KREIN-MKP
Terapi untuk Mencegah Perilaku
Bullying Remaja
O I e h,
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons
Prof. Firman, MS., Kons
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Buku Panduan Pelaksanaan KREIN-MKP untuk
pencegahan perilaku bullying ini dapat disusun dan digunakan. Buku Panduan
Pelaksanaan KREIN-MKP untuk pencegahan perilaku bullying ini dimaksudkan
untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada konselor yang berperan
aktif dalam melakukan konseling baik di sekolah maupun luar sekolah. Lebih
khusus penyusunan buku panduan ini dimaksudkan untuk pedoman bagi konselor
untuk pencegahan perilaku bullying.
Tidak ada gading yang tidak retak, begitu pula dengan buku ini. Penulis
berharap kritik dan saran yang menunjang dalam perbaikan buku panduan ini.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
27 Juli 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 86
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 5. Langkah-langkah konseling KREIN-MKP .........................................45
iv
BAB I PENDAHULUAN
PENTINGNYA KONSELING KREIN-MKP UNTUK PENCEGAHAN
PERILAKU BULLYING REMAJA
ini adalah persepsi, kepercayaan dan pikiran. Bush (2003) mengungkapkan bahwa
Konseling kognitif tidak hanya berkaitan dengan proses berpikir positif, tetapi
berkaitan pula dengan proses berpikir secara tenang dan kritis. Sedangkan
5
6
mengubah pikiran, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik,
depresi, trauma, dan gangguan kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif
pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan perilaku yang disfungsional. Oleh
sebab itu dalam pikiran dan perilaku yang disfungional harus direkonstruksi
terlibat aktivitas dan partisipasi dalam latihan untuk diri mereka dengan cara
membuat keputusan, penguatan diri dan strategi lain yang mengacu kepada self-
saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia,
manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional,
dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah
modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak dengan menekankan peran otak
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling kreatif inovatif
akibat kejadian yang merugikan baik secara fisik maupun psikologis. konseling
perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir
lebih jelas, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Sehingga diharapkan
dan beberapa model kognitif. Corey (2004) mengatakan bahwa teori perilaku
tradisional yang dikembangkan oleh Pavlov. Pendekatan ini diadopsi dari Watson
8
seperti B.F Skinner dan Hans Eysenk pada tahun 1950-an. Victor Raymi
perilaku pada zaman Yunani Kuno dan Romawi. Filsuf Epictetus mengemukakan
(common sense).
terapiutik.
pikiran manusia yang terjadi secara terus menerus. Menurut Matson & Ollendick,
Emotive Therapy (RET). Teori ini memandang bahwa gangguan emosional dan
9
reaksi sosial orang lain yang merupakan penentu terjadinya perilaku abnormal.
yang dogmatis berpikir irrasional, mengikuti ide-ide dan filosofi pribadinya, (2)
ide-ide irasional ini menyebabkan orang sangat tertekan dan sengsara, (3) ide-ide
ini dapat bermuara pada beberapa kategori dasar, (4) konselor dapat
mengkategorikan ide-ide rasional ini jika klien memiliki penalaran yang akurat,
dari Beck (Matson & Ollendick, 1988) disusun untuk menjelaskan perilaku mal-
Kunci utama perbedaan konselor yang berorientasi kognitif ini antara Ellis
dan Beck adalah Ellis menekankan pada kekuatan keyakinan dan pikiran
10
tidak tampak dapat dilakukan seperti cara mengubah perilaku yang tampak.
merekayasa kehidupannya dengan cara yang lebih adaptif dan penuh kebahagiaan.
Penekanan ini menuntut konselor berinteraksi dengan klien yang berfokus pada
kondisi saat ini dan masa depan dalam proses konseling (Matson & Ollendick,
1988)
11
sekelompok orang, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya
diremehkan, dan menyerang atau diserang (secara verbal, fisik, psikologis) oleh
satu atau lebih individu. Bullying dalam bentuk verbal dapat berupa menghina,
antaranya: prestasi belajar siswa yang rendah, siswa dari keluarga bercerai dan
broken home, siswa yang kurang mendapat perhatian dari lingkungan keluarga
dan masyarakat. Bullying yang dilakukan oleh siswa dipengaruhi oleh pemahaman
perbuatan itu positif dan percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya,
tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2011). Sebelum siswa
12
melakukan bullying, terlebih dahulu disikapi secara kognitif, afektif dan konatif
tentang bullying. Siswa yang berpikir dan meyakini bahwa bullying merupakan
perilaku yang tidak akan menyakiti orang lain baik secara fisik, verbal maupun
sosial dan merasa bahwa teman-teman yang lain menyukai tindakan yang akan
terpola dalam pikiran bahwa bullying tidak akan menyebabkan dampak yang
negatif bagi orang lain. Maka sebelum penanganan bullying, langkah awal yang
menjadi sadar akan kata-kata yang diarahkan pada dirinya sendiri. Proses
diberikan kepada dirinya sendiri, sehingga mereka bisa menangani secara lebih
efektif masalah yang mereka hadapi. Dasar konseling inilah yang menjadi dasar
bullying.
perilaku bullying.
Melatih keterampilan baru. Pada perlakuan ini keterampilan baru yang akan
situasi yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying, emosi yang dirasakan saat
melakukan bullying serta dampak yang muncul dari perilaku bullying, (2)
dengan self-talk yaitu pikiran-pikiran atau kata-kata yang ditujukan pada diri
BAB II
PERSIAPAN DAN MATERI LAYANAN UNTUK
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING
A. Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling (RPL) “ Stop Bullying”
A. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling memberikan pemahaman kepada siswa agar siswa
memiliki pengetahuan akiba perilaku bullying; STOP BULLYING
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
a. Mengidentifikasi peristiwa atau situasi yang menjadi pemicu perilaku
bullying
b. Mengidentifikasi pikiran-pikiran yang muncul disaat punya keinginan
melakukan bullying
c. Mengenali perilaku akibat bullying
A. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah dialog internal agar siswa
memiliki pengetahuan dari perilaku bullying.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
a. Mengidentifikasi harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan yang tidak
realistik atau negatif akibat perilaku bullying.
b. Mengubah harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan negatif dengan
18
A. TUJUAN KONSELING
Secara umum tujuan konseling memberikan pengetahuan dan keterampialn
kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan untuk memprioritaskan,
menjadwalkan waktu untuk belajar.
Padang,
Pelaksana
………………………..........
19
Satuan Pendidikan :
Sasaran Layann :
Pelaksana :
Tanggal Pengamatan :
Keterangan:
Aspek 1 : Antusias dalam mengikuti layanan
2 : Partisipasi dalam mengikuti layanan
3 : Kesungguhan dalam mengikuti layanan
4 : Menghargai saran dan pendapat teman dalam mengikuti layanan
20
Lampiran 2
2....
3....
4....
5...
STOP BULLYING
A. Pengertian Bullying
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan
dengan cara melukai secara fisik, verbal atau emosional / psikologis oleh
seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang
secara fisik atau mental lemah berulang kali tanpa perlawanan untuk
membuat korban menderita. Priyatna (2010) menjelaskan bahwa bullying
adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pelaku kepada korban
dan tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang. Bullying ini merupakan
perilaku agresif ataupun manipulasi yang berupa kekerasan fisik, verbal,
atau psiokologis yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang merasa kuat atau berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan
orang lain yang lemah.
22
B. Jenis-jenis Bullying
Sejiwa (2008) menyatakan bahwa perilaku bullying dapat
dikelompokan menjadi tiga aspek sebagai berikut:
1. Bullying verbal
Penindasan dalam bentuk verbal adalah penindasan yang paling
sering dan mudah. Bullying biasanya merupakan awal dari perilaku
bullying lainnya dan dapat menjadi langkah pertama menuju kekerasan
lebih lanjut. Contoh-contoh penindasan verbal meliputi: nama
panggilan, mencela, memfitnah, kritik kejam, penghinaan, pernyataan
pelecehan seksual, teror, mengintimidasi surat, tuduhan palsu, tuduhan
yang kejam dan salah, gosip, dll.
2. Bullying fisik
Penindasan paling mudah terlihat dan mudah diidentifikasi,
tetapi insiden bullying secara fisik tidak sebesar penindasan dalam
bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam
bentuk fisik sering menjadi remaja yang paling bermasalah dan
cenderung pindah ke tindakan kriminal lebih lanjut. Contoh-contoh
intimidasi fisik adalah: memukul, menendang, menampar, mencekik,
menggigit, menggaruk, meludah, merusak dan menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas, dan lainnya.
3. Bullying mental/psikologis
Bullying mental/psikologis ini merupakan bullying yang paling
berahaya bagi korbannya dibandingkan dengan bullying fisik dan
verbal, karena bullying ini terjadi diam-diam dan terkadang lingkungan
sekitar korban tidak menyadarinya. Bullying mental/psikologis, seperti
mengucilkan, memelototi, mendiamkan, meneror lewat pesan email
atau telepon genggam, mencibir, melihat dengan tatapan sinis dan tawa
mengejek, bahasa tubuh yang kasar.
4. Cyberbullying
Cyberbullying pada remaja adalah perlakuan kejam kepada orang
lain yang dilakukan seorang individu atau kelompok yang dilakukan
dengan sengaja.Berujuan untuk menindas, menyakiti, mengancam
23
5. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdoalah kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar diberi kesabaran dalam menghadapi masalah.
Sumber:
Priyatna, Andri. 2010. Lest End Bullying. Jakarta: Alex Media Kompitundo.
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Anak. Jakarta: Grasindo.
Zakiah, Zain E., Sahadi H., & Meilanny B.S. 2017. Faktor yang Mempengaruhi
Remaja dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM. Vol 4(2).
26
BAB III
PROSEDUR DAN PETUNJUK PELAKSANAAN KONSELING
KREIN-MKP
A. Pengantar
remaja, yaitu kisaran usia 13-19 tahun. Pada rentangan usia ini, siswa berada
pada masa transisi yang penuh tantangan, yang berakibat remaja memiliki
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang menjadi korban,
berdaya. Bullying adalah bentuk perilaku terbuka dan agresif yang disengaja,
atau diserang (secara verbal, fisik, psikologis) oleh satu atau lebih individu.
dalam kelompok
27
mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh satu atau lebih siswa.
dirinya kuat.
menjadi penyebabnya, antara lain (1) pengaruh fisik, (2) faktor biologis, (3)
terhadap superiotitas sendiri, (7) kekerasan, agresi, dan konflik di media, (8)
citra diri, (12) ketakutan, (13) egois, kurang sensitif, dan keinginan untuk
miskin, (16) tidak pernah diperkenalkan tentang bullying, (17) harga diri yang
agresi dan diberi reward, (20) keinginan untuk mengontrol dan berkuasa, (21)
1995)
dirinya sendiri, sehingga mereka bisa menangani secara lebih efektif masalah
yang mereka hadapi. Dasar konseling inilah yang menjadi dasar pemilihan
perilaku bullying.
bullying.
dapat mencegah perilaku bullying. Sedangkan secara khusus tujuan konseling ini
adalah:
bullying.
waktu.
31
a. Syarat-Syarat Konselor
perilaku bullying
1) Merefleksikan cerita film tersebut terutama tentang tokoh yang ada dalam
film itu.
32
a. Apa yang dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
b. Apa yang dilakukan oleh tokoh yang ada dalam film itu
c. Apa yang terjadi atau dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
ketika dia memiliki pikiran dan berperilaku seperti yang ada dalam
film.
yang negatif menjadi positif, atau pikiran-pikiran yang tidak realistik menjadi
sebelum dan setelah melakukan dialog internal atau berbicara dengan diri
yang sedang dipikirkannya, dan apa yang sedang dikatakan siswa pada
dirinya sendiri.
.
35
PANDUAN KHUSUS
PERLAKUAN MENINGKATKAN EFIKASI DIRI
AKADEMIK BAGI SISWA SMK
B. TUJUAN KONSELING
3. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling memberikan pemahaman kepada siswa
agar siswa memiliki pengetahuan tentang efikasi diri akademik yang ada
pada dirinya.
4. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
d. Mengidentifikasi peristiwa atau situasi yang menjadi pemicu efikasi
diri akademik rendah
e. Mengidentifikasi pikiran-pikiran yang muncul disaat efikasi diri
akademik rendah
f. Mengenali perilaku akibat efikasi diri akademik rendah
39
C. PELAKSANAAN KONSELING
1). Persiapan
Sebelum memberikan konseling agar siswa memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang efikasi diri akademik yang ada pada dirinya, beberapa hal
yang dilakukan konselor adalah;
a. Membaca dan memahami materi tentang memahami efikasi diri akademik
(baca materi perlakuan BAB I & II Kedasadaran Terhadap Efikasi Diri
Akademik)
b. Mempersiapkan lembaran pemahaman tentang efikasi diri akademik yang ada
pada diri siswa (jurnal rekaman pikiran).
c. Mempersiapkan tempat pertemuan dengan siswa yang representatif yaitu
tempat yang tenang, bersih sehingga siswa merasa nyaman sewaktu konseling
berlangsung.
a. Langkah-langkah Konseling
Pelaksanaan konseling ini diawali dengan pemutaran film oleh konselor
tentang siswa-siswa yang memiliki efikasi diri akademik rendah di sekolah.
Setelah pemutaran film siswa diminta;
a. Siswa diminta untuk merefleksikan cerita film tersebut terutama tentang
tokoh yang ada dalam film itu.
b. Siswa melakukan refleksi yang dipandu oleh konselor dengan pertanyaan:
(panduan analisis film)
Apa yang dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
Apa yang dilakukan oleh tokoh yang ada dalam film itu
Apa yang terjadi atau dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
ketika dia memiliki pikiran dan berperilaku seperti yang ada dalam
film.
Siswa mengambil kesimpulan tentang apa yang dia pikirkan tentang
tokoh yang ada dalam film.
Siswa diminta untuk merefleksi diri, melalui lembaran bimbingan
Konselor membuat komitmen dengan siswa bahwa siswa akan
mengubah pikiran dan perasaannya dari tidak mampu menjadi mampu,
dari tidak bisa membuat tugas menjadi bisa menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru.
40
B. TUJUAN KONSELING
3. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah dialog internal agar
siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang efikasi diri
akademik yang ada pada dirinya.
4. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
c. Mengidentifikasi harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan yang
tidak realistik atau negatif ketika efikasi diri akademiknya rendah.
d. Mengubah harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan negatif
dengan harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan positif.
e. Dapat membandingkan perubahan efikasi diri akademik sebelum dan
sesudah melakukan pengubahan dialog internal.
C. PELAKSANAAN KONSELING
1. Persiapan
Sebelum memberikan perlakuan dalam bentuk konseling pengubahan
dialog internal tentang efikasi diri akademik rendah yang ada pada dirinya,
beberapa hal yang dilakukan konselor adalah;
b. Membaca dan memahami materi konseling pengubahan dialog internal
tentang efikasi diri akademik (baca materi perlakuan BAB III
Pengubahan Dialog Internal tentang Efikasi Diri Akademik)
c. Mempersiapkan lembaran Mengidentifikasi harapan-harapan dan
kesimpulan-kesimpulan.
d. M.empersiapkan lembar mengubah harapan-harapan dan kesimpulan-
kesimpulan lebih realistik (lihat jurnal)
e. Mempersiapkan Lembar rekaman pikiran (lihat jurnal)
f. Mempersiapkan tempat pertemuan dengan siswa yang representatif
yaitu tempat yang tenang, bersih sehingga siswa merasa nyaman
sewaktu konseling berlangsung.
2. Langkah-langkah Konseling
Pelaksanaan konseling konseling pengubahan dialog internal tentang efikasi
diri akademik menekankan pada keterampilan mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang muncul saat siswa memiliki efikasi diri akademik rendah,
mengubah pikiran-pikiran yang negatif menjadi positif, atau pikiran-pikiran
pikiran-pikiran yang tidak realistik menjadi lebih realistik. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Sebelum siswa dapat mengidentifikasi perubahan efikasi diri akademik
sebelum dan setelah melakukan dialog internal atau berbicara dengan
41
B. TUJUAN KONSELING
Secara umum tujuan konseling memberikan pengetahuan dan keterampialn
kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan untuk memprioritaskan,
menjadwalkan waktu untuk belajar.
C. PELAKSANAAN KONSELING
1. Persiapan
Sebelum memberikan konseling agar siswa memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang manajemen waktu, antara lain kemampuan untuk
memprioritaskan, menjadwalkan dan melaksanakan tanggungjawab
sebagai pelajar.
a. Membaca dan memahami materi tentang manajemen waktu
b. Membuat jadwal penggunanaan waktu
c. Mendiskusikan jadwal yang telah dibuat
2. Langkah-langkah Konseling
Pada tahap ini instruksi yang dilakukan konselor adalah:
a. Memeriksa penggunaan waktu siswa; meminta siswa untuk mencatat
semua aktifitas hariannya dalam satu minggu dalam sebuah kertas
yang telah dibagikan konselor.
b. Menganalisis pekerjaan siswa; dalam menganalisis pekerjaan siswa,
pertanyaan berikut dapat membantu konselor:
Kegiatan apa saja yang memakan paling banyak waktu dan
kegiatan apa saja yang menghabiskan paling sedikit waktu dalam
keseharian siswa selama satu minggu itu?
46
SKENARIO PELAKSANAAN
KONSELING MODIFIKASI KOGNITIF PERILAKU (KMKP)
Contoh: NY anak bungsu dari 6 bersaudara dan salah seorang dari siswa
SMK 9 Padang. NY marah dan benci pada dirinya sendiri karena dia
yakin dirinya tidak memiliki kemampuan seperti teman-temannya.
Dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di jurusan
perhotelan, ketika NY diberi tugas untuk menerima pemesanan kamar
tamu hotel melalui telepon, NY merasa dirinya tidak mampu
berkomunikasi dengan baik. Setiap NY bertugas untuk melayani telepon,
dia merasa gugup, kata-kata yang sudah dipersiapkannya menjadi hilang
begitu saja. Pada saat dia mengantarkan tamu hotel ke kamarnya dirinya
terasa minder, cemas, merasa tidak yakin bahwa pelayanan yang
diberikan mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini
menjadikan dia takut kepada guru mata pelajaran “Front Office” dan NY
sering bolos untuk mata pelajaran ini. Dari data base yang ada di sekolah
sebetulnya NY tidak bodoh, untuk mata pelajaran tertentu misalnya
matematika NY memiliki nilai yang bagus. Jika sekarang NY merasa
benci dan marah pada dirinya karena yakin tidak memiliki kemampuan
seperti teman-temannya hal ini tergantung kepada realistik atau tidak
realistiknya harapan-harapan dan kesimpulan yang diberikan NY
terhadap kemampuan yang ada pada dirinya. Jika NY memiliki harapan
yang tidak realistik seperti dibawah ini, maka dia akan mengalami
perasaan benci kepada dirinya.
50
Latihan 3.1
Untuk membantu siswa berlatih dengan diri sendiri, mintalah siswa untuk;
akademik rendah.
Situasi:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Ucapan negatif:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Ucapan Positif:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
61
REKAMAM PIKIRAN
Pikiran
Peristiwa/ Pikiran saat Pikiran Pikiran Pikiran
Situasi munculnya Negatif Positif Baru
EDA rendah
Apa? Apa yang Bukti yang Bukti yang Tuliskan satu
Kapan? kamu pikirkan mendukung tidak pikiran baru
Dimana? saat muncul mendukung
Siapa orang EDA rendah?
lain yang
terkait
62