Anda di halaman 1dari 62

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN

KREIN-MKP
Terapi untuk Mencegah Perilaku
Bullying Remaja

O I e h,
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons
Prof. Firman, MS., Kons
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Buku Panduan Pelaksanaan KREIN-MKP untuk
pencegahan perilaku bullying ini dapat disusun dan digunakan. Buku Panduan
Pelaksanaan KREIN-MKP untuk pencegahan perilaku bullying ini dimaksudkan
untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada konselor yang berperan
aktif dalam melakukan konseling baik di sekolah maupun luar sekolah. Lebih
khusus penyusunan buku panduan ini dimaksudkan untuk pedoman bagi konselor
untuk pencegahan perilaku bullying.

Buku panduan ini terdiri dari empat bagian. Bagian I Pendahuluan,


menguraikan tentang pentingnya konseling KREIN-MKP untuk pencegahan
perilaku bullying remaja; konsep dasar KREIN-MKP; karakteristik KREIN-MKP
; tujuan KREIN-MKP; dan teknik-teknik dalam pelaksanaan KREIN-MKP.
Bagian II tentang persiapan dan materi untuk pencegahan bullying remaja, yang
berisi tentang rencana pelaksanaan layanan (RPL) dan materi untuk pencegahan
bullying. Bagian III proses pelaksanaan KREIN-MKP berisi tentang prosedur
pelaksanaan KREIN-MKP dan petunjuk pelaksanaan KREIN-MKP.

Tidak ada gading yang tidak retak, begitu pula dengan buku ini. Penulis
berharap kritik dan saran yang menunjang dalam perbaikan buku panduan ini.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

27 Juli 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
Bagian 1 PENTINGNYA KONSELING KREIN-MKP UNTUK
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING REMAJA............................5
A. Pengertian Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif Modifikasi

Kognitif Perilaku (KREIN-MKP)................................................................5

B. Dinamika Perkembangan Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif

Modifikasi Kognitif Perilaku (KREIN-MKP)..............................................7

C. Keefektifan Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif Modifikasi

Kognitif Perilaku (KREIN-MKP) untuk Mencegah Perilaku Bullying.......11

D. Teknik-teknik yang Digunakan dalam Konseling KREIN-MKP .......................... 16

BAB II PERSIAPAN DAN MATERI UNTUK PENCEGAHAN PERILAKU


BULLYING..................................................................................................16
A. Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling (RPL
1. Pengertian Bullying.............................................................................. 26
2. Karakteristik Bullying .......................................................................... 28
3. Klasifikasi Bullying ............................................................................. 31
B. Materi Layanan Untuk Pencegahan Bullying
1. Pengertian............................................................................................ 32
2. Tujuan Identifikasi dan Asesmen ......................................................... 34
3. Prosedur dan Teknik Asesmen ............................................................. 35
4. Asesmen Bullying ................................................................................ 37
BAB III PROSEDUR DAN PETUNJUK PELAKSANAAN KONSELING
KREIN-MKP............................................................................................26
A. Petunjuk Umum Pelaksanaan Konseling KREIN-MKP...............................
B. Petunjuk Umum Pelaksanaan Konseling KREIN-MKP...............................

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 86
DAFTAR TABEL

Tabel 1.
Tabel 5. Langkah-langkah konseling KREIN-MKP .........................................45

iv
BAB I PENDAHULUAN
PENTINGNYA KONSELING KREIN-MKP UNTUK PENCEGAHAN
PERILAKU BULLYING REMAJA

A. Pengertian Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif Modifikasi Kognitif


Perilaku (KREIN-MKP)

Istilah pendekatan konseling kreatif inovatif modifikasi kognitif perilaku

(KREIN-MKP) dalam penelitian ini diadaptasi dari Cognitive Behavior

Modification (CBM) yang dikembangkan oleh Meichenbaum (1974). Para ahli

yang tergabung dalam National Assosiation of Cognitive-Behavioral Therapists

(NACBT), mendefinisikan Cognitive Behavior Modification (CBM) sebagai

sebuah pendekatan konseling yang menekankan peran penting cara berpikir

seseorang dan merasakan sesuatu yang dilakukannya. Matson dan Ollendick

(1988) mendefinisikan konseling modifikasi kognitif perilaku sebagai suatu

pendekatan dalam konseling yang menerapkan sejumlah prosedur secara spesifik

dengan menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling

ini adalah persepsi, kepercayaan dan pikiran. Bush (2003) mengungkapkan bahwa

pendekatan konseling modifikasi kognitif perilaku (merupakan perpaduan dari

dua pendekatan yaitu cognitive dan behavior.

Konseling dengan pendekatan kreatif inovatif modifikasi kognitif perilaku

(KREIN-MKP) memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Pendekatan

kognitif memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan.

Konseling kognitif tidak hanya berkaitan dengan proses berpikir positif, tetapi

berkaitan pula dengan proses berpikir secara tenang dan kritis. Sedangkan

pendekatan tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi

permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar

5
6

mengubah pikiran, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik,

berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat.

Pikiran negatif, perilaku negatif dan perasaan tidak nyaman dapat

membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti

depresi, trauma, dan gangguan kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif

pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan perilaku yang disfungsional. Oleh

sebab itu dalam pikiran dan perilaku yang disfungional harus direkonstruksi

sehingga dapat kembali berfungsi secara normal.

Pendekatan konseling kreatif inovatif modifikasi kognitif perilaku

(KREIN-MKP) didasarkan pada konsep mengubah pikiran dan perilaku negatif

yang sangat mempengaruhi emosi. Melalui pendekatan KREIN-MKP, siswa

terlibat aktivitas dan partisipasi dalam latihan untuk diri mereka dengan cara

membuat keputusan, penguatan diri dan strategi lain yang mengacu kepada self-

regulation (Karneli, 2018).

Teori kognitif-perilaku (Oemarjoedi, 2003) pada dasarnya meyakini pola

pemikiran manusia terbentuk melalui proses stimulus-kognisi-respon (SKR) yang

saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia,

dimana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana

manusia berpikir, merasa dan bertindak. Dengan adanya keyakinan bahwa

manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional,

dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah

laku yang menyimpang, maka modifikasi kognitif perilaku, diarahkan pada

modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak dengan menekankan peran otak

dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali.


7

Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, siswa diharapkan dapat

mengubah tingkah lakunya,dari negatif menjadi positif.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling kreatif inovatif

modifikasi kognitif perilaku (KREIN-MKP) adalah pendekatan konseling yang

menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang

akibat kejadian yang merugikan baik secara fisik maupun psikologis. konseling

kreatif inovatif modifikasi kognitif perilaku (KREIN-MKP) akan diarahkan

kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan

otak sebagai penganalisa, mengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan

memutuskan kembali. Adapun pendekatan pada aspek behavioral diarahkan untuk

membangun hubungan yang baik antar situasi permasalahan dengan kebiasaan

mereaksi permasalahan. Tujuan konseling kreatif inovatif modifikasi kognitif

perilaku (KREIN-MKP) adalah mengajak individu untuk belajar mengubah

perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir

lebih jelas, dan membantu membuat keputusan yang tepat. Sehingga diharapkan

individu dapat terbantu dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak.

B. Dinamika Perkembangan Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif


Modifikasi Kognitif Perilaku (KREIN-MKP)

Dinamika perkembangan pendekatan konseling kreatif inovatif modifikasi

kognitif perilaku (KREIN-MKP) tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teori

dan beberapa model kognitif. Corey (2004) mengatakan bahwa teori perilaku

diambil dari percobaan-percobaan ilmiah, bukan pengalaman pakar. Berawal dari

tahun 1920-an, teori kognitif-perilaku berawal dari pendekatan behavioral

tradisional yang dikembangkan oleh Pavlov. Pendekatan ini diadopsi dari Watson
8

pada tahun 1920 yang kemudian dikembangkan dalam penelitian-penelitian klinis

seperti B.F Skinner dan Hans Eysenk pada tahun 1950-an. Victor Raymi

(Meichenbaum, 1985) melacak dinamika perkembangan modifikasi kognitif

perilaku pada zaman Yunani Kuno dan Romawi. Filsuf Epictetus mengemukakan

peranan faktor kognitif terhadap gangguan emosional. Immanuel Kant

mengemukakan bahwa gangguan mental terjadi ketika seseorang gagal

mengoreksi “pendapat sendiri” (private sense) dengan “pendapat umum”

(common sense).

Konseling kreatif inovatif modifikasi kognitif perilaku (KREIN-MKP)

dibangun berdasarkan asumsi, teknik-teknik dan strategi riset yang menekankan

pada pentingnya aspek kognitif untuk perubahan perilaku. Istilah kognitif-perilaku

merefleksikan pentingnya pendekatan kognitif dan perilaku untuk memahami dan

membantu individu. MenurutKendall dan Hollon (dalam Bond, W. Frank &

Dryden, W 2004). teori kognitif-perilaku merupakan upaya modifikasi perilaku

individu dengan memaksimalkan aktifitas kognitif guna menghasilkan perubahan

terapiutik.

Sejarah perkembangan kognitif-perilaku merefleksikan perkembangan

pikiran manusia yang terjadi secara terus menerus. Menurut Matson & Ollendick,

(1988) konseling kognitif-perilaku dipengaruhi oleh tiga perspektif yang saling

berkaitan, yaitu rasional, empirik dan konstruktivisme.

a. Rasional-Semantic Cognitive Therapies

Albert Ellis merupakan penemu pendekatan rasional modern yaitu

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), yang awalnya bernama Rational

Emotive Therapy (RET). Teori ini memandang bahwa gangguan emosional dan
9

perilaku maladaptif disebabkan oleh adanya keyakinan irasional, distorsi kognitif,

reaksi sosial orang lain yang merupakan penentu terjadinya perilaku abnormal.

Penambahan kata perilaku dalam teorinya dimaksudkan untuk

memperkuat komponen perilaku dalam pendekatan konseling. Matson &

Ollendick, 1988 meringkas komponen-komponen dasar teorinya, yaitu: (1) orang

yang dogmatis berpikir irrasional, mengikuti ide-ide dan filosofi pribadinya, (2)

ide-ide irasional ini menyebabkan orang sangat tertekan dan sengsara, (3) ide-ide

ini dapat bermuara pada beberapa kategori dasar, (4) konselor dapat

mengkategorikan ide-ide rasional ini jika klien memiliki penalaran yang akurat,

dan (5) konselor dapat mengajarkan/memberikan pemahaman tentang mekanisme

terjadinya keyakinan irasional.

b. Collaborative-Emperical Cognitive Therapies

Aaron Beck dan Donald Meichenbaum dipandang sebagai orang yang

berkontribusi terhadap perkembangan teori dan terapi kognitif. Aaron Beck

dengan terapi kognitif-nya terkenal dengan praktek ilmiah tentang kedepresian.

Gaya proses konseling yang dilakukan Beck merujuk pada collaborative-

empiricism, yaitu berkolaborasi dengan klien untuk membantunya memahami,

menemukan dan mengatasi perilaku mal-adaptif. Tipologi penyimpangan kognitif

dari Beck (Matson & Ollendick, 1988) disusun untuk menjelaskan perilaku mal-

adaptif individu, seperti: inferensi sembarangan (arbitrary inference), abstaraksi

selektif, generalisasi berlebihan, membesar-besarkan sesuatu (magnification), dan

meremehkan/mengecilkan sesuatu (minimalization).

Kunci utama perbedaan konselor yang berorientasi kognitif ini antara Ellis

dan Beck adalah Ellis menekankan pada kekuatan keyakinan dan pikiran
10

irrasional, sedangkan Beck menekankan pada modifikasi kolaboratif keyakinan

dan pikiran irasional (Beck, 1976, Meichenbaum, 2005). Donald Meichenbaum

dengan mengintegrasikan teori Vygotsky (1962), dan Bandura (1977) tentang

vicorius learning model dan the operant conditioning principle menghasilkan

konsep cognitive behavioral modification. Menurut Kazdin (Dobson, 2001) istilah

konseling modifikasi kognitif perilaku(KMKP) mengarahkan tujuan konseling

untuk mengubah perilaku mal-adaptif yang nampak dengan cara memodifikasi

cara berpikir, interpretasi, asumsi, dan strategi merespon sesuatu. Meinchenbaum

(Dobson, 2001) mengemukakan bahwa untuk merubah perilaku maladaptif yang

tidak tampak dapat dilakukan seperti cara mengubah perilaku yang tampak.

Dikatakan selanjutnya bahwa perubahan perilaku tersebut terjadi melalui suatu

urutan proses mediasi yang melibatkan interaksi self-talk, struktur kognitif,

perilaku dan hasil resultannya.

c. Philosophical-Constructivist Cognitive Therapies

Pakar yang dipengaruhi oleh paradigma Philosophical-Constructivist

Cognitive Therapies diantaranya Michael Mahoney dan Donald Meinchenbaum.

Filosofis-kontruktivisme didasarkan pada premis bahwa manusia secara aktif

membangun realitas diri (self-reality) mereka sendiri.Teori dan pendekatan

konstruktif menekankan pada upaya membantu klien untuk merekonstruksi atau

merekayasa kehidupannya dengan cara yang lebih adaptif dan penuh kebahagiaan.

Penekanan ini menuntut konselor berinteraksi dengan klien yang berfokus pada

kondisi saat ini dan masa depan dalam proses konseling (Matson & Ollendick,

1988)
11

C. Keefektifan Pendekatan Konseling Kreatif Inovatif Modifikasi Kognitif


Perilaku (KREIN-MKP) untuk Mencegah Perilaku Bullying

Kajian teori tentang bullying dimaksudkan untuk menelaah bentuk

perilaku bullying yang disengaja, menyakiti, dan dilakukan secara berulang-ulang

dengan menggunakan kekuasaan dan kekuatan untuk menyakiti seseorang atau

sekelompok orang, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya

Korban bullying diganggu, digoda, dilecehkan, sosialnya ditolak, diancam,

diremehkan, dan menyerang atau diserang (secara verbal, fisik, psikologis) oleh

satu atau lebih individu. Bullying dalam bentuk verbal dapat berupa menghina,

mengejek, memberikan julukan yang kurang bagus. Bullying fisik misalnya:

memukul, menendang, dan melakukan kekerasan fisik lainnya. Selanjutnya

bullying dalam bentuk relasional adalah pengucilan, sosial ditolak dan

mengeluarkan seseorang dalam kelompok.

Pelaku bullying biasanya merupakan siswa yang cenderung bermasalah, di

antaranya: prestasi belajar siswa yang rendah, siswa dari keluarga bercerai dan

broken home, siswa yang kurang mendapat perhatian dari lingkungan keluarga

dan masyarakat. Bullying yang dilakukan oleh siswa dipengaruhi oleh pemahaman

dan kayakinan tentang bullying tersebut. Keyakinan inilah yang akan

mempengaruhi sikap siswa terhadap bullying sehingga menimbulkan reaksi dalam

bentuk tingkah laku. Sikap adalah kecenderungan seseorang dalam berperilaku.

Siswa akan melakukan bullying apabila ia memandang dan meyakini bahwa

perbuatan itu positif dan percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya,

sehingga apa yang diyakininya berpengaruh pada perilakunya. Sikap memiliki

tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2011). Sebelum siswa
12

melakukan bullying, terlebih dahulu disikapi secara kognitif, afektif dan konatif

tentang bullying. Siswa yang berpikir dan meyakini bahwa bullying merupakan

perilaku yang tidak akan menyakiti orang lain baik secara fisik, verbal maupun

sosial dan merasa bahwa teman-teman yang lain menyukai tindakan yang akan

dilakukannya, maka siswa akan cenderung melakukan bullying, karena sudah

terpola dalam pikiran bahwa bullying tidak akan menyebabkan dampak yang

negatif bagi orang lain. Maka sebelum penanganan bullying, langkah awal yang

harus dilakukan adalah mengubah sikap siswa terhadap bullying.

Dalam lapangan psikologis banyak pendekatan konseling yang dapat

digunakan dalam membantu siswa yang memiliki masalah perilaku bullying.

Salah satunya adalah pendekatan kognitif- perilaku. Pendekatan kognitif-perilaku

lebih menekankan pada kognitif dalam mencegah perilaku bullying yang

mempengaruhi bagaimana perilaku dan emosi. Berdasarkan pada hasil penelitian

yang menguji keefektifan pendekatan kognitif dan perilaku menunjukkan bahwa

pendekatan ini efektif digunakan untuk intervensi pada masalah-masalah yang

berkaitan dengan academic problem termasuk bullying (Karneli, 2019).

Salah satu pendekatan kognitif-perilaku adalah konseling kreatif inovatif

Modifikasi Kognitif-Perilaku (KREIN-MKP) yang berakar dari modifikasi

kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum (1986). Modifikasi

kognitif perilaku berasumsi bahwa terjadinya perilaku bullying disebabkan oleh

cara berpikir yang maladaptif. Pendekatan konseling KREIN-MKP lebih

menekankan pada konseling membelajarkan diri sendiri yang menolong siswa

menjadi sadar akan kata-kata yang diarahkan pada dirinya sendiri. Proses

konselingnya terdiri atas melatih siswa memodifikasi pembelajaran yang


13

diberikan kepada dirinya sendiri, sehingga mereka bisa menangani secara lebih

efektif masalah yang mereka hadapi. Dasar konseling inilah yang menjadi dasar

pemilihan konseling KREIN-MKP sebagai pendekatan yang digunakan untuk

perilaku bullying siswa SMK.

Ada tiga strategi yang digunakan dalam konseling KREIN-MKP untuk

mencegah perilaku bullying, yaitu:

 Mengobservasi diri (self observasi), merupakan kegiatan memonitor diri yang

bertujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa terhadap perilaku

bullying.

 Melakukan dialog internal (internal dialog), tahap ini bertujuan untuk

mengubah dan mengendalikan pikiran-pikiran yang menyebabkan munculnya

perilaku bullying.

 Melatih keterampilan baru. Pada perlakuan ini keterampilan baru yang akan

dilatihkan adalah keterampilan restrukturisasi kognitif, pembelajaran diri

sendiri dan manajemen waktu.

Penerapan ketiga strategi pencegahan perilaku bullying dengan pendekatan

konseling KREIN-MKP mempunyai beberapa manfaat, antara lain:

 Keterampilan ini membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya

mengenali tanda-tanda ketika mereka melakukan bullying.

 Siswa belajar untuk mengidentifikasi dan menentang atau mengubah pikiran-

pikiran yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying.

 Konseling KREIN-MKP lebih menekankan kepada keaktifan siswa dalam

mencegah perilaku bullying, sehingga diharapkan siswa tidak tergantung pada

orang lain untuk memperbaiki perilaku nya yang bermasalah.


14

Secara umum tujuan pendekatan konseling KREIN-MKP adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa menyadari dan memahami perilaku bullying. (1)

kemampuan menyadari perilaku bullying yaitu kemampuan untuk menyadari

situasi yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying, emosi yang dirasakan saat

melakukan bullying serta dampak yang muncul dari perilaku bullying, (2)

meningkatkan kemampuan mengubah dialog internal atau yang biasa disebut

dengan self-talk yaitu pikiran-pikiran atau kata-kata yang ditujukan pada diri

sendiri. Konseling KREIN-MKP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

untuk menyadari pikiran-pikiran negatif yang menyebabkan munculnya perilaku

bullying, dan mengubahnya dengan pikiran-pikiran alternatif yang berguna untuk

mencegah perilaku bullying, (3) meningkatkan keterampilan-keterampilan yang

berguna untuk memperbaiki perilaku bullying. Keterampilan yang dimaksud

adalah restrukturisasi kognitif, pembelajaran diri sendiri dan manajemen waktu.


15
16

BAB II
PERSIAPAN DAN MATERI LAYANAN UNTUK
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING
A. Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling (RPL) “ Stop Bullying”

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


KONSELING KREATIF MODIFIKASI KOGNITIF PERILAKU
( KREIN-MKP)

Topik Layanan Stop Bullying


Kompetensi Dasar/ 1. Peserta didik/konseli dapat mememahami
Tujuan Khusus pengertian bullying
2. Peserta didik dapat memahami jenis-jenis
bullying
3. Peserta didik dapat memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi bullying
4. Peserta didik dapat memahami dampak yang
ditimbulkan dari bullying
5. Peserta didik dapat mengatasi cara mengatasi
dampak dari perilaku bullying
Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, responsif dan
praktis serta menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan factual, konseptual, procedural,
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniara dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang
17

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk


memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar dan mengkaji, dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Sumber Priyatna, Andri. 2010. Lest End Bullying. Jakarta:
Alex Media Kompitundo.
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan Di
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta:
Grasindo.
Zakiah, Zain E., Sahadi H., & Meilanny B.S. 2017.
Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian &
PPM. Vol 4(2).

RENCANA PELAKSANAAN KONSELING KREIN-MKP:

TAHAP 1: OBSERVASI DIRI (Memahami akbat perilaku bullying; STOP


BULYING)

A. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling memberikan pemahaman kepada siswa agar siswa
memiliki pengetahuan akiba perilaku bullying; STOP BULLYING
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
a. Mengidentifikasi peristiwa atau situasi yang menjadi pemicu perilaku
bullying
b. Mengidentifikasi pikiran-pikiran yang muncul disaat punya keinginan
melakukan bullying
c. Mengenali perilaku akibat bullying

TAHAP 2: MENGUBAH DIALOG INTERNAL

A. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah dialog internal agar siswa
memiliki pengetahuan dari perilaku bullying.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
a. Mengidentifikasi harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan yang tidak
realistik atau negatif akibat perilaku bullying.
b. Mengubah harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan negatif dengan
18

harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan positif. Dapat membandingkan


perubahan perilaku bullying sebelum dan sesudah melakukan pengubahan
dialog internal

TAHAP 3: MENGAJARKAN KETERAMPILAN BARU (misalnya: Teknik


Manajemen Waktu)

A. TUJUAN KONSELING
Secara umum tujuan konseling memberikan pengetahuan dan keterampialn
kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan untuk memprioritaskan,
menjadwalkan waktu untuk belajar.

Padang,
Pelaksana

………………………..........
19

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS KLIEN SELAMA PROSES


PELAKSANAAN KONSELING KREIN-MKP

Satuan Pendidikan :
Sasaran Layann :
Pelaksana :
Tanggal Pengamatan :

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Jumlah Rata-rata Nilai
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Keterangan:
Aspek 1 : Antusias dalam mengikuti layanan
2 : Partisipasi dalam mengikuti layanan
3 : Kesungguhan dalam mengikuti layanan
4 : Menghargai saran dan pendapat teman dalam mengikuti layanan
20

Lampiran 2

LEMBAR PENILAIAN HASIL KONSELING KREIN-MKP


Satuan Pendidikan :
Sasaran Layann :
Pelaksana :
Tanggal Pengamatan :
1. Sebutkan pengertian bullying!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.....................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................
2. Apa saja perilaku jenis-jenis bullying yang anda ketahui dan sebutkan
contohnya yang ditemui dilingkungan sekitar!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..................................................................................................
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying!
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................
4. Apa saja dampak yang dialami oleh korban bullying dan bagaimana cara
mengatasinya?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................
21

2....
3....
4....
5...

B. MATERI LAYANAN UNTUK PENCEGAHAN BULLYING

STOP BULLYING
A. Pengertian Bullying
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan
dengan cara melukai secara fisik, verbal atau emosional / psikologis oleh
seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang
secara fisik atau mental lemah berulang kali tanpa perlawanan untuk
membuat korban menderita. Priyatna (2010) menjelaskan bahwa bullying
adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pelaku kepada korban
dan tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang. Bullying ini merupakan
perilaku agresif ataupun manipulasi yang berupa kekerasan fisik, verbal,
atau psiokologis yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang merasa kuat atau berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan
orang lain yang lemah.
22

B. Jenis-jenis Bullying
Sejiwa (2008) menyatakan bahwa perilaku bullying dapat
dikelompokan menjadi tiga aspek sebagai berikut:
1. Bullying verbal
Penindasan dalam bentuk verbal adalah penindasan yang paling
sering dan mudah. Bullying biasanya merupakan awal dari perilaku
bullying lainnya dan dapat menjadi langkah pertama menuju kekerasan
lebih lanjut. Contoh-contoh penindasan verbal meliputi: nama
panggilan, mencela, memfitnah, kritik kejam, penghinaan, pernyataan
pelecehan seksual, teror, mengintimidasi surat, tuduhan palsu, tuduhan
yang kejam dan salah, gosip, dll.
2. Bullying fisik
Penindasan paling mudah terlihat dan mudah diidentifikasi,
tetapi insiden bullying secara fisik tidak sebesar penindasan dalam
bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam
bentuk fisik sering menjadi remaja yang paling bermasalah dan
cenderung pindah ke tindakan kriminal lebih lanjut. Contoh-contoh
intimidasi fisik adalah: memukul, menendang, menampar, mencekik,
menggigit, menggaruk, meludah, merusak dan menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas, dan lainnya.
3. Bullying mental/psikologis
Bullying mental/psikologis ini merupakan bullying yang paling
berahaya bagi korbannya dibandingkan dengan bullying fisik dan
verbal, karena bullying ini terjadi diam-diam dan terkadang lingkungan
sekitar korban tidak menyadarinya. Bullying mental/psikologis, seperti
mengucilkan, memelototi, mendiamkan, meneror lewat pesan email
atau telepon genggam, mencibir, melihat dengan tatapan sinis dan tawa
mengejek, bahasa tubuh yang kasar.
4. Cyberbullying
Cyberbullying pada remaja adalah perlakuan kejam kepada orang
lain yang dilakukan seorang individu atau kelompok yang dilakukan
dengan sengaja.Berujuan untuk menindas, menyakiti, mengancam
23

dengan menggunakan media sosial atau media elektronik lainya,


seperti pesan teks, video, email, dan blog yang dilakukan oleh remaja
dengan rentan umur 11-18 tahun.
Beberapa contoh cyberbullying antara lain:
a. Menyebarkan gambar/informasi negatif yang tidak benar tentang
seseorang.
b. Menyebarkan gambar/informasi untuk membuat orang lain malu
c. Menyebarkan gambar/informasi personal seseorang untuk
menghina orang lain
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bullying
Yusuf dan Fahrudin (2012) ada beberapa bentuk dari faktor
bullying :
1. Faktor Individu
Terdapat dua kelompok individu yang terlibat dalam tindakan
bullying, yaitu pembuli dan korban bully. Kedua kelompok ini
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku buli. Ciri
kepribadian dan sikap seseorang individu mungkin menjadi penyebab
kepada suatu perilaku buli.
2. Faktor keluarga
Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang penting
dalam membentuk perilaku bullying. Orang tua yang sering
bertengkar cenderung membentuk anak-anak yang beresiko untuk
menjadi lebih agresif. Anak-anak yang mendapat kasih sayang yang
kurang, didikan yang kurang baik juga dapat mebentuk anak menjadi
pembuli.
3. Faktor teman sebaya
Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang
pentingnya terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku
buli, tingkah anti sosial di kalangan anak-anak.Kehadiran teman
sebaya dianggap sebagai pendukung dan dapat mebantu
memperlancar dalam melakukan tindakan buli. Dalam banyak kasus,
24

saksi atau teman sebaya yang melihat umumnya mengambil sikap


diam dan tidak ingin ikut campur.
4. Faktor Media
Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering
ditayangkan oleh televisi dan media elektronik akan mempengaruhi
tingkah laku kekerasan anak-anak dan remaja. Beberapa waktu lalu
masyarakat oleh perdebatan mengenai dampak tayangan Smack-Down
di sebuah televisi swasta yang dipercaya sangat mempengaruhi pikiran
dan perilaku anak-anak.
D. Dampak Bullying
1. Sulit makan atau malas makan, karena takut dan gelisah
2. Rasa sakit fisik jika Anda menggunakan kekerasan
3. Kesal dan marah karena Anda tidak dapat membalas
4. Malu dan kecewa pada diri sendiri karena Anda hanya bisa
membiarkannya
5. Rendah kepercayaan diri / rendah diri
6. Pemalu dan kesepian
7. Menurunnya prestasi akademik
8. Merasa terisolasi dalam asosiasi
9. Depresi yang menyebabkan berpikir atau bahkan mencoba bunuh diri
E. Cara Mengatasi Bullying
1. Buktikan kalau kita itu lebih hebat dari mereka. Setiap manusia pasti
lemah. Tetapi, di mata pembully kita memang lemah.
2. Usaha bangkit dari diri sendiri. Jika kita ingin bebas dari bullying,
semuanya dimulai dari diri sendiri.
3. Berani melaporkannya ke orang tua atau guru. Jika kita dibully, lebih
baik minta bantuan kepada orang tua atau guru. Agar, kita bisa terbuka
apa yang terjadi dengan diri kita. Jangan menutupi apa yang terjadi
dengan diri kita.
4. Jangan mencoba mengakhiri hidup. Ini sangat penting! Jangan
mencoba mengakhiri hidup.
25

5. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdoalah kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar diberi kesabaran dalam menghadapi masalah.
Sumber:
Priyatna, Andri. 2010. Lest End Bullying. Jakarta: Alex Media Kompitundo.
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Anak. Jakarta: Grasindo.

Zakiah, Zain E., Sahadi H., & Meilanny B.S. 2017. Faktor yang Mempengaruhi
Remaja dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM. Vol 4(2).
26

BAB III
PROSEDUR DAN PETUNJUK PELAKSANAAN KONSELING
KREIN-MKP

A. Pengantar

Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) berada pada masa

remaja, yaitu kisaran usia 13-19 tahun. Pada rentangan usia ini, siswa berada

pada masa transisi yang penuh tantangan, yang berakibat remaja memiliki

masalah, salah satunya berupa tindakan kekerasan yang dilakukan remaja

yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang menjadi korban,

antara lain yang dikenal dengan bullying yaitu kenakalan-kenakalan yang

berujung pada tindak kekerasan, penindasan, pengintimidasian dan

penghinaan. Bullying merupakan tingkah laku agresif, mendominasi,

menyakiti, menyerang, atau mengasingkan orang lain yang lemah. Bullying

adalah penggunaan kekuasaan dan kekuatan untuk menyakiti seseorang atau

sekelompok orang, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak

berdaya. Bullying adalah bentuk perilaku terbuka dan agresif yang disengaja,

menyakiti, dan dilakukan secara berulang-ulang. Korban bullying diganggu,

digoda, dilecehkan, sosialnya ditolak, diancam, diremehkan, dan menyerang

atau diserang (secara verbal, fisik, psikologis) oleh satu atau lebih individu.

Bullying dalam bentuk verbal dapat berupa menghina, mengejek, memberikan

julukan yang kurang bagus. Bullying fisik misalnya: memukul, menendang,

dan melakukan kekerasan fisik lainnya. Selanjutnya bullying dalam bentuk

relasional adalah pengucilan, sosial ditolak dan mengeluarkan seseorang

dalam kelompok
27

Bullying terdiri dari perilaku langsung seperti mengejek, mengecam,

mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh satu atau lebih siswa.

Apabila dilakukan secara terus menerus akan membentuk pola kekerasan.

Hurlock (dalam Yusuf, 2008) menjelaskan bullying adalah bentuk-bentuk

perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun

psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan

dirinya kuat.

Menganalisis permasalahan bullying yang terjadi, banyak faktor yang

menjadi penyebabnya, antara lain (1) pengaruh fisik, (2) faktor biologis, (3)

temperamen, (4) pengaruh sosial, (5) keinginan mempelajari, (6) kepercayaan

terhadap superiotitas sendiri, (7) kekerasan, agresi, dan konflik di media, (8)

kekerasan dalam olahraga, (9) prasangka, (10) kecemburuan, (11) melindungi

citra diri, (12) ketakutan, (13) egois, kurang sensitif, dan keinginan untuk

diperhatikan, (14) mentalitas kelompok, (15) lingkungan keluarga yang

miskin, (16) tidak pernah diperkenalkan tentang bullying, (17) harga diri yang

rendah, (18) reaksi terhadap ketegangan, (19) diperbolehkan melihat tindakan

agresi dan diberi reward, (20) keinginan untuk mengontrol dan berkuasa, (21)

lingkungan yang buruk dan nilai-nilai masyarakat, dan (22) lingkungan

sekolah yang buruk (Beane (2008).

Perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah tentu akan

berdampak pada dirinya sendiri dan korban bullying. Dalam lapangan

psikologis banyak pendekatan konseling yang dapat digunakan dalam

mencegah siswa yang memiliki memiliki perilaku bullying. Salah satunya


28

adalah pendekatan kognitif- perilaku. Pendekatan kognitif-perilaku lebih

menekankan pada kognitif dalam mencegah perilaku bullying. Berdasarkan

pada hasil penelitian yang menguji keefektifan pendekatan kognitif dan

perilaku menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif digunakan untuk

intervensi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan academic problem

termasuk perilaku bullying di sekolah. (Beck & Fernandez, 1998; Trafate,

1995)

Salah satu pendekatan kognitif-perilaku adalah konseling Modifikasi

Kognitif-Perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum (1986), yang

berasumsi bahwa terjadinya perilaku bullying disebabkan oleh cara berpikir

yang mal adaptif. Konseling Modifikasi Kognitif-Perilaku yang digunakan

untuk pencegahan perilaku bullying adalah konseling yang kreatif dan

inovatif (KREIN-MKP) dimana konseling ini lebih lebih menekankan pada

konseling membelajarkan diri sendiri yang menolong klien menjadi sadar

akan kata-kata yang diarahkan pada dirinya sendiri. Proses konselingnya

terdiri atas melatih klien memodifikasi pembelajaran yang diberikan kepada

dirinya sendiri, sehingga mereka bisa menangani secara lebih efektif masalah

yang mereka hadapi. Dasar konseling inilah yang menjadi dasar pemilihan

KREIN-MKP sebagai pendekatan yang digunakan untuk mencegah perilaku

bullying siswa SMK.

Ada tiga strategi yang digunakan dalam konseling KREIN-MKP untuk

mencegah perilaku bullying, yaitu:


29

 Mengobservasi diri (self observasi), merupakan kegiatan memonitor

diri yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa

terhadap perilaku bullying.

 Melakukan dialog internal (internal dialog), tahap ini bertujuan untuk

mengubah dan mengendalikan pikiran-pikiran yang menyebabkan

munculnya perilaku bullying.

 Mempelajari keterampilan baru. Pada perlakuan ini keterampilan baru

yang akan dipelajari adalah keterampilan restrukturisasi kognitif,

pembelajaran diri sendiri dan manajemen waktu.

Penerapan ketiga strategi pencegahan perilaku bullying dengan pendekatan

KREIN-MKP mempunyai beberapa mamfaat, antara lain:

 Keterampilan ini membantu siswa untuk mengembangkan

kemampuannya mengenali tanda-tanda ketika mereka melakukan

perilaku bullying.

 Siswa belajar untuk mengidentifikasi dan menentang atau mengubah

pikiran-pikiran yang menyebabkan mereka melakukan perilaku

bullying.

 Pendekatan KREIN-MKP ini lebih menekankan kepada keaktifan

siswa dalam mencegah perilaku bullying, sehingga diharapkan siswa

tidak tergantung pada orang lain untuk mengubah kebiasaannya

melakukan perilaku bullying.


30

B. Tujuan Konseling KREIN-MKP

Secara umum tujuan pemberian konseling adalah membantu klien untuk

dapat mencegah perilaku bullying. Sedangkan secara khusus tujuan konseling ini

adalah:

1. Meningkatkan kemampuan siswa menyadari dan memahami perilaku

bullying. Kemampuan menyadari perilaku bullying adalah kemampuan

untuk menyadari situasi yang menyebabkan perilaku bullying, emosi

yang dirasakan saat munculnya keinginan melakukan bullying serta

perilaku yang muncul akibat bullying.

2. Meningkatkan kemampuan mengubah dialog internal atau yang biasa

disebut dengan self-talk yaitu pikiran-pikiran atau kata-kata yang

ditujukan pada diri sendiri. Pada perlakuan ini, diharapkan siswa

memiliki kemampuan untuk menyadari pikiran-pikiran negatif yang

menyebabkan munculnya perilaku bullying, dan mengubahnya dengan

pikiran-pikiran alternatif yang berguna untuk mencegah perilaku

bullying.

3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan yang berguna untuk

mencegah perilaku bullying. Keterampilan yang dimaksud adalah

restrukturisasi kognitif, pembelajaran diri sendiri dan manajemen

waktu.
31

C. Sasaran Konseling KREIN-MKP

Siswa yang menjadi sasaran pemberian konseling KREIN-MKP adalah

siswa yang diidentifikasi memiliki potensi untuk berperilaku bullying yang

dijaring melalui skala perilaku bullying.

D. Pemilihan Konselor Untuk Melaksanakan Konseling KREIN-MKP

a. Syarat-Syarat Konselor

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh konselor untuk dapat memberikan

perlakuan mencegah perilaku bullying dengan konseling KREIN-MKP adalah:

1) Konselor memiliki latar belakang pendidikan S1 Bimbingan Konseling.

2) Mempunyai kemauan untuk membantu siswa yang berpotensi memiliki

perilaku bullying

3) Memiliki sikap positif terhadap penerapan konseling KREIN-MKP dalam

membantu siswa mengatasi masalah perilaku bullying, memiliki

tanggungjawab untuk pengembangan kepribadian siswa, mempunyai

kepedulian terhadap siswa yang memiliki masalah perilaku bullying, sabar

dan punya empati terhadap siswa.

E. Langkah-langkah Konseling Modifikasi Kognitif Perilaku (KMKP)

1. Observasi diri (self observasi)

Pelaksanaan konseling ini diawali dengan pemutaran film oleh

konselor tentang siswa-siswa yang memiliki perilaku bullying di sekolah.

Setelah pemutaran film siswa diminta;

1) Merefleksikan cerita film tersebut terutama tentang tokoh yang ada dalam

film itu.
32

2) Melakukan refleksi yang dipandu oleh konselor dengan pertanyaan:

(panduan analisis film)

a. Apa yang dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu

b. Apa yang dilakukan oleh tokoh yang ada dalam film itu

c. Apa yang terjadi atau dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu

ketika dia memiliki pikiran dan berperilaku seperti yang ada dalam

film.

d. Siswa mengambil kesimpulan tentang apa yang dia pikirkan tentang

tokoh yang ada dalam film.

e. Siswa diminta untuk merefleksi diri, melalui lembaran bimbingan

f. Konselor membuat komitmen dengan siswa bahwa siswa akan

mengubah pikiran dan perasaannya dari tidak mampu menjadi mampu,

dari tidak bisa membuat tugas menjadi bisa menyelesaikan tugas-tugas

yang diberikan guru.

2. Mengubah Dialog Internal

Pelaksanaan konseling pengubahan dialog internal tentang perilaku

bullying dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif, pembelajaran

diri sendiri menekankan pada keterampilan mengidentifikasi pikiran-pikiran

yang muncul saat siswa memiliki perilaku bullying, mengubah pikiran-pikiran

yang negatif menjadi positif, atau pikiran-pikiran yang tidak realistik menjadi

lebih realistik. Kegiatan yang dilakukan adalah:


33

1. Sebelum klien dapat mengidentifikasi perubahan perilaku bullying

sebelum dan setelah melakukan dialog internal atau berbicara dengan diri

sendiri (self-talk), klien perlu memahami apakah dialog internal tersebut.

2. Konselor mengenalkan terlebih dahulu pengertian self talk dengan cara

membantu siswa mengingat kembali pikiran-pikiran yang ada di kepalanya

seperti ketika akan berkata-kata kasar pada temannya, ketika mau

memukul temannya, ketika mengejek temannya. Untuk lebih memberikan

pemahaman kepada siswa, konselor memberikan contoh misalnya: siswa

disuruh menatap konselor untuk beberapa waktu. Kegiatan ini

mengarahkan konselor untuk memberikan perhatian pada pikiran-

pikirannya dan kemudian membaginya dengan klien. Untuk beberapa saat

konselor mengatakan self-talk-nya agar dapat menjadi contoh bagi klien

dan mengidentifikasi pikiran-pikiran yang ada. Selanjutnya konselor

menyuruh klien memejamkan matanya beberapa saat dan menanyakan apa

yang sedang dipikirkannya, dan apa yang sedang dikatakan siswa pada

dirinya sendiri.

3. Setelah siswa memahami self-talk langkah selanjutnya adalah

mengklarifikasi pikiran-pikiran yang tidak realistik atau negatif yang

menyebabkan rendahnya perilaku bullying. Cara yang dapat digunakan

untuk membantu siswa mengklarifikasi pikiran-pikiran tersebut adalah

dengan mengidentifikasi harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan

yang tidak realistik. Lembar mengidentifikasi harapan-harapan dan

kesimpulan-kesimpulan berikut dapat digunakan untuk membantu siswa

mengetahui pikiran-pikiran penyebab terjadinya perilaku bullying.


34

Lembar Identifikasi Harapan-harapan dan Kesimpulan-


kesimpulan
Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak
realistik realistik

.
35

4. Setelah siswa mampu mengidentifikasi harapan-harapan dan kesimpulan


yang tidak realistik, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi,
menantang atau mengubah harapan-harapan dan kesimpulan yang tidak
realistik tersebut. Tabel berikut dapat menjadi alat untuk membantu siswa
mengenali harapan-harapan yang tidak realistik dan mengubahnya dengan
harapan-harapan yang lebih realistik.
Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik
Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang
realistik realistik

Konselor dapat meminta klien untuk menulis semua harapan-harapan


yang tidak realistik pada kolom harapan-harapan yang tidak realistik dan
kemudian memilih kalimat atau kata-kata yang menantang dan
mengubah harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan tersebut lebih
realistik. Kolom harapan realistik dapat digunakan untuk membantu
siswa menantang dan mengubah harapan-harapan yang tidak realistik.
36

Demikian juga dengan kesimpulan-kesimpulan yang tidak realistik


dapat ditantang atau diubah dengan kata-kata dengan kalimat sebagai
berikut:

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik


Peristiwa Kesimpulan yang tidak Kesimpulan yang
realistik realistik

5. Setelah klien dapat menantang harapan-harapan dan kesimpulan langkah


selanjutnya adalah mengajarkan kepada klien mengelola pikiran dengan
cara mengubah pikiran-pikiran negatif atau tidak realistik saat perilaku
bullying muncul. Lembar rekaman pikiran dapat digunakan untuk
membantu klien memahami cara mencegah perilaku bullying. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
1) Mintalah klien untuk mengingat peristiwa yang memicu terjadinya
perilaku bullying dengan mengisi kolom peristiwa. Usahakan dalam
mengisi kolom peristiwa ditulis secara detail
2) Langkah ke dua, klien diajak untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran
yang ada dan dikatakan pada diri sendiri ketika mengetahui perilaku
bullying yang akan dilakukannya. Tulis pada kolom pikiran.(kolom 2)
3) Langkah ke tiga, untuk menguji pikiran yang telah ditulis, klien
diminta untuk mengidentifikasi bukti-bukti yang mendukung pikiran
yang telah ditulis pada kolom 3
4) Langkah ke empat, selain bukti yang mendukung pikiran-pikiran pada
kolom 4 klien juga dibantu untuk mengidentifikasi bukti tidak mendukung
pikiran-pikiran yang ada pada kolom 3.
5) Langakah ke lima, setelah mengisi kolom 3, 4, dan klien dipandu untuk
membuat kesimpulan pikiran baru yang lebih realistik. Pikiran baru yang
merupakan hasil dialog klien dengan diri sendiri ditulis pada kolom
pikiran baru.
6) Terakhir dari konseling pengubahan dialog internal tentang perilaku
bullying adalah mengukur pengubahan dialog internal tentang perilaku
bullying dengan jalan meminta siswa menuliskan pada kolom perubahan
yang dirasakan setelah selesai konseling.
37

7) Agar klien menjadi terbiasa dengan langkah-langkah konseling


pengubahan dialog internal tentang perilaku bullying, konselor dapat
memberikan kesempatan kepada klien untuk konseling lagi dengan topik
yang berbeda yang berkaitan dengan perilaku bullying yang pernah
dialaminya.
8) Konselor terus memberi motivasi kepada klien untuk mengisi jurnal
perilaku bullying yang telah disediakan oleh konselor setiap kali klien
mengalami perilaku bullying agar keterampilan pengubahan dialog internal
tentang perilaku bullying menjadi kebiasaan dan spontanitas.

3: Memberikan keterampilan baru

Keterampilan baru yang diberikan pada klien menggunakan teknik


restrukturisasi kognitif, pembelajaran diri dan manajemen waktu. Untuk
manajemen waktu, instruksi yang dilakukan konselor adalah:
a. Memeriksa penggunaan waktu klien; meminta klien untuk mencatat
semua aktifitas hariannya dalam satu minggu dalam sebuah kertas yang
telah dibagikan konselor.
b. Menganalisis pekerjaan klien; dalam menganalisis pekerjaan klien,
pertanyaan berikut dapat membantu konselor:
 Kegiatan apa saja yang memakan paling banyak waktu dan kegiatan
apa saja yang menghabiskan paling sedikit waktu dalam keseharian
klien selama satu minggu itu?
 Berapa lama waktu rata-rata digunakan klien dalam melakukan
kegiatan itu perharinya?
 Hal-hal apa saja yang dinilai layak untuk ditambah atau dikurangi
waktu untuk melakukannya?
 Apa ada hal atau kegiatan yang dinilai baik untuk dilakukan atau
ditinggalkan klien?
 Apakah secara keseluruhan hal-hal yang dikerjakan klien membawa
klien menuju kesuksesan belajar atau justru mengakibatkan
terhambatnya kelancaran studi karena klien selalu ingin melakukan
perilaku bullying..
c. Mendiskusikan dengan klien: setelah konselor menganalisis pekerjaan
rumah klien, biarkan klien mengekspresikan perasaan dan pendapatnya
mengenai hasil pekerjaannya dalam kelompok dengan tetap diarahkan oleh
konselor. Selain itu minta pada klien mengemukakan langkah apa yang
harus dilakukan mengatasi masalah tersebut. Biarkan mereka bebas
mengungkapkan pendapatnya, dengan tetap mendapat arahan.
d. Membimbing klien membuat perioritas: klien dilatih untuk menyusun
tanggungjawab dan tugas-tugas berdasarkan urutan kepentingannya.
38

Kategori A, kegiatan berprioritas tinggi “harus segera dilakukan”.


Kategori B, kegiatan yang kurang penting “sebaiknya segera dilakukan”.
Kategori C, kegiatan prioritas rendah “dapat menunggu”
e. Membimbing siswa membuat penjadwalan: cara yang dapat digunakan
klien adalah metode 3 C dan 3 P. metode 3 C meliputi: Clocks (jam) tugas
yang dilakukan pada jam tertentu setiap hari; Calendars (kalender),
pekerjaan mingguan, bulanan dan tahunan untuk Sasaran dan
tanggungjawab mendatang; Completion times (waktu penyelesaian),
tanggal dan waktu yang ditentukan untuk memenuhi Sasaran dan
tanggungjawab. Setelah itu klien dibimbing konselor dalam membuat
jadwal harian, misalnya:
HARI SENIN , 08 JANUARI 2021
7.00 – 12.00 Kegaiatan di sekolah
12.00 – 14.00 Istirahat (tidur siang)
14.00 – 15.00 Mengulang pelajaran yang diberikan guru
15.00 – 17.00 Membantu orang tua dan menonton TV
19.00 – 21.00 Mengerjakan PR dan menyiapkan pelajaran untuk besok
dan seterusnya.
Persiapan mengerjakan tugas-tugas sekolah; kegiatan ini merupakan hal-hal
yang sebaiknya dilakukan siswa ketika menghadapi tugas-tugas sekolah yang
diberikan guru.

PANDUAN KHUSUS
PERLAKUAN MENINGKATKAN EFIKASI DIRI
AKADEMIK BAGI SISWA SMK

TAHAP 1: OBSERVASI DIRI (Memahami Efikasi Diri Akademik)

B. TUJUAN KONSELING
3. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling memberikan pemahaman kepada siswa
agar siswa memiliki pengetahuan tentang efikasi diri akademik yang ada
pada dirinya.
4. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
d. Mengidentifikasi peristiwa atau situasi yang menjadi pemicu efikasi
diri akademik rendah
e. Mengidentifikasi pikiran-pikiran yang muncul disaat efikasi diri
akademik rendah
f. Mengenali perilaku akibat efikasi diri akademik rendah
39

C. PELAKSANAAN KONSELING

1). Persiapan
Sebelum memberikan konseling agar siswa memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang efikasi diri akademik yang ada pada dirinya, beberapa hal
yang dilakukan konselor adalah;
a. Membaca dan memahami materi tentang memahami efikasi diri akademik
(baca materi perlakuan BAB I & II Kedasadaran Terhadap Efikasi Diri
Akademik)
b. Mempersiapkan lembaran pemahaman tentang efikasi diri akademik yang ada
pada diri siswa (jurnal rekaman pikiran).
c. Mempersiapkan tempat pertemuan dengan siswa yang representatif yaitu
tempat yang tenang, bersih sehingga siswa merasa nyaman sewaktu konseling
berlangsung.
a. Langkah-langkah Konseling
Pelaksanaan konseling ini diawali dengan pemutaran film oleh konselor
tentang siswa-siswa yang memiliki efikasi diri akademik rendah di sekolah.
Setelah pemutaran film siswa diminta;
a. Siswa diminta untuk merefleksikan cerita film tersebut terutama tentang
tokoh yang ada dalam film itu.
b. Siswa melakukan refleksi yang dipandu oleh konselor dengan pertanyaan:
(panduan analisis film)
 Apa yang dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
 Apa yang dilakukan oleh tokoh yang ada dalam film itu
 Apa yang terjadi atau dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
ketika dia memiliki pikiran dan berperilaku seperti yang ada dalam
film.
 Siswa mengambil kesimpulan tentang apa yang dia pikirkan tentang
tokoh yang ada dalam film.
 Siswa diminta untuk merefleksi diri, melalui lembaran bimbingan
 Konselor membuat komitmen dengan siswa bahwa siswa akan
mengubah pikiran dan perasaannya dari tidak mampu menjadi mampu,
dari tidak bisa membuat tugas menjadi bisa menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru.
40

TAHAP 2: MENGUBAH DIALOG INTERNAL

B. TUJUAN KONSELING
3. Tujuan Umum
Secara umum tujuan konseling adalah mengubah dialog internal agar
siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang efikasi diri
akademik yang ada pada dirinya.
4. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan konseling, diharapkan siswa memiliki keterampilan;
c. Mengidentifikasi harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan yang
tidak realistik atau negatif ketika efikasi diri akademiknya rendah.
d. Mengubah harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan negatif
dengan harapan-harapan atau kesimpulan-kesimpulan positif.
e. Dapat membandingkan perubahan efikasi diri akademik sebelum dan
sesudah melakukan pengubahan dialog internal.
C. PELAKSANAAN KONSELING

1. Persiapan
Sebelum memberikan perlakuan dalam bentuk konseling pengubahan
dialog internal tentang efikasi diri akademik rendah yang ada pada dirinya,
beberapa hal yang dilakukan konselor adalah;
b. Membaca dan memahami materi konseling pengubahan dialog internal
tentang efikasi diri akademik (baca materi perlakuan BAB III
Pengubahan Dialog Internal tentang Efikasi Diri Akademik)
c. Mempersiapkan lembaran Mengidentifikasi harapan-harapan dan
kesimpulan-kesimpulan.
d. M.empersiapkan lembar mengubah harapan-harapan dan kesimpulan-
kesimpulan lebih realistik (lihat jurnal)
e. Mempersiapkan Lembar rekaman pikiran (lihat jurnal)
f. Mempersiapkan tempat pertemuan dengan siswa yang representatif
yaitu tempat yang tenang, bersih sehingga siswa merasa nyaman
sewaktu konseling berlangsung.
2. Langkah-langkah Konseling
Pelaksanaan konseling konseling pengubahan dialog internal tentang efikasi
diri akademik menekankan pada keterampilan mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang muncul saat siswa memiliki efikasi diri akademik rendah,
mengubah pikiran-pikiran yang negatif menjadi positif, atau pikiran-pikiran
pikiran-pikiran yang tidak realistik menjadi lebih realistik. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Sebelum siswa dapat mengidentifikasi perubahan efikasi diri akademik
sebelum dan setelah melakukan dialog internal atau berbicara dengan
41

diri sendiri (self-talk), siswa perlu memahami apakah dialog internal


tersebut.
b. Konselor mengenalkan terlebih dahulu pengertian self talk dengan cara
membantu siswa mengingat kembali pikiran-pikiran yang ada di
kepalanya seperti ketika akan memulai pelajaran, ketika guru
memberikan tugas, ketika tugas-tugas yang diberikan guru tidak
diselesaikan. Untuk lebih memberikan pemahaman kepada siswa,
konselor memberikan contoh misalnya: siswa disuruh menatap konselor
untuk beberapa waktu. Kegiatan ini mengarahkan konselor untuk
memberikan perhatian pada pikiran-pikirannya dan kemudian
membaginya dengan siswa. Untuk beberapa saat konselor mengatakan
self-talk-nya agar dapat menjadi contoh bagi siswa dan mengidentifikasi
pikiran-pikiran yang ada. Selanjutnya konselor menyuruh siswa
memejamkan matanya beberapa saat dan menanyakan apa yang sedang
dipikirkannya, dan apa yang sedang dikatakan siswa pada dirinya
sendiri.
c. Setelah siswa memahami self-talk langkah selanjutnya adalah
mengklarifikasi pikiran-pikiran yang tidak realistik atau negatif yang
menyebabkan rendahnya efikasi diri akademik. Cara yang dapat
digunakan untuk membantu siswa mengklarifikasi pikiran-pikiran
tersebut adalah dengan mengidentifikasi harapan-harapan dan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak realistik. Lembar mengidentifikasi
harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan berikut dapat digunakan
untuk membantu siswa mengetahui pikiran-pikiran penyebab efikasi diri
akademik rendah.
Lembar Identifikasi Harapan-harapan dan Kesimpulan-
kesimpulan
Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak
realistik realistik

Contoh: NY anak bungsu dari 6 bersaudara dan salah seorang dari


siswa SMK 9 Padang. NY marah dan benci pada dirinya sendiri karena
dia yakin dirinya tidak memiliki kemampuan seperti teman-temannya.
Dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di jurusan
perhotelan, ketika NY diberi tugas untuk menerima pemesanan kamar
tamu hotel melalui telepon, NY merasa dirinya tidak mampu
42

berkomunikasi dengan baik. Setiap NY bertugas untuk melayani


telepon, dia merasa gugup, kata-kata yang sudah dipersiapkannya
menjadi hilang begitu saja. Pada saat dia mengantarkan tamu hotel ke
kamarnya dirinya terasa minder, cemas, merasa tidak yakin bahwa
pelayanan yang diberikan mampu memberikan kepuasan kepada
pelanggan. Hal ini menjadikan dia takut kepada guru mata pelajaran
“Front Office” dan NY sering bolos untuk mata pelajaran ini. Dari data
base yang ada di sekolah sebetulnya NY tidak bodoh, untuk mata
pelajaran tertentu misalnya matematika NY memiliki nilai yang bagus.
Jika sekarang NY merasa benci dan marah pada dirinya karena yakin
tidak memiliki kemampuan seperti teman-temannya hal ini tergantung
kepada realistik atau tidak realistiknya harapan-harapan dan
kesimpulan yang diberikan NY terhadap kemampuan yang ada pada
dirinya. Jika NY memiliki harapan yang tidak realistik seperti dibawah
ini, maka dia akan mengalami perasaan benci kepada dirinya.

Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak


realistik realistik
Setiap ketemu  Harusnya guru FO  Tugas-tugas yang
guru yang tidak usah memberi diberikan oleh guru FO
mengajar saya tugas untuk selalu membuat saya
“Front Office menerima tamu hotel cemas dan merasa
(FO)” NY minder, mungkin guru
merasa cemas, FO tidak menyukai saya
takut, tidak  Jika dia guru yang
dapat baik, yang bisa  Guru-guru mungkin
menyelesaikan mengerti saya, ingin mempermalukan
tugas-tugas seharusnya guru itu saya di depan tamu
sekolah usah memasukkan hotel
dengan baik, nama saya ke dalam
dan akhirnya jadwal yang harus
NY sering menerima tamu hotel
bolos

d. Setelah siswa mampu mengidentifikasi harapan-harapan dan


kesimpulan yang tidak realistik, langkah selanjutnya adalah melakukan
evaluasi, menantang atau mengubah harapan-harapan dan kesimpulan
yang tidak realistik tersebut. Tabel berikut dapat menjadi alat untuk
membantu siswa mengenali harapan-harapan yang tidak realistik dan
mengubahnya dengan harapan-harapan yang lebih realistik.
43

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik


Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang
realistik realistik

Konselor dapat meminta siswa untuk menulis semua harapan-harapan


yang tidak realistik pada kolom harapan-harapan yang tidak realistik
dan kemudian memilih kalimat atau kata-kata yang menantang dan
mengubah harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan tersebut lebih
realistik. Agar siswa lebih memahami berilah contoh kasus NY.
Kolom harapan realistik dapat digunakan untuk membantu siswa
menantang dan mengubah dan mengubah harapan-harapan yang tidak
realistik.
Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang
realistik realistik
NY tidak  Guru FO harusnya  Harusnya saya mencoba
masuk tidak masuk hari ini, mengerjakan tugas yang
sekolah karena tugas yang diberikan guru FO
karena diberikannya belum
takut saya kerjakan
dengan
guru FO  Guru FO harusnya  Kalau hanya ceramah dan
pada hari tidak perlu memberi diskusi tentu saya tidak
ini, karena tugas, cukup dengan terampil, pada setamatnya
tugas yang ceramah atau hanya dari SMK 9 saya akan
diberikan menyuruh kelas berhubungan dengan tamu-
minggu berdiskusi tamu hotel
lalu belum
saya
kerjakan  Guru FO benar-benar  Saya memang kecewa
membuat saya dengan Guru FO, kadang-
kecewa dan kadang saya kecewa jika
mempermalukan saya segala sesuatu tidak sesuai
di depan teman- dengan yang saya
teman dan tamu hotel harapkan.Kekecewaan itu
bagian dari hidup
44

Demikian juga dengan kesimpulan-kesimpulan yang tidak realistik


dapat ditantang atau diubah dengan kata-kata dengan kalimat sebagai
berikut:

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik


Peristiwa Kesimpulan yang tidak Kesimpulan yang
realistik realistik

e. Setelah siswa dapat menantang harapan-harapan dan kesimpulan


langkah selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa mengelola
pikiran dengan cara mengubah pikiran-pikiran negatif atau tidak
realistik saat efikasi diri akademik negatif muncul. Lembar rekaman
pikiran dapat digunakan untuk membantu siswa memahami cara
meningkatkan efikasi diri akademik. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
 Mintalah siswa untuk mengingat peristiwa yang memicu efikasi
diri akademik rendah dengan mengisi kolom peristiwa. Usahakan
dalam mengisi kolom peristiwa ditulis secara detail.
 Langkah ke dua, siswa diajak untuk mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang ada dan dikatakan pada diri sendiri ketika
mengetahui efikasi diri akademiknya rendah. Tulis pada kolom
pikiran.(kolom 2)
 Langkah ke tiga, untuk menguji pikiran yang telah ditulis, siswa
diminta untuk mengidentifikasi bukti-bukti yang mendukung
pikiran yang telah ditulis pada kolom 3.
 Langkah ke empat, selain bukti yang mendukung pikiran-pikiran
pada kolom 4 siswa juga dibantu untuk mengidentifikasi bukti
tidak mendukung pikiran-pikiran yang ada pada kolom 3
 Langkah ke lima, setelah mengisi kolom 3, 4, dan siswa dipandu
untuk membuat kesimpulan pikiran baru yang lebih realistik.
Pikiran baru yang merupakan hasil dialog siswa dengan diri sendiri
ditulis pada kolom pikiran baru.
 Terakhir dari konseling pengubahan dialog internal tentang efikasi
diri akademik adalah mengukur pengubahan dialog internal tentang
45

efikasi diri akademik dengan jalan meminta siswa menuliskan pada


kolom perubahan yang dirasakan setelah selesai konseling.
 Agar siswa menjadi terbiasa dengan langkah-langkah konseling
pengubahan dialog internal tentang efikasi diri akademik, konselor
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk konseling lagi
dengan topik yang berbeda yang berkaitan dengan efikasi diri
akademik yang pernah dialaminya.
 Konselor terus memberi motivasi kepada siswa untuk mengisi
jurnal EDA yang telah disediakan oleh konselor setiap kali siswa
mengalami efikasi diri akademik rendah agar keterampilan
pengubahan dialog internal tentang efikasi diri akademik rendah
menjadi kebiasaan dan spontanitas.

TAHAP 3: MENGAJARKAN KETERAMPILAN BARU (Teknik


Manajemen Waktu)

B. TUJUAN KONSELING
Secara umum tujuan konseling memberikan pengetahuan dan keterampialn
kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan untuk memprioritaskan,
menjadwalkan waktu untuk belajar.

C. PELAKSANAAN KONSELING
1. Persiapan
Sebelum memberikan konseling agar siswa memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang manajemen waktu, antara lain kemampuan untuk
memprioritaskan, menjadwalkan dan melaksanakan tanggungjawab
sebagai pelajar.
a. Membaca dan memahami materi tentang manajemen waktu
b. Membuat jadwal penggunanaan waktu
c. Mendiskusikan jadwal yang telah dibuat
2. Langkah-langkah Konseling
Pada tahap ini instruksi yang dilakukan konselor adalah:
a. Memeriksa penggunaan waktu siswa; meminta siswa untuk mencatat
semua aktifitas hariannya dalam satu minggu dalam sebuah kertas
yang telah dibagikan konselor.
b. Menganalisis pekerjaan siswa; dalam menganalisis pekerjaan siswa,
pertanyaan berikut dapat membantu konselor:
 Kegiatan apa saja yang memakan paling banyak waktu dan
kegiatan apa saja yang menghabiskan paling sedikit waktu dalam
keseharian siswa selama satu minggu itu?
46

 Berapa lama waktu rata-rata digunakan siswa dalam melakukan


kegiatan itu perharinya?
 Hal-hal apa saja yang dinilai layak untuk ditambah atau dikurangi
waktu untuk melakukannya?
 Apa ada hal atau kegiatan yang dinilai baik untuk dilakukan atau
ditinggalkan siswa?
 Apakah secara keseluruhan hal-hal yang dikerjakan siswa
membawa siswa menuju kesuksesan belajar atau justru
mengakibatkan terhambatnya kelancaran studi yang
mengakibatkan rendahnya efikasi diri akademik.
c. Mendiskusikan dengan Siswa: setelah konselor menganalisis
pekerjaan rumah siswa, biarkan siswa mengekspresikan perasaan dan
pendapatnya mengenai hasil pekerjaannya dalam kelompok dengan
tetap diarahkan oleh konselor. Selain itu minta pada siswa
mengemukakan langkah apa yang harus dilakukan mengatasi masalah
tersebut. Biarkan mereka bebas mengungkapkan pendapatnya, dengan
tetap mendapat arahan.
d. Membimbing siswa membuat perioritas: siswa dilatih untuk
menyusun tanggungjawab dan tugas-tugas berdasarkan urutan
kepentingannya. Kategori A, kegiatan berprioritas tinggi “harus
segera dilakukan”. Kategori B, kegiatan yang kurang penting
“sebaiknya segera dilakukan”. Kategori C, kegiatan prioritas rendah
“dapat menunggu”
e. Membimbing siswa membuat penjadwalan: cara yang dapat
digunakan siswa adalah metode 3 C dan 3 P. metode 3 C meliputi:
Clocks (jam) tugas yang dilakukan pada jam tertentu setiap hari;
Calendars (kalender), pekerjaan mingguan, bulanan dan tahunan
untuk Sasaran dan tanggungjawab mendatang; Completion times
(waktu penyelesaian), tanggal dan waktu yang ditentukan untuk
memenuhi Sasaran dan tanggungjawab. Setelah itu siswa dibimbing
konselor dalam membuat jadwal harian, misalnya:
HARI SENIN , 08 JANUARI 2013
7.00 – 12.00 Kegaiatan di sekolah
12.00 – 14.00 Istirahat (tidur siang)
14.00 – 15.00 Mengulang pelajaran yang diberikan guru
15.00 – 17.00 Membantu orang tua dan menonton TV
19.00 – 21.00 Mengerjakan PR dan menyiapkan pelajaran untuk besok
dan seterusnya.
f. Persiapan mengerjakan tugas-tugas sekolah; kegiatan ini merupakan hal-
hal yang sebaiknya dilakukan siswa ketika menghadapi tugas-tugas
sekolah yang diberikan guru.
47

SKENARIO PELAKSANAAN
KONSELING MODIFIKASI KOGNITIF PERILAKU (KMKP)

Langkah-langkah Konseling Modifikasi Kognitif Perilaku (KMKP)


1. Observasi diri (self observasi)
Pelaksanaan konseling ini diawali dengan pemutaran film oleh konselor
tentang siswa-siswa yang memiliki efikasi diri akademik rendah di sekolah.
Setelah pemutaran film siswa diminta;
1) Merefleksikan cerita film tersebut terutama tentang tokoh yang ada
dalam film itu.
2) Melakukan refleksi yang dipandu oleh konselor dengan pertanyaan:
(panduan analisis film)
a. Apa yang dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
b. Apa yang dilakukan oleh tokoh yang ada dalam film itu
c. Apa yang terjadi atau dialami oleh tokoh yang ada dalam film itu
ketika dia memiliki pikiran dan berperilaku seperti yang ada dalam
film.
d. Siswa mengambil kesimpulan tentang apa yang dia pikirkan tentang
tokoh yang ada dalam film.
e. Siswa diminta untuk merefleksi diri, melalui lembaran bimbingan
f. Konselor membuat komitmen dengan siswa bahwa siswa akan
mengubah pikiran dan perasaannya dari tidak mampu menjadi
mampu, dari tidak bisa membuat tugas menjadi bisa menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan guru.
2. Mengubah Dialog Internal
Pelaksanaan konseling konseling pengubahan dialog internal tentang
efikasi diri akademikdengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif,
pembelajaran diri sendiri menekankan pada keterampilan mengidentifikasi
pikiran-pikiran yang muncul saat siswa memiliki efikasi diri akademik
rendah, mengubah pikiran-pikiran yang negatif menjadi positif, atau pikiran-
pikiran yang tidak realistik menjadi lebih realistik. Kegiatan yang dilakukan
adalah:
48

1) Sebelum siswa dapat mengidentifikasi perubahan efikasi diri akademik


sebelum dan setelah melakukan dialog internal atau berbicara dengan diri
sendiri (self-talk), siswa perlu memahami apakah dialog internal tersebut.
2) Konselor mengenalkan terlebih dahulu pengertian self talk dengan cara
membantu siswa mengingat kembali pikiran-pikiran yang ada di
kepalanya seperti ketika akan memulai pelajaran, ketika guru
memberikan tugas, ketika tugas-tugas yang diberikan guru tidak
diselesaikan. Untuk lebih memberikan pemahaman kepada siswa,
konselor memberikan contoh misalnya: siswa disuruh menatap konselor
untuk beberapa waktu. Kegiatan ini mengarahkan konselor untuk
memberikan perhatian pada pikiran-pikirannya dan kemudian
membaginya dengan siswa. Untuk beberapa saat konselor mengatakan
self-talk-nya agar dapat menjadi contoh bagi siswa dan mengidentifikasi
pikiran-pikiran yang ada. Selanjutnya konselor menyuruh siswa
memejamkan matanya beberapa saat dan menanyakan apa yang sedang
dipikirkannya, dan apa yang sedang dikatakan siswa pada dirinya sendiri.
3) Setelah siswa memahami self-talk langkah selanjutnya adalah
mengklarifikasi pikiran-pikiran yang tidak realistik atau negatif yang
menyebabkan rendahnya efikasi diri akademik. Cara yang dapat
digunakan untuk membantu siswa mengklarifikasi pikiran-pikiran
tersebut adalah dengan mengidentifikasi harapan-harapan dan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak realistik. Lembar mengidentifikasi
harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan berikut dapat digunakan
untuk membantu siswa mengetahui pikiran-pikiran penyebab efikasi diri
akademik rendah.
49

Lembar Identifikasi Harapan-harapan dan Kesimpulan-kesimpulan


Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak
realistik realistic

Contoh: NY anak bungsu dari 6 bersaudara dan salah seorang dari siswa
SMK 9 Padang. NY marah dan benci pada dirinya sendiri karena dia
yakin dirinya tidak memiliki kemampuan seperti teman-temannya.
Dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di jurusan
perhotelan, ketika NY diberi tugas untuk menerima pemesanan kamar
tamu hotel melalui telepon, NY merasa dirinya tidak mampu
berkomunikasi dengan baik. Setiap NY bertugas untuk melayani telepon,
dia merasa gugup, kata-kata yang sudah dipersiapkannya menjadi hilang
begitu saja. Pada saat dia mengantarkan tamu hotel ke kamarnya dirinya
terasa minder, cemas, merasa tidak yakin bahwa pelayanan yang
diberikan mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini
menjadikan dia takut kepada guru mata pelajaran “Front Office” dan NY
sering bolos untuk mata pelajaran ini. Dari data base yang ada di sekolah
sebetulnya NY tidak bodoh, untuk mata pelajaran tertentu misalnya
matematika NY memiliki nilai yang bagus. Jika sekarang NY merasa
benci dan marah pada dirinya karena yakin tidak memiliki kemampuan
seperti teman-temannya hal ini tergantung kepada realistik atau tidak
realistiknya harapan-harapan dan kesimpulan yang diberikan NY
terhadap kemampuan yang ada pada dirinya. Jika NY memiliki harapan
yang tidak realistik seperti dibawah ini, maka dia akan mengalami
perasaan benci kepada dirinya.
50

Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak


realistik realistic
Setiap ketemu  Harusnya guru FO  Tugas-tugas yang
guru yang tidak usah memberi diberikan oleh guru FO
mengajar saya tugas untuk selalu membuat saya
“Front Office menerima tamu hotel cemas dan merasa
(FO)” NY minder, mungkin guru
merasa cemas, FO tidak menyukai saya
takut, tidak
dapat  Jika dia guru yang  Guru-guru mungkin
menyelesaikan baik, yang bisa ingin mempermalukan
tugas-tugas mengerti saya, saya di depan tamu
sekolah seharusnya guru itu hotel
dengan baik, usah memasukkan
dan akhirnya nama saya ke dalam
NY sering jadwal yang harus
bolos menerima tamu hotel

4) Setelah siswa mampu mengidentifikasi harapan-harapan dan kesimpulan


yang tidak realistik, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi,
menantang atau mengubah harapan-harapan dan kesimpulan yang tidak
realistik tersebut. Tabel berikut dapat menjadi alat untuk membantu
siswa mengenali harapan-harapan yang tidak realistik dan mengubahnya
dengan harapan-harapan yang lebih realistik.

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik


Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang
realistik realistic

Konselor dapat meminta siswa untuk menulis semua harapan-


harapan yang tidak realistik pada kolom harapan-harapan yang tidak
realistik dan kemudian memilih kalimat atau kata-kata yang menantang
dan mengubah harapan-harapan dan kesimpulan-kesimpulan tersebut
lebih realistik. Agar siswa lebih memahami berilah contoh kasus NY.
51

Kolom harapan realistik dapat digunakan untuk membantu siswa


menantang dan mengubah harapan-harapan yang tidak realistik.

Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang


realistik realistic

Demikian juga dengan kesimpulan-kesimpulan yang tidak


realistik dapat ditantang atau diubah dengan kata-kata dengan kalimat
sebagai berikut:

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik


Peristiwa Kesimpulan yang tidak Kesimpulan yang
realistik realistic

5) Setelah siswa dapat menantang harapan-harapan dan kesimpulan langkah


selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa mengelola pikiran dengan
cara mengubah pikiran-pikiran negatif atau tidak realistik saat efikasi diri
akademik negatif muncul. Lembar rekaman pikiran dapat digunakan
untuk membantu siswa memahami cara meningkatkan efikasi diri
akademik. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a) Mintalah siswa untuk mengingat peristiwa yang memicu efikasi diri
akademik rendah dengan mengisi kolom peristiwa. Usahakan dalam
mengisi kolom peristiwa ditulis secara detail
52

b) Langkah ke dua, siswa diajak untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran


yang ada dan dikatakan pada diri sendiri ketika mengetahui efikasi diri
akademiknya rendah. Tulis pada kolom pikiran.(kolom 2)
c) Langkah ke tiga, untuk menguji pikiran yang telah ditulis, siswa
diminta untuk mengidentifikasi bukti-bukti yang mendukung pikiran
yang telah ditulis pada kolom 3
d) Langkah ke empat, selain bukti yang mendukung pikiran-pikiran pada
kolom 4 siswa juga dibantu untuk mengidentifikasi bukti tidak
mendukung pikiran-pikiran yang ada pada kolom 3.
e) Langakah ke lima, setelah mengisi kolom 3, 4, dan siswa dipandu
untuk membuat kesimpulan pikiran baru yang lebih realistik. Pikiran
baru yang merupakan hasil dialog siswa dengan diri sendiri ditulis
pada kolom pikiran baru.
f) Terakhir dari konseling pengubahan dialog internal tentang efikasi diri
akademik adalah mengukur pengubahan dialog internal tentang efikasi
diri akademik dengan jalan meminta siswa menuliskan pada kolom
perubahan yang dirasakan setelah selesai konseling.
g) Agar siswa menjadi terbiasa dengan langkah-langkah konseling
pengubahan dialog internal tentang efikasi diri akademik, konselor
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk konseling lagi
dengan topik yang berbeda yang berkaitan dengan efikasi diri
akademik yang pernah dialaminya.
h) Konselor terus memberi motivasi kepada siswa untuk mengisi jurnal
efikasi diri akademik yang telah disediakan oleh konselor setiap kali
siswa mengalami efikasi diri akademik rendah agar keterampilan
pengubahan dialog internal tentang efikasi diri akademik rendah
menjadi kebiasaan dan spontanitas.

3. Memberikan keterampilan baru


Keterampilan baru yang diberikan pada siswa menggunakan teknik
restrukturisasi kognitif, pembelajaran diri dan manajemen waktu. Untuk
manajemen waktu, instruksi yang dilakukan konselor adalah:
53

1) Memeriksa penggunaan waktu siswa; meminta siswa untuk mencatat


semua aktifitas hariannya dalam satu minggu dalam sebuah kertas yang
telah dibagikan konselor.
2) Menganalisis pekerjaan siswa; dalam menganalisis pekerjaan siswa,
pertanyaan berikut dapat membantu konselor:
a) Kegiatan apa saja yang memakan paling banyak waktu dan kegiatan
apa saja yang menghabiskan paling sedikit waktu dalam keseharian
siswa selama satu minggu itu?
b) Berapa lama waktu rata-rata digunakan siswa dalam melakukan
kegiatan itu perharinya?
c) Hal-hal apa saja yang dinilai layak untuk ditambah atau dikurangi
waktu untuk melakukannya?
d) Apa ada hal atau kegiatan yang dinilai baik untuk dilakukan atau
ditinggalkan siswa?
e) Apakah secara keseluruhan hal-hal yang dikerjakan siswa membawa
siswa menuju kesuksesan belajar atau justru mengakibatkan
terhambatnya kelancaran studi yang mengakibatkan rendahnya efikasi
diri akademik.
3) Mendiskusikan dengan Siswa: setelah konselor menganalisis pekerjaan
rumah siswa, biarkan siswa mengekspresikan perasaan dan pendapatnya
mengenai hasil pekerjaannya dalam kelompok dengan tetap diarahkan oleh
konselor. Selain itu minta pada siswa mengemukakan langkah apa yang
harus dilakukan mengatasi masalah tersebut. Biarkan mereka bebas
mengungkapkan pendapatnya, dengan tetap mendapat arahan.
4) Membimbing siswa membuat perioritas: siswa dilatih untuk menyusun
tanggungjawab dan tugas-tugas berdasarkan urutan kepentingannya.
Kategori A, kegiatan berprioritas tinggi “harus segera dilakukan”.
Kategori B, kegiatan yang kurang penting “sebaiknya segera dilakukan”.
Kategori C, kegiatan prioritas rendah “dapat menunggu”
5) Membimbing siswa membuat penjadwalan: cara yang dapat digunakan
siswa adalah metode 3 C dan 3 P. metode 3 C meliputi: Clocks (jam) tugas
yang dilakukan pada jam tertentu setiap hari; Calendars (kalender),
54

pekerjaan mingguan, bulanan dan tahunan untuk Sasaran dan


tanggungjawab mendatang; Completion times (waktu penyelesaian),
tanggal dan waktu yang ditentukan untuk memenuhi Sasaran dan
tanggungjawab. Setelah itu siswa dibimbing konselor dalam membuat
jadwal harian, misalnya:
HARI SENIN , 08 JANUARI 2013
7.00 – 12.00 Kegaiatan di sekolah
12.00 – 14.00 Istirahat (tidur siang)
14.00 – 15.00 Mengulang pelajaran yang diberikan guru
15.00 – 17.00 Membantu orang tua dan menonton TV
19.00 – 21.00 Mengerjakan PR dan menyiapkan pelajaran untuk besok
dan seterusnya.
55
56

Lembar Identifikasi Harapan-harapan dan Kesimpulan-kesimpulan

Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak


realistik realistic
57

Lembar Mengubah Harapan-harapan menjadi Realistik

Peristiwa Harapan yang tidak Harapan-harapan yang


realistik realistic
58

Lembar Identifikasi Harapan-harapan dan Kesimpulan-kesimpulan

Peristiwa Harapan yang tidak Kesimpulan yang tidak


realistik realistic
59

LEMBAR MEMAHAMI EFIKASI DIRI AKADEMIK RENDAH

Situasi Pikiran Perilaku

Apa? Apa yang Anda pikirkan Apa yang anda lakukan


Siapa? pada saat situasi itu ketika pikiran itu muncul
Kapan? muncul
Dimana?
60

Latihan 3.1

Mengidentifikasi Pikiran pada Diri Sendiri (Self Talk)

Untuk membantu siswa berlatih dengan diri sendiri, mintalah siswa untuk;

1. Mengingat kembali situasi yang menyebabkan munculnya efikasi diri

akademik rendah.

2. Kemudian mintalah siswa mengingat kata-kata negatif yang menyebabkan

munculnya efikasi diri akademik rendah, kemudian mencari kata-kata positif

untuk mengubah kata-kata negatif.

3. Untuk memudahkan siswa mengidentifikasi kata-kata negatif dan positif

ketika menghadapi situasi yang menyebabkan munculnya efikasi diri

akademik rendah, berilah lembar kerja berikut ini:

Situasi:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Ucapan negatif:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Ucapan Positif:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
61

REKAMAM PIKIRAN

Pikiran
Peristiwa/ Pikiran saat Pikiran Pikiran Pikiran
Situasi munculnya Negatif Positif Baru
EDA rendah
Apa? Apa yang Bukti yang Bukti yang Tuliskan satu
Kapan? kamu pikirkan mendukung tidak pikiran baru
Dimana? saat muncul mendukung
Siapa orang EDA rendah?
lain yang
terkait
62

Anda mungkin juga menyukai