Anda di halaman 1dari 5

kata yang menggambarkan gerakan (movement), apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi.

Jadi, narasi membawa pembaca untuk melihat di dalam benaknya, atau dalam imaji-nasinya,bagaimana
perdebatan terjadi, bagaimana manajer bekerja keras menemukan produk baru, bagaimana krisis
dihadapi, dan sebagainya. Narasi adalah alat penghidup yang sering dipakai oleh penulis-penulis sastra
atau yang berlatar belakang kesenian untuk menggerakkan action dalam tulisannya.

Berikut ini adalah contoh narasi yang dikutip dari pengalaman Kol. H. Zulkifli Lubis, Komandan pertama
Badan Intelijen Indonesia, dalam buku Mohctar Lubis Wartawan Jihad.

Paginya, ketika demonstrasi itu terjadi, saya sempat menyusupkan orang-orang saya di tengah
massa yang dihimpun oleh Dokter Moestopo.

Kemal Idris, yang ketika itu tidak tahu persis duduk persoalannya, ikut terpengaruh. Ia
yang mengarahkan moncong meriam ke Istana. Untunglah Bung Karno tidak panik. Ketika Bung
Karno tampil menghadapi demonstran, terjadilah sesuatu yang lucu. Sungguh menggelikan.
Massa yang seharusnya berteriak "Bubarkan Parlemen!" malah berganti yell "Hidup Bung
Karno!"- terpengaruh oleh massa yang saya susupkan.

1.2. Deskripsi.

Sesungguhnya ketika membaca kita tidak hanya menggunakan indra penglihatannya saja, tetapi juga
perasaan, selera, bau, pendengaran dan rasa di kulit. Bahasa memberi nama sentuhan indera itu sebagai
persepsi. Dan ketika kata-kata persepsi itu muncul dalam bahasa penulis, misalnya gatal, asam, asin,
manis, cantik, licin, dingin, panas, takut, marah, otak pembaca juga akan merasakan sentuhan yang
sama. Deskripsi membawa pembaca merasakan sendiri apa yang dibacanya. Deskripsi membuat
pembaca merasakan, menikmati, mendengar melalui bahasa.

Tugas seorang penulis adalah memberi kesempatan pada pembacanya untuk menikmati suasana
realitas melalui karya tulisnya. Seorang wartawan yang meliput suatu wawancara biasanya mencoba
menangkap persepsi di sekitar tokoh yang sedang diwawancarai: warna ruangan, desain interior, aroma
wewangian yang tercium, dan suara lain yang bisa ditangkap (musik, adzan, suara orang bekerja, suara
anak-anak ber main) dan sebagainya. Tulisan yang baik akan membuat pembaca merasakan seakan-akan
ia sedang berhadapan langsung dengan sumber berita.

Berikut adalah contoh deskripsi yang dikutip dari harian kompas, 26 Desember 1992.

Kalau dia datang, paling tidak saya menerima goceng (Rp 5.000-Red). Sekarang, Oom Willem sudah
jarang ke mari lagi," ujar salah seorang petugas cleaning service di Kantor Pusat Bank Summa Jalan
Sudirman Jakarta, dengan nada lirih.

Petugas itu mungkin tidak mengetahui persis permasalahan yang terjadi di Bank Summa, Yang
diketahui hanya Bank Summa punya masalah dan tip dari Oom Willem berhenti dengan sendirinya.
Oom Willem, panggilan akrab William Soeryadjaya, memang begitu melekat di hati karyawannya,
termasuk kalangan cleaning service dan satpam. Batapa tidak, setiap kali Komisaris Utama Bank Summa
ini menginjakkan kaki ke kantor pusat di Jalan Sudirman Jakarta, Satpam atau petugas cleaning service
yang ditemuinya selalu disapanya. Dengan senyum segar dan sikap kebapakan, dia tanyakan keadaan
karyawan dan keluarganya. Buntut-buntutnya, keluarlah lembaran Rp 5.000 atau Rp 10.000-an dari
kantung William.

“Kadang-kadang, jika Oom Willem datangnya waktu istirahat makan siang, kami diberi uang untuk
membeli nasi bungkus,“ ujar beberapa anggota satpam.

Kini kejadian semacam itu mungkin sulit terulang kembali. Satpam dan cleaning service, hari-hari
belakangan ini tidak lagi menjumpai mimik cerah dan senyum. segar Oom Willem. (Kompas, 26 Novem
ber 1992).

1.3. Kalimat Langsung (Quotes).

Kalimat langsung adalah kalimat percakapan yang langsung dikutip dari sumber berita. Umumnya surat
kabar dan majalah gemar mengutip kalimat langsung karena ucapan-ucapan seseorang memberi warna
keaslian cerita. Ucapan langsung mempunyai warna kedaerahan dan intonasi. Perhatikan kutipan
potongan wawancara majalah Tiara dengan G.R.Ay. Koes Moertiyah.

Menurut Anda sendiri, kenapa Pakubuwono XII tidak berusaha memasalahkan hal tersebut?

Sinuhun itu, kalau disuruh nyuwun, ya saya pikir enggak mau. Bapak itu sebenarnya mengharapkan
pemerintah ngerti dewe. Dengan Bapak menyatakan bergabung dengan R.I, sebenarnya pemerintah
sudah berpikir mengenai kelanjutan kraton ini. Pada waktu itu, Bapak juga baru berusia 20 tahun, masih
semuda itu harus berpikir tentang masalah yang rumit.

Atau mungkin itu konsep seorang raja yang tidak bisa meminta karena selama ini lebih menerima
keadaan dilayani?

Saya enggak tahu itu. (Agak lama ia terdiam, tampaknya seperti sedang berpikir keras). Yang jelas Bapak
punya sikap seperti itu. Kita sendiri kalau mengajukan konsep dan kemudian diajukan ke Pusat, Bapak
biasanya bilang, "Wis, ora usah. Paling cuma didenger dan tidak ditindak lanjuti". Jadi sepertinya Bapak
itu sudah mutung. Tapi terjadinya memang seperti itu. Saya juga pernah membuat konsep. Diterima dan
tidak ada kelanjutannya...

Kalimat jawaban di atas adalah kalimat langsung karena seluruh jawaban sumber berita dimuat secara
lengkap, maka dalam hal itu tidak diberi tanda-tanda kutip ("......").

Lebih jauh, menggunakan kalimat langsung, menurut Patterson, adalah memberi kesempatan pada
pembaca untuk mendengarkan sendiri dari sumbernya, bukan dari narator (penulis).

Tanda-kutip juga memberikan gambaran karakter, mengijinkan pembaca merasakan sendiri seakan-
akan mereka mengenal karakter itu. Kalimat langsung akan menjadi sangat penting bila sumber berita
adalah seorang tokoh masyarakat atau tokoh bisnis yang dihormati. Ucapan almarhum Bung Karno dan
Presiden Socharto, misalnya.
1.4. Eksposisi.

Eksposisi adalah penjelasan yang dibuat oleh penulis atas kejadian yang dilihat atau didengarnya, tidak
dengan kata-kata untuk menunjukkan (to show) kepada pembaca, melainkan dengan kata-kata untuk
bercerita (to tell). Eksposisi bentuk karangan yang paling sering digunakan karena dapat mempercepat
atau meringkas naskah. Tetapi eksposisi tidak banyak memberikan warna rasa. Banyak hal yang perlu
disampaikan dalam bentuk eksposisi: latar belakang, prosedur, alasan-alasan, dan sebagainya.

Menurut catatan Patterson, banyak penulis bertendensi untuk menceritakan semua dalam bentuk
eksposisi. Mereka tidak mau membuang banyak waktu untuk merangkai tulisannya dalam bentuk
action, scene dan dialog. Mereka simpulkan dan sederhanakan persoalan atau kejadian dan seakan-akan
tidak peduli apakah tulisannya mau dibaca orang atau tidak, mau dimengerti atau tidak.

Berikut ini adalah contoh eksposisi yang dikutip dari salah satu harian berita.

KUALA LUMPUR

Para ahli teknik malaysia, indonesia,dan singapura,awal tahun depan akan bertemu di singapura untuk
membahas cara terbaik menanggulangi bencana laut di selat malaka, kata para pejabat , Selasa (24/11)
Kompas, 26 November 1992).

2. Kembangkan tulisan dalam bentuk cerita.

Kecuali dalam bentuk berita singkat yang terbatas halaman medianya, banyak tulisan yang bisa
ditampilkan dalam bentuk cerita (story). Media cetak mengenal istilah-istilah seperti:

• Straight news story .

• Feature story .

• Sports story .

• Wedding story

• Page-one story

• Breaking story

Hal ini menunjukan bahwa setiap berita dapat disajikan dalam bentuk cerita, artinya penulis mengajak
pembacanya untuk merasakan sendiri dalam dunia imajinasinya hal yang sebenarnya terjadi. Selain
melalui pengembangan 4 alat penghidup di atas (narasi, deskripsi, kalimat langsung, dan eksposisi)
dapat juga dikembangkan karakter yang menonjol, terutama tokoh dalam berita.

Tehnik menulis yang secara ringkas disebutkan di atas adalah tehnik yang sudah banyak dipakai oleh
media massa. Belakangan terlihat jelas bahwa tehnik penulisan yang demikian mulai dipakai oleh
sejumlah pengarang terkemuka untuk menjelaskan kepada masyarakat situasi ekonomi, keadaan politik,
penanganan manajemen di suatu perusahaan, kepemimpinan, dan lain sebagainya. Bahkan banyak pula
brosur perusahaan, company profile dan laporan tahunan yang disajikan dalam bentuk bercerita yang
hidup. Semua ini dilakukan untuk menarik jumlah pembaca sebanyak-banyaknya dan meningkatkan
apresiasi mereka terhadap perusahaan.

KESIMPULAN

Menulis bukanlah pekerjaan yang mudah. Keahlian menulis erat hubungannya dengan pekerjaan PR:
membuat press release, backgrounders, iklan layanan masyarakat, iklan korporat, artikel dan editorial,
publikasi ringan, company profile dan annual report, naskah pidato dan bahan-bahan presentasi.

Untuk memperoleh keahlian menulis seorang praktisi PR harus mengenal teknik penulisan dan banyak
melakukan latihan. Tetapi itu saja tidak cukup. Pekerjaan menulis bukanlah semata-mata pekerjaan
tangan, melainkan kombinasi dengan pekerjaan otak. Oleh karenanya untuk dapat menulis dengan baik
dibutuhkan dukungan riset, bacaan, diskusi, dan upaya yang memperluas wawasan.

Karya tulis yang paling sering dilakukan oleh praktisi PR adalah press release apakah dalam bentuk
basic publicity release, product release atau financial release dan backgrounders. Backgrounders adalah
pelengkap press release yang berisi latar belakang perusahaan dan orang-orangnya. Biasanya panjang
back grounders tak lebih dari 5 halaman.

Sebelum mulai menulis, praktisi PR perlu melaksanakan tahap persiapan (perencanaan) dan pada
akhirnya melakukan evaluasi. Dalam melakukan perencanaan, selain mematangkan topik atau isu yang
hendak diangkat, perlu pula dilakukan pemeriksaan kepustakaan atau riset kecil-kecilan agar didapat
gambaran yang lebih utuh. Kemudian ditentukan siapa pihak yang pantas menerima pesan tersebut dan
media apa yang akan dimintakan bantuannya untuk menyebarluaskan pesan tersebut.

Setelah persiapan beres, penulis harus segera merampungkan tulisannya dengan memperhatikan
bagaimana strategi pesannya, gaya bahasa yang dipakai dan organisasi penulisannya. Ada beberapa
pilihan kata yang dapat digunakan: kata kata formal/informal, jargon, kepastian (konotatif/denotatif),
dan kata-kata umum/ spesifik. Bahasa memberi rasa, dan rasa akan memperkaya alam imajinasi pemba
ca. Untuk menghidupkan tulisan, praktisi PR dapat memasukkan variasi seperti action atau gerakan-
gerakan (narasi), penginderaan (deskripsi), kalimat langsung atau penjelasan (eksposisi).

Bentuk tulisan yang demikian umumnya digunakan oleh media massa, terutama majalah. Namun
belakangan penyampaian pesan dalam bentuk cerita mulai dipakai dalam berbagai karya tulis, termasuk
buku-buku teks. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perhatian dan apresiasi pembacanya. Dalam
kegiatan PR, gaya penulisan yang demikian mewarnai company profile, corporate magazine,
backgrounders dan iklan korporat.

Setelah tulisan selesai, sebaiknya naskah dites terlebih dahulu pada orang orang dekat di perusahaan
untuk memperoleh masukan dan melakukan perbaikan. Biasanya tulisan akan menjadi lebih baik bila
telah diberi masukan oleh pembaca awam dan mereka yang mengerti soal bahasa. Selain itu juga perlu
diperhalus dan dipertajam pada beberapa sisi.

Evaluasi suatu karya tulis PR tidak hanya terbatas pada pengetesan sebelum diekspos ke luar. Setelah
tulisan beredar, praktisi PR perlu memantau peredaran berita tersebut dan melakukan pengecekan.
Misalnya, apakah isi berita sudah sesuai dengan harapan perusahaan. Apa komentar pers? Apa ada
salah intepretasi oleh wartawan. Bagaimana reaksi pesaing, reaksi pemerintah, reaksi masyarakat?

Praktisi PR harus memantau berita dari hari ke hari secara kontinu, termasuk isu baru yang
dilontarkan oleh pihak lain dalam menanggapi berita yang disebarkan oleh perusahaan. Ini baru karya
tulis di media masa, belum karya tulis lainnya. Hal yang sama juga perlu dikembangkan pada terbitan
perusahaan lainnya agar selalu dapat dilakukan perbaikan dalam proses komunikasi dengan publik.

Anda mungkin juga menyukai