Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BACA

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

WA ODE MUTIARA A1N122092

MUH. IRHAM RAMADHAN M A1N122O84

WA SANARIA A1N122096

ATIKA A1N123002

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan strategi dan memberikn kontribusi yang
sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia(SDM) yang berkualitas.
Melalui proses pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan
mempunyai sumber daya manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif
dan produktif yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian sangat diperlukan dalam era global dan
era desenntralilsasi sekarang SDM suatu daerah dapat membangun daerahnya sendiri
dan bersaing secara nasional dan global.
Pada era globalisasi dan era informasi dengan tingkat persaingan yang sangat
ketat ini maka pembangunan bidang pendidikan, mutlak harus terus menerus
ditingkatkan dan disempurnakan baik kualitas tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana serta lebih-lebih penyempurnaan yang berkaitan
dengan dengan sistem penyelenggaraan pendidikannya, khususnya manajemen dan
penyelenggaran proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada sekolah untuk
mengembangkan program pengembangan sekolah( School Development)
berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, serta memberdayakan sekolah secara lebih
optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga diharapkan sekolah
akan lebih cepat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya masing-
masing.
Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu
lulusannya, pada dasarnya masi ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor structural
maupun non structural. Faktor structural mencakup: komiitmen politik pemerintah
daerah dan peran pemerintah kabupaten dan kota( Dinas Pendidikan) dalam penataan
dan pembinaan kelembagaan, peraturan pemerintah daerah tentang pendidikan,
kemampuan pemerintah daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarkat daerah
akan pendidikan, kurikulum dan keuangan sekolah(anggaran belanja yang tersedia
untuk pendidikan). Faktor structural ini pada dasarnya adalah kemauan politik
pimpinan daerah terhadap pendidikan, semakin tinggi komitmen politik pemerintah
daerah terhadap pendidikan semakin besar kemungkinan MBS memberikan
kontribusi bagi perbaikan dan peningkatan mutu.

B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


1. Pengertian
MBS adalah suatu konsep dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan diletakan pada tempat yang paling dekat dengan
terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada
hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
sekolah diberikan kepada sekolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang
paling memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang
sekolah adalah sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang harus dikembangkan oleh
sekolah dan aspek apa yang harus diperkuat untuk meningkatkan mutu sekolah adalah
sekolah itu sendiri.
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternatife pengelolaan
sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai adanya kewenangan
pengambilan keputusan yang lebih luas ditingkat sekolah, serta partisipasi masyarakat
yang relatif tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Kondisi ini
menurut sekolah harus memiliki kepekaan dan kecermatan dalam mengidentifikasi
tentang berbagai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sekolah serta berbagai
aspek yang perlu peningkatan.
Dalam konteks sekolah maka Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya
mengembangkan manajemen sekolah secara menyeluruh dengan penekanan pada
komponen-komponen tertentu. Manajemen berbasis sekolah yang sudah di
implementasikan sejak tahun 1999 diproritaskan pada tiga(3) pilar yaitu Manajemn,
PAKEM, dan peran serta Masyarakat. Sejalan dengan Permeniknas Nomor 19 Tahun
2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan
Menengah, maka pelaksaan MBS dikembangkan menjadi tujuh (7) komponen, yaitu
1) kurikulum dan kegiatan pembelajaran, 2) peserta didik, 3) pendidik dan tenaga
kependidikan serta pengembangannya, 4) sarana dan prasaran, 5) keuangan dan
pembiayaan, 6) hubungan sekolah dan masyarakat, dan 7) budaya dan lingkungan
sekolah.

2. Tujuan dan Manfaat


Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya. Sekolah tentunya sangat paham dengan
situasi, kondisi serta potensi yang dia miliki secara pasti.
2. Meningkatkan kepeulian warga sekolah dan masyarkat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah.
3. Meningktkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua murid, masyarakat,
pemerintah dan unsur lainnya tentang mutu pelayanan di sekolah serta mutu
sekolah itu sendiri.
4. Meningkatkan suasana kompetisi yang sehat dan positif antar sekolah tentang
penyelenggaraan sekolah yang bermutu dan mutu sekolah yang dapat dicapai oleh
masing-masing sekolah.
Sedangkan manfaat yang akan diperolah oleh lembaga pendidikan/ sekolah
dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar
sekolah dapat mengoptimalkannya sesuai prioritas program serta kebutuhan
sekolahnya masing-masing.
2. Manajemen berbasis sekolah mengupayakan penyelenggaraa sekolah, khususnya
pelayanan pembelajaran yang lebih baik dan bermutu bagi siswa.
3. Memberikan kesempatan bagi sekolah meningkatkan kinerja staf secara optimal
dan fleksibel.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat secara lebih mendalam dan komprehensif
karena mereka terlibat langsung dalam setiap kebijakkan yang diambil sekolah
secara bersama-sama.
5. Dengan adanya kewenangan pengelolaan sumber daya, sekolah dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru sehingga mereka dapat
berkonsetrasi penuh dalam pelaksaan tugas mengajarnya.
6. Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah mengembangkan kurikulum
secara luas, guru di dorong berinovasi dengan melakukan berbagai pembaruan
cara dan metode pembelajaran, sehingga dapat mempercepat peningkatan mutu
hasil belajar.

C. Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan, artinya segala sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan di
sekolah, dilakukan secara terbuka dengan sumber daya yang ada di sekolah,
mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, komite sekolah, orang tua
murid, dan siswa.
2. Kebersamaan, artinya dalam mengimplementasikan manajemen berbasis
sekolah, maka harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua komponen
sekolah , dengan demikian maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung
jawab bersama pula.
3. Berkelanjutan, artinya manajemen berbasis sekolah dilakukan secara
berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian pimpinan sekolah.
4. Menyeluruh, artinya aktivitas yang perlu dilakukan dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah adalah mencakup semua kegiatan yang
mempunyai kontribusi bagi keberhasilan pencapaian tujuan sekolah.
5. Pertanggungjawaban, artinya manajemen berbasis sekolah harus dapat
dipertanggung jawabkan tidak hanya pada atasan sekolah, tetapi harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
6. Demokratis, artinya semua keputusan dan kebijakan yang diambil sekolah, baik
menyangkut aspek administrtif atau edukatif merupakan hasil musyawarah
semua komponen sekolah.
7. Kemandirian sekolah, artinya sekolah harus memulai sedikit demi sedikit untuk
tumbuh dan berkembang secara mandiri atas dasar kemampuan dan potensinya,
tidak menggantungkan diri pada orang atau lembaga lain dalam memajukan
sekolah.
8. Berorientasi pada mutu, artinya apapun jenis kegiatan yang akan dilakukan,
yang menjadi dasar pertimbangan adalah sejauhmana kegiatan tersebut
menunjang pada percepatan peningkatan mutu sekolah.
9. Pencapaian standar miniml, artinya sekolah mempunyai standar minimal yang
harus di capai untuk selanjutnya secara bertahap dan mencapai standar yang
lebih tinggi.
10. Pendidikan untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama
memperoleh pendidikan.

D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik


Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya didasarkan pada self
determination theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau kelompok
orang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau
kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan
apa yang telah diputuskan dan melibatkan diri dan kelompoknya. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat tumbuhnya rasa memiliki (self belongness) seseorang atau
kelompok orang terhadap apa yang mereka putuskan. Karena itu dalam MBS
pemberdayaan semua warga sekolah dengan peningkatan partisipasi dan kepedulian
mereka terhadap sekolah merupakan hal yang sangat strategis untuk ditumbuh
kembangkan. Dengan demikian semua orang akan peduli dan merasa memiliki
sekolah sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Manajemen berbasis sekolah bergerak kearah keseimbangan (re balancing)
struktur kekuasaan, penciptaan birokrasi yang kecil dan efektif, transfes
pengembalian keputusan dan sumber daya dari kontrol pemerintah ke institusi
dimana proses pendidikan tersebut dilaksanakan.
Di negar-negara maju reformasi pendidikan khususnya reformasi manajemen
pendidikan selama 40 tahun terakhir terus berporos pada model desentralisasi,
seperti di Amerika yang sudah mulai sejak tahun 1960-an gerakan reformasi
manajemen pendidikan.
Konsep manajemen berbasis sekolah apabila kita cermati dari referensi
tampak berawal dari referensi tentang desentralisasi seperti:
a. The new progressive era(tahun 1960) yang diungkapkan para ahli manajemen
pendidikan seperti Neale, fullman, mclaughlin, bruce joyce.
b. School effectiveness studies (1970-an), yang dikembangkan beberapa ahli
seperti: Edmunds, Brookover, Cohen, Cuban dan Austin
c. National Report (1980-an) seperti diungkap oleh Bell, Wood dan Sizer yang
menekankan pemberayaan sekolah.
d. Publich School by Choice, sebagai produk dari para pakar dari Universitas
Minnesota dan lowa.
Seiring dengan konsep desentralisasi pendidikan ini, telah dilakukan uji coba
pemberdayaan sampai pada tingkat sekolah, yaitu melalui manajemen berbasis
sekolah/sekolah inovasi. Pendekatan ini pada dasarnya memberikan otonomi yang
luas kepada sekolah untuk mengembangkan program pengembangan sekolah (school
Development) berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, memberdayakan sekolah
secara lebih optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga
diharapkan sekolah akan lebih cepat dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya masing-masing.

E. Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah


Agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dapat dilaksanakan secara
optimal, harus didukung oleh berbagai cara, yaitu:
1. Adanya dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
sekolah seperti: masyarakat dan orang tua murid, pemerintah daerah kabupaten/
kota dan bahkan dunia usaha serta LSM yang peduli terhadap kemajuan
pendidikan di sekolah.
2. Lembaga pendidikan mempunyai kemampuan dalam inovasi atau pembaruan,
sehingga segala aktivitasnya akan selalu dapat menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan masyarakat.
3. Pendidikan di sekolah mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat, artinya
masyarakat memperoleh sesuatu yang berharga dengan keterlibatannya pada
aktivitas sekolah, berharga bagi dirinya, anaknya atau bagi kehidupan
masyarakat secara umum.
4. Pelayanan pendidikan dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal
dengan memperhtikan perbedaan individu. Ini berarti sekolah harus
memperhatikan prinsip individual defferences dalam proses pembelajaran anak
di sekolah.
5. Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya, artinya visi sekolah
mendapat dukungan dari lingkungan sosial, dengan demikian sekolah pada saat
merumuskan visi, misi dan strategi perlu melibatkan berbagai pihak agar dapat
merumuskan visi yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat.
6. Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target
yang di tetapkan.
 Indikator Keberhasilan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan MPMBS di sekolah, maka
pendekatan sistem merupakan cara yang tepat sebagai pemandu. Dalam pendekatan
sistem yaitu melihat dari sisi input, proses dan out-put.
a. Input
Dari sisi input, yang diharpkan maka indicator keberhasilan implementasi
manajemen berbasis sekolah mencakup aspek:
1. Prestasi akademik(Academic achievement) seperti: nilai hasil ujian akhir
sekolah, lomba karya ilmiah, lomba bidang studi, berpikir kritis, kreatif,
rasional, ilmiah, dan penalaran yang baik.
2. Prestasi non akademik(non academic achievement) seperti: ketakwaan,
keingintahun yang tinggi, kejujuran, kerja sama yang baik, solidaritas yang
tinggi, kedisplinan, kerajinan, olahraga, kesenian, kepramukaan dan sebagainya.
b. Proses
Dari sisi proses, sekolah yang berhasil mengaplikasikan manajemen berbasis
sekolah dari sisi proses dapat dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut:
1. Dari sisi proses, sekolah yang berhasil mengaplikasikan manajemen berbasis
sekolah dari sisi proses dapat dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut:
a. Pemberdayaan peserta didik yang tinggi dalam proses pembelajaran.
b. Pembelajaran yang menekankan pada internalisasi tentang apa yang di
ajarkan.
c. Pembelajaran yang menekankan pada keinginan mengetahui bukan
menghafal (learning to know).
d. Pembelajaran yang melibatkan semua aspek potensi dari diri siswa
seperti mental, sosial dan fisik(learning to do)
e. Pembelajaran yang menanamkan kebersamaan sebagai bekal untuk
hidup bersama ditengah masyarakat ( leraning to live together)
f. Pembelajaran yang menekankan siswa untuk menjadi dirinya sendiri
(learning to be)
2. Kepemimpinan sekola yang tangguh (kuat), dalam arti kepemimpinan yang
kuat dalam mengoordinasikan, menggerakan sumber daya sekolah serta
menyerasikan semua sumber daya sekolah yang ada pada suatu tujuan yang
sama yaitu peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
3. Lingkungan yang aman dan tertib, hal ini dapat diamati secara nyata pada
kondisi sekolah yaitu yang mencakup keadaan sebagai berikut:
a. Kebersihan ruangan kelas, sehingga mendukung kenyamanan belajar
siswa dan kenyamanan guru dalam mengajar.
b. Kebersihan lingkungan sekolah, termasuk kamar mandi dan WC baik
WC guru maupun WC siswa.
c. Adanya ketertiban yang ditunjang oleh aturan dan tata tertib sekolah yang
berfungsi secara optimal.
d. Keamanan dalam mengajar bagi guru dan belajar dari siswa, oleh sebab
itu berfungsinya penjaga sekolah(satpam kalau ada)secara optimal
merupakan petunjuk dalam kriteria ini.
e. Berkembangnya budaya akademik yang tinggi dilingkungan sekolah
yang ditunjukkan adanya kemauan yang kuat dari para siswanya untuk
selalu belajar dilingkungan sekolah.
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Dalam indikator ini mencakup
beberapa hal pokok yang diamati yaitu:
a. Merencanakan kebutuhan dan pendayaagunaan tenaga di sekolah sesuai
dengan kompetensinya masing-masing.
b. Mengembangkan profesionalisasi tenaga secara terus-menerus secara
berkelanjutan dan terporgram melalui berbagai kegiatan baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
c. Adanya penilaian dan profil kinerja tenaga di sekolah yang dilakukan
secara objektif dan terjadwal.
d. Adanya sistem penghargaan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
di sekolah yang dapat mendorong mereka termotivasi untuk berprestasi.
e. Administrasi kepegawaian yang lengkap, baik dan akurat (pendataan)
berbasis sistem informasi.
5. Sekolah memiliki budaya mutu: hal yang dapat diamati sebagai indicator
keberhasilan MBS dalam aspek ini adalah, adanya kebiasaan yang
berkembang di lingkungan sekolah dalam pelaksaan aktivitas yang selalu
mendasarkan pada pemberian pelayanan yang bermutu, budaya
profesionalisme dengan iklim kondusif akademis (academic culture)
6. Kerja sama yang kompak dan cerdas serta dinamis, yang ditandai oleh:
a. Komunikasi yang baik dan harmonis semua warga sekolah.
b. Kerja sama yang di dasari oleh saling pengertian dan kesediaan menerima
perbedaan pendapat.
c. Iklim kerja yang memberikan kepuasan kepada semua warga sekolah
7. Kemandirian, dalam aspek ini keberhasilan sekolah dalam mengaplikasikan
manajemen berbasis sekolah dapat dilihat sejauhmana sekolah memiliki
kemampuan untuk:
a. Tidak selalu meminta petunjuk kepada atasan dalam berekreasi
mengembangkan sekolah menuju sekolah yang bermutu dalam
memberikan pelayanan kepada peserta didik.
b. Menggalang dan mengusahakan kebutuhan dana bagi penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
c. Mengembangkan sekolah baik sarana maupun prasarana berdasarkan
upaya sekolah
8. Partisipasi yang tinggi warga sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini dapat
diamati dari:
a. Keikutsertaan masyarakat, orangtua murid, stakeholders, tokoh
masyarakat dalam berbagai aktivitas sekolah seperti rapat, pesta sekolah,
pembagian raport dan sebagainya.
b. Semakin besarnya dukungan dana yang diberikan masyarakat dalam
membantu penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
c. Semakin bertanggungjawabannya masyarakat dalam menjalankan fungsi
dan peranannya dalam komite sekolah/ dewa sekolah.
d. Komitmen yang tinggi dari masyarakat menjalankan kebijakan sekolah
yang diputuskan bersama antara masyarakat, komite sekolah atau dewan
sekolah dan warga sekolah secara bersama-sama.
9. Keterbukaan manajemen. Indikator ini dapat diamati dari beberapa hal yang
ditunjukkan oleh warga sekolah seperti:
a. Semua warga sekolah mengetahui apa dan bagaimana kebijakan
pengembangan sekolah yang akan dijalankan.
b. Warga sekolah mengetahui dari mana dan berapa sumber dana yang
digunakan untuk pengembangan sekolah.
10. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk selalu berubah.
11. Evaluasi yang berkelanjutan. Hal ini dapat diamati dari indicator ada atau
tidaknya:
a. Evaluasi terhadap progress semua kegiatan sekolah secara berkala,
misalnya setiap bulan, semester atau tahunan.
b. Evaluasi terhadap kinerja sekolah secara berkala misalnya setiap bulan,
semester atau tahunan.
c. Profil kinerja sekolah baik yang menyangkut profil kompetensi guru,
staf maupun profil pencapaian target akademik dan non akademik
misalnya setiap bulan, semester atau tahunan.
12. Akuntabilitas yang mantap. Indicator ini dapat diamati dari sejauh mana
sekolah telah menyiapkan berbagai laporan yang dapat dipertnggung
jawabkan secara horizontal (kepada guru-guru, orang tua murid/masyarakat)
dan laporan secara vertical ( atasan langsung) lengkap, akurat dan tepat
waktu.
13. Sustainabilitasi yang terjamin, indicator keberhasilan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah sekolah dari aspek ini merupakan jaminan
bahwa kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan akan
terus dapat dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa di ganggu oleh
terjandinya pergantian kepemimpinan sekolah, kepemimpinan
komite/dewan sekolah dan sebagainya.

c. Input Pendidikan
Dari segi input pendidikan, sekolah yang berhasil dalam
mengimplemntasikan manajemen berbasis sekolah dapat dilihat dari
beberapa indicator-indikator sebagai berikut:
1. Memiliki visi misi, kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
2. Sumber daya tersedia dan siap.
3. Staf yang kompeten dan komitmen tinggi.
4. Harapan prestasi yang tinggi.
5. Faktor pada pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai