Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PROTEKSI RADIASI
KODE MATA KULIAH : FIN202

Efektivitas Dinding Penahan Radiasi Ruangan Radiografi

Nama : Margie Suryanatha

NIM : 413231123

Kelas : 2H/ 6

Waktu Praktikum : Kamis , 14 Maret 2024 (09.00-10.00 WIB)

Tempat Praktikum : Laboratorium RSKI

Dosen Pengampu : Ayub Manggala Putra,S.Tr.Kes,M.Sc

DIV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari praktikum Efektivitas Dinding Penahan Radiasi Ruangan Radiografi pada kegiatan ini yaitu:

1. Melakukan tata cara pengukuran laju paparan.


2. Mengevaluasi efektivitas dinding penahan radiasi di ruang pesawat sinar-X radiografi.

1.2 DASAR TEORI


Radiologi merupakan ilmu cabang kedokteran yang betujuan melihat bagian tubuh manusia dengan
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang. Radiologi dibagi menjadi dua, yaitu radioagnostik dan
radioterapi. Penempatan rumah sakit di suatu daerah yang sudah diusahakan se-strategis mungkin dengan
pemukiman penduduk daerah tersebut harus juga diimbangi dengan perhatian khusus terhadap aspek
keselamatan masyarakat sekitar (Trikasjono, et al., 2015). Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor
8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional, rumah sakit yang menyediakan pemeriksaan menggunakan pesawat sinar-X harus
memperhitungkan denah ruangan yang meliputi ukuran, bahan, dan ketebalan dinding ruangan (BAPETEN,
2011).
Menurut Permenkes nomor 24 tahun 2020 ketentuan dinding unit pelayanan radiologi adalah dua
bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma
gram per sentimeter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2
mm (dua milimeter) timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak
melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun). Setiap sambungan lapisan timbal
(Pb), dipasang tumpang tindih/overlapping. Finishing dinding non porosif, anti bakteri/jamur dan tahan
terhadap bahan kimia. Warna dinding cerah, tidak silau (KEMENKES, 2020).
Nilai Batas Dosis yang selanjutnya disingkat NBD adalah Dosis terbesar yang diizinkan oleh
BAPETEN yang dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu
tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat Pemanfaatan Tenaga Nuklir (BAPETEN,
2013). Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam Ketentuan ini bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui,
seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian, karena setiap penyinaran yang
tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Nilai Batas yang
ditetapkan dalam ketentuan ini dimaksudkan sebagai dasar untuk merancang prosedur kerja, mendisain
sistem proteksi yang diinginkan, untuk menentukan efisiensi tindakan proteksi dan cara kerja, serta untuk
menentukan luas dan sifat tindakan kesehatan yang perlu diberikan kepada seseorang. Nilai Batas Dosis yang
ditetapkan dalam ketentuan ini adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seseorang pekerja
radiasi selama jangka waktu setahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna maupun
interna, tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. NBD pekerja
radiasi dan masyarakat umum berbeda. NBD bagi pekerja radiasi telah ditetapkan 20 mSv/tahun dan untuk
masyarakat 1mSv/h (BAPETEN, 2013)
BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Sinar-X Radiografi
2. Dosimeter Perorangan
3. Surveymeter
4. Body Phantom
5. Mistar
6. Apron Timbal
7. Lembar pencatatan hasil
8. Kamera Dokumentasi.

2.2 LANGKAH KERJA


1. Lakukan persiapan peralatan yang digunakan pada praktikum Eefektivitas
Dinding Penahan Radiasi Ruang Pesawat Sinar-X Radiografi.
2. Gunakan dosimeter perorangan
3. Periksa surveymeter serta pelajari cara penggunaanya
4. Lakukan dua Pengukuran berikut :
a. Pengukuran 1 Radiasi Dinding Primer (Tanpa Body Phantom)
1) Atur arah tabung tegak lurus bucky-stand dengan Focus-to-film
Distance (FFD) 100cm dengan lapangan kolimasi dibuka maksimal.
2) Atur parameter penyinaran pada console dengan nilai kVp dan mAs maksimal
penggunaan normal.
3) Identifikasi titik-titik pengukuran berupa lokasi dan jarak dari sumber berkas utama.
4) Gunakan Alat Pelindung Diri.
5) Arahkan surveymeter pada jarak 30 cm dari titik-titik pengukuran
yang di tetapkan (luar dinding)
6) Lakukan Ekspose pada titik-titik yang di tetapkan.
7) Rekam nilai yang muncul pada surveymeter.
5. Lakukan pencatatan data praktikum.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1. Data Obyek Penghambur dan Alat Ukur


Tegangan Tabung (kVp) 85

Arus Tabung-waktu (mAs) 16

Waktu Eksposi (ms) 50ms

Focus-Film Distance (cm) 100

Obyek pelvis

Ketebalan (cm) 19,5 cm

Nama Alat Ukur Surveymeter gamma


Merk aloka

Tipe ICS-331B/R01282

Tanggal Kalibrasi 10 juli 2023


Tanggal Kadaluarsa Kalibrasi 10 juli 2024

Faktor Kalibrasi 1

Tabel 2. Data Titik Pengukuran


Jarak
Titik Lokasi Keterangan
(m)
pintu operator 0,3 m Depan
A
B pintu operator 1m Depan
C Gap kaca tengah 0,3m Depan
D Gap kaca tengah 1m Depam
E Gap pintu pasien 0,3m Depan
F Gap pintu pasien 1m Depan
G Tembok bolong dekat lemari 0,3m Depan
H Ruang audiovisual 0,3m Depan
I Ruang audiovisual 1m Depan
J Ruang ibadah 0,3m Depan
K Ruang ibadah 1m Depan
Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Tanpa Phantom
Radiasi Hasil Bacaan Hasil Bacaan
Laju Paparan
Titik Background Surveymeter Sebenarnya
(µSv/h)
(µSv/h) (µSv/h) (µSv/h)
A 0 0 0 0
B 0 0 0 0
C 0 0,5 0,5 0,5
D 0 0,3 0,3 0,3
E 0 0,2 0,2 0,2
F 0 0,2 0,2 0,2
G 0 0,1 0,1 0,1
H 0 0 0 0
I 0 0 0 0
J 0 0 0 0
K 0 0,2 0,2 0,2
Keterangan : Hasil Bacaan Sebenarnya = Hasil Bacaan Surveymeter 
Faktor Kalibrasi; Laju Paparan = Hasil Bacaan Sebenarnya – Radiasi
Background.

Halaman 1 dari 12
2.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran radiasi pada beberapa titik di
labolatorium RSKI Univertas Airlangga. Pengukuran dilakukan pada :
1. Pintu operator dengan jarak 0,3m(A) dan 1m (B)
Pada pengukuran yang dilakukan didapatkan radiasi latar keduanya
menunjukan angka 0. Kemudian setelah dilakukan eksposi didapatkan
radiasi oleh surveymeter, pada 0,3m dan 1m sama-sama menunjukan
angka 0µSv/h artinya tidak ada radiasi yang diterima. Laju dosis radiasi
yang diterima pada kedua jarak adalah 0 mR/h
2. Gap kaca tengah dengan jarak 0, 3m(C) dan 1m (D)
Pada pengukuran radiasi latar dengan kedua jarak sama-sama
menunjukan angka 0 µSv/h. Kemudian setelah dilakukan eksposi
bacaan pada surveymeter menunjukan angka 0,5µSv/h pada jarak 0,3m
dan. Pada jarak 1m surveymeter menunjukan angka 0,3 µSv/h. Laju
dosis radiasi yang diterima pada jarak 0,3 m adalah 5 x 10-2 mRv/h dan
pada jarak 1m laju dosis yang diterima adalah 3 x 10-2 mR/h
3. Gap pintu pasien dengan jarak 0, 3m(E) dan 1m (F)

Halaman 2 dari 12
Pada pengukuran radiasi latar dengan kedua jarak, didapatkan hasil 0
µSv/h. Kemudian setelah dilakukan eksposi, bacaan radiasi yang
diterima olehh surveymeter adalah 0,2 µSv/h pada jarak 0,3m. pada
jarak 1m surveymeter juga membaca radiasi yang didapatkan 0,2
µSv/h. Laju dosis radiasi yang diterima pada jarak 0,3m dan 1m adalah
sama yaitu 2x10-2 mR/h
4. Tembok bolong dekat lemari dengan jarak 0,3 cm(G)
Pada pengukuran radiasi latar, surveymeter menunjukan angka 0
µSv/h. Kemudian setelah melakukan eksposi hasil yang dibaca oleh
surveymeter dengan jarak 0,3 m adalah 0,1 µSv/h. Laju dosis radiasi
yang diterima adalah 3 x 10 -2 mR/h
5. Ruang audiovisual dengan jarak 0,3m (H) dan 1m (I)
Pada pengukuran radiasi latar di ruang audiovisual terbaca 0 µSv/h
oleh surveymeter. Setelah dilakukan eksposi, pada jarak 0,3m dan 1m
surveymeter tidak menangkap adanya radiasi.
6. Ruang ibadah dengan jarak 0,3m (J) dan 1m (K)
Pada langkah ini arah paparan sinar x diarahkan langsung ke dinding
dengan phantom. Pada pengukuran radiasi latar pada ruang audiovisual
surveymeter menunjukan angka 0 µSv/h. Kemudian setelah dilakukan
eksposi pada jarak 0,3m surveymeter menunjukan angka 0 µSv/h.
Sedagakan pada jarak 1m surveymeter membaca radiasi sebesar 0,2
µSv/h. Laju dosis radiasi pada ruang ibadah pada jarak 0,3 m adalah 0
mR/h. sedangkan pada jarak 1 m laju dosis radiasinya adalah 2 x 10-2
mR/h.

Petugas proteksi radiasi memiliki nilai Nilai Pembatas Dosis (NPD). NPD atau
Nilai Pembatas dosis merupakan nilai dosis individual yang digunakan untuk
membatasi pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan dalam proses
mengoptimalkan proteksi radiasi di suatu fasilitas. Dalam sudut pandang paparan kerja,
pembatas dosis yang ditetapkan untuk tahap operasi dapat diartikan sebagai level yang
dijadikan penanda besarnya dosis yang umumnya diterima oleh pekerja radiasi di suatu
fasilitas pada kondisi operasional normal (kurnasih, 2017). Petugas Proteksi Radiasi
Laboratorium Radiografi telah menetapkan Nilai Pembatas Dosis (NPD) pekerja

Halaman 3 dari 12
radiasi adalah ¼ Nilai Batas Dosis (NBD) dan bagi masyarakat adalah 3/10 NBD
(BAPETEN, 2013).
Nilai Pembatas Dosis (NPD) pekerja radiasi adalah ¼ Nilai Batas Dosis (NBD).
Diketahui dalam 1 tahun nilai NBD pekerja radiasi adalah 20mSv, maka nilai maksimal
NPD pekerja radiasi adalah ¼ nilai NBD artinya 5mSv/tahun. Artinya dalam seminggu
pekerja radiasi maksimal menerima nilai NPD 0,5 mSv/minggu. Kemudian dalam
rentang waktu 3 bulan 1,25mSv. Sedangkan pada masyarakat umum nilai NPD nya
adalah 3/10 NBD dimana nilai NBD nya adalah 1mSv/tahun. Artinya nilai NPD nya
adalah 0,3 mSv/tahun. Apabila dirubah dalam satuan mSv/minggu adalah 0,1
mSv/minggu. Kmudian dalam rentang 3 bulan adalah 0,075 mSv. Berdasarkan perka
BAPETEN No 8 tahun 2011 tentang keselamatan sumber radiasi batas dosis untuk
pekerja radiasi 0,5 mSv/minggu dan masyarakat 0,1 mSv/ minggu (BAPETEN, 2011)
Di United Kingdom, laju dosis ekuivalen pada pekerja radiasi yang
direkomendasikan adalah <7.5 µSv/h dan <0.75µSv/h bagi masyarakat. Sedangkan
BAPETEN merekomendasikan <2.5µSv/h pada pekerja radiasi dan <0.25µSv/h bagi
masyarakat. Perbedaan ini menyatakan bahwa peraturan dosis radiasi di Indonesia lebih
ketat. Berdasarkan data-data hasil praktikum diatas, dosis radiasi yang didapatkan
masih jauh dari nilai batas dosis yang sudah ditetapkan BAPETEN.
Tiga prinsip proteksi radiasi yang direkomendasikan oleh Komite Internasional
untuk Proteksi Radiasi (International Committee on Radiological Protection, ICRP)
adalah justifikasi, optimisasi, dan limitasi.
 Justifikasi: Setiap kegiatan yang mungkin mengakibatkan paparan
radiasi harus dilakukan hanya jika manfaatnya lebih besar dibandingkan
akibatnya.
 Optimisasi: Kemungkinan timbulnya paparan radiasi harus ditekan
serendah mungkin, dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial.
 Limitasi: Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam
menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah
ditetapkan.
Dalam penerapannya dinding radiasi berkontribusi pada prinsip limitasi. Karena
dinding radiasi mengurangi nilai dosis radiasi yang diterima dan kemudian juga dapat
memaksimalkan nilai batas dosis radiasi yang telah ditetapkan.

Halaman 4 dari 12
Penting untuk mematuhi peraturan keselamatan radiasi yang dibuat oleh
lembaga seperti NCRP, BIR, KEMENKES, dan Perka BAPETEN. Menurut pedoman
yang ditetapkan oleh lembaga tersebut, ini mencakup penelitian tentang ketebalan
perisai sinar-X. Selain itu, saat merancang ruang radiografi harus mempertimbangkan
hal-hal seperti tata letak ruangan di sekitarnya dan beban kerja yang dilakukan oleh
karyawan yang terpapar radiasi. Hal ini termasuk membuat jarak yang aman antara
tabung sinar-X dan area eksposur radiografi serta menggunakan double shielding untuk
mengurangi paparan radiasi yang tidak diinginkan ke ruang di sekitarnya. Meskipun
demikian, sangat penting untuk memberikan peringatan yang jelas tentang bahaya
radiasi di dalam ruangan instalasi radiologi, serta untuk menyediakan dosimeter pribadi
seperti TLD untuk memantau tingkat paparan radiasi seseorang selama pekerjaan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran radiasi di Laboratorium RSKI
Universitas Airlangga, dapat disimpulkan bahwa dosis radiasi yang diterima pada
berbagai titik pengukuran masih berada dalam batas yang aman sesuai dengan nilai-
nilai yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan implementasi peraturan
keselamatan radiasi yang ketat serta upaya proteksi radiasi yang efektif di lingkungan
laboratorium radiografi. Meskipun demikian, penting untuk terus mematuhi peraturan
keselamatan radiasi yang berlaku dan melakukan pemantauan secara berkala terhadap
paparan radiasi yang dialami oleh para pekerja radiasi. Prinsip-prinsip proteksi radiasi
seperti justifikasi, optimisasi, dan limitasi juga perlu terus diterapkan untuk memastikan
bahwa paparan radiasi tetap berada dalam batas yang aman bagi kesehatan manusia.
Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya kesadaran akan keselamatan
radiasi serta perlunya upaya yang berkelanjutan dalam melindungi individu dari
paparan radiasi yang berpotensi membahayakan..

Halaman 5 dari 12
4.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah saat melakukan
praktikum sebaiknya memperhatikan prosedur yang sudah diberikan pada modul.
Selain itu pada modul praktikum sebaiknya diberikan Langkah-langkah secara urut dan
terperinci. Kemudian dikarenakan praktikum ini dilakukan secara Bersama-sama,
sebaiknya dilakukan koordinasi antar teman untuk siapa yang mencatat dan melakukan
praktikum serta dilakukan secara bergantian agar semua bisa mengerti Langkah-
langkah praktikum yang dilakukan.

Halaman 6 dari 12
DAFTAR PUSTAKA

BAPETEN, 2011. Keselamatan radiasi dalam penggunaan Penggunaan Pesawat Sinar-X


Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2011.
BAPETEN, 2013. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR.
PERKA BAPETEN, Volume 16, p. 4.
KEMENKES, 2020. PELAYANAN RADIOLOGI KLINIK. Permenkes nomor 24 tahun
2020, p. 38.
kurnasih, e., 2017. PENETAPAN PEMBATAS DOSIS DAN PERANANNYA DALAM
UPAYA OPTIMISASI. seminar keselamatan nuklir.
Trikasjono, Hanifasari & Suhendro, 2015. Analisis Paparan Radiasi Lingkungan Ruang
Ruang Radiologi si Rumah Sakit dengan Progam Delhi. Jurnal Teknologi Elektro, Volume
III, p. 6.
T, T., K, H. & B, S., 2015. Analisis Paparan Radiasi Lingkunagan Ruang Radiologi di
Rumah Sakit dengan Program Delphi. Jurnal Teknologi Elektro, Volume VI, p. 3.

Halaman 7 dari 12

Anda mungkin juga menyukai