Anda di halaman 1dari 33

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL

REMAJA YANG BERESIKO KEHAMILAN DI SMA NEGERI 1


KOTA BAHAGIA ACEH SELATAN

PROPOSAL

Oleh :

SISKA AYUMAIDA
2201032307

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
Nikmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Remaja yang Beresiko
Kehamilan di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Aceh Selatan”, yang merupakan Syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana Kebidanan dan Profesi Bidan di Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Sarjana Kebidanan dan Profesi Bidan
Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa proposal ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan
moril, materil dan sumbangan pemikiran, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Pendidikan Yayasan
Pendidikan dan sosial Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, SE., S.Kom., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia
4. Bd. Aida Fitria, M.Kes selaku Wakil Rektor Institusi Kesehatan Helvetia
5. Bd. Jitasari Tarigan Sibero, SST., S.Pd, M.Kes selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Bd. Novy Ramini, SST .M.Keb, selaku Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan dan
Profesi Bidan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
7. Bd. Nuriah Arma, SST., M.Keb selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu
dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal ini.
8. Sri Juliani, S.K.M., S.Keb., M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
proposal ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan membimbing penulis selama masa pendidikan.
10. Teristimewa kepada orang tua, mertua, suami, keluarga dan teman-teman tercinta
yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penelitian dalam
menyelesaikan proposal ini
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
memperbaiki dan memotivasi penulis. Akhir kata penulis ucapkan dan penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi pembaca.

Medan, Agustus 2023


Penulis

Siska Ayumaida
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian........................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis.....................................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6


2.1 PenelitianTerdahulu......................................................................................................6
2.2 Telaah Teori.................................................................................................................6
2.2.1 Remaja.......................................................................................................................6
2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja...................................................................................7
2.2.3 Pengelompokan Sosial Remaja.................................................................................8
2.2.4 Perilaku Seksual Remaja...........................................................................................8
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual...............................................8
2.2.6 Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Seks Pra Nikah Pada Remaja.........................9
2.2.7 Pendidikan Seksual......................................................................................................
2.2.8 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja...........................
2.3 Hipotesis Penelitian........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................


3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................................
3.2.1 Lokasi Penelitian
3.2.2 Waktu Penelitian.........................................................................................................
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................................................
3.3.1 Populasi Penelitian......................................................................................................
3.3.2 Sampel Penelitian........................................................................................................
3.4 Kerangka Konsep...........................................................................................................
3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran.................................................................
3.5.1 Definisi Operasional....................................................................................................
3.5.2 Aspek Pengukuran.......................................................................................................
3.6 Metode Pengumpulan Data............................................................................................
3.6.1 Jenis Data....................................................................................................................
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................
3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................................................
3.7 Metode Pengolahan Data................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan
bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Remaja dalam bahasa
Inggris disebut “adolesens” berasal dari bahasa latin yaitu “adolescere” yang berarti
tumbuh ke arah kematangan. Kematangan itu bukan hanya kematangan fisik tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase
tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial (Irianto, 2014:67).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja yang memiliki rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menaggung resiko tanpa persiapan matang. Salah satu permasalahan yang terjadi pada
masa remaja adalah perilaku seks pranikah (Kemenkes RI, 2015).
Masa remaja merupakan masa transisi mulai dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
selama masa remaja akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan, dimulai dari
tanda-tanda seks sekunder pada laki-laki maupun pada perempuan dan mulai terjadi
fertilitas dan terjadinya perubahan karena adanya perubahan regulasi neuroendokrin pada
remaja. Perilaku seksual yang dilakukan sebelum pernikahan dikenal dengan seks
pranikah. Perilaku seks pranikah merupakan gejala aktivitas atau kegiatan seksual yang
didorong oleh adanya hasrat seksual yang dilakukan sebelum adanya pernikahan baik
secara agama dan hukum (Ahiyanasari dan Nurmala, 2018).
Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang di dorong oleh hasrat seksual,
memiliki tujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual secara fisik tetapi juga
berbagai kebutuhan lain seperti afekasi, yang objeknya bisa diri sendiri, orang lain
ataupun benda tertentu (Hakim, 2011:314). Perilaku seksual yang marak sering dilakukan
oleh remaja ini memiliki dampak buruk yang dapat terjadi sari segi fisik maupun segi
psikologis. Dampak buruk yang dapat terjadi dari segi fisik antra lain terkena penyakit
menular seksual, HIV/AIDS serta kehamilan tidak diinginkan (Angela,2013).
Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab
sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua
calon orangtua bayi tersebut. Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy)
merupakan terminologi yang biasa dipakai untuk memberi istilah adanya kehamilan yang
tidak dikehendaki oleh wanita bersangkutan maupun lingkungannya (Kusmiran,
2011:36).
Hasil Survei Department Of Health & Human Services (2018) terhadap siswa sekolah
menengah didapatkan data 41% siswa pernah melakukan hubungan seksual dan hampir
230.000 bayi lahir dari remaja putri yang berusia 15-19 tahun. data BKKBN tahun 2017
didapatkan 3,2 juta remaja 15-19 tahun melakukan aborsi yang tidak aman. Tindakan
aborsi yang dilakukan remaja secara ilegal dapat membawa dampak buruk bagi remaja itu
sendiri, baik dari segi jasmani maupun psikologi.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR)
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2013
menyebutkan bahwa terdapat 52 orang remaja belum menikah dan masih menempuh
pendidikan yang mengalami kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD). Dilihat dari
pendidikannya, kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) tersebut 66,7% dialami oleh
remaja SMA dan peringkat kedua dengan presentase 24,1% remaja dalam status sebagai
mahasiswa.
Sedangkan di Indonesia sendiri, ada sekitar 4,5% remaja laki-laki dan 0,7%
perempuan usia 15-19 tahun yang mengaku pernah melakukan sekspranikah. Pada remaja
usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun
sehingga mereka beresiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat antara lain
melakukan hubungan seks pranikah (Dian, 2018). Dan Hasil Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) menunjukkan 1% remaja perempuan dan 8%
remaja laki-laki mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah, bahkan terdapat
1,1% dari remaja lakilaki kelompok usia 15-19 tahun yang mengaku melakukan
hubungan seksual pranikah ketika usianya kurang dari 13 tahun (Rezky dkk, 2018).
Hubungan seksual pranikah memiliki dampak buruk bagi remaja yaitu hamil diluar
nikah dan berefek bagi kesehatan yaitu resiko terkena penyakit menular seksual (seperti
HIV/AIDS 70%, gonore 35%, sifilis 20%, dan herpes genitalis 10%), kehamilan yang
tidak diinginkan oleh remaja putri mengakibatkan trauma kejiwaan bagi orang tua remaja
yang mengalami kehamilan diluar nikah (Julistia, 2021).
Hasil Survei Demografi Dan Kesehatan (SDKI) pada tahun 2017, dimana remaja pria
umur 15-19 tahun sekitar 3,6% dan umur 20-24 tahun sekitar 14,0%. Ada beragam alasan
remaja pria melakukan hubungan seksual, tiga alasan dengan presentase terbesar adalah
alasan saling cinta sebanyak 46,1%, penasaran/ingin tahu sebanyak 34%, dan terjadi
begitu saja sebanyak 15,4% (Wahyuni dan Fahmi, 2019).
Kurangnya pendidikan seks yang komprehensif justru akan membuat remaja lebih
tertarik penasaran dan terjerumus pada perilaku seksual yang tidak aman. Kekurangan
pendidikan seksual mengenai kesehatan seksual, penyakit menular seksual, dan alat-alat
kontrasepsi juga berperan dalam faktor perilaku seksual. Di balik itu, banyak faktor yang
dapat berhubungan dengan perilaku seksual pranikah yang berisiko pada remaja. Salah
satu faktor adalah religiusitas yang meliputi pengetahuan dan pemahaman remaja dalam
konsep-konsep keagamaan. Selain itu sikap dan interaksi antara orang tua dan anak,
secara langsung maupun tidak lansung mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Peran
orang tua turut penting dalam membangun kepribadian remaja untuk mengambil
keputusan yang bertanggung jawab termasuk isu-isu seksualitas. Pola asuh orang tua yang
minim kontrol dianggap menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku
seksual remaja (Berlian, 2017).
Hasil data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2020 diketahui
bahwa terdapat 50% remaja kota Banda Aceh melakukan seks pranikah, Sedangkan 70%
pelajar melakukan seks pranikah dan terlibat dalam pergaulan bebas. Kondisi ini
menunjukkan telah terjadi peningkatan perilaku seksual pranikah pada remaja di Aceh.
Hasil survey yang dilakukan oleh seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA)
menunjukkan 6,42% seks pranikah dilakukan oleh remaja SMA dan 12,02% oleh
mahasiswa. Data yang terbanyak melakukan seks pranikah dan terlibat dalam pergaulan
bebas di Lhokseumawe yaitu sebanyak 70% (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2020).
Berdasarkan survey awal di SMAN 1 Kota Bahagia didapatkan dari bagian kesiswaan
jumlah keseluruhan siswa/siswi adalah 224 orang, dengan jumlah siswa/I perempuan 135
orang dan jumlah siswa/i laki-laki 89 orang. Kepala sekolah mengatakan sebelumnya
siswa/i yang bersekolah di SMA tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan seks
pranikah. Pengetahuan siswa siswi mengenai seks pranikah juga sangat minim.
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja yang berisiko
kehamilan Di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual
remaja yang beresiko kehamilan di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh
Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
2. Untuk Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Sikap Dengan Perilaku Seksual
Remaja Di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
3. Untuk Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Sumber Informasi Dengan
Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh
Selatan.
4. Untuk Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku
Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Intitut Kesehatan Helvetia
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap
pembelajaran didalam pendidikan ilmu kebidanan terutama pada mata ajaran
asuhan kebidanan kehamilan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Hasil
penelitian ini nantinya dapat menjadi referensi/sumber kepustakaan serta sebagai
bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja
yang beresiko kehamilan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Untuk memberikan informasi kepada responden khususnya remaja SMA
mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja
sehingga dapat beresiko kehamilan sehingga dapat mengurangi masalah kesehatan
reproduksi pada remaja.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran perilaku seksual
pranikah dan faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah siswa di
SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan, sehingga sekolah dapat
menggunakannya sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam melakukan
langkah pencegahan perilaku seksual pranikah, pembinaan kesehatan reproduksi,
dan konseling remaja kepada siswa di sekolah.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan semua ilmu yang telah peneliti dapat selama ini
khususnya ilmu tentang penelitian ini serta yang menyangkut dan mengkaji
tentang penelitian ini yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
remaja
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu


Penelitian Avianty dengan judul Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengaan
Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kebersihan Organ Genital Di Pondok Pesantren
Darussalam Kabupaten Bogor Tahun 2020 dengan metode penelitian analitik dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor interaksi teman sebaya
(p-value = 0,030), tidak ada hubungan antara faktor sumber informasi (p-value = 0,593),
dan faktor dukungan guru (p-value = 0,625) dengan tingkat pengetahuan.
Penelitian Yuniar Lestari dengan judul Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Seksual Remaja Di Kota Padang Tahun 2016 dengan metode penelitian analitik.
Hasil analisis menunjukkan variabel yang memiliki nilai p<0,05 adalah jenis kelamin,
paparan dengan sumber informasi seksual dan sikap terhadap berbagai perilaku seksual.
Penelitian Yuspita dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
Remaja SMA Di Lampung Tahun 2019 dengan metode penelitian analitik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sumber informasi (p
value = 0,003), status pacaran (p value = 0,000) dan tidak ada pengaruh yang signifikan
antara sosial ekonomi (p value = 0,592), lingkungan sosial (p value = 0,485).

2.2 Telaah Teori


2.2.1 Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh”atau “tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai
arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
(Hakim, 2014:69).
Remaja atau “adolesence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan
hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan social dan psikologis. Masa
remaja adalah periode yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, yakni antara usia
10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
(Widyastuti,dkk 2010:10-11). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai
24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin
sedangkan menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun.
Remaja adalah Masa peralihan dari masa kanak-kanak menjelang dewasa.
Merupakan masa yang rawan dan kritis karena perkembangan emosi dan perilaku
yang masih belum stabil. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa
dilhat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja
sangat bervariasi (Endita, R.T, 2018).
Menurut Bapak psikologi remaja yaitu Stanley Hall, usia remaja berada pada
rentan 12-23 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 10-14 tahun, masa
remaja pertengahan usia 15-16 tahun, dan masa remaja akhir usia 17-20 tahun.
Menurut (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004), Masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi
pria. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir).
Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial (Irianto, 2014:67).

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja


Menurut tahap perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun) dengan ciri khas antara lain:
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktifitas seks
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a. Pengungkapan identitas diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berpikir abstrak

2.2.3 Pengelompokan Sosial Remaja


Menurut Notoatmodjo (2012) pengelompokan sosial remaja diantaranya sebagai
berikut:
1. Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib.
Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama.
Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain, meskipun kadang-kadang juga
bertengkar.
2. Kelompok Kecil
Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya
terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok Besar
Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatkan minat akan pesta dan berkencan. Karena
kelompok ini besar maka penyesuaian minat berkurang diantara anggota-
anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar antara diantara mereka.
4. Kelompok yang Terorganisasi
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan
organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak
mempunyai klik atau kelompok besar diantara mereka. Banyak remaja yang
mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika
berusia enam belas atau tujuhbelas tahun.
5. Kelompok Geng
Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas
dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng.
Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama
mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku
antisosial.

2.2.4 Perilaku Seksual Remaja


Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual, memiliki tujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual secara fisik
tetapi juga berbagai kebutuhan lain seperti afekasi, yang objeknya bisa diri sendiri,
orang lain ataupun benda tertentu, dimana ekspresi perilaku yang ditampilkan dapat
dipengaruhi oleh peran seks serta nilai tertentu yang diterima ataupun ditolak oleh
individu tersebut (Hakim, 2014:314).
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual
dengan lawan jenis. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk
menarik perhatian lawan jenis. Perilaku seksual termasuk didalamnya adalah aktivitas
dan berhubungan seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam
upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ
kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Hubungan seksual adalah kontak
seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis (Kurniawati, 2020).
Menurut Puspita (2012) terdapat beberapa tingkatan perilaku seksual remaja
ketika berpacaran yang telah menjurus pada hubungan seks bebas, yaitu tingkat
pertama (berpegangan tangan, berpelukan, mencium pipi, mencium leher). Tingkatan
kedua (ciuman bibir, meraba organ seksual dan petting) tingkatan yang ketiga
(berhubungan segama atau hubungan intim).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual


Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), faktor yang mempengaruhi perilaku
yaitu:
1. Faktor Predisposisi (Predisposisi Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal- hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, budaya/tradisi dan kepercayaan masyarakat yang dipercaya terhadap
perilaku kesehatan.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Faktor)
Faktor enabling merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin meliputi sarana dan prasarana
atau fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, mencari informasi harus
lebih aktif dalam mencari informasi melalui pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, posyandu, dokter atau bidan praktik, dan juga mencari informasi melalui
media massa seperti media internet, media cetak, media elektronik, dan media sosial.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama. Dan
juga Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan perilaku kesehatan.

2.2.6 Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Seks Pra Nikah Pada Remaja
Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja (Siregar, W dan
Handayani, 2018) :
1. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sudah mulai
berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan
dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat
perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan
banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat mereka
melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko-resiko yang dapat
terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Meningkatnya libido seksual
Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari
meningkatnya energi seksual atau libido, energy seksual ini berkaitan erat dengan
kematangan fisik.
3. Media informasi
Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual melalui media massa
yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi, video.
Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa yang
dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
4. Norma Agama
Pendidikan seks dalam Islam merupakan bagian intergral dari pendidikan akidah,
akhlak dan ibadah yang bersumber dari Al- Qur’an dan Hadist. Pendidikan seksual
tidak lepas dari tiga unsur tersebut. Keterlepasan pendidikan seksual dapat
menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seksual tersebut bahkan mungkin
akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal. Melakukan
hubungan seks di luar pernikahan yang sah berdasarkan syari’at Islam hukumnya
adalah haram, melihat dan menonton film porno atau gambar porno hukumnya adalah
haram dan berbicara yang dapat menggairahkan syahwat atau membangkitkan gairah
seks hukumnya haram (Rohayati, 2020).
5. Orangtua
Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks
dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya pengetahuan
remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting,
terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas.
6. Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis
kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak
remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja.

Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja (Miswanto, 2018) :
1. Pendidikan
Pendidikan yang rendah cenderung melakukan seks pranikah dibanding dengan yang
berpendidikan tinggi dan berprestasi.
2. Sosial ekonomi
Dengan perekonomian keluarga yang rendah cenderung remaja melakukan seks
pranikah agar pasangannya dapat memenuhi segala sesuatu yang ia butuhkan.
3. Pengaruh teman
Pengaruh teman memang sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual.

2.2.7 Pendidikan Seksual


Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti
tentang arti, fungsi serta tujuan seks, sehingga dapat menyalurkan kejalan yang legal.
Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks, karena hubungan beteri
seksual yaitu seseorang yang mempunyai keinginan seks hanya pada lawan jenisnya,
bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis tentang kehidupan
seksual saja, melainkan soal-soal psikologi, sosio-kultural, agama dan kesehatan
(Nurika, 2021).
Pendidikan seks dalam Islam merupakan bagian intergral dari pendidikan
akidah, akhlak dan ibadah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Pendidikan
seksual tidak lepas dari tiga unsur tersebut. Keterlepasan pendidikan seksual dapat
menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seksual tersebut bahkan mungkin
akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal. Melakukan
hubungan seks di luar pernikahan yang sah berdasarkan syari’at Islam hukumnya
adalah haram, melihat dan menonton film porno atau gambar porno hukumnya adalah
haram dan berbicara yang dapat menggairahkan syahwat atau membangkitkan gairah
seks hukumnya haram (Rohayati, 2020).

2.2.8 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja


Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja meliputi pengetahuan, sikap, status ekonomi, sumber informasi, teman
diluar sekolah dan pengawasan orang tua.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa ingin tahu melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan juga merupakan
domain terpenting dalam terbentuknya perilaku. Selain pengetahuan dari masyarakat,
pengetahuan, sikap dan tindakan dari tokoh masyarakat atau pemerintah mampu
menggambarkan perilaku mereka untuk mendorong masyarakat dalam upaya
pencegahan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor ˗ faktor yang
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan
pengetahuan untuk menghindari kecelakaan (Suryani, 2019).
Menurut Lufiati (2015) mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan yang
dimiliki seseorang dapat dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
1) Baik : Jika skor atau nilai ≥ 50 %.
2) Kurang : Jika skor atau nilai < 50%
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2012).
Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika orang tersebut memandang
perilaku tersebut adalah positif dan berguna bagi dirinya, akan tetapi apabila individu
tersebut memandang perilaku tersebut adalah negatif dengan kata lain tidak
bermanfaat atau bahkan merugikan, maka orang tersebut akan menolak untuk
melakukan perilaku remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi tersebut
(Suryani, 2019).
Menurut Lufiati (2015) pengukuran sikap menggunakan skala likert dengan
kriteria jawaban yaitu jika Sangat Setuju (SS) nilainya 4, Setuju (S) nilainya 3, Tidak
Setuju (TS) nilainya 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) nilainya 1. Cara pengukuran
sikap diantaranya sebagai berikut:
1) Positif : Jika skor ≥ mean
2) Negatif : Jika skor < mean
3. Sumber Informasi
Sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dan media maupun orang-
orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia memberi kemungkinan untuk
dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota. Seseorang di dalam proses
pendidikan juga memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat
bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan kesehatan
dapat lebih mengerti fakta kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan media
orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka
dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Informasi bisa didapat secara langsung maupun tidak langsung, informasi
langsung misalnya dari petugas kesehatan, teman, lingkungan, keluarga, dan
sebagainya, sedangkan informasi tidak langsung bisa didapatkan dari buku, brosur,
iklan, dan media massa lainnya. Saat ini informasi tidak langsung banyak beredar
dimasyarakat, karena mudahnya untuk mengakses internet (Suryani, 2019).
Menurut Lufiati (2015) cara pengukuran sumber informasi diantaranya
sebagai berikut:
1) Cukup : Jika skor > mean/median.
2) Kurang : Jika skor ≤ mean/median
4. Teman
Kelompok teman sebaya (peer groop) adalah sekumpulan remaja sebaya yang
memiliki hubungan erat dan saling tergantung. Jadi secara umum dapat disimpulkan
bahwa kelompok teman sebaya adalah sekelompok orang yang mempunyai tujuan
yang sama dan juga merasakan kesamaan satu dengan yang lain seperti bidang usia,
kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kolompok tersebut (Oktaviani, 2015).
Pergaulan teman sebaya memiliki dampak yang besar bagi perilaku seksual
remaja karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama temannya.
Remaja yang mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual cenderung 3
kali lebih tinggi untuk berperilaku seksual pranikah daripada remaja yang tidak
mempunyai teman yang melakukan hubungan seksual (Sianturi, 2019).
Menurut Lufiati (2015) cara pengukuran teman dalam melakukan perilaku
seksual diantaranya sebagai berikut:
1) Ada : Jika ada pengaruh dari teman
2) Tidak : Jika tidak ada pengaruh dari teman

2.3 Hipotesis Penelitian


1. Ha: Ada Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Remaja di SMA Negeri 1
Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
2. Ha: Ada Hubungan Sikap Terhadap Perilaku Remaja Di SMA Negeri 1 Kota
Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
3. Ha: Ada Hubungan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Remaja Di SMA Negeri
1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
4. Ha: Ada Hubungan Teman sebaya Terhadap Perilaku Remaja Di SMA Negeri 1
Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan
crossectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat, dimana pengumpulan data variabel dependen dan independen dilakukan
penelitian disaat yang bersamaan (Swarjana, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Bahagia yaitu di jalan T.
Raja Angkasah Desa Bukit Gadeng, Kecamatan Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui pengajuan judul, survey awal, proposal,
penelitian dari bulan Juli 2023 sampai bulan September 2023 di SMA Negeri 1 Kota
Bahagia, Kabupaten Aceh Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Di SMA Negeri 1 Kota Bahagia
Kabupaten Aceh Selatan Sebanyak 224 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti. Pengambilan
sampel menggunakan rumus Slovin.

N
n= 2
1+ N (d )

224
n= 2
1+224 (0 , 05 )

224
n=
1+225 (0,0025)
224 224
n= n=
1+0 ,56 1 ,56
n=143 ,5 orang Jadi n=144 orang

Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah kurang lebih 144
orang. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara Purposive
sampling, dengan menentukan kriteria Inklusi dan Eksklusi :
a. Kriteria Inklusi
1) Remaja kelas 1 dan II
2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi
1) Remaja kelas III
2) Tidak bersedia menjadi responden

3.4 Kerangka Konsep


Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja meliputi pengetahuan, sikap, status ekonomi, sumber informasi, teman
diluar sekolah dan pengawasan orang tua maka kerangka konsep dibatasi dalam variabel
independen dan dependen seperti pada gambar berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Sikap
Sumber Informasi Perilaku Sesksual Remaja

Teman Sebaya

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1 Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
a. Perilaku Seskual Remaja
Tindakan remaja dalam melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Variable ini
menggunakan alat ukur kuesioner, cara ukur menyebarkan kuesioner dan skala ukur
ordinal dengan hasil ukur sebagai berikut :
- Tidak melakukan (Jika nilai 10% khusus untuk pertanyaan nomor 1)
- Melakukan (Jika nilai 10% untuk pertanyaan nomor 2-10)
2. Variabel Independen
a. Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui remaja tentang perilaku sekual. Variable ini menggunakan
alat ukur kuesioner, cara ukur dengan menyebarkan kuesioner dan skala ukur ordinal
dengan hasil ukur sebagai berikut :
- Baik (Jika x ≥ 50%)
- Kurang (Jika x < 50%)
b. Sikap
Respon remaja yang berkaitan dengan perilaku seksual. Variable ini ini menggunakan alat
ukur kuesioner, cara ukur dengan menyebarkan kuesioner dan skala ukur ordinal dengan
hasil ukur sebagai berikut :
- Positif (Jika x ≥ 20)
- Negatif (Jika x < 20)
c. Sumber Informasi
Sumber yang didapat responden dalam bentuk berita atau media cetak. Variable ini
menggunakan alat ukur kuesioner, cara ukur dengan menyebarkan kuesioner dan skala
ukur ordinal dengan hasil ukur sebagai berikut :
- Ada (Jika x ≥ 5)
- Tidak ada (Jika x < 5)
d. Teman Sebaya
Pengaruh dari teman dalam perilaku seksual remaja. Variable ini menggunakan alat ukur
kuesioner, cara ukur dengan menyebarkan kuesioner dan skala ukur ordinal dengan hasil
ukur sebagai berikut :
- Ada (Jika ada pengaruh dari teman sebaya)
- Tidak (Jika tidak ada pengaruh dari teman sebaya)
3.5.2 Aspek Pengukuran

No Variabel Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Ukur Ukur
Variabel Dependen
1 Perilaku Kuesioner Menyebarkan Ordinal Tidak Melakukan
Seksual kuesioner (Jika nilai 10%
Remaja khusus untuk
pertanyaan no 1).

Melakukan ( Jika
nilai 10% untuk
pertanyaan no 2-
10)
Variabel Independen
2 Pengetahua Kuesioner Menyebarkan Ordinal Baik (Jika x ≥
n kuesioner 50%)

Kurang (Jika x <


50%)
3 Sikap Kuesioner Menyebarkan Ordinal Positif (Jika x ≥
kuesioner 20)

Negatif (Jika x <


20)
4 Sumber Kuesioner Menyebarkan Ordinal Ada (Jika x ≥ 5)
Informasi kuesioner
Tidak (Jika x < 5)
5 Teman Kuesioner Menyebarkan Ordinal Ada (Jika ada
Sebaya kuesioner pengaruh dari
teman sebaya)

Tidak (Jika tidak


ada pengaruh dari
teman sebaya)
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber daya yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peniliti untuk menjawab
pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dalam penelitian ini yaitu kuisioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada (Peneliti sebagai tangan kedua).
3. Data Tersier
Data tersier diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: jurnal,textbook, sumber
elektronik,buku-buku dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten
Aceh Selatan untuk melakukan Penelitian. Selanjutnya peneliti menemui calon responden
dan melakukan pengumpulan data dengan tahap sebagai berikut:
1. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan Penelitian ini serta
meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam Penelitian ini.
2. Peneliti mengisi lembar persetujuan responden untuk dapat ditanda tangani oleh
responden.
3. Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner, Peneliti melakukan koreksi kembali
kelengkapan jawabannya. Bila terdapat data atau jawaban yang tidak lengkap, peneliti
langsung menanyakan kembali kepada responden agar dapat diisi kembali.
4. Terakhir peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas kesediaannya
berpartisipasi dalam Penelitian yang dilakukan peneliti. Kemudian peneliti melaporkan
kembali pada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan
untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian
3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur dengan kata lain sejauh mana dari kacamata suatu alat ukur dalam mengukur suatu
data. Sebelum dilakukan penelitian yang sebenarnya dilakukan uji coba instrumendengan
melakukan validitas dan reliabilitas instrument yang bertujuanuntukmendapatkan alat
ukur yang benar-benar sahih dan handal. Untuk mengetahui validitas suatu instrument
(dalam kuesioner) dengan cara melakukan korelasi antara skor r masing-masing
pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan
adalah pearsonproduct moment correlation, dengan bantuan SPSS
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur
reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Setelah semua pertanyaan
valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabilitas jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Untuk mengetahui
reliabilitas suatu pertanyaan, dapat dilakukan dengan bantuan SPSS.

3.7 Metode Pengolahan Data


Menurut Notoatmodjo tahun 2015, data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Proses Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.
2. Proses Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar observasi
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil
yang valid dan reliabel ; dan terhindar dari bias.
3. Proses Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang
diteliti,misalnya nama responden dirubah menjadi 1,2,3,......,42.
4. Proses Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer yang
digunakan untuk “entry data” penelitiyaitu program SPSS for Windows.
5. Proses Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan
kebutuhan dari penelitian.
3.8 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel.
Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik (Swarjana,
2012).
Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan melihat
persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus Swarjana
(2015).

f
P= x 100 %
n

Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi Teramati
n = Jumlah Responden yang menjadi sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah
tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan
mengunakan uji data kategori Chi square Test ( X 2) pada tingkat kemaknaannya
adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang
bermakna secara statistik, dengan menggunakan program komputer. Melalui
perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih
kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan variabel bebas.
Aturan yang berlaku pada uji Chi-Square ( X 2 ) untuk program komputerisasi seperti
program komputer adalah sebagai berikut :
a. Bila pada tabel contigency 2x2 dijumpai e (harapan) kurang dari 5, maka
hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test.
b. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka uji yang digunakan adalah continuity correction.
c. Bila ada tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan lainlain,
maka hasil uji yang digunakan adalah pearson chi square.
d. Bila ada tabel contigency 2x3, 3x3 dan seterusnya ada sel dengan nilai
frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan
menggunakan rumus Yate’s correction continue atau Likelihood Ratio.
DAFTAR PUSTAKA

Aby, 20,9 Persen ABG Hamil di Luar Nikah, Minggu 27 Mei 2012, diakses pada tanggal 2
Maret 2016, (http://poskotanewa.com/2012/05/27/209- persenabg-hamil-di-luar
nikah/).
Anam,dkk, 2013, Permisivitas Mahasiswa dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah. Laporan Penelitian Mahasiswa, Universitas Negeri Semarang.
Andriati, 2009, Gambaran Perilaku Remaja yang Diawasi Ibu Kost dan yang Tidak Diawasi
Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah di Padang Bulan Medan. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara.
Angela, 2013, Aku Sudah Tidak Berharga, Dari Seks Pranikah ke Seks Bebas. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.02 No.02 hal 1-16 (Online) diakses pada
tanggal 4 April 2015 (http://journal.ubaya.ac.id)
Arikunto, s. 2010, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta : Rineka Cipta
Azinar, Muhammad, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Beresiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Mahasiswa (studi pada enam
perguruan tinggi Kota Semarang). Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.
Azinar, Muhammad. 2013, Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Terhadap Kehamilan Tidak
Diinginkan, Jurnal Kemas Vol 8 No.2 Hal 153-160 (Online) diakses pada tanggal 3
Maret 2015 (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kesmas/article/view/2639/2706).
Dahlan, 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika.
Green, Lawrence, Mercer, Shawna L. Precede-Proceed Model. The Gale Group Inc,
Macmillan Reference USA, New York. Gale Encyclopedia of Public Health, 2002,
Available on http://www.healthline.com/galecontent/preced-proceed-model.
Green, Lawrence W. et al. 1980, Perencanaan Pendidikan Kesehatan. Sebuah Pendekatan
Diagnosis. Edisi ke 1, Diterjemahkan oleh : Zulazmi Mandi, dkk. Jakarta: Proyek
Pengembangan FKM Departement Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Hakim el Lukman,2014, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, Riau: Zanafa Publishing.
Handayani,dkk, 2012, Perbedaan Perilaku Seksual Mahasiswa Laki-laki UNS yang Tinggal
di Kos dan Tidak Tinggal di Kos Ditinjau dari Interaksi dengan Teman Sebaya. Jurnal
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
http://kbbi.web.id/.
Irianto, Koes. 2014, Seksologi Kesehatan, Bandung: Alfabeta
Kusmiran, Eny, 2011,Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika
Lestari,dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada
Mahasiswa UNNES. (Online) Unnes Journal of Public Health 3 (4). Diakses pada
tanggal 20 Desember 2015
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/viewFile/3903/3521).
Lemeshow, Stanley, dkk, 1990, Adequacy of Sample Siza in Health Studies, England.
Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia (Online)
(http://.litbang.depkes.go.id/ucs/index.php?p=show_detail&id=616) diakses pada
tanggal 20 Mei 2015.
Kusuma, Fenomena Seks Pranikah di Kalangan Mahasiswa di Yogyakarta, 29 Juni 2012,
diakses pada tanggal 20 Agustus 2016,
(http://www.kompasiana.com/leo4kusuma/fenomena-seks-pra-nikah-dikalangan-
mahasiswa-di-yogyakarta)
Mandey,2014, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko
pada Mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Manado. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mochtar, A, 2011, Mahasiswi Bandung Melakukan Hubungan Seks di Rumah Kost,
Bandung. Diakses pada 17 Januari 2016 (http://dunia.pelajarislam.or.id).
Mutiara,dkk,2010, Gambaran Perilaku Seksual dengan Orientasi Heteroseksual Mahasiswa
Kos di Kecamatan Jatinagor-Sumedang.
KUESIONER PENELITTIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL


REMAJA YANG BERESIKO KEHAMILAN DI SMA NEGERI 1
KOTA BAHAGIA ACEH SELATAN

1. Nomor Responden :
2. Tangaal Penelitian :
3. Umur :

I. Perilaku Seksual
No Pertanyaan Pernah Tidak pernah
1 Apakah anda berpacaran?
2 Apakah Anda pernah menggandeng tangan
pacar/pasangan/ lawan jenis saat jalan berdua?
3 Apakah Anda pernah merangkul pacar/
pasangan/lawan jenis Anda?
4 Apakah Anda pernah berpelukan dengan
pacar/pasangan/lawan jenis Anda?
5 Apakah Anda pernah mencium kening atau pipi
pacar/pasangan/lawan jenis Anda?
6 Apakah Anda pernah mencium bibir atau leher
dan sekitarnya pacar/ pasangan/lawan jenis Anda?
7 Apakah Anda pernah meraba payudara, paha, dan
organ kelamin pacar/ pasangan/lawan jenis Anda?
8 Pernahkan Anda melakukan onani atau
masturbasi ketika ada hasrat seks setelah
mendapat sebuah rangsangan dari luar (menonton
film/ video)
9 Pernahkan Anda menempelkan/ menggesek
gesekan alat kelamin Anda kepada
pacar/pasangan/lawan jenis Anda dengan
memakai atau tidak memakai pakaian?
10 Pernahkan Anda melakukan hubungan suami/istri
(intercourse)?
Sumber: Kurniawati (2018)
II. Pengetahuan
Berilah tanda cheklist ( √ ) pada pertanyaan yang menurut Anda benar!
No Pertanyaan Benar Salah
1 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,
mental, dan sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi
2 Haid atau menstruasi dan mimpi basah adalah tanda pada
remaja yang mengalami akil baliq
3 Seorang perempuan dapat hamil hanya dengan sekali
melakukan hubungan seksual (intercourse)
4 Pemakaian alat kontasepsi (kondom) diperbolehkan pada
remaja yang belum menikah, untuk menghindari kehamilan
5 Aborsi bisa dilakukan asalkan adanya persetujuan oleh
pasangan remaja secara diam-diam
6 Seks bebas dan berganti-ganti pasangan tidak
menyebabkan penyakit seksual dan gangguan-
gangguannya
7 Hubungan seksual (intercourse) diperbolehkan pada
pasangan yang belum menikah tetapi sama-sama ingin
pasangan yang belum menikah tetapi sama-sama ingin
8 Hubungan seksual (intercourse) pranikah dapat berakibat
kehamilan
9 Hubungan seksual (intercourse) pranikah sangat berbahaya
bagi sistem reproduksi
10 Berpacaran dapat mengakibatkan Hubungan seksual
(intercourse) pranikah
Sumber: Kurniawati (2018).
III. Sikap
Keterangan
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Tindakan remaja puteri dan putera melakukan
menonton, jalan bersama, berpegangan tangan, dan
berciuman pipi, diperbolehkan
2 Seorang remaja tidak boleh melakukan hubungan
seksual (intercourse) sebelum menikah
3 Informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi tidak
penting bagi remaja putri
4 Hubungan seksual merupakan suatu cara untuk
mengungkapkan rasa cinta pada sang pacar
5 Menurut saya seksual pranikah seperti berciuman
bibir, saling bersentuhan dibagian tertentu
6 Menurut saya jika tanda ungkapan cinta harus
dibuktikan dengan berciuman dan melakukan
hubungan seksual
7 Berpacaran tidak boleh melakukan hubungan seksual
8 Selama pacaran saya dan pacar saya berkomitmen
untuk tidak melakukan seks pranikah apapun
bentuknya
9 Pendidikan dan konseling tentang kesehatan
reproduksi dibutuhkan di sekolah
10 Menurut saya, batasan pacaran adalah sampai
berpegangan tangan saja
Sumber: Kurniawati (2018).
IV. Sumber Informasi
Darimana Anda mendapatkan informasi tentang pornografi?
a. Televisi
b. Radio
c. Surat kabar
d. Pamplet
e. Spanduk
f. Internet
g. Iklan
h. Majalah
i. Brosur
j. Teman

V. Teman
Apakah Anda pernah melakukan seksual pranikah akibat pengaruh teman luar
sekolah?
a. Ada
b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai