Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah.

Pemahaman tentang Peserta Didik dan


Pembelajarannya
Topik 1_4. Ruang Kolaborasi
Tugas 1.1 Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas
Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas

Anggota Kelompok.
1. Andreas Siregar
2. Desri Yanti Sinura
3. Hayaturrahmi
4. MARGARETHA TANIRIA SARUMAHA
5. Pita Mandaliya
6. Vetty Lumban Gaol

Kasus 1
1. Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?

Menurut kelompok kami, yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua yakni setelah mengerjakan soal pertama dengan mengikuti langkah-langkah
yang guru tersebut telah terapkan menjadi awal stimulus siswa dalam menjawab soal. Secara tidak
langsung dalam mengerjakan soal pertama saja peserta didik sudah melakukan dengan baik
artinya dengan diberikan soal berkutnya tanpa melihat langkah-langkah pun siswa mampu
melakukannya kembali. Apalagi dibarengi dengan adanya bimbingan terstruktur oleh guru tersebut.
Sehingga ketika dilakukan percobaan kedua peserta didik mampu mengerjakan soal dnegan baik.

2. Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan?

Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti dilakukan guru tersebut temasuk
kedalam model pembelajaran problem solving. Seperti yang diungkapkan Jelita Sari (2021) Problem
solving adalah cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan
memecahkan masalah atau persoalan dalam mencapai tujuan pelajaran.

Selain itu metode yang digunakan guru tersebut juga termasuk kedalam metode ekspositori.
Mengutip Suherman, dkk. (2001) menjelaskan metode ekspositori adalah “metode pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.

Metode yang dilakukan guru ini juga termasuk menstimulus siswa dalam menjawab soal. Mengutip
temuan Brian & Taunton (2018) juga menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dan pemilihan
variasi stimulasi yang tepat dapat membantu mengatasi keterlambatan capaian perkembangan
anak terutama perkembangan motorik baik motorik halus dan motorik kasar dengan metode
ceramah dan diskusi lebih memaksimalkan pendekatan dan pemberian arahan kepada orang tua
untuk mendampingi anak dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Kasus 2
1. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?

Menurut kelompok kami, hal yang bisa dilakukan rina dalam membantu peserta didik sesuai dengan
perkembangan usianya dikelas 1 SD yaitu bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Menghitung benda-benda yang ada disekitar anak, misalnya : mengihitung kue dalam piring,
menghitung mainan favorite si kecil, dsb
2. Bermain menggunakan jari tangan. Anak diajarakan berhitung 1 sampai 10 dengan bantuan
tangan anak sendiri
3. Bermain role play contohnya ibu dan anak bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Anak
diberikan uang untuk belanja supaya lebih mudah mengerti dan memahami tentang
perhitungan
4. Berhitung sambil bernyanyi, hal ini bisa digunakan supaya anak tidak merasa terbebani dalam
belajar berhitung
5. Belajar berhitung dengan mewarnai, supaya si anak lebih senang jika diberikan pemahaman
yang berbeda
6. Belajar berhitung dengan menghitung kebutuhan sehar-hari
7. Selalu menyemangati siswa untuk terus belajar

2. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan?

Menurut kelompok kami, kami menyarankan hal ini karena sangat berkaitan dengan teori belajar
khususnya “Teori Belajar Kognitif” yang dikemukakan seorang psikolog asal Sweiss yaitu Jean
Piaget mengembangkan teori kognitif disebut juga dengan teori belajar Piaget. Berkat teori dari
Piaget terlahir perkembangan psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan.Teori kognitif berbicara tentang manusia membangun kemampuan kognitifnya dengan
motivasi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya.

Inti dari konsep teori ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya schemata (skema atau
rencana manusia dalam mempersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan
manusia atau saat seseorang mendapatkan cara baru dalam memaknai informasi secara mental.

Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar merupakan proses perubahan persepsi dan pemahaman.
Dengan kata lain, belajar itu tidak harus berbicara tentang perubahan tingkah laku atau sikap yang
bisa diamati.

Setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda dan tertata rapi dalam bentuk
struktur kognitif. Pengalaman dan pengetahuan inilah yang membuat kegiatan pembelajaran akan
berjalan dengan baik. Teori ini dikatakan dapat berjalan dengan baik ketika materi pelajaran yang
baru bisa beradaptasi dengan struktur kognitif atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Arti “belajar” dalam teori kognitif yaitu proses perseptual atau bisa dikatakan seperti perilaku
seseorang dapat ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya dalam melihat situasi yang
berhubungan dengan tujuan proses belajar mengajar. Teori ini mempercayai bahwa “belajar” itu
dihasilkan dari proses persepsi kemudian membentuk hubungan antara pengalaman yang baru dan
pengalaman yang sudah tersimpan di dalam dirinya.

Proses belajar mengajar dengan teori kognitif tidak hanya beroperasi dengan terpatah-patah atau
terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir dan menyeluruh. Hal yang ditekankan pada
teori belajar kognitif adalah proses dari belajar bukan hasil belajar.

Kasus 3
1. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa demikian?

Menurut kelompok kami, hal yang dilakukan made sudah tepat, berdasarkan latar belakang peserta
didik yang mayoritas tinggal di Bali, dimana wilayah Bali ini merupakan salah satu wisata budaya
dengan bangunan-bangunan seni didalamnya. Teks deskripsi merupakan teks yang bertujuan untuk
menggambarkan suatu objek, tempat, atau situasi tertentu, sehingga membuat pembaca seolah-
olah merasakan langsung tentang apa yang digambarkan.

Hal yang dilakukan Made adalah memahami latar belakang seluruh peserta didik, lalu memilih
media yang tepat sesuai dengan pengalaman peserta didik yaitu dengan menggunakan lingkungan
sekitar sebagai pembelajaran teks deskriptif, agar peserta didik dapat lebih memahami dengan
cepat karena relevan dengan lingkungan wilayah peserta didik berada..

2. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan?

Prinsip pembelajaran yang digunakan Made pada kasus ini adalah prinsip relevansi dan konteks
lokal. Prinsip relevansi di lihat dari latar belakang peserta didik dengan memberikan contoh teks
deskripsi yaitu pantai dan makanan khas Bali. Konteks lokal juga dilihat dari yang di contohkan oleh
Made yaitu lingkungan dan budaya daerah Bali. Prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan teori
pembelajaran konstruktivisme, teori ini memandang bahwa setiap individu dapat membangun
pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri melalui berbagai pengalaman yang telah dialami
mereka masing-masing.

Prinsip yang digunakan Made adalah kontekstualisasi yang menekankan pentingnya merancang
pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dalam hal ini Made
mencoba menyajikan materi teks deskripsi yang lebih dekat dengan pengalaman hidup peserta
didik. Hal tersebut sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL (Kontekstual Teaching and
Learning) dimana pendekatan teori ini mengaitkan materi dengan situasi di dunia nyata atau di
kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai