Anda di halaman 1dari 12

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Tria Lailatus Sa’adah, Anisa Bella Alya Mawarda, Mikhna Silvia

Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung

ABSTRAK

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan sila kelima dalam Pancasila,
ideologi dasar negara Indonesia. Sila ini mencerminkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan
yang menjadi fondasi bagi tatanan sosial, politik, ekonomi, dan budaya di Indonesia. Sila ini
berarti bahwa setiap warga negara, tanpa memandang suku, ras, agama, atau status sosial,
berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan merata dalam segala aspek kehidupan. Keadilan
sosial mencakup akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, serta kesempatan
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Dalam konteks negara, sila ini
mengarahkan pemerintah untuk menciptakan kebijakan dan program yang mendukung
distribusi sumber daya dan peluang secara merata di seluruh lapisan masyarakat. Dengan
demikian, sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi jembatan antara
idealitas (Das Sollen) dan realitas (Das Sein) dalam upaya mewujudkan Indonesia yang adil
dan makmur.

Kata kunci : Pancasila, Keadilan Sosial, Hak Warga

ABSTRACT

The principle of Social Justice for All Indonesian People is the fifth principle in Pancasila, the
basic ideology of the Indonesian state. This principle reflects the values of justice and equality
which are the foundation for the social, political, economic and cultural order in Indonesia.
This principle means that every citizen, regardless of ethnicity, race, religion or social status,
has the right to receive fair and equitable treatment in all aspects of life. Social justice includes
equal access to education, health, employment, as well as opportunities to participate in
decision-making processes. In the context of the country, this principle directs the government
to create policies and programs that support the distribution of resources and opportunities
evenly across all levels of society. In this way, the principle of Social Justice for All Indonesian
People becomes a bridge between ideality (Das Sollen) and reality (Das Sein) in an effort to
create a just and prosperous Indonesia.
A. Pendahuluan

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah salah satu dari lima sila
dalam Pancasila, yang merupakan ideologi dasar negara Indonesia. Sila ini memiliki peran
penting dalam membentuk landasan moral dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia.

Keadilan sosial merupakan prinsip yang sangat ditekankan dalam sila ke-5 Pancasila.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan merata dalam segala aspek kehidupan. Tidak
peduli suku, ras, agama, atau status sosial, semua rakyat Indonesia memiliki hak yang sama
untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kesempatan lainnya.

Sila ke-5 Pancasila mencerminkan semangat inklusivitas dan persatuan dalam


masyarakat Indonesia. Prinsip keadilan sosial ini mengajarkan kita untuk saling menghormati
dan menerima perbedaan, serta berusaha untuk mengurangi kesenjangan sosial yang ada di
dalam masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan kebijakan yang berpihak kepada rakyat, dengan memastikan bahwa sumber daya
dan peluang didistribusikan secara adil dan merata.

Keadilan sosial juga merupakan landasan bagi pembangunan yang berkelanjutan dan
berkeadilan di Indonesia. Dengan menciptakan lingkungan yang adil dan merata, kita dapat
memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan
berkontribusi secara maksimal dalam memajukan negara ini.

Dalam pandangan Pancasila, sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
menjadi jembatan antara idealitas (Das Sollen) dan realitas (Das Sein). Dalam upaya
mewujudkan keadilan sosial, kita dihadapkan pada tantangan dan perbedaan yang ada dalam
masyarakat. Namun, dengan semangat gotong royong dan kesadaran akan pentingnya keadilan
sosial, kita dapat membentuk sebuah Indonesia yang lebih adil, makmur, dan harmonis.

B. Pembahasan
1. Ideologi Negara Antara Das Sollen dan Das Sein

Ideologi negara merupakan suatu pandangan atau sistem pemikiran yang menjadi
landasan dalam mengatur tatanan sosial, politik, dan ekonomi suatu negara. Dalam konteks
antara Das Sollen dan Das Sein, ideologi negara dapat dipahami sebagai perpaduan antara
apa yang seharusnya ada (Das Sollen) dan keadaan yang sebenarnya ada (Das Sein).

Das Sollen mengacu pada visi, cita-cita, atau idealitas yang diharapkan dalam suatu
ideologi negara. Ini mencakup nilai-nilai, prinsip, tujuan, dan pandangan yang ingin dicapai
dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Das Sollen berfokus pada apa yang
seharusnya ada, seperti keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, kebebasan, persamaan hak,
dan keberagaman yang dihormati.

Namun, dalam kenyataannya, keadaan yang ada (Das Sein) mungkin tidak selalu
mencerminkan sepenuhnya apa yang diharapkan dalam ideologi negara. Faktor-faktor
seperti perbedaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya dapat mempengaruhi implementasi
ideologi negara. Terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dan realitas yang ada.

Dalam menghadapi perbedaan antara Das Sollen dan Das Sein, ideologi negara
biasanya berusaha untuk menjembatani kesenjangan tersebut melalui kebijakan, program,
dan reformasi yang bertujuan untuk mendekatkan keadaan yang ada dengan apa yang
diharapkan. Tujuannya adalah untuk mencapai keselarasan antara idealitas dan realitas,
sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari implementasi ideologi negara. 1

Selain itu, ideologi negara juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman
dan dinamika sosial yang terjadi. Hal ini penting agar ideologi negara tetap relevan dan
mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dalam masyarakat.

Dalam kesimpulannya, ideologi negara berada di antara Das Sollen dan Das Sein,
menggabungkan idealitas yang diharapkan dengan keadaan yang sebenarnya ada. Melalui
upaya untuk menjembatani kesenjangan tersebut, ideologi negara berusaha menciptakan
suatu tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang adil, harmonis, dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.2

2. Hak Warga Negara Secara hukum

Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum, adalah setiap orang yang


mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada prinsipnya,
orang sebagai subjek hukum dimulai sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggal dunia 3.

1
Dedi Mahardi, 2017, Integritas ditengah Kabut Idealisme, Kurume: Gramedia Pustaka Utama, hal.146
2
Idik Saeful Bahri,2021, Konsep Dasar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan, Kuningan: Bundaran Hukum,
hal.156
3
Harsanto Nursadi, 2008, Sistem hukum Indonesia: Jakarta, Universitas Terbuka, Hal 17
Hak warga negara secara hukum adalah aspek krusial dalam sistem hukum suatu negara
yang memastikan perlindungan, kebebasan, dan keadilan bagi semua warga negara.
Melalui perlindungan hak-hak ini, sebuah negara dapat membangun masyarakat yang
inklusif, demokratis, dan menghormati hak asasi manusia. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah dan masyarakat untuk terus memperjuangkan pemenuhan dan penegakan hak-
hak warga negara secara hukum demi kesejahteraan bersama. Hak warga negara secara
hukum mengacu pada kumpulan hak yang diberikan kepada individu sebagai bagian dari
status kewarganegaraannya. Hak-hak ini diatur dan dilindungi oleh konstitusi, undang-
undang nasional, serta hukum internasional yang relevan. Mereka mencakup berbagai
aspek kehidupan, mulai dari kebebasan berbicara hingga hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum.

Contoh Hak Warga Negara di Bidang Hukum

a. Hak atas persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan.


b. Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum.
c. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil.
d. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
e. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
f. Hak untuk diadili menurut hukum tanpa diskriminasi.
g. Hak untuk mengakses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.
h. Hak untuk tidak ditangkap, ditahan, digeledah atau disita kecuali atas perintah
tertulis dari kekuasaan yang sah.
i. Hak atas penerapan asas praduga tak bersalah.
j. Hak untuk diperiksa perkaranya apabila sudah diajukan ke pengadilan.

3. Hak Warga Negara Secara Ekonomi

Dalam masyarakat yang demokratis, pemahaman akan hak-hak warga negara


merupakan fondasi yang penting. Salah satu aspek krusial dari hak-hak tersebut adalah hak
ekonomi. Hak ekonomi memberikan landasan bagi setiap warga negara untuk meraih
kesejahteraan dan kesetaraan dalam lingkungan ekonomi. Dalam Pasal 28 D ayat 2 juga
menentukan “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Selanjutnya khusus untuk perekonomian diatur
dalam pasal 33 yaitu4:

a. “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan,

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara,

c. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan


prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Kemandirian.” Oleh karenanya, hak-hak dasar manusia dalam bidang ekonomi adalah
hak-hak yang berkaitan dengan aktivitas perekonomian, perburuhan, hak memperoleh
pekerjaan, mendapatkan upah dan ikut serta dalam serikat buruh 5. Secara lengkap, hak
warga negara secara ekonomi mencakup:

1). Hak untuk bekerja: Warga negara memiliki hak untuk mencari pekerjaan dan
bekerja tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau asal-usul
sosial.

2). Hak untuk memiliki properti: Warga negara memiliki hak untuk memiliki,
membeli, dan menjual properti tanpa campur tangan yang tidak sah dari pihak
lain atau pemerintah.

3). Hak untuk mendapatkan pendidikan: Warga negara memiliki hak untuk
mengakses pendidikan yang berkualitas tanpa diskriminasi dan tanpa hambatan
finansial yang tidak wajar.

4). Hak untuk mengakses layanan kesehatan: Warga negara memiliki hak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang layak tanpa diskriminasi dan dengan
akses yang mudah terhadap fasilitas kesehatan.

5). Hak untuk berusaha: Warga negara memiliki hak untuk berusaha,
menciptakan usaha baru, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi tanpa
hambatan yang tidak sah dari pihak lain atau pemerintah.

4
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
5
Marhaendra Wija Atmaja,2004, Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Kewajiban Negara, Pelanggaran
dan Advokasi, Denpasar Bali: Sekretariat Daerah Provinsi Bali, Hal 1-2.
6). Hak untuk melindungi diri dari eksploitasi ekonomi: Warga negara memiliki
hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi, termasuk buruh paksa,
perdagangan manusia, dan bentuk eksploitasi lainnya.

7). Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil di bawah hukum ekonomi:
Warga negara memiliki hak untuk diperlakukan secara adil di bawah hukum
ekonomi, termasuk hak untuk memperoleh ganti rugi jika hak-hak ekonomi
mereka dilanggar.

Hak-hak ini sering dijamin oleh konstitusi, undang-undang, dan peraturan


pemerintah di banyak negara untuk memastikan kesejahteraan ekonomi dan
perlindungan bagi warga negara.

4. Hak Warga Negara Secara Pendidikan

Negara Indonesia yang ada telah mampu memberikan jaminan dan mengatur
perlindungan hukum warga negaranya untuk memperoleh hak atas pendidikan dasar di
negaranya sendiri. Dilihat dari Peraturan Perundang-undangan yang paling tinggi di
Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen dan sesudah
amandemen).

a. Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Pasal 12: “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan
meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,
bertanggungjawab, berakhlak mulia, bahagia dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia”.6
Pasal 60: “Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat,
dan tingkat kecerdasannya”.
Pasal 12 dan pasal 60 diatas sama-sama diatur dalam Bab III tentang Hak
Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia tetapi diatur dalam bagian yang
berbeda yaitu pasal 12 dalam bagian ketiga tentang Hak Mengembangkan Diri dan
pasal 60 dalam Bagian kesepuluh tentang Hak Anak. Tetapi pada dasarnya
pemerintah melindungi warga negaranya untuk memperoleh hak-haknya untuk

6
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, LN No. 165, TLN No.3886.
memperoleh pendidikan setinggi-tinginya bagi dirinya sendiri baik itu seorang
dewasa ataupun masih seorang anak.
b. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat (18): “Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang
harus diikuti oleh warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah”. 7 Bahwa sudah menjadi kewajiban pemerintah pusat dan
pemerintah daerah untuk dapat menyelenggarakan program pendidikan wajib
belajar yaitu pendidikan di tingkat dasar dan pendidikan di tingkat pertama sesuai
dengan konstitusi negara Indonesia.
c. Peraturan Internasional Yang Menjamin Hak Setiap Manusia Untuk Memperoleh
Pendidikan
Dari pasal-pasal di atas dapat dibuktikan bila dalam peraturan perundang-
undangan negara Indonesia telah mengatur secara rinci mengenai tanggung jawab
pemerintah baik di tingkat pusat dan tingkat daerah, tetapi di dalam peraturan
Internasional juga dapat kita temukan pasal-pasal yang mengharuskan
terselenggaranya sebuah pendidikan secara cuma-cuma, antara lain:
1) Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia
Pasal 26 ayat (1): “Setiap orang berhak memperoleh pendidikan.
Pendidikan harus dengan cuma-cuma, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah
rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus diwajibkan”. Pendidikan
teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang, dan
pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh semua
orang, berdasarkan kepantasan.
Bahwa dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang
dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 ini
juga merasa perlu mencantumkan ide pendidikan gratis bagi peserta pendidikan
di tingkat rendah dan tingkat dasar, dalam peraturan negara Indonesia yang
merupakan usia wajib belajar adalah pendidikan di tingkat dasar tetapi dalam
DUHAM tersebut di atas yang dijadikan acuan wajib belajar adalah pendidikan
tingkat rendah.
2) Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

7
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, LN No. 78, TLN 4301.
Pasal 13 ayat (1): “Negara-negara peserta kovenan ini mengakui hak
setiap orang atas pendidikan.” Mereka menyetujui bahwa pendidikan harus
diarahkan pada perkembangan kepribadian manusia seutuhnya dan kesadaran
akan harga dirinya serta memperkuat penghormatan hak asasi dan kebebasan
manusia yang mendasar. Mereka selanjutnya setuju bahwa pendidikan harus
memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif dalam suatu
masyarakat yang bebas, memajukan saling pengertian, toleransi serta
persahabatan antar bangsa dan semua kelompok, ras, etnis atau agama, dan lebih
memajukan kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara
perdamaian.
Bahwa dalam kovenan yang ditetapkan pada tanggal 16 Desember 1966
dan mulai diberlakukan 3 Januari 1976 ini telah diakui adanya hak-hak bagi
setiap orang untuk memperoleh pendidikan dan adanya partisipasi dari
masyarakat.
3) Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Pasal 13 ayat (2) huruf a: “Negara-negara peserta kovenan ini mengakui
bahwa untuk mengupayakan hak itu secara penuh : a. Pendidikan dasar harus
diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang”.
Bahwa dalam kovenan ini telah dicantumkan upaya pendidikan gratis di
tingkat pendidikan dasar. Peraturan Internasional yang mengatur tentang
pendidikan ini memang ada setelah Indonesia membuat Undang-Undang Dasar
1945 jadi sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa mendeklarasikan tentang
Universal Declaration of Human Right atau Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
Manusia sebenarnya negara Indonesia telah mempunyai pemikiran sendiri
bahwa setiap warga negaranya berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945
sebelum amandemen.
5. Studi Kasus
a. Konteks

Peristiwa pelarian Rachel Vennya dari karantina setelah perjalanan dari


Amerika Serikat menggambarkan dampak luas pandemi COVID-19 terhadap
berbagai sektor kehidupan di Indonesia, mulai dari ekonomi hingga keagamaan.
Kebijakan karantina mandiri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengendalikan penyebaran virus, namun tindakan kaburnya Rachel Vennya
menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya mematuhi protokol
kesehatan.

b. Pelanggaran Yang Terjadi


Rachel Vennya diduga melanggar aturan karantina mandiri yang diberlakukan
pemerintah setelah kembali dari luar negeri. Tindakan ini berpotensi
meningkatkan risiko penyebaran COVID-19 di masyarakat, mengingat
pentingnya membatasi pergerakan dan interaksi sosial untuk memutus mata
rantai penularan virus.
c. Pihak Yang Terlibat
Kasus ini melibatkan Rachel Vennya sebagai pelaku utama, bersama dengan
anggota TNI yang membantu dalam proses pelarian, serta manajer Rachel.
Adanya keterlibatan pihak-pihak lain dalam proses ini menunjukkan
kompleksitas dan dampak yang lebih luas dari tindakan pelanggaran protokol
kesehatan.
d. Dampak
Tindakan kaburnya Rachel Vennya dari karantina mandiri memiliki dampak
yang signifikan, termasuk meningkatnya risiko penyebaran COVID-19,
menciderai upaya bersama dalam memerangi pandemi, dan menimbulkan
kekecewaan serta kecaman dari masyarakat yang memperhatikan penegakan
aturan dan kesehatan bersama.
e. Tanggapan dan Respon
Kasus ini memicu respons negatif dari berbagai pihak, seperti pemerintah,
otoritas terkait, dan masyarakat umum. Respon tersebut meliputi kecaman
terhadap pelanggaran protokol kesehatan, penekanan akan pentingnya
mematuhi aturan yang telah ditetapkan, dan tindakan penegakan hukum
terhadap pelanggaran tersebut.
f. Kesimpulan
Melalui tindakan melanggar protokol kesehatan, Rachel Vennya tidak hanya
mengancam keselamatan dan kesehatan masyarakat secara umum, tetapi juga
menciderai prinsip keadilan sosial. Ketidakpatuhan terhadap aturan kesehatan
selama pandemi mencerminkan ketidakadilan dalam mempertahankan hak dan
kesejahteraan bersama bahwa pentingnya penegakan hukum yang adil dan tegas
untuk memastikan bahwa semua warga negara, tanpa terkecuali, mematuhi
aturan yang telah ditetapkan demi kepentingan bersama.

Sumber Informasi :

https://www.kompasiana.com/feri40524/619fb4fd06310e111532ee73/pelanggaran
-pancasila-sila-ke-5-oleh-selebgram-rachel-vennya?page=all#section1.

C. Kesimpulan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah prinsip yang sangat penting
dalam membangun masyarakat inklusif dan berkeadilan. Untuk mencapai hal tersebut, kita
perlu memperhatikan beberapa aspek kunci seperti ideologi negara, hak-hak warga negara,
distribusi ekonomi yang adil, dan akses pendidikan yang merata.
Ideologi negara, dengan konsep das sollen dan das sein, memberikan arah dan
panduan dalam mencapai keadilan sosial yang realistis dan berkelanjutan. Hak-hak warga
negara, terutama dalam hal hukum, memastikan perlakuan yang adil dan setara bagi semua
individu di mata hukum. Distribusi ekonomi yang adil dan akses terhadap layanan penting
seperti kesehatan dan perumahan menjadi kunci dalam mengurangi kesenjangan ekonomi
antar masyarakat.
Pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi juga penting untuk memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip ini, kita dapat bersama-sama membangun masyarakat yang inklusif,
berkeadilan, dan berkelanjutan bagi semua warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

Nursadi Harsanto, 2008, Sistem hukum Indonesia: Jakarta, Universitas Terbuka.

Mahardi, Dedi, 2017, Integritas ditengah Kabut Idealisme, Kurume: Gramedia Pustaka
Utama.

Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Atmaja, Marhaendra Wija,2004, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya Kewajiban Negara,
Pelanggaran dan Advokasi, Denpasar Bali: Sekretariat Daerah Provinsi Bali.

Bahri, Idik Saeful, 2021, Konsep Dasar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan, Kuningan:
Bundaran Hukum

Anda mungkin juga menyukai