Anda di halaman 1dari 39

AIRTANAH

Minggu 11
TOPIK BAHASAN

1. Siklus Airtanah
 Keberadaan Airtanah
 Sifat Batuan Terhadap Airtanah
 Pergerakan Airtanah
2. Sistem Imbuhan dan Penyimpanan Airtanah
 Imbuhan Airtanah
 Aquifer dan Jenisnya
 Kondisi Aquifer
3. Sistim Keluaran Airtanah
 Muka Airtanah
 Metode Pengambilan Airtanah
4. Kimia Airtanah
5. Daya Rusak Airtanah
6. Konservasi Airtanah
1. SIKLUS AIRTANAH, SIFAT
BATUAN, DAN PERGERAKAN
AIRTANAH
1.1. SIKLUS AIRTANAH, DEFINISI
AIRTANAH DALAM SIKLUS HIDROLOGI

JUMLAH AIR DI BUMI

LAUT,
SAMUDERA ~94 %

GLASIAL (ES)
SALJU ~2 %

AIRTANAH ~3,9 %

DANAU, RAWA,
SUNGAI ~0,025 %
1.1. SIKLUS AIRTANAH, DEFINISI

Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan


tanah atau batuan di bawah permukaan tanah

Airtanah di dalam tanah atau batuan terdapat pada ruang pori


antar butir material penyusun batuan atau rekahan batuan.
Keterdapatan air dalam tanah tergantung beberapa factor
1.2. SIFAT BATUAN YANG
MEMPENGARUHI KEBERADAAN
AIRTANAH

UKURAN BUTIR
Klasifikasi batuan berdasarkan ukuran butir
(Wentwort)
CIRI :

Lempung : Sangat sulit mengendap <2m


tidak terasa diantara gigi / “tidak
ngeres)
Lanau : Mengendap bebas, tetapi tidak
nampak terpisahkan oleh mata
telanjang, tidak terasa licin di jari
tangan, lolos pada sieves 300,
2m<lanau<0.05mm
Pasir : Dapat terlihat (>0.05 mm),
namun lebih kecil dari kerikil
(<2mm).
1.2. SIFAT BATUAN YANG
MEMPENGARUHI KEBERADAAN
AIRTANAH

POROSITAS DAN SEMEN

Ruang antar butir dalam


batuan sering terisi material
yang lebih halus dan bersifat
semen yang akan
mempengaruhi besarnya
porositas.

MAKIN BANYAK SEMEN, MAKIN KECIL


POROSITASNYA
1.2. SIFAT BATUAN YANG Sortasi Ukuran Butir
MEMPENGARUHI
Gbr. Bawah Gbr. Bawah
KEBERADAAN AIRTANAH sortasi jelek butiran
halus
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI Gbr . Atas Gbr. Atas
sortasi baik butiran besar
POROSITAS

 Batuan yang baru saja diendapkan belum mengalami kompaksi,


sehingga porositas masih besar Jenis dan Umur Batuan
 Batuan yang telah sangat lama diendapkan kemudian mengalami
proses tektonik atau proses lain dapat mengalami metamorfosa /
malih dan bersifat lebih kompak dan padat

 Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma akan bersifat Kiri : Bat. Sedimen, Tengah : Bat
sangat kompak dan padat, jikalau terdapat lubang lubang, itu Metamorf, kanan Bat Beku
adalah bekas keluarnya gas, bukan pori antar butir.
1.2. SIFAT BATUAN YANG
MEMPENGARUHI KEBERADAAN
AIRTANAH
NILAI POROSITAS
• Sedimen belum konsolidasi
Soil 55%
Kerikil 20-40%
Pasir 25-50%
Lanau 35-50%
Lempung 50-70%
• Batuan
Batupasir 5-30%
Serpih 0-10%
Karbonat, 10-30%
Basalt retak 5-40%
Granit retak 10%
1.2. SIFAT BATUAN YANG
MEMPENGARUHI KEBERADAAN
AIRTANAH
SORTASI
Sortasi = Pemilahan ;
Komponen Batuan yang terendapkan
dalam suasana tenang akan
mengalami sortasi. Disebut sortasi baik
jika semua butiran
Butiran yang berat atau umumnya
mempunyai ukuran
berukuran besar akan diendapkan
hampir sama.
lebih dahulu sedangkan yang ringan
atau umumnya berukuran kecil akan
Sebaliknya sortasi
diendapkan kemudian.
jelek
Jika suasa pengendapanya turbulen
maka tidak terjadi pemilahan
1.2. SIFAT BATUAN YANG MEMPENGARUHI KEBERADAAN AIRTANAH

HUBUNGAN PERMEABILITAS - POROSITAS


PERMEABILITAS AQUIFER POROSITAS PERMEABILITAS
Kemudahan air mengalir  Kerikil Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Mudah Sulit
melaluinya mengalir mengalir
 Pasir halus-kasar Tinggi Tinggi
 Pasir halus & lanau Sedang Sed - Rendah
 Batupasir agak
Variabelnya tersemen Sedang - Rendh Rendah
 Serpih retak Rendah Rendah
1. Ukuran  Batuan Metamor Rendah Sangat Rendah
koneksinya  Serpih kompak Sangat Rendah Sangat Rendah

• Porositas
2. Banyaknya
pasir 25-50%
koneksinya
lempung 50-70%
3. Kelurusan • Permeabilitas
konduit (lubang) pasir  tinggi
Lempung  rendah
1.2. KEBERADAAN AIRTANAH
1. DISTRIBUSI AIR TANAH VERTIKAL 2. DISTRIBUSI AIR TANAH HORISONTAL
CEKUNGAN AIR TANAH :
 Bentuknya tidak selalu cekung
 Mempunyai batas (umumnya alami) yang jelas
 Tidak semua tempat menjadi cekungan air tanah
 Terjadi proses hidrogeologi didalamnya

ZONA KETERDAPATAN
– Unsaturated zone: vadose zone
– Saturated zone (Zone Jenuh)
PETA CEKUNGAN AIR TANAH
1.3. PERGERAKAN AIRTANAH
KONDUKTIVITAS HIDRAULIK
Konduktivitas hidrolik adalah
konstanta dalam Hukum
Darcy.

Volume air yang bergerak


melalui media berpori dalam
satuan waktu di bawah unit
gradien hidrolik melalui area
unit yang diukur tegak lurus
terhadap arah aliran.

Source: modified from Bear, 1972


1.3. PERGERAKAN AIRTANAH
GRAVITASI KECEPATAN GERAKAN AIR TANAH

Airtanah bebas bergerak


mengikuti gaya gravitasi,
mengalir dari tempat yang Kecepatan gerak airtanah sangat bervariasi mulai dari hanya
bertekanan tinggi ke tempat beberapa cm per hari sampai 250 m per hari
yang bertekanan rendah
2. SISTIM IMBUHAN
DAN
PENYIMPANAN
AIRTANAH
2. AQUIFER DAN CEKUNGAN AIR TANAH
1. AQUIFER
Aquifer adalah lapisan batuan bawah permukaan tanah yang mengandung air
dalam jumlah yang berarti, disebabkan adanya ruang pori dalam atau antar
batuan, dapat terbentuk dari pasir dan atau kerikil, perlapisan batugamping dan
batupasir dapat juga karena adanya celah/retakan batuan

Aquifer: Lapisan permeabel yang dapat Permeabilitas


menyimpan atau menahan dan melewatkan tinggi
airtanah

Aquitard: Lapisan yang kurang permeabel yang


hanya sedikit menahan atau menghambat atau
melewatkan airtanah

Aquiclude: Lapisan tak permeabel tidak dapat


menyimpan atau melewatkan airtanah Permeabilitas
rendah
2. AQUIFER DAN CEKUNGAN AIRTANAH
2. KONDISI AQUIFER

1. Unconfined aquifer (Aquifer Bebas)


2. Confined aquifer (Aquifer tertekan)

Aquifer bebas tidak memiliki lapisan


penekan pada bagian atas zona jenuh Zona Tidak jenuh:
(sturated zone) Lubang Pori terisi Air dan
udara

Muka Air Tanah

Zona Jenuh:
Lubang Pori terisi Air
2. AQUIFER DAN CEKUNGAN AIRTANAH

3. AQUIFER TIDAK TERTEKAN / 4. AQUIFER TERTEKAN /


UNCONFINED / BEBAS CONFINED

Aquifer bebas tidak memiliki lapisan Aquifer Tertekan


penekan pada bagian atas zona jenuh Zona Jenuh ditutupi oleh lapisan
(saturated zone) penekan yang kedap air
2. AQUIFER DAN CEKUNGAN AIRTANAH
5. GEOMETRI AQUIFER
Cekungan Airtanah :
TIDAK SELALU BERBANGUN
CEKUNG
Diartikan dari istilah
“Groundwater basin”

BENTUKNYA
KEBETULAN CEKUNG
BENTUKNYA
BUKAN CEKUNG Karts adalah batu gamping yang
tererosi oleh air, akan membentuk
saluran atau sungai bawah tanah,
berukuran mulai sangat kecil
sampai dapat dimasuki perahu.
Karts dapat berfungsi sebagai
aquifer.
3. SISTEM
KELUARAN
AIRTANAH
3. SISTIM KELUARAN AIRTANAH
1. MORFOLOGI DAN MUKA AIRTANAH 2. GAINING DAN LOOSING STREAM
Morfologi permukaan tanah Muka airtanah / bidang piezometris

Gaining streams (A) mendapat masukan dari


sistem airtanah;
Muka airtanah Losing streams (B) Sungai kehilangan air
secara umum
dalam kondisi yang masuk kedalam sistem airtanah;
normal akan Disconected Losing streams (C) terpisahkan
mengikuti dari sistem jenuh airtanah oleh zona tidak
bangun jenuh;
morfologinya
Muka airtanah berubah ubah sepanjang masa
tergantung faktor iklim dan lingkunganya
3. SISTIM KELUARAN AIRTANAH

GAINING TREAM LOKSAI FOTO : WAROMBAIM PAPUA

Gaining Stream, masih banyak dijumpai pada daerah yang belum mengalami kerusakan
lingkungan, airtanah dari aquifer masuk ke sungai, menambah debit sungai sebagai base flow
Lokasi : Papua
3. SISTIM KELUARAN AIRTANAH
3. MATA AIR

Tempat dimana airtanah mengalir atau merembes keluar dari Terdapat tanaman hijau pada bagian lembah artinya
tanah.(Perpotongan antara muka airtanah dengan topografi) masih terdapat air untuk hidupnya tanaman, namun
air tersebut adalah air permukaan yang tertahan
karena adanya morfologi cekung (pond) dan
lapisan batuan kedap air sehingga air permukaan
tertahan, jadi bukan airtanah
GAINING TREAM Lokasi : Papua, Senani
Gaining Stream pada daerah yang belum
mengalami kerusakan lingkungan, airtanah
masuk ke sungai,
Lokasi : Papua
3. SISTIM KELUARAN AIRTANAH
4. SUMUR GALI Pengambilan airtanah dengan sumur
bor dilakukan dengan menyadap
lapisan aquifer dengan memasang
• Perkolasi air permukaan saringan dan kerikil pembalut
kedalam tanah masuk kemudian memompanya
kedalam lubang sumur bor
atau sumur gali dan zona
jenuh air (saturated zone)
tertembus sumur
• Sama halnya perpotongan
antara topografi (buatan :
sumur atau sumur bor)
3. SISTIM KELUARAN AIRTANAH
5. SUMUR ARTESIS (ARTOIS)
Airtanah tertekan yang mengalir pada permukaan
tanah dibawah tekanan hidrostatik

• Tertekan atas dan bawah (memiliki lapisan kedap diatas dan


dibawah aquifer)
• Aquifer pada posisi upstream tersingkap dipermukaan
• Terdapat cukup presipitasi untuk mengisi aquifer tertekan

Daerah
Pengisian
Permukaan
bidang artesis
(piezometris)
Sumur
artesis • Pemompaan akan mengakibatkan
Sumur artesis
mengalir
yang tidak terjadinya kerucut depresi muka
mengalir
airtanah
• Penurunan muka airtanah menjadi
masalah yang umum di banyak
Serpih kedap
air lapisan
Aquifer tempat
batupasir
4. KONTAMINASI DAN POLUSI
1. JENIS KONTAMINASI AIR
DUA KATEGORI SUMBER KONTAMINAN

Point source  sumber berasal dari satu titik


Non Point source  sumber tersebar luas
4. KONTAMINASI DAN POLUSI
2. SUMBER KONTAMINASI AIR Pada daerah dengan per-
Kontaminan yang Umum meabilitas batuan yang besar,
Type Sumber kontaminasi dapat berasal
dari limbah rumah tangga,
Nitrat : Limbah/kotoran , Pupuk, Fertilizers, Sisa Makanan buangan sampah, limbah
Pestisida, herbisida : Pertanian, Agriculture, lPemeliharaan taman, kebun peternakan, limbah industri,
pemupukan yang berlebihan,
Kimia Organik : Limbah Industri, Timbunan Kebocoran, Tumpahan minyak pekuburan dan yang sejenis

Logam : Proses Industri

Garam garaman : Produksi Minyak

PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER AIRTANAH


Menggunakan zat kimia pertanian dengan hati hati dan benar
Membangun tempat timbunan yang baik
Mengatur material disposal dan berbahaya
Mengatur pembuatan tangki penyimpan bawah tanah
Membatasi level kontaminan dalam suplai air minum
4. KONTAMINASI DAN POLUSI
3. SUMBER KONTAMINASI AIR
1. Pathogens- parasites, bacteria and viruses.
2. Volatile Organic Compounds- benzene, alcohols, methylethlylketone
(MEK), chlorinated solvents (TCE).
3. Disturbances in pH and alkalinity.
4. Metals, Metalloids and Elements- Hg, As, Se, Pb, Cr, Cd.
5. Persistent Organic Pollutants (POPs)- DDT, PCB’s, many pesticides.
4. KONTAMINASI DAN POLUSI
4. PEMBERSIHAN KONTAMINAN AIRTANAH
MEMBERSIHKAN KONTAMINAN UMUMNYA DILAKUKAN DENGAN BEBERAPA CARA :
• Memompa kembali polutan yang masuk dalam aliran airtanah
• Menguapkan atau dicuci dengan uap panas
• Dengan zat kimia yang ramah lingkungan & biodegradable
• Dengan mengembangkaan
bakteri tertentu yang sesuai

Beberapa sifat / kandungan airtanah yang makin


meningkat konsentrasinya kearah hilir aliran
5. INTRUSI AIR ASIN, AMBLESAN
1. SUMUR DI PANTAI

Pada derah dekat tempat air asin atau laut, airtanah tawar mengapung di atas air asin.
jika dilakukan pemompaan berlebihan maka air asin akan mengkontaminasi air tawar

Akumulasi “Sea-spray”
(Cipratan air laut)
Fosil yang terperangkap
Connate water (air fosil )
Fosil yang terperangkap
Connate water (air fosil)
5. INTRUSI AIR ASIN, AMBLESAN
2. ISU PENURUNAN MUKA TANAH
Beberapa permasalahan muncul
berasosiasi dengan penurunan muka
airtanah karena pemakaian yang
berlebihan, yaitu :

• Berkembangnya kerucut depresi


• Menurunya bidang piezometer,
dan sumur mengering
• Intrusi air laut pada daerah dekat
pantai
• Permukaan tanah akan mengalami
ambles (SUBSIDENCE) jikalau
dilakukan pemompaan yang
melebihi pengisian secara alami
6. HYDROTHERMAL
1. SISTEM HIDROTERMAL
Mata air panas :
Water enters the ground by airtanah yang mengalami pemanasan dan keluar ke
infiltration permukaan
Geysers:
Air panas yang keluar karena tekanan uap, geyser akan
memancar setelah air atau tekanan terkumpul

Endapan berasal dari air panas:


Kalsit Sebagai travertin

Heated water begins


to rise dieng
7. PEMANTAUAN AIRTANAH

• Pemantauan Aairtanah untuk mendukung konservasi airtanah


• Sehingga dapat diketahui perubahan kuantitas, kualitas, dan/atau lingkungan airtanah
• Pemantauan Dilakukan Pada Sumur Pantau dan Sumur Produksi

Pemantauan airtanah untuk mendukung konservasi


airtanah dilakukan pada sumur pantau dengan cara:
DASAR PENETAPAN JARINGAN
a. mengukur dan merekam kedudukan muka airtanah;
a. kondisi geologis dan hidrogeologis CAT b. memeriksa sifat fisika, kandungan unsur kimia, biologi
b. sebaran sumur produksi dan intensitas atau radioaktif dalam airtanah;
pengambilan airtanah c. mencatat jumlah volume airtanah yang dipakai atau
c. kebutuhan pengendalian penggunaan diusahakan; dan/atau
airtanah.
d. mengukur dan merekam perubahan lingkungan
airtanah seperti amblesan tanah.

Dilakukan Pada Sumur Pantau dan Sumur Produksi


8. CEKUNGAN AIRTANAH (CAT)

PERATURAN MENTERI ESDM No. 02 Tahun 2017 STATUS PETA CEKUNGAN AIRTANAH
tentang
CEKUNGAN AIRTANAH DI INDONESIA Seluruh Indonesia sudah dipetakan
Potensi airtanah preatis dan tertekan
Airganah adalah air yang terdapat di dalam lapisan diketahui
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

PENGERTIAN

Cekungan Airanah (CAT) adalah suatu wilayah yang


dibatasi oleh batas hidrogeologik, tempat semua
kejadian hidrogeologik seperti proses pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung.
8. CEKUNGAN AIRTANAH (CAT)
DISTRIBUSI AIRTANAH CEKUNGAN AIRTANAH :
Airtanah terdapat pada umumnya di :  Bentuknya tidak selalu cekung
Batuan batuan hasil gunung api berumur muda  Mempunyai batas (umumnya alami) yang jelas
Daerah alluvial lepas  Tidak semua tempat menjadi cekungan airtanah
Pada darah karst  Terjadi proses hidrogeologi didalamnya
Pada batuan yang mengalami retakan atau crack
BATAS BATAS CEKUNGAN AIR TANAH:
PETA CEKUNGAN AIRTANAH • Kondisi Morfologi
• Penyebaran batuan
• Struktur Geologi

PETA HIDROGEOLOGI
CEKUNGAN AIRTANAH (CAT)
PETA CEKUNGAN AIRTANAH
INDONESIA
CEKUNGAN AIRTANAH (CAT)

CONTOH PETA
CEKUNGAN
AIRTANAH
REFERENSI Alley, William M. , Reillt, Thomas E., Franke O L. 1999 Sustainability of Groundwater
Resources. U.S. Geological Survey Circular 1186. Denver, Colorado
Fetter, C.W., 1980.Applied Hydrogeology. 3 rd Edition. Prentice Hall, Engelwood Cliff.

Tood, D.K., 1980 Groundwater Hydrology. Second Edition. John Wiley & Sons, New York.

U.S. Department of the Interior Water and Power Resources Service. 1981. Ground
Water Manual. First Edition 1977, Revised Reprint 1981. John Wiley & Sons. New York.

Wisconsin Groundwater Coordinating Council. 2002. Comprehensive Planning


and Groundwater Fact Sheet 3. , http://dnr.wi.gov/org/water/dwg/gcc/

Bell, F.G., 2007. Basic Environmental And Engineering Geology , CRC Press LLC, Taylor and Francis
Group,b 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite 300, Boca Raton, FL 33487,

Zschau , J., Kiippers, A.N., 2003 Early Warning Systems for Natural Disaster Reduction, Springer-
Verlag Berlin Heidelberg
John M. Reynolds, John M., 2011 An Introduction to Applied and Environmental Geophysics ,
John Wiley & Sons, Ltd.

Elango, L., 2011 Hydraulic Conductivity – Issues, Determination and Applications,


InTech
Janeza Trdine 9, 51000 Rijeka, Croatia
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai