Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Bakteriofag

Bakteriofage ialah virus yang menginfeksi bakteri, Walaupun spektrum bakteri yang dapat dii
nfeksi satu bakteriofage itu terbatas, banyaknya bakteriofage yang ada tak terhitung jumlahny
a itu maka sangat mungkin bahwa paling sedikit terdapat satu bakteriofage untuk setiap tipe b
akteri (Utomo, 2009).

Virus(bahasa latin) artinya racun. Hampir semua virus dapat menyebabkan penyakit pada org
anisme lain. Jenis-jenis v
irus yaitu virus pada tumbuhan, virus pada hewan, virus pada manusia, dan virus pada bakteri
yang dikenal sebagai Bakteriofage. Bakteriofageatau sering disebut fage adalah kesatuan biol
ogis paling sederhana yang diketahui mampu mereplikasi dirinya (mampu menggandakan diri
nya sendiri menjadi lebih banyak). Dengan demikian, jasad renik ini dijadikan penelitian dala
m genetika, yaitu dijadikan sistem model untuk mempelajari patogenesitas yang disebabkan v
irus.

Bakteriofage mula-mula ditemukan secara terpisah Frederich W.Twort di Inggris pada tahun
1915 dan oleh ilmuwan Prancis, D’Herelle pada tahun 1917, merupakan virus yang menginfe
ksi atau menyerang bakteri. Virus ini sering digunakan oleh para ilmuwan untuk penelaahan l
ebih mendalam tentang virus karena mudah ditumbuhkan pada bakteri (inang). Virus yang hi
dup pada bakteri teersebut mudah dipelihara dengan kondisi yang dapat dikendalikan dan rua
ngan yamg relatif sedikit dibandingkan dengan pemeliharaan inang berupa tumbuhan atau he
wan. Oleh karena itu Bakteriofage menjadi perhatian besar untuk penelitian virus.

Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam selubung
protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum sebagai b
erikut: adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam nukleat virus, perakitan
partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage ini di dalam suatu ledakan
bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang. Fage-fage virulen telah digunakan untuk mendet
eksi dan mengidentifikasi bakteri patogenik.

Ciri Umum Bakteriofag


Bakteriofage sama seperti virus pada umumnya yang dapat hidup luas di alam. Bentuknya jug
a hampir sama, yaitu terdiri atas sebuah inti asam nukleat yang dikelilingi olehselubung prote
in. Virus ini mempunyai ekor yang digunakan untuk melewatkan asam nukleatnya ketika me
nginokulasi sel inang.

Bakteriofag Kenyataannya virus ada di mana-mana, terbukti sering terjadi mewabahnya suatu
penyakit yang tidak mengenal daerah tertentu. Dengan demikian, virus ini sama seperti virus
pada umumnya yang dapat hidup luas di alam. Bentuknya juga hampir sama seperti virus, yai
tu terdiri atas sebuah inti asam nukleat yang dikelilingi oleh selubung protein. Virus ini mem
punyai ekor yang digunakan untuk melewatkan asam nukleatnya ketika menginokulasi sel ina
ng.

Morfologi dan Struktur Bakteriofage


Jika kita amati, tubuh bakteriofage tersusun atas kepala, ekor, dan serabut ekor. Kepala berbe
ntuk polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA dan RNA saja. Dari kepa
la muncul tubus atau selubung memanjang yang dinamakan sebagai ekor virus. ekor ini bertu
gas sebagai alat penginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut k
apsid

Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein, oleh sebab itu disebut sebagai selubung protei
n atau pembungkus protein, fungsinya sebagai pelindung asam nukleat DNA dan RNA, dapat
membantu menginfeksi virus ke sel inangnya dan menentukan ma%am sel yang akan dilekati.
‘oba perhatikan, pada bagian ujungnya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi
sebagai penerima rangsang atau reseptor. (ejumlah subunit molekul protein yang menyusun k
apsid dan identik satu dengan yang lain disebut kapsomer. )elah kitaketahui bahwa ekor bakte
riofage bertugas untuk menginfeksi.
Tahukah anda bahwa bakteriofage sebenarnya mempunyai dua tipe cara menginfeksi,yaitu lit
ik atau virulen dan tenang atau lisogenik. Cara-Cara menginfeksi bakteriofage tersebut juga s
ekaligus digunakan sebagai cara bereproduksi (memperbanyak diri!)

 Kelompok morfologi fage


Semua fage mempunyai inti asam nukleat yang ditutupi oleh selubung protein, atau kapsid. K
apsid ini tersusun dari subunit morfologis yang disebut kapsomer. Kapsomer terdiri dari seju
mlah subunit atau molekul protein yang disebut protomer.

Virus bakteri dapat dikelompokkan ke dalam enam tipe morfologis:

1. Tipe yang paling rumit ini mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan sel
udang kontraktil, dan serabut ekor. Dengan DNA berjumlah 2.
2. Serupa tipe A, tipe ini mempunyai kepala heksagonal. Tetapi, tidak memiliki seludang
kontraktil, ekor kaku dan mengenai serabut ekor, ada atau tidak mempunyai serabut e
kor. Dengan DNA berjumlah 2.
3. Tipe ini dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal, dengan ekor yang lebih pendek dari
kepalanya. Ekornya tidak mempunayi seludang kontraktil dan mengenai serabut ekor,
Serabut ekor ada atau tidak. Dengan DNA berjumlah 2.
4. Tipe ini mempunayi sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tesusun dari kapsomer-
kapsomer besar. DNA berjumlah 1.
5. Tipe ini mempunayi sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun dari kapsomer-
kapsomer kecil. Dengan RNA berjumlah 1.
6. Tipe ini berbentuk filamen. Dengan DNA berjumlah 1.

Tipe-tipe A, B, dan C menunjukkan morfologi yang unik bagi bakteiofage. Tipe-tipe morfolo
gis dalam kelompok D dan E dijumpai pula pada virus tumbuhan dan hewan. Bentuk yang se
perti filamen, pada kelpmpok F dijumpai pada beberapa virus tumbuhan

 Struktur fage
Tubuh Bakteriofage tersusun atas kepala, ekor,dan serabut ekor. Kepala berbentuk polyhedral
(segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari kepala muncul tubus
atau selubung memanjang yang disebut sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas sebagai alat pen
ginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsid. Kapsid tersu
sun atas molekul-molekul protein sehingga disebut selubung protein atau pembungkus protei
n dan berfungsi sebagai pelindung asam nukleat (DNA dan RNA), dapat membantu menginfe
ksi virus ke sel inangnya dan menentukan macam sel yang akan dilekati.

Pada bagian ujung ekornya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi sebagai pen
erima rangsang atau reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang menyusun kapsid dan i
dentik satu dengan yang lain disebut kapsomer.

Dibandingkan dengan kebanyakan virus, bakteriofage sangat kompleks dan mempunyai bebe
rapa bagian berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembaw
a gen yang diperlukan untuk menghimpun salinan-salinan virus di dalam sel hidup. Pada viru
s T4 asam nukleatnya adalah DNA, tetapi pada banyak virus lain, termasuk virus penyebab A
IDS, polio, dan flu, asam nukleatnya adalah RNA.

 Asam nukleat fage


Tipe morfologis fage yang berbeda-beda juga dicirikan oleh tipe asam nukleatnya yang berbe
da-beda pula. Semua fage berekor mengandung DNA berutasan ganda. Fage dengan kapsome
r yang besar (kelompok D) dan yang berbentuk filamen (kelompok F) mempunyai DNA beru
tasan tunggal. Fage –fage kelompok E mempunyai RNA berutasan tunggal.

Bakteriofage Escherichia coli


Kelompok bakteriofage yang diteliti paling ekstensif ialah fage koli, dinamakan demikian kar
ena menginfeksi Escherichia coligalur B yang nonmotil

Reproduksi Bakteriofage
Bakteriofage sebenarnya memiliki dua tipe cara menginfeksi, yaitu litik atau virulen dan tena
ng atau lisogenik. Cara-cara menginfeksi bakteriofage tersebut juga sekaligus digunakan seba
gai cara bereproduksi (memperbanyak diri).

Daur Litik atau Virulen.


Bila bakteriofage menginfeksi sel dan sel tersebut memberikan tanggapandengan cara mengh
asilkan virus-virus baru dalam jumlah yang besar, yaitu pada masa akhir inkubasi. Sel ini aka
n pecah atau mengalami lisis yang akan melepaskan bakteriofage-bakteriofage baru untuk me
nginfeksi sel-sel inangnya. Berikutrangkaian daur litik bakteriofage :

1. Fase adsorbs (penempelan)

Pada fase ini awalnya ditandai dengan adanya ujung ekor menempel / melekat pada di
nding sel bakteri. Penempelan tersebut dapat terjadi apabila serabut dan ekor virus me
lekat pada dinding sel bakteri. Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yai
tu pada permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditem
pati protein virus. Menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri itu san
gat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang d
iinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel,
virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pad
a dinding sel bakteri atau inang.

2. Fase Infeksi (penetrasi)

Pada fase ini, selubung sel berkontraksi sehingga mendorong inti ekor ke dalam sel m
elalui dinding dan membran sel, kemudian virus tersebut menginjeksikan DNA ke dal
am sel bakteri. Namun demilian, selubung bakteri yang membentuk kepala dan ekor b
akteriofage tetap tertinggal di luar sel. Setelah menginfeksi kemudian akan terlepas da
n tidak berfungsi lagi, seperti pada gambar berikut ini :

– Penetrasi sel inang oleh bakteriofage


– selubung ekor memendek, intinya menembus ke dalam sel, di dalam DNA virusdisu
ntikkan ke dalam sel.

DNA virusyang telah diinjeksikan yang mengandung enzim lisozim ke dalam akan m
enghancurkan DNA bakteri, sehingga DNA virus yang berperan mengambil alih kehi
dupan. DNA virus mereplikasi diri berulang-ulang dengan cara menggandakan diri da
lam jumlah yang banyak, selanjutnya melakukan sintesis protein dari ribosom bakteri
yang akan diubah menjadi bagian-bagian kapsid, seperti kepala, ekor, dan serabut eko
r. Kemudian terjadi proses perakitan. Bagian-bagian kapsid kepala, ekor, dan serabut
ekor yang mula-mula terpisah selanjutnya dirakit menjadi kapsid virus kemudian DN
A virus masuk ke dalamnya, maka terbentuklah tubuh virus yang utuh.

3. Fase litik

Ketika perakitan telah selesai yang ditandai denga terbentuknya tubuh virus baru yang menga
mbil alih perlengkapan metabolik sel inang bakteri yang menyebabkan memuat asam nukleat
virus daripada asam nukleat bakteri. Setelah sekitar 20 menit, dari infeksi awal, sudah terbent
uk 200 bakteriofage yang telah terakit dan sel bakteri itu pun mengalami lisis dan melepaskan
bakteriofage-bakteriofage baru/virus akan keluar untukmencari/menginfeksi bakteri-bakteri la
in sebagai inangnya, begitu seterusnya
Daur Lisogenik

Pada daur ini juga mengalami fase yang sama dengan daur litik, yaitu melalui fase adsorbsi d
an fase injeksi. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan fase-fase berikut :

1. Fase penggabungan
Karena DNA bakteri terinfeksi DNA virus, hal tersebut akan mengakibatkan benang g
anda berpilin DNA bakteri menjadi putus, selanjutnya DNA virus menyisip di antara
putusan dan menggabung dengan benang bakteri. Dengan demikian, bakteri yang teri
nfeksi akan memiliki DNA virus.

2. Fase pembelahan

Karena terjadi penggabungan, maka DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri da
n DNA virus menjadi menjadi tidak aktif disebut profage. Dengan demikian, jika DN
A bakteri, melakukan replikasi, maka DNA virus yang tidak aktif (profage) juga ikut
melakukan replikasi. Misalnya, apabila DNA bakteri membelah diri terbentuk dua sel
bakteri, maka DNA virus juga identik membelah diri menjadi dua seperti DNA bakter
i, begitu seterusnya. Dengan demikian, jumlah profage DNA virus akan mengikuti ju
mlah sel bakteri inangnya.

3. Fase sintesis

Dalam keadaan tertentu, jika DNA virus yang tidak aktif (profage) terkena zat kimia t
ertentu atau radiasi tinggi, mka DNA virus akan menjadi aktif yang kemudian mengha
ncurkan DNA bakteri dan memisahkan diri berikutnya. Selanjutnya, DNA virus terseb
ut mensintesis protein sel bakteri (inangnya) untuk digunakan sebagai kapsid bagi vir
us-virus baru dan sekaligus melakukan replikasi diri menjadi banyak.

4. Fase perakitan

Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh,yang berfungsi sebagai selubun
g virus. Kapsid baru virus terbentuk. Selanjutnya, DNA hasil replikasi masuk ke dala
mnya guna membentuk virus-virus baru.
5. Fase litik

Fase ini sama dengan daur litik. Setelah terbentuk bakteri virus baru terjadilah lisis sel.
Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri b
aru. Dalam daur selanjutnya, virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik, demikia
n seterusnya. Berikut gambar hubungan antara fase litik dan lisogenik

Gambar di atas memperlihatakan bahwa virus dalam keadaan lingkungan tertentu pada saat m
engalami fase lisogenik dapat berpindah ke fase litik. Hal itu terjadi apabila virus menginfeks
i bakteri, tetapi sel bakteri tersebut mempunyai daya tahan/daya imun yang kuat,maka virus t
ersebut tidak dapat bersifat virulen (virus yang dapat menyebabkan lisis/pecah).

Pada saat lingkungannya berubah dan menyebabkan daya tahan sel bakteri berkurang,maka k
eadaan lisogenik akan dapat berubah menjadi litik/lisis,sehingga profage akan berubah menja
di virulen. Dengan demikian, bakteri akan pecah (lisis) karena terbentuknya virus-virus baru.

Peranan Virus bakteri (bakteriofage)


Dalam rekayasa genetika untuk penyembuhan atau pencegahan penyakit infeksi tertentu, pem
etaan kromosom, menjinakkan bakteri patogen dengan menginfeksikan profage ke dalam sel
nya dan banyak yang digunakan untuk bidang bioteknologi. Bakteriofage ialah virus yang me
nginfeksi bakteri . Walaupun spektrum bakteri yang dapat diinfeksi satu bakteriofage itu terb
atas, banyaknya bakteriofage yang ada tak terhitung jumlahnya itu maka sangat mungkin bah
wa paling sedikit terdapat satu bakteriofage untuk setiap tipe bakteri.

1. Komposisi dan struktur kimia.

Bakteriofage terdapat dalam bentuk-bentuk pilihan dan, seperti virus hewan, semuany
a mempunyai kapsid protein yang membungkus asam nukleat bakteriofage. Beberapa
juga mempunyai struktur kompleks yang digunakan untuk menempelkan bakteriofage
pada sel yang rentan. Kepala bakteriofage, yang berisi asam nukleat, sering ikosahedr
al, tetapi ada beberapa bentuk lain lain, termasuk bentuk bulat dan gilig (silindris). Tid
ak semua bakteriofage mempunyai ekor; diantaranya yang mempunyai, terdapat cuku
p keanekaragaman dalam strukturnya.
2. Lisogeni
Berbeda dengan pelepasan banyak virus hewan, pembebasan partikel bakteriofage yan
g matang selalu berakibat lisis dan kematian bakteri yang diinfeksi. Bakteriofage-bakt
eriofage yang infeksinya diikuti dengan reproduksi dan lisis disebut bakteriofage ‘viru
len’. Akan tetapi banyak bakteriofage dapat menginfeksi bakteri tanpa merangsang pr
oduksi lebih banyak atau lisis sel yang terinfeksikan. Dalam hal ini, DNA bakteriofag
e menjadi bagian material genetik bakteri inangnya. DNA bakteriofage yang terdapat
dan mereplikasi bersama dengan DNA bakteri disebut ‘probakteriofage’ atau ‘profag
e’ Bakteri yang membawa profage diberi istilah ‘lisogen’, yang menunjukkan adanya
potensi untuk melisis dan bakteriofage yang dapat memproduksi lisogen disebut bakte
riofage ‘temperate’. Sudah tentu, kecuali bila profage sewaktu-waktu menjadi virulen
dan memproduksi partikel bakteriofage matang, suitlah untuk mengetahui apakah galu
r bakteri tertentu lisogen atau tidak. Namun, bakterium yang kadang-kadang lisogen
memang akan menempuh daur lisis, dan bakteriofage yang dibebaskan dapat diasai de
ngan mencawankan supernat pada biakan bakteri kedua yang dilisis oleh bakteriofage
temperat yang dibebaskan.

3. Konversi lisogen.

Walaupun profage tidak menyalin semua DNA nya (kecuali jika profage itu memasuk
i daur lisis), tidak berarti bahwa semua gen DNA profage mungkin disalin untuk mem
bentuk protein yang baru bagi bakteri. Produk ini mungkin berupa enzim yang meran
gsang perubahan dalam struktur lipopolisakarida membran luar bakteri atau yang me
mprduksi racun yang dikeluarkan oleh bakteri ke dalam lingkungan sekitarnya. Protei
n racun yang dikeluarkan, yang disebut eksotoksin, merupakan dasar untuk penyakit g
awat seperti difteria, demam skarlet dan botulisme. Diperolehnya karakter baru yang
disandi oleh DNA profage disebut konversi lisogen.

Peranan bakteriofage dalam kehidupan :

 Untuk membuat antitoksin.


 Untuk melemahkan bakteri.
 Untuk reproduksi vaksin.

Manfaat Bakteriofag

1. Virus melumpuhkan bakteri

Steve Earl menderita infeksi akibat bakteri stafilokokus. Obat-obatan Amerika miliknya ti
dak memberikan solusi apapun, hingga berlanjut amputasi pada kakinya. Dalam keputusa
saan tersebut Steve terbang ke Georgia, ke pusat medis phagotherapy di Tbilissi. Beberap
a minggu kemudian ia berangsur-angsur pulih. Sebuah keajaiban? Bukan. Dia menjalani
pengobatan dengan prinsip “musuh dari musuhku adalah temanku
2. Lebih kuat dari antibiotic

Georgia merupakan salah satu dari banyak negara yang melawan infeksi dengan meng
gunakan virus bakteriofaag (pemakan bakteri). Saat ini penggunaannya sudah meluas
meliputi conjunctivitis, otitis, dan infeksi luka terbuka akibat staphylococcus. Di Geor
gia, semua orang pernah dirawat dengan menggunakan bakteriofaag sekurang-kurang
nya 1 kali dalam hidup mereka. Ide untuk penggunaan virus sebagai antibakteri perta
ma kali diutarakan pada tahun 1920. Maraknya firma farmasi mengkomersilkan peng
gunaan bakteriofaag untuk merawat disentri, kolera, infeksi akibat Staphylococcus aur
eus maupun Eschericia coli. Kemudian seiring berjalannya waktu, penemuan antibioti
c menyebabkan penggunaan bakteriofaag dianggap kurang mumpuni.

3. Menghancurkan sel tumor

Ide penggunaan virus untuk menghancurkan sel tumor berkembang sejak tahun 1912,
awalnya saat itu virus digunakan untuk menghancurkan sel kanker rahim. Menurut pe
njelasan Jean Rommelaire dari pusat penelitian kanker di Heidelberg, mekanisme pert
ahanan dalam sel tumor berubah sehingga memudahkan virus untuk memasukinya da
n bermultiplikasi.

Kemudian pada penelitian selanjutnya ia menemukan bahwa jenis virus tertentu, seper
ti parvovirus yang biasanya menyebabkan influenza, tidak menyerang sel sehat melai
nkan sel ganas saja. Dari situ berkembang selanjutnya untuk perawatan kanker prostat
carcinoma, melanoma, dan jenis-jenis kanker lainnya. Lalu karena pada tumor otak vi
rus tidak dapat dengan mudah melewati sawar darah otak (blood brain barrier), virus t
ersebut dimodifikasi secara genetik sehingga pada akhirnya dapat menyembuhkan tu
mor serebral

4. Virus yang kita inginkan manfaatnya

Pemakan Bakteri, yakni virus yang hanya menginfeksi bakteri, dianggap ampuh untuk
mengeliminasi pathogen-pathogen tertentu dalam saluran pencernaan.
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2006 menyetujui penggunaan bakte
riofag yang secara umum dikenal tidak bersifat offensive, sebagai zat tambahan pada
makanan, untuk melawan bakteri pathogen seperti Lysteria monocytogens. Bakteri ini
bertanggungjawab terhadap penyakit listeriosis, suatu penyakit yang memiliki potensi
parah pada penderita yang rentan. Salah satu sediaan zat tambahan makanan yang me
ngandung bakteriofaag yakni LISTEX P100 dapat digunakan pada makanan mentah (t
idak dimasak) atau yang dimasak.

Cara Kerja Bakteriofag


Bakteriofag dapat ditemukan di tanah, di air, maupun pada beberapa produk makanan (daging,
sayuran, produk susu). Kita membedakan faag ini menjadi virus dan temperatur yang memili
ki cara kerja berbeda. Di mana virus menembus masuk dari dinding seluler bakteri, dan berm
ultiplikasi secara cepat tanpa berintegrasi dengan DNA sel inang, sementara temperatur meni
ngkatkan suhu bakteri dengan berintegrasi dengan DNA sel inang. Dalam aplikasi antibakteri,
kemampuan melisiskan sel tanpa DNA ini yang direkomendasikan.

Penggunaan bahan kimia seperti (ozone, chlor) dan juga pemaparan fisik (paparan terhadap si
nar UV, pasturisasi) juga merupakan metode kontrol, namun sayangnya dapat merusak atau
mengubah kualitas dari produk. Penggunaan bakteriofaag sebagai agen antibakteria untuk me
lawan pathogen-patogen tersebut, merupakan suatu alternatif yang menarik. Dalam opini publ
ik bulan April 2009, para ahli dari EFSA mempertimbangkan bahwa dalam kondisi khusus ba
kteriofaag mungkin dapat sangat efektif dalam menghilangkan pathogen-patogen dalam salur
an pencernaan. Para ahli tersebut merekomendasikan untuk penelitian lebih lanjut mengenai p
ersistensi bakteriofaag dalam saluran pencernaan dan kapasitasnya untuk mencegah rekontam
inasi.

Nah setelah membaca ulasan ini pernah gak terpikirkan kenapa orang tua jaman dulu minum
air keran tapi gak kena diare? Jawabannya simpel. Di dalam air keran itu ada virus bakterioph
age yang kalau diminum malah menyebabkan bakteri penyebab diare dan penyakit sejenis ma
lah mati. Ini bukan sekedar joke atau main-main lho… malahan dulu pernah diteliti (oleh Ern
est Hanbury Hankin) kalau minum air sungai Gangga dan Yamuna di India bisa menyembuh
kan penyakit kolera. Kemudian ahli bakteriologi (Frederick Twort) sampai membuat postulat
mengenai hal ini, namun terhenti karena perang dunia pertama

Bakteriofag Sebagai Pencegah Keracunan Makanan


Foodborne disease atau kasus keracunan makanan adalah suatu penyakit yang ditimbulkan ol
eh pengkonsumsian makanan yang telah terkontaminasi mikroba patogen. Gejala yang ditimb
ulkan berupa mual, muntah, diare akut, sakit perut dan demam tinggi. Foodborne disease tela
h menjadi penyebab utama masalah kesehatan masyarakat global yang tidak hanya terjadi di
negara berkembang yang memiliki sanitasi dan hygiene yang umumnya buruk, namun juga di
negara – negara maju. Salah satu peneliti, Kusumaningsih dalam jurnalnya menyatakan bahw
a sebanyak 67% kasus foodborne diseases disebabkan oleh cemaran virus, 30% oleh bakteri,
3% oleh parasit. Namun, walau cemaran bakteri hanya 30% terhadap kasus foodborne disesas
es, 60% diantaranya mengakibatkan wabah dan angka kematian (mortalitas) tinggi.

Salah satu mikroba patogen yang menyebabkan keracunan makanan adalah Salmonella sp. ya
ng umum dijumpai dalam produk olahan ayam, daging ayam mentah, telur ayam, kulit dan us
us ayam. Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini disebut Salmonellosis. Gejala yang ditumbulk
an adalah mual, muntah, demam, keram perut dan diare yang berlangsung selama 3-7 hari set
elah terinfeksi. Diare akut yang disebabkan oleh salmonellosis dapat menyebabkan dehidrasi
hingga mengharuskan penderita dibawa ke rumah sakit. Pada kasus parah, infeksi salmonella
dapat menyebar ke usus, aliran darah, serta bagian tubuh lainnya hingga dapat menyebabkank
an kematian jika penanganan tidak dilakukan secara cepat dan tepat.

Terjadinya kontaminani Salmonella sp. pada ayam disebabkan oleh kurangnya sanitasi saat p
enyembelihan dan tidak higenisnya penanganan ayam pasca penyembelihan. Permintaan dagi
ng ayam sendiri terus meningkat terutama di Indonesia. Tercatat permintaan per kapita dagin
g ayam ras dan buras di tahun 2012 sebesar 4,015 kg/kapita/tahun hingga menjadi 4,914 kg/k
apita/tahun di tahun 2015. Namun, pengoalahan ayam pasca panen masih kurang memadai ter
utama di industi kecil dan menengah. Hal ini dapat meningkatkan kasus foodborne disease.

Selama ini pencegahan foodborne disease dilakukan dengan pemberian antibiotik dan bahan
pengawet buatan. Pemberian antibiotik secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi ba
kteri patogen sehingga harus dilakukan peningkatan dosis antibiotik. Konsumsi antibiotik yan
g dilakukan terus menerus dalam dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan kesehatan dalam
jangka panjang seperti kerusakan hati dan ginjal. Sehingga dalam kasus seperti ini perlu adan
ya alternatif lain untuk pencegahan foodborne diseases.

Bakteriofag dapat dijadikan salah satu alternatif pencegahan foodborne diseases yang efektif
dan tanpa efek samping berbahaya. Bakteriofag merupakan salah satu jenis virus yang dapat
membunuh bakteri. Virus ini mengandung DNA atau RNA dan protein reseptor spesifik yang
cocok pada target bakteri inang sihingga kerja bakteriofag sangatlah spesifik. . Penggunaan b
akteriofag yang dapat melisikan bakteri patogen saja akan menguntungkan karena tidak terga
nggunya bakteri baik dalam makanan.

Terdapat dua jenis daur hidup dari bakteriofag yaitu daur litik dan daur lisogenik. Daur litik
merupakan keadaan dimana bakterifag akan menginfeksi bakteri inang, memasukkan materi
genetik ke dalam sel bakteri dan membentuk bagian – bagian tubuhnya sehingga menyebabka
n lisisnya sel bakteri. Bakterifag dengan daur hidup litik inilah yang diharapkan dapat diguna
kan sebagai pencegah foodborne disesases yang aman dan efektif.

Isolasi bakteriofag dilakukan dengan menggunakan sampel berupa usus ayam. Usus ayam did
uga mengandung bakteriofag karena merupakan bagian tubuh hewan yang paling banyak me
ngandung mikroba patogen dimana mikroba patogen tersebut merupakan inang dari bakteriof
ag. Isolasian dilakukan dengan penghancuran usus ayam sehingga didapatkan cairan usus aya
m yang diduga mengandung bakteriofag.

Hasil yang didapat dari isolasi bakteriofag ini, mampu melisiskan bakteri patogen Salmonella
sp. dan mencegah perkembangan dari E. coli. Bakteriofag dapat melisiskan bakteri inang hin
gga dengan pengenceran 10-7 karena bakteriofag mampu melakukan autodosing atau mempe
rbanyak diri sesuai dengan jumlah bakteri patogen yang ada dalam suatu makan

Contoh Virus Bakteriofage


Subfamili : Corticoviridae
Genus : Corticovirus
Spesies : Alteromonas phage PM2

Subfamili : Fuselloviridae
Genus : Fusellovirus
Spesies : Sulfolobus virus
Subfamili : Lipothrixviridae
Genus : Lipothrixvirus
Spesies : Thermoproteus virus

Subfamili : Myoviridae
Genus : T4-like phages
Spesies : coliphage T4 Bacteria
Subfamili : Microviridae
Genus : Chlamydiamicrovirus
Spesies : Chlamydia phage 1

Anda mungkin juga menyukai