Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KAJIAN TEKNIS

BLASTER FIRE DISABLED

PT HANWHA MINING SERVICES INDONESIA


SITE CK-KIM TANJUNG BELIT
DESEMBER 2023

KATA PENGANTAR
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah prioritas dan komitmen bersama dalam operasional pertambangan batubara.
Berdasarkan hal tersebut, PT Cipta Kridatama (CK) bekerja sama dengan PT Hanwha Mining Services Indonesia (PT.
HMSI) Sebagai penyedia Jasa Pemboran dan Peledakan, akan melakukan suatu perubahan dalam proses pengecekan
detonator dengan mengunakan blaster disabled. Blaster Disable ini dapat berfungsi mendeteksi FCAP dan komponen yang
rusak (Factory), serta dapat mengurangi terjadinya miss fire dilokasi peledakan.

Berdasarkan kejadian tersebut, sebagai tindakan perbaikan team HMSI mengusulkan untuk mengaplikasikan proses
pengecekan FCAP dengan menggunakan Device Blaster (dengan software terbaru) dan Safety Box. Hal ini bertujuan agar
detonator yang berpotensi memiliki kerusakan FCAP dapat ditemukan lebih awal.

Proses pengecekan detonator FCAP dengan menggunakan Safety Box sangat aman untuk dilakukan, dimana
prosedur ini dilakukan dengan memasukkan detonator ke dalam kotak berbahan polikarbonat setebal 10 mm. Safety Box
ini telah melalui standard proses QC di laboratorium kami di Korea, dan prosedur ini telah dilakukan di pabrik Detonator
kami sebagai bagian dari QA/QC. Rencananya, dengan adanya case ini maka prosedur ini akan dilakukan segera di setiap
lokasi proyek HMSI di Indonesia, sebagai tindakan perbaikan atas ditemukannya detonator FCAP pada proses arming
sebelum dilakukan peledakan untuk memastikan kondisi detonator EDD HEBS-II berada dalam kondisi baik.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, dengan memasukkan daya 24 V yang meningkatkan pemeriksaan ke 2 arah maka
FCAP dan komponen terkait akan mampu mendeteksi kebocoran arus. sehingga memungkinkan untuk mendeteksi lebih
akurat jika terjadi kerusakan pada FCAP.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan proses peledakan
kedepannya.

Team Penulis,

(Technical Services & Team Site)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................iv

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................iv


1.1.1 Ruang lingkup...........................................................................................................v
1.2 Dasar ketentuan atau peraturan ............................................................................................v
1.3 Kronologis kajian..................................................................................................................v
1.4 Tujuan dan sasaran................................................................................................................v
1.5 Penyusunan Kajian...............................................................................................................vi
1.5.1 Pelaksanaan kajian....................................................................................................vi
1.5.2 Waktu pelaksanaan kajian.........................................................................................vi

BAB II METODE DAN PENGUMPULAN DATA................................................................vi

2.1 Pengumpulan data.................................................................................................................vi


2.2 Metodologi............................................................................................................................vi
2.3 Peralatan................................................................................................................................vii
2.4 Tahapan kegiatan (Flow Chart).............................................................................................vii

BAB III ANALISIS..................................................................................................................viii

3.1 Jenis spesifikasi peralatan.....................................................................................................viii


3.2 Analisis risiko........................................................................................................................ix

BAB IV PENUTUP..................................................................................................................xi

4.1 Kesimpulan............................................................................................................................xi
4.2 Rekomendasi hasil kajian teknis...........................................................................................xii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KAJIAN TEKNIS BLASTER FIRE DESIBLED.....xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


PT Kuansing Inti Makmur (KIM) merupakan Perusahaan pertambangan Batubara yang berlokasi di wilayah
Kabupaten Muara Bungo Provinsi Jambi. Saat ini PT KIM secara terus menerus berkomitmen dengan mengutamakan

iii
aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan mengupayakan tidak ada kejadian miss fire/gagal ledak pada saat aktivitas
peledakan dilakukan.
Latar belakang PT Hanwha Mining Services menggunakan metode pengecekan detonator dengan Blaster Fire
Disabled ini adalah salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya gagal ledak/miss fire yang terjadi di Hanwha Job Site
CK-KIM.

HiTronic II detonator adalah bagian dari device HEBS (Hanwha Electronic Blasting System) generasi ke II yang
dikembangkan oleh Hanwha Corp divisi explosive. HiTronic II telah digunakan di sebagian besar project pertambangan di
Indonesia semenjak Tahun 2020 dan penggunaan saat ini telah mencapai lebih dari satu juta penggunaan di Tahun 2023.
Dalam proses aplikasinya, HiTronic II menemukan salah satu kasus kesalahan yaitu ditemukannya FCAP (Fail Firing
Capacitor) dalam proses arming sebelum proses peledakan. FCAP (Fail Firing Capacitor) terjadi pada saat firing capasitor
tidak dapat mengantarkan voltase minimum untuk melanjutkan proses penyalaan ke area Fuse Head. Voltase minimum
yang dibutuhkan adalah untuk melanjutkan proses arming adalah diatas 9.5 Volt. Namun Hasil Identifikasi melalui laporan
blaster menunjukkan voltase pada angka 0.0V (laporan Investigasi FCAP CKIM 19 November-Lampiran 1). Angka
tersebut menunjukkan FCAP tidak bekerja normal sehingga mengakibatkan proses arming berhenti dan detonator tidak
dapat melanjutkan proses peledakan.
Berdasarkan kejadian tersebut, tim research dan development mengembangkan proses pengecekan terbaru untuk
menyeleksi secara akurat detonator yang berpotensi mengalami kerusakan FCAP yaitu pengecekan detonator dengan
blaster dengan menggunakan software terbaru yang menonaktifkan proses firing dan memfokuskan pada pengecekan
detonator.
Prosedur pengecekan FCAP dengan menggunakan blaster ini merupakan peningkatan dari Prosedur pengecekan fcap
dengan menggunakan logger sebelumnya yang sudah diaplikasikan. Dengan pengecekan FCAP menggunakan blaster akan
meningkatkan persentase kemungkinan ditemukannya detonator dengan permasalahan FCAP dikarenakan prinsip yang
diaplikasan adalah sama dengan proses komunikasi dan arming yang dilakukan melalui blaster dengan voltase yang lebih
besar dari pada pengecekan dengan menggunakan logger, sehingga Tingkat keyakinan untuk mendapatkan detonator
dengan kesalahan FCAP dapat ditingkatkan.

1.1.1 Ruang lingkup


PT. Hanwha Mining Services Indonesia membuat dan melakukan kajian teknis terhadap pengecekan detonator dengan
menggunakan blaster fire disibled, yang akan disampaikan kepada pihak PT Cipta Kridatama sebagai acuan untuk
melakukan assessment keefektifan dalam melakukan pengecekan detonator menggunakan blaster Fire disibled ini sebelum

iv
di distribusikan kelokasi peledakan di area operasional PT KIM dan terdiri dari 2 device yang akan digunakan untuk
melakukan pengecekan detonator yaitu :
1. Unit Planner.
2. Unit Blaster Fire Desible.
3. Detonator Elektronik HEBS II
4. Harness wire
1.2 DASAR KETENTUAN ATAU PERATURAN
a. Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Permen ESDM No. 26/2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara.
c. Kepmen ESDM No. 1827K/20/MEM/2018 tentang Pedoman Pelasanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
d. Kepmen ESDM No. 1806K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi Persetujuan
Rencana Kerja dan Anggaran Biaya, serta Laporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

1.3 KRONOLOGIS KAJIAN

Untuk memastikan tidak adanya peningkatan potensi bahaya dan resiko di area kerja pertambangan PT KIM, maka
PT Hanwha dan PT CK melakukan dan membuat kajian teknis terlebih dahulu terkait penggunaan/pengoperasian Blaster
Fire Disibled yang secara fungsi untuk memastikan detonator dapat berfungsi dengan baik/Good, dengan Kronologis kajian
sebagaiberikut:

a) Observasi pada area kerja PT Hanwha di site lainnya yang telah menggunakan metode pengecekan detonator dengan
blaster fire desibled.
b) Mencari berbagai informasi terkait pengoperasian/pengecekan detonator menggunakan Blaster Fire Disabled ini apakah
berjalan denga naman dan effisien ( penggunaan/pengaplikasian metode ini sudah hamper diseluruh site Hanwha telah
menggunakan metode ini).
c) Melakukan Analisa sehingga proses pengecekan yang sudah dilakukan di site lain dapat diaplikasikan di site CK-KIM.

1.4 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari pelaksanaan prosedur pengecekan HiTronic II dengan menggunakan blaster adalah:
1. Sebagai prosedur baru untuk meningkatkan persentase ditemukan detonator dengan kerusakan FCAP.
2. Menyeleksi detonator yang memiliki kerusakan FCAP
Sasaran dari pelaksanaan prosedur pengecekan HiTronic II dengan menggunakan blaster adalah:
1. Menghilangkan isu ditemukannya FCAP detonator pada saat proses arming di aktivitas peledakan
2. Memberikan rasa aman dan keyakinan kepada karyawan dan customer.

1.5 PENYUSUNAN KAJIAN

1.5.1 Pelaksanaan Kajian


Pelaksanaan kajian teknis terkait penggunaan blaster fire disabled ini dilakukan oleh team tehnikal services dari PT
hanwha sendiri dan akan digunakan di area kerja Site CK-KIM.

1.5.2 Waktu pelaksanaan Kajian


Pelaksanaan kajian ini dilakukan di job site CK-KIM pada tanggal 03 Desember 2023, dengan rekomendasi yang
sudah dilakukan di site Hanwha lainnya mulai dari Maret 2023 dengan melihat aspek Administrasi (JSA, IK atau
v
Prosedur) dan observasi dari beberapa site Hanwha lainnya yang sudah menggunakan pengecekan detonator
menggunakan Blaster Fire disable.

BAB II METODE DAN PENGUMPULAN DATA

2.1 Pengumpulan Data


Berdasarkan rekomendasi team Quality dari korea dan site Hanwha lainnya yang sudah menggunakan
metode pengecekan detonator menggunakan Blaster Fire Desibled.

2.2 Metodologi
Proses pengecekan FCAP dengan menggunakan blaster ini telah menjadi prosedur khusus untuk
mengidentifikasi lebih awal kemungkinan ditemukannya kerusakan FCAP pada detonator. Seleksi lebih
dahulu terhadap kerusakan detonator akan denmemungkinkan menghilangkan kejadian misfire yang
diakibatkan oleh penggunaan elektronik detonator HEBS-II. Pemeriksaan yang dilakukan sebelumnya
dengan menggunakan logger, terkategori sebagai pemeriksaan tegangan satu arah, identifikasi yang
ditemukan adalah firing capasitor tidak bisa menyimpan tegangan yang diterima. Dengan menggunakan
pengukuran arus dua arah dengan menggunakan blaster yang memungkinkan sistem loping dalam proses
pengecekan. Tabel Berikut menunjukkan idenfitikasi masalah FCAP dan rencana perbaikan yang dilakukan
dari tim R&D korea.

Table 1. Identifikasi masalah dan rencana perbaikan terhadap FCAP


Table 2. Identifikasi masalah dan rencana

perbaikan terhadap FCAP


2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses pengecekan FCAP ini antara lain:
1. Detonator Electronic
2. Planner
3. Harness Wire
4. Blaster Fire Desibled
5. Safety Box
vi
2.4 Tahapan Kegiatan (Flow Chart)
Pengecekan dengan arus dua arah dapat disimulasikan dengan menggunakan blaster, proses mode polling
dalam pengecekan FCAP menggunakan tegangan maximum 24volt yang ditransfer kedalam detonator
melalui blaster. Proses pengecekan dilakukan pada blaster dengan 3 kali polling pengulangan sehingga
Tingkat keyakinan untuk kesalahan FCAP semakin tinggi. Detail dari alur proses pengecekan dapat dilihat
dari gambar berikut:

Gambar 1. Alur pengecekan dengan menggunakan blaster

BAB III ANALISIS

3.1 Jenis dan Spesifikasi Peralatan

vii
No Barang Deskripsi

1 HEBS II electronic detonator

2 Planner Ver 2.0.6

3
Harness Wire

Blaster HEBS II
4 Version S/W
UC_14747_NO FIRE

5 Box PC (polycarbonate)

3.2 Analisis risiko


Berdasarkan
JSA (Job Safety
Analisis) untuk
pelaksanaan
pengecekan
viii
FCAP detonator dengan menggunakan blaster (lampiran 2), penilaian resiko dilakukan berdasarkan metode IBPR
(Identifikasi Bahaya dan Penilain resiko) (lampiran 3) kegiatan pengecekan FCAP dengan detonator ini tergolong pada
kegiatan dengan resiko Low risk, yang dapat dikendalikan dengan prosedur rutin yang dijalankan dengan benar.

Gambar 2. Proses tes ketahanan safety box yang dilakukan di R&D Korea
Material box yang digunakan dalam prosedur ini adalah material polycarbonate dan telah melalui tes ketahanan
berdasarkan prosedur yang diterapkan di R&D hanwha korea. Gambar 2 menunjukkan proses dan hasil tes ketahanan yang
dilaksanakan R&D korea.
Rancangan safety Box telah melalui standart analisis oleh tim R&D korea sebagaimana yang telah didetailkan pada
gambar.
Tes ketahanan yang dilakukan tim R&D korea melalui serangkain pengetesan Tingkat kekuatan box dengan
melakukan peledakan langsung didalam safety box. Hasil pengetesan menunjukkan kekuatan box yang dapat bertahan dari
sympathetic detonation yang terjadi.
Tingkat lentingan dianalisis dengan menggunakan software tracker. Tracker adalah software khusus untuk menganlisis
jarak dengan perbandingan scale tertentu dari sebuah video. Berdasarkan hasil analisis tracker, jarak lentingan terjauh yang
terjadi pada saat pengetesan kekuatan safety box dengan menggunakan metode symphatetic detonation adalah sejauh 0.861
m.

ix
Gambar 3. Hasil analisis lentingan material detonator pada saat tes ketahanan box dengan menggunakan software tracker.

Berdasarkan referensi pengetesan detonator pada peledakan terbuka (Trystan Glaze, 2019), noise yang dihasilkan dari
pengetasan peledakan detonator no 8 pada area terbuka, dikategorisasikan dalam diagram pada gambar Berikut.

Gambar 4. Data Referensi Noise value dari pengetesan


peledakan det 8 di area terbuka.

Diagram menunjukan proses peledakan detonator no 8 di area terbuka (tanpa pelindung akan menghasilkan nilai suara
sebesar 153-168 dBC pada jarak 1 m. pada jarak 30 m, noise yang terjadi mengalami pengurangan hingga 30 dB.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari hasil kajian yang sudah dilakukan terkait pengecekan detonator menggunakan blaster fire disabled dan
beberapa rekomendasi dari Site Hanwha lainnya yang sudah menggunakan pengecekan detonator menggunakan

x
metode fire disabled ini dapat disimpulkan :

a. Proses pengecekan FCAP dengan menggunakan Safety Box memungkinkan untuk melakukan proses
pengecekan dengan jumlah banyak dalam satu waktu dibandingkan dengan menggunakan logger (proses
pengecekan lebih cepat menggunakan blaster fire disabled)
b. Berdasarkan data pengecekan yang telah dirangkum di site lain, proses pengecekan dengan menggunakan
blaster telah mencapai lebih dari 15000 pcs (dari satu site) dan tidak ditemukan F-cap pada saat aktivitas
peledakan, dapat meminimalisir terjadinya gagal ledak/miss fire yang diakibatkan oleh F-cap.

Gambar 4. Data hasil pengecekan HiTronic II dengan menggunakan safety Box di STC
Dalam satu kali pengecekan dengan flow normal, proses pengecekan dapat mengakomodasi sebanyak 500 pcs dalam 1 hari.

4.2 Rekomendasi Hasil Kajian Teknis

Proses pengecekan FCAP dengan menggunakan blaster saat ini adalah prosedur yang direkomendasikan dari tim R&D
korea untuk dilaksanakan di seluruh site project Hanwha yang menggunakan HiTronic II sebagai inisiasi utama.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dengan memasukkan daya 24 V yang meningkatkan pemeriksaan ke 2 arah maka
FCAP dan komponen terkait akan mampu mendeteksi kebocoran arus. sehingga memungkinkan untuk mendeteksi lebih
xi
akurat jika terjadi kerusakan pada FCAP.
Dengan prosedur ini tingkat persentase keyakinan untuk mensortasi detonator yang memiliki kesalahan FCAP sangat
tinggi. Hal ini dikarenakan proses pengecekan dilakukan dengan melakukan polling sebanyak 3 kali (gambar 5) dalam
proses arming untuk meyakinkan ditemukannya kesalahan dalam FCAP detonator.

Gambar 5a Alur proses pengecekan di Pabrik detonator di korea. 5b. Gambar Alur proses pengecekan pada blaster

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KAJIAN TEKNIS PENGECEKAN DETONATOR MENGGUNAKAN


BLASTER FIRE DISABLED

Dibuat Oleh, Diketahui Oleh,

xii
TS HMSI PJO HMSI OSHE Dept CK Dev Head Mining Group Head Mining

PT. Kuansing Inti Makmur


Diperiksa Oleh, Diketahui Oleh, Disetujui Oleh,

TS HMSI PJO HMSI OSHE Dept CK Dev Head Mining

xiii

Anda mungkin juga menyukai