Anda di halaman 1dari 74

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

PERNASKAHAN DAN SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Kegiatan menyunting teks diawali dengan kegiatan inventarisasi

naskah. Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan, pencatatan, dan

pendaftaran data. Dalam penelitian filologi, inventarisasi naskah adalah

kegiatan menelusuri dan mencatat keberadaan naskah yang berisi salinan

teks yang akan dijadikan objek penelitian (Fathurahman, 2015).

Inventarisasi naskah merupakan bentuk upaya peneliti untuk

mengumpulkan sumber primer dalam penelitian yang dilakukan.

Inventarisasi naskah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

studi pustaka dan studi lapangan. Metode studi pustaka memanfaatkan

katalog naskah milik berbagai perpustakaan dan museum untuk mencari

data dari naskah yang dicari (Djamaris, 2002). Seiring perkembangan

zaman, inventarisasi naskah yang menggunakan metode studi pustaka

dapat diakses secara daring. Katalog yang awalnya berbentuk fisik

berkembang menjadi database di internet sehingga lebih mudah diakses.

Selain itu, database daring memiliki informasi yang lebih lengkap serta

terbaharukan.

Metode studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data-data

yang tidak hanya disimpan di perpustakaan, melainkan juga di masyarakat

25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

(Fathurahman, 2015). Peneliti harus terjun langsung dalam masyarakat

untuk mencari informasi tentang naskah jika menggunakan studi lapangan.

Naskah-naskah yang disimpan oleh masyarakat ada yang dikeramatkan

sehingga, tidak semua orang dapat membacanya.

Hasil penelusuran katalog terhadap naskah Hikayat Opu Daeng

Menambun ditemukan sebagai berikut:

1. Katalog terbitan

a. Katalog Inventarisasi Manuskrip Oriental Perpustakaan

Universitas Leiden Volume 2 (Witkam, 2007). Dalam katalog ini

memuat naskah Hikayat Opu Daeng Menambun dengan kode

naskah Or.1754.

b. Katalog Melayu Minangkabau dan Naskah Sumatra Selatan di

Belanda (1999) yang disusun oleh Teuku Iskandar dengan naskah

Or.1754 dengan judul Hikayat Opu Daeng Menambun.

Selain informasi dalam katalog penulis juga mencari informasi dari

media lain. Penulis menghubungi Bapak Mukhlis dosen ilmu sejarah,

Universitas Hasanuddin untuk mencari informasi mengenai naskah

Hikayat Opu Daeng Menambun. Informasi yang didapatkan adalah

penulisan nama Opu Daeng yang benar serta rekomendasi buku yang

membahas mengenai lima Opu Daeng bersaudara.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Gambar 1. Informasi mengenai Hikayat Upu Daeng Menambun

B. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah adalah kegiatan mengidentifikasi kondisi naskah

secara fisik, isi teks, serta identitas kepengarangan untuk menghasilkan

deskripsi naskah dan teks dengan utuh (Fathurahman, 2015). Berikut

deskripsi mengenai naskah Hikayat Opu Daeng Menambun.

1. Judul Naskah

Naskah ini berjudul Hikayat Opu Daeng Menambun Or. 1754

berdasarkan metadata naskah koleksi digital milik perpustakaan

Universitas Leiden, Belanda.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Gambar 2. Metadata pada website Perpustakaan Universitas Leiden

2. Nomor Naskah

Berdasarkan metadata naskah dalam situs web perpustakaan

Universitas Leiden, naskah Hikayat Opu Daeng Menambun memiliki

nomor naskah Or. 1754.

Gambar 3. Metadata pada website Perpustakaan Universitas Leiden

Nomor naskah Hikayat Upu Daeng Menambun tidak memiliki arti

atau maksud tertentu. Nomor naskah digunakan sebagai kode untuk

membuat naskah unik pada katalog dan sistem penyimpanan perpustakaan.

Keterangan ini berdasarkan informasi dari Jaap de Vreugd, staf

Departemen Koleksi Khusus, Perpustakaan Universitas Leiden.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Gambar 4. Keterangan Jaap de Vreugd

3. Penulis Naskah

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun ditulis oleh Min Husain

bin Warsih Muhammad bin Syaikh Ibrahim Kane. Nama penulis dapat

diketahui dari metadata dan kolofon dalam naskah.

Gambar 5. Metadata pada website Perpustakaan Universitas Leiden

Keterangan dalam metadata menginformasikan tentang nama

penulis dan peneliti sebelumnya. Berdasarkan metadata penulis naskah

Hikayat Opu Daeng Menambun adalah Mir Husayn bin Warsyih (?)

Muhammad bin Syaykh Ibrahim Kani Suf. Rogayah A. Hamid dan Fritz

Schulze merupakan peneliti yang pernah meneliti naskah Hikayat Opu


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Daeng Menambun. Rogayah A. Hamid mentransliterasikan naskah

Hikayat Opu Daeng Menambun dan dicetak pada tahun 1980. Fritz

Schulze meneliti Hikayat Opu Daeng Menambun dan menulis sebuah

buku pada tahun 1991. Buku tersebut berjudul Die Chroniken Von Sambas

Und Mempawah: Einheimische Quellen Zur Geschichte West Kalimantas.

Gambar 6. Kolofon yang menunjukkan nama penulis naskah

4. Tempat Penyimpanan Naskah

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis, naskah

Hikayat Opu Daeng Menambun tersimpan Perpustakaan Universitas

Leiden, Belanda. Perpustakaan Universitas Leiden beralamat di Wittel

Singel 27, 2311 BG Leiden, Belanda. Nomor telepon Perpustakaan

Universitas Leiden adalah +31 71 527 2814. Naskah Hikayat Opu Daeng

Menambun juga tersedia dalam bentuk digital. Naskah digital diunggah

dan dapat diakses pada pranala

https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/2042224/pages.

5. Pemilik Naskah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun dimiliki oleh Perpustakaan

Universitas Leiden. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dua stempel

kepemilikan dari Perpustakaan Universitas Leiden di halaman pelindung

naskah.

Gambar 7. Stempel halaman pelindung pada naskah Hikayat Opu Daeng Menambun

6. Keadaan Naskah

Keadaan naskah Hikayat Opu Daeng Menambun berdasarkan hasil

digitalisasi yang diunggah oleh Perpustakaan Universitas Leiden,

tergolong masih sangat baik. Gambar digitalisasi naskah Hikayat Opu

Daeng Menambin menunjukkan bahwa keadaan kertas yang digunakan

masih utuh dan lengkap. Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun dijilid

dengan menggunakan sampul berwarna coklat tua dan kondisi penjilidan

rapi. Hasil digitalisasi juga menunjukkan tingkat keterbacaan naskah

sangat jelas. Noda kotor ditemukan pada halaman pelindung naskah.

Tulisan latin ditemukan pada halaman kedua bagian isi naskah.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Gambar 8 Tulisan tangan pada halaman 2 Hikayat Opu Daeng Menambun

Gejalan slowfire ditemukan pada naskah Hikayat Opu Daeng

Menambun. Gejala slowfire adalah kerusakan kertas yang disebabkan oleh

tingkat keasaman tinta (Wirajaya, 2017). Hal ini menyebabkan tinta

sedikit menembus ke halaman lain, tetapi tidak mempengaruhi tingkat

keterbacaan naskah.

Gambar 9 Slowfire pada halaman 2 naskah Hikayat Opu Daeng Menambun

7. Tebal naskah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun terdiri atas 93 halaman

dengan rincian 66 halaman berisi teks, 24 halaman pelindung, 2 halaman

sampul (depan dan belakang), dan 1 punggung naskah.

8. Jumlah baris pada halaman teks

Jumlah baris pada setiap halaman teks Hikayat Opu Daeng

Menambun berbeda-beda. Berikut rincian datanya :

Halaman 1-65 : 19 baris

Halaman 66 : 16 baris (termasuk kolofon)

9. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan dalam naskah Hikayat Opu Daeng

Menambun adalah bahasa melayu.

10. Huruf, Aksara dan Tulisan

a. Aksara

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun menggunakan aksara Jawi

atau Arab Melayu.

b. Jenis tulisan

Jenis tulisan yang digunakan dalam Hikayat Opu Daeng

Menambun adalah jenis tulisan tangan atau khat, yaitu jenis khat naskhi.

Gambar 10. Potongan tulisan naskah Hikayat Opu Daeng Menambun


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

c. Keadaan tulisan

Keadaan tulisan Hikayat Opu Daeng Menambun dapat

dikategorikan dalam kondisi baik, jelas, dan mudah dibaca.

d. Warna tinta

Warna tinta yang digunakan untuk menulis naskah Hikayat Opu

Daeng Menambun adalah warna hitam dan merah. Warna hitam

merupakan warna yang paling dominan sedangkan, warna merah hanya

digunakan di beberapa bagian kosakata tertentu. Tinta warna merah

digunakan pada kata syahdan, alqisah maka tersebutlah, dan alqisah.

Gambar 11 tinta merah pada halaman 50 Hikayat Opu DaengMenambun

11. Cara penulisan

a. Pemakaian lembaran naskah untuk tulisan

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun ditulis dengan mode verso-

recto. Verso-recto merupakan istilah yang merujuk pada teks yang dicetak

depan dan belakang.

b. Penempatan tulisan untuk lembaran naskah


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Teks Hikayat Opu Daeng Menambun ditulis dari arah kanan ke

kiri, mengikuti cara penulisan huruf arab.

c. Pengaturan ruang tulisan

Ruang tulisan pada halaman 1 sampai 65 tidak diberi garis maupun

tanda, namun pada halaman 66 dibuat garis seperti segitiga menghadap ke

bawah untuk penulisan kolofon.

Gambar 12.Penulisan kolofon dalam Hikayat Opu Daeng Menambun

d. Penomoran halaman naskah

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun menggunakan catchword

sebagai penomoran. Catchword yang ditulis pada ujung kanan bawah pada

halaman ganjil. Catchword ini ditulis oleh penyalinnya sendiri karena,

penggunaan tinta dan bentuk tulisan yang sama dengan tulisan teksnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Gambar 13 catchword pada halaman 2 naskah Hikayat Opu Daeng Menambun

Naskah Hikayat Opu Daeng Menambun juga memiliki penomoran

halaman dengan angka romawi. Angka tersebut ditulis menggunakan

pensil pada ujung kanan atas (untuk halaman ganjil) dan ujung kiri atas

(untuk halaman genap).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Gambar 14. Penomoran dalam naskah Hikayat Opu Daeng Menambun

Penomoran tersebut diasumsikan dilakukan oleh pihak

perpustakaan untuk memudahkan pembacaan. Penomoran tersebut

dilakukan hingga halaman 66.

e. Alihan kata (catchwords)

Alihan kata (catchwords) dapat ditemukan dalam naskah Hikayat Opu

Daeng Menambun. Alih kata ditulis di setiap halaman ganjil bagian kanan

bawah. Berikut catchwords yang ditemukan dalam naskah Hikayat Opu

Daeng Menambun:

Tabel 1.

Catchwords dalam naskah Hikayat Opu Daeng Menambun

No. Halaman Catchword 22. 43r ‫ستلهسوده‬


1. 1r ‫فڠيران‬ 23. 45r ‫كمدين‬
2. 3r ‫کسٶما‬ 24. 47r ‫ممباوا‬
3. 5r ‫براڽق‬ 25. 49r ‫كمدين‬
4. 7r ‫ممباو‬ 26. 51r ‫دݞنفنمباهن‬
5. 9r ‫اللوله‬ 27. 53r ‫برجݢ‬
6. 11r ‫زينالدين‬ 28. 55r ‫اندركيري‬
7. 13r ‫اکوڠ‬ 29. 57r ‫ليملݢي‬
8. 15r ‫اصلجاڠن‬ 30. 59r ‫انڤڽ‬
9. 17r ‫ريواللوبرجمفله‬ 31. 61r ‫ديٲ‬
10. 19r ‫دسيڠفالن‬ 32. 63r ‫درييو‬
11. 21r ‫شهدان‬ 33. 65r ‫فڽجاجف‬
12. 23r ‫تياد‬
13. 25r ‫كنݒاله‬
14. 27r ‫كمدين‬
15. 29r ‫مݞنتر‬
16. 31r ‫اندركيري‬
17. 33r ‫سفاتتڽ‬
18. 35r ‫دسيتوفلتيه‬
19. 37r ‫دفنتأدايأ‬
20. 39r ‫ادينات‬
21. 41r ‫دايݞمودا‬
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12. Umur naskah

Keterangan tahun penulisan naskah terdapat dalam kolofon yaitu

1262 H. Penentuan umur naskah diperlukan penghitungan dengan

konvensi tahun hijriah ke masehi. Berikut rumus konvensi tahun hijriah ke

masehi.

Tahun masehi = (32/33 x H) + 622

= (32/33 x 1262) + 622

= 1223,75 + 622

= 1845,75

= 1846 M

Perhitungan konversi tahun hijriah ke dalam tahun Masehi juga

dapat dilakukan menggunakan aplikasi atau elektronik. Berikut contoh

penghitungan konversi tahun menggunakan pranala https://www.al-

habib.info/kalender-islam/pengubah-tanggal-lahir-kalender-hijriah.htm.

Gambar 15.pengkonversian tahun melalui https://www.al-


habib.info/kalender-islam/pengubah-tanggal-lahir-kalender-hijriah.htm.

38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Hasil dari pengkonversian tahun menggunakan aplikasi sama

dengan hasil penghitungan menggunakan rumus, yaitu 1846 M. Metadata

dalam website Perpustakaan Universitas Leiden juga menyebutkan tahun

penulisan naskah Hikayat Opu Daeng Menambun pada 1846 M

Berdasarkan kedua perhitungan di atas, umur naskah Hikayat Opu Daeng

Menambun di tahun 2022, yaitu 176 tahun.

C. Ikhtisar Isi Teks

Teks Hikayat Opu Daeng Menambun memiliki banyak kisah yang

diceritakan di dalamnya. Berikut ikhtisar isi teks dalam teks Hikayat Opu

Daeng Menambun.

Tabel 2.

Ikhtisar Isi Teks Hikayat Opu Daeng Menambun

No. Bagian Halaman


I Pendahuluan
1. Perintah untuk membaca surat Al-fatihah sebelum 1
membaca naskah.
2. Pengenalan silsilah raja Kerajaan Sakudana. 1
3. Pengenalan silsilah keluarga Sultan Muhammad Zainuddin. 1-2
4. Pengenalan saudara Opu Daeng Menambun beserta istri 2-3
dan anaknya.
5. Penjelasan anak keturunan Putri Kasamba dan Opu Daeng 3-6
Menambun.
6. Pengenalan anak Sultan Muhammad Zainuddin. 6

II Isi
1. Perang antara Pangeran Agung dan Sultan Muhammad 6
Zainuddin.
2. Pangeran Agung beserta menantunya Daeng Mataku dan 6
Tuan Haji Hafit menyerang kota milik Sultan Muhammad
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Zainuddin.
3. Sultan Muhammad Zainuddin beserta istri dan keluarganya 6-7
pergi ke Nagari Banjar.
4. Sultan Banjar memanggil Opu Daeng lima bersaudara 7
untuk membantu Sultan Muhammad Zainuddin.
5. Opu Daeng lima bersaudara datang, tetapi Sultan 7
Muhammad Zainuddin sudah sampai Matan.
6. Sultan Muhammad Zainuddin ditahan di Matan. 8
7. Opu Daeng lima bersaudara sampai di Matan dan 9-10
menjemput Sultan Muhammad Zainuddin.
8. Opu Daeng lima bersaudara dan Sultan Muhammad 10
Zainuddin kembali ke Banjar.
9. Opu Daeng lima bersaudara dan Sultan Muhammad 10-11
Zainuddin menjemput anak dan istrinya, dibawa ke Kuwala
Kandang Kerbauh, Matan.
10. Pernikahan Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba. 12-14
11. Opu Daeng lima bersaudara menyerang Pangeran Agung 14-16
atas perintah Sultan Muhammad Zainuddin.
12. Opu Daeng lima bersaudara menangkap Pangeran Agung. 16
13. Opu Daeng lima bersaudara menyerahkan Pangeran Agung 16
kepada Sultan Muhammad Zainuddin.
14. Pangeran Agung dihukum dengan dikurung dalam kota 17
kecil.
15. Opu Daeng lima bersaudara berlayar Riyau atas 17-18
permintaan Raja Sulaiman.
16. Raja Sulaiman berselisih dengan Empu Tuan Raja Kecil. 18
17. Opu Daeng lima bersaudara dijanjikan kekuasaan yang 18
tinggi jika berhasil membantu Raja Sulaiman.
18. Opu Daeng lima bersaudara berangkat menuju siya’. 19
19. Orang Bugis yang ada di Siya' membantu Opu Daeng lima 19
bersaudara.
20. Yama Tuan Raja Kecil melarikan diri, tetapi berhasil 20
ditangkap.
21. Raja Sulaiman berterima kasih pada Opu Daeng 20
bersaudara.
22. Daeng Mariwa menjadi Yama Tuan Muda. 21
23. Pernikahan antara Opu Daeng Calak dengan Tengku Puan, 22
adik Raja Sulaiman.
24. Opu Daeng Parani berlayar ke Nagari Selangor. 22-23
25. Opu Daeng lima bersaudara diundang ke Nagari Kedah. 23
26. Raja Kedah berselisih dengan saudaranya, karena berebut 23
kerajaan.
27. Opu Daeng lima bersaudara dijanjikan bayaran berupa 24
uang.
28. Opu Daeng lima bersaudara melawan saudara Raja Kedah. 25
29. Opu Daeng Parani menikah dengan saudara perempuan 26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Raja Kedah.
30. Opu Daeng lima bersaudara kembali ke Riyau. 26
31. Opu Daeng lima bersaudara diundang oleh Raja Sambas. 27
32. Opu Daeng Menambun dan Opu Daeng Kemase pergi ke 27-28
Nagari Sambas.
33. Opu Daeng Kemase dan Raden Tengah menikah. 29
34. Opu Daeng Menambun kembali ke Nagari Matan. 29
35. Opu Daeng Menambun disambut di Nagari Matan. 30
36. Perebutan kekuasaan di Nagari Matan. 30-31
37. Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba pulang ke 32
Mempawah.
38. Sultan Muhammad Zainuddin menikah dengan Mas 32-33
Indrawari dari Sangkawa’.
39. Panembahan Sangkawa’ meninggal dunia. 34
40. Opu Daeng Menambun dan Putri Kasamba berlayar 35
menuju Sangkawak.
41. Sampai di Sangkawa’ kemudian berziarah dan 36
bersilaturahmi.
42. Emas Indrawati dan Pangeran Dipati membicarakan 37
peninggalan Panembahan Sangkawa’.
43. Daeng Kalula menemui Opu Daeng Menambun di Sebukit. 38
44. Gusti Jamiril dibawa oleh Daeng Kalula ke Betawi dan 38-39
dinikahkan dengan Daeng Muda.
45. Pernikahan Gusti Jamiril dengan Daeng Muda. 40-41
46. Gusti Jamiril kembali ke Mempawah dengan dibekali 42
barang dagangan.
47. Gusti Jamiril sampai di Sebukit, Mempawah. 43-44
48. Gusti Jamiril pergi berdagang ke Nagari Pinang Sakayu’. 44
49. Gusti Jamiril bertemu dengan Pangeran Dipati. 44-45
50. Gusti Jamiril berjualan di Shalih. 45
51. Gusti Jamiril akan dinikahkan oleh Pangeran Dipati dengan 45
Emas Indrawati.
52. Demang Rilaga menagih utang pada orang Shalih. 46
53. Demang Rilaga diserang oleh Raden Jaka, atas fitnah orang 47
Shalih.
54. Opu Daeng Calak dan Yama Tuan Muda berselisih dengan 47-48
Raja Mempawah.
55. Opu Daeng Calak meminta bantuin Opu Daeng Mariwa. 48
56. Opu Daeng Kemase berlayar dari Sambas ke Mempawah. 48
57. Opu Daeng Menambun, Pangeran Manggkubumi, Opu 48-49
Daeng Kemase, dll menuju Pinang Sekayu’.
58. Opu Daeng Mariwa meninggal, digantikan Opu Daeng 49-50
Calak.
59. Raden Bagus ingin mendamaikan Opu Daeng Menambun 50
dan Daya’ Pinang Sekayu’.
60. Opu Daeng Calak sampai di Mempawah. 50-51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

61. Ratu Bagus dan Utin Duaman, anak Opu Daeng 52


Menambun akan menikah.
62. Pernikahan Ratu Bagus dan Utin Duaman. 52-54
63. Ratu Bagus digelar sebagai Panglima Perang. 54
64. Opu Daeng Calak, Opu Daeng Menambun, dan Opu Daeng 55
Kemase bertemu di Kuwala Malingsam.
65. Opu Daeng Calak, Opu Daeng Menambun, dan Opu Daeng 56
Kemase menyerang Pinang Sekayu’.
66. Opu Daeng Calak, Opu Daeng Menambun, dan Opu Daeng 56-57
Kemase mencari Pangeran Dipati.
67. Perang antara Daya’ Pinang Sekayu’ dan orang Bugis. 57-60
68. Pangeran Dipati melarikan diri. 58
69. Pasukan Opu Daeng Menambun mengkapi anak dan istri 59-60
orang Daya’.
70. Daya’ Pinang Sekayu’ kalah. 61-64
71. Opu Daeng Calak, Opu Daeng Menambun, dan Opu Daeng 64-66
Kemase kembali ke wilayah masing-masing.

III Penutup
1. Perintah membaca surat Alfatihah ketika selesai membaca. 66
2. Kolofon.
66

D. Kritik Teks

Kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan ditemukan teks

Hikayat Opu Daeng Menambun. Berikut penjelasan tentang bentuk

kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan.

1. Adisi adalah penambahan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, atau

kalimat oleh penyalin teks;

2. Lakuna adalah penghilangan atau pengurangan huruf, suku kata, kata,

frasa, klausa, atau kalimat oleh penyalin teks;


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

3. Ditografi adalah perangkapan atau pengulangan huruf, suku kata, kata,

frasa, klausa, atau kalimat oleh penyalin teks;

4. Subtitusi adalah penggantian huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, atau

kalimat oleh penyalin teks;

5. Transposisi adalah perpindahan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa,

atau kalimat oleh penyalin teks;

6. Ketidakkonsistenan adalah ketidakselarasan penulisan kata dalam

penyalinan teks;

Tabel 3.

Lakuna

No. Hal/ Tertulis Tertulis Edisi Keterangan


baris arab latin

1. 3/4 ‫كا‬ ka keempat Kata ‘ka’ dalam Kamus


Dewan tidak memiliki
makna yang sesuai dengan
konteks kalimat. Kata
‘keempat’ dipilih karena
menyesuaikan konteks
kalimat yang menyebutkan
urutan.
2. 12/18 ‫برفقتله‬ berfakatlah bermufakatlah Kata tersebut dipilih karena
menyesuaikan konteks.
Konteks kalimat adalah
Dan lalu bermohon balik ke
perahu lalu bermufakatlah
berlima bersaudara serta
musyawarat
3. 33/2 ‫سىا‬ sa- saya Kata ‘sa’ dalam Kamus
Dewan tidak memiliki
makna yang sesuai dengan
konteks kalimat. Konteks
kalimat adalah “Maka
dijawab Panembahan anak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

saya telah bertunangan


dengan Raja Sambas yang
bernama Ratu Anam
Kusumayu.”
4. 38/4 ‫خم‬ kham khatam Ada penghilangan kata ‘ta’
pada kata ‘khatam’.
Konteks kalimat adalah
“serta dengan susunan di
bawalah ilir ke sebukit, lalu
hendak bekerja, membaca
doa selamat, hendak
ditamatkan mengaji, qori'
mana-mana yang sudah
khatam”.
5. 66/4 ‫فڠير‬ Pangera Pangeran Ada penghilangan kata ‘n’
pada kata ‘pangeran’.
Konteks kalimat adalah
“Syahdan itulah amanat
pangeran barang siapa
membaca surat ini jika
berhenti hendaklah
membaca Fatihah”.

Tabel 4.

Transposisi

No. Hal/baris Tertulis Tertulis latin Edisi Keterangan


arab
1. 13/15 ‫ دکهونيکن‬dikahawanikan dikahawinkan Ada pergantian huruf
‘w’ dan ‘i’. Konteks
kalimat adalah Maka
disahuti “jikalau ada
ampun karunia itulah
paduka anakda Putri
Kasamba
dikahawinkan
dengan saudara saya
Daeng Menambun.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Tabel 5.

Adisi

No. Hal/ Tertulis Tertulis Edisi Keterangan


baris arab latin
1. 5/11 ‫کدواالفن‬ kedualapan kedelapan Penambahan huruf ‫ ا‬dalam
kata ‘kedelapan’ sehingga
terbaca ‘kedualapan’.
Pembetulan kata ‘kedelapan’
sesuai konteks kalimat yaitu
“Dan yang kedelapan anaknya
Opu Daeng Menambun Utin/
Cindaramidi,”.
2. 31/20 ‫بنتو‬ bantu batu Penambahan huruf ‫ ن‬dalam
kata sehingga menyebabkan
perubahan makna dan
pemilihan kata disamakan
dengan nama tempat yang
tertulis dalam naskah.

Tabel 6.

Substitusi

No. Hal/ Tertulis Tertulis latin Edisi Keterangan


baris arab
1. 6/3 ‫ْمک‬ ma’ka maka Huruf pertama dalam
kata yang tertulis
dalam naskah tidak
dapat terbaca.
Pemilihan kata
‘maka’ disesuaikan
dengan konteks
kalimat yaitu “Maka
Pangeran Agung
itulah berbantah
dengan saudaranya
Sultan Muhammad
Zainuddin berebutkan
kerajaan.”
2. 8/11 ‫دتکهکنڽ‬ ditikahkan dititahkan Ada pergantian huruf
‘t’ menjadi huruf ‘k’.
Konteks kalimat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

adalah “Pangeran
Agung disuruhnya
tunggu siang malam
dan dititahkannya
jangan diberi apa-
apa,”.
3. 12/10 ‫ݢندڠ کربو‬ gandang kandang kerbau Ada pergantian huruf
kerbau ‘k’ menjadi huruf ‘g’.
Konteks kalimat
adalah “bagaimana
hal kita semua ini itu
hendak berhenti di
kuwala kandang
kerbau inikah?”.
4. 14/13 ‫برتيݢم‬ bertigam bertikam Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘g’.
Konteks kalimat
adalah “bertanya
khabar lalu
berpegang-pegang
bersama-sama
memegang hulu keris
hendak bertikam”.
5. 15/2, ‫جوک‬ juka juga Ada pergantian huruf
19/15, ‘k’ dengan huruf ‘g’.
19/18
6. 16/3 ‫دتکهکن‬ ditangkuhkan ditangguhkan Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘g’.
konteks kalimat
adalah “lalu berlayar
sebab dia malu
berbalik ke dalam
kota bertemu
Panembahan Agung
sebab Opu Daeng
yang berlima tiada
boleh ditangguhkan.”.
7. 16/14, ‫کالي‬ kali kaki Ada pergantian huruf
16/16 ‘k’ dengan huruf ‘l’.
Konteks kalimat
adalah “Panembahan
Agung serta bertemu
seperti orang hendak
berjabat salam itu lalu
dipepakangkan
tangan dan tubuh dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

kaki.”
8. 18/3 ‫دکڠکرڽ‬ dikangkarnya dilanggarnya Adanya pergantian
huruf ‘l’ dengan huruf
‘k’. Konteks kalimat
adalah hal kesakitan
kami semua orang
iyau ini oleh orang
Siya dilanggarnya
kemudian ditaruh
dibawah perintah
dia”.
9. 18/14 ‫دجاوان‬ dijawan dijawab Adanya pergantian
huruf ‘b’ dengan
huruf ‘n’. Konteks
kalimat adalah
“Demikianlah khabar
Opu Daeng yang
berlima bersaudara
maka dijawab oleh
Sultan Raja/ Sulaiman
“baiklah.”.
10. 18/16 ٢‫سڠکوه‬ sungkuh- sungguh- Ada pergantian huruf
sungkuh sungguh ‘g’ dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah Raja Sulaiman
lihat saya nyata-nyata
jikalau sungguh-
sungguh bai dikata
insyaallah”.
11. 19/7 ‫سٯرت‬ se-rti seperti Ada pergantian huruf
‘p’ dengan huruf yang
tidak dapat dibaca.
Konteks kalimat
adalah “Maka
berlayarlah ke nagari
Siya seperti sampai
di dalam sungai”
12. 24/3 ‫فڠکيلله‬ pangkillah panggillah Ada pergantian huruf
‘g’ dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah “serta sampai
ke perahu
kenaikannya maka
disuruhnya panggillah
sekalian orang bugis
dan mana-mana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

sekalian orang yang


dari timur yang
berumah atau yang
datang berdagang”.
13. 24/9 ‫کاکفڽ‬ kakapnya kakaknya Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘p’.
Konteks kalimat
adalah “kita semualah
serta menolong
kakaknya asal sampai
tiga hari mufakat kita
sama-samalah kita”.
14. 24/14 ‫اندريݢورو‬ indriguru indraguru Adanya pergantian
huruf ‘a’ dengan
huruf ‘i’. Konteks
kalimat adalah
nakoda-nakoda
mengadap kepada
Opu Daeng yang
berlima bersaudara
naik ke darat serta
dengan alat
senjatanya bersama-
sama indragurunya.”
15. 29/11 ‫کݢاده‬ ke gedah ke Kedah Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘g’.
Konteks kalimat
adalah “balik ke riyau
dan lalu ke Kedah
dari Kedah balik ke
Riyau,”.
16. 29/14 ‫ىايکله‬ -yaklah baiklah Adanya pergantian
huruf ‘ba’ dengan
huru yang tidak bisa
dibaca. Konteks
kalimat adalah .”
Maka disahuti oleh
Sultan Adil “iya
baiklah lagipun
Sultan Muhammad
Zainuddin tua.”.
17. 29/15 ‫هندف‬ Hendap hendak Adanya pergantian
huruf ‘k’ dengan
huruf ‘p’. Konteks
kalimat adalah “Lagi
saya mendengar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

khabar Pangeran Ratu


berbantah dengan
adiknya Pangeran
Mangkurat beratas-
atasan berebut hendak
menjadi raja.”.
18. 33/19 ‫مڠحبرکن‬ menghabarkan mengkhabarkan Adanya pergantian
huruf ‘kha’ dan ‘ha’.
‘khabar’ dalam Daftar
Ejaan Rumi-Jawi
menggunakan ‘kha’.
19. 35/11 ‫ممىاچ‬ mem-ca membaca Adanya pergantian
huruf ‘b’ dengan
huruf yang tidak
dapat dibaca. Konteks
kalimat adalah
“meminta doa kepada
Allah Subhanahu Wa
Ta'ala beserta
membaca doa
selamat,”.
20. 35/14 ٢‫بيتي‬ biti-biti bini-bini Adanya pergantian
huruf ‘n’ dengan
huruf ‘t’. Konteks
kalimat adalah “Maka
banyaklah dayang-
dayang serta bini-bini
perwara mengikut ada
empat puluh orang
yang mengikut
berlayar ke
Mempawa,”.
21. 38/1 ‫ايکير‬ ikir ilir Adanya pergantian
huruf ‘l’ dengan huruf
‘k’. Konteks kalimat
adalah “Panembahan
Sangkawak di pinta
daya satu nagari pun
tiada diberikannya,
apa bicara kita maka
baiknya kita ilir
dahulu ke sebukit”.
22. 38/13 ‫کاجي‬ kaji gaji Pergantian huruf ‘g’
dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah “Mayor
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

memegang orang
Bugis jadi dipakainya
membayar gaji seperti
utang”.
23. 38/14 ‫دملينله‬ demilianlah demikianlah Ada pergantian huruf
‘k’ dengan huruf ‘l’.
Konteks kalimat
adalah “Mayor
memegang orang
Bugis jadi dipakainya
membayar gaji seperti
utang dilepaskannya
ada lebihnya
ditambahnya tiadalah
lagi kita semua
berutang kepada
Belanda, demikianlah
adanya.
24. 46/8 ‫جوݞ‬ junga bunga Ada pergantian huruf
‘b’ dengan huruf ‘j’.
Konteks kalimat
adalah Lama
mudiklah bersama-
sama Mas Indrawati,
serta memakai
memakai intan emas
gaun bersongket
bunga sarat”.
25 47/2, ‫برتݞکوه‬ bertangkuh bertangguh Pergantian huruf ‘g’
47/3, dan ‘k’. Konteks
47/4 kalimat adalah maka
kata Demang Rilaga
Panawuci' “tiada
boleh bertangguh,
karena perjanjian
turut sekarang engkau
semua hendak
bertangguh tiadalah
boleh bertangguh.”
26. 49/5 ‫توݞکوانکه‬ tungkuankah tungkuanlah Ada pergantian huruf
‘l’ dan ‘k’. Konteks
kalimat adalah “dan
orang Pinang Sekayu'
disitulah membuat
kubu bertungku-
tungkuanlah”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

27. 50/13 ‫لواال‬ luwala kuwala Ada pergantian huru


‘k’ dengan huruf ‘l’.
Konteks kalimat
adalah “Syahdan
maka ilirlah Ratu
Bagus berjumpa
dengan Pangeran Mas
Suri Nagara Opu
Daeng Menambun di
Kuwala Malingsam”.
28. 50/15 ‫مݞجرکن‬ mengajarkan mengabarkan Ada pergantian huruf
‘b’ dengan huruf ‘j’.
Konteks kalimat
adalah “maka datang
sebuah perahu dari
Sebukit membawa
surat mengabarkan
Opu Daeng Calak jadi
Yama Tuan Muda di
Riyau”.
29. 51/9 ‫منݞکوي‬ menungkui menunggui Ada pergantian huruf
‘g’ dengan huruf ‘k’.
Konteks kalimat
adalah “Telah sudah
demikian itu lalulah
berkhabar kepada
Gusti Jamiril dan
kepada anakanda
anakanda sekalian
"baik-baik ingat-ingat
jaga-jaga tinggal
menunggui kubu.".

Tabel 7.

Ditografi

No. Hal/baris Tertulis Tertulis latin Edisi keterangan


arab
1. 36/6 ‫محمد‬ Muhammad Sultan Penulisan kata
‫سلطنم‬ Sultan Muhammad yang rangkap
‫محمد‬ Muhammad dalam satu kalimat.
2. 38/19, ‫وبعد وبعد‬ waba’da waba’da Penulisan kata
39/1 waba’da yang rangkap
dalam 2 halaman.
‫ وبعد‬berarti dan lagi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

3. 42/1, ‫داڽ‬ dan/ dan dan Penulisan kata


42/2 yang rangkap
dalam 2 halaman
4. 58/16, ‫فاڽبهن‬ panembahan/ panembahan Penulisan kata
58/17 panembahan yang rangkap
dalam 2 halaman

Tabel 8.

Ketidakkonsistenan

No. Bacaan Naskah Hikayat Upu Edisi Keterangan


Daeng Menambun
Teks Frek Latin
1. ‫ براڠکتله‬1 berangkatlah berangkatlah Kata ‘berangkatlah’ dipilih
‫ براعکتله‬1 beraakatlah berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
2. ‫ݢستي‬ 49 Gusti Gusti Kata ‘gusti’ dipilih berdasarkan
‫كستي‬ 3 Kusti penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
3. ‫برݢلر‬ 34 bergelar bergelar Kata ‘bergelar’ dipilih
‫برکلر‬ 2 berkelar berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi dan
banyaknya frekuensi kemunculan.
Kata ‘berkelar’ dalam Kamus
Dewan memiliki arti bergaris agak
dalam (tanda hirisan pisau). Hal
ini tidak sesuai dengan konteks
kalimat dalam teks.
4. ‫اݢوڠ‬ 48 Agung Agung Kata ‘agung’ dipilih berdasarkan
‫اکوڠ‬ 5 Akung penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi dan banyaknya
frekuensi kemunculan.
5. ‫تيݢ‬ 50 tiga tiga Kata ‘tiga’ dipilih berdasarkan
‫تيک‬ 2 tika penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi dan banyaknya
frekuensi kemunculan. Kata ‘tika’
dalam Kamus Dewan memiliki
arti singkatan bagi ketika. Hal ini
tidak sesuai dengan konteks
kalimat dalam teks.
6. ‫ملڠݢر‬ 3 melanggar melanggar Kata ‘melanggar’ dipilih
‫ملڠکر‬ 1 melangkar berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
7. ‫تيڠݢل‬ 3 ditinggal ditinggal Kata ‘ditinggal’ dipilih
‫تيڠکل‬ 1 ditingkal berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
8. ‫نݢري‬ 117 nagari nagari Kata ‘nagari’ dipilih berdasarkan
‫نکري‬ 1 nakari penulisan dalam Daftar Ejaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Rumi-Jawi.
9. ‫تيڠݢي‬ 2 tinggi tinggi Kata ‘tinggi’ dipilih berdasarkan
‫تيڠکي‬ 1 tingki penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
10. ‫فڠݢيل‬ 3 panggil panggil Kata ‘panggil’ dipilih berdasarkan
‫فڠکيل‬ 1 pangkil penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
11. ‫داݢڠ‬ 9 dagang dagang Kata ‘dagang’ dipilih berdasarkan
‫داکڠ‬ 1 dakang penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
12. ‫لݢيفون‬ 2 lagipun lagipun Kata ‘lagipun’ dipilih berdasarkan
‫لکيفون‬ 2 lakipun penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
13. ‫بوݢيس‬ 61 Bugis Bugis Kata ‘Bugis’ dipilih berdasarkan
‫بوکيس‬ 2 Bukis penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
14. ‫دفݞݢيلله‬ 1 dipanggillah dipanggillah Kata ‘dipanggilah’ dipilih
‫دفݞکيلله‬ 1 dipangkillah berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
15. ‫ݢمالن‬ 7 gamelan gamelan Kata ‘gamelan’ dipilih
‫كمالن‬ 1 kamelan berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
16. ‫داݢݞاݞن‬ 3 dagangan dagangan Kata ‘dagangan’ dipilih
‫داکݞاݞن‬ 1 dakangan berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
17. ‫بݢوس‬ 27 Bagus Bagus Kata ‘bagus’ dipilih berdasarkan
‫بکوس‬ 9 Bakus penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
18. ‫جاک‬ 8 Jaka jaka Kata ‘jaka’ dipilih berdasarkan
‫جاݞ‬ 5 Janga penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
19. ‫سݢر‬ 2 segera segera Kata ‘segera’ dipilih berdasarkan
‫سکر‬ 1 sekera penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
20. ‫نݢارا‬ 22 nagara nagara Kata ‘nagara’ dipilih berdasarkan
‫نكارا‬ 2 nakara penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
21. ‫بݢيمان‬ 4 bagaimana bagaimana Kata ‘bagaimana’ dipilih
‫بکيمان‬ 2 bakaimana berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
22. ‫لݢي‬ 43 lagi lagi Kata ‘lagi’ dipilih berdasarkan
‫لکي‬ 1 laki penulisan dalam Daftar Ejaan
Rumi-Jawi.
23. ٢‫لکی‬ 48 laki-laki laki-laki Kata ‘laki-laki’ dipilih
٢‫لݢی‬ 1 lagi-lagi berdasarkan penulisan dalam
Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
24. ‫کربو‬ 2 kerbau ditulis apa Penulisan kata ‘kerbau’ dalam
‫کربوه‬ 5 kerbauh adanya naskah ini ada 2 macam, yakni
dengan ‘kerbau’ dan ‘kerbauh‟.
Hal ini menunjukkan kekhasan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

bahasa naskah yang masih


menggunakan bahasa lisan. Pada
suntingan, kata tersebut diedisikan
sesuai dengan yang tertulis pada
naskah.
25. ‫سليما‬ 1 Sulaima Sulaiman Kata ‘Sulaiman’ dipilih
‫سليمان‬ 39 Sulaiman berdasarkan banyak frekuensi
kemunculan dan buku Jalur-
Jalur Pelayaran dan Pengaruh
Kedatangan Lima Opu Daeng
Bersaudara di Tanah Melayu
(Nurcahyani & Asnaini, 2019).
26. ‫برتݞکوه‬ 2 bertangkuh bertangguh Kata ‘bertangguh’ dipilih
‫برتݞکو‬ 1 bertangku berdasarkan penulisan dalam
‫برتݞݢوه‬ 1 bertangguh Daftar Ejaan Rumi-Jawi.
27. ‫ممباوه‬ 2 membawah ditulis apa Penulisan kata ‘membawa’ dalam
‫ممباو‬ 20 membawa adanya naskah ini ada 2 macam, yakni
dengan ‘membawa’ dan
‘membawah‟. Hal ini
menunjukkan kekhasan bahasa
naskah yang masih menggunakan
bahasa lisan. Pada suntingan, kata
tersebut diedisikan sesuai dengan
yang tertulis pada naskah.

Tabel 9.

Daftar Kata Yang Tidak Terbaca

No. Halaman/Baris Tertulis Terbaca


1. 1/11 ‫ثينخ‬ s.y.n.kh
2. 18/19 ‫اللغيبيومالجمعتبعد‬ l.l.gh.y.b.y.w.m.l.j.m.’.t.b.’.dz
3. 23/7 ‫اللغيب‬ l.l.g.y.b.
4. 46/13 ‫اءيسق‬ a.’.y.s.q
5. 46/19 ‫وانملمواوههٴبتوڠ‬
‫ٴ‬ w.a.n.m.l.m.w.w.h.h.b.t.w.ng
6. 47/9, 49/9 ‫كاچءماليوڽاوان‬
‫ٴ‬ k.ny.’.m.l.y.w.ny.w.a.n
7. 47/15 ٢‫تيمو‬ t.y.m.w.2
8. 48/15 ‫منچيرء‬ m.n.ny.y.r.’
9. 49/1 ‫توستي‬ t.w.s.t.y
10. 49/10 ‫بتو ٴڠاوهه‬ b.t.w.ng.w.h.h
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

11. 55/3, 55/4 ‫فوك ٴو‬ p.w.p.w


12. 58/3 ٢‫باي ٴو‬
‫ٴ‬ b.y.’.w.’.2
13. 60/9 ‫مله‬ m.l.h
14. 62/17 ٢‫لبي‬ l.b.y.2

E. Suntingan Teks

1. Pedoman Penyuntingan Teks

Salah satu tujuan penelitian ini adalah menyediakan suntingan teks

Dengan suntingan ini diharapkan tersedia bentuk teks yang baik dan

benar; baik dalam arti mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari

huruf Arab ke huruf Latin; benar maksudnya isi teks dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pedoman suntingan dibutuhkan

agar hasil suntingan mudah dibaca dan dipahami. Pedoman suntingan

tersebut sebagai berikut:

a. Tanda dan angka yang digunakan dalam penyuntingan.

1) Tanda garis miring satu (/) menunjukkan pergantian baris.

2) Tanda garis miring dua (//) digunakan untuk menunjukkan pergantian

halaman.

3) Kata, frase, atau kalimat dalam suntingan yang diberi angka (1,2,3,…),
1
di kanan atas merupakan tanda aparat kritik.

4) Angka, (1,2,3,…), yang terdapat pada sisi pias kanan teks menunjukkan

halaman naskah.

5) Tanda kurung dua ( ) menunjukkan tambahan huruf, suku kata, frasa,

atau kata dari penyalin teks (Adisi).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

6) Tanda kurung siku [ ] menunjukkan penghilangan huruf, suku kata,

frase, atau kalimat dari penyalin teks (Lakuna).

7) Tanda / / menunjukkan penggantian huruf, frasa, atau kata dari

penyalin teks (Substitusi).

8) Tanda { } menunjukkan perpindahan huruf, frasa, atau kata dari

penyalin teks (Transposisi).

9) Tanda < > menunjukkan perangkapan huruf, frasa, atau kata dari

penyalin teks (Ditografi).

10) Tanda hubung --- menunjukkan teks tidak dapat dibaca oleh

penyunting.

b. Ketentuan dalam pedoman ejaan.

1) Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang

terdapat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan PUEBI).

2) Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam

bahasa Indonesia disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI).

3) Kata-kata berbahasa Melayu yang dianggap sebagai kata arkais atau

kata yang memiliki ciri penulisan ejaan kuna ditransliterasikan

sebagaimana adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah

masuk ke dalam ejaan bahasa Indonesia ditransliterasikan disesuaikan

dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

4) Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke

dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan asal kata dan dictak

miring.

5) Penulisan kata ulang disesuaikan dengan EYD (PUEBI).

6) Apabila dalam naskah terdapat ‘angka’ yang ditulis dengan huruf atau

angka, disunting dengan angka.

7) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang belum terserap

ke dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Huruf ain (‫ )ع‬yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan

menjadi /k/ pada kosakata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia,

dan ( ‘ ) jika terdapat pada kosakata yang belum diserap.

b) Tasydid ّ dilambangkan dengan huruf rangkap. Misalnya:

‫‘عزوجل‬azza wa jalla.

c) Tanda maddah alif (‫)ا‬, wawu (‫)و‬, dan ya’ (‫ )ي‬sebagai penanda vokal

panjang diedisikan memberi garis datar di atasnya. Misalnya: ā, ī, ū.

d) Kata sandang (‫ )ال‬yang diikuti huruf qamariyah diedisikan dengan

/al-/ apabila terletak di awal kalimat. Apabila terletak di tengah kalimat

atau frase maka diedisikan dengan /′l-/, sedangkan kata sandang (‫)ال‬

yang diikuti huruf syamsiyah diedisikan menjadi huruf syamsiyah yang

mengikutinya.

e) Huruf-huruf pendiftong, yaitu (‫ )او‬ditulis dengan vokal /au/ dan (‫)اي‬

ditulis dengan vokal /ai/.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

f) Huruf yang mendapat harakat fatah, kasrah, dan damah, pada akhir

kalimat ditransliterasikan dengan huruf mati/ diwaqafkan.

g) Huruf hamzah ( ۶ ) dilambangkan dengan tanda ( ` ) jika terletak di

tengah dan di akhir kata.

h) Huruf ta' marbuthah ( ‫ﺓ‬ ) sebagai konsonan penutup

ditransliterasikan dengan /t/ atau /h/ mengikuti ketentuan yang berlaku

pada kata-kata yang bersangkutan.

Tabel 10. Pedoman Transliterasi

Huruf Latin Huruf Latin Huruf Latin


‫ا‬ a ‫ز‬ z ‫ق‬ q
‫ب‬ b ‫س‬ s ‫ك‬ k
‫ت‬ t ‫ﺶ‬ sy ‫ل‬ l
‫ث‬ s ‫ص‬ sh ‫م‬ m
‫ج‬ j ‫ض‬ dl ‫ن‬ n
‫ح‬ h ‫ط‬ th ‫و‬ w
‫خ‬ kh ‫ظ‬ zh ‫ه‬ h
‫د‬ d ‫ع‬ ‘ ‫ي‬ y
‫ذ‬ z ‫غ‬ gh ‫ء‬ ‘
‫ر‬ r ‫ف‬ f ‫ﺓ‬ aṯ/ah

Tabel 11. Pedoman Transliterasi Arab Melayu dalam Hikayat Opu Daeng Menambun

Huruf Latin Huruf Latin Huruf Latin


‫ک‬/‫ݢ‬ g ‫ڠ‬ ng ‫ق‬ p
‫چ‬ c ‫ث‬/ ‫پ‬ ny ‫ك‬/‫ق‬ k

Tabel 12. Pedoman Transliterasi Angka Arab

Angka Arab ١ ٢ ٣ ٤ ٥ ٦ ٧ ٨ ٩ 0

Latin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

2. Suntingan Teks Hikayat Opu Daeng Menambun

Jikalau hendak membaca surat ini hendaklah membaca fatihah supaya 1


jadi kekiriman/ kita kepada yang dibacakan itu supaya menambah amalnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

memberatkan timbangannya/ di padang yaumul mahsyar.


Alkisah maka tersebut perkataan Sang Ratu Majapahit beranakkan/
Brawijaya. Maka Brawijaya itulah pergi ke Nagari Sakudana, duduk di benua/
lama menjadi raja. Maka ialah beranakkan Raja Bapurang. Maka Raja
Bapurang/ beranakkan Pangeran Karang Tanjung. Maka Pangeran Karang
Tanjung beranakkan/ Panembahan Bandala. Maka Panembahan Bandala
beranakkan Panembahan Sakudana./ Maka Panembahan Sakudana beranakkan
Panembahan Airmala. Maka Panembahan Airmala beranakkan/ Panembahan
Dabaruh. Maka Panembahan Dabaruh beranakkan Panembahan Giri Kusuma./
Maka Panembahan Giri Kusuma beranakkan Sultan Muhammad Safiddin/
itulah gelaran yang dari tanah Makkah ---- syamsudin yang membawa kiriman/
kur`an kecil satu, serta dengan cincin permata ya’kub besar satu serta dengan/
surat gelaran Sultan Muhammad Safiddin. Maka Sultan Muhammad Safiddin
itulah/ yang bersaudarakan Ratu Surya Kusuma yang dikahawinkan dengan
Raja Tengah./ Adapun Raja Tengah itu anak Raja Baruni, itulah yang
beranakkan Raden Sulaiman./ Maka Raden Sulaiman itulah yang digelar Sultan
Muhammad Safiddin di Nagari Sambas,/ karena menyalin gelaran pa` mudanya
yang di Sakudana bergelar Sultan Muhammad Safiddin./ Maka Sultan
Muhammad Safiddin yang di Sakudana itulah yang beranakkan Sultan
Muhammad/ Zainuddin.
Maka Sultan Muhammad Zainuddin itu beranak lima adanya yang tua
Putri Kasamba, kedua// Pangeran Ratu dan ketiga Sultan Mangkurat, itu jadi 2
raja di Matan. Dan keempat /Pangeran Agung Martadipura, kelima Utin
Karupas dan keenam Utin Karupis./ Adanya adapun istrinya Sultan
Muhammad Zainuddin itu anak Panembahan Sangkawa/ di Nagari Mempawah
bernama Emas Indrawati. Maka itulah yang beranakkan Putri Kasamba,
bersuamikan Raja Bugis bernama Opu Daeng Menambun. Lalu dibawa ke
Nagari/ Mempawah yang jadi raja di Nagari Mempawah karena sebab sebelah
ibunya Putri Kasamba itu/ anak Raja Mempawah yang bergelar Panembahan
Sanggawak dan nama ibunya Putri Kasamba/ itu Emas Indrawati.
Adapun Opu Daeng Menambun itu berlima bersaudara, satu ibu/ satu
ayah pertama yang tua Opu Daeng Parani, itulah ayahnya Daeng Kamboja
itulah yang jadi/ Empu Tuan Muda di Riyau digelar Marhum Janggut. Adik
Daeng Parani itulah Opu Daeng/ Menambun, yang beranakkan Panembahan
Adi Jaya di Mempawah. Dan Opu Daeng Menambun itu Opu/ Daeng Mariwa
itulah mula-mula yang bergelar yang Empu Tuan Muda di Riyau, beranak dua
yang tua laki-laki/ namanya Lamafaunu’ timang timangannya Encik
Uwnu’dipanggil orang banyak, dan yang muda/ aja Fatimah. Kemudian
adiknya Daeng Mariwa itu Opu Daeng Calak. Dan Opu Daeng Mariwa itu/
meninggal, maka Opu Daeng Calak menggantikan jadi yang Empu Tuan Muda
di Riyau, beranak empat/ tiga perempuan satu laki-laki. Yang perempuan yang
tua namanya Tengku Putih dibuat istri oleh Sultan/ Abdul Jalil dinamakan
Marhum barat di Riyau beranakkan Sultan Mahmud itulah yang digelar
baginda di Riyau./ Kemudian yang seorang perempuan bernama Tengku Itim,
berlakikan Tuan Sayid beranakkan Sayid Kuning./ Dan yang seorang laki-laki
bernama Raja Haji jadi yang Empu Tuan Muda beranakkan Tengku Basyir,// 3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

dan Tengku Putri, dan aja Ja’far, dan aja Idris dan aja Ahmad di iyau
menggelar/ menggantikan Daeng Kamboja dan Raja Haji itulah yang digelar
Marhum Talak Ketapang,/ dan yang seorang lagi anaknya perempuan bernama
Raja Halimah, berlakikan orang Bugis/ Harung La’a. Kemudian lagi adiknya
Opu Daeng Calak itu bernama Opu/ Daeng Kamase bergelar Pangeran
Mangkubumi di Sambas, beristrikan adiknya Marhum Adil/ beranakkan Emas
Sani, kedua Emas Saji, dan ketiga Daeng Buga, dan keempat Emas/ Utih.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Raden Bima yang pergi ke Sakudana
dititahkan oleh/ ayahanda baginda berjumpa dengan sanak saudara sebelah
ibunya Raden Sulaiman, serta sampai di Sakudana/ lalu dikahawinkan oleh
Sultan Muhammad Zainuddin dengan saudaranya Putri Andara Kusuma itu
namanya anak oleh Sultan Muhammad Safiddin saudara oleh Sultan
Muhammad Zainuddin./ Putri Andara Kusuma itu beranakkan Raden Maya,
itulah yang digelar Marhum Adil itu/ beranakkan Raden Bungsu yang bergelar
Sultan Abu Bakar Kamalludin. Sultan Abu Bakar/Kamalludin itu beranak
aden Jama’ maka digelar Sultan A’mar Kamalludin karena/ menggantikan
gelaran neneknya.
Syahdan maka tersebutlah perkataan yang pergi ke Mempawah/
keturunan daripada Sultan Muhammad Safiddin beranak Putri Kasamba, itulah
digelar Ratu Tua jadi/ pupu sekali dengan Marhum Adil. Dan Putri Kasamba
itu beranakkan Panembahan/ Adijaya Kusuma menjadi pupu dua kali dengan
Raden Bungsu/ yang bergelar Sultan Abu Bakar Kamalludin. Dan Panembahan
Adijaya// Kusuma beranakkan tujuh laki-laki dan dua perempuan. Pertama- 4
tama Gusti Emas, dan kedua Gusti/Jati yang digelar Sultan Zainalabidin, dan
ketiga Raden Shalih, dan/ ke[empat]1 Raden Kantun, dan kelima Emas Curit
yang bergelar Pangeran Muda Jaya/ Kusuma, dan keenam Gusti Juhan yang
digelar Pangeran Prabu Anom, dan ketujuh/ Gusti Amir yang digelar
Panembahan Amir Kamalludin itu jadi pupu tiga kali dengan/ aden Jama’
yang bergelar Sultan Kamalludin yang bergelar yang Empu Tuan di Sambas
adanya./
Adapun Putri Kasamba anak Sultan Muhammad Zainuddin bersuamikan
Raja Bugis/ yang bernama Opu Daeng Menambun beranak sepuluh, lima laki-
laki dan lima perempuan./ Pertama-tama anak yang tua perempuan bernama
Utin Dawaman bersuamikan Raja Landak bergelar Ratu Bagus, beranak empat
pertama-tama yang tua perempuan bernama Utin Nian, dan kedua Utin
Sa’diyah itu ibu Panembahan Landak, dan ketiga Pangeran Suta, dan keempat/
Utin Salamah.
Syahdan anak Opu Daeng Menambun yang kedua Gusti Jamiral/
bergelar Panembahan Adijaya Kusuma beranak sembilan, tujuh laki-laki dua
perempuan. Pertama/ anak laki-laki yang tua Gusti Emas, dan kedua Gusti Jati
yang digelar Sultan Muhammad/ Zainalabidin, dan ketiga Utin Ratnadaya, dan
keempat Raden Shalih, dan kelima/ Raden Kantun, dan keenam Emas Curit
yang digelar Pangeran Muda Jaya Kusuma,/ ketujuh Emas Jahra, kedelapan
Gusti Juhan yang digelar Pangeran Prabu Anum,/ dan kesembilan Gusti Amir

1
Tertulis ‫ كا‬- ka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

yang digelar panembahan Amir Kamalludin.


Dan yang ketiga anaknya/ Opu Daeng Menambun, Gusti Jamadin yang
digelar di Sambas Pangeran Cakra, beranak// dua yang tua perempuan bernama 5
Utin Cia’ bersuamikan Pangeran Bendahara di Sambas, dan/ yang kedua Gusti
Putik yang digelar Pangeran Suma Nagara.
Dan yang keempat anaknya Opu / Daeng Menambun perempuan
bernama Utin Candrasari yang digelar ratu di Simpang, dan/ yang kelima
anaknya Opu Daeng Menambun bernama /G/usti2 Jaladri bergelar Pangeran/
Mangku di Mempawah beranak tujuh, pertama Gusti Urip, kedua Utin
Darawati, ketiga/ Gusti Ismail bergelar Pangeran Dipati Mangku Nagara,
keempat /G/usti3 Kasim/ bergelar Pangeran Mangku Nagara, kelima Utin
Balalung, keenam Utin Fatimatih/ ketujuh Utin Simpang.
Dan yang keenam anaknya Opu Daeng Menambun, Ratu Surya Kusuma/
dan yang ketujuh anaknya Opu Daeng Menambun bernama /G/usti4 Jama
ber/g/elar5 Gusti/ Panglima beranak dua perempuan bernama Utin Ratnasari
bergelar Ratu Suta dan kedua /Utin Ratna Wilis.
Dan yang kede(a)lapan6 anaknya Opu Daeng Menambun Utin/
Cindaramidi, bersuamikan Sultan Syarif Abdurahman bergelar Sultan Syarif/
Abdurahman, beranak dua yang tua laki-laki bergelar Sultan Syarif Kasim
Alkadir/ Pantianak mewarisi Nagari Pantianak, dan yang perempuan Utin
Syarifah bersua/mikan Syarif Syiha tiada beranak.
Dan yang kesembilan anaknya Opu Daeng Menambun/ laki-laki
bernama Gusti Sina bergelar Pangeran Jayaputra, beranak tiga orang
perempuan,/ pertama Tengku Utin Salamah, dan kedua Emas Afam bergelar
Ratu Sultan di Nagari Matan,/ ketiga Emas Sati.
Dan yang kesepuluh anak Opu Daeng Menambun bernama Utin
Tawang/ bergelar Utin Busu, bersuamikan Pangeran Gafur, sepupu sekalian
Sultan Baruni// beranak Gusti Putil demikianlah adanya. Adapun anak Sultan 6
Muhammad Safiddin / tiga yang tua Sultan Muhammad Zainuddin dan kedua
Pangeran A/g/ung7 dan ketiga Putri/ Indra Kusuma. /Ma/ka8 Pangeran Agung
itulah berbantah dengan saudaranya Sultan Muhammad Zainu/ddin berebutkan
kerajaan.
Adapun anaknya Sultan Muhammad Zainuddin enam, ti/g/a9/ perempuan
10
ti/g/a laki-laki. Dan yang tua anaknya Putri Kasamba, dan kedua Pangeran
Ratu, dan/ ketiga Sultan Mangkurat, dan Sultan Andaralaya itu nama tempat
kampungnya di Matan./ Dan Sultan Andaralaya beranakkan Sultan Anom
Ramah, Utin Fathimah yang sekarang ini/ di Matan, dan keempat Pangerang

2
Tertulis ‫ كستي‬- kusti
3
Tertulis ‫ كستي‬- kusti
4
Tertulis ‫ كستي‬- kusti
5
Tertulis ‫ بركلر‬- berkelar
6
Tertulis ‫ کدواالفن‬- kedualapan
7
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
8
Tertulis ‫ْمک‬
9
Tertulis ‫ تيک‬- tika
10
Tertulis ‫ تيک‬- tika
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

A/g/ung11 Martadipura, dan kelima Utin Karupas dan / keenam Utin Kerupis.
Kemudian Pengeran A/g/ung12 beranak banyak, pertama-tama anaknya Ratu/
Melayu dan kedua Raigi, dan ketiga ayahnya Pangeran Marta yang di Matan,
dan Raden/ Segara ber/g/elar 13Pangeran Pulah Jambu dan kelima Gusti Aris
dan keenam Pangeran Surya/ itulah ayahnya Gusti Marsal yang bergelar
Panembahan di Matan waktu itu, dan ketujuh/ Tiara Aji ibu Raden Ambung.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Pangeran/ Agung yang berbantahkan
dengan Kerajaan Sultan Muhammad Zainuddin itu. Maka Pangeran Agung itu/
meterima menantu anak Raja Bugis bernama Daeng Mataku dan kedua
menantunya orang/ Bugis Tuan Haji Hafit. Kemudian serta sampai waktu
ketiganya malam dimasukinya/ di dalam kota Sultan Muhammad Zainuddin
berkelahi sebentar. Maka Sultan Muhammad Zainuddin/ pun undur serta
anaknya yang laki-laki dan perempuan, serta dengan istrinya Emas Darawati,
anak Raja Mempawah serta dengan bininya seorang bernama Nyayi Gadih
itulah ibunya.// Pangeran Ratu berdua dengan Sultan Mangkurat, serta dengan 7
kawan-kawannya yang di dalam/ rumah dibawanya berjalan ke Nagari Banjar.
Maka berbicaralah dengan Sultan Banjar hendak/ melanggar Panembahan
Agung di Nagari Matan. Sudah bergelar dan lalu bersuruhan sebuah perahu/
pergi berlayar ke Nagari Sintan, memanggil anak Raja Bugis yang lima
bersaudara. Berhenti/ ada di Sintan sebab Daeng Parani berbini di Sintan,
beranak dua seorang bernama Daeng Kamboja/ dan seorang perempuan
bernama Daeng Tijah, itulah yang dibuat bini dengan aja Alam di Siya’./
Serta sampai suruhan Sultan Muhammad Zainuddin yang memanggil itu serta
dengan suratnya/ mufakatlah kemudian sampailah surat memanggil itu. Maka
mufakatlah Raja Bugis yang lima bersaudara/ itu. Maka masing-masing
membaiki penjajap kenaikannya lima. Maka hendaklah berlayar/ berangkatlah
ke Banjar, lalu ke Matan kelima-limanya. Pertama-tama yang tua Opu Daeng
Parani dan kedua/ Opu Daeng Menambun dan ketiga Opu Daeng Mariwa dan
keempat Opu Daeng/ Calak, dan kelima Opu Daeng Kamase.
Maka berlayarlah kelima-limanya bersaudara, satu seorang/ penjajap
kenaikannya. Maka jatuh ke Nagari Simpang, maka adalah orang Simpang
berkhabar-khabar Sultan/ Muhammad Zainuddin sudah berperang di Matan,
yang mengiringkan Sultan Muhammad Zainuddin/ bersama-sama
melang/g/ar14 Matan itu pertama-tama orang Banjar, dan kedua orang Sampit
Mandawi/ dan orang Kota Ringin dan panglimanya besar, Panglima Pantas
namanya. Maka berjalanlah/ ke Nagari Matan. Serta sampai ke dalam Nagari
Matan, hari pun malam lalu perang masuk/ ke dalam Nagari semalam malaman
itu perang. Maka penglima Pantas yang bergelar panglima besar itupun mati.
Maka orang Banjar, Kota Ringin pun undurlah pulang masing-masing// 8
membawa dirinya.
Syahdan maka Sultan Muhammad Zainuddin tiada mau undur, lalu/
masuk ke dalam masjid. Maka kepunglah oleh orang Matan serta dengan
11
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
12
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
13
Tertulis ‫ بركلر‬- berkelar
14
Tertulis ‫ ملڠکر‬- melangkar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Daeng Mataku dan serta/ Tuan Haji Hafit mengepung Sultan Muhammad
Zainuddin di dalam masjid itu sampailah/ hari siang. Maka Sultan Muhammad
Zainuddin pun berkhabarlah dengan sekalian orang Matan/ serta dengan
sekalian pangeran-pangerannya dan kepada sekalian menteri pengkawanya,
maka diserunya/ “engkau semua sanak saudara, menteri, pengkawaku sampai
hati membuat aku sedemikian/ ini.” Maka sekalian menteri, pengkawanya pun
serta dengan pangerannya pun bertangis/ tangisan semuanya. Maka sampailah
malam satunya lagi, maka sekalian pangeran-pangeran dan sekalian/ menteri
pengkawanya pun mengantar nasi serta dengan air panas jua dahan serta
dengan/ sirih pinang tembakau sekaliannya. Maka diperintahkan oleh Raja
Matan, Pangeran Agung disuruhnya/ tunggu siang malam dan diti/t/ahkannya15
jangan diberi apa-apa air atau nasi, akan tetapi /orang baik memberi juga nasi
serta dengan air, sebilang hari dan sebilang malam sampai/ lima bulan
mangkin sehat bertambah-tambah sihat tubuhnya, demikian khabar Raja
Simpang kepada/ Opu Daeng yang berlima bersaudara itu. Maka Opu Daeng
itu pun segeralah berlayar ke Matan hendak bertemu dengan Sultan
Muhammad Zainuddin, karena dia yang/ memanggil.
Maka di datangi juga seboleh bolehan, kemudian mudiklah ia di sungai/
Matan betanganpawa serta sampai ke pangkalan Nagari Panembahan Agung
maka/ bertemulah dengan syahbandar dari Nagari Matan. Maka lalulah
bersuruhan kepada Panembahan// Agung minta’ khabarkan Opu Daeng yang 9
berlima bersaudara itu hendak berjumpa dengan Panembahan/ Agung dan
beserta dengan Daeng Mataku dan beserta Tuan Haji Hafit orang Bu/gis berdua
itu jadi panembahan. Maka kata Panembahan Agung bertitah/ kepada
syahbandar “silahkan naik masuk ke dalam kota berjumpa.” Lalu datanglah
Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu, maka berjumpalah dengan Panembahan
Agung. Lalulah bertanya khabar Sultan Muhammad Zainuddin , lalu
dikhabarlah oleh Panembahan Agung hal hawalnya/ cerita Sultan Muhammad
Zainuddin yang di dalam masjid itu sudah lima bulan lamanya, usahkan kurus
mangkin bertambah-tambah gemuk serta sihat. Lalulah berkhabar Opu Daeng
lima ber/saudara itu meminta’ Sultan Muhammad Zainuddin, tiada
diberikannya oleh Panembahan Agung. /Maka lalu bermohon balik Opu Daeng
yang berlima bersaudara itu dan beserta dengan/ Indrigurunya dan beserta
dengan jua’-jua’nya sekalian balik, lantas pergi ke masjid/ berjumpa dengan
Sultan Muhammad Zainuddin.
Syahdan serta berjumpa Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu bukakan
pintu masjid, lalu ditunjukkan surat yang daripada/ Sultan Muhammad
Zainuddin memanggil Opu Daeng yang berlima bersaudara di Nagari/ Sintan.
Kemudian lalu dibaca oleh Sultan Muhammad Zainuddin suratnya itu betul
di/punya surat serta dengan capnya lalu dia bertanya “uwak Opu Daeng yang
berlima bersaudara/ diam berhenti di Nagari Sintan masyhur nama prajurit
Agung lanang sejagat?” maka dijawab/ oleh Opu Daeng yang berlima
bersaudara itu “betul sayalah berlima ini mencari siapa-siapa/ raja-raja yang
bertuah saya hendak menumpang kepada Tuan.” Lalulah dibukakannya pintu 10

15
Tertulis ‫ دتکهکنڽ‬- ditikahkannya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

masjid// lalulah berjabat tangan serta duduk. Lalulah berkhabar menceriterakan


hal hawalnya perbuatan/ Panembahan Agung kepadanya Sultan Muhammad
Zainuddin lalu bertangis-tangisan serta berpeluk/ bercium. Lalulah dibawanya
keluar dari masjid, hendak berbalik ke dalam kota mengadap /Panembahan
Agung, tiada diterimannya lagi masuk ke dalam kota. Lalu ditudungkannya
disuruhnya/ ilir penjajap yang lima buah itu.
Lalulah ilir serta sampai ke kuwala sungai keta/pang lantaslah berlayar
sama-sama dengan Sultan Muhammad Zainuddin seorang-seorangnya lalu
lantas/ berlayar ke Banjar. Serta sampai ke Banjar, maka Sultan Muhammad
Zainuddin pun naiklah bertemu dengan/ Sultan Banjar. Lalu berpeluk cium,
berkasih-kasihan. Maka lalu berkhabar Sultan/ Muhammad Zainuddin
menceriterakan hal hawalnya peperangan. Lalu masuk ke dalam masjid/ maka
datanglah Opu Daeng yang berlima bersaudara itu dari Sintan mengambilnya
di dalam/ masjid, lalu membawa bersama-sama datang ke Nagari Banjar. Lalu
berkhabar pula Sultan Banjar,/ mengabarkan suruhannya Panembahan Agung
di dalam lima bulan ini sudah tiga suruhan/ datang meminta syari Paduka
Adinda Ratu Sultan Mas Darawati itu serta dengan Paduka/ anakhanda-
anakhanda sekalian hendak disuruh ambil dibawanya ke Matan. Jadi Sultan
Banjar berkhabar/ bemarah kepada suruhan yang dari Matan itu “kita pun
hendak bersuruhan juga pergi/ ke Matan serta dengan alat peperangan. Hendak
melihat syari Paduka Adinda Sultan Muhammad/ Zainuddin di dalam masjid.
Ini sekarang sukurlah adinda sudah selamat, datang ke nagari/ Banjar.”
Syahdan lalu berkhabarlah Sultan Muhammad Zainuddin “jikalau ada
ampun serta karunia suka ridho syar’i paduka kakanda, adinda hendak
membawa pulang ke Matan syari// paduka adinda ratu serta dengan anak-anak 11
laki-laki dan perempuan sekaliannya.” Maka dijawab oleh/ Sultan Banjar
“baiklah, itu saja ada yang sudah berlaki ada yang sudah berbini dengan orang
Banjar.” Itu maka dijawab oleh Sultan Muhammad Zainuddin “mana yang suka
mengikut adinda/ dibawa, oleh mana yang suka ting/g/al16 biarlah dia mengikut
paduka kakanda, karena adinda pun belum/ tentu pemakian entahpun ke Sintan
entahpun ke Matan.” Lalulah bermohon hendak berlayar/ mengikutkan Opu
Daeng yang berlima bersaudara. Kemudian bertangis tangislah, lalulah/
berlayar lama dengan lamanya, tiada berapa lamanya berlayar maka sampailah
berlayar di Nagari Matan di kuwala/ kandang kerbauh.
Maka Sultan Muhammad Zainuddin membawa singgah naik ke darat,
maka naiklah./ Sekaliannya orang Matan laki-laki dan perempuan karena sudah
lama dilewat hendak mandi-mandi/ ke darat. Lalu bernaikkanlah ratu-ratu serta
dengan anak-anak laki-laki dan perempuan yang naik ke darat. Istri/ Sultan
Muhammad Zainuddin, Ratu Sultan Mas Indrawati itu anak Panembahan
Sangkawak/ di Mempawah, naiklah dan beserta anaknya bernama Putri
Kasamba. Kemudian naik lagi ke darat/ Nyayi Gadih itu anak Daya Karayu
yang Bertamuliat Alkadir istri Sultan Muhammad Zainuddin/ juga serta dengan
anaknya dua orang laki-laki yang bernama Pangeran Ratu dan Pangeran
Mangkurat./

16
Tertulis ‫ تيڠکل‬- tingkal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

Kemudian itulah kalau yang akan menjadi Sultan Mangkurat dan


anaknya Sultan Muhammad Zainu/ddin kepada bini yang lain, Utin Karupas
dan Utin Karupis dan Pangeran Agung/ Martadipura, nama orang anaknya tiga
perempuan tiga laki-laki. Kemudian maka dilihatlah oleh Opu/ Daeng
Menambun anaknya Sultan Muhammad Zainuddin itu yang bernama Putri
Kasamba. Maka ditanya/kannya kepada menteri-menteri orang Matan, maka
dikabarkanlah oleh menteri itu “itulah anak Sultan Muhammad// Zainuddin 12
yang tua, bernama Putri Kasamba dan ibunya itu Emas Darawati anak
Panembahan/ Sangkawak di Mempawah yang bernama Emas Darawati
bergelar atu Sultan di Nagari Matan.”
Syahdan/ maka datanglah jodoh daripada Allah berkehendak berbinikan
anak Sultan Muhammad Zainuddin/ yang bernama Putri Kasamba. Kemudian
Sultan Muhammad Zainuddin naik ke darat, di tanah Matan di kuwala/
kandang kerbauh, naiklah serta dengan menterinya yang ditinggalkannya di
Nagari Banjar dua orang serta/ dengan budak-budaknya yang laki-laki serta
dengan kawan-kawannya ada kira-kira tiga puluh orang itulah dibawanya/
bersama-sama naik ke darat dan perempuan-perempuan serta dengan raja-
rajanya dan ratu-ratu dikira-kira lima puluh orang./ Itulah naik ke darat ke
kuwala kandang kerbauh, lalu membuat rumah sebentar itu juga lalu beramu/
kayu membuat rumah.
Kemudian Opu Daeng yang berlima bersaudara itupun naik ke darat
memo/honkan periksa “bagaimana hal kita semua ini itu hendak berhenti di
kuwala /k/andang kerbau inikah?/itu hendak berlayar karena hajat saya
semuanya hendak berlayar ke riyau ada juga suratnya raja-raja /riyau yang
bernama Sultan Raja Sulaiman hendak berjumpa saya semuanya ada besar
benar kehendaknya.”/ kemudian lalu dijawab oleh Sultan Muhammad
Zainuddin “yang hati-hati, saya seboleh-bolehnya / Opu Daeng yang berlima
bersaudara hendak saya ambil buat menantu. Pilihlah anak saya/ yang
perempuan yang bertiga, hendak saya kahawinkan dengan Daeng-Daeng yang
bertiga mana suka yang/ hendak beristri.” Kemudian dijawab oleh Opu Daeng
yang berlima bersaudara “baiklah/ nantilah saya mufakat-mufakat di perahu
adik beradik.”
Dan lalu bermohon balik ke perahu/ lalu ber/mu/fakatlah17 berlima
bersaudara serta musyawarat lalu berkhabar Daeng Parani yang tua “aku sudah/
berbini di Sintan anaknya Naku Dalang dan aku sudah beranak pula dua orang
dan yang tua// Daeng Kamboja laki-laki dan yang seorang Daeng Khatijah 13
perempuan.” Maka kata Daeng Parani “baiklah/ adinda Opu Daeng Menambun
berbinikan anak Sultan ini yang bernama Putri Kasamba./ Jikalau adinda sudah
kahawin sehari dua hari, jikalai tiada papa pekerjaan kita sama-sama juga/
berlayar ke riyau.” Kemudian maka dijawab Opu Daeng Menambun “kata
kakanda baiklah” dan/ ditanyalah pula lagi adindanya yang berdua Opu Daeng
Mariwa dan Opu Daeng Calak/ dan beserta / adindanya Opu Daeng Kamase
“siapa yang bertiga suka berbini di Nagari Matan ini?” maka/ dijawab oleh
adindanya “yang bertiga itu” Sultan Muhammad Zainuddin “yang dua orang/

17
Tertulis ‫ برفقتله‬- berfakatlah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

itu kecil melainkan sabarlah dahulu kemana perginya jikalau ada jodoh
berlayar ke iyaulah dahulu.”
Syahdan sudah tentu mufakat musyawarah berlima bersaudara serta
Indraguru/ Tujarafa’ dan panglima dan serta dengan jua-juanya sekalian maka
naiklah ke darat Opu Daeng/ yang berlima bersaudara mengabarkan telah
selesai mufakat saudara bersaudara mengatakan “adinda Opu Daeng
/Menambun yang hendak beristri jikalau ada ampun serta karunia” lalu dijawab
oleh Sultan/ “pilihlah anak sahaya yang bertiga.” Maka disahuti “jikalau ada
ampun karunia itulah paduka/ anakda Putri Kasamba dikahawin(i)kan18 dengan
saudara saya Daeng Menambun.”
Syahdan maka / ketika hari yang baik bekerjalah memulai berjaga-jaga,
lalu beraraklah kahawin serta sudah/ pengantin telah sampai tiga harinya lalu
bekerja pula, mandi-mandi serta berarak kumpullah/ anak buah sekaliannya
seperti orang bugis dan beserta orang matan. Lalu Sultan Muhammad/
Zainuddin bertitah kepada Opu Daeng yang berlima bersaudara minta’
langgarkan Panembahan// A/g/ung19. Maka bercakaplah sekaliannya orang 14
bugis serta mengarak turun ke perahu bersampan/ berkemas membaiki perahu
serta sampai tujuh hari mudiklah di batangan pawan sungai matan./ Serta
sampailah ke pangkalan nagari Matan lalu naiklah ke darat Opu Daeng yang
berlima bersaudara/ serta dengan Indraguru Tujarafa dan beserta panglima-
panglima sekalian dan serta jua-jua sekalian/ naik ke darat. Lalu tahulah
Panembahan Agung, lalu disuruhkan menantunya bernama Daeng Mataku/ dan
satu lagi menantunya Tuan Haji Hafit orang Bugis ini jadi ilmunya
ditaru/hkannya bukur dihadapannya itu pasu. Dan jikalau dibedil orang-orang,
semua peluru yang/ dekat dia berkumpul di dalam pasu itu dihadapannya,
demikianlah jadi ilmunya Tuan Haji/ Hafit.
Dan keluarlah dia dari dalam kota serta dengan Daeng Mataku dan serta
ju a-ju anya sekalian dan beserta dengan orang Matan bersama-sama keluar
berjumpa dengan Opu Daeng yang/ berlima bersaudara itu dan belum berbunyi
senjata sebelah menyabalah. Lalu bertemulah Tuan Haji Hafit/ dan Daeng
Mataku kepada Opu Daeng yang berlima bersaudara itu, lalu berjabat salam/
serta bertanya khabar lalu berpegang-pegang bersama-sama memegang hulu
keris hendak berti/k/am20,/ sambil berkhabar Opu Daeng Menambun kepada
Daeng Mataku, katanya “saya semua ini berlima/ bersaudara, satu ibu satu ayah
seperti satu nyawa dan seperti satu badan, tiada berciri sama baik, sama jahat
sama baik uwak seorang sanggah berdua dengan Tuan Haji/ Hafit. Dia orang
Bugis lain bukan saudara.” Maka dijawab oleh Tuan Haji Hafit “saya/ ini orang
Bugis dan Daeng Mataku pun seperti tuanku juga, dan Opu Daeng yang
ber/lima bersaudara pun seperti tuanku juga. Aku takut mendurhaka dan jikalau
aku durhaka payah // Aku pulang ke Nagari Bugis dan sanak saudara aku di 15
Nagari Bugis yang aku kenang juga/ ku sayangkan ju/g/a21. Barangkali
dirusakkan oleh sanak saudara Opu-Opu Daeng yang berlima itu dialah/ yang
18
Tertulis ‫ دکهونيکن‬- dikahawanikan
19
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
20
Tertulis ‫ برتيݢم‬- bertigam
21
Tertulis ‫ جوک‬- juka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

raja di Nagari Pammana yang bernama Daeng iyau itu jadi mertua oleh fila di
Nagari aju./dan randarang di Nagari Teluk Tandariang dan panjung di Nagari
Luwu itu pemuda oleh/ Opu Daeng yang berlima itu yang kukenangkan.
Lagipun Opu-Opu Daeng yang berlima bersaudara/ itupun pupu dua kali
kepada Daeng Mataku yang baiknya cari pikiran yang sampiran,/ seperti
pemukul jangan patuh dan tanah, jangan lambang dan tiada orang berbuah mati
kepada rasam/ dunia yang hendap juga yang bertuah kepada dunia dan baik
cari pikiran yang baik.”
Dan lalu/ berkhabar Daeng Mataku “saya ini serba salah, hendak balik ke
dalam kota mengadap Panembahan/ Agung bersama-sama dengan Daeng yang
berlima bersaudara saya malu karena saya disuruh menaguhkan Opu Daeng/
yang berlima masuk ke dalam kota. Demikianlah perintah Panembahan Agung
kepada saya jikalau boleh dengan/ yang lembut jikalau tiada boleh dengan
lembut itu dengan yang keras ditahankan juga seboleh-bolehnya.”/ maka
dijawab oleh Opu Daeng yang berlima bersaudara “boleh dahulu saya hendak
masuk/ kedalam kota bersama-sama Sultan Muhammad Zainuddin, hendak
meminta ampun Sultan Muhammad/ Zainuddin tiada diterima lalu
ditandungkan, saya semuanya ilir tiada boleh bertangguh dengan/ sebentar ini
juga lalu ilir, dan kepada waktu hari ini tiadalah boleh ditangguhkan lagi. Saya/
berlima bersaudara ini, saya hendak masuk ke dalam kota seboleh-bolehnya
meski jadi bertikam/ sekali pang kalah tetapi saya berlima, Opu seorang.
Dan seperti orang bugis dan orang matan/ itulah khabarnya Haji Hafit.”
Dan lalu berkhabar lagi Tuan Haji Hafit “yang baiknya pikiran aku// asal 16
jangan jadi bertikam.” Daeng Mataku baik turun ke penjajap sebuah mana yang
disukanya/ itu diambilnya dibawanya ilir, lalu berlayar sebab dia malu berbalik
ke dalam kota bertemu Panembahan/ A/g/ung22 sebab Opu Daeng yang berlima
tiada boleh ditang/g/ukan23. Maka dipikir oleh Daeng Mataku/ benar khabar
Tuan Haji Hafit. Demikian itu maka lalu diserunya sekalian Indragurunya dan
serta/ dengan ju a-ju anya lalu dibawanya turun ke perahu penjajap. Lalulah
ditatanya tali pendarat penja/jap Opu Daeng Menambun yang disukanya, serta
Daeng Mataku turun ke penjajap. Kawan-kawan/ Opu Daeng Menambun pun
naik ke penjajap mengambil bedil meriam tembaga, bernama si/ ganda
sepasang, dahulunya penjajap. Maka baharu sempat si kanda satu dikulaikan ke
darat/ sampai ke tebing bedil si kanda itu, penjajap pun ditolaknyalah ilir jadi
satu tebawa / pasangan si kanda itu dibawa Daeng Mataku ke Nagari Siya .
Syahdan Daeng Mataku pun/ ilirlah hendak berlayar ke Siya . Maka Opu
Daeng yang berlima bersaudara pun berjalanlah masuk ke dalam/ kota serta
dengan indragurunya24 dan serta panglimanya dan beserta dengan ju a-ju anya
masuk mengadap/ Panembahan Agung serta bertemu seperti orang hendak
berjabat salam itu lalu dipepakangkan/ tangan dan tubuh dan ka/k/i25, lalu
dipikulnya dibawanya turun ke penjajap Panembahan Agung itu./ Lalu
dibawanya ilir oleh Opu Daeng yang berlima bersaudara sebelumnya sampai
22
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
23
Tertulis ‫ دتکهکن‬- ditangkuhkan
24
Tertulis‫ اندريݢوروڽ‬- indrigurunya
25
Tertulis ‫ کالي‬- kali
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

ke ilir berganti-ganti/ memegang tangan ka/k/i26 Panembahan Agung. Ilir itu


sampailah ke kuwala kandang kerbauh. Maka penjajap/ pun singgahlah ke
pangkalan, lalu dipikullah Panembahan Agung naik ke darat. Maka lalu
mengadap/ kepada Sultan Muhammad Zainuddin, maka Sultan Muhammad
Zainuddin banyak menerima kasih kepada anakda/ yang berlima bersaudara.
Lalu bertitah Sultan kepada anakda “mana-mana jajahan daerah Na/g/ari 27
Sakudana// bebas anakda mana suka, tiada ayahanda boleh perduli karena besar
pertolongan/ anakda kepada ayahanda. Seperti kayu besar tumbang, anakda 17
pula mendirikannya seperti sedia/ kalanya, pulang semula. Seperti anak
ayahanda sendiri tiga orang laki-laki dan adinda ketiganya/ lagi kecil, lagi
belum balig ketiganya. Pertama Pangeran Ratu, kedua Pangeran Mangkurat,/
ketiga Pengeran Agung Martadipura dan yang tua itu perempuan Putri
Kasamba. Ini/ sekarang dia perempuan dan suaminya ganti dia memerintah di
dalam nagari sementara lagi/ ada hayat paduka ayahanda.”
Syahdan lalu berkhabar Opu Daeng Parani “ini saya berempat /belum
tentu tempat, melainkan hendak dibawa juga bersama-sama ke iyau anakda
itu.” Dan lalu bertitah/ Sultan Muhammad Zainuddin meminta buatkan kota
kecil kepada sekalian orang Matan. Maka serta/ jadi kota balian itu lalu
dimasukkan adinda Pangeran Agung ke dalam kota itu, serta dengan/ budak-
budaknya perempuan ada kira-kira tiga puluh orang. Maka lalu dipakulah pintu
kota itu./ Maka dibuatkan sungai kecil di dalam kota itu, serta dengan diberi
beras dan garam. Lalu dipukulkan/ canang di dalam nagari ulu ting/g/i28
sehasta laki-laki. Tiada boleh masuk di dalam kota itu apa-apa/ yang seorang di
dalam kota berteriaklah saja minta barang suatunya. Dan perempuan yang tiga/
puluh itulah dibuatnya bini dan gundiknya oleh Pangeran Agung di dalam kota
itu. Itulah/ sebab maka jadi banyak anak cucunya sampai sekarang ini.
Maka lalulah bermohon Opu/ Daeng Parani kelima-limanya bersaudara
hendak berlayar ke Riyau dahulu. Sedikit surat Sultan/ Muhammad Zainuddin
kemudian surat Sultan Raja Sulaiman memanggil ke Riyau sudah selesai/
dirilah pekerjaan di Matan, berlayarlah pula ke Nagari Riyau lama dengan
lamanya sampailah ke Nagari// Riyau. Lalu berjumpalah dengan Sultan Raja 18
Sulaiman, maka bertitahlah Sultan Raja Sulaiman kepada/ Opu Daeng yang
berlima bersaudara itu “karena saya ini hal minta tolong benar-benar seboleh-
bolehnya/ hal kesakitan kami semua orang iyau ini oleh orang Siya
di/l/ang/g/arnya29 kemudian ditaruh/ dibawah perintah dia, setahun-tahun
dipanggilnya mengadap kyayi dan kebesaran-kebesaran di iyau/ sekaliannya
dibawanya ke Siya seperti bedil kerajaan laila majnun, serta dengan gandak/
emas dan perak, emas dan pun emas dan sekaliannya kerajaan dibawanya dan
saudara saya/ perempuan dibawanya, kyayi dirampasnya, dibuatnya bini oleh
Empu Tuan Raja Kecil itulah/ibunya yang empu tuan raja bawang.
Syahdan maka menyahut Opu Daeng yang berlima/ bersaudara itu
berkhabar kepada Empu Tuan aja Sulaiman “dan jikalau mau kita berjanji
26
Tertulis ‫ کالي‬- kali
27
Tertulis ‫ – نکري‬na?kari
28
Tertulis ‫ تيڠکي‬- tingki
29
Tertulis ‫ دکڠکرڽ‬- dikangkarnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

betul-betul/ cakap saya menolong insyaallah seboleh-bolehnya saya tolong


dengan kuasa daripada Allah yang Empu Tuan/ Raja Sulaiman menjadi yang
Empu Tuan Besar saya semua. pilihlah yang berlima ini siapa yang patut/ jadi
yang Empu Tuan Muda. Saya semua seperti laki-laki, Raja Sulaiman menjadi
seperti perempuan, diberi/ makan baharu makan, apa kata yang Empu Tuan
Muda barang suatu/ bicara.” Demikianlah khabar Opu Daeng yang berlima
bersaudara maka dijawa/b/30 oleh Sultan aja/ Sulaiman “baiklah.”
Maka Opu Daeng itupun mengarak seraya berkata-kata “ aja Sulaiman
lihat/ saya nyata-nyata jikalau sung(g)uh-sung(g)uh 31bai dikata insyaallah
sayalah cakap mengapuskan malu dari/ makuta telah selesaikan perjanjian.”
Maka masing-masing bermohon balik ke penjajap kenaikannya lalu/
berkumpul orang riyau serta dengan orang Bugis, masing-masing dengan
kenaikannya penjajapnya. Maka/ ketika waktu yang baik maka
dilangkahkanlah dengan langkah raja --- --- ---// shalat musta’balah sudah 19
sekaliannya alat. Berkata Yama Tuan Raja berdua alat didayungkan gurap,/
lajunya seperti kilat akan kata segala dagang dari Patani memandang gurap
sangat heran/ daripada zaman Datu nini baharu memandang serupa ini akan
kata dagang tandang jeladeri/ inikah gerangan dikatakan kota beredar segala
cina yang makan mudarkhiran tercengang-tercengang tiada/ sadar gurap
andalan berkamal di pandang malam tanglung di atas tiang bernyala serta
sampai/ siang harinya di pulau berhala, malamnya itu gurap masuk ke kuwala.
Maka sekalian kelengkapan/ kenaikan penjajap pun mesti lebih sudah.
Maka berlayarlah ke nagari Siya se/pe/rti32 sampai di dalam/ sungai lalu
mudiklah sekalian kelengkapan angkatan penjajap itu, maka terkejutlah orang
Siya ./ Maka diisinya bedil laila majnun tiada mau berbunyi, maka masuk
alamat kepada Kadhi/ laila majnun mohon kepada raja Siya , ia mohon hendak
kembali dipasang ia tiada gali /takut durhaka ke bawah. Duli kepada Datu`
Demang disuruh pasang seperti orang ditarik sungsang/ sangkah pun kawan
dalam makan perangsang dan seperti ayam takutkan musang.
Maka sekalian orang/Bugis pun yang ada di Siya pun dilihat anak raja
bugis yang datang, maka sekaliannya orang/ Bugis mengikutlah kepada rajanya
yang datang itu. Maka berperanglah melawan orang Siya itu/ maka
berbunyilah sekalian senjata meriam dan bedil. Maka ditampuh ju/g/a33 oleh
orang Bugis/ dengan senapang serta dengan pamurus. Maka tiadalah sempat
mengisi meriam dua kali , maka orang/ bugis pun sampailah ke dalam kubu
dan ke dalam kota. Maka ama Tuan aja Kecil pun undurlah/ serta dengan
anak istrinya sekalian mudiklah ke hulu Nagari Siya . Maka diikutkan ju/g/a34/
oleh Raja Bugis beserta dengan orang Bugis sekalian berperang sambil mudik.
Serta sampai// di Sikapalan maka Yama Tuan Kecil pun naik ke darat serta 20
dengan istrinya. Maka diikut/ juga oleh Opu Daeng yang berlima bersaudara
itu, maka sekalian kebesaran-kebesaran di Riyau pun dapatlah/ lalu dibawanya

30
Tertulis ‫ دجاوان‬- dijawan
31
Tertulis ٢‫ – سڠکوه‬sungkuh-sungkuh
32
Tertulis ‫سٯرت‬
33
Tertulis ‫ جوک‬- juka
34
Tertulis ‫ جوک‬- juka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

pulang ke Nagari Riyau.


Sampai ke Riyau ditunjukkanlah segala kebesaran itu kepada Sultan/
Raja Sulaiman. Maka bertitah Sultan Raja Sulaiman kepada Opu Daeng Parani
dan kepada Opu Daeng/ Menambun dan kepada Opu Daeng Mariwa dan
kepada Opu Daeng Calak dan kepada Opu Daeng Kamase/ “menerima kasih
banyak-banyak dan seperti perjanjian tiada saya mangkir sedikit pun tiada
mungkin, bertambah-tambah/ kasih sayang kepada Opu Daeng yang berlima
bersaudara serta orang nagari Riyau sekalian serta menikahkan, bagaimana/
perjanjian kita dahulu. Akan tetapi pinta sahaya mufakatlah serta dengan
musyawarat Opu-Opu Daeng/ yang berlima bersaudara siapa-siapa yang patut
menjadi Empu Tuan Muda di iyau ini.” Maka bermo/honlah balik ke
perahunya. Maka belum khusus mufakat kita berlima baik cari lagi seorang jadi
berenam./ Dipanggilnya pengkawa dirayu minta sembahkan kepada Sultan
Raja Sulaiman, jikalau Sultan ada suka/ Opu Daeng yang berlima bersaudara
minta pang/g/il35 dia hendak mengadap menyembahkan mufakat/ yang
dititahkan. Itu jadi masuklah pengkawa mengadap disembahkannyalah kepada
Sultan Raja Sulaiman/ seperti kehendak Opu Daeng yang berlima bersaudara
itu. Maka titah Sultan aja Sulaiman “baiklah”/ maka bermohon balik
pengkawa, lalulah turun kenaikannya menyilakan Opu Daeng yang berlima/
bersaudara itu.
Maka naiklah ke darat Opu Daeng yang lima bersaudara itu mengadap ke
dalam istana./ Maka berjumpalah dengan Sultan, maka bertanyalah Sultan “apa
khabar hendak dikhabarkan?” maka disahuti/ Opu Daeng “saya mengadap
hendak mendengar titah perintah apa-apa titah hendak didengar.” Lalu// 21
bertitah Sultan “baiklah kita mufakat sementara waktu sunyi yang suka saya,
baiklah Opu /Daeng Parani menjadi ama Tuan Muda.” Maka dijawab oleh
Opu Daeng Parani “saya ini belum/ boleh jadi ama Tuan Muda, karena saya
hendak menyarikan kesenangan saudara saya yang berempat/ ini barangkali
jikalau ada perkenangan, saudara saya yang berempat ini. Anak saya dua orang
di Nagari/ Sintan yang laki-laki Opu Daeng Kamboja namanya, itu barangkali
boleh. Kemudian itu jadi seperti/ titah Duli Sultan itu waktu hari ini pilihlah
yang berempat ini dan ini adi`/saya Opu Daeng Menambun telah sudah dapat
kebesaran dan kesenangan di Nagari Matan, dan saudara/ saya yang bertiga
lagi belum tentu. Ia telah hendak ditentukan tempat kedudukannya serta dengan
/ kesenangannya.” Maka mufakatlah Opu Daeng Parani dengan Yama Tuan.
Syahdan maka bertitahlah/ Yama Tuan Raja Sulaiman kepada Opu
Daeng yang berlima bersaudara “boleh kita pakai jikalau belum baik rasanya/
kita ubah pula. Jikalau boleh saya hendak berkhabar.” Kata Opu Daeng yang
berlima bersaudara, “silahkanlah bertitah,/ boleh saya semua mendengar.”
Maka berkhabarlah Yama Tuan Raja Sulaiman kepada Daeng yang berlima
bersaudara itu./ “Daeng Mariwa kita jadikan ama Tuan Muda dan Opu Daeng
Calak hendak saya kahawinkan/ dengan adik saya yang bernama Tengku Puan
itu, lagi seorang yang belum berlaki maka adik saya yang tengah itulah/
diambil dirampas oleh Yama Tuan aja Kecil dibawanya ke Siya dibuatnya

35
Tertulis‫ فڠکيل‬- pangkil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

bini.” Demikianlah khabar/ ama Tuan aja Sulaiman, “jikalau suka demikian
itu Daeng yang berlima bersaudara, boleh saya dengar.” Maka/ menjawablah
Opu Daeng yang berlima bersaudara “baiklah jika demikian itu, mufakat saya.”
Lima bersaudara itu dan setelah selesai bicara demikian itu, maka bermohonlah
pulang kepada kenaikannya// 22
Syahdan telah sampai tiga hari perjanjian datanglah suruhan Yama Tuan
Raja Sulaiman, menyilakan Opu Daeng yang berlima bersaudara masuk ke
dalam kubu, jamu-jamu serta dengan orang Riyau tua,/ muda, kecil, besar
sekaliannya masuk ke dalam kota mengadap Sultan Raja Sulaiman. Serta sudah
kumpul sekalian/ orang, lalulah Raja Sulaiman pun bertitah kepada sekalian
orang-orang Riyau mengabarkan perjanjian serta/ dengan menggelar Opu
Daeng Mariwa menjadi Yama Tuan Muda di Nagari Riyau serta dengan
merintahkan/ orang di dalam Nagari Riyau dan berseta dengan tukung pulah
yang sembilan, serta dengan ra’yat yang dilewat/ apa-apa perintah Yama Tuan
Muda kepadanya supaya memeliharakan Nagari Riyau supaya jadi selamat.
Lalulah/ mengawinkan Opu Daeng Calak dengan Tengku Puan, adik Sultan
Raja Sulaiman. Kemudian/ lalulah diangkat nasi persantapan, berjamu-jamu
makan, lepas makan maka diangkat air panas serta/ dengan air serbatnya. Maka
orang Bugis pun berkelung usung, lalu mengarak Opu Daeng/ yang berlima
bersaudara. Maka orang Bugis pun mengara lah semuanya masing-masing
dengan cakapnya/ setelah selesai demikian ini, waktu pun hampir magrib.
Maka Opu Daeng yang berlima pun bermo/hon balik hendak sembahyang.
Maka orang yang di dalam Nagari Riyau pun bermohon juga sekaliannya./
Mana-mana yang tinggal di dalam kota, bermainlah dengan
permainannya ada yang bermain wayang kulit/ ada yang bermain wayang cina.
Setelah selesai demikian itu tiada berapa lamanya Opu Daeng/ Parani pun
bermohon kepada Sultan Raja Sulaiman hendak berlayar ke Nagari Selangor.
Maka kata/ aja Sulaiman “baiklah jikalau Opu Daeng Parani suka, baiklah
pinta anaknya yang tua perempuan/ Yama Tuan Raja Selangor itu saya semua
samalah menyukakan.” Kemudian Opu Daeng Parani pun/ berlayarlah dengan
kenaikannya gurap serta dengan saudaranya yang berdua. Kemudian sampailah
ke Nagari// Selangor. Lalu dipinangnyalah anaknya Yama Tuan Raja Selangor, 23
maka diterimanyalah Opu Daeng Parani/ dibuatnya menantu, dikahawinkan
dengan anaknya yang tua perempuan. Maka tiada berapa lamanya maka
beranaklah/ seorang perempuan.
Alkisah maka tersebutlah perkataan raja Kedah berkelahi dengan
saudaranya di dalam/ Nagari Kedah. Kemudian saudaranya yang tua Raja
Kedah itu berkirim surat pula, menyilakan Opu/ Daeng yang berlima
bersaudara silahkan ke Kedah. Maka tiada berapa lama antaranya, maka
mufakatlah Opu Daeng/ yang lima bersaudara itu. Maka bersiaplah masing-
masing dengan kelengkapannya serta dengan kenaikannya sebuah/ seorang.
Maka sampai waktu ketika yang baik, maka dilangkahkan dengan langkah raja
--- maka berlayarlah/ ke Nagari Kedah, serta sampai dipanggil oleh Yama Tuan
Raja Kedah, masuk ke dalam kota.
Maka berjumpalah/ dengan Yama Tuan Raja Kedah, maka berjamu-
jamulah santap nasi. Telah sudah santap maka diangkatlah air/ panas. Telah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

sudah santap air panas, maka aja Kedah pun berkhabar “minta` tolong perang
karena/ saya ini berkelahi dengan saudara saya sebab berebut kerajaan
Khabirraha Kedah. Jikalau menang saya/ perang , saya berilah Opu Daeng
yang berlima bersaudara saya berilah orang lima belas” baharu kemudian
dija/wab oleh Opu Daeng khabar aja Kedah itu “saya minta cap tanda tangan
dan mana-mana sekalian orang/ dagang yang datang dari timur ada di dalam
nagari Kedah omo dan seperti Bugis dan Mangkasar/ dan mana dari semuanya
itu serahkan kepada saya perintahnya.” Maka kata aja Kedah “baiklah akan
tetapi saya/ belum bergelar Yama Tuan di Kedah, akan tetapi saya bertangguh
dua hari hendak mengumpulkan sekalian/ orang da/g/ang36 yang datang dari
timur dan mana-mana sudah berumah-rumah di kedah ini seperti orang/bugis
dan mangkasar dan mandra itu yang berdagang sekalian hendak panggil dan/
hendak ditanya mau dia mengikut bicara sahaya itu tiada itulah maka sahaya
bertangguh dua hari.// tiada boleh lama, barangkali ditahukan oleh Adinda 24
Barangka, diampangnya seperti bicara itu”/
Kemudian bermohonlah balik Opu Daeng yang berlima bersaudara itu
Serta sampai ke perahu/ kenaikannya maka disuruhnya pang/g/illah37 sekalian
orang bugis dan mana-mana sekalian orang yang/ dari timur yang berumah atau
yang datang berdagang sekalian dan anak-anak kuda disuruh datang
kena/ikannya mengadap. Maka datanglah kumpul sekaliannya, maka Opu
Daeng Parani beserta Opu/ Daeng Menambun dan Opu Daeng Mariwa pun
bertitahlah kepada sekalian nakoda yang datang dari/ timur dan datang dari
bugis dibawa mufakat hendak menjadikan ama Tuan “anak aja/ Kedah yang
tua itu kita jadikan yang Empu Tuan kenaikannya ayahnya dan jikalau
saudaranya tiada/ suka kita semualah serta menolong kaka/k/nya38 asal sampai
tiga hari mufakat kita sama-samalah kita / semua mengadap kakaknya hari
itulah kita menggelarnya yang Empu Tuan Raja Kedah. Dan jikalau/ bermarah
saudaranya kita semua melawannya serta sudah selesai perjanjian mufakat
kepada sekalian/ anak-anakku” dia lalu bermohonlah pulang ada yang ke
rumahnya ada yang ke perahunya.
Kemudian serta sampai/ tiga hari masing-masing berdatang-datanglah
mengadap sekalian nakoda-nakoda mengadap kepada Opu Daeng/ yang
berlima bersaudara naik ke darat serta dengan alat senjatanya bersama-sama
indr/a/gurunya39/ Tujarafa dan sekalian nakoda orang bugis dan sekalian
nakoda yang datang dari/ timur yang ada di Kedah itu sekaliannya dibawa
masuk mengadap Raja Kedah serta sampai ke rumah/ anak raja Kedah yang tua
itu lalulah duduklah. Maka lalu keluar anak raja kedah mengadap/ sekalian
orang yang datang itu.
Maka berkhabarlah Opu Daeng yang berlima bersaudara itu
mengatakan// “Saya semua ini datang hendak menggelar anak raja Kedah itu 25
yang Empu Tuan jadi aja di Kedah.”/ Maka disahutinya oleh anak raja itu
“Baiklah.” Maka lalu dibacalah surat gelaran, maka anak raja itu/ digelarlah
36
Tertulis ‫ داکڠ‬- dakang
37
Tertulis ‫ فڠکيلله‬- pangkillah
38
Tertulis ‫ کاکفڽ‬- kakapnya
39
Tertulis ‫ اندريݢورو‬- indriguru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

yang Empu Tuan Kedah. Setelah selesailah daripada itu, maka diangkatlah nasi
persantapan mana-mana/ yang hadir sedia sedapat-dapatnya, setelah sudah
makan sirih/ maka membaca dua kalimat. Lalu bertitah aja Kedah “Asal
kalimat ini tiadalah saya mengakir/ daripada hal perjanjian.” Kemudian
sekalian orang Bugis pun berkelung usunglah lalu menga/ra lah masing-masing
dengan cakapnya setelah selesai daripada itu maka masing-masing bermohon
balik ke rumahnya./ Maka lalu bertitah yang Empu Tuan mengatakan “ingat-
ingat di dalam dua tiga hari ini janganlah dila/pangkan datang siang malam
kerumah saya ini sekalian sama saudara orang dagang itulah yang suka kumpul
sahaya merajakan.” Maka bermohon baliklah sekaliannya.
Syahdan serta sampai dua hari/ mufakatlah sekalian sanak saudara yang
Empu Tuan Kedah mana-mana yang tiada suka, berkumpullah serta bersedia/
hendak melanggar. Dan serta sampai waktu ketikanya maka dilanggarnyalah
yang Empu Tuan Kedah/ yang baharu digelar itu. Maka sekalian orang Bugis
kumpullah sekalian orang dagang yang/ datang dari timur, dan segala orang
dagang sebelah barat tiada turut masuk perang. Maka/ perang itu tiga hari tiga
malam dengan orang Nagari Kedah dan Bugis. Anak-anak Raja Kedah mana/
yang tiada suka dengan Yama Tuan baharu itu, mungkin sehari mungkin
bertambah banyak./ Maka sampailah perang itu dilapan hari, maka banyak pula
orang Nagari yang masuk kepada/ Yama Tuan. Maka sampai sebulan, perang
Bugis serta selesai daripada pekerjaan perang./
Maka dikahawinkannya Opu Daeng Parani itu oleh Yama Tuan yang
baharu digelar itu dikahawin//kannyalah dengan saudaranya yang perempuan. 26
Maka beranak seorang perempuan dengan saudaranya Yama Tuan/Raja Kedah
itu. Maka lalu dibayarnya seperti perjanjian yang lima belas bahara itu, maka
baharu dibayarnya/ tiga bahara ringgit, dia berkhabar “bertangguhlah dahulu
yang selaginya”. Maka menerima/ bahara ringgit itu dibahagi dengan sekalian
dagang yang datang dari Bugis dan dagang/dari timur uang yang tiga bahara
ringgit itu.
Kemudian setelah selesailah daripada itu./ Maka bermohonlah balik ke
Riyau, maka lalu berlayarlah serta sampai ke Riyau ,baliklah ke rumahnya/
masing-masing. Lalulah menghadap Yama Tuan Riyau serta berkhabar perihal
hawal di Kedah, telah sudah.berkhabar maka lalu bermohon balik pulang ke
istananya. Dan seperti Opu Daeng Mariwa yang/ yang bergelar Yama Tuan
Muda itu balik ke istananya di kampung datu' temanggung karena
berbinikan/anak engku Datuk Temanggung namanya engku encik Ayu,
beranak dua perempuan dan laki-laki/ seorang dinamakan lamafawunu
dipanggil orang timangan-timangannya encik unu dan yang/ perempuan Raja
Fatimah itulah ibunya Yama Tuan Muda Raja Ali, dan yang seorang lagi
perempuan/ namanya Tengku Puan itulah ibunya Tengku muda di Riau.
Dan seperti Opu Daeng Calak naik/ ke dalam istananya karena satu
rumah dengan Yama Tuan Raja Sulaiman karena satu rumah dengan/ Yama
Tuan Raja Sulaiman, karena adik Yama Tuan Raja Sulaiman dibuatnya bini,
beranak empat perempuan/ yang perempuan namanya Tengku Putih itulah
ibunya Baginda Sultan Mahmud yang diam/ di Lingga, dan kedua perempuan
anaknya Tengku Itam namanya itulah ibunya silakuning/ di Lingga, dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

seorang laki-laki bernama yama tuan muda Raja Haji dan lagi seorang
perempuan anaknya/ namanya Raja Halimah berlakikan awang langa.
Syahdan maka tersebutlah perkataan Raja Sambas//Marjum Sultan Adil 27
berkirim surat memanggil hendak berjumpa di sambas kepada Opu-Opu Daeng
yang berlima bersaudara, mana-mana yang suka datang ke Nagari Sambas,
jikalau suka hendak/dikahawinkannya dengan adiknya yang perempuan
bernama Uri Tengah digelar Raden Takah, serta/ hendak dijadikan Pangeran
Mangkubumi memerintahkan di dalam Nagari Sambas. Maka serta dapat/ surat
dari Sambas itu, maka berbicaralah mufakat Opu Daeng yang berlima
bersaudara itu/ mana-mana yang patut baiknya.
Maka mufakatlah kelimanya bersaudara mengatakan, “Opu Daeng
Kamase/ yang belum tentu, kedua adiknya.” Maka mufakatlah pula lagi serta
dengan perjanjian Opu Daeng/ yang berlima bersaudara itu “barang dimana-
mana dapat susah kita berlima bersaudara berkumpul dan/ memberitahu
berkirim surat kita bersama-sama bertolong-tolongan barang suatunya tiada
bercari.”/ Demikianlah fakatnya lima bersaudara. Lalu bermohonlah Opu
Daeng Menambun, tatkala di nagari/ Matan itu telah digelar oleh Sultan
Muhammad Zainuddin, tatkala memulangkan kerajaannya waktu/itulah
digelarnya Pangeran Emas Sri Nagara. Dan beserta adiknya yang nama Opu
Daeng/ Kemase bermohon hendak ke Matan hendak singgah-singgah di Nagari
Sambas berjumpa dengan/ Sultan adil, memeriksakan khabar yang seperti di
dalam suratnya itu kemudian lalu bermohonlah Opu Daeng Menambun kepada
kakanda Opu Daeng Parani, dan kepada adinda Opu Daeng Calak, /dan kepada
adinda Opu daeng Mariwa, lalu berpeluk bercium berkasih-kasihan.
Lalu bermohon/ pula Opu Daeng Kemase kepada Sri Paduka Kakanda
yang bertiga lalu berpeluk cium, berkasih-kasihan ,lalu bermohonlah ke perahu
lalulah berlayar paduka kakanda pun sekalian mengantar/ juga melihatkan
perahu Sri Paduka Adinda dan kakanda yang berlayar tujuh buah siang itu.// 28
Kemudian tiada berapa hari lamanya, sampailah ke Kuwala Nagari Sambas.
Lalu bersuruhanlah sampai mudik/ beritahu kepada Sultan Adil dengan
mengabarkan Sri Paduka Kakanda Opu Daeng Menambun/ serta dengan
Paduka Adinda Opu Daeng Kemase ada di kuwala. Serta tahu Sultan Adil
lalulah,/ disuruhkannya sekalian pangeran-pangeran serta dengan Paduka anak-
anaknta dan serta kyai pembekalnya ilirlah ke kuwala/ menyambut Opu daeng
yang berdua, disilahkan mudik ke Nagari.
Serta sampai ke Pangkalan dalam, lalu disambutlah/ oleh Sultan adil
dengan hormat nya beserta dengan memasang bedil. Lalulah naik ke balai serta
berjamu-jamu/ makan minum telah selesai lah daripada makan dan minum,
disediakan satu kampung serta dengan rumahnya/ lalu disuruhkannya
berangkat naik ke rumah, lalu bermohonlah balik ke perahu Opu Daeng
Menambun/ serta dengan Opu Daeng Kemase. Maka berkhabarlah Sultan adil
“silahkan lah naik semayam diam di rumah.”/ Maka disahuti oleh Opu Daeng
yang berdua bersaudara “sebaik-baiknya mana-mana perintah sahaya semua
ikut.”/ Kemudian balik ke perahu lalu berangkat ke rumah.
Sampai tiga hari lalu bersuruhan Sultan A/dil menyuruhkan pangeran-
pangerannya serta kyai-kyai orang bertujuh menghadap Opu Daeng
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

Menambun,/ berdua dengan Opu Daeng Kemase mengkhabarkan khabar Sultan


adil “salam doa serta ta'dzim/jikalau ada suka Opu Daeng yang berdua
bersaudara diam di Nagari Sambas berumah-rumah hendak dikahawi/nkan
dengan saudaranya perempuan bernama aden Tengah.” maka disahuti oleh
Opu Daeng Menambun itu,/ telah bergelar di Matan Pangeran Emas Surya
Negara itu menyahut khabar Pangeran serta dengan kyai-kyai/ yang bertujuh
itu menerima syukur alhamdulillah ini ada dia, “saya Daeng Kemase belum
berumah-rumah jikalau/ suka Sultan Adil memeliharakan saya pun turut suka
juga sama-sama mennyarikannya jalan yang/ kebajikan jikalau ada diberi Allah
diterimalah seperti kehendak Sultan itu.’ Kemudian Pangeran serta// dengan 29
kyai yang bertujuh itu bermohon baliklah.
Serta sampai lalu mengadap Sultan/ Adil mengkhabarkan salam doa
ta`dzim pada kakanda Opu Daeng Menambun serta sembah daripada/ adinda
Opu Daeng Kamase akan hal seperti perintah Duli Sultan itu diikutlah berapa-
berapa/ syukur alhamdulillah. Maka Sultan Adil pun sukalah, maka tiada
berapa lama antara harinya lalu/ dikahawinkannyalah Opu Daeng Kamase itu
dengan adiknya yang perempuan yang bernama Raden Tengah/ itu serta
sampai tujuh harinya maka digelarnyalah oleh Sultan Adil, Opu Daeng Kamase
itu/ Pangeran Mangkubumi di dalam daerah Nagari Sambas. Kemudian serta
sampai empat puluh hari Opu/ Daeng Menambun pun bermohon kepada Sultan
Adil hendak balik ke Nagari Matan lalu ber/khabar mengatakan “lama sudah
meninggalkan nagari Matan, ada sudah tiga tahun mengembara di nagari
sebelah barat lalu ke Sintang lalu ke Palembang dan lalu ke malalah dan lalu ke
kamboja dan lalu/ ke Riyau lalu ke Siya`, dari siya` balik ke riyau dan lalu ke
/k/edah40 dari kedah balik ke Riyau, lantas/ ke nagari sambas ini. Sahaya
jikalau ada dengan keridhaan dengan kesukaan hendak mohonlah/ balik ke
nagari Matan, hendak melihat anak-anak serta dengan sanak saudara karena
sudah lama.” Maka/ disahuti oleh Sultan Adil “iya /ba/iklah41 la/g/ipun42 Sultan
Muhammad Zainuddin/tua. Lagi saya mendengar khabar Pangeran Ratu
berbantah dengan adiknya Pangeran Mangkurat/ beratas-atasan berebut
henda/k/43 menjadi raja. Demikianlah khabarnya yang saya dengar.”
Maka bermo/honlah Opu Daeng Menambun kepada Sultan Adil, lalulah
ilir penjajap yang enam buah/ itu lalu diantar oleh Sultan Adil ilir sehingga
betangan serta dengan perbekalan dengan/ selengkapnya Pangeran
mangkubumi pun mengantar juga serta dengan istrinya dengan kyayi-kyayi// 30
mengantar juga sampai ke kuwala, berjanji serta berpeluk bercium-cium
berkasih-kasihan “siapa-siapa/ yang suka bertolong-tolongan, kita bersama
saudara.” Demikianlah perjanjian, maka penjajap yang/ enam buah itu pun
menuju lalulah layar. Maka angin pun baik, lalulah berlayar menuju kuwala
matan/.
Tiada berapa lamanya, sampailah ke Kuala kandang kerbau. Mudiklah ke
Nagari Banulama serta Sultan/ Muhammad Zainuddin mendengar menantunya
40
Tertulis ‫ – کݢاده‬ke gedah
41
Tertulis ‫ ىايکله‬-
42
Tertulis ‫ لکيفون‬- lakipun
43
Tertulis ‫ هندف‬- hendap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

datang sukalah hatinya, lalu disuruhnya papak menyambut/ menantunya


dengan pangeran-pangeran serta dengan kyayinya di ilir nagari. Serta sampai
lalu dipasangkannya/ bedil supaya orang di dalam nagari semuanya tahu
pangeran Emas Sri Nagara datang dari sebelah/ barat. Maka berkumpullah
sekalian orang Mantan memberi selamat, serta dengan kesuka-kesukaan.
Kemudian ada seta/hun lamanya, bertitah Sultan Muhammad Zainuddin
maka dikumpulkan sekalian anak-anak, serta dengan sanak saudara,/ serta
dengan pangeran-pangeran, serta dengan kyai-kyai, serta musyawarat mufakat
“ini anak saya yang laki-laki bertiga/ menantu seorang, tetapi serupa
keempatnya tiada tabedanya barang sedikit perasaan saya itu./ Pilihlah oleh
Opu semua kesukaan orang nagari siapa yang Opu suka, anak saya yang
berempat/ laki-laki itu yang akan memerintahkan nagari matan menjadi Sultan
muda, bakal ganti saya.” Maka bermo/hon lah pulang ke rumah pangeran-
pangeran, serta dengan menteri pengkawa, serta dengan kyai-kyai bertangguh
“eso / pagi hari patuk semua berkumpul di lawan-lawan paseban a/g/ung44,
mufakat siapa-siapa yang patut/ anakhanda berempat itu menjadi Sultan muda
akan bakal ganti Duli tuanku.” Maka sahut/ Sultan Muhammad Zainuddin
“baiklah jangan lama”, dengan segeranya maka masing-masing menyembah
bermohon balik/ ke rumahnya berkhabar dengan anak bininya.
Serta sampai esok harinya berkumpul sekalian pangeran-pangeran, dan/
serta menteri pengkawa, serta dengan kyai-kyai pengaruh-pengaruh, dan serta
orang-orang banyak di dalam nagari, serta//dengan orang bukit orang memaya
itu dinamakan oleh orang matan siring membala, jikalau/ belum suka yang dua 31
kampung libat belum boleh, jikalau sudah suka yang dua kampung baharulah/
boleh menjadi Sultan di Nagari Matan. Dan berkumpulah sekalian itu di
paseban agung/dalun-dalun dan mufakatlah orang banyak sekaliannya, maka
diseparuh orang matan suka kan pangeran/ Ratu, maka yang separuh orang
matan suka kan Pangeran Mangkurat, maka yang separuh orang matan/
sukakan Pangeran Emas Sri Nagara.
Maka tiadalah berseturut paham orang matan ada dua bulan/ lamanya
musyawarah itu. Maka berdatang sekalian menteri-menteri pengkawa sekalian
serta dengan siring membala/ orang bukit memaya , berdatang sembah kepada
Sultan Zainuddin menyembahkan khabar yang tahkik/ “Sebenar-benarnya ini
seperti ananda pangeran dengan adiknya ini Pangeran Mangkurat sudah/
hendak membuat pergaduhan berbuat kan kerajaan masing-masing hendak
menjadi Sultan,/ barangkali sepeninggalan Duli tuanku entah bagaimana hal
peruntungan hamba tuanku./ Semua selangkan Duli tuanku lagi ada selangkan
demikian itu perihal perbuatan anakda/ berdua beradik itu. Dan kepada pikiran
Patuk semua ini, Pangeran Emas Sri Nagara/ itu baik disilakan libur ke
mempawah karena Sri Paduka Adinda Ratu Sultan Mas Andaru itu/ anak raja
Mempawah, anak Panembahan Sangkawak di Mempawah itu seorang saja
anaknya/ perempuan menjadi ratu Sultan di Nagari Matan dan beranak dengan
Duli tuanku bernama/ Putri Kasamba dan ibunya Ratu Sultan Mas Andaru itu
pun ada bersama-sama anakandanya./

44
Tertulis ‫ اکوڠ‬- akung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

Ratu Sultan ada juga di Matan ibunya itu Enci Caramin dan timang-
tima/ngannya Putri caramin itu anak Raja Kahara di Nagari Ba(n)tu45 Rijal di
Hulu Nagari//Indragiri sebab berbini dengan saudaranya ini Raja Kahara itu
berselisihkan pedang kerajaan/ di Nagari Batu Rijal. Dan pedang kerajaan itu 32
dua dipegang oleh raja kahara dipinta /oleh kakangnya tiada diberikannya
kaka ku menjadi raja di Batu ijal akulah punya pedang pusaka/yang dua itu.”
Maka lalulah marah kakaknya kepadanya, maka dibaiki satu penjajap
lalulah Raja/ Kahara itu ilir dengan sanak saudaranya yang sama-sama mau
mengikut dia berlayar, ada orang/ naik pula dan beserta dibawanya anaknya,
seorang budak-budak nya perempuan ada bertujuh karena Putri/Caramim itu
ibunya pun sudah meninggal. Dia ada tempat meninggalkan anaknya pun
menjadi/ tiada mau ditinggalkan. Kemudian ilirlah ke Kuwala Indragiri, lalu
berlayar jatuh ke Kuwala Sambas./ Tiga malam tidur mencari mimpi yang baik
tiada dapat mimpi yang baik, dan lalu berlayar/ ke Mempawah. Tidur dua
malam sampai ketiga malamnya bermimpi memegang-megang matahari,
lalulah mudik/ ke sungai Mempawah. Sampai di Kuwala sangking mendengar
khabar Panembahan sangkawa' ada Raja Kahara/ membawa anaknya
perempuan terlalulah bagus, lalu diminta oleh Panembahan sangkawa' hendak/
dibuatnya istri dijadikan Ratu Panembahan di Nagari Mempawah. Maka
diterimanyalah oleh Raja Kahara itulah, pinta dia sekalian anak perahunya
yang tiga puluh orang jikalau dia suka/ hendak berbini di Nagari Mempawah
ini "terimalah dengan tiada memberi suatu orang antaranya/ jikalau mau
berjanji demikian ini saya terimalah itu raja Mempawah kahawinlah dengan
anak /saya."
Maka dijawab panembahan sangkawak “Baiklah.” maka kahawinlah
Ayahanda Panembahan sangkawa'./Itu maka beranak seorang perempuan
bernama Mas Andarawati terlalu baik rupanya, maka bertun/angan dengan raja
Sambas yang bernama Ratu Anam Kusumayu. Ada di dalam tengah
bertunangan maka Duli tuanku// Sultan meminta anak Panembahan itu yang
bernama Mas Indrawati. Maka dijawab/ Panembahan “anak sa[ya]46 telah 33
bertunangan dengan Raja Sambas yang bernama atu Anam Kusumayu.”
Maka/ lalu berlayar Duli Tuanku Sultan ke Mempawah dengan perahu
kakap tujuh buah sampai ke Kuwala/ Mempawah lalu mudik sangkawa , lalu
naik ke rumah mengadap Panembahan sangkawak minta / kahawinkan dengan
anak Panembahan Sangkawa yang bernama Mas Indrawati. Maka kata
Panembahan/ Sangkawak "Baiklah". Maka lalu nikahlah, sampai tiga hari lalu
Duli Tuanku hendak balik/ ke Matan, maka hendak Duli Tuanku tinggalkan
Adinda Ratu Mas Indrawati. Maka kata/ Panembahan Sangkawak "jikalau
dipeliharakan dengan kesempurnaan peliharaan kepada anak saya, baiklah di
bawa berlayar ke Matan, karena saya khawatir juga jikalau ditahukan oleh Ratu
Anam Kusumayu barangkali/ di bawanya ke Sambas sebab tunangannya."
Maka dijawab oleh Sultan Muhammad Zainuddin "baiklah,/ Ayahanda kalau
percaya kepada saya, InsyaAllah saya peliharakan dengan kesempurnaan

Tertulis ‫بناتو‬
45
46
Tertulis ‫سىا‬
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

pemeliharaan./ Saya jadikan Ratu Sultan Muhammad Zainuddin di dalam


Nagari Matan memerintahkan sekalian/ perempuan di dalam Nagari Matan.
Sampai tujuh hari maka lalulah bermohon Sultan Muhammad Zainnuddin/
kepada Duli Panembahan Sangkawa . Maka lalulah dibawanya istrinya lalulah
mengikut pula istri/ Panembahan Sangkawa yang bernama Putri Caramin itu,
mengikut anaknya beserta mengikut Duli/ Tuanku Sultan.
Sekarang ini ada surat dari Mempawah kepada Duli Tuanku, dan beserta
kepada Paduka/ Bunda Ratu Panembahan, dan beserta kepada Paduka Adinda
Ratu Sultan Mas Indrawati ,meng/k/habarkan47 Paduka Ayahanda Duli
Panembahan Sangkawa telah meninggal kembali ke Rahmatullah ta'ala dari/
nagari yang fana ke nagari yang baka. Maka anaknya seorang Paduka Adinda
Mas Indrawati itu// sepatut-patutnya diantar balik ke Nagari Mempawah, dan
seperti Paduka Anakanda Pangeran Mas/ Sri Nagara sepatut-patutnya boleh ia 34
membawanya Sri Paduka Bunda Ratu Panembahan, dan/ beserta Sri Paduka
Adinda Ratu Sultan Mas Indrawati, dan beserta Sri Paduka Anakanda/ Putri
Kasamba itu lalu digelar Ratu Agung Sinuhun kala hendak berangkat ke
Mempawah/ itulah lalu digelarnya oleh ayahandanya, dan sekaliannya orang
Nagari Matan laki-laki perempuan/ kumpulah bersuka-sukaan mengelar Putri
Kasamba itu Ratu Agung Sinuhun serta dibuatkan/ pemandian puncak di tujuh
tingkat. Maka diaraklah berkeliling nagari, setelah itu lalu/ masuk ke dalam
kota. Maka sekalian pangeran-pangeran,, serta menteri pengkawa laki-laki
perempuan, segala kyai/ dan bini, sekalian pangeran-pangeran dan mas mas
taya, dan bini kyai-kyai dan segala kyai,/ dan pengarah dan sekalian orang
Nagari Matan dan orang bukit dan Memaya' dan Siring/ Membala, sekaliannya
itu masuk ke dalam kota menghadap lalu lah menjunjung48 duka beserta
dititahkan/ oleh Sultan Muhammad Zainuddin itu menjunjung Duli kepada
Ratu pangeran Mas Sri Nagara/ dan beserta kepada Ratu Agung Sinuhun itu.
Setelah selesai daripada menjunjung duli lalu makan/ minum bersuka sukaan
serta memasang bedil bunyinya gemuruh di dalam Nagari. Lalu membaca doa
kepada/Allah beserta doa selamat sampiran sampai kepada anak cucunya turun-
temurunnya.
Serta sampai tujuh/ hari makan minum bersuka sukaan lalu berbicara
masing-masing membaiki perahu penjajap-penjajap dan/ kakap kakap sekalian
bilangannya empat puluh buah, serta bilangan hari ketika yang baik maka
bertitahlah/ Sultan Muhammad Zainuddin kepada Sri Paduka Bunda Ratu
Panembahan, dan kepada Sri Paduka/ Adinda Ratu Sultan Mas Indrawati, dan
kepada Sri Paduka Anakanda Ratu Agung Sinuhun,// dan kepada Sri Paduka
anakanda pangeran Mas Sri Nagara, "baiklah esok pagi hari/ Jumat silakan ilir 35
ke Kuwala sekalian kelengkapan yang empat puluh.” Maka keesokan harinya
yaumul/ Jumat ba'da sholat musta'ibalah sudah sekalian alat dan berkata Sultan
Raja berdaulat dida/yungkan gurap kenaikan seperti kilat. Maka Sultan
Muhammad Zainuddin pun ilir lah bersama-sama mengantar/ Sri Paduka
Bunda dan Sri Paduka Adinda dan Sri Paduka Anakanda diantar berlayar

47
Tertulis ‫ مڠحبرکن‬- menghabarkan
48
Tertulis ‫ منجڠڠ‬- menjungang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

sampai/Siya ke Sukudana.
Maka <Muhammad> Sultan Muhammad Zainuddin49 pun bermohon
balik kepada Paduka Bunda/ atu Panembahan sanggu , dan kepada Sri Paduka
Adinda Ratu Sultan Mas Indrawati, maka/ anakanda dua lagi istri pun
menyembahlah sujud menyium lutut Ayahanda Baginda Sultan/ Muhammad
Zainuddin maka berpeluk bercium berkasih-kasihan sekalian laki-laki
perempuan. Maka/ Sultan Muhammad Zainuddin pun bertitah "selamat-selamat
sempurna sampai kepada sekalian anak-cucu turun/ temurun menjadi raja
memegang Nagari" serta meminta doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
beserta mem/b/aca50 doa /selamat, lalu bertitah Sultan kepada sekalian dayang-
dayang, bini-bini perwara "siapa engkau semua saya pasuka/ mengikut anakku
Putri Kasamba hendak pergi ke Mempawah? Baiklah aku pun suka benar."
Maka banyaklah/ dayang-dayang serta bi/n/i-bi/n/i51 perwara mengikut ada
empat puluh orang yang mengikut berlayar ke Mempawa/ dan orang yang baik
tannya sanak saudara yang di matan itu mengikut Encik Karabang dan encik/
Kuyani dan mas-mas dan utin-utin ada juga bersama-sama mengikut didalam
yang empat puluh itu./ Maka berlayarlah menuju Kuwala mempawah.
Maka serta sampai kelengkapan perahu yang empat puluh itu/ke Kuwala
mempawah. Maka masuklah sekaliannya mudik di dalam sungai, maka
berhentilah di sebuah bukit lalu mana besar membuat Nagari di sebukit, karena
di sebukit itu Nagari lama dahulu kala nya yang diam// disitu Patih Kamantri,
dan Patih Kamantri beranakkan patih nyabang itu raja Mempawah dahulu/ 36
kala, berbicara serta berjanji dengan nai'riyau Raja Sambas dan lara sepalayu
itulah berjanji/ Di pulau sama suka, masak nasi makan minum bersuka sukaan
lalu bertanam batu di Batu balat, lalu/mengalih nama Sungai Raya Sebayan arti
sungai raya suka-suka besyar dan arti sebayan sama-sama punya./Itulah
perjanjian orang tua-tua dahulu kala adanya.
Syahdan serta selesai daripada/ pekerjaan itu lalu lah mudik sampan-
sampan serta perahu ada tiga puluh dua mudik ziarah ke makam/ Marhum
Panembahan Sangguk, mudik beserta dengan Ratu Panembahan Sangkawak
dan beserta/ Ratu Sultan Mas Indrawati dan beserta Putri Kasamba Ratu Agung
Sinuhun. Serta sampai/ ke Sangkawak lalu mengaji, serta tahlil, bershodaqoh
makan minum, membaca doa. Serta tahu pangeran/ Dipati itu Raja Mempawah
itu hendak digelar Panembahan oleh Melayu, oleh Dayak separuh belum/ suka
karena dia itu sepupu sekali dengan Panembahan Sangkawak karena kata yang
separuh orang, Mempawah ada anaknya Panembahan itu ada di Matan, Mas
Indrawati yg bergelar Ratu Sultan/ Muhammad Zainuddin. Maka Pangeran
Dipati pun memapak berjumpa dengan Anakanda Mas/ Indrawati Ratu Sultan,
lalulah makan minum berkasih-kasihan berpeluk cium dengan/ sanak saudara
yang baru datang dari Matan.
Syahdan anak Pangeran Dipati ini empat/ orang dan pertama yang tuwah
Raden Jaka dan kedua perempuan namanya Emas Sri Sangka dan/ yang ketika
perempuan namanya Emas Candi dan keempat laki-laki namanya Raden Sri
49
Tertulis ‫ – محمد سلطنم محمد‬muhammad sultan muhammad
50
Tertulis ‫ممىاچ‬
51
Tertulis ٢‫ – بيتي‬biti-biti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

itulah,/ anaknya Pangeran Dipati Mempawah. Kemudian ada antara tujuh hari
lalu datanglah Ratu Panembahan Encik Caramin beserta anakandanya Mas
Indrawati Ratu Sultan Muhammad Zainuddin// memeriksakan perkakas Duli
Panembahan Sangkawak serta dengan kawan-kawannya, serta dengan 37
perkakas/emas dan perak dan tembaga dikenalnya, mana mana perkakas yang
ditinggalkan tatkala berlayar/ ke Matan bersama-sama Sultan Muhammad
Zainuddin itu. Diperiksanya sekaliannya maka dipintanyalah kepada/ Pangeran
Dipati, maka dipulangkannya lah sekalian itu. Maka diperiksanya oleh Ratu
Panembahan Encik/ Caramin itu pusakanya, dianya sendiri punya pusaka
pedang dua dari Nagari Batu Rijal./ Pusakanya daripada ayahandanya yang
bernama Raja Kahara di Nagari Batu Rijal dan Emas indra/wati yang bergelar
di Nagari Matan. Ratu Sultan menanyakan susunan dan bedil yang bernama/
Bucang Jawa ditanyakan kepada Pangeran Dipati. Maka itu semua
dipulangkanlah waktu itu/ sekaliannya yaitu oleh Pangeran Dipati, kemudian
ditanyakan pula hal daripada waris/ meminta daya daya Mempawah dan daya
Pabahar dan daya malingsam ditawar berbagi betul-betul,/ karena yang telah
sudah ada daripada zaman dahulu barangsiapa jadi Pangeran Mangku/ itu
memegang daya sekayu pabahar dan barangsiapa menjadi Panembahan itu
memegang/ Mempawah kemudian baru dibagi siapa-siapa yang patut saudara-
saudara yang boleh menjadi/ kaki tangan dan pulang dengan penambahan lima
Nagari seperti jari kanan pertama sangking kedua/ sama bai , ketiga kaca ,
keempat lumut, kelima sebawu itulah seperti jari lima.
Syahdan/ dijawab oleh Pangeran Dipati hal daripada Daya itu semua
satu Nagari pun tiada ia mau memberikannya" maka Ratu Sultan pun diam,
setelah seketika bermohon balik ke rumahnya lalu musyawarah/ dengan
menantunya orang Bugis yang bernama Opu Daeng Menambun, maka kata
Mas Indrawati yang bergelar atu Sultan itu hanya aku seorang saja
perempuan anak Panembahan Sangkawak//di pinta daya satu nagari pun tiada
diberikannya, apa bicara kita maka baiknya kita i/l/ir52/ dahulu ke sebukit di 38
gunung asal boleh terbawa bujang jawa." serta dengan susunan di bawalah ilir/
ke sebukit, lalu hendak bekerja, membaca doa selamat, hendak ditamatkan
mengaji, qori' mana-mana yang/ sudah kha[ta]m53.
Alkisah maka tersebutlah perkataan Daeng Kalula anaknya Opu Daeng
Biyasa, Opu/Daeng Kalula itu sepupu sekali dengan Opu Daeng Menambun,
kemudian didengarnya khabar saudara-saudaranya/ yang mengembara di
sebelah barat yang berlima bersaudara itu semuanya itu diberi Allah dapat
kuasa. Kemudian,/ berlayar dari Betawi ke Riau, jatuh ke Mempawah singgah,
lalu mudik ke Sebukit ,maka/ bertemulah dengan Opu Daeng Menambun, lalu
berpeluk bercium berkasih-kasihan bertemu/ dengan saudaranya sepupu sekali.
Lalu berkhabar Opu Daeng Kalula kepada Sri Paduka Kakanda “hal/ utang
Kakanda yang lima bersaudara kepada saudagar Belanda yang di betawi yang
ayah saya dengan saya menanggu/ngkan, sambutan yang dibawa berlayar ke
Kamboja itu telah lepaslah selesai sahaya bayar disebabkan/ oleh tagal perang

52
Tertulis ‫ ايکير‬- ikir
53
Tertulis ‫ خم‬- kham
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

Cina di Betawi sahaya memagang sekalian orang Bu/g/is54 sahaya menjadi


penghulunya./ Mayor memegang orang Bu/g/is55 jadi dipakainya membayar
/g/aji56 seperti utang dilepaskannya ada lebihnya/ ditambahnya tiadalah lagi
kita semua berutang kepada Belanda, demi/k/ianlah57 adanya.
Syahdan lagi/ jikalau ada ampun serta karunia suka ridha Sri Paduka
kakanda, sahaya hendak membawa anak Sri Paduka Kakanda yang bernama
Gusti Jamiril yang tuwa laki-laki hendak sahaya bawa berlayar ke Betawi.
Hendak sahaya kahawinkan dengan anak saya perempuan bernama Daeng
Muda.” maka jawab Opu Daeng Menambun “Jika demikian itu bicara dinda,
siapa lagi yang sahaya berharap/ sama kita punya anak mencarikan
kebaikannya dan semau kita memeliharakan nya dahulu Allah waba'da 58//<
waba'da> asulullah.” setelah sudah selesai musyawarah demikian itu, maka 39
berkemaslah hendak berlayar/ ke Betawi. Maka sampai waktu ketikanya maka
bermohonlah Sri Paduka Adinda Opu Daeng/ Kalalu kepada Sri Paduka
Kakanda Opu Daeng Menambun, maka Sri Paduka anakda Gusti Jamiril/
dipang/g/illah59 oleh Paduka Ayahanda menghadap lalu bertitah mengatakan
“selamat selamat lah berlayar ke Betawi.”/Maka yang bersama-sama orang
baik yang mengikutkan Gusti Jamiril itu berlayar pertama encik/ Abdul Wahab
anak Tuan Imam disebut sebukit dan kedua Encik Shabah di gelar Kyai
Wanganaya,/dan kawan-kawan ada dua puluh orang. Maka membaca doa
salam lalulah Ilir ke Kuwala diantar oleh sekalian/ saudara laki-laki perempuan
sekalian dan sampai ke Kuwala lalu bersalam-salaman serta membaca doa
selamat./ Lalu berlayarlah menuju Betawi dengan selamatnya.
Sampai ke Kuwala Betawi lalu naik ke darat,/ berjumpa dengan Jendral
Hayamka memberi selamat tuanku jendral, telah selesai bertanya-tanya/ khabar
lalu bermohon balik ke Kampung Baru di kampung Bugis. Setelah demikian
itu sampai empat/lima malam dipeliharakan oleh sanak saudara yang di Betawi.
Lalu berkhabar Opu Daeng Biyasa kepada Sri Paduka Anakda Opu Daeng
Kalalu, anak Opu Daeng Kalalu berbini tiga orang/ berbini anak Raja
Mangkasar, bini yang itu beranak seorang itu dinamakan Daeng Muda/itu Ibu
Sultan Muhammad Zainuddin, dan kedua bininya peranakan Cina itu beranak/
seorang perempuan dinamakan Daeng Nyunya itu ibunya Pangeran Marta, dan
yang ketiga bininya/ anak shara di Nagari Mandura, dibawa ke Betawi juga itu
beranak tiga orang yang tuwa/ laki-laki Daeng Maqfa namanya dan yang
tengah laki-laki juga Daeng Cacuw namanya dan bungsu/perempuan Daeng
Laila namanya, itulah ibunya Pangeran Prabu Inu dan ibunya Panembahan//
Adinata Krama “anak perempuan yang tiga itu pilihlah mana yang disukai oleh 40
segera/dikahawinkan.” Maka tanyalah Gusti Jamiril “Mana baiknya kepada
nian dan kepada Ayahanda.” maka/ jawab Opu Daeng Kalalu “Anak 3
perempuan yang dua orang lagi belum lekat kain lagi/ kecil itulah, yang baik

54
Tertulis ‫ بوکيس‬- bukis
55
Tertulis ‫ بوکيس‬- bukis
56
Tertulis ‫ کاجي‬- kaji
57
Tertulis ‫ دملينله‬- demilianlah
58
Tertulis ‫ – وبعد وبعد‬waba’da waba’da
59
Tertulis ‫ دفݞکيلله‬- dipankillah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

sudah balig anak sahaya perempuan yang bernama Daeng Muda." Maka
dijawab/ oleh Gusti Jamaril "Mana-mana yang baik kepada ayahanda haraplah
mana baik kepada Ayahanda dan nini'da/ Opu Daeng Biyasa."
Syahdan maka Opu Daeng Biyasa pun menyuruh lah kepada anakanda
Opu Daeng Kalalu memulakan pekerjaan berjaga hendak menghawinkan Sri
Paduka Anakanda Gusti Jamaril dengan Daeng Muda itu anaknya Opu Daeng
Kalalu yang tuwa itu. Maka tentu/bicara maka benar khabarlah dengan Jendral
Hayamka "baiklah kita terlebih suka/ suka apa-apa kurang bilang sama saya,
boleh saya tolong dan jikalau hari kawin lalu dari/ dalam kota intan boleh
sahaya tolong arak dengan tanzidor beserta dengan tambur dan serdadu/ dan
serta orang besyar-besyar, pakai kereta tempat mempelai pengantin laki-laki,
serta orang besar-besar masing-masing/ dengan keretanya." Setelah demikian
itu, beramai-ramai lah bersuka sukaan di kampung Bugis di dalam/ Kampung
Baru. Serta sampai waktu ketikanya hari yang baik, maka waktu pagi-pagi hari
maka/beraraklah dari kampung Bugis lalu berjalan ke dalam kota intan maka
disuruhnya sambutlah oleh/ Jendral Hayamka dengan tanzidor, serta dengan
tambur dan serdadu serta dengan orang besar-besar/ mayor, dan kornel, dan
sekalian opsir opsir, dan segala orang kaya kaya dan orang baik banitan/ semua
sekalian memakai kereta. Mana yang tiada keretanya menyewa, sebab hari itu
bersuka-suka pergi bermain-main/ serta dengan anak bininya, siapa yang tidak
berperempuan yang bagus di dalam keretanya.
Serta keluar dari// dalam kota intan. Maka berbunyi meriam berkeliling
kota, maka berbalas pula berbunyi senapang ser/dadu. Lalu berjalanlah 41
ditengah lorong bermain bersuka-sukaan siapa yang haus di tengah jalan
ma/sing-masing membeli air serbat dan air legen dan sekalian buah-buahan,
dan mana yang sembahyang./ Serta sampai waktu dhuhur berhenti
sembahyang, setelah demikian itu maka lalulah menuju jalan kampung/ Bugis
di dalam kampung baru setelah dekat maka disambut pula oleh orang raja
Bugis senapang/ dengan pamurus. Maka senapang serdadu pun berbunyi pula
berbalas-balasan hidmat bunyinya/ Seperti Pertua’ Krama dan Ninida Opu
Daeng Biyasa dan beserta paduka ayahanda Opu Daeng/ Kalila dan beserta
kapiten Bugis, kapiten Bayung, dan Al farisi takalang itu semua berjalan/
dengan keretanya menyambut pengantin serta dengan menentukan aturan
tempat duduk orang yang/ membawah pengantin itu. Maka pengantin pun
dibawanya lah masuk ke dalam istana lalu duduk/kan diatas pawadi dan terang
cahayanya kilat, pakaian intan dan emas terlebih/mengalamlan hal mempelai
daripada hal pakaiannya, daripada hal sekalian yang dateng berarak
dengan/pengantin, setelah selesai daripada itu maka diperjamulah makan dan
minum, sulang menyulang, bersuka/-sukaan setelah akhir ashar, maka
bermohonlah balik sekalian orang besar-besar dan sekalian orang kaya./ Maka
masing-masing pulang ke rumah.
Setelah genaplah tiga harinya maka bermainlah pula bersuka-sukaan,/
makan minum, pengantin pun mandi-mandilah. Setelah demikian lama dengan
lamanya Gusti Jamiril/ pun bermohon kepada nini'da Opu Daeng Biyasa dan
kepada paduka ayahanda Opu Daeng/Kalula bermohon hendak balik ke
Mempawah. Maka titah ninida dan ayahanda “baiklah anakku/ boleh bersama-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

sama dengan ayahanda Daeng Lulu mengantar balik ke Mempawah berlayar


balik musim seperti adinda//Daeng Muda biarlah dia tinggal di Nagari Betawi.
Sementara lagi nini'da dan ayahanda dan60/ <dan> jikalau sudah kembali ke 42
rahmattullah bawalah saudara-saudaranya yang perempuan. Daeng/ Laila dan
beserta istri anakanda Daeng Muda itu bawa ke Mempawah.” Maka disahuti
oleh Sri/Paduka anakanda Gusti Jamiril “insyaallah baiklah.” Dan baikilah
perahu oleh Daeng Lulu, serta/sudah baik perahu maka membelilah sekalian
dagang-dagangan yang baik lakunya ke mempawah. Dan membeli gong,/ dan
/g/amelan61, dan canang, dan tuak-tuak, perak, tembaga, dan garam, dan
tembakau, dan sapu tangan/ batik dan selendang batik.
Setelah sampai waktu ketika yang baik, maka bermohonlah Gusti Jamiril/
dan beserta Daeng Lulu bermohon hendak berlayar balik ke Mempawah. Maka
turunlah perbekalan manis-manis/ orang Betawi. Serta sampai waktu ketika
yang baik, maka bermohonlah kepada jendral Hayamka maka/ “banyak
menerima kasih serta dengan sukur bertolong-tolongan jangan putus kemudian
harinya.” / Demikianlah khabar Jendral Hayamka maka disahuti oleh Gusti
Jamiril “sahaya terlebih banyak/menerima tuan punya pertolongan dan tuan
punya kasihan dan tuan punya pemeliharaan dan/ jikalau boleh jangan putus
selamanya, melainkan Allah dan asulullah juga yang tahu.” Maka
bermohonlah/ turun ke perahu. Maka Jendral Hayamka pun memberikan
hormat, memasang meriam sebelas kali. Maka tu/runlah ke perahu, lalu dibalas
oleh Gusti Jamiril memasang bedil dua puluh satu. Lalu membaca sholawat/
serta diju a layar lalu berlayar.
Tiada berapa lamanya maka sampailah ke Mempawah, maka turunlah
kawan-kawan ke sampan/ tunduh, mudiklah sampan tunduh itu. Lalu ke
Sebukit, serta sampai ke Sebukit lalu baik Encik/ Shabah dan beserta Encik
Abdul Wahab. Dan Encik Shabah itu digelar Kyai Wangsani. Lalu/ mengadap
baik di paseban agung, lalulah keluar Opu Daeng Menambun dan beserta Ratu
Agung// Sinuhun itu Putri Kasamba. Lalu bertanyakan khabar Sri Paduka
anakanda Gusti Jamiril/ dan beserta Sri Paduka adinda Daeng Lulu itu datang 43
perahunya dari Betawi ada di kuwala/ Mempawah. Maka berkumpullah
sekalian raja-raja laki-laki perempuan, bertanyakan khabar. Maka sekalian
khabar-khabar/ di Betawi semuanya dicetarakannya oleh Encik Shabah berdua
dengan Encik Abdul wahab. Maka/ sangatlah suka Sri Paduka ayahanda dan
beserta ibunda serta dengan sanak saudara mendengar khabar/ demikian itu,
Allah dan Rasulullah juga yang tahu akan perihal sukanya. Maka
dikumpulkanlah sekalian/ kawan-kawan serta sekalian orang Nagari Sebukit.
Maka masing-masinglah turun ke perahu kakap dan lancang dan/bidara ilir
serta dengan anak bininya, serta dengan bekalnya ilir ke Kuwala. Serta dengan
kendang/ dan seruni serta nyanyian ilir bersuka-sukaan.
Syahdan serta sampai di kuwala Mempawah/ lalu naiklah ke perahu
padiwakan besar. Lalu memasang meriam sebelas kali lalu berhimat serta/
ditunda mudik pedewakan itu, serta memukul gamelan mudik dengan bersuka-

60
Tertulis ‫دان‬/‫ دان‬ganda
61
Tertulis ‫ كمالن‬- kamelan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

sukaan. Serta sampai/ ke Sebukit, maka disambutlah oleh Fuwan Wuciyah itu
bergelar Demang Rilaga memasang meriam/ sebelas kali. Maka
disilakannyalah naik ke paseban agung, lalu diangkatlah nasi persantapan
maka/sekalian orang yang datang berlayar di dalam perahu pedewakan itupun
semuanya disilakannyalah./ Maka baiklah Daeng Lulu dan Alfaris takalang
sekalian serta dengan anak buahnya dan beserta/ Gusti Jamiril pun mencium
lutut Sri Paduka ayahanda, dan bunda, dan kakanda Utin/ Diwaman dan Sri
Paduka Nini'da Emas Indrawati yang bergelar itu. Sultan Muhammad/
Zainuddin dan beserta moyang yang bergelar Ratu Panembahan Sangguk
namanya, tatkala/di nagari Batu Rijal. Putri Caramin anak Raja Kahara itu
semua lagi ada hayatnya hidup.//
Setelah sudah makan dan minum lalu membaca doa selamat. Lalulah 44
bersalam-salaman mengatakan selamat-selamat/ diberi Allah, serta dengan
sukanya masing-masing balik ke rumahnya. Maka Gusti Jamiril pun dibawa/
oleh Sri Paduka ayahanda dan bunda ke dalam istana. Lalu mandi air doa
selamat, serta berhenti/mandi lalu diberi persalin. Setelah itu berkumpullah
sekalian sanak saudara laki-laki perempuan/ bertanya ceritera Nagari Betawi.
Kemudian ada tiga bulan lamanya Gusti Jamiril ber/mohon hendak
mudik ke Nagari Pinang Sekayu' di dalam sungai mempawah, hendak
membawa/da/g/ang-da/g/angan 62yang dibawa dari Betawi seperti selendang
batik, dan sapu tangan batik, dan kain batik Betawi dan kelamkari, dan kain
cancawi macam-macam jenisnya sekalian/ dagang dan periyuk tembaga dan
pahar dan talam dan cerek tembaga dan gong dan gamelan/dan tuak-tuak dan
canang. Itu semua dagangan hendak dibawa mudik ke nagari pinang/sekayu'
maka kata Sri paduka ayahanda Opu Daeng Menambun dan beserta Sri
Paduka/ Bunda Ratu Agung Sinuhun “baiklah anakku ini lamanya belum juga
berjumpa dengan pangeran/ dipati itu kemunakan pupuh sekali dengan
panembahan sangkawa baiklah berjumpa serta dengan/ membawa oleh-
olehhan datang berlayar setelah ini.” Maka mudiklah perahu bindung tiga buah/
bindung orang dari sangku itulah dibali dibawa mudik maka dimuat itulah
dagang-dagangan/ yang dibawa dari Betawi.
Maka mudiklah serta sampai ke pinang Sekayu' maka naiklah Gusti/
Jamiril berjumpa dengan pangeran Dipati serta dengan membawakkan oleh-
olehhan datang berlayar mana-mana, apa apa yang sepatutnya serta berjumpa
dengan pangeran Dipati. Maka dilihat oleh pangeran Dipati/ itu Gusti jamiril
terlalu bagus serta baiklah sikapnya ditalikannya dengan nadzarnya
inilah//kalau akan menjadi raja mempawah maka lalu ditanya cucu ku tahu
mengaji?" maka disahuti "tahu." maka ditanya lagi "tahu mengaji syarof 45
nahwu?" maka dijawab "tahu" maka lalu disuruhnya/ mengaji. Maka
ditanyakan lah arti lafazd nya satu-satu maka dinahwukan oleh Gusti jamiril
artinya/ lafadz dan makna berbetulan. Maka lalu berkhabar pangeran Dipati
mengajarkan anaknya yang/tua laki-laki bernama Raden jaga itu hendak
disuruhnya ajar mengaji dan mengaji nahwu tetapi/ dia sudah berbini dan lagi
seorang anaknya perempuan bernama Mas Sri Sangsa dan ketiga/ anaknya

62
Tertulis ‫ – داکݞداکݞن‬dakang dakangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

perempuan bernama Mas Candi dan keempat anaknya laki-laki seorang


bernama Raden/ Mari. Setelah itu maka bermohonlah Gusti Jamiril balik ke
perahu serta berkhabar mengajarkan/ hendak menumpang berdagang-
berdagang dengan daya -daya dan dengan Melayu mengajarkan macam-
macam sekalian/ dagangan semuanya ada. Maka disahuti oleh pangeran Dipati
baiklah maka lalulah bermohon/ mudik ke pangkalan rumah daya di shalih.
Syahdan serta sampai ke Shalih, maka berturun/ankah daya -daya Shalih
laki-laki perempuan, masing-masing melihat dagangan ada yang mengambil
berutang/ gong, ada yang berutang tuak-tuak, dan ada yang berutang gamelan,
ada yang ber/utang kain batik, bertigakah berjanji sebulan berbayar. Dan ada
sepuluh hari lamanya,/ maka datanglah suruhanya Pangeran Dipati memanggil
ilir ke Pinang Sekayu maka naiklah ke Paseban/ sampan kecil serta sampai ke
pangkalan ke nagari Pinang Sekayu . Maka naiklah ke Paseban,/maka keluarlah
Pangeran Dipati berjumpa dengan Gusti Jamiril. Maka lalu lah berkhabar
Pangeran/ Dipati kepada Gusti Jamiril dan mengabarkan “Jikalau boleh dengan
bolehnya maka dipanggil/ hendak sahaya kahawinkan dengan anak sahaya
perempuan yang bernama Emas Indrawati.”// Kemudian dijawab oleh Gusti
jamiril "baiklah sekali karnanya sepuluh kali menjungjung kasih/ sampeyan 46
akan tetapi sebab ada ibu Rama kula baik juga hendak memeritahu ibu/ rama
kula di sebukit, jikalau dibenarkan boleh."
Syahdan keesokan harinya maka Raden/ Jaga berkemas perahu sampan,
sampan ada dua puluh buah membawa pergi bermain-main, serta dengan
membawa /disuruh oleh Pangeran Dipati membawa adiknya yang bernama
Mas Sri Sangka serta perempuan yang di /Nagari pinang Sekayu memakai-
memakai pergi bermain mengambil buah-buahan, buah durian, langsat,
rambutan,/ dibalai. Lama mudiklah bersama-sama Mas Indrawati, serta
memakai memakai intan emas gaun/bersongket /b/unga63 sarat serta sampai ke
balai lama mengambil buah-buahan mana yang ada. Serta /sudah sarat perahu
maka ilirlah bersama-sama Gusti Jamiril berlayinan perahu serta sampai/ ke
Pinang Sekayu , ditahankannya bermalam dua malam. Maka lalu Pangeran
Dipati pun berkhabar hendak/ dikawinkan di dalam sehari dua ini, maka Gusti
Jamiril maka tersebut di dalam surat bertanggap/ datang dari Betawi
barangkali boleh jadi yang seperti maksud panembahan itu maka/ kata
panembahan baiklah maka disahut oleh aden Jaka “susah jika demikian itu
----/ Pakainya maka dibaca lah oleh Demang Rilaga64 surat perutangan siapa-
siapa Melayu yang berutang dan/ siapa siapa raja-raja yang berutang. Maka
Demang Rilaga65 pun berkhabar hendak mudik ke shalih, mengambil perahu
bendung yang tiga buah serta dengan menagih perutangan kepada daya daya ./
Harga gong dua ,dan harga tuak-tuak, maka kata panembahan "baiklah".
Maka Demang Rilaga66 pun/ mudiklah ke Shalih serta sampai naiklah ke
bendung yang tiga buah itu lalu dipanggillah/ sekaliannya daya' shalih Daya'
kaca’nya --- ---- --- itu dan dibaca//kanlah surat perutangan siapa-siapa dia 47
63
Tertulis ‫ جوݞ‬- junga
64
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
65
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
66
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86

yang berhutang, maka dia sekalian yang mana di utang/ itu pun mengaku lah
ada utangnya, akan tetapi hendak bertang/g/uh67 dua tiga bulan maka kata/
Demang Rilaga68 Panawuci' “tiada boleh bertang/g/uh69, karena perjanjian turut
sekarang engkau semua/ hendak bertang/g/u70 tiadalah boleh bertangguh.”
Kemudian disuruhnyalah tagih sekalian dia yang/ berutang itu. Maka dia-dia
itu pun mengkatalan berjalan ke Pinang Sekayu berkhabar membuat fitnah/
mengabarkan Demang Rilaga71 Panawuci merampas daya - daya sekalian.
Maka bangkitlah kembaran aden/ Jaka, anak Panembahan Pangeran Dipati itu
tiadalah lagi usul dengan periksa maka/ dikerahnyalah maka sekalian Melayu
di Pinang Sekayu , di bawahnya mudik ke shalih serta sekalian daya - daya /
berjalanan darat ---- --- --- sekalian melayu dan daya - daya mudiklah berjalan
ke shalih,/ mendatangi Panawuci Demang ilaga. Serta sampai dekat tengah
malam, maka dilanggarnyalah Bendung tiga buah itu, maka melawan sejurus
Demang Rilaga72 Panawuci membedil dengan/ senapang pamurus. Maka tiada
sampai himatnya hendak bertahan karena orang yang datang banyak./ Maka,
turunlah bersampan sehada orangnya, maka diturunkan sehada pakakas yang
kemas-kemas ke sampan./ Maka ilir lah membelah perahu musuh separuh
melawan, dan separuh membetulkan perahu serta/ sampai ke Pinang Sekayu
lalu berteriak saja di perahu mengabarkan ----2 perang sahaya semua/
membuat baik, uwa semua membalas dengan kejahatan melainkan sahaya
semua mengambil baiknya."/Demikianlah khabar orang yang ilir itu.
Serta sampai ke sebukit lalu naik menghadap Opu Daeng Menambun,
maka khabar "baiklah kita balas serta dengan bersiap alat senjata". Maka/
disiapkalah kakap sebuah serta dengan orangnya tiga puluh orang disuruh pergi
berlayar ke Sambas// membawa surat memberitahu Sri paduka adinda Pangeran
Mangkubumi Opu Daeng Kamase/ dan sebuah kakap lagi disuruh siyap dengan 48
alat senjatanya disuruh berlayar ke Riau membawa surat./ Maka berlayarlah
Indraguru Lamalu, serta sampai ke Riau lalu disembahkannyalah surat kepada/
Yama tuan muda di Riau dan beserta sri paduka adinda Opu Daeng Calak
minta' bantu/ kepada Sri paduka Adinda Opu Daeng Mariwa, Yama tuan muda
akan sebab berbantah dengan raja/ Mempawah. Maka diceriterakan hal
hawalnya permulaan hal asal perbantahan oleh Indraguru Lamalu, maka
bersiaplah Yama Tuan Muda serta Adinda Opu Daeng Calak karena waktu/
masih lagi ada hayat Opu Daeng Mariwa, dia jadi Yama tuan muda sudah
meninggal Opu/ Daeng Mariwa, baharulah Opu Daeng Calak menggantikan
kerajaan menjadi Yama tuan muda di ri/yau.
Alqisah maka tersebutlah perkataan pangeran Mangkubumi Opu Daeng
Kamase berlayarlah dari Sambas, serta penjajapnya lima buah serta selamat
sampai ke Mempawah, ke Sebukit. Maka mengadaplah/ paduka kakanda Opu
Daeng Menambun. Maka diceriterakanlah permulaan hal hawalnya asal

67
Tertulis ‫ برتݞکوه‬- bertangkuh
68
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
69
Tertulis ‫ برتݞکوه‬- bertangkuh
70
Tertulis ‫ برتݞکو‬- bertangku
71
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
72
Tertulis ‫ رالک‬- ralaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

perbantahan, kemudian serta didengarnya oleh pangeran Mangkubumi Opu


daeng kamase lalu berkelung usung/ sekalian orang Bugis. Maka masing-
masing mengarak mencabut keris bercakap hendak mudik/ ke nagari Pinang
Sekayu . Lalu menyembelih kerbauh --- senjata.
Maka masing-masing menyiapkan kakap/ hendak mudik ke Pinang
Sekayu , pertama Opu Daeng Menambun satu kakap dan pangeran/
Mangkubumi dan Opu Daeng Kamase satu kakap, dan Gusti Jamiril satu
kakap, dan/ Gusti Jamidin satu kakap, dan Gusti panglima satu kakap, Gusti
jalma pun dia juga,/ dan Daeng Lulu satu kakap, dan Panawuci Demang
Rilaga satu kakap dan pu'//asin satu kakap, inilah Nininya tuan iman Ali
sebelah ibunya dan pangawa ---/ satu kakap. Mudiklah itulah itu Encik Dullah 49
dan Encik Arif dan wa Pandi,/itulah ayahnya nak uda keti’ dan ia Encik Awan
dan Encik Kutat satu kakap, dan Indri/ Tu'jarafat satu kakap, dan Encis Shabah
Kyai Wangsanai inilah iya kyai Demang nini'nya/ Encik Juhar satu kakap, dan
Kyai a sapada satu kakap. Jumlah sekaliannya perahu adalah/ tiga puluh,
maka mudik lah ke Pinang Sekayu serta sampai di Tarinda akan di situlah
mula-mula memecah/ perang dengan Melayu Pinang Sekayu' dan Daya
Sengkayang dan Daya Sambaya masi juga. Mudikkan/ kakap sekalian orang
Bugis serta dengan kalung usungnya sambil membunyikan pamarus
senapangnya./ Serta sampai di Lubuk Buyang mungkin bertambah lagi daya
berdatangan --- ---- ---/--- --- maka lalu dinaiki ke darat oleh orang Bugis serta
dengan senapang pamarusnya. Maka/ waktu itu zaman sekalian Daya sangat
takut mendengar bunyi senapang pamurus asal ber/bunyi sikanda, Daya habis
berlarian takut mendengar bunyi sampai di Tumban,/ di Kuwala Malingsam
disitu orang naik ke darat membuat kubu dan orang Pinang Sekayu' disitulah/
membuat kubu bertungku-tungkuan/l/ah73.
Disitulah membuat kubu bertungku tungkuanlah,/ di situ ada tiga bulan
sambil memanggil Daya̒ - Daya̒ yang tua-tua, mengabarkan ceritera keturunan/
daripada Panembahan Sangkawa̒. Maka banyaklah Daya̒ - Daya̒ yang sejuk
hatinya separuh karena kata Daya̒ / ini tuan kami yang sebenar anak cucu
Panembahan Sangkawa̒.
Alqisah maka tersebutlah perkataan Indriguru Lamalu yang disuruh
berlayar ke Riyau, sebab maka ada ta lama sedikit Opu/ Daeng Mariwa Yama
tuan muda di Riau meninggal dan Opu Daeng Calak menggantikan menjadi
yama tuan muda di Riyau// kemudian sudah tentu bicaranya Opu Daeng Calak
menjadi yama tuan muda di Riyau baharulah/berangkat berlayar ke 50
Mempawah, dengan tujuh buah penjajap angkatan yama tuan muda, masi
berlayar/di tengah laut.
Alqisah maka tersebutlah perkataan Raja Landak Ratu Ba/g/us74
namanya mendengar kabar/ aja sebukit berperang dengan aja Pinang
Sekayu di dalam sungai Mempawah, maka Raja Ba/g/us75 pun ber/siyaplah
hendak berjalan ke Mempawah serta Melayu Landak dan aden Asyman dan
beserta Daya / Menyuki berjalan darat sampai ke Pinang Sekayu . Maka
73
Tertulis ‫ توݞکوانکه‬- tungkuankah
74
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
75
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88

ditanya diperiksanya Panembahan Pangeran/ Dipati Pinang Sekayu mauka


tida berdamai jangan berkelahi dengan bersanak saudara ya per/birasa,
sebaiknya baik berbiyatan berdamai." Maka sahut oleh Panembahan Pangeran
Dipati "sebaik-baiknyalah saya pun suka berdamai ini, sebab maka jadi
berbantah sebab anak saya/ yang bernama Raden Jaka yang punya perbuatan
ditikam tiada dipedulinya jadi orang tua juga/ yang kesusahan maka berkena
Ratu Ba/g/us76 di kalau mau demikian itu baiklah saya ilir/ mengadap
Pangeran Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun."
Syahdan maka/ ilirlah Ratu Bagus berjumpa dengan Pangeran Mas Suri
Nagara Opu Daeng Menambun/ di /K/uwala77 Malingsam di dalam kubu di
Tumban, serta datang lalu diangkatkanlah hidangan serta/ dengan bersuka
sukaan dengan Ratu Bagus raja landak itu. Maka tengah bersuka sukaan/
makan minum itu, maka datang sebuah perahu dari Sebukit membawa surat
menga/b/arkan78 Opu/ Daeng Calak jadi Yama Tuan Muda di Riyau itu datang
tujuh buah penjajapnya sudah/ masuk dalam Kuwala mempawah, serta
mendengar kabar demikian itu maka berkata Opu Daeng Menambun/ kepada
Ratu Bagus "jikalau Ratu Ba/g/us79 hendak mendamaikan saya nanti lah sahaya
mendengar// apa-apa bicara adik sahaya Opu Daeng Calak yang baharu datang
dari Riyau itu, jikalau/ Ratu Ba/g/us80 suka marilah kita sama-sama ilir, 51
sebentar berjumpa sama sanak saudara baharu datang karena/ rindu lama baru
berjumpa, la/g/ipun81 sahaja dipanggil menolong saya kesusahan/ ini, dan
sahaya dua orang-orang kita yang mudik ini bolehlah tinggal menunggu kubu
di Kuwala Malingsam/ ini. Boleh kita ilir dengan dua puluh orang jikalau boleh
Ratu Ba/g/us82 juga saya bawa bersama-sama."/ Maka kata Ratu Bagus
"baiklah kula pun kepingin juga hendak melihat lautan dan beserta/ dengan
berjumpa Yama Tuan Muda Opu Daeng Calak itu, supaya boleh berkenalan
kenala."
Telah sudah/ demikian itu lalulah berkhabar kepada Gusti Jamiril dan
kepada anakanda anakanda sekalian "baik-baik ingat-ingat/ jaga-jaga tinggal
menung/g/ui83 kubu." Setelah demikian itu lalu menyembah menyium lutut,
anakanda sekalian/ memohonkan doa serta membaca doa selamat supaya
selama yang ilir pun selamat dan yang menunggu/ kubu selama diberi Allah
subhanahu wa ta'ala. Maka lalu ilir Opu Daeng Menambun dua buah pera/hu
bersama-sama Ratu Bagus84, serta sampai ke sebukit perahu penjajah piyama
tuanmuda yang tujuh /buah itu pun sampai hari itu juga ke Sebukit. Lalu
berjumpa pangeran Mas Suri /Nagara Opu Daeng Menambun dengan Paduka
Adinda Yama Tuan Muda Opu Daeng Calak,maka/ berpeluk bercium berkasih-

76
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
77
Tertulis‫ – لواال‬luwala
78
Tertulis ‫ – مݞجرکن‬mengajarkan
79
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
80
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
81
Tertulis ‫ – لکيفون‬lakipun
82
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
83
Tertulis ‫ – منݞکوي‬menungkui
84
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89

kasihan maka semayam duduk di hadapan orang di Paseban agung/ serta


berjamu-jamu makan minum bersuka-suka.
Dan lalu berkabar Opu Daeng Menabun kepada Adinda/ Yama Tuan
Muda Opu Daeng Calak itu mengabarkan hal hawalnya peperangan dengan
panembahan/ Pangeran Dipati Mempawah dan beserta anaknya Raden Ja/k/a85
dan serta melawan Daya̒ - Daya̒. Lalu berkhabarlah/ perihal kedatangan Ratu
Bagus raja landak ini hendak mendamaikan perbantahan kakanda//dengan
Panembahan Pangeran Dipati itu. Maka lalu disahut oleh Sri Paduka adinda 52
Yama Tuan/ Opu Daeng Calak "adinda ini datang menghadap ini dipanggil
perang meski jalan sehari/ pun kehendak dicoba juga dengan Panembahan
Pangeran Dipati dengan Raden Ja/k/a86 itu boleh/ dia tahu dikatakannya
kakanda tiada bersanak saudara terlampau perbuatannya demikian itu." Maka
disahut/ oleh Paduka kakanda "baiklah sukur Alhamdulillah".
Maka setelah demikian itu di dalam sehari dua hari itu/ maka datang
dengan takdir Allah jodoh daripada Allah subhanahu wa ta'ala sangat suka
berahi hendak/ berbini ini Ratu Bagus anak raja landak itu sebab sudah
dilihatnya rupanya terlalu bagus/ anak Opu Daeng Menambun dengan Putri
Kasamba itu anaknya yang tua bernama Utin Duaman/ Maka tiadalah boleh
tertahan lagi berahinya itu maka bersuruhan ratu bagus ia kepada Tuan/ Imam
di Sebukit. Tuan Imam itu disuruhkanya meminta perhambaan dirinya apa
titah apa-apa/ perintah kata Ratu Bagus87 anak raja landak itu menyuruh kan
dirinya seperti baning/ putih asalkan dia diterima seperti permintaannya itu.
Maka mufakatlah pangeran Mas/ Suri Nagara Opu Daeng Menambun itu
dengan Opu Daeng Calak Yama Tuan Muda di Riyau/ dan beserta dengan Putri
Kasamba Ratu Agung Sinuhun itu ia bertiga mufakat. Maka menya/hut Opu
Daeng Calak Yama Tuan Muda mengatakan "baiklah itu boleh kita pagi siang/
kita bicara sebelah barat dan hari naik pengantin itu biarlah saya berkalung
usung/ sambil mencabut keris saya bercakap menggelar dia jadi panglima
perang saya./ Bercakap jadi panglima besar maka disahut oleh Opu "baiklah
demikian itu." lalu/ diberitahu Tuan Imam sebukit disuruh berkabar kepada
Ratu Bagus88 Raja landak itu// mengatakan diterimalah, sukalah tahan tiga hari
hendak kahawinkan itu dan lagi pesan/ paduka ayahanda kedua jikalau naik 53
pengantin sudah duduk di pawadi dua laki/ istri, adat cari orang Bugis itu tanda
dia suka menyanyi ramai-ramai sambil/ menyambut keris berkejar jangan Ratu
Bagus terkejut sudah adatnya orang Bugis,/ demikian itu tanda dia banyak
suka. Maka Tuan Imam Sebukit pun bermohon balik./
Maka Tuan Imam Sebukit pun serta sampai, lalulah duduk maka Ratu
Bagus pun bertanya “apa khabar”/ Maka disahut oleh Tuan Imam “khabar
baik.” Lalulah berkhabar menyampaikan salam Sri Paduka/ ayahanda Pengeran
Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun dan beserta Paduka/ Bunda Ratu
Agung Sinuhun Putri Kasamba dan beserta Yama Tuan Muda Opu Daeng
Calak/ kirim salam doa kepada Ratu Bagus mengabarkan seperti maksud Ratu
85
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
86
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
87
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
88
Tertulis ‫ – بکوس‬bakus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90

Bagus itu/ diterimalah dengan suka ridha, jikalau boleh baiklah se/g/era89
dalam dua tiga hari inilah./ Lalu dikhabarkan oleh Tuan Imam seperti pesan Sri
Paduka Ayahanda Pangeran Mas Suri/ Nagara Opu Daeng Menambun dan
beserta Paduka Ayahanda Yama Tuan Muda Opu Daeng Calak/ itu kepada
Ratu Bagus dan mengabarkan jikalau Ratu Bagus naik pengantin sudah/ duduk
di pawadi dua laki istri Paduka Ayahanda hendak berkalung usung barangkali/
orang Bugis mencabut keris berkejar jangan terkejut. Maka disahut oleh Ratu/
Bagus “baiklah”.
Setelah demikian itu sampai keesokkan harinya memulai berjaga-jaga/
makan dan minum seperti adinda Pangeran Mangkubumi Opu Daeng Kamase
menunggu/ kubu di Tumban di Kuwala Malingsam serta dengan anakanda-
anakandanya sekalian. Setelah sampai tiga hari// berjaga-jaga, maka pada
ketika waktu yang baik pagi pagi hari maka beraraklah pengantin serta/ sampai 54
masuk ke dalam kota lalu duduklah di Paseban Agung. Maka dinikahkan oleh
tuan imam,/ setelah sudah nikah lalu masuk ke dalam istana maka didudukkan
di dalam pawadi lalulah berdiri/ masing-masing raja-raja dan orang Bugis
Bugis dan panglima panglima menyepakan nasi adap-adap. Maka setelah
demikian/ itu maka berkilung usung Bugis Riau dan orang Bugis mempawah,
maka berdirilah/ Yama tuan muda Opu Daeng Calak itu mengunus keris serta
berkejar lalu memberi/ bersalin kepada Ratu di gelar panglima perang, maka
berdiri pula Pangeran Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun menganjaqkan
bersalin kepada Yama Tuan Muda Opu Daeng /Calak sambil berkhabar
"engkau lah adikku menjadi panglima besar"
Setelah demikian itu sahada/ orang Bugis Riau dan beserta sekalian
orang Bugis mempawah pun sekaliannya mengunus keris/ berkejar lalu
mengarak sambil bercakap masing-masing dengan cakapnya. Setelah demikian
itu maka diangkatlah/ orang hidangannya nasi persantapan ke Paseban Agung,
setelah itu santap nasi. Telah sudah/ santap nasi lalu diangkat air panas setelah
sudah makan dan minum, lalu membaca/ doa selamat lalu mufakatlah hendak
mudik ke Pinang Sekayu' masing-masing dengan perahunya dan panja/jap, pun
disuruh bercamat juga mudik ke Kuwala sangkayang.
Syahdan maka mendengar/ kabar Panembahan Pangeran Dipati dan anak-
anaknya bernama aden Jaka dan sekalian Melayu/ yang di Pinang Sekayu
dan beserta sekalian Daya - Daya malingsam dan daya' mempawah dan daya /
sumpa mendengar khabar yang tentu atu Bagus raja landak sudah dibuat
menantu, di gelar panglima perang dan datang bantu lagi dari Riyau Yama
Tuan Muda bergelar panglima// besar yang sudah ada sediya di malingsam
Pangeran Mangku itu bantu Daeng/ dari Sambas dan orang Sebukit pula jadi 55
empat Nagari yang laluan./
Maka orang Nagari Pinang Sekayu pun banyak lah sudah susul
menyusul --- pulang./ Pulangnya yang --- disusul pa’sintiya tua-tua daya shalih
itu membuat fitnah pada/ Raden Jaga dan Raden Jaga pun mendengar fitnah
tiada dengan periksa ditakahkan/ oleh ayahandanya Panembahan Pangeran
Dipati itu pun tiada dipedulikan, waktu/ ini baharulah tahu menyesal tiada

89
Tertulis ‫ سکرا‬- sekera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91

berguna lagi sesal.


Kemudian alkisah maka tersebutlah perkataan orang yang mudik
Pangeran Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun dan beserta Opu Daeng
Calak Yama Tuan Muda dan beserta Ratu Bagus/ dan beserta Indriguru-
Indriguru sekaliannya. Telah sampailah di kubu di Tambun di Kuwala/
Malingsam serta sampai hari itu juga memeriksa senapang pamurus mana
yang/ kurang baik dibaiki. Dan lalu musyawarat mufakat semalam malaman
itu, maka berjumpalah/ Opu Daeng Kamase Pangeran Mangku Sambas dengan
kakanda Opu Daeng Calak Yama Tuan/Muda Riyau dan beserta Gusti Jamiril
dan beserta Gusti Jamadin dan beserta Gusti/ Jalma, lalu menghadap Sri
Paduka ayahanda keduwa lalu menyembah mencium lutut ayahanda/ Baginda
kedua. Maka Pangeran Mangku mendapatkan Paduka kakanda Yama Tuan
Muda lalu/ berpeluk bercium sudah lama rindu tiada bertemu, setelah demikian
itu musyawarat mufakat./
Esok harinya nyalanya tinggal tiga tapak bayang bayang hendak keluar
melanggar/ kubu orang pinang Sekayu setelah itu keluar dengan sekalian
panglima-panglima// dan Indriguru-Indriguru berjalan dahulu, dan anak raja-
raja berjalan dua dia, setelah sampai/ ke kubu musuh. Maka berbunyilah 56
senapang dengan pamurus, maka melawan sebentar dilihatnya tiada/ berhenti
yang datang marah juga sampai ke pintu kubu. Maka musuhpun larilah,
didatangi/ lagi kubu satu demikian juga maka didatangi kubu Raden Ja/k/a90
melawan sebentar dilihatnya/ tiada berhenti yang datang itu melari saja marah
juga sambil membunyikan senapang/ pamurusnya serta sampai ke pintu kubu
ditembak oleh orang Bugis pintu kubu.
Maka Raden/ Ja/k/a91 serta dengan kawannya serta dengan daya keluar
lari dari penampung kubu yang sebelah/ berlarian, maka dilihatnya oleh orang
Bugis kubu Raden Ja/k/a92 ,sudah dapat dia pun/ masing-masing berjalan ke
Nagari pinang Sekayu . Ada lagi kubu musuh ada delapan tiada didata/ngi dan
kota Nagari pinang Sekayu saja yang didatanginya. Telah sampai ke tepi
kotanya/ ada juga yang melawan separuh, dan ada separuh ada juga yang
bersimpan pakakasnya separuh,/ ada yang bertangisin, dan separuh ada yang
berangkut pakakasnya yang kemas-kemas turun/ ke sampan.
Maka telah demikian itu sekalian ju a, dan panglima-panglima, dan anak
raja-raja, dan Yama Tuan Muda, dan Pangeran Mas Suri Nagara93, dan
Pangeran Mangku, dan atu Bagus,/ dan anakandanya-anakandanya sekalian
masuklah ke dalam kota lalu menuju rumah Panembahan/ Pangeran Dipati.
Serta dilihat Panembahan Pangeran Dipati tiada lagi di rumahnya./ Maka
mengara sahada panglima panglima dan Indriguru- Indriguru dan ju'a ju'a
hendak mengikut /mudiklah maka titah Opu Daeng Menambun kepada ama
Tuan Muda iyau dan kepada/ Pangeran Mangku Sambas sabarlah dahulu
barang apa bicara eso pagilah//dan kepada hari ini suruhlah ia memeriksa
berjalan di dalam kampung Nagari Pinang Sekayu ini." Maka dijawab oleh 57
90
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
91
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
92
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
93
Tertulis ‫ نكارا‬- nakara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92

Yama Tuan Muda serta dengan Pangeran Mangku "baiklah suru/hkan mana
suka-suka dia pada hari ini asal jangan saja membakar rumah orang."
Setelah demikian/ itu alkisah maka tersebutlah perkataan Panembahan
Pangeran Dipati serta dengan Raden Jaka94/ serta dengan pambekal pengarah
kyai berdatang sembah kyai pengarah serta dengan pambekal mengatakan/
"Anakanda Raden Jaka95 itu pekerjaannya tiada dengan hati serta dengan akal
kepada Allah,/ dia kurang tawakal hari ini baharu dia menyesal. Maka
mudiklah orang Pinang/ Sekayu , undur ada yang berjalan darat, ada yang
berperahu, serta sampai di mangkapas di situ tinggal kyai-kyai membuat kubu.
Maka raja-rajanya mudik diilirkan kuwala sumpa /di tembawang bangsal.
Maka sampai dua hari orang Bugis di Pinang Sekayu , maka diperiksanya/
orang yang lari itu bertemu di Mangkapas di Kuwala Nyawan. Maka peranglah
pula di situ/dengan Melayu dan Daya sekalian orang Bugis, maka sama
bertahan pula disitu.
Maka mudiklah/ pengarah pengarah Pinang Sekayu berjumpa
Panembahan Pangeran Dipati mengabarkan “tiada cakap/ lagi lawan, sebab
Daya sudah banyak menghadap Pangeran Mas Suri Nagara ke Pinang/Sekayu ,
sekalian Daya Malingsam tuan-tuan nya berdatangan menghadap ke Pinang
Sekayu dan sekalian/ tua-tua Daya itu semua tahukan jelujuran dan
keturunannya mengabarkan Panembahan /Sangkawak itulah Raja Mempawah
yang asal itu beranak seorang saja perempuan berlakikan/Sultan Zainuddin di
Matan, kemudian beranakkan Putri Kasamba berlakikan/ orang Bugis bernama
Opu Daeng Menambun dan sudah ada beranak laki-laki lima dan perempuan//
lima. Lagipun kebesaran Mempawah susunan dan bujang jawa ada kepada 58
tangan Putri/ Kasamba bagaimana kami hendak melawan tuan kami itu tuan
yang asli jikalau/ sangat pangaruh-pangaruh Pinang Sekayu suruh mengarasi
kami menyuruh melawan --- ---/ kami.”
Setelah mendengar khabar demikian lalu disuruh panggilah sekalian tua-
tua Daya Mempawah dan/ Tua-tua Daya' Malingsam dan tua-tua daya sumpa ,
dikumpulkan sekalian berbicara serta/ musyawarah “ba/g/aimana96 melawan
kita undur ke mana baiknya kepadaku semua jikalau/ berani pun ku semua
Daya' jikalau melawan ku semua daya' yang diharap.” Maka/ dijawab oleh tua-
tua Daya separuh Daya berkata “seboleh bolehnya kita lawan.” dan
separuh/tua-tua Daya' berkata “aku tak mau melawannya anak cucu nya
Panembahan Sangkawak” kata/ Daya', “Samanya Daya ku yang cakap ku
pembohong, akalku hendak melanjarkan Panembahan/ Pangeran Dipati Raden
Jaka97 saja, yang baiknya baiklah tuan lari. Sementara Daya / Landak belum
jadi musuh, karena rajanya sudah jadi panglima perang datang dari/ Sebukit.”
Lalu menyahut Panembahan Pangeran Dipati “ku semua ba/g/aimana98
mengikut/ aku lari.” Maka dijawab oleh Daya “siyapa yang suka mengikut,
yang ta suka tinggal./ Mana untung kamilah.” maka bersimpanlah minta antar

94
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
95
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
96
Tertulis ‫ بکيمان‬- bakaimana
97
Tertulis ‫ جاݞ‬- jaga
98
Tertulis ‫ بکيمان‬- bakaimana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93

kepada Daya panahan karena dia jauh/ sedikit rumahnya dengan tempat orang
berperang.
Setelah demikian itu bera/ng/katlah99 < panembahan>/ Panembahan100
Pangeran Dipati berjalan darat, lalu ke Pabahar, dari Pabahar lalu ke Siri,/dari
Siri lalu ke Sanga Tamil, dari Tamil lalu ke Tayan, dari Tayan lalu ke Maliyu./
Lalu membuat nagari di Maliyu. Separuh sanak saudaranya dan serta dengan
orang kawannya// tinggal di Mempawah di Pinang Sekayu , dan separuh
tinggal di Kuwala Sampa di Tembawang/ sebawu dan separuh tinggal di 59
Tayan, dan separuh diam sama-sama di Maliyu.
Alkisah maka/ tersebutlah perkataan Pangeran Mas Suri Nagara dan
beserta Adinda Yama Tuan/ Muda Opu Daeng Calak, dan beserta Adinda
Pangeran Mangku Opu Daeng Kamase/ di Pinang Sekayu , maka berdatangan
sembah Demang ilaga Panawuci itulah ayahanda Daeng/ Uci yang menjadi
haji mengatakan “baik kita membuat pahala karena terlampau benar
per/buatannya Daya Shalih, sebab dianya membuat fitnah yang tida -tida
diadakannya daripada/ hendak menyambung raja-raja, sebab tuan-tuannya
Daya Shalih itulah membuat fitnah, baik/ kita ajar berpuas hati dirampas anak
bininya, kita buat perwalihan masing-masing/ membawa pulang ke nagarinya
khabar Daya Shalih yang perempuan putih-putih, bagus-bagus/ masing-masing
punya pendapatan punya perwalihan.” Maka disahut ama Tuan Muda serta/
dengan Pangeran Mangku “baiklah yang demikian itu”. Maka kata Opu Daeng/
Menambun pun “baiklah demikian itu, mana yang lepas lari ke hutan itulah/
bahagian saya menyuruh mencarinya.”
Setelah sudah demikian itu maka mudiklah sekalian raja-raja/ dan
pangeran-pangeran dan indriguru-indriguru dan sekalian ju a- ju a mudik ke
Shalih. Separuh/ perahu lepas ke hulu, separuh perahu tinggal di ilir. Waktu
pukul delapan pagi/ maka naiklah orang perahu yang lepas ke hulu naiklah ke
darat. Maka berbunyi/ sembuyan tawak-tawak di hulu, maka berbunyi
sembuyan tawak-tawak di ilir. Maka sama-sama/ naik dari sebelah darat
rumah, tiba ke rumahnya serta naik masing-masing menangkap// anaknya yang
perempuan itu, anaknya yang laki-laki itu, bininya itu. Laginya tiadalah/ tentu 60
orang menangkap ketiga itu dan orang merampas siapa dapat siapa/ punya yang
mendapat diberikannya dengan kawannya separuh harga. Setelah demikian itu/
masing-masing dengan perwalihnya karena Daya Shalih itu lima puluh
pintunya, orangnya/ ada dua ratus. Kemudian mana yang lepas ke hutan itulah
disuruh cari dengan/ Daya , maka ada dapat dua tiga puluh laki-laki dan
perempuan di kumpulkan, disuruh dibawa/ ilir ke Sebukit dimasukkan islam.
Setelah demikian maka disuruh panggil tuan-tuannya/ sekalian Daya
dipanggil mengadap, hendak menentukan adat serta perjanjian. Maka/ disuruh
panggil tiga puluh nagarinya yang dalam sungai mempawah dan sampa dan ---
/ malingsam sekalian tua-tuanya datang mengadap, suruh diberi makan dan
diberi persalin/ mana yang patut tuan-tuannya itu diberi persalin. Setelah sudah
ia makan dan persalin/ lalu diperiksa siapa Daya yang membunuh melayu

99
Tertulis ‫ براعکتله‬- beraakatlah
100
Tertulis ganda ‫فنمباهن‬
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94

yang tiada berdosa. Berkhabarlah dia “waktu/ itu ku semua apa sebab, maka
dapat melayu ku bunuh itulah salahku semua ini, aku semua/ mendapat ku
semua Daya aku hidupkan supaya boleh sampai boleh sampai kepada anak
cucuku semua/ Daya diperintahkan oleh anak cucu aku suka ke semua.” begitu
menyahut sekalian/ Daya suka “apa perintah seperti benang putih
menyerahkan diri kepada Pangeran/ Mas Suri Nagara Opu Daeng Menambun.”
Demikianlah sahut tua-tua/ Daya dan laki disuruh berdiri pula Indraguru
Lamalu dihadapan sekaliannya/ tua-tua Daya memegang batu sebelah kanan,
memegang telur sebelah kiri mengadap ke tepi// sungai ini satu lagi perjanjian
dengar oleh kita semua daya ” disahut oleh daya / “Baiklah” lalu 61
diangkatkannya tangannya ke atas.
Maka lalu berkhabar Indriguru Lamalu/ “kepada daya dengar terang-
terang perjanjian salah daya' ,daya' mati. Salah Bugis dan Melayu/ Daya'
mati.” Maka diampaskan telur, maka dibuangkannya batu ke air. Maka
menyahut/ tua-tua daya sekaliannya salah sebutan Indriguru Lamalu' maka
dijawab oleh segala/ menteri-menteri dan segala pengkawal “selamlah kita batu
itu boleh dibetulkan pula semula/ panjaran.” Maka kata daya “manaka dapat
lagi diselam melainkan apa apa kata Pangeran Mas/ Suri Nagara “Mana mana
baik kepadanya itulah pengarapan kami, tempat bergantung selagi/ ada umur di
dunia ini.”
Setelah demikian itu maka ditanya daya sekalian “jangan kau mangkir”
maka/ dijawab sekaliannya semuanya daya “baiklah dengan harta benda
perkakas dan anak/ bini dan nyawa singat diserahkan kepada tuan kami yang
memerintah kami.” Telah sudah/ demikian itu, maka bersimpanlah perahu ada
yang membuat lanting, ada yang membuat rakit/ tempat barang-barang,
perwalihan datang dari hulu ada yang rumah dirubuh dibuat/ rakit mana rumah
yang tiada bertunggu. Setelah demikian itu ilirlah masing-masing dengan/
kesukaaannya, ada yang berdzikir sambil ilir, ada yang bernyanyi, ada yang
menari di atas rakit/ dan lanting. Serta sampai ke rantau layang maka
dikumpulkanlah sekalian rakit dan lanting/ ada tengah tiga ratus rakit orang
Bugis dan rakit orang Riyau dan rakit/ orang Sambas dan rakit orang
Mempawah dan rakyat Daya . Maka di rakit daya digantungkan/gong dua,
canang, tuak-tuak, maka masing-masing menari didalam rakitnya sekalian//
daya' ,dan sahada rakit melayu masing-masing dengan benderanya masing- 62
masing dengan kendangnya/ dengan seruninya serta dengan nyanyinya.
Adapun rakit orang Bugis masing-masing dengan/ benderanya dengan tombak
benderanganya serta dengan kilung usungnya kenjarnya/ serta dengan
soraknya, kemudian perahu yang dibawa mudik pun di bawa ilirlah/
semuanya masing-masing dengan benderanya masing-masing dengan kendang
seruninya dan serta/ dengan gamelannya.
Serta sampai ke sebukit lalu memasang bedil pertuah geram senapang/
pamurus dan meriam rentaka. Lalu masuk ke dalam kota, naik di paseban
agung. Maka berdatangan/ sekalian perempuan yang ada di dalam nagari
sebukit masing-masing datang ke dalam membawa(h)101" beras/ kuning serta

101
Tertulis ‫ ممباوه‬- membawah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95

dengan bertitah dan orang dicampurkan maka berkeluaranlah ke paseban/ maka


masing-masinglah mengabarkan beris kuning kepada orang yang datang
sekalian ini. Maka tuan/ imam Sebukit pun berdiri membaca doa selamat tolak
bala . Maka nasi hidangannya pun/ diangkat oranglah ke paseban agung di
hadapan sekalian raja-raja, dan dihadapan panglima-panglima/, dan dihadapan
indriguru-indriguru, dan dan dihadapan sekalian ju a dan dihadapan/ sekalian
orang banyak-banyak, setelah itu lalulah santap. Setelah sudah santap maka
diangkat/ orang air panas serta dengan serbat. Setelah sudah makan dan minum
bersuka-sukaan/ maka gamelan pun berbunyilah kanan kiri paseban serta
dengan bertindak joget/ menembang cara jawa. Maka tuan imam serta ---
membaca fatihah serta dengan doa/ selamat.
Setelah itu masing-masing bermohon balik kerumahnya menyampan
perahunya. Maka /tuan imam pula membaca, salawat tiga kali maka bersama-
sama sekalian raja-raja berdiri lalu// bersalam-salaman sambil berpeluk 63
bercium, maka barulah berangkat pulang kerumahnya./ Maka gamelan dan
senapan pun berbunyilah memberi hormat kepada orang yang balik./
Setelah demikian itu keesokan harinya Adında Opu Daeng Calak Yama
Tuan/ Muda di Riyau dan beserta Adinda Opu Daeng Kamase Pangeran
Mangku/ di Sambas mufakat bertanya tanyaan dua beradik “bila yang baiknya
kita/ balik.” maka dijawab oleh Pangeran Mangku “adinda lebih suka segera
karena/ sudah lama meninggalkan nagari maka kakanda pun berlayar kemari
ingin pun/ dari haluwan jikalau patut kepada adinda baiklah hari kita mengadap
paduka/ kakanda.” Maka di sahut oleh pangeran mangku “baiklah silakanlah”
lalu berjalan/ berdua bersaudara setelah sampai ke dalam istana maka
bersalam-salaman serta berpeluk/ bercium bertiga bersaudara mengabarkan
“kita ini tinggal bertiga Opu Daeng/ Parani sudah meninggal dan Opu Daeng
Mariwa sudah meninggal, maka kita bertiga/ berlain-lainan nagari itu maka
sementara kita bertemu berkumpul berkasih-kasihan.”/ Maka disahut oleh
Pangeran Mangku “titah hati adinda ndak diam ke Mempawah/ juga membawa
anak bini diam empat lima tahun.”
Setelah demikian itu lalulah/ diangkat nasi persantapan lalu dikumpulkan
lah sekalian anakanda-anakanda laki-laki dan perempuan/ lalu santap ramai-
ramai serta dengan Ratu Agung sinuhun Putri kasamba. Di dalam tengah
santap/ lalu berkhabar Opu Daeng Calak ama Tuan Muda Paduka “kakanda
anak sepuluh laki-laki lima dan perempuan lima maka Adinda beranak empat
ibunya adik Yama Tuan Raja Sulaiman// di Riau itu dua anaknya dinamakan 64
Tengku putih, seseorang dinamakan Raja haji itu/ laki-laki, dan seorang
perempuan Tengku Itam seorang, dan berbini lagi seorang beranak/ dua
seseorang dinamakan Raja haji itu laki-laki, dan seorang perempuan
dinamakan Raja Halimah menjadi/ tiga perempuan satu laki-laki dan lalu
berkhabar Pangeran Mangku Sambas Opu Daeng/ Kemase diberi Allah sama
Adinda pun demikian itu juga berbini kan adik Sultan /Adil di Sambas beranak
empat juga yang tua perempuan dinamakan Emas Sani/ dan seorang lagi
perempuan dinamakan Emas Saja dan seorang la/g/i102 la/k/i-la/k/i103

102
Tertulis ‫ لکي‬- laki
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96

dinamakan/ Daeng Buga dan adik Daeng Buga itu perempuan dinamakan Emas
Utuh.
Setelah/ demikian itu maka berkhabarlah Opu Daeng Calak Yama Tuan
Muda di iyau “ada ampun/ karunia Sri Paduka Kakanda Adinda kedua ini
hendak bermohon balik ke Riyau/ dan Adinda Opu Daeng Kamase Pangeran
Mangku hendak bermohon juga balik/ ke Sambas jikalau dikaruniakan tahan
tiga harilah mohon Ilir karena sementara/ ju‘a -ju‘a yang jangan-jangan belum
ada yang risau maka disahut oleh Sri Paduka/ Kakanda Ratu Agung Sinuhun
Putri Kasamba "baiklah jikalau boleh kakanda bertangguh/ tahan tujuh hari lagi
hendak membuat-membuat perbekalan bakal berlayar dilaut." Maka/ disahut
oleh ama Tuan Muda“baiklah boleh adinda semua sambil menggelar yang/
saya jadi Panembahan itu,apaka nama gelaran yang baik suka Sri Paduka
Kakanda."/ Maka disahut oleh Pangeran Mas Suri Naga/r/a104 Opu Daeng
Menambun// ta’la usah kakanda digelar sudah ada kakanda ini perempuan 65
Ratu Agung Sinuhun/ Putri Kasamba itu sudah digelar oleh Sultan Muhammad
Zainuddin digelar serta/ dengan dita'dzirkan memulangkan tanah Mempawah
kepadanya dia yang menjadi raja." Setelah/ demikian itu di dalam tujuh hari
tujuh malam itu orang yang di Sebukit bersuka/ sukaan. Maka masing-masing
membaik perahu dan sampan-sampan ada yang membawa jala, ada/ yang
membawa pukat, serta membawa anak bininya hendak bermain-main di
Kuwala./
Setelah sampai ketujuh harinya, hari isnin enam belas tafaq bayang-
bayang./ Maka membaca sholawat tiga kali, maka lalulah dibongkar sawah.
Lalu berda/yunglah sekalian penjajap orang Riyau dan penjajap orang Sambas.
Maka/ ilir orang di Sebukit sekalian anak raja-raja, laki-laki dan perempuan
mengantar, ada/yang bernyanyi, ada yang bersiul dengan kecapi, ada yang
bergendang dengan seruni/ dan ada yang memukul gamelan, dan sekalian daya'
memukul gong. Doa ilir sambil/ menari sehari dan makan minum bersuka-
sukaan. Maka sampailah/ Mempawah maka keesokan harinya bermohonlah
Opu Daeng Calak Yama Tuan/ Muda di Riyau dan Adinda Opu Daeng Kamase
Pangeran Mangku Sambas/ mohon berlayar. Maka kumpulkan sekalian
panglima-panglima dan Indriguru sekalian/ dan anak raja Mempawah laki-laki
dan perempuan sekaliannya. Lalulah santap ketupat/ setelah sudah santap lalu
membaca doa selamat tolak bala . Maka lalu bersalam/ salaman, berpeluk
bercium berselamat selamatan.
Setelah demikian itu sekalian// penjajap Riyau dan penjajap Sambas pun 66
masing-masing menarik layarlah/ lalu membaca sholawat. Maka lalu berlayar
dan yang tinggal pun bemudikkan ke Sebukit/ telah sampai masing-masing
naik ke rumahnya bersuka-sukaan.
Syahdan itulah/amanat pangera[n]105 barang siapa membaca surat ini jika
berhenti hendaklah/ membaca Fatihah, Fatihahkan yang tersebut di dalam surat
ini sekalian Islam yang di/ ceriterakan ini supaya dia orang yang didalam kubur
meminta'kan doa kita/ dan supaya beroleh selamat yang menceritakan dan yang
103
Tertulis ٢‫ – لݢی‬lagi-lagi
104
Tertulis ‫ نکارا‬- nakara
105
Tertulis ‫ فڠير‬- pangera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97

diceritakan itu/waallahua’lam bishawaabi, wa kaana faraga haadzihissalaasati


arba’ wa asyraini/ min tuluu’isysyahra rajab asraini yaum ba’da yaumirrooba’i
wa kaatabahu/ al faqiira Alhuqoiru adhdho’iif Al mu’tarifi bidzami wal
taq’shiiru/ arrajii aalii ghafuur bil ---- ---- ----, hiina /ibna warotsiah
Muhammad bnu tsaikh ibrahiim kaana/ shouf allahumma ya rahman alaihi
aamiin/ Hijrotunnabiy --- sallallahu alaihi/ wa salam, taariikh 1262/ Taaballahu
alaih/ aamiin/ Tamat//
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98

3. Daftar Kata Sukar

Tabel 13.

Daftar Kosaata Sukar

No. Kata Asal Makna


Daerah
1. pupu Melayu anak pupu, kemanakan.
2. penjajap Melayu sejenis kapal perang Bugis.
3. jua’-jua’ Melayu hamba raja yang mengiringi raja
atau membawa alat kebesaran,
biduanda.
4. ditundungkan Melayu dihalau (dari rumah), diusir.
5. ilir Melayu arus luar sungai, arah dari
pedalaman negara ke laut
6. pasu Melayu wadah yang terbuat dari tanah,
dapat diisi air, tanah, dll.
7. bukur Melayu butir (gula, garam, dll)
8. gurap Melayu sejenis perahu.
9. tanglung Melayu lentera kertas.
10. duli Melayu Baginda
11. kubu Melayu tempat pertahanan (yang
diperkukuh dengan pagar atau
benteng, kelengkapan alat senjata,
dan lain-lain), tempat pertahanan
sementara.
12. kakap Melayu perahu kakap, sejenis perahu yang
kecil dan rendah.
13. selangkan Melayu sedangkan.
14. perwara Melayu gadis yang mengiring raja
(permaisuri).
15. tagal Melayu sebentar, sekejap.
16. kelamkari Melayu kain cita, katun, kain dengan pola
yang dicat.
17. rasam Melayu adat, aturan, kebiasaan, sifat.
18. jeladeri Melayu lautan.
19. diampangnya Melayu ringan, mudah.
20. rentaka Melayu meriam yang dapat diputar-putar,
lela.

Anda mungkin juga menyukai