulangkan tanah Mempawah
kepadanya dia yang menjadi raja." Setelah/ demikian itu di dalam tujuh hari
tujuh malam itu orang yang di Sebukit bersuka/ sukaan. Maka masing-masing
membaik perahu dan sampan-sampan ada yang membawa jala, ada/ yang
membawa pukat, serta membawa anak bininya hendak bermain-main di
Kuwala./
Setelah sampai ketujuh harinya, hari isnin enam belas tafaq bayang-
bayang./ Maka membaca sholawat tiga kali, maka lalulah dibongkar sawah.
Lalu berda/yunglah sekalian penjajap orang Riyau dan penjajap orang Sambas.
Maka/ ilir orang di Sebukit sekalian anak raja-raja, laki-laki dan perempuan
mengantar, ada/yang bernyanyi, ada yang bersiul dengan kecapi, ada yang
bergendang dengan seruni/ dan ada yang memukul gamelan, dan sekalian daya'
memukul gong. Doa ilir sambil/ menari sehari dan makan minum bersuka-
sukaan. Maka sampailah/ Mempawah maka keesokan harinya bermohonlah
Opu Daeng Calak Yama Tuan/ Muda di Riyau dan Adinda Opu Daeng Kamase
Pangeran Mangku Sambas/ mohon berlayar. Maka kumpulkan sekalian
panglima-panglima dan Indriguru sekalian/ dan anak raja Mempawah laki-laki
dan perempuan sekaliannya. Lalulah santap ketupat/ setelah sudah santap lalu
membaca doa selamat tolak bala . Maka lalu bersalam/ salaman, berpeluk
bercium berselamat selamatan.
Setelah demikian itu sekalian// penjajap Riyau dan penjajap Sambas pun 66
masing-masing menarik layarlah/ lalu membaca sholawat. Maka lalu berlayar
dan yang tinggal pun bemudikkan ke Sebukit/ telah sampai masing-masing
naik ke rumahnya bersuka-sukaan.
Syahdan itulah/amanat pangera[n]105 barang siapa membaca surat ini jika
berhenti hendaklah/ membaca Fatihah, Fatihahkan yang tersebut di dalam surat
ini sekalian Islam yang di/ ceriterakan ini supaya dia orang yang didalam kubur
meminta'kan doa kita/ dan supaya beroleh selamat yang menceritakan dan yang
103
Tertulis ٢ – لݢیlagi-lagi
104
Tertulis نکارا- nakara
105
Tertulis فڠير- pangera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
Tabel 13.