Adiv
Adiv
RESISTANCE WELDING
Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Resistance Welding
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Semoga makalah ilmiah tentang Resistence Spot Welding ini dapat memberikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.3.Tujuan ............................................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa mengesampingkan
pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari
kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan
dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi
cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa
kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya
yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta
dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhanakan teknologi perakitan atau
1 Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambungan logam yang dapat
dilepas kembali.
2 Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara
mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan.Dari teknik tersebut
dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian
diatas.
1
2. Apa strategi terbaik untuk memastikan kualitas sambungan las dalam proses resistance
welding?
3. Bagaimana mengidentifikasi dan mengatasi masalah umum seperti cacat dalam sambungan
las?
1.3. Tujuan
1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kualitas sambungan las dalam proses resistance
welding.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kenyon W (1979) mengatakan Las titik (Resistance Spot Welding) adalah suatu bentuk
pengelasan tahanan dimana suatu las dihasilkan pada suatu titik pada benda kerja diantara
elektroda-elektroda pembawa arus, las akan mempunyai luas yang kira-kira yang sama dengan
ujung elektroda, atau sekecil ujung elektroda dari ukuran yang berbeda-beda. Gaya yang
dikenakan terhadap titik biasanya melalui elektroda, secara kontinu di seluruh poros(tidak ada
Salim dan Triyono (2012) melakukan penelitian tentang kekuatan tarik dan geser
pengelasan resistance Spot Welding (RSW) antara baja karbon rendah dengan Aluminium
menggunakan alat bantu filler berupa serbukpaduan baja dan alumunium. Tebal plat baja SS
400 1 mm dan tebal plat Aluminium jenis A1 6061 TI 2 mm dengan variasi Voltage output
2,02 Volt dan 2,30 dengan parameter waktu pengelasan 5 detik. Dengan waktu yang sama
semakin tinggi load voltage akan menghasilkan lasan yang lebih kuat. Disebabkan tingkat
peleburan kedua benda semakin baik, maka tingkat penyatuan dari kedua material yang dilas
dengan media filler perpaduan antara kedua jenis logam disambung semakin sempurna.
Lisa Agustriyana (2011) melakukan penelitian las titik pada material baja fase ganda
parameter arus 0,9kA, 1,6kA, 1,85kA dengan waktu pengelasan 0,25detik, 0,5detik, 0,75detik,
1detik. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan semakin besar
kuat arus dan waktu pengelasan pada proses Spot Welding pada baja fasa ganda maka
dihasilkan kekuatan tarik yang semakin besar dan nilai optimum di dapat pada kuat arus 1,85
kA dengan variasi yang terbaik juga didapat pada kuat arus ini dalam berbagai waktu
pengelasan dan ditunjukkan pada luasandaerah kekuatan tarik yang terbesar yaitu sekitar 40%.
3
Arghavani, M. dkk (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh lapisan seng pada resistence
Spot Welding sambungan beda material antarabaja dan Aluminium. Sambungan material pada
penelitiannya terdapat 2 jenis, yaitu sambungan antara material baja St-12 dengan Aluminium
seri 5052 (PS-AL) dan sambungan antara baja galvanis dengan Aluminium seri 5052 (GS-AL).
Ketebalan material baja 1 mm dan Aluminium 2 mm dengan variasi parameter arus pengelasan
Gambar 2.1 Hubungan antara arus pengelasan terhadap kekuatantarik dan geser (Arghavani,
M. dkk, 2016)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik dan geser dari sambungan material
baja St-12 dan Aluminium mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada sambungan baja
galvanis dan Aluminium. Hal ini berhubungan dengan rendahnya kontak hambatan sambungan
baja galvanis/Al-5052 dan konsumsi panas dengan mencairnya lapisan seng pada baja
galvanis. Variasi arus pengelasan juga berpengaruh terhadap kekuatan sambungan las.
Semakin besar arus yang diberikan maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
karena diameter nugget yang semakin besar seiring besarnya masukanpanas yang diterima.
Walaupun plat baja tidak meleleh selama pengelasan, namun plat Al-5052 meleleh dan
Penelitian tentang sambungan las pada beda material pernah dilakukan oleh Deni,D. (2014)
dengan menggunakan bahan baja tahan karat ( Austenitic Stailess Steel) dan baja karbon
4
rendah ( Low Carbon Steel ). Dengan menggunakan variasi arus 5000A, 6000A, 7000A, dan
variasi waktu pengelasan 0,4detik, 0,5detik, 0,6detik. Dengan menggunakan dua pengujian
yaitu pengujian tarik geser dan pengujian kekerasan Vickres microhardness. Dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pengujian geser didapat hasil yang optimal pada variasi
arus 7000A dan waktu 0,6detik dengan kekuatan sambungan las sebesar 5,323kN. Dan pada
pengujian Vickres microhardness kekerasan yang paling optimal terdapat pada daerah logam
las (nugget) yaitu sebesar 354,2 HV0.2 pada variasi arus7000A dan waktu 0,6detik.
Las Resistensi Listrik (Resistance Welding) adalah metode pengelasan yang paling sering
digunakan untuk penyambungan plat (sheet metal). Dimana material logam yang akan
disambung di tekan satu sama lain pada saat yang bersamaan arus listrik yang besar dialirkan
oleh kedua elektroda melewati kedua permukaan material yang berhimpit sehingga timbul
panas dan mencair karena adanya tahanan/resistensi pada permukaaan tersebut. Tekanan
diberikan untuk memberikan kontak pada kedua permukaan, setelah arus dialirkan dan
temperatur yang tinggi telah tercapai maka logam mencair kemudian arus listrik dihentikan
sedangkan tekanan tetap diberikan pada kedua permukaan untuk menggabungkan dua buah
logam.
5
(Miller, 2012)
Untuk menghindari panas berlebih pada elektroda terdapat sistem pendingin dalam elektroda
yaitu air di alirkan ke dalam elektroda sehingga saat terjadi proses pengelasan panas yang
dihasilkan tidak akan melelehkan elektroda. Bahan yang digunakan untuk elektroda harus
memiliki sifat konduktor listrik yang baik artinyamemiliki tahanan dalam yang rendah dan
Ada dua jenis sambungan dalam Las Resistensi Listrik yaitu sambungan tumpang (Lap Joint)
untuk pengelasan plat (sheet metal) dan sambungan tumpul (Butt Joint) untuk pengelasan
batang
atau pipa. Sambungan tumpang (Lap Joint) masih dibagi menjadidua metode yaitu las titik
(Spot Welding) dan las garis (seam welding) dan las timbul (projection welding).
Gambar 2. 3. Jenis sambungan tumpang : (a) spot welding (b) seamwelding (c) projection
Pada pengelasan jenis sambungan Butt Joint terjadi duafase proses yaitu flashing phase dan
upseting phase. Dua komponen yang akan disambung (dilas) dicekam oleh dua buah elektroda,
salah satu elektroda dapat bebas bergerak/bergeser. Tegangan rendah dan Arus yang tinggi
dialirkan melalui keduakomponen yang akan disambung. Panas yang tinggi akibat besarnya
6
yang berhimpit (ujung kontak) akan meleleh dan menyatu
logam. Ketiga faktor tersebut dapat ditinjau dari rumus total heatinput yang dihasilkan yaitu
z = I2.R.t
Dimana :
Untuk mengatur besarnya arus yang akan digunakan pada mesin pengelasan Resistance
Welding biasanya terdapat kontrol arus step-down, besarnya arus diatur oleh banyaknya
Besarnya Arus yang digunakan pada pengelasan Spot Welding antara 4-20 kA. Besarnya Arus
yang digunakan tergantungpada jenis material yang akan dilas dan ketebalan plat. (Ruukki,
2007)
1. Resistensi Elektroda
7
4. Resistensi material dari benda kerja
materialnya. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa resistensi paling besar adalah resistensi
interface antara sheet metal-sheet metal kemudian secara berurutan resistensi interface antara
elektroda-sheet metal kemudian resistensi material benda kerja. Untuk resistensi material
elektroda sangat kecil hal ini karena material elektroda yang digunakan dipilih dari material
yang memiliki sifat konduktivitas listrik yang baik seperti Tembaga dan paduannya. (ISF,
Variabel yang dapat diatur (adjustable variable) untuk mendapatkan energi panas yang
masuk (Heat Input) pada pengelasan Resistensi Listrik adalah kuat arus yang digunakan
(Current Welding) dan waktu pengelasan (Welding Time). Waktu pengelasan biasanya sangat
singkat. Waktu pengelasan dalam satuan cycle dimana untuk listrik dengan frekuensi 50 Hz,
1 detik = 50 cycle maka untuk 1 cycle = 0.02 detik. Waktu pengelasan dalam pengelasan
8
Resistensi Listrik terdiri dari 3 waktu yaitu : (Ruukki, 2007)
3. Holding Time
tetapi set-up time tidak memberikan efek terhadap propertis teknis (technicalproperties) dari
hasil pengelasan, meski demikian harus diberikan cukup lama agar elektroda memberikan
gaya penekanan yang cukup sebelum Arus listrik dialirkan (Ruukki, 2007).
Welding Time (Current Time) atau waktu pengelasan adalah waktu dimana arus listrik
dialirkan saat proses pengelasan. Welding time sangat singkat antara 4-50 cycle (0.1-1 detik).
Pengaturan welding time tergantung dari mesin las resistensi listrik yang digunakan. Pada
mesin las sudah tersedia panel pengaturan welding time yang ingin dikehendaki, besarnya
welding time dipengaruhi oleh tebal plat yang dilas dan berhubungan dengan kuat arus, artinya
9
sangat memungkinkan jika arus yang diberikan besar maka welding time lebih singkat,
jika arus yang diberikankecil maka welding time bisa lebih lama, (Ruukki, 2007).
Saat menggunakan welding time yang terlalu lama maka benda kerja dan elektroda akan
menghantarkan panas keluar dari permukaan material yang terhubung (conecting surface) dan
semakin banyak panas yang terbuang (Heat Loss) sehingga nuggetterlalu kecil, untuk material
dengan konduktivitas listrik yang tinggi seperti tembaga dan Aluminium menggunakan
welding time yang lebih singkat dari pada baja dan paduannya. Penggunaan welding
time yang lama akan lebih menguntungkan pada pengelasan material yang cenderung keras
dan getas karena dengan welding time yang lama maka waktu pendinginan juga akan lama.
(Ruukki, 2007).
Holding time adalah waktu dimana setelah nugget terbentuk dan arus berhenti
dialirkan gaya penekanan tetap diberikan untuk mencegah terbentuknya pori-pori dalam
nugget.Holding time diberikan cukup lama saat proses pendinginan (logam cair mengeras
kembali) agar mencapai kekuatan yang cukup pada daerah yang dilas. Oleh karena itu
semakin tebal plat yang akan dilas maka semakin lama hold time yang diberikan. Secara
umum lama hold time dalam pengelasan Spot Welding adalah 10-50 cycles. Waktu hold time
yang pendek (10-20 cycles) biasanya diberikan pada pengelasan material yang cenderung
getas untuk mencegah efek pendinginan dari elektroda pada daerah las, (Ruukki, 2007).
Karat adalah salah satu cacat pada penggunaan baja, yang pencegahannya biasa
dilakukan dengan pelapisan danpenegcatan. Baja Tahan Karat adalah baja paduan tinggi
yangtahan terhadap korosi, suhu tinggi dan suhu rendah. Disamping itu Baja Tahan Karat
mempunyai ketangguhan dan sifat mampu potong yang cukup baik. Karena sifatnya, maka
baja ini banyak digunakan dalam reaktor atom, turbin, mesin jet, pesawat terbang, alat rumah
10
tangga dan lain-lainnya.
Baja tahan karat adalah baja paduan tinggi. Berdasarkan unsur paduan dasar baja tahan
mengontrol struktur mikro dan sifat-sifat yang dimiliki, beberapa unsur paduan dimasukkan
pada sistem unsur paduan dasar tersebut dimana unsur paduanya terdiri dari mangan, silikon,
Salah satu cara yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh dari variasi unsur
dalam struktur dasar pada baja tahan karat khrom-nikel adalah diagram Scaeffler. Diagram
ini merencanakan batas komposisi temperatur ruang dari austenit, ferit, dan martensit
berdasarkan hubungan dari khrom dan nikel. Karena semua baja tahan karat akan mengalami
penggetasan dan peretakan, maka harus dijaga agar logam las selalu terletak pada daerah
aman.
Berdasarkan fasanya, baja tahan karat dapat diklasifikasikan menjadi baja tahan karat
martensit, baja tahan karat ferit, bajatahan karat austenit, baja tahan karat berfasa ganda
Baja jenis ini secara umum mengandung khrom, nikel, dan mangan yang terdapat dalam besi.
11
Mereka mempunyai sifat tidak bermagnet dan mempunyai ketahanan terhadap korosi yang
sangat bagus, akan tetapi rentan terhadap retak akibat tegangan korosi. Baja austenit
dikeraskan dengan cara pendinginan. Baja ini merupakan baja paling liat diantara semua jenis
bajatahan karat yang lain dan dapat dibentuk dengan mudah.Baja jenis ini digunakan secara
luas dalam berbagai kegunaan seperti : peralatan dapur, perabot, konstruksi las, peralatan
transportasi yang ringan, tungku pembakaran dan bagian dari alat penukar panas.
Baja ini memiliki kandungan khrom yang tinggi yaitu lebih dari 27%. Mereka bersifat
magnetic dan memiliki ketahanan korosi yang baik, akan tetapi memiliki tingkat keliatan
bahan yang lebih rendah dibandingkan dengan baja tahan karat austenit. Baja tahan karat
ferit dikeraskan dengan cara pengerjaan dingin dan tidak dapat diperlaku panaskan. Secara
umum digunakan untuk sesuatu yang bersifat tidak struktural seperti: peralatan dapur dan
hiasan otomotif.
Kebanyakan baja tahan karat martensit tidak mengandung nikel dan dapat dikeraskan dengan
caraperlakuan panas. Kandungan khrom sekitar 15%. Baja inibersifat magnetic dan memiliki
kekuatan yang tinggi, keras, ketahanan lelah yang baik, keliatan bahan yang baik, dan
memiliki ketahanan terhadap korosi yang sedang. Baja tahan karat martensit biasanya
digunakan untuk alat pemotong seperti: pisau, gunting, alat-alat bedah, instrumen, katup dan
pegas.
Baja ini merupakan campuran dari austenit dan ferit. Mereka mempunyai kekuatan yang baik,
memiliki ketahanan korosi yang tinggi (dalam banyak kondisi lingkungan), dan ketahanan
terhadap retak tegangan korosi yang lebih baik daripada baja tahan karat austenit. Penggunaan
12
5. Baja tahan karat pengerasan presipitasi
Baja ini mengandung khrom dan nikel, bersama dengan tembaga, Aluminium, titanium, atau
molybdenum. Merekamemiliki ketahanan korosi dan keliatan bahan yang baik, serta memiliki
kekuatan yang tinggi pada temperatur tinggi. Penggunaan yang paling utama baja ini yaitu
6. Penelitian ini menggunakan bahan baja tahan karat seri 430 yang termasuk kedalam
jenis baja tahan karat ferit. Sifat mampu lasbaja tahan karat ferit adalah sangat sukar
400ºC. Karena sifatnya ini maka pada pengelasan baja ini harus dilakukan pemanasan mula
antara 70ºC sampai 100ºC untuk menghindari retak dingin dan pendinginan dari 600ºC ke
400ºC harus terjadi dengan cepat untuk menghindari penggetasan seperti diterangkan diatas
2.2.3. Aluminium
Aluminium dan paduan Aluminium termasuk logam ringan yang mempunyai kekuatan tinggi,
tahan terhadap karat dan merupakan konduktor listrik yang cukup baik. Logam ini dipakai
secara luas dalam bidang kimia, listrik, bangunan, transportasi dan alat-alat penyimpanan.
Wiryosumarto, H. dkk (2000) dalam hal pengelasan, paduan Aluminium mempunyai sifat
yang kurang baik bila dibandingkan dengan baja. Sifat-sifat yang kurang baik atau merugikan
tersebut adalah:
1. Karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk
mempunyai titik cair yang tinggi. Karena sifat ini maka peleburan antara logam dasar dan
13
logam las menjadi terhalang.
3. Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi
sehingga paduan-paduan yang mempunyai sifat getas panas akan cenderung membentuk
retak-panas.
4. Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam
padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat akan terbentuk rongga halus bekas
kantong-kantong oksigen.
5. Paduan Aluminium mempunyai berat jenis rendah, karena itu banyak zat-zat lain
Wiryosumarto, H. dkk (2000) menguraikan sifat umum dari beberapa jenis paduan
Aluminium:
Jenis ini adalah Aluminium dengan kemurniannya antara 99,0% dan 99,9%. Aluminium
dalam seri ini disamping sifatnya yang baik dalam tahan karat, konduksi panas,dan konduksi
listrik juga memiliki sifat yang memuaskan dalam mampu-las dan mampu-potong. Hal yang
Paduan jenis ini adalah jenis yang dapat diperlaku- panaskan. Dengan melalui pengerasan
endap ataupenyepuhan sifat mekanik paduan ini dapat menyamai sifat dari baja lunak, tetapi
daya tahan korosinya rendah bila dibanding dengan jenis paduan yang lainnya. Sifat mampu
las juga kurang baik, karena itu paduan jenis ini biasanya digunakan pada konstruksi keling
dan banyak
sekali digunakan dalam konstruksi pesawat terang seperti duralumin (2017) dan super
14
duralumin (2024).
Paduan ini adalah jenis yang tidak dapat diperlaku- panaskan sehingga penaikan kekuatannya
hanya dapat diusahakan melalui pengerjaan dingin dalam proses pembuatannya. Bila
dibandingkan dengan jenis Al-murni paduan ini mempunyai sifat yang sama dalam hal daya
tahan korosi, mampu potong dan sifat mampu lasnya. Dalam hal kekuatan jenis paduan ini
Paduan Al-Si termasuk jenis yang tidak dapat diperlaku- panaskan. Jenis ini dalam keadaan
cair mempunyai sifat mampu alir yang baik dan dalam proses pembekuannya hampir tidak
terjadi retak. Karena sifat-sifatnya, maka paduan jenis Al-Si banyak digunakan sebagai bahan
ataulogam las dalam pengelasan paduan Aluminium baik paduan cor maupun paduan tempa.
Jenis ini termasuk paduan yang tidak dapat diperlaku- panaskan, tetapi mempunyai sifat yang
baik dalam daya tahan korosi, terutama korosi oleh air laut, dan dalamsifat mampu-
tidak hanya dalam konstruksi umum, tetapi juga untuk tangki-tangki penyimpanan gas alam
Paduan ini termasuk dalam jenis yang dapat dipelaku- panaskan dan mempunyai sifat mampu-
potong, mampu las dan daya tahan korosi yang cukup baik.
Paduan ini termasuk jenis yang dapat diperlaku- panaskan. Biasanya kedalam paduan pokok
Al-Zn ditambahkan Mg, Cu dan Cr. Kekuatan tarik yang dapat dicapai lebih dari 50kg/mm²,
15
sehingga paduan ini dinamakan juga ultra duralumin. Berlawanan dengan kekuatan tariknya,
sifat mmapu las dan daya tahannya terhadap korosi kurang menguntungkan. Dalam waktu
akhir-akhir ini paduan Al-Zn-Mg mulai banyak digunakan dalam konstruksi las, karena jenis
ini mempunyai sifat mampu las dan daya tahan korosi yang lebih baik daripada paduan dasar
Al-Zn. Disamping itu juga pelunakan pada daerah las dapat mengeras kembali karena
pengerasan alamiah.
Pada penelitian ini menggunakan bahan Aluminium paduan jenis Al-Mg-Si dengan
seri 6019, material ini digunakan karena dapat dengan mudah didapatkan dipasaran.
Aluminium jenis ini dapat dilas dengan baik asal diikuti dengan perlakuan panaskembali
Dalam dunia industri, zinc (Zn), yang memiliki warna putih kebiruan, adalah logam
keempat yang paling dimanfaatkan setelah besi, Aluminium dan tembaga. Zinc memiliki dua
kegunaan utama : untuk menggalvanisasikan besi, lembaran baja dan kabel; dan sebagai
paduan dasar untuk pengecoran. Dalam menggalvanisasi, zinc berfungsi sebagai anoda dan
melindungi baja dari serangan korosif seperti lapisan sebagaimana mestinya dari tergores atau
tertusuk.
Unsur paduan utama seng adalah Aluminium, tembaga dan magnesium. Unsur
Paduan dasar seng digunakan secara extensif dalam pengecoran untuk membuat produk
produk seperti pompa bahan bakar dan tempat pembakaran pada mobil, komponen untuk
peralatan rumah tangga (seperti mesin cuci dan peralatan dapur), dan berbagai komponen
mesin lainnya. Penggunaan lain untuk zinc pada paduan superplastis, yang memiliki
karakteristik sifat mampu bentuk yang baik berdasarkan kemampuan mereka pada deformasi
16
yang besar tanpa kegagalan atau patah. Lembaran grain sangat halus 78% Zn-22%Al adalah
contoh umum dari paduan seng superplastis yang dapat dibentuk oleh metode yang
Pada penelitian ini material Zinc diharapkan mampu menjadi media penghubung
(filler) beda material antara baja tahan karatdan Aluminium menggunakan las titik sehingga
dapat menyatu dengan baik. Sulardjaka, dkk (2003) menjelaskan dalam pemilihan logam
pengisi (filler) yang benar akan menghindari retak panas pada hasil lasan. Sehingga dalam
penggunaan sambungan las, proses pengelasan dan pemilihan bahan dasar merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Jenis filler akan berpengaruh terhadap perilaku mekanik
sambungan las. Pemilihan filler pada pengelasan didasarkan pada komposisi logam induk
(base metal) yang dilas, titik cair, pembekuan, cara pengelasan dan sifat lasan yang
didinginkan.
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan duagaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang dan tidak segaris dengan batang yang diberikan. Tegangan ini
banyak terjadi pada kontruksi. Misalny: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.
17
Gaya geser terdistribusi merata kurang lebih sama seperti yang terjadi pada gaya tarik
atau tekan yang terdistribusi merata. Pada kasus ini, gaya geser yang dihitung dari Ss = P/A
Pengujian geser pada hasil pengelasan titik pada umumnya menggunakan skema
pengujian dengan menggunakan standart pengujian AWS, SAE, JIS, atau ASME. Pengujian
tegangan geser pada penelitian ini menggunakan standar ASME IX dengan spesifikasi
= Lebar 25,4 mm
tahanan suatu bahan terhadap deformasi yang disebabkan ojek lain. Ada tiga macam metode
pengujian kekerasan yaitu metode goresan, metode dinamik dan metode indentasi
(penekanan).
A. Metode Goresan
Pengujian kekerasan dengan metode gores dilakukan dengan cara mengukur kemampuan
18
B. Metode Dinamik
Pengujian kekerasan dengan metode Dinamik (Kekerasan Pantul) dilakukan dengan cara
menghitung energi impak yang dihasilkan oleh indentor yang dijatuhkan pada permukaan
spesimen. Alat yang digunakan adalah Shore Scleroscope. Indentor dijatuhkan pada
permukaan material, kemudian pantulan yang amat tinggi yang terjadi. Perbedaanketinggian
saat dijatuhkan dan pantulannya menunjukkan besarnya energi yang diserap material. Pada
Pengujian kekerasan dengan metode Indentasi (penekanan) adalah dengan cara mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya tekanan yang diberikan indentor dengan
Uji kekerasan dengan metode Indentasi ini terdiri daribeberapa cara, antara lain:
Uji kekerasan ini ditemukan oleh J.A.Brinell pada tahun 1900 yang mengujinya
dengan cara melakukan indentasipada permukaan spesimen. Indentor berupa bola baja yang
memiliki variasi beban dari 500 kg sampai 1500 kg untuk intermediate Hardness dan 3000 kg
untuk hard metal. Pada material yang sangat keras digunakan bola karbida untuk memperkecil
distorsi indentor. Prinsip dari pengujian kekerasan ini adalah dengan menekan indentor
selama 30 detik. Lalu diameter hasil indentasi diukur dengan menggunakan Mikroskop Optik.
19
2. Uji kekerasan Meyer
Uji yang dilakukan oleh Meyer untuk perbaikan dari uji sebelumnya yaitu Brinell.
Uji kekerasan ini menggunakan indentor berbentuk piramida intan dengan bentuk
bujur sangkar dengan besar sudut 136º terhadap kedua sisi yang berhadapan.
Besar sudut itu digunakan karena merupakan perkiraan rasio terideal indentasi diemeter bola
pada ujiBrinell. Besar beban indentor bervariasi antara 1 kg sampai 120 kg sesuai dengan
tingkat kekerasan material spesimen. prinsip dari uji kekerasan Vickers adalah besar beban
sebesar 10 kg untuk mengurangi kecenderungan ridging dan sinking akibat beban indentor.
Sesudah beban minor diberikan, spesimen langsung dikenai beban mayor. Kedalaman
20
indentasi yang terkonversi dalam skala langsung dapat diketahui hasilnya dengan membaca
Metode ini merupakan pengembangan dari uji Vickers namun beban yang lebih kecil
Indentor Knoop adalah piramida intan yang membentuk indentasi berbentuk layang-layang
dengan perbandingan diagonal 7:1 yang menyebabkan kondisi regangan pada daerah
terdeformasi. Nilai kekerasan knoop (KHN) dapat didefinisikan besarnya beban dibagi
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk beberapa jenis peralatan atau perkakas rumah tangga memang tidak membutuhkan
peralatan yang membutuhkan kekuatan tinggi dan daya tahan terhadap tekanan yang besar
membuatnya serta harus memahami tentang hal-hal yang bisa mempengaruhi hasil
pengelasan.
Untuk beberapa jenis peralatan atau perkakas rumah tangga memang tidak membutuhkan
peralatan yang membutuhkan kekuatan tinggi dan daya tahan terhadap tekanan yang besar
membuatnya serta harus memahami tentang hal-hal yang bisa mempengaruhi hasil
pengelasan.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/294323496/Makalah-Resistence-Spot-Welding
23