Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

“Kasus PPn di INDONESIA (PT NDS)”

Dosen :
Suci Putri Astiti,
S.Pd.,M.Ak.,CPAI.
Mata kuliah :
PPN,PPNBM,PBB,BPHTB, &
BEA MATERAI

Disusun Oleh :

M.Khaeril Trihadi
Abd. Majid
Muh. Hafiz

AKP08

POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN DAN


PENGEMBANGAN PROFESI MAKASSAR
1.1 Latar Belakang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari Pajak Penjualan

(PPn), karena dianggap sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan

masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan antara lain

untuk meningkatkan penerimaan Negara, mendorong ekspor, dan pembebanan

pajak. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa yang dihasilkan, disalurkan dan

diperdagangkan oleh perusahaaan. Pajak ini timbul pada setiap penyerahan barang

atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Tarif Pajak

Pertambahan Nilai yang digunakan adalah tarif tunggal sehingga lebih mudah

dalam pelaksanaannya, yaitu 11% (sebelas persen), sedangkan untuk ekspor

Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak sebesar 0% (nol persen).

Pajak Pertambahan Nilai termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya

pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak

atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan

langsung pajak yang ia tanggung. Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus

dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi akan tetapi jumlah pajak yang

terutang dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut.

Pajak Pertambahan Nilai memiliki peranan strategis dan signifikan dalam posisi
penerimanaan negara dari sektor perpajakan.
1.2 CONTOH KASUS

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Timur III (Kanwil DJP Jatim III) menyerahkan Tersangka berinisial DK ke Kejaksaan Negeri
Kabupaten Malang (14/9). Penyerahan tersangka disertai dengan pelimpahan barang bukti
tahap II.

Kegiatan ini dilakukan PPNS Kanwil DJP Jatim III bersama Jaksa Peneliti Kejaksaan Tinggi
Jawa Timur dan Tim Korwas Reskrimsus Polda Jawa Timur. DK merupakan Direktur PT
NDS, sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengadaan barang berupa mesin
(impor) untuk keperluan industri.

Kepala Kanwil DJP Jatim III Farid Bachtiar menyampaikan bahwa tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilakukan oleh DK adalah dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dan/atau tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf c dan/atau Pasal 39 ayat (1)
huruf i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang.

“Tersangka telah melakukan pemungutan dan menerima pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dari pembeli, namun tidak melakukan pembayaran atau penyetoran atas PPN tersebut
ke kas negara. Wajib pajak juga tidak melaporkan SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) terdaftar yaitu KPP Pratama Kepanjen,” ujar Farid.

Tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh DK untuk tempus atau masa pajak April, Juni,
sampai dengan masa pajak Oktober tahun 2021. Atas perbuatan tersebut, DK diduga telah
mengakibatkan kerugian pada pendapatan negara sebesar Rp1.021.916.772. Sebelum
dilakukan penyerahan Tahap II (P22) ke Kejaksaan Negeri Kabupaten Malang, DK
sebenarnya telah melakukan penyetoran pajak yang telah dipungutnya. Namun nilainya
belum melunasi seluruh kerugian negara beserta sanksinya yaitu sebesar Rp500.000.000,
sehingga penyerahan Tahap II (P22) tetap dilaksanakan.

Berdasarkan ketentuan dalam undang-undang perpajakan, DK masih diberikan kesempatan


untuk melunasi pajak terutang meskipun berkas sudah dilimpahkan ke pengadilan. Jika DK
tidak melunasi seluruh kerugian negara beserta sanksinya, maka atas pembayaran yang sudah
dilakukan tersebut nantinya dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pidana denda yang
dibebankan kepada Terdakwa sesuai dengan vonis hakim.

Atas penyerahan DK ke Kejaksaan Negeri Kabupaten Malang, Farid berharap agar


persidangan dapat segera dilaksanakan dan segera mendapatkan putusan hakim yang seadil-
adilnya, baik terhadap DK maupun kerugian hak-hak negara.

“Direktorat Jenderal Pajak akan senantiasa berupaya dan berkomitmen dalam melakukan
reformasi sistem administrasi perpajakan termasuk penegakan hukum yang berkeadilan dan
merata di seluruh wilayah. Selain itu, kami selalu mengedepankan asas ultimum remedium
dalam setiap penanganan perkara dugaan tindak pidana di bidang perpajakan yang artinya
pemidanaan merupakan upaya terakhir dalam membina wajib pajak,” pungkas Farid.
Selain itu, Farid jua mengimbau agar setiap wajib pajak selalu berupaya menghindari segala
praktik yang bertentangan dengan ketentuan perpajakan. “Penindakan terhadap kasus DK
diharapkan mampu memberikan deterrent effect (efek jera) bagi wajib pajak, sehingga dapat
meningkatkan tax compliance (kepatuhan pajak) dari wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak adalah faktor utama menuju pajak kuat
Indonesia maju,” tutup Farid. (*)

Anda mungkin juga menyukai