Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH 1

TEORI ORGANISASI / ADPU4341

Disusun Oleh :

MUHAMMD FITTRAH
049055355

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
2023.1
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAAN
Teori organisasi sangat penting untuk dipelajari agar tujuan organisasi dapatdicapai
dengan baik. Dengan mempelajari teori organisasi maka keberadaananggota atau pihak
yang terlibat dalam organisasi mengetahuai fungsi dan peranannya untuk melaksanakan
tujuan organisasi. Sehingga tujuan organisasi ituakan mudah tercapai karena adanya
control dari setiap organ/anggota organisasiitu sendiri
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam bahasan ini akan membahas mengenahi :
1. Model teoti organisasi, manajemen organisasi, dan perilaku organisasi,
2. Ukuran efektivitas organisasi dan efektifitas organisasi sector public di Indonesia
C. TUJUAN
Tujuan dari bahasan ini untuk menjawab soal tugas tugas mata kuliah :
1. Menjelakan model teoti organisasi, manajemen organisasi, dan perilaku organisasi,
2. Menjelaskan ukuran efektivitas organisasi dan efektifitas organisasi sector public di
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
1. Model teori organisasi, manajemen, dan perilaku organisasi,
a. Model Teori Organisasi
Organisasi pada dasarnya diadakan untuk memungkinkan setiap anggotanya
mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab tertentu yang dapat memberikan
sumbangan tertentu pula bagi pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Karena itu
organisasi hanyalah alat untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan tujuan. Namun
demikian, mudah pula dapat dimengerti bahwa tujuan itu sendiri, perumusan dan
pencapaiannya, sangat dipengaruhi oleh mutu dan efektifitas penggunaan alat atau organisasi
itu sendiri. Hal terakhir inilah, antara lain yang mendorong para ahli memberikan perhatian
terhadap prinsip, teknik, struktur, dan disain organisasi.
Suatu organisasi akan tetap ada selama masih terdapat orangorang yang saling bekerja
sama didalamnya. Maka organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang
saling bekerja sama dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Perlu
dipahami bahwa organisasi bukan hanya suatu unit yang berada di bawah naungan
pemerintah saja, namun banyak organisasi yang berdiri diluar naungan pemerintah. Menurut
Robbins & Judge (2017) organisasi merupakan suatu unit sosial yang terkoordinasi secara
sadar, dapat terdiri dari dua orang atau lebih dengan fungsi untuk mencapai serangkaian
tujuan secara terus menerus. Berdasarkan definisi tersebut maka organisasi tidak hanya
terbatas pada perusahaan manufaktur saja, namun perusahaan jasa, sekolah, rumah sakit, unit
militer, organisasi nirlaba, departemen kepolisian, serta lembaga permerintahan merupakan
sebuah organisasi.
Ciri inti dari semua organisasi yakni mereka adalah suatu unit atau kesatuan yang terus
bersama sama. Biasanya terdiri dari manusia atau karyawan yang saling berinteraksi satu
sama lain secara terorganisir. Untuk menciptakan hubungan yang terorganisir tersebut
setidaknya dibutuhkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antar anggota untuk dapat
mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian setiap anggota dalam organisasi memiliki rasa
saling ketergantungan antara satu sama lain, mereka dapat mencapai tujuan organisasi dengan
berbagai bahan, informasi, keahlian dan bantuan rekan kerjanya.
Organisasi merupakan pengaturan tempat bekerja administrator sekaligus merupakan
bahan mentahnya. Organisasi juga dapat digambarkan sebagai suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Suatu organisasi mempunyai identitas
yang dalam ukuran tertentu dapat digambarkan, dianalisa dan secara sadar dikontrol serta
disusun dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan tertentu. Menurut istilah Bagehot, organisasi
merupakan suatu instrumen kerja dan dapat diubah, bukan sesuatu hasil akhir dan agung. Ada
2 Model ogganisai yaitu :
1) Model Organisasi Mekanistik
Model organisasi mekanistik adalah model yang menekankan pentingnya mencapai
produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang
berkaitan dengan fungi pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya
berhubungan dengan pemahaman model mekanistik yaitu:
 Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan
tenaga individu dan kelompok.
 Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan
berdasarkan keahlian.
 Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
 Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip
sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling
tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
Birokrasi mempunyai berbagai arti. Secara tradiusional istilah ini mengacu pada
konsep ilmu politik tentang pemerintahan. Akan tetapi menurut Max Weber struktur
birokratik ialah struktur yang lebih unggul bila dibandingkan dengan struktur lainnya
Weber yakin bahwa untuk mencapai manfaat desain birokratik secara maksimum harus
memiliki karakteristik berikut yaitu : Semua tugas dibagi-bagi menjadi pekerjaan yang
sangat dispesialisasi.Setiap tugas dilaksanakan menurut sistem pengaturan abstrak
guna menjamin keseragaman dan koordinasi berbagai tugas yang berbeda.Setiap
anggota atau kantor organisasi hanya bertanggung jawab atas prestasi kerja kepada satu
manajer.Setiap pegawai organisasi berhubungan dengan pegawai lain dan para klien
secra impersonal danformal. Pekerjaan dalam organisasi birokratik didasarkan atas
kualifikasi teknis dan terlindung dari pemberhentian secarab sewenang-wenang.
Model mekanistik sangat efisien karena karakteristik strukturnya. Model ini sangat
kompleks karena menekankan pada spesialisasi kerja, sangat disentralisasikan karena
menekankan wewenang dan tanggung jawab, sangat formal karena menekankan fungsi
sebagai dasar utama departementalisasi. Karakteristik dan praktek organisasi ini
mendasari model organisasi yang diterapkan secara luas. Namun, model mekanistik
bukan satu-satunya model yang diterapkan.
2) Model Organik
Model organic yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan
perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan
dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi.Model
organik desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan
praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari
karakteristik dan praktek yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling
mencolok antara kedua modelitu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang
ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik
berusaha untuk mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model
organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum.
Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan
lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan
potensi manusia.
b. Manajemen
Menurut James A.F Stoner manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemantauan, dan pengarahan terhadap usaha anggota-anggota dalam sebuah organisasi,
pemanfaatan sumber daya, dan pencapaian target organisasi yang sudah ditentukan.
Sedangkan menurut Peter E. Drucker manajemen adalah alat serbaguna yang mengatur
bisnis dan manajer yang mengatur pekerja dan pekerjaannya
c. Perilaku Organisasi
Menurut Fred Luthan, Perilaku organisasi didefinisikan sebagai Studi dan aplikasi dari
pengetahuan tentang bagaimana orang, individu dan kelompok bertindak dalam organisasi.
“Organizational Behavior (OB) is the study and application of knowledge about how people,
individuals, and groups act in organizations”
Ia menafsirkan hubungan manusia dan organisasi dalam bentuk keseluruhan dari seorang
manusia, Selurh kelompok, dan seluruh organisasi dan seluruh sistim sosial (system
approach). Sikap organisasi sangat penting bagi manajemen sumber daya manusia, karena
sikap ini akan mempengaruhi perilaku –perilaku organisasi. Sikap – sikap yang berkaitan
dengan kepuasan kerja dan memfokuskan pada sikap karyawan terhadap keseluruhan
2. Ukuran efektivitas organisasi dan efektifitas organisasi sector public di Indonesia
Ukuran efektivitas organisasi dari sudut pencapaian tujuan dalam pengertiannya adalah
sebagai misi akhir dari tujuan organisasi. Salah satunya adalah banyak dari kriteria evaluasi
yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu, yaitu kriteria yang dipakai
untuk mengukur efektivitas organisasi pada waktu tertentu mungkin tidak tepat lagi atau
menyesatkan pada waktu berikutnya.Hal ini terjadi karena pendekatan keanekaragaman
terhadap masalah yang merintangi usaha pengukuran yang meliputi 1) kriteria evaluasi yang
ada sering tidak mantap, 2) untuk perspektif waktu yang berbeda-beda (jangka pendek versus
panjang), 3) kriteria seringkali bertentangan satu sama lain, 4) sebagian kriteria tidak dapat
diterapkan pada jenis-jenis organisasi tertentu, 5) sebagian kriteria mungkin sulit diukur
dengan tepat. Yang penting ialah setiap usaha untuk menilai tingkat efektivitas organisasi yang
berlaku saat ini harus didahului oleh analisis yang teliti mengenai kemungkinan pembatasan
atau bidang kesalahan yang tidak dapat dipisahkan darisetiap usaha evaluasi. Jika dalam
penilaian didapatkan kriteria evaluasi yang tidak tepat, penilaian yang dihasilkan mungkin
tidak ada gunanya.
Menurut Soekarno K. (1986:42) efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil dikehendaki
tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah
dikeluarkan/ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah
semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi pengertian efektivitas kinerja organisasi
adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara
bersama-sama. Pandangan efektivitas kinerja organisasi sebagaimana gambaran di bawah ini :

Hubungan antara ketiga pandangan mengenai efektivitas diperlihatkan dalam gambar di


atas. Anak panah yang menghubungkan setiap tingkat tidak menunjukkan bentuk khusus dari
hubungan tersebut. Yakni efektivitas individual adalah harus merupakan sebab dari kelompok,
begitu pula tidak dapat dikatakan bahwa efektivitas kelompok adalah jumlah dari efektivitas
individu. Hubungan antara pandanganpandangan tersebut berubah-ubah tergantung dari
faktor-faktor seperti jenis organisasi, pekerjaan yang dilaksanakan, teknologi yang digunakan
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan kajian histories tentang perkembangan konsep keefektifan organisasi dapat
dilihat pada awalnya sekitar tahun 1950-an, dimana keefektifan diartikan secara sederhana
sebagai sejauh mana sebuah organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.
Untuk mencapai kefektifan suatu organisasi ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut :
1) Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang
dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan
yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian
agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan
organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama, organisasi harus
mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan
ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan tersebut harus
sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau kesepakatan umum
mengenai tujuan-tujuan tersebut.
2) Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa
organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika slah satu sub bagian
ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap
performa keseluruhan system.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan
konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan
hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat
buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi
organisasi yang stabil.
Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya
dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting.
Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan
jika tujuan akhir sangat samara atau tidak dapat diukur.
3) Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies approach)
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda.
Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang
berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini,
keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana keberhasilan
sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak
yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di
masa depan.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk memisahkan
konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah untuk diucapkan, tetapi
sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin
kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk hari ini. Dengan mengoperasikan
pendekatan konstituensi strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa
mereka mungkin mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah kelompok yang
kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
4) Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values approach)
Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan
tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan
tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan
bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi.
Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari
setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen
tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar
mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu membentuk
sebuah model keefektifan yang unik.
BAB III

KESIMPULAN

Organisasi merupakan pengaturan tempat bekerja administrator sekaligus merupakan


bahan mentahnya. Organisasi juga dapat digambarkan sebagai suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Suatu organisasi mempunyai identitas yang
dalam ukuran tertentu dapat digambarkan, dianalisa dan secara sadar dikontrol serta disusun dalam
bentuk yang sesuai dengan tujuan tertentu. Menurut istilah Bagehot, organisasi merupakan suatu
instrumen kerja dan dapat diubah, bukan sesuatu hasil akhir dan agung.

Efektifitas Organisasi merupakan tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka


pendek (tujuan) dan jangka panjang (means/cara), yang dipilih berdasarkan konstituensi strategis,
minat evaluasi, dan tingkat kehidupan organisasi. Organisasi efektif apabila dapat memenuhi
tuntutan dari konstituensi yang berada di lingkungan organisasi. Lingkungan ini dapat mengancam
atau bisa juga dapat mendukung kelangsungan hidup organisasi. Efektifitas suatu organisasi dapat
dicapai dengan pendekatan sebagai berikut : 1) Pendekatan pencapaian tujuan menetapkan bahwa
EO sebagai pencapaian tujuan akhir; (2) Pendekatan system memfokuskan pada cara-cara dan
kemampuan organisasi memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan
keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan dalam system ; (3) Pendekatan
konstituensi-strategis yang mendefinisikan EO sebagai sesuatu yang dapat memenuhi tuntutan dari
konstituen di dalam lingkungan organisasi disebabkan organisasi memerlukan dukungan terus
menerus sehingga keberhasilannya diukur dari kemampuan untuk memuaskan individu,
kelompok, serta lembaga yang menjadi tempat bergantung bagi kelangsungan hidup organisasi
tersebut; (4) Perspektif terakhir adalah pendekatan yang berdasarkan pada nilai-nilai bersaing,
yang mencoba mempersatukan sejumlah besar kriteria tentang EO kedalam empat model, masing-
masing didasarkan atas suatu kelompok nilai serta dalam tahap mana organisasi tersebut berada di
daur hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hadani Nizar Alam, d. A. (2019 ). Teori Organisasi. Garut: Karima.

Patria, S. (2001). Keefektifan Organisasi. Semarang: Universitas Semarang.

Purwanto, A. J. (2022). Teori Organisasi; Cet.20;Ed.2. Tanggerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Robbins, S. P. (2017). Organizational Behavior. England: Perason.

Anda mungkin juga menyukai