Anda di halaman 1dari 13

PAPER DESAIN DAN BUDAYA

TREN FURNITURE

PENDAHULUAN
Furniture merupakan bagian penting dalam mendesain dan menghias ruangan, baik di rumah,
kantor, atau tempat umum lainnya. Selain memiliki fungsi praktis, furniture juga berperan dalam
menciptakan suasana dan gaya yang khas dalam suatu ruangan. Seiring dengan perkembangan
zaman dan perubahan selera desain, tren dalam industri furniture terus berubah dan berkembang.
Desain dan produksi furniture adalah bidang yang terus berkembang seiring dengan
perkembangan budaya, teknologi, dan tren global. Dalam era globalisasi yang semakin
terhubung, tantangan yang dihadapi dalam menjaga keaslian budaya dalam desain dan produksi
furniture semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi konsep kontekstualisasi
budaya dalam desain dan produksi furniture, dengan fokus pada upaya untuk mempertahankan
keaslian budaya dalam konteks globalisasi. Dalam era globalisasi yang semakin terhubung,
desain dan produksi furniture sering kali terpengaruh oleh tren dan gaya yang dominan secara
global. Hal ini dapat mengarah pada homogenisasi desain furniture yang mengabaikan keunikan
budaya lokal. Konsekuensinya, nilai-nilai budaya yang terkait dengan furniture, seperti sejarah,
tradisi, dan simbolisme, dapat terancam terlupakan atau tergantikan oleh desain yang standar dan
seragam.
Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya kontekstualisasi budaya dalam desain dan produksi
furniture. Kontekstualisasi budaya melibatkan pemahaman mendalam tentang budaya lokal dan
penggunaan elemen budaya dalam proses kreatif dan teknis. Dengan mempertahankan keaslian
budaya dalam desain dan produksi furniture, kita dapat memelihara warisan budaya, mendorong
keragaman, dan menghargai identitas lokal. Kontekstualisasi budaya dalam desain dan produksi
furniture berarti memperhatikan nilai-nilai budaya lokal, sejarah, tradisi, dan identitas dalam
proses kreatif dan teknis. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang aspek budaya yang
terkait dengan penggunaan, estetika, dan simbolisme furniture dalam suatu komunitas atau
kelompok masyarakat tertentu. Di era globalisasi, furniture sering dipengaruhi oleh tren dan gaya
dari berbagai belahan dunia. Hal ini dapat menghasilkan homogenisasi desain dan produksi
furniture yang mengabaikan keunikan budaya lokal. Oleh karena itu, menjaga keaslian budaya

1
dalam desain dan produksi furniture menjadi penting untuk menjaga warisan budaya dan
keberagaman.
Pembatasan Masalah :
1. Konteks Globalisasi: Fokus penelitian ini dibatasi pada pengaruh tren globalisasi
terhadap desain dan produksi furniture. Dalam era globalisasi yang semakin terhubung,
desain dan produksi furniture sering kali terpengaruh oleh tren dan gaya yang dominan
secara global.
2. Pengabaian Keunikan Budaya Lokal: Pembatasan ini memfokuskan pada bagaimana
desain tren furniture dapat mengabaikan keunikan budaya lokal. Hal ini dapat
mengakibatkan homogenisasi desain furniture yang mengabaikan keunikan budaya lokal.
3. Konsekuensi dari Mengabaikan Keaslian Budaya: Pembatasan ini mempertimbangkan
konsekuensi dari mengabaikan keaslian budaya dalam desain dan produksi furniture.
Konsekuensi tersebut meliputi hilangnya nilai-nilai budaya terkait dengan furniture,
seperti sejarah, tradisi, dan simbolisme.
4. Pentingnya Kontekstualisasi Budaya: Pembatasan ini menjelaskan pentingnya
kontekstualisasi budaya dalam desain dan produksi furniture. Kontekstualisasi budaya
melibatkan pemahaman mendalam tentang aspek budaya yang terkait dengan
penggunaan, estetika, dan simbolisme furniture dalam suatu komunitas atau kelompok
masyarakat tertentu.
5. Pengaruh Desain Tren Tanpa Unsur Budaya terhadap Warisan Budaya dan Masyarakat
Lokal: Pembatasan ini mempertimbangkan pengaruh desain tren furniture tanpa unsur
budaya terhadap warisan budaya dan masyarakat lokal. Ini mencakup konsekuensi
hilangnya warisan budaya, ketidaksesuaian dengan kebutuhan lokal, ketidakadilan sosial
dan ekonomi, dan penghancuran lingkungan.
6. Peran Desain Tren dengan Unsur Budaya: Pembatasan ini menjelaskan bagaimana desain
tren furniture dengan unsur budaya dapat mempertahankan warisan budaya, memperkuat
identitas lokal, mendorong inovasi dan kreasi baru, serta meningkatkan apresiasi dan
pemahaman terhadap keanekaragaman budaya.
Pembatasan masalah tersebut membantu memfokuskan penelitian pada pengaruh tren
globalisasi, pengabaian keunikan budaya lokal, konsekuensi dari mengabaikan keaslian

2
budaya, pentingnya kontekstualisasi budaya, pengaruh desain tren tanpa unsur budaya,
peran desain tren dengan unsur budaya, dan dampak positif dan negatif dari desain tren
furniture.
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pengaruh tren globalisasi terhadap desain dan produksi furniture?
2. Bagaimana desain tren furniture dapat mengabaikan keunikan budaya lokal?
3. Apa konsekuensi dari mengabaikan keaslian budaya dalam desain dan produksi
furniture?
4. Bagaimana pentingnya kontekstualisasi budaya dalam desain dan produksi furniture?
5. Bagaimana pengaruh desain tren furniture tanpa unsur budaya terhadap warisan budaya
dan masyarakat lokal?
6. Bagaimana desain tren furniture dengan unsur budaya dapat mempertahankan warisan
budaya dan memperkuat identitas lokal?
7. Bagaimana pengaruh desain tren furniture dengan unsur budaya terhadap inovasi dan
kreasi baru?
8. Bagaimana desain tren furniture dengan unsur budaya dapat meningkatkan apresiasi dan
pemahaman terhadap keanekaragaman budaya?
PEMBAHASAN/ISI
1. Pengertian Tren Furniture
Furniture adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam
perabot atau perlengkapan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fungsional dan
estetika dalam sebuah ruangan. Furniture meliputi berbagai jenis perabot seperti meja,
kursi, lemari, rak, tempat tidur, sofa, dan berbagai item lainnya yang digunakan untuk
duduk, berbaring, menyimpan barang, dan menjalankan aktivitas sehari-hari di dalam
ruangan. Furniture tidak hanya memiliki fungsi praktis sebagai alat bantu dalam kegiatan
sehari-hari, tetapi juga berperan dalam menciptakan suasana dan gaya dalam suatu
ruangan. Desain dan gaya furniture dapat beragam, mulai dari yang klasik, tradisional,
modern, hingga kontemporer, sesuai dengan preferensi dan kebutuhan pengguna.
Furniture dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, termasuk kayu, logam, kaca, plastik,
dan kain. Bahan yang digunakan dapat mempengaruhi tampilan, daya tahan, dan kualitas

3
furniture tersebut. Furniture memiliki peran yang penting dalam desain interior,
arsitektur, dan industri perabot. Desainer, produsen, dan konsumen bekerja sama untuk
menciptakan dan menggunakan furniture yang memenuhi kebutuhan fungsional, estetika,
dan gaya hidup.
Tren furniture mengacu pada arah atau pola perkembangan yang dominan dalam desain,
gaya, bahan, dan konsep furniture pada suatu periode waktu tertentu. Hal ini mencakup
tren yang sedang populer dan diterima secara luas oleh industri furniture, desainer,
produsen, dan konsumen.

Tren furniture dapat berubah seiring perubahan dalam selera desain, perkembangan
teknologi, faktor sosial, dan gaya hidup. Dengan memahami tren furniture, para
pemangku kepentingan dalam industri furniture dapat mengantisipasi permintaan pasar,
menciptakan produk yang relevan, dan memenuhi kebutuhan konsumen yang sedang
berkembang.

Gambar 1. Tren Desain Furniture Minimalis

2. Sejarah dan Perkembangan Tren Furniture


Sejarah dan perkembangan tren furniture mencakup evolusi desain, gaya, dan konsep
dalam industri furniture dari waktu ke waktu. Berikut adalah ringkasan singkat mengenai
sejarah dan perkembangan tren furniture:
4
1. Era Klasik: Pada era klasik, seperti zaman Mesir kuno, Yunani kuno, dan Romawi
kuno, furniture memiliki desain yang kuat dipengaruhi oleh gaya arsitektur dan seni
klasik. Furniture pada masa ini cenderung memiliki ukiran detail, bentuk simetris, dan
menggunakan bahan-bahan seperti kayu, marmer, dan perunggu.
2. Abad Pertengahan: Selama Abad Pertengahan, furniture banyak dipengaruhi oleh
gaya-gaya seperti Gotik, Renaisans, dan Barok. Furniture pada masa ini menampilkan
ornamen yang rumit, ukiran, dan perpaduan antara kayu, logam, dan kain.
3. Era Modern: Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, gaya modern dan gerakan seni
seperti Art Nouveau dan Art Deco mempengaruhi tren furniture. Furniture modern
ditandai dengan desain yang lebih sederhana, minimalis, dan fokus pada bentuk,
fungsi, dan inovasi bahan.
4. Abad ke-20: Pada abad ke-20, tren furniture terus berkembang dengan munculnya
gaya-gaya seperti Bauhaus, Mid-century Modern, Skandinavia, dan Post-modern.
Gaya-gaya ini menekankan desain yang inovatif, ergonomis, dan serba fungsional.
5. Abad ke-21: Saat ini, tren furniture cenderung mencakup kombinasi antara desain
klasik dan modern, dengan fokus pada keberlanjutan dan bahan ramah lingkungan.
Terdapat juga penekanan pada desain yang adaptif, modular, dan berkelanjutan.

Gambar 2. Tren Furniture Era Klasik

5
Gambar 3. Tren furniture Abad 21

3. Dampak Negatif dan Positif Desain Tren Furniture dengan dan tanpa unsur budaya
1) Dampak Negatif :
Dampak negatif desain tren furniture tanpa budaya dan referensi yang memadai dapat
mencakup:
a) Hilangnya keautentikan : Desain furniture yang tidak memperhatikan budaya dan
referensi lokal cenderung menghasilkan produk yang tidak memiliki keautentikan
atau keterkaitan dengan konteks budaya setempat. Hal ini dapat mengaburkan
identitas dan karakteristik unik dari suatu budaya atau komunitas.
b) Hilangnya warisan budaya: Tanpa mempertimbangkan budaya dan referensi yang
memadai, desain tren furniture dapat mengabaikan nilai-nilai, tradisi, dan
pengetahuan lokal yang terkait dengan pembuatan dan penggunaan furniture. Hal
ini dapat menyebabkan hilangnya warisan budaya yang penting untuk
dipertahankan dan dilestarikan.
c) Ketidaksesuaian dengan kebutuhan lokal: Desain tren furniture yang tidak
mempertimbangkan budaya dan referensi lokal mungkin tidak memenuhi
kebutuhan dan preferensi pengguna setempat. Ini dapat mengakibatkan
ketidakcocokan dalam penggunaan, kenyamanan, dan fungsionalitas furniture.
d) Ketidakadilan sosial dan ekonomi: Desain tren furniture yang tidak
memperhatikan budaya dan referensi lokal dapat mengabaikan praktik-praktik
6
kerajinan tradisional dan industri lokal. Hal ini dapat berdampak negatif pada
mata pencaharian masyarakat lokal dan menyebabkan ketidakadilan sosial dan
ekonomi.
e) Penghancuran lingkungan: Tren furniture tanpa budaya dan referensi yang
memadai sering kali mengabaikan aspek keberlanjutan dan penggunaan bahan-
bahan ramah lingkungan. Ini dapat menyebabkan penggunaan bahan yang tidak
berkelanjutan, polusi, dan kerusakan lingkungan yang lebih besar.

2) Dampak Positif
Dampak positif desain tren furniture dengan unsur budaya adalah sebagai berikut: 1)
Pemertahanan warisan budaya: Desain tren furniture yang memasukkan unsur budaya
dapat berperan dalam pemertahanan warisan budaya. Ini dapat mempromosikan dan
melestarikan kekayaan budaya suatu komunitas atau negara melalui penggunaan
motif, pola, atau teknik tradisional dalam desain furniture. 2) Penciptaan identitas dan
keunikan: Desain tren furniture yang menggabungkan unsur budaya dapat membantu
menciptakan identitas dan keunikan suatu tempat atau komunitas. Ini memberikan
kesempatan untuk mengekspresikan nilai-nilai, tradisi, dan ciri khas budaya melalui
desain dan penggunaan furniture. 3) Pemberdayaan masyarakat lokal: Dengan
memasukkan unsur budaya dalam desain tren furniture, masyarakat lokal yang
memiliki pengetahuan dan keahlian khusus dalam kerajinan tradisional dapat
diberdayakan. Hal ini dapat menciptakan peluang kerja, meningkatkan mata
pencaharian, dan memperkuat ekonomi lokal. 4) Inovasi dan kreasi baru:
Menggabungkan unsur budaya dalam desain tren furniture dapat mendorong inovasi
dan kreasi baru. Proses mengadaptasi atau menggabungkan elemen tradisional dengan
konsep kontemporer dapat menghasilkan desain furniture yang unik, menarik, dan
mencerminkan kekayaan budaya yang berkelanjutan. 4) Peningkatan apresiasi
budaya: Desain tren furniture yang mencerminkan unsur budaya dapat membantu
meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap keanekaragaman budaya. Ini dapat
membantu membangun penghargaan terhadap warisan budaya dan meningkatkan
kesadaran akan nilai-nilai budaya yang beragam.

7
Dengan memasukkan unsur budaya dalam desain tren furniture, kita dapat
menciptakan keseimbangan antara inovasi kontemporer dan pemertahanan warisan
budaya yang berharga. Hal ini dapat menghasilkan pengalaman yang bermakna,
mempromosikan inklusivitas budaya, dan mendorong pembangunan berkelanjutan
yang lebih luas.

Gambar 4. Desain Furniture dengan unsur budaya Jepara

ANALISIS DAN TEMUAN


Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan, ditemukan bahwa budaya memainkan
peran krusial dalam desain dan produksi furniture. Nilai-nilai budaya lokal, sejarah,
tradisi, dan identitas berperan penting dalam menginspirasi dan membentuk konsep
desain serta dalam memilih bahan, teknik, dan gaya produksi. Penggunaan elemen
budaya dalam furniture dapat menciptakan karya yang unik dan bermakna,
menghubungkan produk dengan masyarakat lokal, dan memperkaya warisan budaya.
Beberapa peran krusial dalam desain dan produksi furniture :
1. Membuat konsep desain, konsep desain merupakan tahap awal dalam desain
furniture yang sangat penting. Konsep desain yang baik akan memudahkan dalam
proses produksi dan menghasilkan produk yang berkualitas
2. Mengembangkan teknik produksi, teknik produksi yang baik akan mempengaruhi
kualitas produk furniture. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan teknik
produksi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan produk yang berkualitas

8
3. Memahami pasar globalDalam era globalisasi, pasar global menjadi sangat penting
dalam desain dan produksi furniture. Oleh karena itu, perlu memahami pasar global
dan mengikuti perkembangan tren desain dan produksi furniture di pasar global
4. Memadukan unsur budaya, dalam desain dan produksi furniture, perlu memadukan
unsur budaya dengan desain modern. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggabungkan teknik dan motif tradisional dengan bahan dan teknologi modern
5. Mengoptimalkan manajemen produksi, manajemen produksi yang baik akan
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi produksi furniture. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengoptimalan manajemen produksi untuk menghasilkan produk yang
berkualitas
Dengan memperhatikan peran krusial dalam desain dan produksi furniture, diharapkan
dapat menghasilkan produk furniture yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Elemen budaya dapat diaplikasikan dalam desain dan produksi furniture.
Dengan mengaplikasikan elemen budaya dalam desain dan produksi furniture, dapat
mempertahankan keaslian budaya Indonesia. Hal ini penting untuk menjaga identitas
budaya Indonesia di era globalisasi. Elemen budaya seperti motif budaya tradisional
dan bahan alami dapat memberikan nilai estetika pada produk furniture. Hal ini dapat
meningkatkan nilai jual produk furniture, Winarti, E. (2016).
Kontekstualisasi budaya menjadi pendekatan yang penting dalam menjaga keaslian
dalam desain dan produksi furniture. Dalam konteks ini, kontekstualisasi merujuk pada
pengenalan, pemahaman, dan integrasi elemen budaya lokal dalam setiap tahap proses
desain dan produksi. Hal ini melibatkan penggalian mendalam terhadap nilai-nilai
budaya lokal, memahami konteks historis dan sosial, serta mempertimbangkan
preferensi dan kebutuhan masyarakat setempat. Kontekstualisasi budaya dalam desain
dan produksi furniture mengacu pada integrasi elemen-elemen budaya lokal ke dalam
proses kreatif dan pembuatan produk furniture. Ini melibatkan penggunaan motif,
bentuk, bahan, teknik, dan gaya yang terinspirasi oleh warisan budaya suatu daerah atau
komunitas tertentu. Kontekstualisasi budaya bertujuan untuk menjaga keaslian,
menghormati tradisi, dan memperkaya nilai-nilai budaya dalam produk furniture,
Moeran, B. (2011). Manfaat Kontekstualisasi Budaya dalam Desain dan Produksi

9
Furniture antara lain : 1) Mempertahankan keaslian budaya dalam desain dan produksi
furniture dapat memberikan nilai ekonomi dan keberlanjutan jangka panjang. 2) Desain
furniture yang terinspirasi oleh budaya lokal memiliki daya tarik tersendiri di pasar
global yang semakin menghargai keunikan dan keberagaman. 3) Kontekstualisasi
budaya juga dapat memperkuat identitas lokal, meningkatkan kebanggaan masyarakat,
dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Kolaborasi antara desainer dan pengrajin lokal dalam konteks desain dan produksi
furniture memberikan peluang untuk transfer pengetahuan dan keterampilan tradisional,
Haryanto, I. (2015). Beberapa temuan yang dapat disoroti terkait dengan kolaborasi ini
adalah sebagai berikut:
1. Pertukaran Pengetahuan: Desainer dapat mempelajari pengetahuan lokal
tentang bahan, teknik, dan gaya tradisional yang telah dikuasai oleh pengrajin
lokal. Ini memungkinkan desainer untuk memahami dan menghargai kekayaan
budaya lokal yang dapat diaplikasikan dalam desain furniture.
2. Penggunaan Bahan Lokal: Kolaborasi dengan pengrajin lokal memungkinkan
penggunaan bahan-bahan lokal yang unik dan khas dari daerah tersebut.
Desainer dapat belajar tentang sumber daya alam yang tersedia dan cara
memanfaatkannya secara berkelanjutan dalam produksi furniture.
3. Penerapan Teknik Tradisional: Pengrajin lokal seringkali memiliki
keterampilan dan teknik khusus yang diwariskan dari generasi ke generasi.
4. Kolaborasi dengan mereka memungkinkan desainer untuk menerapkan teknik
tradisional ini dalam desain furniture, menciptakan produk yang
menggabungkan keindahan estetika tradisional dengan elemen kontemporer.
Pemahaman mendalam tentang budaya lokal dan nilai-nilainya memiliki pengaruh
signifikan dalam pemilihan bahan dan proses produksi dalam desain dan produksi furniture,
Susanto, E. (2016). Berikut adalah beberapa poin yang menunjukkan bagaimana
pemahaman ini mempengaruhi pemilihan bahan dan proses produksi : a) Ketersediaan
Bahan Lokal: Pemahaman tentang budaya lokal membantu desainer untuk mengenali bahan-
bahan yang secara tradisional digunakan dalam produksi furniture di wilayah tersebut. Hal
ini memungkinkan mereka untuk memilih bahan yang mudah didapatkan secara lokal,

10
mengurangi ketergantungan pada bahan impor, dan mempromosikan keberlanjutan. b)
Keberlanjutan Lingkungan: Pemahaman tentang nilai-nilai budaya lokal sering kali
mencakup keberlanjutan lingkungan. Desainer yang memahami nilai-nilai ini akan memilih
bahan yang ramah lingkungan dan menggunakan proses produksi yang berkelanjutan,
seperti penggunaan bahan daur ulang, penggunaan bahan organik, atau teknik produksi yang
mengurangi limbah dan emisi. c) Penggunaan Teknik Tradisional: Pemahaman budaya lokal
juga melibatkan pengetahuan tentang teknik produksi tradisional yang telah digunakan
secara turun-temurun. Desainer dapat memanfaatkan pengetahuan ini dan
menggabungkannya dengan desain kontemporer untuk menciptakan produk yang unik dan
bernilai budaya. d) Memperkuat Identitas Lokal: Melalui pemilihan bahan dan proses
produksi yang mencerminkan budaya lokal, desainer dapat membantu memperkuat identitas
dan keberagaman budaya suatu daerah. Hal ini tidak hanya menciptakan produk yang
bermakna secara budaya, tetapi juga memberikan kebanggaan bagi masyarakat setempat. e)
Meningkatkan Nilai Ekonomi Lokal: Dengan memilih bahan lokal dan bekerja sama dengan
pengrajin atau produsen lokal, desainer dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi di
wilayah tersebut. Kolaborasi ini memberikan peluang bagi pengrajin lokal untuk
mengembangkan keterampilan mereka dan memperluas pasar untuk produk-produk lokal.

PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, desain dan produksi furniture merupakan bidang yang terus
berkembang seiring dengan perkembangan budaya, teknologi, dan tren global.
Kontekstualisasi budaya menjadi pendekatan penting dalam menjaga keaslian budaya dalam
desain dan produksi furniture. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang budaya
lokal, sejarah, tradisi, dan identitas yang mempengaruhi proses kreatif dan teknis dalam
pembuatan furniture. Dengan mempertahankan keaslian budaya, dapat memelihara warisan
budaya, mendorong keragaman, dan menghargai identitas lokal.
Keaslian budaya dalam desain dan produksi furniture mencakup penggunaan warisan
budaya, nilai-nilai dan simbolisme budaya, keterhubungan dengan masyarakat, serta inovasi
yang mempertimbangkan konteks budaya. Kontekstualisasi budaya dalam desain dan

11
produksi furniture membutuhkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya lokal dan
penggunaan elemen budaya dalam proses kreatif dan teknis.
Saran
Dalam era globalisasi, perlu dilakukan kontekstualisasi budaya untuk menjaga keaslian
budaya dalam desain dan produksi furniture. Dengan memperhatikan peran krusial tersebut,
diharapkan dapat menghasilkan produk furniture yang berkualitas, memenuhi kebutuhan
masyarakat, dan mempertahankan keaslian budaya Indonesia. Kontekstualisasi budaya
dalam desain dan produksi furniture memberikan nilai estetika, sejarah, dan nilai tambah
pada produk furniture. Dalam konteks ini, kontekstualisasi mengacu pada pengenalan,
pemahaman, dan integrasi elemen budaya lokal dalam setiap tahap proses desain dan
produksi furniture.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, E. (2016). Kearifan Lokal dalam Proses Desain Furniture. Jurnal Desain, 4(2),
85-96.
Santosa, B., & Irianto, R. (2019). Pengaruh Budaya Lokal terhadap Desain Produk
Furniture di Jepara. Jurnal Kriya Indonesia, 2(1), 21-28.
Nitisemito, A. S., & Winarti, E. (2016). Kolaborasi dalam Desain: Pendekatan dan
Praktik dalam Penelitian Desain Berbasis Budaya Lokal. Penerbit ITB.
Pudjisuryadi, P., & Martokusumo, W. (2014). Desain Furniture Nusantara dalam
Perkembangan Konteks Budaya Lokal. Jurnal Desain, 3(2), 61-70.
Prijotomo, J., & Harsojo, H. (2018). Pemanfaatan Budaya Lokal dalam Desain Furniture
Modern Indonesia. Jurnal Ipteks Komputer dan Informasi, 6(1), 39-44
Nitisemito, A. S., & Winarti, E. (2016). Kolaborasi dalam Desain: Pendekatan dan
Praktik dalam Penelitian Desain Berbasis Budaya Lokal. Penerbit ITB.
Haryanto, I. (2015). Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Desain Produk. Jurnal
Sosioteknologi, 14(2), 85-98.
Oetomo, D., & Sutisna, M. (2015). Strategi Revitalisasi Karya Kerajinan Tradisional
Melalui Kolaborasi Desain dengan Pengrajin di Jepara. Jurnal Desain, 2(2), 179-190.
Winardi, J. (2013). Kolaborasi Pengrajin dan Desainer dalam Pengembangan Kerajinan

12
Tangan Di Bali. Jurnal Desain, 1(1), 17-25.
Susanto, E. (2013). Kolaborasi Pengrajin dengan Perancang dalam Pengembangan
Produk Kerajinan di Kotagede, Yogyakarta. Jurnal Ornamen, 10(1), 16-27.

13

Anda mungkin juga menyukai