LAPrak PRORAD Dinding Penahan Radiasi
LAPrak PRORAD Dinding Penahan Radiasi
PROTEKSI RADIASI
KODE MATA KULIAH : FIN202
NIM : 413231123
Kelas : 2H/ 6
METODOLOGI
Obyek pelvis
Tipe ICS-331B/R01282
Faktor Kalibrasi 1
Halaman 1 dari 12
2.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran radiasi pada beberapa titik di
labolatorium RSKI Univertas Airlangga. Pengukuran dilakukan pada :
1. Pintu operator dengan jarak 0,3m(A) dan 1m (B)
Pada pengukuran yang dilakukan didapatkan radiasi latar keduanya
menunjukan angka 0. Kemudian setelah dilakukan eksposi didapatkan
radiasi oleh surveymeter, pada 0,3m dan 1m sama-sama menunjukan
angka 0µSv/h artinya tidak ada radiasi yang diterima. Laju dosis radiasi
yang diterima pada kedua jarak adalah 0 mR/h
2. Gap kaca tengah dengan jarak 0, 3m(C) dan 1m (D)
Pada pengukuran radiasi latar dengan kedua jarak sama-sama
menunjukan angka 0 µSv/h. Kemudian setelah dilakukan eksposi
bacaan pada surveymeter menunjukan angka 0,5µSv/h pada jarak 0,3m
dan. Pada jarak 1m surveymeter menunjukan angka 0,3 µSv/h. Laju
dosis radiasi yang diterima pada jarak 0,3 m adalah 5 x 10-2 mRv/h dan
pada jarak 1m laju dosis yang diterima adalah 3 x 10-2 mR/h
3. Gap pintu pasien dengan jarak 0, 3m(E) dan 1m (F)
Halaman 2 dari 12
Pada pengukuran radiasi latar dengan kedua jarak, didapatkan hasil 0
µSv/h. Kemudian setelah dilakukan eksposi, bacaan radiasi yang
diterima olehh surveymeter adalah 0,2 µSv/h pada jarak 0,3m. pada
jarak 1m surveymeter juga membaca radiasi yang didapatkan 0,2
µSv/h. Laju dosis radiasi yang diterima pada jarak 0,3m dan 1m adalah
sama yaitu 2x10-2 mR/h
4. Tembok bolong dekat lemari dengan jarak 0,3 cm(G)
Pada pengukuran radiasi latar, surveymeter menunjukan angka 0
µSv/h. Kemudian setelah melakukan eksposi hasil yang dibaca oleh
surveymeter dengan jarak 0,3 m adalah 0,1 µSv/h. Laju dosis radiasi
yang diterima adalah 3 x 10 -2 mR/h
5. Ruang audiovisual dengan jarak 0,3m (H) dan 1m (I)
Pada pengukuran radiasi latar di ruang audiovisual terbaca 0 µSv/h
oleh surveymeter. Setelah dilakukan eksposi, pada jarak 0,3m dan 1m
surveymeter tidak menangkap adanya radiasi.
6. Ruang ibadah dengan jarak 0,3m (J) dan 1m (K)
Pada langkah ini arah paparan sinar x diarahkan langsung ke dinding
dengan phantom. Pada pengukuran radiasi latar pada ruang audiovisual
surveymeter menunjukan angka 0 µSv/h. Kemudian setelah dilakukan
eksposi pada jarak 0,3m surveymeter menunjukan angka 0 µSv/h.
Sedagakan pada jarak 1m surveymeter membaca radiasi sebesar 0,2
µSv/h. Laju dosis radiasi pada ruang ibadah pada jarak 0,3 m adalah 0
mR/h. sedangkan pada jarak 1 m laju dosis radiasinya adalah 2 x 10-2
mR/h.
Petugas proteksi radiasi memiliki nilai Nilai Pembatas Dosis (NPD). NPD atau
Nilai Pembatas dosis merupakan nilai dosis individual yang digunakan untuk
membatasi pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan dalam proses
mengoptimalkan proteksi radiasi di suatu fasilitas. Dalam sudut pandang paparan kerja,
pembatas dosis yang ditetapkan untuk tahap operasi dapat diartikan sebagai level yang
dijadikan penanda besarnya dosis yang umumnya diterima oleh pekerja radiasi di suatu
fasilitas pada kondisi operasional normal (kurnasih, 2017). Petugas Proteksi Radiasi
Laboratorium Radiografi telah menetapkan Nilai Pembatas Dosis (NPD) pekerja
Halaman 3 dari 12
radiasi adalah ¼ Nilai Batas Dosis (NBD) dan bagi masyarakat adalah 3/10 NBD
(BAPETEN, 2013).
Nilai Pembatas Dosis (NPD) pekerja radiasi adalah ¼ Nilai Batas Dosis (NBD).
Diketahui dalam 1 tahun nilai NBD pekerja radiasi adalah 20mSv, maka nilai maksimal
NPD pekerja radiasi adalah ¼ nilai NBD artinya 5mSv/tahun. Artinya dalam seminggu
pekerja radiasi maksimal menerima nilai NPD 0,5 mSv/minggu. Kemudian dalam
rentang waktu 3 bulan 1,25mSv. Sedangkan pada masyarakat umum nilai NPD nya
adalah 3/10 NBD dimana nilai NBD nya adalah 1mSv/tahun. Artinya nilai NPD nya
adalah 0,3 mSv/tahun. Apabila dirubah dalam satuan mSv/minggu adalah 0,1
mSv/minggu. Kmudian dalam rentang 3 bulan adalah 0,075 mSv. Berdasarkan perka
BAPETEN No 8 tahun 2011 tentang keselamatan sumber radiasi batas dosis untuk
pekerja radiasi 0,5 mSv/minggu dan masyarakat 0,1 mSv/ minggu (BAPETEN, 2011)
Di United Kingdom, laju dosis ekuivalen pada pekerja radiasi yang
direkomendasikan adalah <7.5 µSv/h dan <0.75µSv/h bagi masyarakat. Sedangkan
BAPETEN merekomendasikan <2.5µSv/h pada pekerja radiasi dan <0.25µSv/h bagi
masyarakat. Perbedaan ini menyatakan bahwa peraturan dosis radiasi di Indonesia lebih
ketat. Berdasarkan data-data hasil praktikum diatas, dosis radiasi yang didapatkan
masih jauh dari nilai batas dosis yang sudah ditetapkan BAPETEN.
Tiga prinsip proteksi radiasi yang direkomendasikan oleh Komite Internasional
untuk Proteksi Radiasi (International Committee on Radiological Protection, ICRP)
adalah justifikasi, optimisasi, dan limitasi.
Justifikasi: Setiap kegiatan yang mungkin mengakibatkan paparan
radiasi harus dilakukan hanya jika manfaatnya lebih besar dibandingkan
akibatnya.
Optimisasi: Kemungkinan timbulnya paparan radiasi harus ditekan
serendah mungkin, dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial.
Limitasi: Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam
menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah
ditetapkan.
Dalam penerapannya dinding radiasi berkontribusi pada prinsip limitasi. Karena
dinding radiasi mengurangi nilai dosis radiasi yang diterima dan kemudian juga dapat
memaksimalkan nilai batas dosis radiasi yang telah ditetapkan.
Halaman 4 dari 12
Penting untuk mematuhi peraturan keselamatan radiasi yang dibuat oleh
lembaga seperti NCRP, BIR, KEMENKES, dan Perka BAPETEN. Menurut pedoman
yang ditetapkan oleh lembaga tersebut, ini mencakup penelitian tentang ketebalan
perisai sinar-X. Selain itu, saat merancang ruang radiografi harus mempertimbangkan
hal-hal seperti tata letak ruangan di sekitarnya dan beban kerja yang dilakukan oleh
karyawan yang terpapar radiasi. Hal ini termasuk membuat jarak yang aman antara
tabung sinar-X dan area eksposur radiografi serta menggunakan double shielding untuk
mengurangi paparan radiasi yang tidak diinginkan ke ruang di sekitarnya. Meskipun
demikian, sangat penting untuk memberikan peringatan yang jelas tentang bahaya
radiasi di dalam ruangan instalasi radiologi, serta untuk menyediakan dosimeter pribadi
seperti TLD untuk memantau tingkat paparan radiasi seseorang selama pekerjaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran radiasi di Laboratorium RSKI
Universitas Airlangga, dapat disimpulkan bahwa dosis radiasi yang diterima pada
berbagai titik pengukuran masih berada dalam batas yang aman sesuai dengan nilai-
nilai yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan implementasi peraturan
keselamatan radiasi yang ketat serta upaya proteksi radiasi yang efektif di lingkungan
laboratorium radiografi. Meskipun demikian, penting untuk terus mematuhi peraturan
keselamatan radiasi yang berlaku dan melakukan pemantauan secara berkala terhadap
paparan radiasi yang dialami oleh para pekerja radiasi. Prinsip-prinsip proteksi radiasi
seperti justifikasi, optimisasi, dan limitasi juga perlu terus diterapkan untuk memastikan
bahwa paparan radiasi tetap berada dalam batas yang aman bagi kesehatan manusia.
Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya kesadaran akan keselamatan
radiasi serta perlunya upaya yang berkelanjutan dalam melindungi individu dari
paparan radiasi yang berpotensi membahayakan..
Halaman 5 dari 12
4.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah saat melakukan
praktikum sebaiknya memperhatikan prosedur yang sudah diberikan pada modul.
Selain itu pada modul praktikum sebaiknya diberikan Langkah-langkah secara urut dan
terperinci. Kemudian dikarenakan praktikum ini dilakukan secara Bersama-sama,
sebaiknya dilakukan koordinasi antar teman untuk siapa yang mencatat dan melakukan
praktikum serta dilakukan secara bergantian agar semua bisa mengerti Langkah-
langkah praktikum yang dilakukan.
Halaman 6 dari 12
DAFTAR PUSTAKA
Halaman 7 dari 12