Oleh :
Wahyuni Hidayati
NIM : 859147317
1
I. JUDUL LAPORAN
MENGESAHKAN
SUPERVISOR I SUPERVISOR II
2
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
NIM : 859147317
SUPERVISOR I SUPERVISOR II
3
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Yang Menyatakan
Meterai Rp10.000,-
(Wahyuni Hidayati)
NIM. 859147317
4
KATA PENGANTAR
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi siap saja yang
berkepentingan atas laporan ini. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb
Wahyuni Hidayati
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................2
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 5
DAFTAR ISI .........................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................8
DAFTAR TABEL ................................................................................................8
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................8
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 10
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 14
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 14
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 14
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................
A. Kajian Teoritis …………………………………………………………….. 16
B. Metode Pembelajaran …………………………………………………….. 21
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ...
A. Setting Peneitian, Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian,
Metode penelitian…………………………………………………………... 29
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran …………………………………. 31
C. Teknik Analisis Data ………………………………………………………. 35
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ………………………. 37
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran………………………40
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT ........................
A. Simpulan …………………………………………………………………… 49
B. Saran dan Tindak Lanjut ……………………………………………….. 49
6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 51
LAMPIRAN ....................................................................................................... 52
7
Daftar Tabel
Tabel 1 Prestasi Siswa
Tabel 2 Aktivitas Belajar Siswa
8
Daftar Gambar
Gambar 1 Diagram Hasil Belajar siswa
Gambar 2 Diagram Ketuntasan Belajar per siklus
Gambar 3 Diagram Aktivitas Belajar Siswa
9
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Kesediaan sebagai Supervisor 2
Lampiran 2 Perencanaan PTK
Lampiran 3 Berkas RPP
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Jurnal Pembimbing dengan Supervisor 2
Lempiran 6 Hasil Pekerjaan Siswa
10
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar
siswa mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
pecahan menggunakan metode demonstrasi. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini
adalah SDN 1 Montong Terep pada kelas IV. Jumlah siswa 18 yang terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus tindakan dan masing-masing siklus terdiri atas tahap-tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus 1 diperoleh
fakta bahwa siswa masih canggung dalam penggunaan alat peraga. Kegiatan diskusi
kelompok selama ini yang dilakukakan siswa baru sebatas saling menyalin hasil
pekerjaan jika memperoleh tugas mengerjakan soal. Hasil perolehan nilai rata-rata pada
siklus I penelitian ini adalah 64 dengan nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah 20.
Rata-rata perolehan nilai ini masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang dipersyaratkan yaitu 60, sehingga diperlukan penelitian tindakan siklus II.
Pada penelitian tindakan siklus II dilakukan beberapa perbaikan yang meliputi
perubahan komposisi anggota kelompok, pengarahan atas materi pokok yang lebih jelas,
serta latihan-latihan soal pendahuluan. Hasil pembelajaran yang diperoleh rata-rata nilai
hasil pembelajaran siklus II adalah 75 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40.
Di samping itu, tingkat ketuntasan pembelajaran pada siklus II ini mencapai 80% yang
ternyata lebih tinggi dari prasyarat ketuntasan klasikal sebesar 80%. Oleh karena itu,
tidak diperlukan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya.
11
BAB I
PENDAHULUAN
12
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan
dan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah. (5) Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tau, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan upaya sungguh-sungguh dari
seluruh elemen masyarakat. Upaya ini harus dilaksanakan secara komprehensif,
mulai dari tingkat nasional hingga daerah. Pada tingkat paling dasar, peran
pendidik menjadi krusial dalam menentukan mutu pendidikan.
Untuk memastikan pendidikan berkualitas, kualitas pembelajaran di sekolah
harus dijaga. Salah satu indikator kualitas pendidikan adalah tingkat ketuntasan
siswa dalam mencapai prestasi belajar. Ketuntasan ini mempermudah siswa dalam
menghadapi materi pelajaran berikutnya. Sebaliknya, ketidakmampuan mencapai
ketuntasan dapat menjadi hambatan, baik bagi siswa maupun bagi para pendidik.
Namun, mewujudkan hal tersebut bukanlah tugas yang mudah. Kenyataannya,
harapan akan mutu pendidikan yang optimal tidak selalu terwujud, karena
seringkali terdapat berbagai kendala yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
proses pembelajaran.
Setelah mengajar matematika pada kelas IV.b dengan materi penjumlahan
dan pengurangan bilangan pecahan, hasilnya ternyata tidak memuaskan. Hanya
tujuh siswa dari 18 siswa (40%) yang berhasil mencapai tingkat ketuntasan dalam
materi tersebut. Sebaliknya, sebelas siswa lainnya (60%) tidak mencapai tingkat
ketuntasan, dengan nilai rata-rata sebesar 58. Kriteria ketuntasan minimal untuk
pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 1 Montong Terep adalah sebesar 65.
Oleh karena itu, penulis melakukan refleksi diri guna mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari tinjauan yang dilakukan, rendahnya capaian akademis siswa
disebabkan oleh kurangnya daya tarik dan ketantangan dalam penyampaian materi
13
oleh guru. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dengan menuliskan
catatan di papan tulis sebagai pendekatan utama dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada siswa untuk melaksanakan latihan-
latihan, namun bimbingan yang diberikan terbilang kurang optimal. Selain
rendahnya prestasi belajar, tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
juga menunjukkan tingkat yang rendah.
Gejala ini mencuat dari perilaku siswa selama proses pembelajaran, di mana
siswa sering meninggalkan kelas dengan meminta izin, kurang aktif dalam
pembelajaran, berperan lebih sebagai pendengar, enggan bertanya ketika
menghadapi kesulitan, tidak merespon pertanyaan, dan kesulitan menyelesaikan
tugas tepat waktu, sehingga berakibat pada pencapaian nilai ulangan siswa yang
sangat rendah.
Penulis menyimpulkan bahwa rendahnya prestasi siswa disebabkan oleh
kurangnya efektivitas dalam proses pembelajaran. Kekurangan efektivitas ini
terlihat dari cara guru menjelaskan materi yang belum optimal dalam
memanfaatkan alat peraga yang sesuai dan kurang melibatkan siswa secara aktif.
Oleh karena itu, diperlukan perancangan media pembelajaran yang mampu
mengaktifkan siswa dan membuat proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Salah satu alternatif yang dapat diambil adalah dengan
menggabungkan metode demonstrasi dan penggunaan alat peraga garis bilangan
yang jumlahnya mencukupi, sehingga memungkinkan siswa untuk secara aktif
terlibat dalam peragaan operasi penjumlahan maupun pengurangan bilangan bulat.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
a. Tingkat keberhasilan siswa kelas IV di SD Negeri 1 Montong Terep,
Kecamatan Praya, dalam ujian mata pelajaran matematika, khususnya
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan, sangat
rendah.
14
b. Proses pembelajaran yang disajikan oleh guru dianggap kurang menarik
dan kurang menantang.
c. Guru cenderung lebih sering menggunakan metode ceramah dengan
menuliskan catatan di papan tulis selama proses pembelajaran.
d. Tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa, terutama dalam hal
mengerjakan latihan-latihan, kurang mendapat bimbingan yang optimal.
2. Analisis Masalah
Setelah melakukan refleksi, penulis akhirnya dapat menganalisis
permasalahan sebagai berikut:
a. Efektivitas proses pembelajaran yang masih kurang.
b. Penggunaan alat peraga yang belum optimal.
c. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan guru dan tidak
aktif mengajukan pertanyaan kepada guru.
e. Kurangnya bimbingan dari guru terhadap siswa yang mengalami
kesulitan.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah melalui proses pembelajaran pada tahun Pelajaran 2022/2023,
terutama pada mata pelajaran Matematika bagian Operasi Hitung Campuran,
sebagian siswa belum sepenuhnya menguasai materi yang telah diajarkan
oleh guru atau bahkan mengalami kegagalan pembelajaran, yang dapat
disebabkan oleh penggunaan alat peraga yang tidak sesuai. Oleh karena itu,
peneliti memutuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menerapkan metode demonstrasi. Tujuan dari perubahan ini adalah agar
siswa mampu memahami dengan lebih baik konsep Operasi Hitung
Campuran.
Diperhatikan bahwa hasil ulangan tahun sebelumnya menunjukkan
ketidakpuasan, dengan hanya 7 dari 18 siswa yang berhasil mencapai tingkat
ketuntasan, atau hanya 40% dari keseluruhan siswa, yang masih di bawah
15
KKM yang telah ditetapkan sebesar 65. Oleh karena itu, peneliti berusaha
meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang akan dilaksanakan dalam dua siklus, dengan menggunakan metode
demonstrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan analisis yang telah diuraikan
sebelumnya, perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak penggunaan metode demonstrasi dan alat peraga garis
bilangan yang memadai terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika, khususnya dalam materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan?
2. Sejauh mana penggunaan metode demonstrasi dan alat peraga garis bilangan
dapat mempengaruhi peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
matematika, terutama dalam konteks materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan pecahan?
16
c. Munculnya kepercayaan diri pada siswa untuk bertanya atau
menyampaikan pendapat mereka.
d. Terdapat perbaikan dalam prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan
sebelumnya.
2. Bagi para guru:
a. Meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
yang berpotensi meningkatkan tingkat profesionalisme guru, terutama
dalam menerapkan metode demonstrasi.
b. Menyempurnakan kemampuan guru dalam mengintegrasikan metode
demonstrasi dengan penggunaan alat peraga bilangan dalam pembelajaran
matematika.
c. Merupakan suatu langkah untuk meningkatkan kinerja guru, memperkuat
rasa percaya diri, serta memberikan dukungan bagi perkembangan
profesional guru.
3. Bagi Sekolah/Lembaga:
Sekolah yang memiliki guru-guru yang mampu melakukan perubahan
dan perbaikan memiliki peluang besar untuk mengalami kemajuan yang lebih
baik. Berbagai perbaikan dapat terwujud, termasuk penanganan masalah
pembelajaran, pemahaman konsep, serta peningkatan kemampuan mengajar
guru. Terbentuknya hubungan kolegial yang sehat, didasarkan pada saling
ketergantungan, akan menciptakan iklim kerjasama yang mendukung untuk
meningkatkan kualitas sekolah. Peningkatan hasil belajar harian siswa yang
konsisten diharapkan dapat berdampak positif pada nilai Asessmen Nasional
Berbasis Komputer (UNBK) siswa.
Berdasarkan gambaran di atas, penelitian perlu dilakukan dengan judul:
“Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV
SDN 1 Montong Terep Tahun Pelajaran 2022/2023.”
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk mencapai
berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Upaya untuk mencapai
keahlian atau pengetahuan adalah usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, memperoleh ilmu atau keahlian yang belum dimilikinya
sebelumnya. Dengan belajar, manusia dapat mengetahui, memahami,
mengerti, melaksanakan, dan memiliki pengetahuan tentang berbagai hal.
Dalam konteks pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar dianggap
sebagai kegiatan yang paling mendasar. Ini berarti bahwa keberhasilan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses
belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.
Slameto (2003:13) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh individu untuk mencapai perubahan tingkah laku secara
menyeluruh, hasil dari pengalaman pribadinya dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Untuk meraih sesuatu, seseorang perlu berusaha agar tujuan
yang diinginkan dapat tercapai, baik melalui usaha individu maupun kerja
kelompok dalam suatu interaksi.
Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk mencapai perubahan baru sebagai hasil
dari pengalaman pribadinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Proses
belajar ini terkait dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi
tertentu yang muncul akibat pengalaman yang berulang dalam suatu konteks.
2. Ciri-ciri Belajar
Jika kita menganggap hakikat belajar sebagai perubahan tingkah laku,
Djamarah (2002:15-16) menyatakan beberapa ciri-ciri perubahan yang
termasuk dalam konsep belajar sebagai berikut:
18
a. Perubahan yang disadari
Individu yang sedang belajar akan menyadari atau setidaknya
merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya.
b. Perubahan bersifat fungsional
Perubahan hasil belajar tidak bersifat statis, melainkan berlangsung
terus-menerus. Perubahan yang terjadi akan memicu perubahan
selanjutnya, bermanfaat dalam kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan dalam belajar selalu menuju ke arah yang lebih baik.
Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, semakin banyak dan
berkualitas perubahan yang dihasilkan.
d. Perubahan bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi bukanlah perubahan sementara yang hanya
berlangsung sesaat, seperti berkeringat, menangis, atau hal sejenis.
Perubahan dalam belajar bersifat tetap atau permanen.
e. Perubahan melibatkan seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu melalui proses belajar mencakup
seluruh aspek tingkah laku, termasuk sikap, kebiasaan, keterampilan, dan
pengetahuan.
3. Prinsip-prinsip Belajar
a. Siswa harus menjadi subjek aktif dalam proses belajar, di mana mereka
harus mengambil inisiatif untuk memahami dan menguasai materi
pelajaran, bukan bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, siswa
diharapkan untuk menjadi pelaku utama dalam pembelajaran.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuan individualnya. Ini berarti
bahwa tingkat keberhasilan dalam belajar dapat bervariasi antar siswa,
mengingat perbedaan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing individu.
19
c. Siswa dapat mencapai pembelajaran yang efektif ketika mereka
mendapatkan dukungan dan umpan balik secara langsung pada setiap
langkah yang diambil selama proses belajar. Penguatan positif ini
membantu siswa untuk memahami dan menguasai materi dengan lebih
baik.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang diambil oleh siswa
akan memberikan makna yang lebih dalam pada proses belajar. Dengan
memahami setiap langkah secara menyeluruh, siswa dapat membangun
fondasi yang kuat untuk pemahaman konsep secara keseluruhan.
e. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh pada siswa terhadap proses pembelajaran
mereka. Memberi siswa tanggung jawab akan memberikan mereka rasa
memiliki terhadap pembelajaran dan meningkatkan motivasi mereka
untuk belajar dengan lebih baik.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan elemen-elemen yang berasal dari
dalam individu dan memiliki potensi untuk mempengaruhi hasil belajar.
Faktor internal ini mencakup:
1) Faktor Fisiologis:
a) Keadaan Jasmani: Kondisi fisik individu memiliki dampak
signifikan terhadap aktivitas belajar. Kesehatan dan kebugaran
fisik dapat memberikan pengaruh positif pada proses belajar.
b) Keadaan Fungsi Fisiologis: Fungsi fisiologis tubuh manusia,
terutama panca indera, memainkan peran krusial dalam proses
belajar.
2) Faktor Psikologis:
a) Kecerdasan/Intelegensi: Tingkat kecerdasan atau intelegensi
siswa merupakan faktor psikologis yang paling signifikan dalam
20
proses belajar. Tingkat intelegensi yang tinggi cenderung
meningkatkan peluang keberhasilan belajar.
b) Motivasi: Merupakan faktor yang memengaruhi efektivitas
kegiatan belajar siswa. Motivasi, sebagai proses internal,
memotivasi, memberikan arah, dan mempertahankan perilaku
individu selama proses belajar.
c) Minat: Kecenderungan dan antusiasme tinggi terhadap suatu
subjek atau kegiatan belajar.
d) Sikap: Reaksi atau respons emosional yang relatif stabil terhadap
objek, orang, peristiwa, dan sebagainya.
e) Bakat: Kemampuan yang menjadi komponen penting dalam
proses belajar. Kesesuaian bakat individu dengan materi yang
dipelajari dapat mendukung kesuksesan dalam pembelajaran.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Sosial:
a) Lingkungan Sosial Sekolah: Komponen sekolah, termasuk guru,
staf administrasi, dan teman sekelas, memiliki pengaruh pada
proses belajar siswa.
b) Lingkungan Sosial Masyarakat: Kondisi lingkungan masyarakat
di tempat tinggal siswa dapat memengaruhi pengalaman belajar
siswa.
c) Lingkungan Sosial Keluarga: Hubungan harmonis antara anggota
keluarga, termasuk orang tua, anak, dan saudara, dapat
mendukung siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan
baik.
2) Lingkungan Non-Sosial:
a) Lingkungan Alamiah: Keadaan udara yang bersih dan suasana
yang nyaman dan tenang dapat memengaruhi proses belajar
21
siswa. Lingkungan alamiah yang kondusif mendukung kemajuan
siswa.
b) Faktor Instrumental: Perangkat pembelajaran yang dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware)
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas, dan lapangan
olahraga, serta perangkat lunak (software) seperti kurikulum,
peraturan-peraturan, buku panduan, dan silabus.
c) Faktor Materi Pelajaran: Kesesuaian materi pelajaran dengan
tahap perkembangan siswa, dan metode pengajaran guru yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, merupakan faktor yang
perlu dipertimbangkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
B. Hakikat Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Matematika:
Pandangan umum masyarakat terhadap Matematika sering
diidentikkan dengan kata sulit. Selain menjadi mata pelajaran yang bersifat
abstrak, Matematika juga memerlukan pemahaman yang baik terkait dengan
penyelesaian masalah-masalah matematika. Beberapa ahli, seperti Johnson
dan Rising ( E. Suherman dan Udin SW, 1993: 120 ) menyampaikan
pandangan mereka mengenai Matematika. Menurut mereka, Matematika
adalah pola berpikir, organisasi pemikiran secara logis, dan bahasa yang
menggunakan istilah yang terdefinisi dengan jelas dan akurat.
Pandangan lain dari Sujono (1988:4) menyatakan bahwa Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara
sistematik. Selain itu, Matematika juga dianggap sebagai ilmu pengetahuan
tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang terkait dengan bilangan.
Pendapat The Liang Gie (1999:50) menyebutkan bahwa Matematika
berkaitan dengan ide-ide atau gagasan struktur dan hubungannya yang diatur
menurut aturan yang logis. Struktur Matematika dimulai dari pengertian
pangkal, aksioma, atau postulat, kemudian diturunkan menjadi teorema yang
22
kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif. Kesimpulannya, Matematika
hadir dan berkembang dalam struktur yang diteliti, tepat, dan merupakan
pengetahuan yang sistematis, deduktif, dan abstrak. Matematika tidak hanya
terkait dengan bilangan dan operasinya, tetapi juga dengan unsur ruang,
hubungan, pola bentuk, dan struktur.
2. Tujuan Matematika
Tujuan mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah, melibatkan kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3. Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar mencakup aspek-aspek
berikut:
a. Bilangan
b. Geometri dan Pengukuran
c. Pengolahan data
23
C. Metode Pembelajaran
1) Pengertian Metode
Metode menurut Thomas Sukardi ( 2007 ) dapat diartikan benar-benar
sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai metode atau pendekatan
pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi
yang dipilih.
Djamarah (2006 : 46) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode dibutuhkan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Menurut Sardiman AM dalam djamarah ( 2006:90 ) Metode sebagai
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi, karena adanya perangsang dari
luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang
dapat membangkitkan belajar seorang.
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan penentuan
metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak
didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi
pemilihan metode mengajar, Djamarah ( 2006:81)
2) Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan metode demonstrasi lalah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu pada siswa.
Untuk memperjelaskan pengertian tersebut dalam prateknya dapat
dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup
baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran misalnya
cara melakukan proses penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
24
b. Aspek Metode Demonstrasi
1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang
didemantrasi tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2) Demontrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memprhatikan dan menjadi aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga.
3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas di sebabkan alat-
alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya
jauh dari kelas
4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
5) Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa
yang akan didemontrasikan.
6) Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus
terlebih dulu mendemontrasikan dengan sebaik-baiknya, baru diikuti
oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
c. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati
2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang
didemonstasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan
mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar.
4) Dapat menambah pengalaman anak didik
5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama materi yang disampaikan
6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan
konkret
25
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap
siswa karena ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi
tersebut, maka dalam mata pelajaran matematika banyak hal-hal yang dapat
didemonstrasikan terutama dalam materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
d. Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Membutuhkan durasi waktu yang banyak
2) Jika kekurangan alat bantu, metode demonstrasi dapat kehilangan
efisiensinya
3) Menghabiskan biaya yang cukup tinggi, terutama dalam membeli
materi-materi yang diperlukan.
4) Menuntut tenaga yang tidak sedikit
5) Keefektifan metode demonstrasi dapat terganggu jika siswa tidak aktif.
e. Langkah-langkah dalam menerapkan metode demonstrasi adalah:
1) Perencanaan
a) Merumuskan tujuan yang jelas dari segi keterampilan atau
kegiatan yang diharapkan tercapai setelah metode demonstrasi
selesai.
b) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
c) Memperhitungkan estimasi waktu yang diperlukan.
2) Pelaksanaan
a) Melakukan pemeriksaan terhadap aspek-aspek di atas secara
berulang.
b) Melakukan demonstrasi dengan cara menarik perhatian siswa.
c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan
untuk mencapai tujuan.
26
d) Memperhatikan kondisi siswa, memastikan semua siswa
mengikuti demonstrasi dengan baik.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif.
f) Menghindari situasi ketegangan.
D. Prestasi Belajar
Menurut Nana Sudjana (1995:23), "prestasi belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar." Dari perspektif
pembelajaran, prestasi mencakup respons-respons yang diberikan siswa terhadap
rangsangan atau stimulus yang berasal dari guru, orang tua, dan masyarakat.
Respons-respons tersebut secara bertahap terakumulasi dari waktu ke waktu,
kemudian mengkristal dalam kepribadian siswa, baik secara disengaja maupun
tidak. Selanjutnya, prestasi tersebut terwujud dalam bentuk kualitatif dan
kuantitatif. Banyak orang melihatnya dari segi kognitif, yang tercermin dalam
nilai-nilai pada rapor siswa.
Hasil belajar yang dicapai dapat diukur dalam bentuk kuantitatif (angka)
dan kualitatif. Oleh karena itu, nilai-nilai siswa dapat menentukan tingkat prestasi,
baik itu prestasi tinggi maupun prestasi rendah. Prestasi belajar siswa dapat diukur
dengan baik melalui manifestasi angka atau huruf, yang merupakan hasil dari
pengukuran atau penilaian prestasi dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotorik).
E. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa merujuk pada seluruh kegiatan yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran, meliputi aspek fisik dan psikis. Kegiatan fisik
mencakup penguasaan ketrampilan dasar, sementara kegiatan psikis melibatkan
penguasaan ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar mencakup kemampuan
mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasi.
Di sisi lain, ketrampilan terintegrasi melibatkan keterampilan seperti
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
27
grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah
data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Dimyati,
2002:140).
F. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (1986:23), media adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan di sekolah. Usman
(1992:23) juga menjelaskan bahwa "media pengajaran, teaching aids, atau
audio visual aids adalah alat-alat yang membantu guru dalam menyampaikan
materi kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme."
Dalam konteks pembelajaran, informasi umumnya terdapat pada guru
dan disampaikan kepada siswa. Pesan tersebut berupa sejumlah kemampuan
yang perlu dikuasai oleh siswa, yang dapat dikomunikasikan melalui berbagai
saluran, seperti saluran penglihatan, saluran pendengaran, saluran perasaan,
dan saluran perbuatan, sesuai dengan taksonomi Bloom yang mencakup
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Herman J. Waluyo, 1992:57).
2. Jenis Media Pembelajaran
Terdapat beberapa jenis media pengajaran yang umumnya digunakan
dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafik, melibatkan gambar, foto,
grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan sejenisnya. Media
grafik ini sering disebut sebagai media dua dimensi karena memiliki ukuran
panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi, berbentuk model seperti model
padat, model penampang, model susun, model kerja, mark up, diorama, dan
lain-lain. Ketiga, media proyeksi, mencakup slide, film, strips, penggunaan
OHP, dan lainnya. Keempat, penggunaan media fotografi. Kelima,
penggunaan media audio sebagai alat bantu pengajaran. Keenam, penggunaan
lingkungan sebagai media pembelajaran (Sudjana, 1991).
28
G. Kerangka Berpikir
Guru Siklus I
Tindakan Menggunakan
menggunakan
metode Diskusi
metode
Siklus II
Menggunakan
Metode
Demonstrasi
Hasil
Kondisi meningkat
akhir
H. Tindakan Hipotesa
Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV SDN 1
Montong Terep Tahun Pelajaran 2022/2023”, terdapat peningkatan yang
signifikan dalam hasil belajar siswa.
29
I. Hasil Belajar
Proses belajar dan mengajar dianggap selesai ketika hasil belajar siswa
telah tercapai. Dimyati (1993:3) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil
dari interaksi antara tindakan belajar dan tindakan mengajar. Bagi guru, proses
pengajaran diakhiri dengan evaluasi hasil belajar, sementara bagi siswa, hasil
belajar mencerminkan puncak dari proses belajar. Alhamdi (1994:35) menyatakan
bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dicapai melalui usaha. Prestasi belajar
siswa tercermin dalam nilai yang diperoleh dalam setiap tes atau evaluasi. Untuk
mencapai hasil yang baik, siswa perlu berusaha belajar dengan sungguh-sungguh,
sementara guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan
efektif.
Proses belajar perlu diorganisasikan secara sengaja untuk menghasilkan
proses belajar yang optimal dan mencapai hasil belajar yang baik. Oleh karena itu,
jenis-jenis hasil belajar menjadi fokus utama dalam merancang metode
pembelajaran. Setiap jenis hasil belajar, mulai dari belajar isyarat hingga belajar
pemecahan masalah, memiliki karakteristik proses mental dan interaksi yang khas.
Oleh karena itu, dalam perencanaan proses hasil belajar, guru perlu memiliki
pengetahuan tentang jenis-jenis hasil belajar serta kondisi internal dan eksternal
yang diperlukan untuk setiap jenis hasil belajar. Dengan demikian, pelaksanaan
pembelajaran dapat memfasilitasi pertumbuhan proses dan hasil belajar yang
optimal.
30
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu
1. Subyek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 1 Montong Terep,
Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Subyek penelitian
melibatkan siswa kelas IV.b sebanyak 18 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-
laki dan 6 siswa perempuan.
b. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi fokus penelitian adalah Matematika.
c. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada kompetensi dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
kelas IV.b dengan menggunakan metode demonstrasi di SD Negeri 1
Montong Terep dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu:
1) Siklus I
Hari : Selasa
Tanggal : 17 Oktober 2023
Waktu : 1 x 35 menit
2) Siklus II
Hari : Selasa
Tanggal : 7 November 2023
Waktu : 1x 35
d. Jumlah siswa
Jumlah Siswa: 18 Siswa ( 12 Laki-laki 6 Perempuan )
31
2. Karakteristik Siswa dan Sekolah
a. Karakteristik Siswa
Siswa kelas IV.b di SD Negeri 1 Montong Terep berjumlah 18
siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Kecerdasan
siswa cenderung merata dengan tingkat berfikir yang sebagian besar
berada pada tingkat sedang. Mayoritas siswa berasal dari keluarga petani
dan buruh bangunan dengan tingkat pendidikan orang tua yang masih
rendah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan di kalangan orang tua
tergolong rendah, sehingga perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya
juga kurang.
b. Karakteristik Sekolah
SD Negeri 1 Montong Terep di Kecamatan Praya, Kabupaten
Lombok Tengah, memiliki fasilitas yang memadai, termasuk ruang kelas
yang mencukupi untuk kegiatan pembelajaran sehari-hari. Setiap
tingkatan kelas memiliki satu sampai dua ruang kelas, dan sekolah ini
dilengkapi dengan satu ruang guru dan kantor kepala sekolah.
3. Karakteristik Lingkungan Penelitian
a. Ekonomi Orang Tua
Ekonomi orang tua siswa cenderung cukup, dengan sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh dengan penghasilan
yang pas-pasan. Masyarakat di Desa Montong Terep, tempat sekolah
berada, cenderung agamis dan lebih mementingkan pendidikan agama
daripada pendidikan umum. Lingkungan ini juga geografisnya subur,
didominasi oleh lahan pertanian.
b. Lingkungan Sekolah
SD Negeri 1 Montong Terep terletak di Desa Montong Terep
yang memiliki karakteristik masyarakat agamis dan fokus pada
32
pendidikan agama. Desa ini juga geografisnya subur dengan mayoritas
lahan sebagai lahan pertanian.
4. Pihak-Pihak yang Membantu
Pihak yang membantu dalam pembelajaran ini adalah dosen
pembimbing mata kuliah PKP sebagai supervisor 1, guru kelas IV sebagai
supervisor 2 dan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Montong Terep
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur PTK ini terdidri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus II.
Masing-masing siklus melalui empat tahapan yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan,
Observasi, dan refleksi. Adapun rincian pelaksanaan sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencana Perbaikan Pembelajaran
Perencanaan merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian
Tahap-tahap dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
Menyusun ATP
Menyusun Modul Ajar
Menetapkan KKTP
Menyiapkan daftar hadir
Menyiapkan media pembelajaran
Menyiapkan bahan materi, sarana
Menyiapakan lembar observasi, refleksi dan evaluasi
Pembagian kelompok yang adil
b. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 1 mata
pelajaran Matematika Kelas IV.b, Peneliti menempuh langkah-
langkah perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
33
masing-masing untuk mengawali pelajaran
b) Guru mempersiapkan alat-alat pelajaran dan absensi siswa
c) Membahas tugas PR siswa dilanjutkan penilaian PR
d) Mempersiapkan siswa agar siap menerima pelajaran
2) Kegiatan Inti ( 25 menit )
Eksplorasi
Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi Misalnya 1)
lawan dari 3 adalah.......
Elaborasi
34
67% dari sebelumnya 33% dengan nilai rata-rata 58. Jadi
peningkatan baru 34%.
c. Refleksi
Berdasarkan temuan-temuan yang di dapat pada proses
perbaikan pembelajaran, dapat direfleksikan penyebab kurangnya
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika pokok
bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan, pada siklus
1, maka hasil diskusi dengan teman sejawat masih perlu ada perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Hanya lebih menekankan pada
penggunaanalat peraga yang dapat mengakibatkan belajar siswa.
2. Siklus II
a. Perencana Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan rancangan pembelajaran, proses pembelajaran
pada perbaikan pembelajaran siklus 2 sama dengan proses
pembelajaran pada siklus 1, namun pada siklus 2 peneliti lebih
mengoptimalkan penggunaan metode dan media yang digunakan.
Menyusun ATP
Menyusun Modul Ajar
Menetapkan KKTP
Menyiapkan daftar hadir
Menyiapkan media pembelajaran
Menyiapkan bahan materi, sarana
Menyiapakan lembar observasi, refleksi dan evaluasi
Pembagian kelompok yang adil
b. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
35
1) Kegiatan Awal ( 5 menit )
- Menyiapkan alat peraga
- Mengkondisikan siswa
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti ( 20 menit )
Eksplorasi
- Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi
Misalnya 1) lawan dari 3 adalah.......
Elaborasi
- Melalui demonstrasi guru menjelaskan kembali tentang
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
- Siswa bergantian mendemonstrasikan cara pengerjaan
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
Konfirmasi
- Siswa berdiskusi dengan teman sebangku menyelesaikan
soal-soal pada LKS.
- Guru bersama siswa membahas hasil diskusi.
3) Kegiatan Akhir ( 15 Menit )
- Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran.
- Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi.
- Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa dilanjutkan
dengananalisis hasil evaluasi.
- Memberi tugas PR sebagai tindak lanjut.
c. Hasil Observasi
Dalam proses pembelajaran minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran sudah kelihatan, siswa baik secara individu maupun
kelompok sudah dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Kemudian
36
dilihat dari penguasaan materi siklus I ke siklus II sudah ada
peningkatan yang signifikan dari 52 % menjadi 78 % dengan nilai
rata- rata 75.
d. Refleksi
Berdasarkan melihat penguasaan materi oleh siswa mencapai 78 %,
maka hasil diskusi dengan teman sejawat bahwa pada siklus II sudah ada
peningkatan yang cukup menggembirakan bagi penulis. Hal ini karena sudah
menggunakan alat peraga sesuai dengan materi pelajaran. Sehingga dengan alat
peraga yang sesuai siswa bisa aktif dan bisa tertarik dalam menerima pelajaran.
37
Keterangan :
N = banyak siswa
Rumus digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan menentukan sejauh
mana mereka telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Setiap akhir siklus diadakan
Keterangan :
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan serangkaian kegiatan yang telah dilakukan dalam dua siklus
penelitian tindakan kelas ini, upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan
partisipasi siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi dapat disajikan melalui
laporan hasil penelitian dan pembahasannya. Rincian kegiatan pada setiap siklus
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada pembelajaran Matematika sebelum siklus I yaitu pada proses
pembelajaran tahun lalu di kelas yang sama dan materi yang sama pula, hanya 11
siswa dari 18 siswa yang telah menguasai materi. Atau sebanyak 60 % sudah
menguasai materi, sedangkan 40 % nya belum menguasai materi. Dilihat dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada kompetensi tersebut
memerlukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
Setelah penulis melaksanakan perbaikan pembalajaran Matematika Siklus I
dari 18 siswa hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65. Hal ini
menunjukan bahwa pelaksanaan perbaikan pembalajaran siklus I hasil ulangan
cukup meningkat namun masih ditemukan beberapa kekurangan sehingga
diperlukan perbaikan kembali pada siklus II.
Setelah melakukan perbaikan pada Siklus II, terdapat peningkatan
signifikan di mana 15 dari total 18 siswa berhasil meraih nilai di atas 65.
Peningkatan ini dapat diatribusikan kepada beberapa faktor, seperti penggunaan
alat peraga yang memadai, penjelasan guru yang disampaikan secara berulang-
ulang, serta terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
perhatian siswa. Dampaknya, banyak siswa yang menikmati dan mampu
memahami konsep pembelajaran tersebut.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran demonstrasi berkontribusi positif terhadap
39
peningkatan hasil belajar siswa. Secara spesifik, aspek tersebut dapat tercermin
dalam laporan hasil penelitian dan diskusi yang dijabarkan pada setiap siklus,
sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dari hasil observasi menggambarkan pembelajaran yang dirancang
adalah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan bermakna
sehingga member dampak yang positif terlihat dari meningkatnya semangat
siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Serta meningkatnya hasil
nilai pada mata pelajaran matematika.
b. Pelaksanaan
Dari hasil observasi proses kegiatan belajar mengajar menggunakan
instrumen observasi ( lembar pengamatan ) kegiatan guru dan kegiatan
siswa, diperoleh gambaran terjadi peningkatan semangat dan aktifitas dari
siswa yang kurang aktif bertanya dan peningkatan kerjasama meningkat 52
%, kenaikan aktivitas dan semangat siswa karena hasil perbaikan aktifitas
guru :
1) Penjelasan guru tentang materi pelajaran sudah jelas
2) Kuantitas tanya jawab antara guru dan siswa sudah memadai
3) Guru sudah menggunakan metode yang bervariasi
4) Guru sudah dapat membangkitkan motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran
5) Siswa merasa tertarik dan menikmati proses pembelajaran yang
menyenangkan
c. Obsrvasi/Pengamatan
Pada akhir siklus I, dilaksanakan tes untuk mengukur peningkatan
prestasi siswa dari 40 % menjadi 52 % , peningkatan ini karena adanya
diskusi kelompok yang telah dicatat catat oleh observer dan menggunakan
metode demonstrasi
40
d. Refleksi
Analisis terhadap hasil observasi dan tes diatas, menyimpulkan
bahwa pembelajaran secara umum, mengalami peningkatan kretifitas guru
dan keaktifan siswa tetapi masih perlu ditingkatkan lagi pada kegiatan yang
masih kurang, juga perlu ditingkatkan skor rata-rata dari hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pemeblajaran demonstrasi.
2. Siklus II
a. Perncanaan
Dari hasil observasi pada perencanaan yang sangat baik, alat bahan
lengkap, siswa aktif, siswa tertib, pembagian kelompok adil, sehingga guru
kretif dalam mengajar pembelajaran tercipta menjadi lebih menyenangkan.
b. Pelaksanaan
Dari hasil observasi proses kegiatan siswa diperoleh gambaran
keaktifan siswa sangat meningka Dari 72,5 % Menjadi 83,5 %. Serta
peningkatan hasil belajar siswa dari 52% menjadi 80% .
c. Pengamatan/ Observasi
Pada akhir siklus II dilakukan tes untuk penguasaan materi oleh
siswa. Sehingga hasil belajar siswa meningkat menjadi 81%. Peningkatan
ini merupakan dampak dari penggunaan model pembelajaran Demonstarsi.
d. Refleksi
Setelah melihat hasil belajar siswa yang cukup tinggi pada siklus 2
guru melakukan wawancara singkat dengan siswa
1. Guru menanyakan, mengapa hasil tes lebih tinggi, beberapa jawaba
siswa :
- Pembelajaran menyenangkan
- Sudah menggunakan alat peraga
- Siswa ikut serta / terlibat dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa
41
2. Guru menanyakan pendapat siswa terhadap model pembelajaran pada
siklus 2 jawaban siswa antara lain
- Proses pembelajaran menarik dan lebih bermakna
- Guru mampu menguasai kelas sehingga semua siswa terlibat dalam
pembelajaran
- Siswa merasa semangat dan merasa senang dalam proses
pembelajaran
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk lebih jelasnya, hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini diuraikan pada pembahasan laporan ini ,
keberhasilan dari kendala yang ditemukan pada tahap- tahap Penelitian Tindakan
Kelas ini secara lebih terinci dapat tetgambar menurut siklus-siklus yang telah
dilaksanakan sebagai berikut
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dari hasil observasi menggambarkan pembelajaran yang dirancang
adalah pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan serta bermakna.
Pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, merangsang, menggali
informasi penting dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa.
Guru mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran, melakukan
proses pembelajaran yang kebih menarik dan menyenangkan serta
menggunakan alat peraga yang menarik dan mendukung materi
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Berdasarkan hasil observasi, dalam tahap apersepsi, guru telah
mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang telah diajarkan
sebelumnya. Dampaknya, semua siswa tampak aktif dan menikmati proses
42
pembelajaran, serta berpartisipasi dengan semangat. Pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada Siklus I, terlihat perkembangan dalam
perilaku siswa. Mereka mulai memberikan perhatian lebih terhadap
penjelasan guru, menjadi lebih berani dalam menjawab dan mengajukan
pertanyaan, serta menunjukkan kemajuan dalam pemahaman materi
pembelajaran. Keterlibatan siswa juga mengalami peningkatan.
Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti dan rekan sejawat
menemukan beberapa aspek terkait perilaku mengajar guru. Penjelasan
materi oleh guru dianggap jelas dan mudah dipahami, interaksi tanya jawab
antara guru dan siswa dinilai memadai, dan guru menggunakan beragam
metode pembelajaran. Guru juga dinilai berhasil memotivasi siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran.
Namun, setelah diskusi dengan teman sejawat dan konsultasi
dengan penguji I, teridentifikasi bahwa kesalahan guru dalam pemilihan
dan penggunaan media pembelajaran gambar monokrom berukuran kecil
menjadi salah satu penyebab ketidakmaksimalan prestasi belajar siswa.
c. Pengamatan
Dari hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan, dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan yaitu Demonstrasi
siswa ikut serta dalam proses pembelajaran dan terlibat aktif serta terlihat
semangat dalam proses pembalajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan evaluasi hasil observasi pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, terlihat peningkatan keaktifan siswa yang berdampak positif
pada peningkatan hasil pembelajaran mereka. Meskipun demikian, masih
terdapat sejumlah siswa yang belum mampu mencapai hasil belajar
maksimal, hal ini disebabkan oleh ketidakfamiliaran beberapa siswa dengan
model Demonstrasi yang diterapkan.
2. Siklus II
43
a. Perencanaan
Hasil observasi mencerminkan bahwa desain pembelajaran yang
diterapkan adalah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan
bermakna. Fokus pembelajaran ini adalah pada keaktifan siswa, dengan
merangsang dan mendorong mereka untuk menggali informasi penting
melalui kegiatan pembelajaran. Guru turut melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran, menciptakan pengalaman pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, serta menggunakan alat peraga yang menarik
dan mendukung materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Berdasarkan hasil observasi pada tahap apersepsi, guru telah
mengajukan pertanyaan terkait dengan materi pembelajaran. Selama kegiatan
inti, semua siswa tampak aktif dan menikmati pembelajaran, mereka
berpartisipasi dengan antusias dan semangat. Proses pembelajaran dimulai
dengan apersepsi yang berhasil menumbuhkan semangat dan rasa ingin tahu
di antara siswa. Selama kegiatan inti, siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, menciptakan pemahaman yang berarti dan memudahkan
mereka untuk memahami materi pelajaran. Pada kegiatan akhir, siswa
mampu menyimpulkan materi pembelajaran dengan benar, menunjukkan
pemahaman yang telah mereka capai. Selain itu, siswa juga mampu
menjawab tes yang diberikan guru sebagai indikator keberhasilan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
c. Pengamatan
Dari hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan, dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan yaitu Demonstrasi siswa
ikut serta dalam proses pembelajaran dan terlibat aktif serta terlihat semangat
dalam proses pembalajaran.
d. Refleksi
44
Dari hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan guru, terlihat
keaktifan siswa meningkat, sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi
meningkat.
Tabel 1. Prestasi siswa
No. Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Elya Az-Zahra 60 70 80
2 Irfan Maulana 90 100 100
3 Khaerul Azam 60 80 90
4 Ahmad Jamil 20 20 40
5 Azkiya Fatimah 100 100 100
6 Intan Paramadina 50 60 80
7 Zohratunnufus 80 80 90
8 Aenaya Shahira 80 80 90
9 M. Nazril Haqiqi 50 60 80
10 M. Alfian Wahid 50 60 70
11 M. Alfan Walid 70 80 80
12 M. Fatih Saputra 70 70 90
13 M. Fariz Haqiqi 70 80 80
14 M. Zaenal Wadi 50 70 80
15 Nayla Fitriani 20 50 60
16 Zohratul Aini 50 80 100
17 Firmanasyah 40 50 60
18 Zulfiana Dhaisa R. 30 40 60
Rata-rata Nilai 57 64 75
Tuntas 7 11 14
Belum Tuntas 11 7 4
% Ketuntasan 40% 60% 80 %
45
Nilai Rata-rata Per Siklus
80
70
60
50
40 Rara-rata
30
20
10
0
Pra siklus Siklus I Siklus II
Chart
16 Title
14
12
10
6
Gambar 2. Diagram ketuntasan belajar per siklus
2
46
0
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan secara individu dari 18
siswa, pada siklus 1 ada 11 siswa dengan prosentase 60 % sedangkan pada
siklus II ada 14 siswa tuntas belajar dengan prosentase 80 % siklus yang
tidak tuntas pada siklus 1 ada 7 dengan prosentase 40 % pada siklus II ada 4
siswa dengan prosentase 20 % Dengan keterangan nilaitertinggi pada siklus I
adalah 100 sebanyak 2 siswa dan nilai terendah 20 sebanyak 1 siswa.
Sedangkan nilai tertinggi pada siklus II adalah 100 sebanyak 3 siswa dan
nilai terendah 40 sebanyak 1 siswa.
Secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena belum mencapai
standar ketuntasan belajar klasikal yaitu 80 %, pencapaian hasil belajar pada
siklus 1 baru mencapai 60 % rata-rata skor sebelum perbaikan 40 % rata-rata
skor setelah perbaikan siklus 2 80 % nilai rata-rata kelas 75.
Secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena belum mencapai
standar ketuntasan belajar klasikal yaitu 80%. Rata-rata skor sebelum
perbaikan adalah 57 dengan prosentase hasil belajar 40 %. Rata-rata skor
setelah perbaikan yaitu dengan adanya siklus I rata-rata kelasnya adalah 64
dengan prosentase hasil belajar mencapai 60%. Sedangkan pada perbaikan
pembelajaran pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 75
dengan prosentase 80 %.
e. Refleksi
Analisis hasil observasi dan tes diatas menyimpulkan pembelajaran
secara umum mengalami peningkatan hasil belajar oleh siswa belum
mencapai tingkat ketuntasan sebagaimana yang telah di tetapkan siklus
berikutnya perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan guru
yang masih kurang, kemudian meningkatkan skor rata-rata hasil belajar
siswa.
Berdasarkan hasil refleksi dari tindakan yang dilaksanakan pada
siklus 1 dapat direkomendasikan , berapa hal yang perlu dilaksanakan pada
siklus berikutnya yaitu :
47
1) Siswa perlu dibuat kelompok belajar / tutor sebaya.
2) Memperbanyak alat peraga berupa gambar yang menarik dan
mendukung materi pelajaran
3) Mengubah langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode
Demonstrasi.
4) Mengubah suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan kondusif.
5) Mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran dengan diadakannya
peragaan atau keadaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan
6) Memberi penguatan dan semanagat serta penghargaan kepada siswa
Tabel 2. aktivitas belajar siswa
No Aspek yang dinilai Skor
Siklus I Siklus II
1 Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam di awal pertemuan 4 4
2. Siswa melaksanakan doa bersama 3 4
3. Siswa menyiapkan alat-alat pelajaran 3 4
4. Siswa siap mengikuti pelajaran 4 4
II Kegetan Inti
1. Siswa menjawab pertanyaan appersepsi 4 4
2. Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran 3 4
3. Siswa memperhatikan penejlasan materi 3 4
4. Siswa memahami penjelasan guru 5 5
5. Siswa mendemonstrasikan materi 3 4
6. Siswa menggunakan garis bilangan 4 5
7. Siswa menanyakan materi yang belum jelas 4 5
8. Siswa mengerjakan soal-soal latihan 4 4
9. Siswa menanyakan hal yang belum diketahui 3 4
III Kegiatan Akhir
1. Siswa menyimpulkan materi pelajaran 3 4
2. Siswa mengerjakan tes 4 4
3. Siswa senang mengikuti pembelajaran 4 4
58 67
72,5 % 83,8 %
48
Gambar 3. Diagram aktivitas belajar siswa
49
kelompoknya. Dengan alat peraga garis bilangan siswa secara langsung dapat
mendemonstrasikan penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Setelah penulis melaksanakan penelitian melalui Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) yang dilaksanakan dari pra siklus hingga siklus II, maka dapat
diambil kesimpulan :
Peningkatkan hasil belajar dan keaktifan Siswa dengan menggunakan
metode Demonstrasi dan diskusi pada materi Matematika Kompetensi Dasar
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pecahan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran dengan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan dapat ditingkatkan dengan mengguanakan
metode demonstrasi dan diskusi. Hasil analisis nilai rata- rata pada pra siklus
57, setelah siklus I terjadi kenaikan nilai rata-rata menjadi 64, dan setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II meningkat lagi menjadi 75.
Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan, dapat ditingkatkan dengan menggunakan
metode demonstrasi. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan yang menunjukan
adanya peningkatan. Aktivitas siswa siklus I mencapai 72,5 dan pada siklus II
meningkat lagi menjadi 83,8 %.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya
meningkatkan keaktivan siswa di kelas, maka guru sebaiknya:
1. Metode Demonstrasi dan diskusi hendaknya dicobakan pada materi
matematika pada Kompetensi Dasar yang lain.
2. Metode demonstrasi dan diskusi hendaknya dicobakan pada materi
pelajaran yang lain.
51
3. Prestasi belajar merupakan salah satu penentu kenaikan maupun kelulusan
siswa. Oleh karena itu hendaknya siswa berusaha dengan cara rajin belajar
tanpa harus menunggu di suruh oleh guru maupun orang tua.
4. Prestasi belajar siswa merupakan salah satu kepuasan dan kebanggaan bagi
guru. Oleh karena itu hendaknya guru mengusahakan agar siswa yang
menjadi tanggung jawabnya memiliki prestasi tinngi dengan cara
memberikan pembelajaran yang terbaik melalui penggunaan metode dan
alat peraga yang tepat.
52
DAFTAR PUSTAKA
Nur Akhsin, Heny K, Thoyibah H. 2004. Matematika Kelas 4 Sekolah Dasar. Jakarta:
Cempaka Putih.
Buchori, Jumadi, Sutigno, Dadang Gastro. 2002. Gemar Belajar Matematika 4 Untuk
Sekolah Dasar Kelas 4. Semarang: Aneka Ilmu.
Hermawan, Asep Hery, dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Karso, dkk. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Mahsetyo,
Gatot, dkk. 2009. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Mikarso, Hera Lestari; Agus Taufik; Puji Lestari Priyanto. 2007. Pendidikan Anak SD.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Suciati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujadi,
R., dan Tatag Yuli Eko Siswono. 2004. Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas
4. Jakarta: Balai Pustaka.
Suprayekti, dkk. 2012. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wahyudin, Dinn. 2009. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani,
I.G.A.K; Wihardit, K.; Nasoetion, N. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wardani, I. G. A. K.; Juleha, Siti; Marsinah, Ngadi. 2012. Pemantapan Kemampuan
Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S., dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
53
Lampiran 1 Kesediaan Supervisor 2
Kepada
Di Tempat
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi Supervisor II yang akan memeriksa dan
memberi masukan terhadap rencana pembelajaran serta mengamati praktik
pembelajarannya sebanyak 3 kali dalam mata kuliah PKP (Pemantapan Kemampuan
Profesional), yang akan dilakukan oleh mahasiswa tersebut di bawah ini.
Demikian, Surat Kesediaan menjadi Supervisor II ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
NIP :- NIP-
54
Lampiran 2 RPP
Kelas/Semester : IV/2
A. Standar Kompetensi
1. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan Pecahan
55
B. Kompetensi Dasar
5.4 Melakukan opersi hitung pecahan
C. Hasil Belajar
Siswa mampu menjumlahkan dan mengurangkan bilangan Pecahan.
D. Indikator
1. Melalui penjelasan guru tentang menjumlahkan bilangan
Pecahan positif dengan bilangan Pecahan positif siswa
dapat menjumlahkan bilangan Pecahan positif dengan
bilangan positif.
2. Melalui penjelasan guru tentang menjumlahkan bilangan
Pecahan positif dengan bilangan Pecahan negatif siswa
dapat menjumlahkan bilangan Pecahan positif dengan
bilangan negatif.
E. Tujuan Perbaikan
1. Meningkatkan pretasi belajar siswa pada materi
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan Pecahan
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi
56
menjumlahkan danmenguarangkan bilangan Pecahan.
F. Materi Pembelajaran
1. Penjumlahan Pecahan
Menjumlahkan pecahan
yang telah sama
penyebutnya, operasi
penjumlahannya hanya
menjumlahkan
pembilangnya saja.
Pahamilah contoh di
samping ini!
57
b. Penjumlahan pecahan campuran
Pecahan campuran adalah bilangan yang terdiri atas
bilangan asli dan bilangan pecahan. Operasi hitung
penjumlahan pecahan campuran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
disederhanakan.
2 Pengurangan Pecahan
a. Pengurangan pecahan biasa
58
dahulu harus menyamakan penyebutnya, karena
pecahan tidak bisa dijumlahkan apabila
penyebutnya tidak sama.
Contoh :
Cara pengerjaan:
59
1. Media dan Sumber
• Media
Tangan, Garis bilangan, mistar, mobil-mobilan.
• Sumber.
- Buchori, Jumad, Sutigno, Dadang Gasto,
Gemar Belajar Matematika 4 untuk Sekolah
Dasar Kelas 4, Purwokerto anekaIlmu 77-88
- Gatot Muhsetyo, dkk, Pembelajaran
Matematika Sd, Jakarta Sd, Jakarta UT, 1.10
– 1.29.
- Nur Akhsin, Heny K, dan Thoyibah H.2004,
Matematika kelas 4 Sekolah Dasar, klaten,
Gambuhan Putih, 180-189
- R. Sujadi dan Tatang Yuli Eko Siswono,
2004, Matematika Untuk Sekolah Dasar
Kelas 4, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 61-
69
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Ceramah, demonstrasi, tugas dan latihan.
2. Langkah-langkah pembelajaran
• Kegiatan Awal ( 5 menit )
- Menyiapkan alat peraga
- Mengkondisikan siswa, berdoa
- Berdoa dan mengabsen siswa
• Kegiatan Inti ( 25 menit)
Eksplorasi
- Apersepsi berupa tanya jawab yang mengarah pada
materi pelajaran
Elaborasi
a. Guru mendemonstrasikan materi penjumlahan dan
60
penguranganbilangan Pecahan
b. Secara klasikal siswa memperhatikan guru
mendemonstrasikan tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan Pecahan
c. Secara bergiliran siswa maju untuk
mendemonstrasikan bilanganPecahan
Konfirmasi
a. Guru bertanya jawab tentang materi
penjumlahan dan pengurangan yang belum
diketahui siswa
H. Evaluasi Pembelajaran
1. Prosedur Tes
• Tes awal : tidak ada
• Tes proses : ada pada kegiatan inti
• Tes akhir : ada pada kegiatan akhir
2. Jenis tes : tertulis
3. Bentuk tes : Objektif dan Essay
4. Alat tes : soal-soal tes
61
Soal
1. 7/8 – 5/6 =
2. 7/9+5/6 -2/3 =
Jawab
Kelas/Semester : IV/2
Waktu : 1 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan Pecahan
B. Kompetensi Dasar
5.4 Melakukan opersi hitung pecahan
C. Hasil Belajar
Siswa mampu menjumlahkan dan mengurangkan bilangan Pecahan.
D. Indikator
62
a. Melalui penjelasan guru tentang menjumlahkan bilangan Pecahan
positif dengan bilangan Pecahan positif siswa dapat menjumlahkan
bilangan Pecahanpositif dengan bilangan positif.
63
menjumlahkan pembilangnya saja. Pahamilah
contoh di samping ini!
64
• Hasil dari penjumlahan pecahan kemudian disederhanakan.
2. Pengurangan Pecahan
a. Pengurangan pecahan biasa
65
Contoh :
Cara pengerjaan:
1. Media
2. Sumber.
66
69
I. Kegiatan Pembelajaran
A. Metode Pembelajaran
Ceramah, demonstrasi, tugas dan latihan.
B. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan Awal ( 5 menit )
a. Menyiapkan alat peraga
b. Mengkondisikan siswa
c. Berdoa dan mengabsen siswa
2. Kegiatan Inti ( 25 menit)
Eksplorasi
a. Apersepsi berupa tanya jawab yang mengarah pada materi
pelajaran
Elaborasi
b. Guru mendemonstrasikan materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan Pecahan
c. Secara klasikal siswa memperhatikan guru mendemonstrasikan
tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan Pecahan
d. Secara bergiliran siswa maju untuk mendemonstrasikan bilangan
Pecahan
Konfirmasi
e. Guru bertanya jawab tentang materi penjumlahan dan
pengurangan yangbelum diketahui siswa.
f. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan pemahaman
yangmasih keliru, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Penutup ( 10 menit)
a. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
67
b. Melaksanakan tes akhir.
c. Menganalisa hasil tes.
d. Menyimpulkan hasil tes
2. Evaluasi Pembelajaran
A. Prosedur Tes
Tes awal : tidak ada
Tes proses : ada pada kegiatan inti
Tes akhir : ada pada kegiatan akhir
B. Jenis tes : tertulis
C. Bentuk tes :
Objektif dan Essay
D. Alat tes :
soal-soal tes
Soal
1. 1/2 +2/3 =
2. 7/8 – 5/6 =
3. 7/9+5/6 -2/3 =
Jawab
68
Daftar Nilai Per Siklus
Mata Pelajaran : Matematika
No. Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Elya Az-Zahra 60 70 80
2. Irfan Maulana 90 100 100
3. Khaerul Azam 80 80 90
4. Ahmad Jamil 40 20 40
5. Azkiya Fatimah 100 100 100
6. Intan Paramadina 50 60 80
7. Zohratunnufus 50 80 90
8. Aenaya Shahira 80 80 90
9. M. Nazril Haqiqi 50 60 80
10. M. Alfian Wahid 70 60 70
11. M. Alfan Walid 50 80 80
12. M. Fatih Saputra 70 70 90
13. M. Fariz Haqiqi 60 80 80
14. M. Zaenal Wadi 60 70 80
15. Nayla Fitriani 20 50 60
16. Zohratul Aini 80 80 100
17. Firmanasyah 40 50 60
18. Zulfiana Dhaisa R. 30 40 60
Rata-rata nilai 57 64 75
Tuntas 7 11 14
Belum tuntas 11 7 4
69
% Ketuntasan 40 60 80
70
71
72