Anda di halaman 1dari 4

MENGUKIR SENJA ;

BERANI MEMULAI PERJALANAN KEINDAHAN

“Tidak mencoba karena takut gagal adalah gagal yang sebenarnya”

~ASRIN RADJAH~

***
Dalam kisah yang dipenuhi dengan pesona dan keajaiban. Kita berjalan menelusuri
langkah seorang gadis muda bernama Starla. Hidupnya dipenuhi dengan rasa penasaran dan
keinginan mengeksplore keindahan dunia. Starla seorang gadis muda yang juga merupakan
seorang mahasiswi di sebuah universitas di Pulau Sumba. Ia tinggal di tengah kota yang begitu
ramai dan sibuk. Tak heran ia terjabak dalam kehampaan rutinitas sehari-hari. Saat matahari
terbit, ia melangkahkan kakinya dengan pasti pada jalan yang sudah sering ia lewati, menuju
tempat yang sering ia kunjungi. Namun ketika matahari terbenam menggambarkan langit dengan
warna-warni memukau, ia merasakan dorongan yang kuat untuk memulai perjalanan menuju
keindahan yang belum pernah ia temui.

Dengan hati yang berdebar-debar, Starla mengumpulkan sejuta keberanian untuk


melangkahkan kaki ke jalan lain yang belum pernah ia lalui. Ditemani oleh ransel kecil yang
berisi mimpi-mimpi dan aspirasi, Starla menyusuri jalan itu dengan penuh harapan sekalipun
jalan itu penuh misteri dan keajaiban. Dalam perjalanannya menuju tempat yang ia cari, Starla
menikmati jutaan keindahan sepanjang perjalanan itu. Meskipun berjuta keindahan dan pesona
yang ia temukan dalam sepanjang perjalanannya, namun dalam dirinya terasa ada kekosongan
yang sulit untuk diisi.

Suatu hari, dalam perjalanannya menuju keindahan yang belum pernah ia temui, mata
Starla tertuju pada sebuah rumah kecil yang tersembunyi diantara deretan gedung-gedung di kota
itu. Sepertinya rumah itu terlihat ramai dengan aktivitas, dan cahaya yang memancar dari
dalamnya menarik perhatian Starla. Rasa penasaran yang membakar hati Starla mendorongnya
untuk melangkah masuk ke dalam rumah itu. Dengan penuh keberanian ia mencoba mendorong
pintu gerbang dari rumah itu, berharap akan dibukakan oleh sang penghuninya. Dengan serpihan
keraguan, starla bertanya dalam hatinya “akankah pintu gerbang rumah ini terbuka untukku?”.
Suatu keajaiban, tak menunggu waktu lama pintu gerbang rumah itu terbuka. Starla
melangkahkan kakinya untuk masuk dalam rumah itu. Begitu ia masuk, ia disambut oleh
atmosfer yang hangat dan penuh kasih. Suara tawa dan nyanyian memenuhi udara dan senyum
hangat dari orang-orang yang tinggal dalam rumah itu menyambut kedatangannya.

Starla mulai mengamat-amati seluruh isi rumah itu. Rumah dengan nuansa biru itu
memiliki arsitektur yang unik, dengan setiap ruangan mewakili bagian yang berbeda dari
kehidupan sosial dan emosional. Starla mulai duduk di ruang pertama yang adalah ruang tamu. Ia
berjumpa dengan beberapa orang yang tinggal di rumah itu, dan mulai berkenalan dengan
mereka. Suatu kenyataan yang sangat mengherankan, ternyata orang-orang yang tinggal dalam
rumah itu memiliki latar belakang dan cerita kehidupan yang berbeda-beda, tetapi mereka semua
bersatu dalam semangat persaudaraan. Dalam ruangan itu Starla mulai mendengarkan berbagai
pengalaman dari orang-orang yang sudah lama tinggal di tempat itu. Tidak hanya menjadi
pendengar, Starla juga diajak untuk menceritakan pengalamannya.

Setelah saling bertukar cerita, starla diajak berkeliling menelusuri lebih dalam isi dari
rumah itu. Dalam langkahnya menelusuri isi rumah, Starla merasakan bahwa rumah itu bukan
hanya sekedar tempat tinggal bagi keluarga yang mendiaminya, tetapi juga menjadi tempat untuk
membuat perubahan positif dalam dunia mereka. Langkah Starla berhenti pada sebuah ruangan
yang disebut “Ruang Kreativitas”. Ruang kreativitas tersebut diibaratkan sebagai tempat di mana
semangat, kebijaksanaan, dan kepeduliaan sosial tumbuh dan berkembang. Di dalamnya,
terdapat meja-meja yang dipenuhi dengan catatan, ide-ide, dan rencana aksi untuk berbagai
kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat yang diadakan oleh mereka yang ada dalam rumah itu.
Setiap minggu, para anggota keluarga di rumah itu akan berkumpul di ruang kreativitas untuk
berdiskusi tentang proyek-proyek baru, berbagi ide, dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang
akan mereka lakukan. Mereka merancang program-program untuk membantu komunitas sekitar,
menyebarkan pesan-pesan positif di lingkungan mereka. Lebih dari itu, ruangan tersebut juga
menjadi tempat dimana para anggota keluarga menemukan dukungan emosional dan semangat
yang saling menginspirasi.

Beralih dari ruang kreativitas, Starla diajak lagi untuk berjalan melihat satu ruangan yang
disebut “Ruang kebaktian”. Ruang kebaktian adalah tempat di mana para anggota keluarga
dalam rumah itu berkumpul untuk beribadah bersama, memperkuat iman mereka dan memberi
dukungan spiritual satu sama lain. Mereka menyanyikan lagu-lagu pujian, mendengarkan
khotbah, dan saling mendoakan, menciptakan atmosfer yang penuh dengan cinta dan kasih.
Ruangan itu diandaikan sebagai napas hidup para anggota keluarga di rumah itu.

Selain ruang kreativitas dan ruang kebaktian, Starla juga diajak masuk dalam satu
ruangan lagi. Ruangan itu adalah ruang sidang. Ruangan itu bukan hanya tempat untuk
pertemuan formal, tetapi juga sebuah tempat di mana keputusan besar diambil, konflik
diselesaikan, dan ide-ide besar dipertukarkan. Ruang sidang itu diibaratkan hati dari rumah
tersebut, tempat dimana keputusan penting diambil. Di dalam ruang sidang itu, terdapat meja
bundar besar di tengah ruangan yang melambangkan keadilan dan kesetaraan. Di sekelilingnya,
terdapat kursi-kursi yang diisi oleh anggota keluarga yang duduk bersama-sama untuk berdiskusi
dan mengambil keputusan yang terbaik untuk rumah mereka. Setiap kali ada masalah yang
diatasi atau keputusan yang perlu diambil, anggota keluaraga berkumpul di ruang sidang. Mereka
mendengarkan satu sama lain dengan penuh perhatian, menghargai sudut pandang masing-
masing, dan mencari solusi yang paling baik untuk kepentingan bersama. Tidak jarang, ruang
sidang itu menjadi tempat yang penuh emosi, di mana ketegangan dan konflik bisa muncul.
Namun, dengan kebijaksanaan dan pemahaman, anggota keluarga selalu berhasil menemukan
jalan keluar yang damai dan harmonis. Ruang sidang itu menjadi simbol persatuan dan kekuatan
keluarga. Di sinilah cinta, kebijaksanaan, dan keadilan menjadi panduan bagi setiap langkah
yang mereka ambil. Dan ditengah-tengah segala perubahan dan tantangan, ruang sidang itu tetap
menjadi titik stabil dan kokoh yang menjaga keutuhan dan kebahagiaan rumah tersebut.

Rumah sederhana dengan nuansa biru yang memiliki arsitektur dan desain ruangan yang
sangat menarik membuat Starla semakin terpesona dan jatuh hati dengan rumah itu. Langkah
demi langkah Starla melewati ruangan-ruangan dalam rumah itu. Hingga akhinya, tidak terasa
Starla berada pada ruang paling terakhir dalam rumah itu, Ruang refleksi adalah sebutan untuk
ruang terakhir itu. Ruang refleksi adalah tempat khusus dalam rumah itu, di mana para anggota
keluarga dapat merenung, meresapi, dan mempertimbangkan perjalanan spiritual dan pelayanan
mereka. Di ruang ini, suasana tenang dan hening memungkinkan para anggota keluarga
menyendiri dan mengintropeksi diri. Dinding-dinding ruang refleksi dihiasi dengan kutipan-
kutipan inspiratif, lukisan menenangkan, dan tempat duduk yang nyaman untuk bermeditasi.
Ruang refleksi menjadi tempat yang sangat berharga di rumah biru itu. Di ruang refleksi inilah
mereka menemukan ketenangan, dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan mereka dalam iman
dan pelayanan di tempat lain. Di ruang refleksi ini juga, para anggota keluarga yang sudah cukup
dewasa memikirkan kemana kaki mereka akan melangkah pergi setelah sekian lama tinggal di
rumah itu. Setelah menemukan sejuta cinta dan banyak bekal di rumah biru itu, maka menjadi
sebuah komitmen bagi semua anggota keluarga untuk menyebarkan cinta itu ke tempat lain. Tapi
juga tidak melupakan rumah yang menjadi tempat mereka menemukan jutaan cinta itu.

Sungguh, rumah yang sangat keren dengan suasana yang begitu indah bagi Starla. Ia
menetapkan langkah untuk terus tingggal dalam rumah itu. Dalam perjalanan beradaptasi di
rumah itu, Starla tidak lagi dianggap sebagai orang asing. Ia bukan lagi tamu tapi ia sudah
menjadi anggota keluarga dalam rumah itu. Jutaan cinta dan kehangatan Starla dapatkan,
dukungan dan motivasi untuk berani dan mengasah kemampuannya ia temui di rumah biru yang
sederhana itu. Sejak awal menginjakkan kakinya di tempat itu, Starla telah jatuh cinta dengan
rumah biru yang sederhana dan orang-orang dalam rumah itu. Baginya ini adalah rumah yang ia
cari, keindahan yang ia dambakan dan harapkan. Ia ingin tinggal lebih lama dan menetap dalam
rumah sederhana itu. Di tempat itu, ia merasa diterima dan dicintai apa adanya dan ia mulai
merasakan bahwa ia menemukan tempat dimana ia bisa bertumbuh dalam imannya,
mengekspresikan diri melalui pelayanan, dan menemukan makna yang lebih dalam dalam
kehidupannya. Keberaniannya untuk melangkahkan kaki menuju perjalanan keindahan yang ia
bayangkan tidak sia-sia. Ia berhasil menemukan sesuatu untuk mengisi kekosongan dalam
dirinnya yang sulit diisi. Bagi Starla, rumah biru itu bukan hanya tempat untuk berada, tetapi
sebuah rumah yang selalu menyambutnya kembali dengan tangan terbuka. Di rumah biru itu
Starla mengukir jutaan keindahan dari perjalanannya.

Anda mungkin juga menyukai