Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING BERBANTU MEDIA PAPAN


KANTONG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA DI SMP NEGERI 9 BANDA ACEH

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan


Memenuhi Syarat – Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

PITA MANDALIYA

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA,
BANDA ACEH
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................3
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................8
1. Manfaat Teoritis.........................................................................................8
2. Manfaat Praktis ..........................................................................................8
E. Kerangka Berpikir............................................................................................9
F. Hipotesis .........................................................................................................11
G. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................11
H. Definisi Istilah ...............................................................................................12
1. Pengaruh ...................................................................................................12
2. Model Contextual Teaching and Learning ............................................12
3. Media papan kantong ..............................................................................12
4. Hasil Belajar.............................................................................................13
5. Pengaruh Model Berbantu Media ...........................................................13
I. Tinjauan Pustaka ............................................................................................14
1. Belajar .....................................................................................................14
2. Model Contextual Teaching and Learning ............................................15
3. Media Papan Kantong .............................................................................21
4. Hasil Belajar ............................................................................................26
J. Penelitian Relevan .........................................................................................31
K. Metode Penelitia ............................................................................................32
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................32
2. Tekhnik Pengumpulan Data ....................................................................36
3. Tekhnik Analisis Data .............................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................42

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kerangka Berpikir ...........................................................................10

3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) .........................................44


Lampiran 2. Soal Post – Test .....................................................................................49
Lampiran 3. Soal Pre – Test ......................................................................................52
Lampiran 4. Lembar Penilaian ..................................................................................55
Lampiran 5. Daftar Nilai ............................................................................................57

4
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia.

Pendidikan tidak hanya memberikan kita pengetahuan akan tetapi mengajarkan kita

pada sopan santun dan hal-hal yang benar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan suatu

pendidikan yang bermutu melalui adanya proses pembelajaran.

Menurut (Sujana, 2019: 29) mengatakan “Pendidikan adalah upaya untuk

membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju

Kearah peradaban manusiawi yang lebih baik, sebagai contoh dapat dikemukakan;

anjuran atau arahan untuk anak duduk lebih baik, tidak berisik agar tidak

mengganggu orang lain, mengetahui badan bersih seperti apa, rapih pakaian, hormat

pada orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda, saling peduli satu sama lain,

itu merupakan sebagian contoh proses pendidikan untuk memanusiakan manusia.”

Adapun pengertian lain yaitu pendidikan merupakan proses berkelanjutan yang tidak

pernah berhenti (never ending proces), sehingga dapat menghasilkan yang

berkesinambungan, yang diperlihatkan pada manusia masa depan, yang berpedoman

nnilai-nilai budaya dan pancasila.

Menurut pendapat (Helmiati, 2018: 19) dalam bukunya model pembelajaran

adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus

atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik

pembelajaran.

Menurut (Harahap and Siregar, 2018: 2) menyebutkan bahwa Media

adalah sesuatu yang menjadi perantara untuk menghubungkan dua pihak yang

berbeda. Itu mengisyaratkan bahwa kata menghubungkan atau perantara merupakan

5
fokus pembicaraan dalam pembahasan ini, sebab dengan posisinya ditengah

menunjukkan adanya fungsi untuk memudahkan dua pihak yang berbeda bisa terjalin

integrasi yang lebih intensif.

Dengan menggunakan model serta media pembelajaran yang rill, peserta

didik mendapatkan kesempatan dalam pelajaran yang berisi tentang aspek - aspek

perkembangan fisik, emosi, sosial dan kognitif. Selain itu, media juga dapat

menjadi sarana untuk mengembangkan kreativitas dan daya cipta, karena dapat

dikatakan bahwa media berasal dari pengalaman. Model dan media

pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan sangat mempengaruhi

pemahaman siswa dengan cara menghadirkan model dan media pembelajaran

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 9 Banda Aceh yang dilakukan peneliti saat

melakukan kegiatan PLP II serta wawancara yang telah dilakukan kepada salah

seorang guru pengampu mata pelajaran IPS, bahwasanya masih terdapat begitu

banyak hambatan atau kesulitan dari para siswa dalam belajar. Pernyataan ini tampak

jelas terlihat dari para siswa yang kerap diam dan tidak ikut turut berperan aktif

ketika guru melemparkan pertanyaan untuk dijawab dan materi untuk didiskusikan.

Berdasarakan data Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS) semester ganjil

2022/2023 pada kelas IX3 SMP Negeri 9 Banda Aceh, diketahui dari 35 hanya 3

siswa saja yang belajarnya dinyatakan tuntas secara individual mencapai Kriteria

ketuntasan minimum (KKM) disekolah, sedangkan 32 siswa lainnya dinyatakan

belum memenuhi kriteria KKM yang ditetapkan. Dari hasil observasi ini juga,

peneliti menemui fakta lain yaitu mengenai penggunaan model dan media yang

terbatas. Dengan model dan media yang masih belum bervariasi seperti ini,

6
menyebabkan siswa tampak pasif dan enggan terlibat dalam diskusi belajar, dampak

akhirnya ialah pada capaian kualitas belajar dari siswa yang menjadi tidak maksimal.

Hal ini berdampak pada hasil belajar mereka.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti terdorong untuk mencari solusi yang

tepat sehingga permasalahan yang disinggung yakni hasil belajar siswa dapat

meningkat dan suasana pembelajaran dapat berjalan lebih serta menyenangkan. Oleh

karena itu peneliti merencanakan solusi dengan menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching Learning berbantu media papan. Model pembelaran ini sangat

mudah untuk diterapkan sebab guru hanya perlu membuat kelompok terdiri dari 5

kelompok lalu kemudian diberi materi diskusi serta penjelasan sekilas mengenai

tugas dari masing-masing anggota kelompok. Papan kantong adalah media

pembelajaran media yang bisa dibuat dengan styrofoam, yang didalam papan terdapat

deretan kantong terbuat dari botol dilapisi kain panel. Media papan kantong ini

memiliki kelebihan yakni, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, metode

pembelajaran bervariasi, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Selaras dengan uraian yang telah dijabarkan, bagi seorang tenaga pengajar perlu

melihat bagaimana pengaruh suatu model pembelajaran dan media pembelajaran

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mencoba menggunakan segala inovasi

pembelajaran yang ada. Salah satunya dengan menggunakan “Pengaruh Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Berbantu Media Papan Kantong

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa di SMP Negeri 9 Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah:

7
1. Apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantu media papan Kantong berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar

IPS siswa SMPN 9 Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka tujuan yang

hendak di capai dalam penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbantu media papan kantong untuk meningkatkan motivasi

belajar mata pelajaran IPS siswa di SMPN 9 Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

a. Memberikan sumbangan berfikir di bidang ilmu pengetahuan khususnya

dalam kegiatan belajar mengajar sejarah di sekolah.

b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan, yaitu membuat

inovasi penggunaan model eksperimen dalam peningkatan hasil belajar.

c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan hasil belajar pada siswa serta menjadi bahan kajian

lanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1. Dengan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantu media papan Kantong di harapkan peserta didik akan merasa

senang terhadap mata pelajaran sejarah.

8
2. Hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat seiring dengan

meningkatnya prestasi belajar peserta didik.

3. Peserta didik mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal yang

berhubungan dengan mata pelajaran sejarah.

b. Manfaat Bagi guru

1. Guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik serta dapat

meningkatkan kreativitas dan kualitas guru, karena guru dituntut dapat

menggunakan dan menerapkan model dan strategi pembelajaran dengan

baik dan tepat.

2. Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Manfaat bagi sekolah

1. Sekolah dapat mengembangkan sarana/prasarana dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

melakukan inovasi pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

kebijakan untuk kegiatan proses belajar mengajar yang lebih baik.

E. Kerangka Berpikir

Menurut (Sugiyono, 2015: 91) dalam bukunya kerangka berpikir yang baik akan

menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Pertauatan

antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian

oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada

kerangka berpikir.

9
Proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 9 Banda Aceh belum berjalan secara

maksimal, namun saat melakukan observasi peneliti memoeroleh hasil rendahnya

hasil ujian tengah semester siswa pada mata pelajaran IPS serta proses belajar

mengajar masih kurang bervariasi. Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan

belajar siswa untuk mencari, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih

bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui aktivitas siswa dalam

mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri sehingga pembelajaran IPS lebih

bermakna. Proses pembelajaran CTL lebih optimal menggunakan media papan

kantong diharapkan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Penelitian memilih SMPN 9 Permasalahannya :


Banda Aceh dikarenakan siswa 1. Kuranganya hasil belajar siswa pada
kurang meminati dan mengerti pembelajaran sejarah
mata pelajaran sejarah 2. Siswa tidak memperhatikan
pembelajaran dan sibuk bermain
3. Siswa kurang fokus saat guru
menjelaskan materi sejarah
Nilai dibawah KKM
40,50,60, sedangkan KKM
yang diperlukan 75
0

Model pembelajaran Contextual Taching and


Hubungan model pembelajaran
Learning yaitu suatu cara yang digunakan
Contextual Teaching and
oleh guru kepada siswa untuk mencari
Learning dengan berbantu media
,mengelola, dan menemukan pengalaman
papan kantong dapat
belajar yang lebih bersifat konkret dan
meningkatkan hasil belajar siswa
mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
dalam mata pelajaran sejarah

Gambar 1 Peta Kerangka Berpikir

10
F. Hipotesis

Dalam bukunya (Syafrida Hafni Sahir, 2022: 26) menjelaskan bahwa hipotesis

merupakan prediksi awal, sebuah hipotesis awal, penelitian awal, yang bisa berupa

hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun pendapat lain dari

(sugiyono, 2019: 380) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis

adalah rumusan masalah dan kerangka berpikir. Berdasarkan anggapan dasar ini yang

menjadi hipotesis yaitu :

Ha : Adanya peningkatan hasil belajar pembelajaran IPS siswa kelas IX SMP

Negeri 9 Banda Aceh dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) berbatu media papan kantong.

Ho : Tidak ada peningkatan hasil belajar pembelajaran IPS siswa kelas IX SMP

Negeri 9 Banda Aceh dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) berbatu media papan kantong.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti agar lebih

terfokus dan terarah, sehingga dapat memperlancar proses penelitian yang akan

dilaksanakan. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah

menggunakan subjek siswa kelas IX SMP Negeri 9 Banda Aceh dalam upaya

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantu Media Papan

Kantong.

11
H. Definisi Istilah

Demi menghindari kesalahan penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang

digunakan, maka perlu diberikan penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh dalam penelitian ini diuji berdasarkan hasil evaluasi pada ranah

kognitif, dengan membandingkan sebelum diterapkan model dan media, dan

setelah diterapkan. Apabila terdapat perbedaan sesudah diterapkannya Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantu Media

Papan Kantong, maka perbedaan tersebut dianggap berpengaruh.

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran

tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu model yang

menekankan upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan agar

pembelajaran lebih bermakna, dan sekolah lebih dekat dengan lingkungannya

(keluarga dan masyarakat).

3. Media Papan Kantong

Media pembelajaran papan kantong yaitu media pembelajaran yang

menggunakan sebuah papan bergambar disertai dengan kantong soal. Papan

gambar berguna untuk memberikan gambaran tentang materi pembelajaran

sedangkan kantong soal berisi soal-soal latihan yang digunakan sebagai

latihan siswa pada saat pembelajaran. Media papan kantong dapat

meningkatkan hasil belajar siswa karena dikemas dengan menarik dan

12
mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran. Gambar yang

ditempel di bagian depan papan kantong membantu siswa dalam memahami

materi pembelajaran. kantong soal yang terdapat di bawahnya berguna untuk

latihan soal siswa. Media ini sangat cocok digunakan untuk anak SMP karena

menarik dan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran.

4. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah nilai yang diperoleh siswa yang didapatkan dari hasil

evaluasi setelah melaksanakan pembelajaran. Pada penelitian ini, dari hasil

evaluasi setelah melaksanakan pembelajaran. proses pembelajaran sejarah

pada materi pembelajaran.

5. Pengaruh model Contextual Teaching and Learning berbantu media papan

kantong untuk meningkatkan hasil belajar sejarah

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai keluarga

dan masyarakat. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

berbantu media papan kantong terhadap hasil belajar sejarah dapat membuat

pembelajaran lebih aktif dan membuat siswa termotivasi untuk berpartisipasi

aktif dalam menyelesaikan persoalan sejarah secara mandiri sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar sejarah

13
I. Tinjauan Pustaka

1. Belajar Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar

memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu". Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau

ilmu. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan

pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit

kemudian bertambah.

Menurut (Dangnga and Muis, 2015: 12) dalam bukunya belajar merupakan proses

manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.

Karena belajar adalah dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Salah satu

contoh pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang

sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya.

Ketika menginjak masa kanak-kanak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan

keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi, dan seterusnya hingga

dewasa berbagai keterampilan dimilikinya sesuai dengan keahlian dan profesi

masing-masing. Islam memberi suatu makna bahwa belajar bukan hanya sekadar

upaya perubahan perilaku, tetapi belajar juga merupakan konsep yang ideal, karena

sesuai dengan nilainilai ajaran Islam.

Sedagkan menurut (Nurdyansyah and Fahyuni, 2016: 21) menjelaskan bahwa

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari

pengalamannya dalam berinterksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar

menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif individu, melainkan individu

14
memerlukan bantuan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pada umumnya

diperlukan lingkungan yang kondusif agar dapat dicapai perkembangan individu

secara optimal.

(Siregar, 2018: 11) menjelaskan bahwa Pembelajaran tidak terlepas dari

pengertian belajar, belajar dan pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan. Hasil dari belajar menjadi model dalam proses pembelajaran

selanjutnya. Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan

guru. Proses belajar menjadi satu sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran

terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi hingga diperoleh interaksi

yang efektif.

Maka dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu upaya untuk adanya

peningkatan atau perubahan dalam masing masing individu atau peserta didik baik

itu perubahan dalam bentuk kecakapan, penetahuan, sikap. kebiasaan, pemahaman,

kete0rampilan, lainnya. Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh

siswa dan guru. Proses belajar menjadi suatu sistem dalam pembelajaran, sistem

pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi hingga

diperoleh interaksi yang efektif. Maka dapat disimpulkan, pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, yang mana kegiatan

pembelajaran dan belajar adalah satu kesatuan yang saling berkaitan.

2. Model Contextual Teaching and Learning

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membuat dan merancang kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), mengembangkan bahan ajar, dan memandu pembelajaran di dalam ruang

kelas atau tempat lain. Dimana model pembelajaran Contextual Teaching and

15
Learning mendorong siswa untuk mudah menghubungkan dan mengaitkan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Nurhadi dalam (Rusman, 2018) menjelaskan bahwa pembelajaran

kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep

pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan

dengan kondisi kehidupan nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat

hubungan antara pengetahuan yang siswa punya dan penerapannya dalam kehidupan

siswa. Kemudian O’Sullivan dalam (Dwi Indah Rahayuningsih, 2018) bahwa

pembelajaran dengan menggunakan CTL akan meingkatkan kualitas input

pembelajaran. Apabila semua itu dapat dilaksanakan, maka tujuan pembelajaran dan

hasil belajar pun akan tercapai dengan maksimal.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh

guru, yaitu :

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan bepikir dalam CTL, yaitu bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau

kaidah yang siap umtuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan

itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

2. Menemukan (Inkuiri)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan

akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta

kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan dari hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan

16
pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula

dalam pembelajaran inkuiri and discovery.

3. Bertanya (Questioning)

Unsur lain menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan

kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari

bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan

unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebisaan siswa untuk bertanya

atau kemampuan guru dalam mengunakan pertanyaan yang baik akan mendorong

pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk

sosial. Hal ini berimplikasi pada ada saatnya seseorang berkerja sendiri untuk

mencapai tujuan yang diharapkan, namun disisi lain tidak bisa melepaskan diri

ketergantungan dengan pihak lain. Penerapan learning community dalam

pembelajaran di kelas akan banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran

yang dikembangkan oleh guru. Di mana dituntut keterampilan dan profesionalisme

guru untuk mengembangkan komunikasi banyak arah (interaksi), yaitu model

komunikasi yang yang bukan hanya hubungan antara guru dengan siswa atau

sebaliknya, akan tetapi secara luas dibuka jalur hubungan komunikasi pembelajaran

antara siswa dengan siswa lainnya

5. Pemodelan (Medelling)

Perkembangan ilmu pemgetahuan dan teknologi serta rumitnya permasalahan

hidup yang dihadapi secara tuntutan siswa yang semakin berkembang dan

beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan

17
lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi

satusatunya sumber belajar begi siswa, karena dengan segala kelebihan dan

keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan

pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cokup heterogen. Oleh

karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan

pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu

mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang terjadi atau baru saja dipelajari.

Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai

struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk

mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan

learning to be.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian.

Penilaian sebagai bagaian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat

menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran

melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan

informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman

belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data informasi yang lengkap sebagai

perwujudan dari penerapan penilaian, maka semakin akurat pula pemahaman guru

terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

18
Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna apakah dengan cara bekarja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus

dimilikinya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang

diajarkan.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok

berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,

model, bahkan media yang sebenarnya.

6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakuakan.

7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang

sebenarnya pada setiap siswa (Nurdyansyah and Fahyuni, 2016: 39-49).

Menurut Syaefudin dalam (Kurniawan and Sumiati, 2016: 18) terdapat lima

karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL

diantaranya :

1. Pembelajaran dengan model CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada. Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari

pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan

19
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu

sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, atinya

pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian

memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk

dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. Misalnya dengan cara meminta

tanggapan dari yang lain tetntang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan

dan pengalaman yang diperolehnya harus diaplikasikan dalam kehidupan

siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini

dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan

strategi.

Kelebihan dan kekurangan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

dikemukakan oleh (Shoimin, 2014: 44) adalah sebagai beriku :

a. Kelebihan Model CTL

Adapaun yag menjadi kelebihan dari model Contextual Teaching and Learnig

ini adalah: 1) pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental; 2) pembelajaran kontekstual dapat

menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman

dalam kehidupan nyata; 3) kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk

20
memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan

mereka di lapangan; 4) materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil

pemberian orang lain.

b. Kekurangan Model CTL

Adapaun yag menjadi kekurangan dari model Contextual Teaching and

Learnig ini adalah: 1) penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran

yang kompleks; 2) pembelajaran kontekstual sulit dilaksanakan dalam konteks

pembelajaran; 3) proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama.

Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada pendekatan CTL, maka guru

harus mengefektifkan pengaplikasian tujuh komponen CTL dan disesuaikan dengan

alokasi waktu dalam pembelajaran sejarah, sehingga peneliti ingin mengetahui

seberapa berpengaruh model CTL terhadap hasil belajar Sejarah. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan model CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang

membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang di ajarkan sesuai dengan

keinginan siswa, dengan membuat suatu hubungan bermakna yang akan diterapkan

siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.

3. Media Papan Kantong

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau

penghubung dari pemberi informasi yaitu guru kepada penerima informasi atau siswa

yang bertujuan untuk menstimulus para siswa agar bisa mengikuti proses

pembelajaran secara utuh dan bermakna. Artinya, terdapat lima komponen dalam

pengertian media pembelajaran. Pertama, sebagai perantara pesan atau materi dalam

proses pembelajaran. Kedua, sebagai sumber belajar. Ketiga, sebagai alat bantu untuk

untuk menstimulus siswa dalam belajar. Keempat, sebagai alat bantu yang efektif

21
untuk mencapai hasil pembelajaran yang utuh dan bermakna. Kelima, alat untuk

memperoleh dan meningkatkan skill. Kelima komponen tersebut berkolaborasi

dengan baik akan berimplikasi kepada berhasilnya pencapaian pembelajaran sesuai

dengan target yang diharapkan (Hasan, 2021: 17).

Menurut arsyad dalam (Putri, Wardiyanto, and Supono, 2015: 7-9) Papan

kantong adalah alat bantu yang sangat mudah dibuat oleh setiap guru. Papan kantong

dapat dibuat dari tripleks (kayu lapis), karton tebal, atau styrofoam. Ukuran triplek

atau styrofoam tebal kira-kira 90 cm dan tinggi 60 cm. pada papan atau styrofoam ini

dilekatkan (dengan lem/ staple atau perekat lainnya) beberapa deretan kantong.

Langkah-langkah dengan menggunakan media papan kantong tersebut antara

lain: 1) peneliti menjelaskan tentang materi yang sedang dipelajari; 2) peneliti

menyiapkan papan kantong di depan kelas sebagai media dalam pelajaran, dan

menjelaskan cara menggunakannya; 3) peneliti membuat kelompok dengan metode

menghitung; 4) peneliti menentukan ketua kelompok, lalu peneliti membagikan

tongkat kartu kepada ketua kelompok, yang berisi rangkuman dan pertanyaan,

kemudian siswa diminta menjawab ragkuman dan mencocokan dengan gambar yang

ada pada papan kantong; 5) setelah menjawab dan mecocokan, tongkat kartu

diletakan kedalam katong yang sudah dicocokan, yang mana katong itu berisi soal

untuk kelompok; 6) kemudian siswa diminta mengambil soal dari dalam kantong, dan

menggantikannya dengan meletakan nama kelompok pada katong; 7) setelah

mengambil soal kelompok, siswa berdiskusi bersama teman kelompoknya, peneliti

memberi waktu 15 menit, setelah selesai berdiskusi peneliti meminta kelompok maju

ke depan untuk menjelaskan secara singkat hasil diskusi kelompok; 8) peneliti

22
memberi tongkat peringkat pada kelompok yang lebih dulu presentasi, dan

menjelaskan dengan jelas.

Sebelum menggunakan media, seorang peneliti harus memperhatikan prinsip-

prinsip penggunaan media agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan

tujuan pembelajaran tercapai. Dalam proses pembelajaran, media papan kantong

dapat digunakan peneliti untuk membantu proses pembelajaran siswa dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. peneliti menyiapkan materi yang kira-kira materinya bisa dibagi menjadi 5

sesuai jumlah kelompok

2. peneliti memberi tongkat kartu berisi deskripsi singkat, secara random kepada

ketua kelompok

3. Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk menjawab dan mencocokan

tongkat kartu, dengan gambar yang ada pada papan kantong

4. Setelah dijawab dan dicocokan, perwakilan kelompok diminta untuk

mengambil kertas soal kelompok yang ada di papan kantong, dan

menggantinya dengan meletakan nama kelompok kedalam kantong yang

telah mereka cocokan.

5. Setelah itu, peneliti memberi waktu 15 menit, untuk siswa berdiskusi bersama

teman kelompok mengenai soal dari papan kantong

6. Setelah siswa selesai berdiskusi bersama kelompoknya, peneliti meminta

semua kelompok maju dan menjelaskan secara singkat, mengenai soal yang

diambil dari papan kantong, kemudian peneliti memberi nilai plus kepada

kelompok yang tercepat menyelesaikan tugas, serta bagus saat memaparkan

materi.

23
Adapun kelebihan dari penggunaan media papan kantong dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Bermanfaat diruang manapun tanpa harus ada penyesuaian khusus

2. Mudah dipersiapkan oleh guru dan mudah digunakan oleh siswa

3. Siswa diikutsertakan dalam proses pembelajaran

4. Penggunaannya tidak memerlukan bakat atau peralatan istimewa sehingga

mudah digunakan siswa

5. Menghemat penggunaan papan tulis

Sedangkan Kekurangan dari penggunaan media papan kantong dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan media ini membutuhkan waktu yang banyak sehingga kurang

tepat digunakan untuk mata pelajaran yang waktunya hanya sedikit

2. Membutuhkan waktu cukup banyak untuk guru dalam membuatnya

3. Membuat siswa gaduh jika guru kurang teliti dalam mengawasi proses

pembelajaran.

Prinsip- prinsip umum penggunaan media adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan media tidak dapat berdiri sendiri; dalam arti tanpa melibatkan

komponen pembelajaran laiinnya.

2. Tidak ada media yang serba cocok dengan keadaan yang bermacam-macam.

3. Media pembelajaran yang berupa media rancangan tentunya penggunaannya

terbatas menurut desain yang telah ditetapkan dan praktis media tersebut

tidak efektif untuk sasaran yang berbeda.

24
4. Penggunaan berbagai media secara serampangan tanpa memperhatikan

manfaat, tujuan dan sasaran, serta tanpa melalui prosedur pemilihan yang

tepat justru akan mengacaukan pembelajaran.

5. Penggunaan media pembelajaran menghendaki adanya persiapan ekstra dari

guru.

6. Penggunaan media sedapat mungkin lebih dari sekedar berfungsi sebagai alat

bantu mengajar guru tetapi sebagai sumber belajar yang menempati posisi

sebagai bagian integral dari sistem operasi pembelajaran.

7. Tidak diperkenankan menggunakan media untuk sekedar pengisi waktu luang

Menurut Nasution, dalam (Nurrita, 2018: 177-178) tujuan media pembelajaran

papan kantong sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami

siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan

pengajar tidak kehabisan tenaga.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-

lainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa media papan

kantong ini, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, menaggapi

pembelajaran serta menunjang keberhasilan belajar siswa. Juga untuk mengetahui

25
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 9 Banda

Aceh. serta media ini memiliki kelebihan yaitu, bahan pengajaran akan lebih jelas

maknanya, metode pembelajaran bervariasi, siswa lebih banyak melakukan kegiatan

belajar yang.

4. Hasil Belajar

Menurut (Nabillah and Abadi, 2019: 660) Hasil belajar merupakan hal yang

berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses.

Hasil belajar terdiri dari segenap ranah psikologis. Hal itu terjadi sebagai akibat atau

dampak dari pengalaman dan proses belajar siswa dalam ruang kelas disekolah. Hasil

belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan

memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar

selanjutnya.

Hasil belajar itu tidak dapat langsung dirasakan, tetapi harus melalui proses

kerjasama yang maksimal dari seluruh kompunen yang ada dalam PMB. Hasil belajar

itu ditentukan melalui intektual question, emasional question dan spiritual question

(IQ, EQ, SQ). ketiga bentuk sasaran di atas tidak dapat di pisahkan satu sama lain,

karena kemampuan seseorang pembelajar dapat di lihat dari ketig aaspek di atas yang

mempengaruhi dirinya. Seorang pendidik dan pembelajar dituntut untuk mampu

mengembangkan ketiga model kecerdasan. Dimulai pada kecerdasan intektual, hasil

dari PBM, yang pertama dan utama adalah bagaimana kemampuan intektual siswa,

begitu juga dengan pendidik harus mempumyai kemampuan yang memadai dalam

memadukan metode dan stategi dalam pembelajaran. Sedangkan pada kecerdasan

emosional juga mengambil tempat untuk dapat menganalisa emosi pendidik dan

26
pembelajar, emosi dalam PBM itu juga memengaruhi hasil belajar mengajar. Seorang

pendidik yang mampu mereptualisasikan emosinya, maka pendidik itulah yang

mampu melewati batas kemampuan (Djamaluddin and Wardana, 2019: 3-4).

Adapun penjelasan terkait indikator hasil belajar menurut (Nabillah and

Abadi, 2019: 660) yaitu :

a. Ranah kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi pada kognisi.

Proses belajar terdiri atas kegiatan sejak dari penerimaan stimulus,

penyimpanan dan pengolahan otak. Menurut Bloom bahwa tingkatan hasil

belajar kognitif dimulai dari terendah dan sederhana yakni hafalan hingga

paling tinggi dan komleks yaitu evaluasi, dalam segi kognitif terdapat

beberapa jenjang yaitu: 1) pengetahuan, dimana siswa harus mampu

mengenali dan mengetahui berbagai konsep, fakta, atau istilah yang

diajarkan guru. Pada tahap pengetahuan ini siswa diminta untuk bisa

mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokan, menyebutkan, membuat

garis besar, menyatakan, serta memilih; 2) Pemahaman, siswa diharuskan

mampu memahami dan mengerti mengenai materi pembelajaran. Dalam

tahap ini siswa diminta mampu menafsirkan, menginterprestasikan, dan

memperluas informasi yang diperoleh; 3) penerapan, siswa diharuskan

mampu mengenakan berbagai konsep, ide, citra, gagasan, tata cara, tekhnik,

langkah-langkah, metode, prinsip, maupun berbagai teori dalam situasi baru

dan juga konkret; 4) analisis, siswa mampu memaparkan mengenai keadaan

tertentu kedalam berbagai unsur dan komponen; 5) sintesis, siswa

diharuskan untuk mampu menganalisis suatu hal baru: 6) evaluasi, siswa

27
diharuskan untuk mampu melakukan evaluasi pada kondisi tertentu, situasi,

pernyataan, maupun konsep/ pola tertentu.

b. Ranah afektif, diketahui dalam ranah afektif ini bahwa hasill belajar disusun

secara mulai dari yang paling rendah hingga tertinggi. Dengan demikian

yang dimaksud dengan ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai-

nilai yang pada selanjutnya dihubungkan dengan sikap dan perilaku. Dalam

segi afektif terdapat berbagai jenjang berikut: 1) kemauan menerima,

menuntut siswa untuk mempunyai kepekaan pada suatu fenomena atau

rangsangan tertentu yang diterimanya selama proses pembelajaran

berlangsung, kepekaan ini disadari oleh siswa mengenai kemampuannya

dalam menerima dan memperhatikan pembelajaran; 2) kemauan

menanggapi, menuntut siswa untuk peka terhadap suatu fenomena kemudian

juga mampu memberikan respon terhadap fenomena yang terjadi; 3) menilai,

siswa dapat memberikan nilai pada suatu objek, fenomena dan tingkah laku

tertentu dengan konsisten (berlanjut); 4) Organisasi, siswa dapat

menggabungkan berbagai nilai yang berbeda, untuk memecahkan

permasalahan dan menciptakan suatu sistem nilai.

c. Ranah psikomotorik, hasil belajar disusun menurut urutan mulai paling

rendah dan sederhana hingga paling tinggi hanya dapat tercapai ketika siswa

telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Segi psikomotor juga

merupakan kemampuan siswa dalam gerakan tubuh dan fungsi manfaat tiap-

tiap bagiannya. Setiap gerakan tubuh siswa dalam proses pembelajaran

mengandung makna-makna tersendiri bagi indikator keberhasilan belajar.

Kata kerja yang dapat dipakai disesuaikan pada kelompoknya masing-

28
masing yakni: 1) muscular or motor skill, dalam hal ini mempertontonkan

gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan dan menampilkan; 2)

manipulations of materials or objects, dalam hal ini adalah meresapi,

menyusun, membersihkan, memindahkan, membentuk dan menggeser; 3)

neuromscular coordination, dalam hal ini adalah mengamati, menerapkan,

menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,

menarik dan menggunakan.

Evaluasi Hasil Belajar dilakukan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh

suatu bentuk pengajaran tertentu. Hasil belajar yang diupayakan untuk diungkapkan

tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil belajar secara keseluruhan pada akhir

pertengahan semester atau pada akhir semester. Sebagai evaluasi yang menitik

beratkan pada hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran, maka evaluasi hasil

belajar berkaitan erat dengan apa yang diajarkan. Kaitannya terutama pada isi tes

yang harus mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah diselenggarakan.

a) Fungsi Evaluasi Hasil Belajar

1. Untuk diagnostik dan pengembangan. Hasil evaluasi menggambarkan

kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa. Untuk menentukan

jenis dan tingkat kesulitan siswa serta faktor penyebabnya dapat diketahui dari

hasil belajar atau hasil dari evaluasi tersebut. Berdasarkan data yang ada

selanjutnya dapat didiahnosis jenis kesulitan apa yang dirasakan oleh siswa,

dan selanjutnya dapat dicarikan alternatif cara mengatasi kesulitan tersebut

melalui proses bimbingan dan pengajaran remedial.

2. Untuk seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon

siswa dalam rangka penerimaan siswa baru atau melanjutkan ke jenjang

29
pendidikan berikutnya. Siswa yang lulus seleksi berarti telah memenuhi

persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapakn, sehingga

yang bersangkutan dapat diterima pada suatu jenjang pendidikan tertentu.

3. Untuk kenaikan kelas. Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa mana

yang memenuhi rangking atau ukuran yang ditetapkan dalam rangka kenaikan

kelas. Sebaliknya siswa yang tidak memenuhi rangking tersebut dinyatakan

tidak naik kelas atau gagal dan harus mengulangi program studi yang sama

sebelumnya.

4. Untuk penempatan. Para lulusan yang ingin bekerha pada suatu instansi atau

perusahaan perlu menyiapkan transkip program studi yang telah ditempuhnya,

yang juga memuat nilai-nilai hasil evaluai belajar. Jadi evaluasi hasil penilaian

berfungsi menyediakan data tentang lulusan agar dapat ditempatkan sesuai

dengan kemampuannya.

b) Tujuan hasil belajar

1. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mecapai tujuan-

tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

2. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-

kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-

masing individu.

3. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-

kegiatan remedial (perbaikan).

30
4. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong

motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan

merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

5. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga

guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan

pribadi yang berkualitas.

6. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah

atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya (hamalik,

2015: 159-161).

J. Penelitian Relevan

Judul penelitian ini ialah pengaruh model Contextual Teaching and Learning

berbantu media papan kantong untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IX

SMP Negeri 9 Banda Aceh. Yang sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu :

Penelitian relevan pertama, yang dilakukan oleh Muhammad ananto tri anggoro

pada tahun 2018 dengan judul “pengaruh model pembelajaran contextual teaching

and learning dengan media papan pintar terhadap hasil belajar IPA” hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Contextual

Teaching and Learning dengan media papan pintar terhadap hasil belajar siswa kelas

IV SD N Tuksongo 1 Kecamatan Borobudur Magelang.

Penelitian relevan yang kedua, dilakukan Evi Nurhidayati pada tahun 20160

dengan judul “Pengaruh model contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil

belajar siswa pada materi suhu dan kalor kelas X di Sma Negeri 5 Banda Aceh” hasil

dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada kelas ekperimen dengan

penggunaan model CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa pada kelas kontrol.

31
Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil posttes pada kelas kontrol dengan hasil

posttes pada kelas ekpserimen. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan terdapat pengaruh

model CTL terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian relevan yang ketiga, dilakukan midya yuli amreta dan ani safa’ah

pada tahun 2021 dengan judul “pengaruh media papinka terhadap kemampuan

menghitung penjumlahan dan pengurangan dalam pembelajaran matematika di

sekolah dasar” hasil penelitian media papinka ini berpengaruh pada kemampuan

menghitung penjumlahan dan pengurangan dalam pembelajaran matematika di SD

Negeri kedungdowo II Balen Bojonegoro.

Penelitian yang keempat, dilakukan suwito pada tahun 2016 dengan judul

“pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) dan media Video terhadap

motivasi siswa pada pelajaran fiqih di Min muara siban pagar alam” hasil penelitian

ini memiliki pengaruh pada penerapan CTL dan media video terhadap motivasi

belajar fiqih di MIN muara siban pagar alam dengan hasil analisis uji – t dua sampel

independen diperole0h skor posttest kelas eksperimen berbeda secara signifikan

dengan skor postest kelas kontrol pada taraf signifikan 5 %.

Berdasarkan paparan masalah diatas dan berdasarkan perbedaan penelitian yang

dilakukan sebelumnya maka peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian

pengaruh model contextual teaching and learning berbantu media papan kantong

untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 9 Banda Aceh.

K. Pendekatan dan Metode Penelitian

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2015: 14) metode penelitian kuantitatif

32
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat fositivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tekhnik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

penelitian eksperimen tipe Pre Experimental Design (Quasi Experiment) atau

penelitian ini belum merupakaan eksperimen sungguh – sungguh karena masih

terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen. Desain penelitian ini termasuk kategori pretest and postest group pada

desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan

sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum diberi eksperimen (O 1)

disebut pre-test dan observasi sesudah ekperimen (O2) disebut post-test (sugiyono,

2019: 112-114).

Menurut (sugiyono, 2019:114) desain penelitian eksperimen model dapat

digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

O1 : nilai pretest (sebelum diberi perlakuan khusus)

X : perlakuan (proses pembelajaran yang menggunakan model Contextual

Teaching and Learning berbantuan media papan kantong).

O2 : nilai post test (setelah diberi perlakuan khusus)

33
Dalam Design terdapat satu kelompok yang diberi tes sebelum dan setelah

diterapkan sebuah perlakuan. Kelompok ini disebut dengan kelompok eksperimen.

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment) dengan

menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning berbantuan

media papan kantong.

2) Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 Banda Aceh yang beralamat dijalan H.T.

Daudsyah No.26, Peunayong, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh Provinsi Aceh.

Penelitia ini dilauka di lokasi ini karena sekolah belum pernah dilakukanya penelitian

tentang pengaruh model pembelajaran Contextaul Teaching and Learning berbantu

media papan kantong untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa di SMP Negeri 9

Banda Aceh. Kemudian untuk jadwal penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 1

minggu, dalam jadwal pelaksanaan penelitian ini masih bersifat sementara, bila mana

peneliti masih memerlukan data dilapangan maka jadwal akan dapat berubah sewaktu

– waktu.

3) Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan element yang akan dijadikan wilayah generalisasi.

Elemen populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diukur, yang merupakan unit

yang diteliti (Sugiyono, 2019: 126). Sementara pengertian populasi menurut (Siyoto,

Sandu; sodik, 2015: 55-56) sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

34
Populasi sendiri pada prinsipnya merupakan seluruh anggota kelompok manusia,

hewan peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan terencana

menjadi target kesimpulan dari akhir suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 9 Banda Aceh.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakuka untuk populasi. Dalam

penelitian ini tekhnik sampel yang diambil dilakukan dengan cara Sampling

Purvosive yaitu tekhnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (sugiyono,

2019: 127-133).

Maka dalam penelitian ini, yang terpilih sebagai kelas eksperimen nan0ti akan

diterapkan model pembelajaran contextual teaching and learning berbantu media

papan kantong yaitu siswa kelas IX3. Hal ini didasarkan pada hasil penilaian tengah

semester (HPTS) pelajaran IPS yang telah dilakukan pada pertengahan semester

ganjil 2022/2023 di kelas IX3 oleh guru pengampu. Dari data tersebut, diketahui

bahwa dari 35 orang siswa, hanya 3 siswa saja yang hasil belajarnya dinyatakan

tuntas secara individual atau telah mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75

oleh sekolah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memutuskan sampel yang akan

digunakan untuk diuji adalah siswa kelas IX 3 SMP Negeri 9 Banda Aceh yang

berjumlah 35 siswa.

35
c. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Agar suatu penelitian yang dilakukan memperoleh informasi

dan data-data yang sesuai dengan topik, adapun tekhnik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(a) Tes

Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang

dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan

dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang

terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur

(Siyoto, Sandu; sodik, n.d, 2015:66-67). Tes dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang siswa atau

sekelompok siswa dalam proses belajar yang telah dilaluinya. Hasil belajar ini berupa

skor nilai melalui angka yang diberikan kepada siswa terhadap jawaban soal tes yang

diberikan setelah melakukan proses pelaksanaan pembelajaran. Tes ini digunakan

untuk keperluan yang dapat dipakai dalam mengukur kemampuan dasar, pencapaian

atau prestasi. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang hendak diukur ialah berfokus

pada pengetahuan siswa (ranah kognitif). Ranah kognitif merupakan aspek yang

berkaitan dengan nalar dan proses berpikir atau dalam definisi lain yaitu kemampuan

dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional. Ada dua tes yang

dilakukan, yaitu tes sebelum adaya perlakuan (Pretest) dan setelah adanya perlakuan

(Posttest) pada sesi akhir proses pembelajaran berlangsung. Tes yang diberikan

berupa soal pilihan ganda kepada para siswa untuk dikerjakan.

36
(b) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode mi agak

tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap,

belum berubah (Siyoto, Sandu; sodik, n.d, 2015: 66). Dalam Penelitian ini dokumen

atau data-data yang digunakan adlah silabus, RPP, nilai harian, daftar hadir, dan foto-

foto. Sebagai dokumentasi penunjang, disertakan pula profil, lokasi, struktur

organisasi, data guru SMP Negeri 9 Banda Aceh, serta data-data lain yang

mendukung penelitian.

4) Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki niai

sosial, akademis dan ilmiah. Analisis data ini dilakukan setelah data yang diperoleh

dari sampel melalui instrumen yang dipilih dan akan digunakan untuk menjawab

masalah dalam penelitian atau untuk menguji hipotesa yang diajukan melalui

penyajian data. Dalam penelitian ini, tekhnik analisis data yang digunakan ialah uji

normalitas, uji homogenitas, serta uji hipotesis (uji-t) untuk sampel perpasangan

(paired samples test) yang bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan rata-rata

antara dua sampel dengan bantuan software SPSS IBM versi 22. Semua uji asumsi

klasik dilakukan pada nilai signifikansi 5 % (0,05).

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan berbagai tekhnik tergantung

karakteristik data. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel yang untuk

37
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau sebaliknya. Pengujian

dilakukan tergantung variabel yang akan diolah. Pengujian normalitas sebaran data

menggunakan uji Liliefors, yaitu memeriksa distribusi frekuensi sampel berdasarkan

distribusi normal pada data tunggal ataupun frekuensi tunggal dengan bantuan SPSS

versi 22. Adapun proses menghitung uji normalitas dengan tekhnik Liliefors adalah:

a. Menentukan taraf signifikan 𝛼 (artinya hipotesis tersebut memiliki tingkat

kesalahan yang ditoleransi sebesar 5% / 0,05) misalkan 𝛼 = 5% atau 0,05

dengan hipotesis yang akan diuji :

Ho: data berdistribusi normal

H1: data tidak berdistribusi normal

Yang mana ini merupakan persyaratan sebelum dilakukannya uji hipotesis uji

normalitas ini mengambil skor hasil belajar siswa. Dengan kriteria pengujian:

Jika L0= Lhitung < Ltabel maka H0 diterima

Jika L1= Lhitung > Ltabel maka H0 ditolak

b. Mengurutkan data dari yang terkecil sampai data terbesar, kemudian

menentukan frekuensi absolut dan frekuensi kumulatif (fk).

c. Mengubah tanda skor menjadi bilangan baku (zi). Untuk mengubahnya

digunakan rumus yaitu :

𝑥𝑖−𝑥̅
Z=
𝑠

Keterangan:

xi = skor

𝑥̅ = nilai rata-rata hitung (mean)

s = simpangan baku

38
d. Untuk menentukan F (zi) digunakan nilai luas dibawah kurva norma baku.

Jika skor zi positif maka dilakukan penjumlahan yaitu 0,5 + skor luas

dibawah kurva normal sedangkan jika skor zi negatif maka dilakukan

pengurangan yaitu 0,5 – harga luas dibawah kurva norma.

e. Untuk menentukan S (zi) dilakukan dengan cara menghitung proporsi

frekuensi kumulatif berdasarkan jumlah frekuensi seluruhnya.

f. Menentukan selisih antara |𝐹 (𝑧𝑖) − 𝑠(𝑧𝑖)| dengan mengambil skor mutlak

terbesar disebut Liliefors tabel (Lt) untuk n sebanyak jumlah sampel dan

taraf signifikan pada 𝛼 = 0,05.

g. Jika skor Lo lebih besar dari skor Lt maka pengujian data berasal dari

sampel yang berdistribusi normal (Ananda and Fadhli, 2018: 159-160).

b. Uji Homogenitas

Disamping pengujian terhadap penyebaran nilai yang dianalisis tersebut, perlu

uji homogenitas agar yakin bahwa kelompok-kelompok yang membentuk sampel

berasal dari populasi yang homogen. Untuk mengukur homogenitas varians dari dua

kelompok data, digunakan rumus uji F sebagai berikut:

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

(sugiyono, 2019:264)

Uji ini juga disebut sebagai uji homogenity dengan bantua SPSS IBM versi

22. Dasar pengambilan keputusan uji homogenitas adalah jika nilai signifikansi yang

didapat lebih besar dari nilai a yaitu 0,05 maka hubungan antar dua kelompok

menunjukkan tidak adanya perbedaan atau dengan kata lain varians antar dua

kelompok homogen sehingga memenuhi asumsi uji homogenitas.

39
c. Uji Hipotesis (T-Test Beda Dua Rata-Rata)

Uji hipotesis ini menggunakan rumus uji beda dua rata-rata dengan sampel

dependent atau juga dikenal dengan sebutan Paired Simples T-Test. Uji T pada

sampel berpasangan (paired samples t test) bertujuan menganalisis statistik

berpasangan dengan subyek yang sama yang mengalami dua pengukuran yang

berbeda (pretest dan posttest). Secara lebih sederhana, uji statistik ini memiliki tujuan

untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling berpasangan. Sampel

berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan objek yang sama namun

mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum

dan sesudah dilakukannya sebuah treatment. Rumus T – Test Dependent rata-rata

dua sampel yaitu:

̌1−𝑋
𝑋 ̌2
T=
𝑆2 2
1 + 𝑆2 −2𝑟( 𝑆1 )( 𝑆2 )

𝑛1 𝑛2 √𝑛1 √𝑛2

(sugiyono,2019: 263)

Keterangan :

𝑋̌1= Rata- rata sampel 1

𝑋̌2= Rata-rata sampel 2

S1 = simpangan baku sampel 1

S2 = simpangan baku sampel 2

𝑆12 = varians sampel 1

𝑠22 = varians sampel 2

R= kolerasi antara kedua sampel

40
Analisis data untuk menguji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan

program SPSS IBM versi 22 for windows. Pedoman pengambilan keputusan dalam

uji paired sampel t-test berdasarkan nilai signifikansi (sig). Hasil analisis Output

SPSS menurut (priyatno, 2014: 170) adalah sebagai berikut:

- Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

- Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Maka dapat ditarik kesimpulan, jika nilai signifikan yag didapat lebih kecil dari nilai

𝛼 yaitu 0,05 maka terdapat pengaruh dari penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning berbantu media papan kantong

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi, and Muhammad Fadhli. (2018). Skatistik Pendidikan. CV. Widya
Puspita.

Dangnga, Muhammad Siri, and Andi Abdul Muis. (2015). Teori Belajar Dan
Pembelajaran Inovatif. Si Buku Makassar.

Djamaluddin, Ahdar, and Wardana. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. CV Kaaffah


Learning Center.

Dwi Indah Rahayuningsih. (2018). “pengembangan media komik berbasis ctl untuk
meingkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar Mahasiswa Program Pascasarjana
, Prodi Pendidikan Dasar , Universitas Negeri Surabaya , Dosen Pascasarjana ,
Prodi Pendidikan Dasar , Universitas Negeri Surabaya.” Jurnal Review
Pendidikan Dasar Vol.4 (3).

Harahap, Musaddad, and Lina Mayasari Siregar. (2018). “Mengembangkan Sumber


Dan Media Pembelajaran.” Educational, no. January: 2–3.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.19282.86721.

Hasan, Muhammad; Milawati; Darodjat; HarahapTuti Khairani; TahrimTasdin;


(2021). Media Pembelajaran. Tahta Media Group.

Helmiati. (2018). Model, Pembelajaran, Dan Model Pembelajaran.


http://repository.unpas.ac.id/37102/3/bab ii kajian teori.pdf.

Kurniawan, Neng Mumun, and Tati Sumiati. (2016). “Pendekatan Contextual


Teaching and Learning (Ctl) Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran Ipa Sekolah
Dasar.” Metodik Didaktik Vol.10 (1): 16–22.
https://doi.org/10.17509/md.v10i1.3229.

Nabillah, Tasya, and Agung Prasetyo Abadi. (2019). “Faktor Penyebab Rendahnya
Hasil Belajar Siswa.” Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika Sesiomadika Vol.2 (1): 659–63.

Nurdyansyah, and Eni Fariyatul Fahyuni. (2016). Inovasi Model. Nizmania Learning
Center.

Nurrita, Teni. (2018). “Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa.” MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah
Dan Tarbiyah Vol.3 (1): 171. https://doi.org/10.33511/misykat.v3n1.171.

Putri, Bestania, Wardiyanto, and Supono. (2015). “Penggunaan media papan kantong
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III materi surat pendek pada mata
pelajaran al qur'an hadist": Jurnal Ilmiah PGMI Vol.1 (1): 1–21.

Siregar, Nurliani. (2018). “Belajar Dan Pembelajaran.” Akademik.Uhn.Ac.Id, 1–

42
212.

Siyoto, Sandu; sodik, m ali. n.d. “Dasar Metodologi Penelitian Dr. Sandu Siyoto,
SKM, M.Kes M. Ali Sodik, M.A. 1,” 1–109.

Sugiyono. (2015). “Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.” Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), 308.

Sujana, I Wayan Cong. (2019). “Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia.” Adi
Widya: Jurnal Pendidikan Dasar Vol.4 (1): 29.
https://doi.org/10.25078/aw.v4i1.927.

Syafrida Hafni Sahir. (2022). metodologi penelitian.KBM Indonesia

Rusman. (2018). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Depok: Rajawali Pers.

Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Yogayakarta:


Alfabeta.

Hamalik, oemar. (2015). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT bumi aksara

Priyono. (2016). Metoode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Priyatno, Dwi. (2014). SPSS 22 pengolahan data terpraktis. Yogyakarta: c.v andi
offest.

Jainuri, Moch. (2020). Modul Pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19
untuk jenjang SMP. Jakarta: Kemendikbud

43
Lampiran 1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SMP : 9 Banda Aceh
Mata Pelajaran : IPS
Kelas / Semester : IX/2
Materi Pokok : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pertemuan ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung
jawab, peduli, (gotong – royong, kerja sama, toleran, damai) santun,
responsive dan pro – aktif menunjukkan sikap bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Memahami, menerapkan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
prosedural, berdasarkan ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi , seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 Mengolah, menalar dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan penegembangan dari yang dipelajarinya disekolah
secara mandiri dan maupun menggunakan metode sesuai dengan kaidah
keilmuan.

44
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
NO Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 3.3 Menganisis acara 4.3 menyajikan kesimpulan –
proklamasi kemerdekaan dan kesimpulan dari informasi mengenai
maknanya bagi kehidupan acara proklamasi kemerdekaan dan
sosial, budaya, ekonomi, maknanya bagi kehidupan sosial,
politik, dan pendidikan bangsa budaya, ekonomi, politik, dan
Indonesia pendidikan bagsa Indonesia dalam
bentuk tulisan
2. 3.3.1 Menjelaskan acara 4.3.1. mampu menyusun laporan
proklamasi kemerdekaan dan sederhana tentang acara proklamasi
maknanya bagi kehidupan kemerdekaan melalui diskusi
sosial, budaya, ekonomi, kelompok
politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan peserta
didik dapat :
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru tentang proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan berbantu media papan kantong
2. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menjelaskan proklamasi
kemerdekaan Indonesia
3. Melalui diskusi dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam
menganalisis proklamasi kemerdekaa Indonesia guna melatih sikap
kemandirian
4. Melalui penugasan, dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menyusun laporan akhir dengan penuh
tanggung jawab dan disiplin
5. Melalui refeleksi dapat meningkatkan kolanorasi peserta didik dapat
membuat laporan kesimpulan mengenai acara proklamasi kemerdekaan
Indonesia.

D. Materi Pembelajaran
Melalui media papan kantong guru menjelaskan gambar terkait dengan materi
yang diajarkan

45
1. Acara proklamasi kemerdekaan (fakta)
2. Proklamasi kemerdekaan dan berkaitan dengan keadaan indonesia saat
ini (konsep)
E. Metode / Model Pembelajaran
1. Model : Contextual Teaching and Learning (CTL)
2. Pendekatan : Inquiry / Autentik (pembelajaran merujuk pada dunia
nyata
3. Metode : tanya jawab, diskusi, produk pelaporan
F. Media
1. Media papan kantong

G. Sumber Belajar
1. Buku IPS sejarah siswa kelas IX, kemendikbud, revisi tahun 2018
2. Internet
H. Langkah –langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan
Kegiatan Pendahuluan 5 Orientasi
menit 1. Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin
3. Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran
Apersepsi
1. Mengaitkan materi yang akan dipelajari
dengan materi yang sudah dipelajari
sebelumnya
2. Mengingatkan kembali materi prasayarat
dengan bertanya
3. Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan

46
Motivasi
1. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari – hari
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti 35 menit 1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan
metode menghitung, dilanjut peneliti
menentukan ketua kelompok.
2. Peneliti memanggil setiap ketua kelompok atau
perwakilan kelompok untuk maju kedepan,
mengambil tongkat kartu yang berisi
rangkuman dan pertanyaan, selanjutnya siswa
diminta menjawab dan mencocokan dengan
gambar yang terdapat pada papan kantong,
Disetiap papan kantong juga berisi soal.
3. Setelah menjawab dan mencocokkan tongkat
kartu ke dalam papan kantong, kemudian siswa
mengambil soal yang terdapat di papan
kantong tersebut, untuk didiskusikan bersama
anggota kelompok
4. Saat mengambil soal siswa meletakkan nama
anggota kelompok ke dalam kantong. Guru
memberikan waktu untuk berdiskusi 15 menit,
setelah selesai berdiskusi, guru meminta
kelompok untuk maju kedepan menjelaskan
secara singkat hasil dari diskusi kelompok
5. Guru memberi tongkat bintang kepada
kelompok tercepat yang menyelesaikan tugas
kelompok serta bagus saat memaparkan
penjelasan.
Penutup 5 menit 1. Memeriksa pekerjaan peserta didik
2. Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas

47
proyek untuk kerja dengan benar diberi paraf
serta diberi nomor urut peringkat, memberikan
penghargaan untuk materi pembelajaran
proklamasi kemerdekaan Indonesia kepada
kelompok yang memiliki kinerja dan kerja
sama yang baik guna memberikan contoh sikap
keterbukaan dan kejujuran disiplin yang tinggi
3. Dibawah bimbingan guru, peserta didik
menyimpulkan materi pembelajaran
4. Guru memeberi informasi kepada peserta didik
mengenai materi minggu depan
5. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
I. Penilaian
1. Tekhnik Penilaian
- Penilaian sikap : Observasi / pengamatan
- Penilaian pengetahuan : tes tertulis dan penugasan
- Penilaian keterampilan : unjuj kerja (presentasi dan
laporan)
2. Bentuk Penilaian
- Observasi : lembar pengamatan aktivitas
siswa
- Tes tertulis / penugasan : lembar kerja
- Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi

Mengetahui,
Kepala sekolah SMP N 9 Banda Banda Aceh, November
Aceh 2022

Nurdin, S.Ag, M.Pd Pita Mandaliya


19720818 199903 1 006 1906101020030

48
Lampiran 2. Soal Pre - Test
Soal Pre-Test Untuk Kelas Eksprimen
Nama :
Kelas :
Semester : II
Mata Pelajaran : IPS

1. Tindakan terpenting yang diambil oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia dalam
memanfaatkan Vacum of Power adalah...
a. Memproklamasikan kemerdekaan RI
b. Mengamankan Sekarno-Hatta ke Rengasdengklok
c. Menyelenggarakan rapat raksasa di Lapangan Ikada
d. Merumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda
2. Menjelang proklamasi kemerdekaan terjadi peristiwa Rengasdengklok yang
menunjukkan perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda
tentang....
a. Waktu pelaksanaan proklamasi
b. Siapa yang akan membacakan teks proklamasi
c. Perlu tidaknya kerjasama dengan Jepang
d. Tempat pelaksanaan proklamasi
3. Penulisan naskah proklamasi yang Outentik adalah....
a. Naskah yang ditulis tangan dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta
b. Naskah yang telah diketik dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta
c. Naskah asli yang belum diketik yang dibacakan saat proklamasi
d. Tulisan tangan Sukarno yang belum dicoret dan diubah
4. Golongan tua berpendapat bahwa proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan
lewat PPKI. Cara ini perlu dilakukan untuk....
a. Mendapat pengakuan kedaulatan dari Jepang dan minta restu
b. Memperkuat persatuan bangsa Indonesia
c. Memperlemah kekuatan Jepang di Indonesia yang telah kalah perang dan
sekutu
d. Menghindari pertumpahan darah sebab kekuatan militer Jepang di Indonesia
masih utuh

49
5. Salah satu hasil keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam
sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah….
a. Mengesahkan UUD yang dikenal dengan UUD 1945
b. Merumuskan azas tujuan bangsa Indonesia merdeka
c. Menyusun rancangan UUD oleh Panitia Hukum Dasar
d. Mengembalikan tentara Jepang ke negerinya
6. Berikut ini merupakan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia, kecuali....
a. Proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia
b. Bangsa Indànesia menjadi bangsa yang merdeka
c. Kemerdekaan merupakan akhir dan perjuangan bangsa Indonesia
d. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat
7. Maklumat Sultan Hamengku Buwono IX yang dikeluarkan pada tanggal 5
September 1945 berisi....
a. Ucapan selamat atas berdirinya negara Republik Indonesia
b. Ucapan selamat atas terpilihnya Soekarno sebagai presiden RI yang pertama
c. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono bersedia bekerja sama dengan
pemerintah RI
d. Pernyataan H.B IX bahwa kesultanan Yogjakarta merupakan bagian dan
wilayah RI
8. Tindakan heroik mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia terutama berupa....
a. Keberanian menegakkan kedaulatan Indonesia di wilayah masing-masing

b. Membentuk organisasi militer yang siap membela negara

c. Berbagai bentuk tindakan yang mengungkapkan sikap anti Jepang

d. Menggalang pembentukan organisasi pemuda radikal


9. Tujuan pemerintah RI membentuk Tentara Nasional Indonesia adalah...
a. Menyatukan TRI, barisan, dan laskar ke dalam satu organisasi tentara
b. Menggalang kekuatan melawan sekutu dan NICA
c. Mengatasi pemberontakan di berbagai daerah
d. Menanamkan semangat bela negara dalam diri rakyat.
10. Tugas utama pasukan sekutu (AFNEI) di Indonesia adalah....
a. Meredam ketegangan antara Indonesia-Belanda
b. Melucuti senjata tentara Jepang di Indonesia
c. Menjamin pasukan Belanda mendapatkan wilayah Indonesia

50
d. Mengambil alih wilayah Indonesia dari kekuasaan Jepang
11. Perjuangan rakyat Bali terkenal dengan istilah “Puputan Margarana” , yang
artinya....
a. Memobilisasi kekuatan rakyat untuk menghadapi musuh
b. Pertempuran sampai titik darah penghabisan
c. Perlawanan yang dilakukan oleh ABRI dengan rakyat
d. Nama pasukan yang gugur dalam medan pertempuran
12. Meskipun wilayah Indonesia menjadi sempit, perundingan Linggajati
menguntungkan Indonesia di forum internasional, hal ini terbukti....
a. Kesediaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
b. Dibahasnya masalah Indonesia dalam sidang PBB
c. Pengakuan kedaulatan RI dari Inggris dan Amerika
d. Mendapat bantuan militer dari Inggris
13. Tujuan perjuangan menarik dukungan intenasional di PBB adalah....
a. Memperoleh pengakuan internasional terhadap kedaulatan RI
b. Mendapatkan bantuan persenjataan untuk mempertahankan kemerdekaan
c. Menghimbau PBB untuk memberikan bantuan keuangan
d. Mengajak negara-negara lain untuk bersekutu melawan Belanda
14. Di bawah ini adalah alasan Belanda melakukan blokade terhadap Indonesia
kecuali….
a. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
b. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda
c. Untuk memudahkan masuknya tantara sekutu ke Indonesia
d. Melindungi Indonesia dari tindakan yang dilakukan oleh bukan bangsa
Indonesia.
15. Konferensi ekonomi pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada bulan Februari
1946 dengan tuju an untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu….
a. Masalah produksi, distribusi makanan dan sandang
b. Masalah persenjataan perang melawan sekutu
c. Merundingkan masalah penyelesaian Irian Barat
d. Menciptakan tenaga kerja yang terampil dalam administratif.
Sumber : Modul pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19 untuk
jenjang SMP KD. 3.4 dan KD. 4.4

51
Lampiran 3. Soal Post- Test
Soal Post-Test Untuk Kelas Eksprimen
Nama :
Kelas :
Semester : II
Mata Pelajaran : IPS

1. Tindakan terpenting yang diambil oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia dalam
memanfaatkan Vacum of Power adalah...
a. Memproklamasikan kemerdekaan RI
b. Mengamankan Sekarno-Hatta ke Rengasdengklok
c. Menyelenggarakan rapat raksasa di Lapangan Ikada
d. Merumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda
2. Menjelang proklamasi kemerdekaan terjadi peristiwa Rengasdengklok yang
menunjukkan perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda
tentang....
a. Waktu pelaksanaan proklamasi
b. Siapa yang akan membacakan teks proklamasi
c. Perlu tidaknya kerjasama dengan Jepang
d. Tempat pelaksanaan proklamasi
3. Penulisan naskah proklamasi yang Outentik adalah....
a. Naskah yang ditulis tangan dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta
b. Naskah yang telah diketik dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta
c. Naskah asli yang belum diketik yang dibacakan saat proklamasi
d. Tulisan tangan Sukarno yang belum dicoret dan diubah
4. Golongan tua berpendapat bahwa proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan
lewat PPKI. Cara ini perlu dilakukan untuk....
a. Mendapat pengakuan kedaulatan dari Jepang dan minta restu
b. Memperkuat persatuan bangsa Indonesia
c. Memperlemah kekuatan Jepang di Indonesia yang telah kalah perang dan
sekutu
d. Menghindari pertumpahan darah sebab kekuatan militer Jepang di Indonesia
masih utuh

52
5. Salah satu hasil keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam
sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah….
a. Mengesahkan UUD yang dikenal dengan UUD 1945
b. Merumuskan azas tujuan bangsa Indonesia merdeka
c. Menyusun rancangan UUD oleh Panitia Hukum Dasar
d. Mengembalikan tentara Jepang ke negerinya
6. Berikut ini merupakan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia, kecuali....
a. Proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia
b. Bangsa Indànesia menjadi bangsa yang merdeka
c. Kemerdekaan merupakan akhir dan perjuangan bangsa Indonesia
d. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat
7. Maklumat Sultan Hamengku Buwono IX yang dikeluarkan pada tanggal 5
September 1945 berisi....
a. Ucapan selamat atas berdirinya negara Republik Indonesia
b. Ucapan selamat atas terpilihnya Soekarno sebagai presiden RI yang pertama
c. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono bersedia bekerja sama dengan
pemerintah RI
d. Pernyataan H.B IX bahwa kesultanan Yogjakarta merupakan bagian dan
wilayah RI
8. Tindakan heroik mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia terutama berupa....
a. Keberanian menegakkan kedaulatan Indonesia di wilayah masing-masing
b. Membentuk organisasi militer yang siap membela negara
c. Berbagai bentuk tindakan yang mengungkapkan sikap anti Jepang
d. Menggalang pembentukan organisasi pemuda radikal
9. Tujuan pemerintah RI membentuk Tentara Nasional Indonesia adalah...
a. Menyatukan TRI, barisan, dan laskar ke dalam satu organisasi tentara
b. Menggalang kekuatan melawan sekutu dan NICA
c. Mengatasi pemberontakan di berbagai daerah
d. Menanamkan semangat bela negara dalam diri rakyat.
10. Tugas utama pasukan sekutu (AFNEI) di Indonesia adalah....
a. Meredam ketegangan antara Indonesia-Belanda
b. Melucuti senjata tentara Jepang di Indonesia
c. Menjamin pasukan Belanda mendapatkan wilayah Indonesia
d. Mengambil alih wilayah Indonesia dari kekuasaan Jepang

53
11. Perjuangan rakyat Bali terkenal dengan istilah “Puputan Margarana” , yang
artinya....
a. Memobilisasi kekuatan rakyat untuk menghadapi musuh
b. Pertempuran sampai titik darah penghabisan
c. Perlawanan yang dilakukan oleh ABRI dengan rakyat
d. Nama pasukan yang gugur dalam medan pertempuran
12. Meskipun wilayah Indonesia menjadi sempit, perundingan Linggajati
menguntungkan Indonesia di forum internasional, hal ini terbukti.....
a. Kesediaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
b. Dibahasnya masalah Indonesia dalam sidang PBB
c. Pengakuan kedaulatan RI dari Inggris dan Amerika
d. Mendapat bantuan militer dari Inggris
13. Tujuan perjuangan menarik dukungan intenasional di PBB adalah....
a. Memperoleh pengakuan internasional terhadap kedaulatan RI
b. Mendapatkan bantuan persenjataan untuk mempertahankan kemerdekaan
c. Menghimbau PBB untuk memberikan bantuan keuangan
d. Mengajak negara-negara lain untuk bersekutu melawan Belanda
14. Di bawah ini adalah alasan Belanda melakukan blokade terhadap Indonesia
kecuali….
a. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
b. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda
c. Untuk memudahkan masuknya tantara sekutu ke Indonesia
d. Melindungi Indonesia dari tindakan yang dilakukan oleh bukan bangsa
Indonesia.
15. Konferensi ekonomi pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada bulan Februari
1946 dengan tujuan untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu….
a. Masalah produksi, distribusi makanan dan sandang
b. Masalah persenjataan perang melawan sekutu
c. Merundingkan masalah penyelesaian Irian Barat
d. Menciptakan tenaga kerja yang terampil dalam administratif.
Sumber : Modul pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19 untuk
jenjang SMP KD. 3.4 dan KD. 4.4

54
Lampiran 4. Lembar Penilaian
Rubik Penilaian / Kunci Jawaban Jawaban/ Pedoman Penskoran/Penjelasan
Jawaban Kunci Jawaban
Pembahasan Soal Evaluasi
No. Kunci Skor Pembahasan
Soal
Tindakan terpenting yang diambil oleh para pejuang
kemerdekaan Indonesia dalam memanfaatkan Vacum of Power
1 A 2
adalah Memproklamasikan kemerdekaan RI karena merupakan
kesempatan emas yang sangat penting.
Peristiwa Rengasdengklok yang menunjukkan perbedaan
pandangan antara golongan tua dan golongan muda tentang
2 A 2
waktu pelaksanaan proklamasi. Golongan muda mendesak
dilaksanakan secepatnya.
3 B 2 Naskah proklamasi yang Outentik adalah naskah yang telah
diketik dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta, dengan
beberapa perubahan dari naskah klad nya oleh sayuti melik.
Golongan tua berpendapat bahwa proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dilaksanakan lewat PPKI hal ini perlu dilakukan
4 D 2
untuk menghindari pertumpahan darah sebab kekuatan militer
Jepang di Indonesia masih utuh.
Hasil keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) dalam sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 ada 3
5 A 2
keputusan, salah satunya adalah mengesahkan UUD yang
dikenal dengan UUD 1945
Yang bukan merupakan arti penting proklamasi kemerdekaan
Indonesia, adalah kemerdekaan merupakan akhir dan
6 C 2
perjuangan bangsa Indonesia, karena kemerdekaan harus
dilanjutkan dan diisi dengan pembangunan.
Maklumat Sultan Hamengku Buwono IX yang dikeluarkan
pada tanggal 5 September 1945 berisi tentang pernyataan H.B
7 D 2 IX bahwa kesultanan Yogjakarta merupakan bagian dan
wilayah RI, dan mendukung kemerdekaan Indonesia lepas dari
penjajahan Belanda.
Bentuk tindakan heroik mendukung proklamasi kemerdekaan

55
Indonesia adalah berupa keberanian menegakkan kedaulatan
8 A 2 Indonesia di wilayah masing-masing, untuk melawan
sekutu/Belanda.
Tujuan pemerintah RI membentuk Tentara Nasional Indonesia
adalah untuk menyatukan TRI, barisan, dan laskar ke dalam
9 A 2
satu organisasi tentara, yang pada awalnya merupakan laskar
pejuang kemerdekaan yang berdiri sendiri.
Ada 5 tugas utama pasukan sekutu (AFNEI) di Indonesia salah
10 B 2 satunya adalah melucuti senjata tentara Jepang di Indonesia dan
memulangkan ke negaranya
Perjuangan rakyat Bali terkenal dengan istilah “Puputan
Margarana” , yang artinya pertempuran sampai titik darah
11 B 2
penghabisan, karena lebih baik mati daripada malu hidup
terjajah kembali.
Hasil dari perundingan Linggajati menguntungkan Indonesia di
forum internasional, permasalahan sengketa Indonesia-Belanda
12 B 2
dibahas dalam sidang PBB, dan Indonesia banyak mendapat
simpati dari dunia Internasional.
Tujuan perjuangan diplomasi Indonesia adalah menarik
dukungan intenasional di PBB yakni untuk memperoleh
13 A 2
pengakuan internasional terhadap kedaulatan Republik
Indonesia.
Yang bukan menjadi alasan Belanda melakukan blokade
terhadap Indonesia memudahkan masuknya tantara sekutu ke
14 C 2
Indonesia, karena Belanda sendiri bisa masuk ke Indonesia
dengan cara membonceng tenntara sekutu.
Konferensi ekonomi pasca kemerdekaan yang dilaksanakan
pada bulan Februari 1946 dengan tujuan untuk menanggulangi
15 A 2 masalah-masalah ekonomi yang mendesak. Masalah produksi,
distribusi makanan dan sandang adalah permasalahan yang
paling mendesak bagi rakyat Indonesia saat itu.

56
Lampiran 5. Daftar Nilai
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Kelas IX-3

NO NIS NAMA SISWA L/P TANGGAL REKAP


PTS A I S
1 7414 Achmar Farzy Al Zais L 30
2 7415 Ahmad Zuwaidi L 58
3 7558 Arkan Khalil Mufazzal L 42
4 7416 Aulia Irfan Syah L 60
5 7417 Azkir Ikram L 35
6 7418 Cut Intan Adila Putri P 44
7 7587 Cut Nabila Safira P
8 7419 Cut Sherfi Anjani P 45
9 7420 Dinda Khairatul Putri P 72
10 7421 Diva Novembiyati P 70
11 7422 Fitria Mauliza P 45
12 7423 Furqan L 15
13 7424 Hauzan Nabil Hidayatullah L 30
14 7425 Ihsan Abdurahman L 15
15 7427 Liriana P 31
16 7428 M.Mirza Khan L 65
17 7429 M. raffly Fahleffy L 35
18 7430 M. ragil Setiawan L 35
19 7431 M. reza Aulia L 30
20 7432 Muhammad Fachri L 30
21 7433 Muhammad Faiz L 30
22 7559 Muhammad Andra Al Fathir L 38

57
23 7582 Nasrul Azri L 75
24 7435 Putra Fathul Ramadhan L 45
25 7436 Raisya Nabila P 60
26 7438 Rifa Humaira P 0
27 7576 Riska Ayunda P
28 7439 Rizqi Aqilla L 48
29 7440 Rut Anastasia P 80
30 7441 Safina Tunnaja P 70
31 7442 Santia Gina Khalda P 80
32 7443 Syifa Novia Hidayati T P 60
33 7437 T. Alfansyah L 48
34 7444 Zickra L 35
35 7445 Zuhra Saifahni P 55
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran IPS Banda Aceh, 10 agustus 2022

Oslen Rajagukguk, A.Md Pita Mandaliya


19640713 200701 0 016 1906101020030

58

Anda mungkin juga menyukai