Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Standar Nasional Indonesia
ICS 91.100.10
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
© ASTM 2020 – All rights reserved
© BSN 2020 untuk kepentingan adopsi standar © ASTM menjadi SNI – Semua hak dilindungi
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 2049-1:2020
Daftar Isi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Daftar Isi ........................................................................................................................ i
Prakata ..........................................................................................................................ii
1 Ruang lingkup ......................................................................................................... 2
2 Acuan normatif ........................................................................................................ 2
3 Istilah dan definisi ................................................................................................... 4
4 Informasi pemesanan ............................................................................................. 4
5 Bahan-bahan penyusun .......................................................................................... 8
6 Komposisi kimia .................................................................................................... 12
7 Sifat fisika ............................................................................................................. 12
8 Pengambilan contoh ............................................................................................. 12
9 Metode uji ............................................................................................................. 12
10 Inspeksi .............................................................................................................. 14
11 Syarat lulus uji .................................................................................................... 14
12 Pernyataan pabrikan ........................................................................................... 14
13 Kemasan dan penandaan kemasan .................................................................... 16
14 Penyimpanan ...................................................................................................... 16
15 Sertifikasi pabrikan.............................................................................................. 16
16 Kata kunci ........................................................................................................... 16
Lampiran A (normatif) Perhitungan komposisi fasa semen ......................................... 18
Lampiran B (normatif) Kandungan kapur dalam semen portland ................................ 22
Lampiran C (informatif) Contoh laporan uji pabrikan (Mill test report).......................... 24
Lampiran D (Informatif) Daftar penyimpangan teknis .................................................. 36
Gambar C.1 – Contoh mill test report semen portland tipe I ........................................ 26
Gambar C.2 – Contoh mill test report semen portland tipe II ....................................... 28
Gambar C.3 – Contoh mill test report semen portland tipe III ...................................... 30
Gambar C.4 – Contoh mill test report semen portland tipe IV ..................................... 32
Gambar C.5 – Contoh mill test report semen portland tipe V ...................................... 34
© BSN 2020 i
SNI 2049-1:2020
Prakata
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor SNI 2049-1:2020, Semen portland –
Bagian 1: Spesifikasi, merupakan revisi terhadap SNI 2049:2015, Semen portland. Standar ini
disusun dengan jalur adopsi modifikasi dari ASTM C150/C150M – 20, Standard specification
for Portland cement, dengan metode terjemahan dua Bahasa dan ditetapkan oleh BSN pada
Tahun 2020. Modifikasi dilakukan terhadap bahan, persyaratan sifat kimia dan fisika. Standar
ini direvisi untuk menyesuaikan dengan ASTM yang terbaru, dimana dipersyaratkan
penggunaan bahan tambahan lain seperti kapur (limestone) maupun bahan tambahan lain
pada saat produksi semen. Dengan proses revisi, maka standar ini menjadi harmonis dengan
ASTM, dan memudahkan bagi para pengguna di dunia konstruksi yang umumnya
menggunakan standar ACI (American Concrete Institute) sebagai acuan.
Standar ini merupakan bagian dari seri SNI 2049, Semen Portland.
Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Komite Teknis 91-02 Kimia bahan konstruksi dan
telah dikonsensuskan secara virtual pada tanggal 16 Oktober 2020 yang dihadiri oleh wakil-
wakil dari pihak pihak produsen, konsumen, asosiasi industri terkait, lembaga pengujian dan
instansi pemerintah. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal
20 Oktober 2020 sampai dengan 18 Desember 2020, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Apabila di kemudian hari pengguna menemukan keraguan dalam standar ini, maka disarankan
untuk melihat standar aslinya, yaitu ASTM C150/150 – 20 dan/atau dokumen terkait lain yang
menyertainya.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
© BSN 2020 ii
SNI 2049-1:2020
Halaman ini sengaja dikosongkan untuk memastikan bahwa penyajian SNI dengan
metode dua bahasa dapat menampilkan Bahasa Indonesia pada halaman genap dan
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
bahasa Inggris pada halaman ganjil.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
1 Ruang lingkup
1.1 Standar ini meliputi lima tipe semen portland sebagai berikut (lihat Catatan 2):
1.1.1 Tipe I – Untuk digunakan pada saat tidak dibutuhkan sifat khusus seperti yang
dispesifikasikan oleh tipe lain.
1.1.2 Tipe II – Untuk penggunaan umum, lebih dikhususkan untuk kebutuhan ketahanan
sulfat sedang (moderate sulfate resistance).
1.1.3 Tipe III – Untuk digunakan kebutuhan kekuatan awal tinggi (high early strength).
1.1.4 Tipe IV – Untuk digunakan kebutuhan panas hidrasi rendah (low heat hydration).
1.1.5 Tipe V – Untuk digunakan kebutuhan ketahanan sulfat tinggi (high sulfate resistance).
CATATAN 1 Beberapa semen ditujukan dengan suatu kombinasi klasifikasi tipe, seperti tipe I/II, yang
mengindikasi bahwa semen tersebut memenuhi persyaratan seperti yang ditunjukkan oleh tipe dan
akan ditawarkan sesuai dengan penggunaan pada saat tipe lain dibutuhkan.
CATATAN 2 Semen memenuhi persyaratan untuk semua tipe tidak dibuat stok untuk area tertentu.
Terlebih dahulu menspesifikasi penggunaan semen selain tipe I, menetapkan tipe semen yang
diusulkan atau dapat disediakan.
1.2 Angka-angka dinyatakan dalam satuan SI atau satuan inch-pound dianggap sebagai
bagian yang terpisah dari standar. Angka yang dinyatakan dalam setiap sistem mungkin tidak
sama persis, tetapi setiap sistem harus digunakan secara independen dari yang lain.
Menggabungkan dua nilai dari dua sistem dapat menghasilkan ketidaksesuaian terhadap
standar. Angka yang dinyatakan dalam satuan SI [atau satuan inch – pound] harus diperoleh
dengan cara pengukuran dalam satuan SI [atau satuan inch – pound] atau dengan cara
konversi tertentu, menggunakan aturan konversi atau pembulatan yang diberikan oleh
IEEE/ASTM SI 10, untuk pengukuran yang dibuat dalam satuan lain [atau satuan SI]. Angka
yang dinyatakan hanya dalam unit SI pada saat satuan inch – pound tidak digunakan dalam
praktik.
1.3 Teks yang ada pada standar mengacu ke catatan atau catatan kaki yang memberikan
penjelasan tambahan. Catatan dan catatan kaki tersebut (kecuali yang ada pada tabel dan
gambar) bukan merupakan persyaratan standar.
1.4 Standar ini dikembangkan sesuai dengan prinsip standardisasi internasional yang
ditetapkan dalam keputusan mengenai prinsip-prinsip pengembangan standar internasional,
petunjuk dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Word Trade Organization Technical Barriers
to Trade (TBT) committee.
2 Acuan normatif
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
1 Scope
1.1 This specification covers five types of portland cement, as follows (see Note 2):
1.1.1 Type I—For use when the special properties specified for any other type are not
required.
1.1.2 Type II—For general use, more especially when moderate sulfate resistance is desired.
1.1.3 Type III—For use when high early strength is desired.
1.1.4 Type IV—For use when a low heat of hydration is desired.
1.1.5 Type V—For use when high sulfate resistance is desired.
NOTE 1 Some cements are designated with a combined type classification, such as Type I/II, indicating
that the cement meets the requirements of the indicated types and is being offered as suitable for use
when either type is desired.
NOTE 2 Cement conforming to the requirements for all types are not carried in stock in some areas.
In advance of specifying the use of cement other than Type I, determine whether the proposed type of
cement is or can be made available.
1.2 The values stated in either SI units or inch-pound units are to be regarded separately as
standard. The values stated in each system may not be exact equivalents; therefore, each
system shall be used independently of the other. Combining values from the two systems may
result in non-conformance with the standard. Values in SI units [or inch-pound units] shall be
obtained by measurement in SI units [or inch-pound units] or by appropriate conversion, using
the Rules for Conversion and Rounding given in IEEE/ASTM SI 10, of measurements made in
other units [or SI units]. Values are stated in only SI units when inch-pound units are not used
in practice.
1.3 The text of this specification references notes and footnotes which provide explanatory
material. These notes and footnotes (excluding those in tables and figures) shall not be
considered as requirements of the standard.
1.4 This standard was developed in accordance with internationally recognized principles on
standardization established in the Decision on Principles for the Development of International
Standards, Guides and Recommendations issued by the World Trade Organization Technical
Barriers to Trade (TBT) Committee.
2 Referenced documents
ASTM C183/C183M - Standard test method sampling and the amount of testing of hydraulic
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
cement
ASTM C185 - Standard test method for air content of hydraulic cement mortar
ASTM C191 - Standard test method for time of setting of hydraulic cement by vicat needle
ASTM C204 - Standard test method for fineness of hydraulic cement by air-permeability
apparatus
ASTM C219 – Standard terminology relating to hydraulic and other inorganic cements
ASTM C226 – Standard specification for air-entraining additions for use in the manufacture of
air-entraining hydraulic cement
ASTM C266 – Standard test method for time of setting of hydraulic-cement paste by Gillmore
needles
ASTM C451 – Standard test method for early stiffening of hydraulic cement (paste method)
ASTM C452 – Standard test method for potensial expansion of portland-cement mortars
exposed to sulfate
ASTM C465 – Specification for Processing Additions for Use in the Manufacture of Hydraulic
Cements
ASTM C563 – Standard guide for approximation of optimum SO3 in hydraulic cement
ASTM C1038/C1038M – Standard test method for expansion of hydraulic cement mortar bars
stored in water
ASTM C1702 – Standard test method for measurement of heat of hydration of hydraulic
cementitious materials using isothermal conduction calorimetry
ASTM C1778 – Standard guide for reducing the risk of deleterious alkali-aggregate reaction in
concrete
ASTM E29 – Standard practice for using significant digits in test data to determine
conformance with specification
IEEE/ASTM SI 10 – Standard for use of international system of units (SI): the modern metric
system
3.1 Definisi
4 Informasi pemesanan
4.1 Pemesanan semen sesuai dengan spesifikasi harus meliputi sebagai berikut:
4.1.1 Nomor SNI dan tanggal.
4.1.2 Tipe atau tipe-tipe yang diperbolehkan. Jika tipe tidak dispesifikasikan, maka tipe I
yang harus disuplai.
4.1.3 Persyaratan kimia tambahan sesuai Tabel 2, jika dibutuhkan.
4.1.4 Persyaratan fisika tambahan sesuai Tabel 4, jika dibutuhkan.
ASTM C183/C183M - Standard test method sampling and the amount of testing of hydraulic
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
cement
ASTM C185 - Standard test method for air content of hydraulic cement mortar
ASTM C191 - Standard test method for time of setting of hydraulic cement by vicat needle
ASTM C204 - Standard test method for fineness of hydraulic cement by air-permeability
apparatus
ASTM C219 - Standard terminology relating to hydraulic and other inorganic cements
ASTM C226 – Standard specification for air-entraining additions for use in the manufacture of
air-entraining hydraulic cement
ASTM C266 – Standard test method for time of setting of hydraulic-cement paste by Gillmore
needles
ASTM C451 – Standard test method for early stiffening of hydraulic cement (paste method)
ASTM C452 – Standard test method for potensial expansion of portland-cement mortars
exposed to sulfate
ASTM C465 – Specification for processing additions for use in the manufacture of hydraulic
cements
ASTM C563 – Standard guide for approximation of optimum SO3 in hydraulic cement
ASTM C1038/C1038M – Standard test method for expansion of hydraulic cement mortar bars
stored in water
ASTM C1702 – Standard test method for measurement of heat of hydration of hydraulic
cementitious materials using isothermal conduction calorimetry
ASTM C1778 – Standard guide for reducing the risk of deleterious alkali-aggregate reaction in
concrete
ASTM E29 – Standard practice for using significant digits in test data to determine
conformance with specification
IEEE/ASTM SI 10 – Standard for use of international system of units (SI): the modern metric
system
3 Terminology
3.1 Definitions:
4 Ordering information
4.1 Orders for material under this specification shall include the following:
4.1.1 This specification number and date,
4.1.2 Type or types allowable. If no type is specified, Type I shall be supplied,
4.1.3 Any optional chemical requirements from Table 2, if desired, and
4.1.4 Any optional physical requirements from Table 4, if desired.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
satuan dalam %
Tipe semen portland A
No. Uraian Metode uji
I II III IV V
1. Al2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 - - -
2. Fe2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 B,C - 6,5 -
3. MgO, maksimum ASTM C114 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
4. SO3, D maksimum ASTM C114
Jika C3A E 8,0 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3
Jika C3A E 8,0 3,5 F
4,5 F F
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
unit in %
Test Cement type A
No. Parameter test
method I II III IV V
1. Al2O3 , max. ASTM C114 - 6.0 - - -
B,C
2. Fe2O3 , max. ASTM C114 - 6.0 - 6.5 -
3. MgO, max. ASTM C114 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0
4. SO3,D max. ASTM C114
Jika C3A E 8,0 3.0 3.0 3.5 2.3 2.3
Jika C3A E 8,0 3.5 F
4.5 F F
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Metode Tipe semen portland A
No. Uraian
uji I II III IV V
1. Kandungan udara mortar B, % volume ASTM
- Maksimum C185 12 12 12 12 12
- Minimum - - - - -
2. Kehalusan: ASTM
Uji permeabilitas udara, dengan alat C204
Blaine, m2/kg
- Minimum 260 260 260 260 260
- Maksimum - - - 430 -
3. Kekekalan: ASTM
Pemuaian dengan autoklaf, C151/ 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
maksimum % C151M
4. Kuat tekan C: ASTM
- Umur 1 hari, C109/ - - 12 - -
MPa(kg/cm2), minimum C109M (122)
- Umur 3 hari, 13 10 24 - 8
MPa(kg/cm2), minimum (135) (102) (245) (82)
- Umur 7 hari, 21 17 - 7 15
MPa(kg/cm2), minimum (215) (173) (71) (153)
- Umur 28 hari, 29 - - 17 21
MPa(kg/cm2), minimum (300) (173) (214)
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat D ASTM
- Awal, menit, minimum C191 45 45 45 45 45
- Akhir, menit, maksimum 375 375 375 375 375
CATATAN
A Lihat Catatan 2.
B Kesesuaian terhadap persyaratan spesifikasi tetapi tidak perlu dipastikan kandungan udara yang
diperoleh di dalam beton.
C Kuat tekan pada umur tes tertentu harus tidak kurang dari hasil tes pada umur sebelumnya. Nilai
5 Bahan-bahan penyusun
5.1 Semen yang tercakup dalam standar/spesifikasi ini harus tidak mengandung bahan-
bahan penyusun kecuali sebagai berikut:
5.1.1 Terak semen portland (portland cement clinker).
5.1.2 Air atau kalsium sulfat, atau keduanya. Jumlah bahan tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga tidak melewati batasan yang ditunjukkan pada Tabel 1 untuk kandungan SO 3 dan
hilang pijar.
5.1.3 Kapur – Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 10 % massa sehingga dapat
memenuhi persyaratan kimia dan fisika (lihat Catatan 3). Kapur, didefinisikan pada terminologi
yang ada pada ASTM C51, harus terjadi secara alami dan mengandung minimal 70 % massa
satu atau lebih mineral dalam bentuk kalsium karbonat. Jika menggunakan kapur, pabrikan
harus melaporkan jumlah yang digunakan, yang dinyatakan dalam persentase massa semen,
seperti yang dijelaskan pada Lampiran B, sejalan dengan komposisi oksida kapur.
CATATAN 3 Standar ini memperbolehkan semen portland mengandung kapur, tetapi tidak
memerlukan kapur tersebut sebagai suatu bahan penyusun semen. Semen tanpa adanya kapur halus
dapat dispesifikasi pada kontrak atau pemesanan.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Test Cement type A
No. Parameter test
method I II III IV V
1. Air content of mortar B, % volume ASTM C185
- Max. 12 12 12 12 12
- Min. - - - - -
2. Fineness, specific surface ASTM C204
air permeability test, m2/kg
- Min. 260 260 260 260 260
- Max. - - - 430 -
3 Autoclave expansion, max % ASTM
C151/ 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80
C151M
4 Compressive strength C: ASTM C109
- 1 day, min, / C109M - - 12 - -
MPa (kg/cm2) (122)
- 3 days, min, 13 10 24 - 8
MPa (kg/cm2) (135) (102) (245) (82)
- 7 days, min, 21 17 - 7 15
MPa (kg/cm2) (215) (173) (71) (153)
- 28 days, min, 29 - - 17 21
MPa (kg/cm2) (300) (173) (214)
5 Time of setting, Vicat test D ASTM
- Not less than, minutes C191 45 45 45 45 45
- Not more than, minutes 375 375 375 375 375
NOTE
A See Note 2.
B Compliance with the requirements of this specification does not necessarily ensure that the
desired air content will be obtained in concrete.
C The strength at any specified test age shall be not less than that attained at any previous specified
test age. Conversion factor 1 Mpa = 10,197 kg/cm2.
D The time of setting is that described as initial setting time in ASTM C191.
5 Ingredients
5.1 The cement covered by this specification shall contain no ingredients except as follows:
5.1.1 Portland cement clinker.
5.1.2 Water or calcium sulfate, or both—The amounts shall be such that the limits shown in
Table 1 for sulfur trioxide and loss-on-ignition are not exceeded.
5.1.3 Limestone—The amount shall not be more than 10 % by mass such that the chemical
and physical requirements of this specification are met (see Note 3). The limestone, defined in
ASTM C51, shall be naturally occurring and consist of at least 70 % by mass of one or more
of the mineral forms of calcium carbonate. If limestone is used, the manufacturer shall report
the amount used, expressed as a percentage of cement mass, as determined using Annex B,
along with the oxide composition of the limestone.
NOTE 3 This specification permits portland cement to contain limestone, but does not require that
limestone be an ingredient in the cement. Cement without ground limestone can be specified in the
contract or order.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Tipe semen portland
No. Uraian Metode uji
I II III IV V
1. Kekakuan awal (early stiffening) ASTM C451
50 50 50 50 50
penetrasi akhir, minimum, %
2. Panas hidrasi ASTM C1702
- Umur 3 hari, maksimum, KJ/kg - - - 200 -
(kal/g) (50) B
- Umur 7 hari, maksimum, KJ/kg - - - 225 -
(kal/g) (55)
3. Kuat tekan: ASTM C109/
- 28 - - -
Umur 28 hari, minimum, MPa C109M
4. Pemuaian karena sulfat C, 14 hari, ASTM C452
-D -D -D -D 0,040
maksimum, %
5. Waktu pengikatan dengan alat ASTM C266
Gillmore
- Awal, minimum, menit 60 60 60 60 60
- Akhir, maksimum, menit 600 600 600 600 600
CATATAN
A Persyaratan fisika tambahan berlaku jika secara spesifik diminta. Verifikasi ketersediaan sebelum
dipesan (lihat Catatan 2).
B Batasan C3S, C2S, C3A dan Fe2O3 pada Tabel 1 tidak berlaku untuk semen yang memenuhi
batasan ini.
C Pada saat dispesifikasikan ketahanan sulfat, maka dapat menggantikan batasan C3A, C4AF +
2 C3A, dan Fe2O3 seperti yang tertera pada Tabel 1.
D Semen yang memenuhi batasan persyaratan ketahanan sulfat untuk tipe V dianggap dapat
memenuhi persyaratan ketahanan sulfat sedang untuk tipe II
CATATAN 4 Persyaratan ini didasari oleh data dan rekomendasi Taylor, (”Specifications and protocols
for acceptance tests on processing additions in cement manufacturing,” NCHRP Report 607,
Transportation Research 3 Board, Washington, DC 20008, pp.96. Tersedia di www.trb.org).
5.1.5 Penambahan pemroses organik (organic processing addition) – Bahan tersebut harus
memenuhi persyaratan yang dispesifikasi pada ASTM C465 untuk jumlah yang digunakan
atau lebih besar dan jumlah total dari penambahan pemroses organik harus tidak melebihi
1,0 % dari massa semen.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Test Cement type
No. Parameter test
method I II III IV V
1 Early stiffening, final penetration, % ASTM
50 50 50 50 50
min. C451
2 Heat of hydration ASTM
- 3 days KJ/kg C1702 - - - 200 -
(kal/g), max. (50)B
- 7 days, KJ/kg - - - 225 -
(kal/g), max. (55)
3 Compressive strength: ASTM C109/
- 28 - - -
28 days, MPa, min. C109M
4 Sulfate resistance C, 14 days, % ASTM
-D -D -D -D 0.040
expansion, max. C452
5 Gillmore test: ASTM
- Initial set, menit, not less than C266 60 60 60 60 60
- Final set, menit, not more than 600 600 600 600 600
NOTE
A These optional requirements apply only when specifically requested. Verify availability before
ordering (see Note 2).
B The limits of C3S, C2S, C3A, and Fe2O3 in Table 1 shall not apply when the cement complies with
this limit.
C When the sulfate resistance is specified, it shall be instead of the limits of C 3A, C4AF+ 2C3A, and
Fe2O3 listed in Table 1.
D Cement meeting the high sulfate resistance limit for Type V is deemed to meet the moderate
sulfate resistance requirement of Type II.
5.1.4 Inorganic processing additions – The amount shall be not more than 5.0 % by mass of
cement. Not more than one inorganic processing addition shall be used at a time. For amounts
greater than 1.0 %, they shall have been shown to meet the requirements of ASTM C465 for
the inorganic processing addition in the amount used or greater. If an inorganic processing
addition is used, the manufacturer shall report the amount used, expressed as a percentage
of cement mass, along with the oxide composition of the processing addition (see Note 4).
NOTE 4 These requirements are based on data and recommendations by Taylor, (”Specifications and
protocols for acceptance tests on processing additions in cement manufacturing,” NCHRP Report 607,
Transportation Research 3 Board, Washington, DC 20008, pp.96. Available at www.trb.org).
5.1.5 Organic processing additions – They shall have been shown to meet the requirements
of ASTM C465 in the amounts used or greater and the total amount of organic processing
additions used shall not exceed 1.0 % by mass of cement.
6 Komposisi kimia
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
6.1 Semen portland untuk setiap tipe yang ditunjukkan pada Pasal 1 harus memenuhi
persyaratan kimia yang dijelaskan oleh Tabel 1. Sebagai tambahan, syarat kimia tambahan
ditunjukkan oleh Tabel 2.
CATATAN 5 Persyaratan komposisi yang ditunjukkan oleh Tabel 1 membutuhkan pelaporan alkali
ekuivalen. Semen dengan nilai alkali ekuivalen maksimum 0,60 % dahulu dinyatakan sebagai ”low-alkali
cement” dan direkomendasikan untuk digunakan dengan agregat yang rentan terhadap reaksi alkali –
silika (ASR – alkali silica reaction). Bagaimanapun, low-alkali cement (dengan hilangnya beberapa
pengukuran) mungkin tidak efektif untuk mengatasi ASR. Petunjuk untuk formulasi campuran beton,
termasuk memperhitungkan pemuatan alkali dengan menggunakan kandungan alkali semen untuk
meminimasi potensi ASR, seperti yang ditunjukkan oleh ASTM C1778.
CATATAN 6 Batasan jumlah C3S + 4,75 C3A yang ada pada Tabel 1 memberikan pengawasan
terhadap panas hidrasi semen dan konsisten terhadap metode uji ASTM C1702 dengan batasan panas
hidrasi 3 hari 315 KJ/kg (75 kal/g).
CATATAN 7 Terdapat kasus dimana unjuk kerja semen membaik dengan SO 3 berlebih dari batasan
yang dispesifikasi pada Tabel 1. Petunjuk pada ASTM C563 merupakan salah satu dari beberapa
metode yang dapat digunakan oleh pabrikan untuk mengevaluasi pengaruh kandungan sulfat terhadap
karakteristik semen. Pada saat kandungan SO3 semen melebihi batasan pada Tabel 1, hasil metode uji
ASTM C1038/C1038M memberikan bukti bahwa ekspansi berlebih tidak akan terjadi pada saat
kandungan sulfat yang lebih tinggi.
7 Sifat fisika
7.1 Semen portland untuk setiap tipe seperti yang ditunjukkan pada Pasal 1 harus memenuhi
persyaratan fisika yang dijelaskan oleh Tabel 3. Sebagai tambahan, syarat fisika tambahan
ditunjukkan oleh Tabel 4.
8 Pengambilan contoh
8.1 Pada saat pembeli menginginkan bahwa semen diambil contoh dan diuji untuk
memverifikasi kesesuaian terhadap standar ini, pengambilan contoh dan pengujian sesuai
dengan metode ASTM C183/C183M.
8.2 Metode pengambilan contoh sesuai dengan ASTM C183/C183M tidak diperuntukkan
untuk proses pengawasan mutu pabrikan dan tidak dibutuhkan untuk proses sertifikasi.
9 Metode uji
9.1 Penentuan sifat yang berlaku yang dinyatakan dalam standar ini sesuai dengan metode
uji berikut:
9.1.1 Analisa kimia – ASTM C114.
9.1.2 Kandungan udara dalam mortar – ASTM C185.
9.1.3 Kehalusan dengan metode permeabilitas udara – ASTM C204.
9.1.4 Ekspansi autoklaf – ASTM C151/C151M.
9.1.5 Kuat tekan – ASTM C109/C109M.
9.1.6 Waktu pengikatan dengan alat Vicat – ASTM C191.
6 Chemical Composition
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
6.1 Portland cement of each of the types shown in Section 1 shall conform to the respective
standard chemical requirements prescribed in Table 1. In addition, optional chemical
requirements are shown in Table 2.
NOTE 5 The standard composition requirements in Table 1 require reporting of equivalent alkalies.
Cements with a maximum of 0.60 % equivalent alkalies were historically designated as “low-alkali
cements” and recommended for use with aggregates susceptible to alkali-silica reaction (ASR).
However, low-alkali cements (in the absence of other mitigation measures) may not be effective in
mitigating ASR. Guidance on formulating concrete mixtures, including calculating alkali loading using
equivalent alkali content of cement to minimize the potential for ASR, is provided in ASTM C1778.
NOTE 6 The limit on the sum, C3S + 4.75C3A, in Table 1 provides control on the heat of hydration of
the cement and is consistent with ASTM C1702 three-day heat of hydration limit of 315 kJ/kg [75 cal ⁄g].
NOTE 7 There are cases where performance of a cement is improved with SO 3 in excess of the
Table 1 limits in this specification. ASTM C563 is one of several methods a manufacturer can use to
evaluate the effect of sulfate content on cement characteristics. Whenever SO 3 content of a cement
exceeds Table 1 limits, ASTM C1038/C1038M results provide evidence that excessive expansion does
not occur at this higher sulfate content.
7 Physical properties
7.1 Portland cement of each of the types shown in Section 1 shall conform to the respective
standard physical requirements prescribed in Table 3. In addition, optional physical
requirements are shown in Table 4.
8 Sampling
8.1 When the purchaser desires that the cement be sampled and tested to verify compliance
with this specification, perform sampling and testing in accordance with ASTM C183/C183M.
8.2 ASTM C183/C183M is not designed for manufacturing quality control and is not required
for manufacturer’s certification.
9 Test methods
9.1 Determine the applicable properties enumerated in this specification in accordance with
the following test methods:
9.1.1 Chemical analysis — ASTM C114.
9.1.2 Air content of mortar — ASTM C185.
9.1.3 Fineness by air permeability — ASTM C204.
9.1.4 Autoclave expansion — ASTM C151/C151M.
9.1.5 Strength — ASTM C109/C109M.
9.1.6 Time of setting by vicat needles — ASTM C191.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
9.1.8 Panas hidrasi – ASTM C1702.
9.1.9 Ketahanan sulfat – ASTM C452 (ekspansi sulfat).
9.1.10 Waktu pengikatan dengan alat Gillmore – ASTM C266.
9.1.11 Kalsium sulfat (mortar ekspansi) – ASTM C1038/C1038M.
10 Inspeksi
10.1 Inspeksi semen dapat dibuat berdasarkan perjanjian antara pembeli dan penjual
sebagai bagian dari perjanjian pembelian.
11.1 Semen yang gagal memenuhi persyaratan dalam standar ini harus ditolak.
11.2 Sebagai opsi pembeli, uji ulang dapat dilakukan terhadap semen yang ada di
penyimpanan curah pada silo pabrikan lebih dari 6 bulan, atau semen dalam kemasan kantong
pada penyimpanan lokal yang disimpan oleh penyedia lebih dari 3 bulan setelah pengujian
selesai, dan jika gagal memenuhi persyaratan yang ada pada standar ini maka semen ditolak.
Semen yang ditolak harus menjadi tanggung jawab pemilik untuk melaporkan proses
pengambilan sampel ulang untuk uji ulang.
11.3 Kemasan harus diidentifikasi massa semen sebagai berat bersih. Sebagai opsi pembeli,
kemasan dengan massa kurang dari 2 % dari yang tertera pada kemasan harus ditolak dan
jika rata-rata massa kemasan dalam suatu pengiriman, seperti yang ditunjukkan oleh
penentuan massa dari 50 kemasan yang dipilih secara acak, kurang dari yang tertera pada
kemasan, maka seluruh pengiriman harus ditolak.
12 Pernyataan pabrikan
12.1 Sebagai permintaan pembeli, pabrikan harus menyatakan secara tertulis asal, jumlah
dan identifikasi penambahan air-entraining, dan penambahan pemroses yang digunakan, dan
juga, jika diminta, memberikan data hasil uji yang menunjukkan kesesuaian penambahan air-
entraining terhadap spesifikasi yang ditetapkan dalam ASTM C226 dan untuk penambahan
pemrosesan sesuai ASTM C465.
12.2 Kapur yang digunakan, pabrikan harus menyatakan secara tertulis jumlah, dan jika
diminta oleh pembeli, harus menyediakan data perbandingan sifat kimia dan fisika semen
dengan dan tanpa kapur (lihat Catatan 8). Data perbandingan tidak menggantikan pengujian
normal untuk mengkonfirmasi bahwa semen telah memenuhi persyaratan kimia dan fisika
sesuai standar ini. Jumlah kapur yang ditambahkan ke dalam semen harus ditentukan
berdasarkan Lampiran B.
CATATAN 8 Data perbandingan hasil uji dapat digunakan untuk uji kualifikasi yang ditunjukkan oleh
pabrikan selama proses formulasi semen dengan menggunakan kapur.
12.3 Sebagai permintaan pembeli, pabrikan harus melaporkan kandungan klorida semen
yang ditentukan dengan menggunakan metode uji sesuai ASTM C114, dalam persen massa
semen, dalam laporan pabrikan (lihat Catatan 9).
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
9.1.8 Heat of hydration — ASTM C1702.
9.1.9 Sulfate resistance — ASTM C452 (sulfate expansion).
9.1.10 Time of setting by Gillmore needles — ASTM C266.
9.1.11 Calcium sulfate (expansion of) mortar— ASTM C1038/C1038M.
Inspection
10.1 Inspection of the material shall be made as agreed upon between the purchaser and
the seller as part of the purchase contract.
11 Rejection
11.1 The cement shall be rejected if it fails to meet any of the requirements of this standard.
11.2 At the option of the purchaser, retest, before using, cement remaining in bulk storage
for more than six months or cement in bags in local storage in the custody of a vendor for more
than three months after completion of tests and reject the cement if it fails to conform to any of
the requirements of this standard. Cement so rejected shall be the responsibility of the owner
of record at the time of resampling for retest.
11.3 Packages shall identify the mass contained as net weight. At the option of the purchaser,
packages more than 2 % below the mass marked thereon shall be rejected and if the average
mass of packages in any shipment, as shown by determining the mass of 50 packages
selected at random, is less than that marked on the packages, the entire shipment shall be
rejected.
12 Manufacturer’s statement
12.1 At the request of the purchaser, the manufacturer shall state in writing the nature,
amount, and identity of any air-entraining addition and of any processing addition used, and
also, if requested, shall supply test data showing compliance of such air-entraining addition
with ASTM C226 and of such processing addition with ASTM C465.
12.2 When limestone is used, the manufacturer shall state in writing the amount thereof and,
if requested by the purchaser, shall supply comparative test data on chemical and physical
properties of the cement with and without the limestone (see Note 8). The comparative tests
do not supersede the normal testing to confirm that the cement meets chemical and physical
requirements of this standard. The amount of limestone in cement shall be determined in
accordance with Annex B.
NOTE 8 Comparative test data may be from qualification tests performed by the manufacturer during
formulation of the cement with limestone.
12.3 At the request of the purchaser, the manufacturer shall report the chloride content as
determined using ASTM C114, in percent by mass of the cement, in the manufacturer’s report
(see Note 9).
CATATAN 9 Klorida di dalam beton berasal dari bahan yang beragam dan kandungan klorida semen
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
dapat dibutuhkan untuk memperkirakan kandungan klorida dalam beton. Persyaratan kandungan
klorida dalam beton dapat dilihat pada building codes dan dokumen lain.
13.1 Pada saat semen dikirim dalam kemasan, tulisan “Semen portland”, tipe semen, nama
perusahaan dan merek, alamat pabrik, dan massa semen yang terkandung di dalamnya harus
dinyatakan secara jelas pada setiap kemasan. Informasi yang sama harus diberikan di dalam
dokumen pengiriman baik dalam bentuk kemasan atau curah. Semua kemasan harus berada
dalam kondisi yang baik pada saat proses inspeksi.
CATATAN 10 Dengan perubahan terhadap satuan SI, diharapkan untuk menetapkan standar
kemasan semen portland. Berat kemasan 42 kg lebih baik diberikan dibandingkan dengan angka 94-lb.
14 Penyimpanan
14.1 Semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan akses untuk
proses inspeksi dan identifikasi dalam setiap pengiriman dan disimpan dalam bangunan kedap
cuaca, yang dapat melindungi semen dari kelembaban dan minimalisasi dari proses
pengerasan akibat penyimpanan.
15 Sertifikasi pabrikan
15.1 Berdasarkan permintaan pembeli yang dinyatakan dalam kontrak atau pemesanan,
laporan pabrikan harus dilengkapi pada saat pengiriman yang menyatakan hasil tes terhadap
contoh semen yang diambil selama proses produksi atau transfer dan mensertifikasi bahwa
semen memenuhi persyaratan yang sesuai dengan spesifikasi standar ini.
16 Kata kunci
NOTE 9 Chlorides in concrete come from multiple ingredients and cement chloride content may be
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
required to estimate concrete chloride content. Requirements for concrete chloride content are provided
in building codes and other documents.
13.1 When the cement is delivered in packages, the words “Portland cement,” the type of
cement, the name and brand of the manufacturer, address and the mass of the cement
contained therein shall be plainly marked on each package. Similar information shall be
provided in the shipping documents accompanying the shipment of packaged or bulk cement.
All packages shall be in good condition at the time of inspection.
NOTE 10 With the change to SI units, it is desirable to establish a standard SI package for portland
cements. To that end 42 kg [92.6 lb] provides a convenient, even-numbered mass reasonably similar to
the traditional 94-lb [42.6 kg] package.
14 Storage
14.1 The cement shall be stored in such a manner as to permit easy access for proper
inspection and identification of each shipment, and in a suitable weather-tight building that will
protect the cement from dampness and minimize ware- house set.
15 Manufacturer’s certification
15.1 Upon request of the purchaser in the contract or order, a manufacturer’s report shall be
furnished at the time of shipment stating the results of tests made on samples of the material
taken during production or transfer and certifying that the cement conforms to applicable
requirements of this standard.
16 Keywords
Lampiran A
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(normatif)
Perhitungan komposisi fase semen
A.1 Seluruh hasil perhitungan yang dijelaskan pada lampiran ini harus dibulatkan sesuai
dengan ASTM E29. Pada saat dievaluasi terhadap kesesuaian spesifikasi, angka pembulatan
harus sesuai dengan tabel terkait sebelum dilakukan proses perbandingan. Batasan nilai kimia
yang merupakan hasil perhitungan untuk komposisi kimia tidak dapat dijadikan sebagai acuan
sebagai kandungan oksida sesungguhnya.
A.2 Fase semen dinyatakan sebagai C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3. Sebagai
contoh, C3A = 3CaO.Al2O3. Titanium dioksida dan Phospor pentaoksida (TiO2 dan P2O5) tidak
dimasukkan sebagai kandungan Al2O3 (lihat Catatan A1).
CATATAN A.1 Pada saat dibandingkan antara analisa oksida dan hasil perhitungan dari sumber yang
berbeda atau dari waktu yang berbeda, harus diperhatikan bahwa data tersebut mungkin tidak
dilaporkan dalam bentuk yang sama. Data komposisi kimia yang diperoleh dari metode acuan dan
alternatif yang tertuang dalam ASTM C114 (analisa kimia basah) yang mengandung titania dan fosfor
sebagai alumina harus membuat faktor koreksi (seperti yang dijelaskan pada ASTM C114), sedangkan
data yang diperoleh dari metode dengan menggunakan instrumen tertentu tidak perlu dilakukan proses
koreksi. Hasil antara keduanya biasanya akan memberikan perbedaan hasil. Perbedaan tersebut
biasanya berada dalam batas presisi dari metode analisa tersebut, jika pengujian dilakukan sesuai
dengan persyaratan yang tertuang dalam ASTM C114.
A.3 Pada saat rasio persentase aluminium (+3) oksida terhadap Besi (+3) oksida adalah
0,64 atau lebih, persentase C3S, C2S, C3A dan C4AF harus dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Trialcium silicate (C3 S) = (4,071 × % CaO) − (7,600 × % SiO2 ) − (6,718 × % Al2 O3 ) −
(1,430 × % Fe2 O3 ) − (2,852 × % SO3 ) (A.1)
Dicalcium silicate (C2 S) = (2,867 × % SiO2 ) − (0,7544 × % C3 S) (A.2)
Tricalcium aluminate (C3 A) = (2,650 × % Al2 O3 ) − (1,692 × % Fe2 O3 ) (A.3)
Tetracalcium aluminoferrite (C4 AF) = 3,043 × % Fe2O3 (A.4)
A.3.1 Pada saat rasio aluminium:besi (+3) oksida kurang dari 0,64, akan terbentuk suatu
larutan padat (solid solution/ss) calcium alumina ferrite (dinyatakan sebagai ss(C4AF + C2F)).
Tricalcium alumina tidak akan terbentuk di dalam semen. Kandungan Dicalcium silicate (C2S)
harus dihitung menggunakan persamaan A.2. Kandungan tricalcium silicate (C3S) dihitung
menggunakan persamaan berikut:
ss(C4 AF + C2 F) = (2,100 × % Al2 O3 ) + (1,702 × % Fe2 O3) (A.5)
C3 S (tricalcium silicate) = (4,071 × % CaO) − (7,600 × % SiO2) − (4,479 × % Al2 O3 ) −
(2,859 × % Fe2 O3 ) − (2,852 × % SO3 ) (A.6)
A.4 Jika tidak ada penambahan kapur atau bahan tambahan anorganik pada proses produksi
semen, atau jika tidak ada informasi terkait hal tersebut maka kandungan fase semen
menggunakan persaman A.1 – A.6.
A.5 Jika tidak ada informasi mengenai penambahan kapur atau bahan tambahan anorganik
pada proses produksi semen, hasil harus menyatakan bahwa tidak ada koreksi terhadap
penggunaan bahan–bahan tersebut.
Annex A
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(mandatory information)
Calculation of potential cement phase composition
A.1 All values calculated as described in this annex shall be rounded in accordance with
ASTM E29. When evaluating conformance to a specification, round values to the same number
of places as the corresponding table entry before making comparisons. The expressing of
chemical limitations by means of calculated assumed phases does not necessarily mean that
the oxides are actually or entirely present as such phases.
A.2 When expressing phases, C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3. For example,
C3A = 3CaO.Al2O3. Titanium dioxide and phosphorus pentoxide (TiO2 and P2O5) shall not be
included with the Al2O3 content (see Note A.1).
NOTE A.1 When comparing oxide analyses and calculated phases from different sources or from
different historic times, be aware that they may not have been reported on exactly the same basis.
Chemical data obtained by Reference and Alternate Test Methods of ASTM C114 (wet chemistry) may
include titania and phosphorus as alumina unless proper correction has been made (see ASTM C114),
while data obtained by rapid instrumental methods usually do not. This can result in small differences in
the calculated phases. Such differences are usually within the precision of the analytical methods, even
when the methods are properly qualified under the requirements of ASTM C114.
A.3 When the ratio of percentages of aluminum oxide to ferric oxide is 0.64 or more, the
percentages of tricalcium silicate, dicalcium silicate, tricalcium aluminate, and tetracalcium
aluminoferrite shall be calculated from the chemical analysis as follows:
A.3.1 When the alumina-ferric oxide ratio is less than 0.64, a calcium aluminoferrite solid
solution (expressed as ss(C4AF+ C2F)) is formed. No tricalcium aluminate will be present in
cements of this composition. Dicalcium silicate shall be calculated as in Eq A.2. Contents of
this solid solution and of tricalcium silicate shall be calculated by the following formulas:
A.4 If no limestone or inorganic processing additions are used in the cement, or in the
absence of information on limestone or inorganic processing additions use in the cement,
phases shall be calculated using procedures in Eq A.1-A.6 without adjustment.
A.6 Jika ada penambahan bahan tambahan anorganik pada proses produksi semen atau
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
kapur atau keduanya terhadap bahan dasar semen portland (terak semen dan gipsum),
kandungan C3S, C2S, C3A, dan C4AF dapat disesuaikan sebagai berikut:
A.6.1 Persentase C3S, C2S, C3A, dan C4AF di dalam bahan dasar semen (lihat Catatan A2)
harus ditentukan dengan menggunakan metode analisis seperti yang dijelaskan dalam
ASTM C114 dan dengan menggunakan persamaan A.1 – A.6. Kandungan dari fase tersebut
harus diatur dengan mempertimbangkan penggunaan kapur atau bahan tambahan anorganik
pada proses produksi semen sebagai berikut:
(100 – L – P)
Xf =Xb × 100
(A.7)
Keterangan:
Xb = persentase massa dari C3S, C2S, C3A, atau C4AF di dalam bahan dasar semen (terak
semen portland dan gipsum)
L = persentase massa kapur
P = persentase massa bahan tambahan anorganik pada proses produksi semen, dan
Xf = persentase massa dari C3S, C2S, C3A, atau C4AF di dalam produk akhir semen.
CATATAN A.2 Pada saat analisis oksida dari produk akhir semen, nilai L dan P diketahui maka
kandungan oksida dari bahan dasar semen dapat menggunakan persamaan berikut:
Komposisi fase bahan dasar semen dapat ditentukan dengan menggunakan nilai dari analisis oksida
dengan menggunakan persamaan A.1 – A.6. Sedangkan persamaan A.7 digunakan untuk menghitung
komposisi fase yang disesuaikan.
CATATAN A.3 Sebagai contoh, pada saat semen mengandung kapur sebanyak 3,5 % dan bahan
tambahan anorganik pada proses produksi semen 3,0 %, dan bahan dasar semen mengandung C3S
60 %, C2S 15 %, C3A 7 % dan C4AF 10 %, maka komposisi fase menjadi:
A.6.2 Persentase C3S, C2S, C3A dan C4AF harus diatur sesuai dengan prosedur A.6.1.
A.6 When inorganic processing additions or limestone, or both, are used with the base
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
cement (portland cement clinker and any added calcium sulfate), the contents of C3S, C2S,
C3A, and C4AF shall be adjusted as follows:
A.6.1 The percentage of C3S, C2S, C3A, and C4AF in the base cement (see Note A.2) shall
be determined based on chemical analyses using methods in ASTM C114 and using Eq A.1 -
A.6 as appropriate. The contents of each of these phases shall be adjusted to account for the
use of limestone or inorganic processing additions as follows:
(100 – L – P)
Xf =Xb × 100
(A.7)
Where:
Xb = the percentage by mass of C3S, C2S, C3A, or C4AF in the base cement (portland cement
clinker and any calcium sulfate),
L = the percentage by mass of limestone,
P = the percentage by mass of inorganic processing addition, and
Xf = the percentage by mass of C3S, C2S, C3A, or C4AF in the finished cement.
The adjusted values for the finished cement shall be reported on the manufacturer’s report.
NOTE A.2 Where the oxide analysis of the finished cement, the limestone, and inorganic processing
addition are known along with the mass percentage of limestone (L) and mass percentage of inorganic
processing addition (P), one method of determining the base cement oxide composition is to use the
following equation:
where:
Ob = the base cement oxide content (% by mass of base cement),
Of = the finished cement oxide content (% by mass of finished cement),
Ol = the limestone oxide content (% by mass of limestone), and
Op = the inorganic processing addition oxide content (% by mass of inorganic processing addition).
The base cement phase composition can be determined using these values of oxide analyses in Eq A.1
- 1.6. Eq A.7 is used to calculate the adjusted phase composition.
NOTE A.3 For example, where the cement includes 3.5 % limestone and 3.0 % of an inorganic
processing addition and the base cement has 60 % C3S, 15 % C2S, 7 % C3A, and 10 % C4AF, the
adjusted phase composition is:
A.6.2 Only the percentages of C3S, C2S, C3A, and C4AF shall be adjusted by the procedure
in A.6.1.
Lampiran B
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(normatif)
Kandungan kapur dalam semen portland
B.1 Pada saat kapur digunakan, kandungan kapur dalam semen portland harus diturunkan
dari penentuan CO2 dari produk semen (finished cement). Analisa CO2 harus berdasarkan
metode yang dijelaskan oleh ASTM C114. Persentase kapur dalam semen dihitung dari
analisa CO2 berdasarkan kandungan kapur yang digunakan.
Pabrikan harus memasukkan kandungan CO2 dan menghitung kandungan kapur dalam
semen pada laporan (mill test report).
CATATAN B.1 Sebagai contoh, dimana ditentukan kandungan CO2 dalam produk semen (finished
cement) = 1,5 % dan kandungan CO2 dalam kapur = 43 % (CaCO3 dalam kapur = 98 %), maka:
1,5
× 100 % = 3,5 % kandungan kapur dalam semen
43
B.2 Spesifikasi ini mempersyaratkan bahwa kapur yang digunakan harus mengandung
minimal 70 % CaCO3. Pabrikan harus memasukkan kandungan CaCO3 di dalam kapur
sebagai bagian dari laporan pabrikan. Hitung kandungan CaCO3 dalam kapur sebagai berikut:
% CaCO3 = 2,274 × % CO2
CATATAN B.2 Untuk memverifikasi kandungan kapur dalam semen, pembeli harus menganalisis
kandungan CO2 dan membuat koreksi untuk kandungan CaCO3 dalan kapur untuk data perbandingan
terhadap laporan pabrikan.
B.3 Semen portland yang tidak mengandung kapur dapat digunakan sebagai baseline
batasan CO2 di pabrik, sebagai contoh, akibat proses karbonasi. Baseline kandungan CO2
dimasukkan sebagai bagian untuk proses perhitungan kandungan kapur.
Annex B
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(mandatory information)
Limestone content of portland cement
B.1 When limestone is used, the limestone content in portland cement shall be derived from
the determination of CO2 in the finished cement. Analysis of CO2 shall be based on methods
described in ASTM C114. The percent limestone in the cement is calculated from the CO 2
analysis based on the CO2 content of the limestone used.
The manufacturer shall include the CO2 content and calculated limestone content of the
cement on the Mill Test Report.
NOTE B.1 For example, where the determined CO2 content in the finished cement = 1.5 % and the
CO2 content of the limestone = 43 % (CaCO3 in limestone = 98 %), then:
1.5
× 100 % = 3,5 % limestone content in cement
43
B.2 This specification requires that the limestone to be used must contain a minimum of 70 %
CaCO3. The manufacturer shall include the CaCO3 content of the limestone on the
manufacturer’s report. Calculate the CaCO3 content of the limestone as follows:
% CaCO3 = 2.274 × % CO2
NOTE B.2 For verification of limestone content of cement, the purchaser must analyze for CO 2 content
and make a correction for the content of CaCO3 in the limestone in order for the data to be comparable
to the manufacturer’s report.
B.3 Portland cements that do not contain limestone can contain baseline levels of CO2
inherent in manufacture, for example, due to carbonation. This baseline CO2 content is
included as part of any calculated limestone content.
Lampiran C
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(informatif)
Contoh laporan uji pabrikan (Mill test report)
C.1 Untuk memberikan keseragaman dalam pelaporan hasil uji yang menunjukkan unjuk
kerja semen sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam standar ini, dibutuhkan
Pasal 15, yang diberi judul ”Sertifikasi pabrikan”. Sebagai contoh yang ditunjukkan oleh
Gambar C.1 sampai dengan Gambar C.5.
C.2 Identitas informasi yang diberikan harus jelas mengidentifikasi produksi semen yang
diwakili oleh mill test report dan dapat bervariasi tergantung dari pabrikan dan kebutuhan
pembeli.
C.3 Isi dari sertifikat pabrikan dapat bervariasi bergantung dari pesanan pengadaan, atau
persyaratan hukum, tetapi harus mensertifikasi bahwa semen yang dikirim terwakili oleh
sertifikat tersebut dan semen memenuhi spesifikasi pada saat diuji (atau uji ulang) atau
pengiriman.
C.4 Contoh dari Mill test report berkembang untuk merefleksikan persyaratan kimia dan fisika
yang telah ditetapkan pada standar ini dan merekomendasikan untuk melaporkan semua
analisa dan pengujian yang biasa dilakukan untuk memenuhi persyaratan standar ini. Pembeli
melaporkan persyaratan yang harus dikembangkan jika berbeda dari laporan biasanya dari
pabrikan atau berdasarkan rekomendasi.
C.5 Semen dapat dikirim sebelum data umur akhir diperoleh. Untuk kasus tersebut, nilai uji
dibiarkan kosong. Sebagai alternatif, pabrikan dapat memberikan data pengawasan mutu
produksi sebelumnya. Laporan harus menyatakan bahwa nilai tersebut merupakan perkiraan.
C.6 Dalam melaporkan batas sesuai dengan spesifikasi standar ini, hanya dicantumkan yang
sesuai dengan jenis semen tertentu. Untuk beberapa kasus, batasan yang tercantum dalam
spesifikasi standar ini dapat ditarik dengan pengawasan tertentu.
C.7 Pada saat digunakan kapur atau inorganic processing atau keduanya, data tambahan
harus dilaporkan pabrikan. Sebagai contoh, laporan pabrikan ditunjukkan dalam Gambar C.1
– Gambar C.5.
Appendix C
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(nonmandatory information)
Manufacturer’s certification (Mill test report)
C.1 To provide uniformity for reporting the results of tests performed on cements under this
specification, as required by Section 15 in this standard entitled “Manufacturer’s certification,”
an example Mill test report is shown in Fig. C.1 – Fig. C.5.
C.2 The identity information given should unambiguously identify the cement production
represented by the Mill test report and may vary depending upon the manufacturer’s
designation and purchaser’s requirements.
C.3 The manufacturer’s certification statement may vary depending upon the manufacturer’s
procurement order, or legal requirements, but should certify that the cement shipped is
represented by the certificate and that the cement conforms to applicable requirements of the
specification at the time it was tested (or retested) or shipped.
C.4 The sample Mill test report has been developed to reflect the chemical and physical
requirements of this specification and recommends reporting all analyses and tests normally
performed on cements meeting this standard. Purchaser reporting requirements should govern
if different from normal reporting by the manufacturer or from those recommended here.
C.5 Cements may be shipped prior to later-age test data being available. In such cases, the
test value may be left blank. Alternatively, the manufacturer can generally provide estimates
based on historical production data. The report should indicate if such estimates are provided.
C.6 In reporting limits from the tables in this standard on the Mill test report, only those limits
specifically applicable should be listed. In some cases, table limits in this standard are
superceded by other provisions.
C.7 When limestone or inorganic processing additions or both are used in the cement,
additional data are reported by the manufacturer. An example additional data report is shown
in Fig. C.1 – Fig. C.5.
Nama perusahaan :
Alamat perusahaan :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Lokasi pabrik :
Merek :
Tipe semen : Tipe I
Periode produksi :
Komposisi kimia
Utama Satuan Metode uji Hasil uji Spesifikasi
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Maks. 6,0
4. SO3, % ASTM C114
Jika C3A 8,0 Maks. 3,0
Jika C3A 8,0 Maks. 3,5
5. Hilang pijar % ASTM C114
- Jika tidak menggunakan kapur Maks. 3,0
- Jika menggunakan kapur Maks. 5,0
6. Bagian tak larut % ASTM C114 Maks. 3,0
7. Alkali ekuivalen (Na2O + 0,658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Lampiran A -
9. C2S % Lampiran A -
10. C3A % Lampiran A -
11. C3S + 4,75 C3A % Lampiran A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Lampiran A -
Tambahan
1. C3A (ketahanan sulfat sedang) % Lampiran A -
2. C3A (ketahanan sulfat tinggi) % Lampiran A -
Sifat fisika
Utama
1. Kandungan udara mortar % volume ASTM C185 Maks. 12
2. Kehalusan: m2/kg ASTM C204
Uji permeabilitas udara, dengan alat Min. 260
Blaine
3. Kekekalan: % ASTM
Pemuaian dengan autoklaf C151/C151M Maks. 0,80
4. Kuat tekan: MPa (kg/cm2) ASTM
- Umur 1 hari C109/C109M -
- Umur 3 hari 13 (135)
- Umur 7 hari 21 (215)
- Umur 28 hari 29 (300)
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat Menit ASTM C191
- Awal Min. 45
- Akhir Maks. 375
Tambahan
1 Kekakuan awal (early stiffening) % ASTM C451 Min. 50
penetrasi akhir
2 Panas hidrasi KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- Umur 3 hari -
- Umur 7 hari -
3 Kuat tekan: MPa ASTM
Umur 28 hari C109/C109M -
4 Pemuaian karena sulfat, 14 hari % ASTM C452 -
5 Waktu pengikatan dengan alat Menit ASTM C266
Gillmore
- Awal Min. 60
- Akhir Maks. 600
Catatan:
1. Perhitungan nilai C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F dihitung dari cement based.
2. Data lain bisa diminta langsung ke pabrikan sebagai bagian dari perjanjian jual beli atau kontrak pembelian.
Company :
Address :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Plant :
Brand :
Cement type : Type I
Production period :
Chemical composition
Standard requirement Unit Testing method Result Specification
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Max. 6.0
4. SO3, % ASTM C114
When C3A 8.0 Max. 3.0
When C3A 8.0 Max. 3.5
5. Loss of ignition % ASTM C114
- When limestone is not an ingredient Max. 3,0
- When limestone is an ingredient Max. 5.0
6. Insoluble residue % ASTM C114 Max. 3.0
7. Equivalent alkalies (Na2O + 0.658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Annex A -
9. C2S % Annex A -
10. C3A % Annex A -
11. C3S + 4.75 C3A % Annex A -
12. C4AF + 2C3A or C4AF + C2F % Annex A -
Optional
1. C3A (moderate sulfate resistance) % Annex A -
2. C3A (high sulfate resistance) % Annex A -
Physical requirement
Standard requirement
1. Air content of mortar % volume ASTM C185 Max. 12
2. Fineness, specific surface: m2/kg ASTM C204
Air permeability test, Blaine Apparratus Min. 260
3. Autoclave expansion % ASTM Max. 0.80
C151/C151M
4. Compressive strength: MPa (kg/cm2) ASTM
- 1 day C109/C109M -
- 3 days Min. 13 (135)
- 7 days Min. 21 (215)
- 28 days Min. 29 (300)
5. Time of setting, Vicat test Min ASTM C191
- Initial Min. 45
- Final Max. 375
Optional
1 Early stiffening, final penetration % ASTM C451 Min. 50
2 Heat of hydration KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- 3 days -
- 7 days -
3 Compressive strength: MPa ASTM
28 days C109/C109M -
4 Sulfate resistance, expansion, 14 days % ASTM C452 -
5 Gillmore test Min ASTM C266
- Initial set Min. 60
- Final set Max. 600
Note:
1. C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F calculated from cement based.
2. Other information could be retained as part of purchase agreement.
Nama perusahaan :
Alamat perusahaan :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Lokasi pabrik :
Merek :
Tipe semen : Tipe II
Periode produksi :
Komposisi kimia
Utama Satuan Metode uji Hasil uji Spesifikasi
1. Al2O3 % ASTM C114 Maks. 6,0
2. Fe2O3 % ASTM C114 Maks. 6,0
3. MgO % ASTM C114 Maks. 6,0
4. SO3, % ASTM C114
Jika C3A 8,0 Max 3,0
Jika C3A 8,0 -
5. Hilang pijar % ASTM C114
- Jika tidak menggunakan kapur Maks. 3,0
- Jika menggunakan kapur Maks. 5,0
6. Bagian tak larut % ASTM C114 Maks. 1,5
7. Alkali ekuivalen (Na2O + 0,658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Lampiran A -
9. C2S % Lampiran A -
10. C3A % Lampiran A Maks. 8,0
11. C3S + 4,75 C3A % Lampiran A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Lampiran A -
Tambahan
1. C3A (ketahanan sulfat sedang) % Lampiran A -
2. C3A (ketahanan sulfat tinggi) % Lampiran A -
Sifat fisika
Utama
1. Kandungan udara mortar % volume ASTM C185 Maks.12
2. Kehalusan: m2/kg ASTM C204
Uji permeabilitas udara, dengan alat Min. 260
Blaine
3. Kekekalan: % ASTM
Pemuaian dengan autoklaf C151/C151M Maks. 0,80
4. Kuat tekan: MPa (kg/cm2) ASTM
- Umur 1 hari C109/C109M -
- Umur 3 hari Min. 10 (102)
- Umur 7 hari Min. 17 (173)
- Umur 28 hari -
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat Menit ASTM C191
- Awal Min. 45
- Akhir Maks. 375
Tambahan
1. Kekakuan awal (early stiffening) % ASTM C451 Min. 50
penetrasi akhir
2. Panas hidrasi KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- Umur 3 hari -
- Umur 7 hari -
3. Kuat tekan: MPa ASTM
Umur 28 hari C109/C109M Min. 28
4. Pemuaian karena sulfat, 14 hari % ASTM C452 -
5. Waktu pengikatan dengan alat Menit ASTM C266
Gillmore
- Awal Min. 60
- Akhir Maks. 600
Catatan:
1. Perhitungan nilai C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F dihitung dari cement based.
2. Data lain bisa diminta langsung ke pabrikan sebagai bagian dari perjanjian jual beli atau kontrak pembelian.
Company :
Address :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Plant :
Brand :
Cement type : Type II
Production period :
Chemical composition
Standard requirement Unit Testing method Result Specification
1. Al2O3 % ASTM C114 Max. 6.0
2. Fe2O3 % ASTM C114 Max. 6.0
3. MgO % ASTM C114 Max. 6.0
4. SO3, % ASTM C114
When C3A 8.0 Max. 3.0
When C3A 8.0 -
5. Loss of ignition % ASTM C114
- When limestone is not an ingredient Max. 3.0
- When limestone is an ingredient Max. 5.0
6. Insoluble residue % ASTM C114 Max. 1,5
7. Equivalent alkalies (Na2O + 0.658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Annex A -
9. C2S % Annex A -
10. C3A % Annex A Max. 8.0
11. C3S + 4.75 C3A % Annex A -
12. C4AF + 2(C3A) or C4AF + C2F % Annex A -
Optional
1. C3A (Moderate sulfate resistance) % Annex A -
2. C3A (High sulfate resistance) % Annex A -
Physical requirement
Standard requirement
1. Air content of mortar % volume ASTM C185 Max. 12
2. Fineness, specific surface: m2/kg ASTM C204
Air permeability test, Blaine apparratus Min. 260
3. Autoclave expansion % ASTM Max 0.80
C151/C151M
4. Compressive strength: MPa (kg/cm2) ASTM
- 1 day C109/C109M -
- 3 days Min. 10 (102)
- 7 days Min. 17 (173)
- 28 days -
5. Time of setting, Vicat test Min ASTM C191
- Initial Min. 45
- Final Max. 375
Optional
1. Early stiffening, final penetration % ASTM C451 Min. 50
2. Heat of hydration KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- 3 days -
- 7 days -
3. Compressive strength: MPa ASTM
28 days C109/C109M Min. 28
4. Sulfate resistance, expansion, 14 days % ASTM C452 -
5. Gillmore test Min ASTM C266
- Initial set Min. 60
- Final set Max. 600
Note:
1. C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F calculated from cement based.
2. Other information could be retained as part of purchase agreement.
Nama perusahaan :
Alamat perusahaan :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Lokasi pabrik :
Merek :
Tipe semen : Tipe III
Periode produksi :
Komposisi kimia
Utama Satuan Metode uji Hasil uji Spesifikasi
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Maks. 6,0
4. SO3, % ASTM C114
Jika C3A 8,0 Maks. 3,5
Jika C3A 8,0 Maks. 4,5
5. Hilang pijar % ASTM C114
- Jika tidak menggunakan kapur Maks. 3,0
- Jika menggunakan kapur Maks. 3,5
6. Bagian tak larut % ASTM C114 Maks. 1,5
7. Alkali ekuivalen (Na2O + 0,658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Lampiran A -
9. C2S % Lampiran A -
10. C3A % Lampiran A Maks. 15
11. C3S + 4,75 C3A % Lampiran A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Lampiran A -
Tambahan
1. C3A (ketahanan sulfat sedang) % Lampiran A Maks. 8
2. C3A (ketahanan sulfat tinggi) % Lampiran A Maks. 5
Sifat fisika
Utama
1. Kandungan udara mortar % volume ASTM C185 Maks. 12
2. Kehalusan: m2/kg ASTM C204
Uji permeabilitas udara, dengan alat Min. 260
Blaine
3. Kekekalan: % ASTM
Pemuaian dengan autoklaf C151/C151M Maks. 0,80
4. Kuat tekan: MPa (kg/cm2) ASTM
- Umur 1 hari C109/C109M 12 (122)
- Umur 3 hari 24 (245)
- Umur 7 hari -
- Umur 28 hari -
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat Menit ASTM C191
- Awal Min. 45
- Akhir Maks. 375
Tambahan
1 Kekakuan awal (early stiffening) % ASTM C451 Min. 50
penetrasi akhir
2 Panas hidrasi KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- Umur 3 hari -
- Umur 7 hari -
3 Kuat tekan: MPa ASTM
Umur 28 hari C109/C109M -
4 Pemuaian karena sulfat, 14 hari % ASTM C452 -
5 Waktu pengikatan dengan alat Menit ASTM C266
Gillmore
- Awal Min. 60
- Akhir Maks. 600
Catatan:
1. Perhitungan nilai C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F dihitung dari cement based.
2. Data lain bisa diminta langsung ke pabrikan sebagai bagian dari perjanjian jual beli atau kontrak pembelian.
Gambar C.3 – Contoh mill test report semen portland tipe III
Company :
Address :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Plant :
Brand :
Cement type : Type III
Production period :
Chemical composition
Standard requirement Unit Testing method Result Specification
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Max. 6.0
4. SO3, % ASTM C114
When C3A 8.0 Max. 3.5
When C3A 8.0 Max. 4.5
5. Loss of ignition % ASTM C114
- When limestone is not an ingredient Max 3.0
- When limestone is an ingredient Max 3.5
6. Insoluble residue % ASTM C114 Max. 1.5
7. Equivalent alkalies (Na2O + 0.658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Annex A -
9. C2S % Annex A -
10. C3A % Annex A Max. 15
11. C3S + 4.75 C3A % Annex A -
12. C4AF + 2(C3A) or C4AF + C2F % Annex A -
Optional
1. C3A (Moderate sulfate resistance) % Annex A Max. 8
2. C3A (High sulfate resistance) % Annex A Max. 5
Physical requirement
Standard requirement
1. Air content of mortar % volume ASTM C185 Max. 12
2. Fineness, specific surface: m2/kg ASTM C204
Air permeability test, Blaine apparratus Min. 260
3. Autoclave expansion % ASTM Max. 0.80
C151/C151M
4. Compressive strength: Mpa (kg/cm2) ASTM
- 1 day C109/C109M Min. 12 (122)
- 3 days Min. 24 (245)
- 7 days -
- 28 days -
5. Time of setting, Vicat test Min ASTM C191
- Initial Min. 45
- Final Max. 375
Optional
1. Early stiffening, final penetration % ASTM C451 Min. 50
2. Heat of hydration KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- 3 days -
- 7 days -
3. Compressive strength: MPa ASTM
28 days C109/C109M -
4. Sulfate resistance, expansion, 14 days % ASTM C452 -
5. Gillmore test Min ASTM C266
- Initial set Min. 60
- Final set Max. 600
Note:
1. C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F calculated from cement based.
2. Other information could be retained as part of purchase agreement.
Nama perusahaan :
Alamat perusahaan :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Lokasi pabrik :
Merek :
Tipe semen : Tipe IV
Periode produksi :
Komposisi kimia
Utama Satuan Metode uji Hasil uji Spesifikasi
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 Maks. 6,5
3. MgO % ASTM C114 Maks. 6,0
4. SO3, % ASTM C114
Jika C3A 8,0 Maks. 2,3
Jika C3A 8,0 -
5. Hilang pijar % ASTM C114
- Jika tidak menggunakan kapur Maks. 2,5
- Jika menggunakan kapur Maks. 3,5
6. Bagian tak larut % ASTM C114 Maks. 1,5
7. Alkali ekuivalen (Na2O + 0,658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Lampiran A Maks. 35
9. C2S % Lampiran A Min. 40
10. C3A % Lampiran A Maks. 7
11. C3S + 4,75 C3A % Lampiran A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Lampiran A -
Tambahan
1. C3A (ketahanan sulfat sedang) % Lampiran A -
2. C3A (ketahanan sulfat tinggi) % Lampiran A -
Sifat fisika
Utama
1. Kandungan udara mortar % volume ASTM C185 Maks. 12
2. Kehalusan: m2/kg ASTM C204
Uji permeabilitas udara, dengan alat Min. 260
Blaine Maks. 430
3. Kekekalan: % ASTM
Pemuaian dengan autoklaf C151/C151M Maks. 0,80
4. Kuat tekan: MPa (kg/cm2) ASTM
- Umur 1 hari C109/C109M -
- Umur 3 hari -
- Umur 7 hari Min. 7 (71)
- Umur 28 hari Min. 17 (173)
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat Menit ASTM C191
- Awal Min. 45
- Akhir Maks. 375
Tambahan
1. Kekakuan awal (early stiffening) % ASTM C451 Min. 50
penetrasi akhir
2. Panas hidrasi KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- Umur 3 hari Maks. 200 (50)
- Umur 7 hari Maks. 225 (55)
3. Kuat tekan: MPa ASTM
Umur 28 hari C109/C109M -
4. Pemuaian karena sulfat, 14 hari % ASTM C452 -
5. Waktu pengikatan dengan alat Menit ASTM C266
Gillmore
- Awal Min. 60
- Akhir Maks. 600
Catatan:
1. Perhitungan nilai C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F dihitung dari cement based.
2. Data lain bisa diminta langsung ke pabrikan sebagai bagian dari perjanjian jual beli atau kontrak pembelian.
Company :
Address :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Plant :
Brand :
Cement type : Type IV
Production period :
Chemical composition
Standard requirement Unit Testing method Result Specification
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 Max. 6.5
3. MgO % ASTM C114 Max. 6.0
4. SO3, % ASTM C114
When C3A 8.0 Max. 2.3
When C3A 8.0 -
5. Loss of ignition % ASTM C114
- When limestone is not an ingredient Max. 2.5
- When limestone is an ingredient Max. 3.5
6. Insoluble residue % ASTM C114 Max. 1.5
7. Equivalent alkalies (Na2O + 0.658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Annex A Max. 35
9. C2S % Annex A Min. 40
10. C3A % Annex A Max. 7
11. C3S + 4.75 C3A % Annex A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Annex A -
Optional
1. C3A (Moderate sulfate resistance) % Annex A -
2. C3A (High sulfate resistance) % Annex A -
Physical requirement
Standard requirement
1. Air content of mortar % volume ASTM C185 Max. 12
2. Fineness, specific surface: m2/kg ASTM C204
Air permeability test, Blaine apparratus Min. 260
Max. 430
3. Autoclave expansion % ASTM Max. 0.80
C151/C151M
4. Compressive strength: MPa (kg/cm2) ASTM
- 1 day C109/C109M -
- 3 days -
- 7 days Min. 7 (71)
- 28 days Min. 17 (173)
5. Time of setting, Vicat test Min ASTM C191
- Initial Min. 45
- Final Max. 375
Optional
1. Early stiffening, final penetration % ASTM C451 Min. 50
2. Heat of hydration KJ/kg (kal/g) ASTM C1702
- 3 days Max. 200 (50)
- 7 days Max. 225(55)
3. Compressive strength: MPa ASTM -
28 days C109/C109M
4. Sulfate resistance, expansion, 14 days % ASTM C452 -
5. Gillmore test Min ASTM C266
- Initial set Min. 60
- Final set Max. 600
Note:
1. C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F calculated from cement based.
2. Other information could be retained as part of purchase agreement.
Nama perusahaan :
Alamat perusahaan :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Lokasi pabrik :
Merek :
Tipe semen : Tipe V
Periode produksi :
Komposisi kimia
Utama Satuan Metode uji Hasil uji Spesifikasi
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Maks. 6,0
4. SO3, % ASTM C114
Jika C3A 8,0 Maks. 2,3
Jika C3A 8,0 -
5. Hilang pijar % ASTM C114
- Jika tidak menggunakan kapur Maks. 3,0
- Jika menggunakan kapur Maks. 3,5
6. Bagian tak larut % ASTM C114 Maks. 1,5
7. Alkali ekuivalen (Na2O + 0,658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Lampiran A -
9. C2S % Lampiran A -
10. C3A % Lampiran A Maks. 5
11. C3S + 4,75 C3A % Lampiran A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Lampiran A Maks. 25
Tambahan
1. C3A (ketahanan sulfat sedang) % Lampiran A -
2. C3A (ketahanan sulfat tinggi) % Lampiran A -
Sifat fisika
Utama
1. Kandungan udara mortar % volume ASTM C185 Maks. 12
2. Kehalusan: m2/kg ASTM C204
Uji permeabilitas udara, dengan alat Min. 260
Blaine -
3. Kekekalan : % ASTM
Pemuaian dengan autoklaf C151/C151M Maks. 0,80
4. Kuat tekan: MPa ASTM
- Umur 1 hari (kg/cm2) C109/C109M -
- Umur 3 hari Min. 8 (82)
- Umur 7 hari Min. 15 (153)
- Umur 28 hari Min. 21 (214)
5. Waktu pengikatan dengan alat Vicat Menit ASTM C191
- Awal Min. 45
- Akhir Maks. 375
Tambahan
1. Kekakuan awal (early stiffening) % ASTM C451 Min. 50
penetrasi akhir
2. Panas hidrasi KJ/kg ASTM C1702
- Umur 3 hari (kal/g) -
- Umur 7 hari -
3. Kuat tekan: MPa ASTM
Umur 28 hari C109/C109M -
4. Pemuaian karena sulfat, 14 hari % ASTM C452 0,040
5. Waktu pengikatan dengan alat Menit ASTM C266
Gillmore
- Awal Min. 60
- Akhir Maks. 600
Catatan:
1. Perhitungan nilai C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F dihitung dari cement based.
2. Data lain bisa diminta langsung ke pabrikan sebagai bagian dari perjanjian jual beli atau kontrak pembelian.
Company :
Address :
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Plant :
Brand :
Cement type : Type V
Production period :
Chemical composition
Standard requirement Unit Testing method Result Specification
1. Al2O3 % ASTM C114 -
2. Fe2O3 % ASTM C114 -
3. MgO % ASTM C114 Max. 6.0
4. SO3, % ASTM C114
When C3A 8.0 Max. 2.3
When C3A 8.0 -
5. Loss of ignition % ASTM C114
- When limestone is not an ingredient Max. 3.0
- When limestone is an ingredient Max. 3.,5
6. Insoluble residue % ASTM C114 Max. 1.5
7. Equivalent alkalies (Na2O + 0.658 K2O) % ASTM C114
8. C3S % Annex A -
9. C2S % Annex A -
10. C3A % Annex A Max. 5
11. C3S + 4.75 C3A % Annex A -
12. C4AF + 2(C3A) atau C4AF + C2F % Annex A Max. 25
Optional
1. C3A (Moderate sulfate resistance) % Annex A -
2. C3A (High sulfate resistance) % Annex A -
Physical Requirement
Requirement
1. Air content of mortar % volume ASTM C185 Max. 12
2. Fineness, specific surface: m2/kg ASTM C204
Air permeability test, Blaine Apparratus Min. 260
-
3. Autoclave expansion % ASTM Max. 0.80
C151/C151M
4. Compressive strength: MPa (kg/cm2) ASTM
- 1 day C109/C109M -
- 3 days Min. 8 (82)
- 7 days Min. 15 (153)
- 28 day Min. 21 (214)
5. Time of setting, Vicat test Min ASTM C191
- Initial Min. 45
- Final Max. 375
Optional
1. Early stiffening, final penetration % ASTM C451 Min. 50
2. Heat of hydration KJ/kg ASTM C1702
- 3 days (kal/g) -
- 7 days -
3. Compressive strength: MPa ASTM
28 days C109/C109M -
4. Sulfate resistance, expansion, 14 days % ASTM C452 Max. 0.040
5. Gillmore test Min ASTM C266
- Initial set Min. 60
- Final set Max. 600
Note:
1. C3S, C2S, C3A, C4AF dan C2F calculated from cement based.
2. Other information could be retained as part of purchase agreement.
Lampiran D
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
(Informatif)
Daftar penyimpangan teknis
Pasal/ Modifikasi
Subpasal
1 Ruang 1.1 Standar ini meliputi sepuluh tipe semen portland sebagai berikut (lihat
lingkup Catatan 2):
1.1.1 Tipe I – Untuk digunakan pada saat tidak dibutuhkan sifat khusus
seperti yang dispesifikasikan oleh tipe lain.
1.1.2 Tipe IA – Air entraining cement untuk kegunaan yang sama dengan
Tipe I, dimana diinginkan udara di dalamnya.
1.1.3 Tipe II – Untuk penggunaan umum, lebih dikhususkan untuk kebutuhan
ketahanan sulfat sedang.
1.1.4 Tipe IIA - Air entraining cement untuk kegunaan yang sama dengan
Tipe II, dimana diinginkan udara di dalamnya.
1.1.5 Tipe II(MH) – untuk digunakan umum, lebih dikhususkan yang
membutuhkan panas hidrasi sedang dan ketahanan sulfat sedang.
1.1.6 Tipe II(MH)A - Air entraining cement untuk kegunaan yang sama
dengan Tipe II(MH), dimana diinginkan udara di dalamnya.
1.1.7 Tipe III – Untuk digunakan kebutuhan kekuatan awal tinggi (high early
strength).
1.1.8 Tipe IIIA – Air entraining cement untuk kegunaan yang sama dengan
Tipe III, dimana diinginkan udara di dalamnya.
1.1.9 Tipe IV – Untuk digunakan kebutuhan panas hidrasi rendah (low heat
hydration).
1.1.10 Tipe V – Untuk digunakan kebutuhan ketahanan sulfat tinggi (high
sulfate resistance).
Menjadi:
1.1 Standar ini meliputi lima tipe semen portland sebagai berikut (lihat
Catatan 2):
1.1.1 Tipe I – Untuk digunakan pada saat tidak dibutuhkan sifat khusus
seperti yang dispesifikasikan oleh tipe lain.
1.1.2 Tipe II – Untuk penggunaan umum, lebih dikhususkan untuk kebutuhan
ketahanan sulfat sedang (moderate sulfate resistance).
1.1.3 Tipe III – Untuk digunakan kebutuhan kekuatan awal tinggi (high early
strength).
1.1.4 Tipe IV – Untuk digunakan kebutuhan panas hidrasi rendah (low heat
hydration).
1.1.5 Tipe V – Untuk digunakan kebutuhan ketahanan sulfat tinggi (high
sulfate resistance).
satuan dalam %
Tipe semen portlandA
No. Uraian Metode uji
I II III IV V
1. Al2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 - - -
2. Fe2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 B - 6,5 -
Pasal/ Modifikasi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Subpasal
3. MgO, maksimum ASTM C114 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
4. SO3,D maksimum ASTM C114
Jika C3AE 8,0 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3
Jika C3AE 8,0 3,5 F
4,5 F F
Menjadi:
Tabel 1 – Syarat kimia utama
satuan dalam %
Tipe semen portlandA
No. Uraian Metode uji
I II III IV V
1. Al2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 - - -
B,C
2. Fe2O3 , maksimum ASTM C114 - 6,0 - 6,5 -
3. MgO, maksimum ASTM C114 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
4. SO3,D maksimum ASTM C114
Jika C3AE 8,0 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3
Jika C3AE 8,0 3,5 F
4,5 F F
Perubahan dilakukan untuk semen portland tipe I, untuk parameter hilang pijar
dan bagian tak larut. Hal ini dilakukan karena adanya penyesuaian terhadap
penggunaan kapur dalam proses produksi semen. Penambahan kapur untuk
Pasal/ Modifikasi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Subpasal
tipe I tidak lebih dari 10 %. Penyesuaian jumlah kapur ini dilakukan karena
adanya variasi kualitas sumber alam mineral di Indonesia dan juga upaya
industri untuk menghasilkan semen ramah lingkungan.
Tabel 3 Tabel 3 – Syarat fisika utama
Menjadi:
Tabel 3 – Syarat fisika utama
Pasal/ Modifikasi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Subpasal
2. Kehalusan: ASTM C204
Uji permeabilitas udara,
dengan alat Blaine, m2/kg
- Minimum 260 260 260 260 260
- Maksimum - - - 430 -
3. Kekekalan : ASTM
Pemuaian dengan autoklaf, C151/ 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
maks. % C151M
4. Kuat tekanC: ASTM
- Umur 1 hari, minimum, C109 / - - 12 - -
MPa(kg/cm2) C109M (122)
- Umur 3 hari, minimum, 13 10 24 - 8
MPa(kg/cm2) (135) (102) (245) (82)
- Umur 7 hari, minimum, 21 17 - 7 15
MPa(kg/cm2) (215) (173) (71) (153)
- Umur 28 hari, minimum, 29 - - 17 21
MPa(kg/cm2) (300) (173) (214)
5. Waktu pengikatan dengan ASTM C191
alat VicatD
- Awal, minimum, menit 45 45 45 45 45
- Akhir, maksimum, menit 375 375 375 375 375
CATATAN
A Lihat Catatan 2
B Kesesuaian terhadap persyaratan spesifikasi tetapi tidak perlu dipastikan
kandungan udara yang diperoleh didalam beton
C Kuat tekan pada umur test tertentu harus tidak kurang dari hasil test pada umur
sebelumnya
D Waktu pengikatan yang dijelaskan adalah waktu pengikatan awal sesuai dengan
metode uji ASTM C191.
Perubahan dilakukan untuk nilai kuat tekan tipe I dan catatan. Untuk nilai kuat
tekan, disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi Indonesia yang merupakan
negara kepulauan. Sedangkan untuk catatan di atas, disesuaikan dengan tipe
semen yang ada dalam lingkup standar ini.
5.1.3 5.1.3 Kapur – Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 5,0 % massa
sehingga dapat memenuhi persyaratan kimia dan fisika (lihat Catatan 3).
Kapur, didefinisikan pada terminologi yang ada pada ASTM C51, harus terjadi
secara alami dan mengandung minimal 70 % massa satu atau lebih mineral
dalam bentuk kalsium karbonat. Jika menggunakan kapur, pabrikan harus
melaporkan jumlah yang digunakan, yang dinyatakan dalam persentase
massa semen, seperti yang dijelaskan pada Lampiran B, sejalan dengan
komposisi oksida kapur.
Menjadi:
5.1.3 Kapur – Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 10 % massa
sehingga dapat memenuhi persyaratan kimia dan fisika (lihat Catatan 3).
Kapur, didefinisikan pada terminologi yang ada pada ASTM C51, harus terjadi
secara alami dan mengandung minimal 70 % massa satu atau lebih mineral
dalam bentuk kalsium karbonat. Jika menggunakan kapur, pabrikan harus
melaporkan jumlah yang digunakan, yang dinyatakan dalam persentase
Pasal/ Modifikasi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Subpasal
massa semen, seperti yang dijelaskan pada Lampiran B, sejalan dengan
komposisi oksida kapur.
Menjadi:
Tabel 4 – Syarat fisika tambahan A
Pasal/ Modifikasi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
Subpasal
4. Pemuaian karena sulfatC, ASTM C452
-D -D -D -D 0,040
14 hari, maksimum, %
5. Waktu pengikatan dengan ASTM C266
alat Gillmore
- Awal, minimum, menit 60 60 60 60 60
- Akhir, maksimum , menit 600 600 600 600 600
CATATAN
A Persyaratan fisika tambahan berlaku jika secara spesifik diminta. Verifikasi
ketersediaan sebelum dipesan (lihat Catatan 2).
B Batasan C3S, C2S, C3A dan Fe2O3 pada Tabel 1 tidak berlaku untuk semen yang
memenuhi batasan ini.
C Pada saat dispesifikasikan ketahanan sulfat, maka dapat menggantikan batasan
C3A, C4AF + 2 C3A, dan Fe2O3 seperti yang tertera pada Tabel 1.
D Semen yang memenuhi batasan persyaratan ketahanan sulfat untuk tipe V
dianggap dapat memenuhi persyaratan ketahanan sulfat sedang untuk tipe II .
Perubahan dilakukan terhadap nilai kuat tekan Tipe I serta catatan. Untuk nilai
kuat tekan, disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dan nilai kuat tekan usia 28 hari menjadi syarat
utama. Sedangkan untuk catatan, disesuaikan dengan tipe semen yang ada
dalam lingkup standar ini.
5.1.6 5.1.6 Penambahan bahan air-entraining (hanya untuk air-entraining Portland
cement) – Bahan yang ditambahkan harus memenuhi persyaratan
ASTM C226.
Menjadi:
Dihapuskan.
Perubahan dilakukan karena lingkup dari SNI ini tidak mengakomodasi jenis
semen portland yang mengandung air-entraining.
13.1 13.1 Pada saat semen dikirim dalam kemasan, tulisan “Semen portland”, tipe
semen, nama dan merek pabrikan dan massa semen yang terkandung di
dalamnya harus dinyatakan secara jelas pada setiap kemasan. Untuk semen
jenis air-entraining, kata ”air-entraining” harus jelas pada setiap kemasan.
Informasi yang yang sama harus diberikan di dalam dokumen pengiriman baik
dalam bentuk kemasan atau curah. Semua kemasan harus berada dalam
kondisi yang baik pada saat proses inspeksi.
Menjadi:
13.1 Pada saat semen dikirim dalam kemasan, tulisan “Semen portland”, tipe
semen, nama perusahaan dan merek, alamat pabrik, dan massa semen yang
terkandung di dalamnya harus dinyatakan secara jelas pada setiap kemasan.
Informasi yang yang sama harus diberikan didalam dokumen pengiriman baik
dalam bentuk kemasan atau curah. Semua kemasan harus berada dalam
kondisi yang baik pada saat proses inspeksi.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT SEMEN BOSOWA MAROS
[1] Komite teknis perumus SNI
Komite teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi