Anda di halaman 1dari 18

Isian Substansi Proposal

SKEMA Pemberdayaan Berbasis Masyarakat


RUANG LINGKUP PEMBERDAYAAN KEMITRAAN MASYARAKAT
Petunjuk: Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian

A. Pendahuluan
Pendahuluan dijelaskan tidak lebih dari 1.000 kata dengan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,15 yang berisi uraian
sebagai berikut:
1. analisis situasi dan permasalahan mitra yang akan diselesaikan.
Uraian analisis situasi dibuat secara komprehensif agar dapat menggambarkan secara lengkap kondisi mitra baik dari
segi potensi wilayah maupun masyaraka dan permasalahan. Analisis situasi dijelaskan dengan berdasarkan kondisi
eksisting dari mitra/masyarakat yang akan diberdayakan, didukung dengan profil mitra dengan data dan gambar
yang informatif. Khususnya untuk mitra yang bergerak di bidang ekonomi dan belajar berwirausaha, kondisi eksisting
mitra sasaran dibuat secara lengkap hulu dan hilir sedapat mungkin dalam bentuk data terkuantifikasi.
2. Uraikan tujuan pelaksanaan kegiatan dan kaitannya dengan MBKM, IKU, dan fokus pengabdian kepada
masyarakat.
3. Lain – lain yang dianggap perlu.

1. Analisis situasi
Desa Tebat Pulau termasuk desa perhutanan sosial kawasan KPHL Bukit Daun Kabupaten Rejang
Lebong, terletak di Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, dengan luas
wilayah 1070 Hektar. Jarak dari Desa ke Ibu kota Kecamatan 3 KM, jarak dari Desa ke Ibukota
Kabupaten 6 KM. Adapun batas-batas wilayah Desa Tanjung Dalam, adalah:
a. Sebelah Barat : HL. Bukit Daun
b. Sebelah Timur : HPT Bukit Basah
c. Sebelah Selatan : Desa Tanjung Dalam
d. Sebelah Utara : Desa Tebat Tenong Dalam
Wilayah Desa Tebat Pulau berupa daratan dengan topografi perbukitan dan lembah yang sebagian besar
dimanfaatkan sebagai lahan perhutanan sodial dengan komoditas utama Kopi dan 90 % berupa perairan
yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan persawahan sebesar 10%.
Perhutanan sosial menitikberatkan pada pemberian akses kelola dan peningkatan kapasitas usaha yang
terfokus pada hutan sebagai pemberi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Manfaat utama dari
program ini yaitu tercapainya kelestarian ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuannya untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, memenuhi kepentingan umum, dan meningkatkan kualitas
lingkungan.
Penelitian (1) Abdil (2017) menjelaskan bahwa masyarakat desa hutan cenderung miskin menahun
karena keterbatasan terutama pada aspek pendidikan. Akibatnya, masyarakat melakukan penjarahan
hutan secara masif dan terencana (2)(Sanjaya. 2019). Masyarakat desa hutan tidak mempunyai pilihan
lain untuk bertahan dari kemiskinan selain melakukan tindakan ilegal yang dapat merusak hutan.
Pengelolaan perhutanan sosial berperan besar dalam mengentaskan angka kemiskinan, walaupun tidak
secara signifikan dan dominan. Hal ini bisa terjadi, karena terciptanya lapangan kerja baru yang
mengakibatkan pendapatan semakin meningkat. Selain itu, dengan adanya kolaborasi juga dapat
meningkatkan social capital (kepercayaan, kebersamaan, partisipasi, dan jejaring) masyarakat sehingga
membawa dampak sosial yang positif. Adanya pemberdayaan masyarakat secara optimal dan terarah,
maka hutan dapat terjamin kelestariannya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa faktor
yang dapat menghambat pengelolaan perhutanan sosial, seperti tingkat pendidikan masyarakat yang telah
dikemukakan oleh (3)Yulita (2019) dalam penelitiannya, juga perubahan perilaku dan persepsi
masyarakat menilai keberadaan hutan (Rahut 2016)).
Pada kawasan KPHL Bukit Daun Kabupaten Rejang Lebong, Masyarakat sudah merebut ruang kelola
dengan skema pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang sudah mendapatkan IUPHKm (Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan) pada tahun 2015 yang tergabung dari 5 desa dengan 5
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) dan 17 KTH (kelompok Tani Hutan) salah satunya adalah
Desa Tebat Pulau yang saat ini masih terus mengelola kawasan HKm dengan luasan lahan 527,97 Ha
yang terdiri dari 8 KTH (Kelompok Tani Hutan) dengan komoditi utamanya adalah tanaman Kopi yang
dikombinasikan dengan tanaman HHBK seperti pala, kemiri, durian, nangka, pinang, aren, jengkol dan
lain-lain yang juga sebagai tanaman pelindung Kopi.
Tanaman Kopi (Coffea canephora) merupakan salah satu komoditas Tropis utama yang perdagangkan di
seluruh dunia. Sebagai penghasil kopi terbesar dunia setelah Brazil dan Vietnam Indonesia memproduksi
sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia. Sementara itu permintaan pasar dunia akan
Kopi setiap tahun terus meningkat. Bengkulu merupakan salah satu Provinsi yang menghasilkan kopi
terbanyak, namun pemasarannya belum maksimal dan harus di pasarkan ke provinsi lain seperti lampung
dan pulau Jawa.
Menurut Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2018 (BPS, 2022), rata-rata produksi kopi perkebunan rakyat
di Rejang Lebong pada tahun 2018 adalah 725,37 Kg. Berdasarkan nilai ini, diperkirakan produksi kopi
di Desa Tebat Pulau mencapai 580.240 kg atau 580,2 ton. Selain itu, panen buah selang di Desa Tebat
Pulau untuk satu periode berkisar antara 20.000 - 24.000 kg atau 20 - 24 ton (BPS Provinsi Bengkulu,
2022). Dengan demikian petani kopi Gapoktan HKm Tri Setia yang berada di desa Tebat Pulau sudah
dipastikan akan menghasilkan ± 6000 ton / tahun, bahkan akan berlipat ganda. Melihat potensi yang besar
ini mestinya usaha tersebut dapat memberikan peningkatan ekonomi bagi petani hutan tersebut. Akan
tetapi, potensi tersebut belum bisa dioptimalkan dengan baik, karena manajemen tata kelola kelembagaan
dan bisnis yang dijalankan belum tertata dan terlembaga dengan baik akibat dari minimnya transfer
pengetahuan dan teknologi serta sistem pemasaran yang tidak terintegrasi.
Kondisi lingkungan dan program perhutanan sosial Gapoktan HKm Tri Setia perlu didukung dengan
adanya pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan yang terstruktur dan masif. Pemberdayaan
masyarakat merupakan sebuah program peningkatan pengetahuan dan teknologi agar masyarakat desa
mampu memanfaatkan suberdaya yang dimiliki untuk kemajuan desa. Pemberdayaan dapat meliputi
kelembagaan, pendidikan, ekonomi, teknologi, kesehatan dan lain sebagainya. Masyarakat desa dapat
menentukan sendiri program prioritas yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya.
Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan. Hakikat
pemberdayaan itu sendiri adalah pengembangan kapasitas, dimana terdiri atas kapasitas manusia,
kapasitas usaha, kapasitas lingkungan dan kapasitas kelembagaan.
2. Permasalahan Mitra

Pertama, Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau mempunyai persoalan mendasar mengenai
kapasitas pengetahuan dan pemanfaatan teknologi anggotanya yang rendah. Dibuktikan dengan
tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP). Atas fakta tersebut kami berencana
akan mendirikan Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial. Rumah Belajar ini menjadi penting untuk
upaya peningkatan kapasitas manusia, usaha, lingkungan dan kelembagaan. Pemberdayaan
masyarakat melalui Rumah Belajar tidak semata menjadi alat atau sarana untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Akan tetapi bagaimana masyarakat turut berperan aktif menjaga
kelestarian lingkungan sekitarnya agar tetap dapat menjadi sumber penghidupan mereka (Bhandari,
2017). Selain itu, konsep pengelolaan berkelanjutan dapat diartikan bahwa masyarakat melakukan
kegiatan ekonomi dengan mengelola hutan namun tetap bertanggung jawab menjaganya agar
terhindar dari kerusakan yang dapat menjadi ancaman bagi kehidupan dan kegiatan keseharian
mereka sendiri (Kainyande, 2022). Rumah Belajar Petani perhutanan Sosial Desa Tebat Pulau juga
berfungsi dalam mempermudah petani berkonsultasi, melatih dan membimbing, sehingga transfer
pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan secara terstruktur, masif, dan berkelanjutan.

Hasil analisis menggunakan software Publish and Perish yang dilanjutkan dengan VosViewer selama
10 tahun terakhir belum ada program Rumah Belajar untuk petani perhutanan sosial.
Gambar 1 Hasil Analisis Program Rumah Belajar 10 Tahun Terakhir Menggunakan software
VosViewer

Gambar 1 menunjukkan bahwa program Rumah Belajar bagi petani perhutanan sosial belum pernah
dilakukan, sehingga atas dasar kebutuhan petani Desa tebat Pulau, gap analisis, dan fakta ilmiah
tersebut memperkuat rencana kami untuk membangun Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial
pertama di Indonesia.

Kedua, Potensi agroforestri kopi Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau sangat besar karena
tidak kurang dari 6000 ton/tahun bahan baku kopi yang dihasilkan dari desa ini. Namun, hal tersebut
belum mampu dimanfaatkan secara optimal. Sangat diperlukan pendampingan dalam manajemen
proses bisnis yang berbasis digital dan teknologi sehingga tertata dengan baik dan mudah dikontrol.

Teknologi telah berkembang dengan pesat, pada dasarnya teknologi yang telah diciptakan bertujuan
untuk mempermudah kegiatan yang kita lakukan. Hingga saat ini Gapoktan HKm Tri Setia Desa
Tebat Pulau belum dapat memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Hal tersebut disebabkan mutu
dan keterampilan dari sumber daya manusia yang ada di Desa tersebut belum memadai. Untuk
memanfaatkan teknologi dengan tepat, sumber daya manusia yang ada harus ditingkatkan mutunya
dengan diberikan informasi, pengetahuan dan pelatihan untuk menjalankan proses bisnis Gapoktan
HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau yang masih kacau tersebut, menuntut pendampingan yang kontinu
(Feng, 2020).

Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau memiliki 2 permasalahan dalam aspek pemasaran, yaitu
branding yang belum maksimal serta proses pemasaran yang masih dilakukan secara konvensional.
Kedua permasalahan tersebut membutuhkan solusi sehingga mampu mempengaruhi konsumen
untuk memilih produk kopi Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau dibandingkan produk
lainnya dan mampu menarik segmen pasar yang lebih luas.

Sumberdaya manusia desa menjadi persoalan dalam hal ini, tetapi mereka bisa dilatih dengan
pendampingan intensif, ditunjuk dari bebrapa anggota Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau
tersebut untuk dilatih secara khusus mengembangkan pemasaran digital bagi Gapoktan HKm Tri
Setia.

3. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan (MBKM, IKU)

Tujuan pemberdayaan masyarakat ini mencakup:

a. Pembangunan Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat
Pulau sebagai pusat transfer pengetahuan dan penguatan kelembagaan.
b. Meningkatkan kesadaran terhadap produk-produk Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau di
kalangan masyarakat lokal dan luas, dengan menggunakan pendampingan pemasaran terintegrasi
untuk mengoptimalkan saluran pemasaran online dan offline.
c. Melibatkan mahasiswa dalam program Magang Berbasis Kredit Perguruan Tinggi (MBKM)
untuk membangun Desa berbasis kewirausahaan perhutanan sosial sebagai pencapaian Indikator
Kinerja Utama (IKU).
4. Fokus pengabdian kepada masyarakat

Berdasarkan tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah disebutkan, fokus dari
pengabdian masyarakat yang akan kami lakukan sebagai berikut:
1) Pembangunan Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat
Pulau sebagai Media Transfer of Knowledge dan Penguatan Kelembagaan:
1) Membangun infrastruktur kelengkapan berupa Rumah Belajar (in kind) dari mitra yang
berfungsi sebagai pusat transfer pengetahuan dan keterampilan bagi petani perhutanan sosial.
2) Mengembangkan program-program pelatihan dan pendidikan di Rumah Belajar untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas petani dalam bidang perhutanan
sosial.
3) Memperkuat kelembagaan Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau melalui penguatan
manajemen, kepemimpinan, dan kerjasama antar anggota untuk meningkatkan efektivitas
organisasi.
2) Meningkatkan Kesadaran Terhadap Produk-produk Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat
Pulau:
1) Membangun strategi pemasaran terintegrasi yang mencakup pemasaran online dan offline
untuk meningkatkan visibilitas dan aksesibilitas produk-produk Gapoktan HKm Tri Setia.
2) Melakukan pendampingan dalam pengembangan branding, kemasan produk, dan strategi
harga yang sesuai dengan pasar lokal maupun pasar luas.
3) Mengorganisir kegiatan promosi dan sosialisasi produk-produk Gapoktan HKm Tri Setia
Desa Tebat Pulau di kalangan masyarakat lokal maupun luas.
4) Mengevaluasi efektivitas strategi pemasaran yang telah dilakukan dan melakukan perbaikan
serta penyesuaian sesuai dengan hasil evaluasi tersebut.
Dengan fokus pada dua tujuan tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat diarahkan untuk
membangun kapasitas dan memperkuat posisi serta potensi ekonomi masyarakat lokal, sambil juga
mempromosikan keberlanjutan lingkungan dan sosial melalui praktik perhutanan sosial yang adaptif.

B. Permasalahan dan Solusi

1. Permasalahan Prioritas
Permasalahan prioritas maksimum terdiri atas 500 kata dengan font times new roman ukuran 12 dengan spasi 1.15 yang
berisi uraian yang akan ditangani minimal 2 (dua) bidang/aspek kegiatan untuk setiap mitra sasarannya. Uraikan
permasalahan prioritas tersebut dalam poin-poin permasalahan sesuai kesepakatan dengan mitra sasaran dan dilengkapi
dengan sub permasalahan masing-masing yang akan diberikan solusi.
Untuk masyarakat produktif secara ekonomi, maka permasalahan prioritasnya meliputi bidang produksi, manajemen usaha
dan pemasaran (hulu hilir usaha).
Untuk kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi (masyarakat umum) maka permasalahannya sesuai
dengan kebutuhan kelompok tersebut, seperti peningkatan pelayanan, peningkatan ketenteraman masyarakat,
memperbaiki/membantu fasilitas layanan dalam segala bidang, seperti bidang sosial, budaya, ekonomi, keamanan,
kesehatan, pendidikan, hukum, dan berbagai permasalahan lainnya secara komprehensif. Prioritas permasalahan dibuat
secara spesifik dan harus mendapatkan persetujuan mitra sasaran.
1. Permasalahan Prioritas
d. Aspek 1: Kapasitas pengetahuan masyarakat dalam mempercepat tercapainya tujuan perhutanan
sosial yaitu hutan lestari masyarakat sejahtera (Transfer of knowledge and technology)
Belum terdapat wadah atau lembaga pendidikan yang berada di desa yang berkonsentrasi dan
berkelanjutan mendampingi petani perhutanan sosial untuk mengoptimalisasikan potensi
sumberdaya alam mereka, yang muaranya pada peningkatan kesejahteraan
Salah satu masalah yang dihadapi dalam melakukan pembangunan petani perhutanan sosial Desa
Tebat Pulau adalah belum terdapat wadah atau lembaga pendidikan yang berada di desa yang
berkonsentrasi dan berkelanjutan mendampingi petani perhutanan sosial untuk
mengoptimalisasikan potensi sumberdaya alam mereka, yang muaranya pada peningkatan
kesejahteraan.
Menurut Rosmaladewi (2021), Pembangunan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi
beragam masalah sosial yang terjadi ataupun untuk mengembangkan potensi apa yang dimiliki
suatu desa. Pembangunan sering dikaitkan dengan pemerintah, padahal dalam pembangunan juga
diperlukan partisipasi dari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Walaupun program yang
dirancang pemerintah sudah sangat bagus tetapi tanpa partisipasi masyarakat maka hanya menjadi
program pembangunan semata alias tidak ada hasilnya.
e. Aspek 2 : Pemasaran yang masih dilakukan secara konvensional.
Permasalah selanjutnya yang dihadapi oleh Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau saat ini
berada di hilir yaitu pemasaran, mereka bisa memproduksi kopi kemasan dengan cita rasa yang
unik namun terkendala pada proses pemasaran, mulai dari branding yang belum maksimal serta
proses pemasaran yang masih dilakukan secara konvensional, kedua permasalahan tersebut
dibuktikan dengan belum digunakannya berbagai macam platform guna menguatkan identitas
serta sebagai media pemasaran dan promosi dari produk kopi register lima.
Guna mendukung Program Prioritas (PP) Pengentasan Kemiskinan pada Prioritas Nasional 3:
Meningkatkan SDM yang Berkualitas dan Berdaya Saing , dan fokus pada aspek
pemasaran/promosi, permasalahan yang dialami oleh Gapoktan HKm Tri Setia Desa Tebat Pulau
dapat diatasi dengan menerapkan omnichannel marketing untuk menarik segmen pasar yang
lebih luas.

2. Solusi
Solusi permasalahan maksimum terdiri atas 1.500 kata dengan font times new roman ukuran 12 dengan spasi 1.15 yang
berisi uraian semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra sasaran. Deskripsi
lengkap bagian solusi permasalahan memuat hal-hal berikut.
a. Tuliskan semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra secara sistematis
sesuai dengan prioritas permasalahan. Solusi harus terkait betul dengan permasalahan prioritas mitra.
b. Tuliskan target luaran yang akan dihasilkan dari masing-masing solusi tersebut baik dalam segi produksi maupun
manajemen usaha (untuk mitra ekonomi produktif/mengarah ke ekonomi produktif) atau sesuai dengan solusi spesifik
atas permasalahan yang dihadapi mitra dari kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi/sosial.
c. Setiap solusi mempunyai target penyelesaian luaran tersendiri/indikator capaian dan sedapat mungkin terukur atau
dapat dikuantitatifkan dan tuangkan dalam bentuk tabel.
d. Uraian hasil riset tim pengusul atau peneliti yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, akan memiliki
nilai tambah.

a. Solusi yang ditawarkan


1. Membentuk Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial Desa Tebat pulau
a) Rumah belajar petani perhutanan sosial
b) Kurikulum yang lengkap sesuai kebutuhan petani (Pengetahuan, teknologi, kelembagaan,
akses permodalan, akses pasar)
c) Sarana prasarana memadai
d) Pengelola yang profesional
2. Menerapkan Omnichannel Marketting
a) Perumusan Ide dan Konsep
b) Pemilihan Saluran (Channel) yang sesusai kebutuhan.
c) Pengembangan saluran (Channel) yang sudah ditentukan.
d) Sosialiasi
No. Permasalahan Solusi yang Target luaran Target penyelesaian
ditawarkan
1 Kapasitas Membentuk 1. Pendirian Rumah Pendirian Rumah Belajar
pengetahuan Rumah Belajar
masyarakat Belajar Petani Selesai dalam waktu 2
dalam Perhutanan 1) Menyelesaikan tahap bulan setelah pengesahan
mempercepat Sosial Desa perencanaan dan rencana dan alokasi
tercapainya Tebat pulau pembangunan fisik anggaran.
tujuan Rumah Belajar Petani
perhutanan sosial Perhutanan Sosial
yaitu hutan Desa Tebat Pulau (in
lestari kind).
masyarakat 2) Menyiapkan fasilitas
sejahtera rumah belajar dan
(Transfer of peralatannya
knowledge and 2. Pengembangan Pengembangan Kurikulum
technology) Kurikulum Kurikulum disusun dan
1) Mengembangkan disetujui dalam waktu 2
kurikulum yang bulan setelah pembentukan
sesuai dengan tim kurikulum.
kebutuhan
masyarakat lokal
dan berbasis pada
prinsip perhutanan
sosial dan
kelestarian hutan.
2) Menyusun bahan
ajar yang
komprehensif dan
mudah dipahami
bagi petani dan
masyarakat sekitar.
3. Pelatihan dan Pelatihan dan Workshop
Workshop 1) Pelatihan awal
1) Mengadakan dilaksanakan dalam
pelatihan rutin dan waktu 2 bulan setelah
workshop berkala pembangunan fisik
tentang teknik selesai.
perhutanan sosial, 2) Workshop rutin
pengelolaan hutan diadakan setiap bulan
lestari, dan sekali setelah pelatihan
penggunaan awal.
teknologi modern
dalam pertanian.
2) Meningkatkan
keterampilan
praktis petani
dalam pengelolaan
hutan dan
pemanfaatan
sumber daya alam
secara
berkelanjutan.
4. Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat:
1) Mendorong
partisipasi aktif Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam masyarakat sebesar 30%
kegiatan Rumah dari total populasi dalam
Belajar, baik waktu 6 bulan setelah
sebagai peserta pembentukan Rumah
maupun fasilitator. Belajar.
2) Memperluas
jaringan kerja sama
dengan lembaga
dan organisasi
terkait untuk
mendukung
keberlanjutan
program.
2 Pemasaran yang Menerapkan 1. Perumusan Ide dan 1. Perumusan Ide dan
masih dilakukan Omnichannel Konsep Konsep
secara Marketting 1) Pemahaman 1) Laporan analisis
konvensional mendalam tentang target pasar
target pasar: 2) Dokumen Unique
Demografi (usia, Selling Proposition
jenis kelamin, (USP)
lokasi, dll.) 3) Strategi
Kebutuhan, omnichannel
keinginan serta 2. Pemilihan Saluran
prilaku konsumen. (Channel) yang sesusai
2) Identifikasi Unique kebutuhan.
Selling Proposition 1) Daftar saluran
(USP) produk potensial
3) Pengembangan 2) Matriks evaluasi
strategi saluran
omnichannel yang 3) Rekomendasi
terintegrasi saluran
2. Pemilihan Saluran 3. Pengembangan saluran
(Channel) yang sesusai (Channel) yang sudah
kebutuhan. ditentukan.
1) Daftar saluran 1) Setiap saluran yang
yang sesuai dengan sudah dipilih
target pasar dan berhasil di
produk buat/dikembangkan.
2) Evaluasi setiap 2) Dokumen SOP
saluran setiap saluran
3) Keputusan saluran 4. Sosialiasi
yang akan 1) Sosialisasi
digunakan dilakukan setelah
pengembangan
3. Pengembangan saluran channel selesai
(Channel) yang sudah dilakukan
ditentukan. 2) Membangun
1) Penyediaan komunitas online
platform untuk serta memberikan
setiap saluran penghargaan
2) Standar terhadap pelanggan
Operasional setia.
Prosedur untuk
mengelola setiap
saluran
4. Sosialiasi
5) Mengadakan
pelatihan terkait
omnichannel
marketting
6) Membangun
komunitas dan
loyalitas pelanggan

b. Uraian hasil riset tim pengusul atau peneliti sebagai landasan perancangan solusi dari
permasalahan mitra
Solusi yang kami tawarkan tersebut di atas didasari atas hasil penelitian yang talah kami lakukan.
Penelitian Oktoyoki et al (2023) tentang “Performansi Kelompok Tani Hutan (KTH) Dalam
Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan: Dimensi Kelola Kelembagaan, Kawasan, Dan Usaha”
menyebutkan bahwa performansi KTH Tri Setia Desa Tebat Pulau berada pada posisi" KTH Kelas
Madya" dengan skor total 540. Dengan melihat potensi yang ada, maka untuk meningkatkan
performanya masih sangat potensial. Indikator yang perlu ditingkatkan seperti: partisipasi kaum
wanita dalam kepengurusan dan sebagai anggota kelompok, penambahan Rencana Kegiatan
Kelompok, frekuensi pertemuan kelompok, tingkat kehadiran anggota, kelengkapan sekretariat dan
administrasi, partisipasi pengurus dan anggota dalam kegiatan peningkatan kapasitas dan pelatihan,
perlu adanya Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat, perluasan mitra usaha, pengembangan jenis
usaha atau diversifikasi produk, dan peningkatan modal usaha. Maka, urgen untuk membangun rumah
belajar untuk meningkatkan pemberdayaan tersebut, dan membangun sistem pemasaran terintegrasi.
Penelitian Oktoyoki et al (2023), tentang “Post-permit social forestry: An analysis of the economic
impact of the forestry revolving fund facility to the community of forest farmers”, menyatakan bahwa
terdapat permasalahan dalam hal pemasaran kopi, dan kemitraan usaha, sehingga diperlukan
teknologi digital untuk meningkatkan perluasan pasar kopi petani Gapoktan HKm Tri Setia tersebut
sehingga dampak ekonominya semakin dirasakan masyarakat.
Penelitian Putra et al (2023) tentang penggunaan website bahwa penerapan Extreme Programming
(XP) dalam merancang sistem informasi berbasis website berhasil mengatasi masalah yang ada
dengan memaksimalkan penggunaan Teknologi Informasi melalui situs web. Sistem ini
memungkinkan promosi produk, pengelolaan data layanan, dan pencatatan transaksi. Sistem ini
nantinya akan kami adopsi dalam membangun sistem omnichanel marketing Gapoktan HKm Tri
Setia.
Penelitian Hossain (2017) menunjukkan bahwa peran strategi pemasaran melalui omnichannel
marketing dapat menghasilkan persepsi nilai yang lebih tinggi, citra merek yang lebih baik, dan
peningkatan hubungan pelanggan-kelompok usaha. Atas dasar ini juga kami merancang solusi
pemasaran dengan menggunakan metode omnichannel marketing.

C. Metode
Metode pelaksanaan maksimal terdiri atas 1.500 kata dengan font times new roman ukuran 12 dengan spasi 1.15 yang
menjelaskan tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
permasalahan mitra. Jelaskan metode tahapan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat setidaknya memuat hal-hal
sebagai berikut.
1. Sosialisasi
2. Pelatihan
3. Penerapan teknologi
4. Pendampingan dan evaluasi
5. Keberlanjutan program
Jelaskan tahapan-tahapan di atas secara konkrit dan lengkap untuk mengatasi permasalahan sesuai tahapan berikut.
1. Untuk mitra yang produktif secara ekonomi, maka metode pelaksanaan kegiatan terkait dengan tahapan pada minimal
1 (satu) bidang permasalahan yang ditangani pada mitra, seperti:
a. Permasalahan dalam bidang produksi.
b. Permasalahan dalam bidang manajemen.
c. Permasalahan dalam bidang pemasaran, dan lain-lain.
2. Untuk Mitra yang tidak produktif secara ekonomi/sosial minimal 2 (dua) bidang permasalahan, nyatakan tahapan atau
langkah-langkah pelaksanaan pengabdian yang ditempuh guna melaksanakan solusi atas permasalahan spesifik yang
dihadapi oleh mitra. Pelaksanaan solusi tersebut dibuat secara sistematis yang meliputi layanan kesehatan, pendidikan,
keamanan, konflik sosial, kepemilikan lahan, kebutuhan air bersih, buta aksara dan lain-lain.
3. Uraikan bagaimana partisipasi mitra dalam pelaksanaan program.
4. Uraikan bagaimana evaluasi pelaksanaan program dan keberlanjutan program di lapangan setelah kegiatan selesai
dilaksanakan.
5. Uraikan peran dan tugas dari masing-masing anggota tim sesuai dengan kompetensinya dan penugasan mahasiswa.
6. Uraikan potensi rekognisi SKS bagi mahasiswa yang dilibatkan.

1. Tahap Pelaksanaan
Kelompok mitra telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas anggota melalui
ruang-ruang komunikasi personal ataupun kelompok diskusi kecil yang kemudian menjadi awal
untuk pengorganisasian anggota dalam skala yang lebih besar. Dalam hal ini, Rumah Belajar
merupakan wadah baik secara fisik ataupun filosofi lembaga. Oleh sebab itu, kegiatan pengabdian
juga berfokus pada penyediaan Rumah Belajar yang dapat memfasilitasi proses kegiatan edukasi,
bisnis, hiburan dan pusat pengembangan indusri kopi petani rakyat di wilayah perhutanan sosial.
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini disusun dengan mempertimbangkan
a) Sosialisasi
Pada tahap ini akan dilakukan beberapa kegiatan utama dalam mengawali kegaitan pengabdian.
• Identifikasi baseline dan masalah kelompok
Tim pengabdian melakukan diskusi dengan metode Focus group discussion (FGD). Pada
tahap ini tim pengabdian melakukan penjaringan informasi keadaan aktual kelompok yang
meliputi keadaan kelembagaan, keuangan, tantangan dan masalah serta rencana
pengembangan. Hal ini akan menjadi pertimbangan tim pengabdian untuk menentukan
strategi pengembangan dan solusi tepat sasaran bagi kelompok.
• Fasilitasi analisis usaha dan perumusan ide
Dalam tahapan ini terdapat beberapa komponen kegiatan yang akan dilakukan secara
berkelanjutan, diantaranya;
1. Menetapkan tujuan bersama
Kegiatan ini merupakan fasilitasi anggota kelompok untuk menentukan visi dan misi
bersama. Tahapan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman bersama dan
menyepakati target yang akan dicapai oleh kelompok secara komprehensif.
2. Identifikasi potensi
Tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anggota kelompok akan potensi
yang dimiliki di desa sebagai arah pengembangan kelompok berbasis sumber daya lokal.
Analisis teknologi dan pengetahuan yang telah dimiliki.
3. Menetapkan peluang dan target pasar
Berdasarkan rumusan potensi yang diperoleh, akan dilakukan fasilitasi untuk analisis
peluang pengembangan kelembagaan dan pemasaran yang mungkin untuk dilakukan.
Tahapan ini secara spesifik untuk mempersiapkan strategi untuk menyelesaikan masalah
pemasaran kelompok melalui penerapan analisis bisnis yang potensial.
4. Rencana usaha
Perencanaan usaha merupakan penerapan strategi pengembangan produk dan metode
pemasaran. Kelompok sasaran dan tim pengabdian menysusun pembagian tugas anggota,
penanggung jawab atau manajer masing-masing bidang, menetapkan target area
pengembangan.
5. Kalender usaha
Kegiatan ini merupakan fasilitasi penetapan kalender usaha yang dilakukan bersama
anggota kelompok mitra sasaran. Dalam tahapan ini dijelaskan secara detil poin-poin
kegiatan dan waktu pelaksanaan. Sehingga terdapat panduan waktu pelaksanaan kegiatan
oleh mitra sasaran secara sistematis.

b) Pelatihan
Untuk menunjang pengembangan kapasitas anggota mitra secara kelembagaan maka akan
dilakukan beberapa kegiatan pelatihan diantaranya (i) upgrading anggota kelembagaan; (ii)
pelatihan kepemimpinan; (iii) pelatihan advokasi; (iv) pelatihan pengelolaan kawasan
perhutanan sosial. Sementara itu, untuk memfasilitasi pengembangan pengetahuan dan keahlian
mitra dibidang pemasaran maka akan dilakukan (v) pelatihan pengelolaan channel media sosial.
c) Penerapan teknologi
Terdapat dua teknologi yang akan diterapkan kepada mitra sesuai masalah yang dihadapi;
1. Penerapan platform airtable
Airtable digunakan untuk membantu proses manajemen kelembagaan dengan meningkatkan
transparansi, kerjasama dan efisiensi proses bisnis serta mengakomodir pembagian tugas dan
tanggung jawab anggota.
2. Omnichannel marketing
Omnichannel marketing digunakan untuk memaksimalkan branding dan menarik segmen
pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan berbagai berbagai saluran yang akan ditentukan
berdasarkan hasil penetapan target pasar.
d) Pendampingan dan evaluasi
Pendampingan mitra akan dilakukan secara intensif dan dua arah, yang berarti terdapat informasi
yang dibagikan secara reguler baik dari pihak mitra dan tim pengabdian. Pelaksanaan
pendampingan secara tatap muka / site visit akan dilakukan dalam 10 kali kunjungan lapangan.
Site visit dilakukan secara rutin 1 kali per bulan selama 8 bulan, ditambah dengan 1 kali
kunjungan awal dan 1 kali kunjungan evaluasi. Serta terdapat 15 hingga 20 pertemuan virtual
yang dilaksanakan secara mingguan untuk bertukar informasi kemajuan dan kendala
pelaksanaan.
Sementara itu, untuk pemantauan dashboard analytic dilakukan setelah seluruh saluran
pemasaran yang ditetapkan sudah berjalan. Proses evaluasi kinerja masing-masing saluran
meliputi performa keseluruhan, sumber traffic dan engagement.secara berkala 1 kali per bulan
dalam kurun waktu 4 bulan. Hasil evaluasi akan menjadi dasar untuk penentuan rencana tindak
lanjut.
e) Keberlanjutan program
Konsep fasilitasi dengan metode partisipatory memastikan adanya keterlibatan anggota mitra
sasaran dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Hal ini meningkatkan rasa memiliki
dan keinginan bersama anggota mitra untuk mempertahankan dan melanjutkan proses yang telah
dimulai.
Tim pengabdian dalam rangka mendukung keberlanjutan program menyusun strategi
pengembangan berdasarkan hasil pendampingan dan evaluasi yang diperoleh. Strategi tersebut
disusun berdasarkan pertimbangan teoritis dan diputuskan bersama oleh anggota mitra sasaran.
Produk luaran akhir dari kegiatan pengabdian ini adalah terbentuknya Rumah Belajar Petani
Perhutanan Sosial yang dapat menjadi wadah pembelajaran bersama anggota, lintas komunitas
dan masyarakat luas.
2. Partisipasi mitra
Gapoktanhut HKm Tri Setia terlibat dalam seluruh proses kegiatan sebagai pelaksana sekaligus
target program pengabdian. Kegiatan pengambilan keputusan yang selama ini seringkali hanya
didominasi oleh beberapa aktor utama manajerial akan melibatkan lapisan-lapisan masyarakat lain
di komunitas. Hal ini dapat menjamin tersalurnya suara atau aspirasi seluruh anggota.
3. Evaluasi pelaksanaan program
Evaluasi pelaksanaan program dilaksanakan dengan berdasarkan hasil pemantauan kemajuan mitra
selama proses pendampingan. Proses evaluasi kegiatan melibatkan evaluasi internal oleh tim
pengabdian dan anggota mitra serta evaluasi oleh tim eksternal.
Kegiatan pengabdian ini akan dievaluasi dengan indikator pertanyaan kunci sebagai berikut:
1. Tujuan Pengabdian
✓ Apakah tujuan proyek telah tercapai dengan baik?
✓ Seberapa jelas dan terukurkah tujuan proyek?
2. Partisipasi Masyarakat
✓ Seberapa besar partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini?
✓ Apakah masyarakat merasa terlibat dan memiliki kepentingan dalam kegiatan?
3. Pembangunan Rumah Belajar
✓ Bagaimana kualitas dan fungsionalitas Rumah Belajar yang dibangun?
✓ Apakah Rumah Belajar tersebut dapat diakses dengan mudah oleh para petani?
✓ Apakah fasilitas yang disediakan memadai untuk kegiatan belajar dan pertemuan?
4. Pemanfaatan Digital Marketing
✓ Seberapa efektif pemanfaatan digital marketing dalam mendukung transfer pengetahuan
dan teknologi kepada petani?
✓ Apakah petani memiliki akses yang memadai terhadap teknologi digital untuk
mendapatkan informasi dan pelatihan?
5. Transfer of Knowledge and Technology
✓ Seberapa baik pengetahuan dan teknologi telah diterapkan dan diserap oleh petani?
✓ Apakah terdapat peningkatan dalam keterampilan dan pengetahuan petani setelah
mengikuti kegiatan ini?
6. Pengukuran Kesejahteraan Petani
✓ Apakah terdapat peningkatan dalam kesejahteraan petani setelah mengikuti kegiatan ini?
✓ Pengukuran terhadap kesejahteraan petani dilakukan?
7. Kerjasama dan Keterlibatan Pihak Terkait
✓ Seberapa baik kerjasama antara berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan program ini?
✓ Apakah terdapat dukungan yang cukup dari pihak terkait, seperti pemerintah daerah,
lembaga pendidikan, dan lainnya?
8. Kelangsungan Program
✓ Apakah ada rencana yang jelas untuk menjaga kelangsungan program setelah program ini
selesai?
✓ Bagaimana upaya untuk melibatkan komunitas secara berkelanjutan?
9. Dampak Lingkungan
• Apakah kegiatan ini memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan sekitar?
• Bagaimana upaya mitigasi dampak lingkungan telah dilakukan?
10. Kesimpulan dan Rekomendasi
• Berdasarkan evaluasi di atas, apa kesimpulan utama dari kegiatan ini?
• Apa rekomendasi untuk perbaikan atau pengembangan lebih lanjut di masa depan?

4. Peran dan tugas masing-masing anggota tim


1. Ketua: Hefri Oktoyoki, S.Hut., M.Si.
Tugas: Bertanggung jawab atas koordinasi keseluruhan program, pengelolaan pembangunan
Rumah Belajar dan omnichannel marketing, dan evaluasi program.
2. Anggota: Yusran Panca Putra, M.Kom.
Tugas: Bertanggung jawab atas strategi pemasaran omnichannel, pengelolaan media sosial, dan
evaluasi efektivitas pemasaran.
3. Anggota: Agus Susanto, ST., M.Kom.
Tugas: Bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum dan pelatihan pengetahuan dan
teknologi untuk petani, serta koordinasi dengan mitra terkait.
4. Mahasiswa 1: Diodo Arrahman
Tugas: Pendampingan Pemetaan Kebutuhan, perencanaan omnichannel marketing dan pelatihan
teknologi untuk mitra mitra.
5. Mahasiswa 2: Surya Mardiana
Tugas: Pendampingan Pemetaan Kebutuhan, perencanaan rumah belajar dan pemberdayaan
masyarakat mitra. Usaha Biobriket limbah kulit kopi dari petani perhutanan sosial

6. Rekognisi SKS bagi mahasiswa


1. Diodo Arrahman
Rekognisi 6 SKS: Mata Kuliah Sistem Terdistribusi (3 SKS), Proyek Perangkat Lunak (3 SKS)
2. Surya Mardiana
Rekognisi 6 SKS: Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan (2 SKS), Penyuluhan Kehutanan
(2 SKS), Agroforestri (2 SKS).

D. Gambaran IPTEKS
Gambaran berisi uraian maksimal 500 kata menjelaskan gambaran IPTEKS yang akan diimplementasikan di mitra
sasaran (Bentuk, ukuran, spesifikasi,kegunaan, kapasitas pemanfaatan dll). Dibuat dalam bentuk skematis, dilengkapi
dengan Gambar/Foto, spesifikasi, ukuran, kebermanfaatan, kegunaan dan narasi.

Kondisi saat ini kelompok mitra berkegiatan secara individual yang hanya terhubung oleh beberapa
anggota dan belum melibatkan seluruh elemen yang ada di masyarakat. Sementara itu, untuk mencapai
cita-cita kelompok tidak dapat dilakukan secara parsial. Oleh sebab itu Rumah Belajar merupakan konsep
yang mampu mengakomodir seluruh elemen anggota mitra melalui peningkatan kapasitas keilmuan dan
keahlian serta pengenalan teknologi airtable untuk kemudahan sistim usaha. Proses pendampingan yang
dilakukan secara partisipatif dan melibatkan seluruh pihak akan menjamin inklusifitas dan manajemen
kolaborasi didalam sistim tata kelola lembaga, usaha dan kawasan.
1. Gambaran Ipteks Rumah Belajar
Spesifikasi Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial Gapoktanhut Tri Setia:
1. Lokasi dan Bangunan (In Kind)
a) Disediakan di area yang mudah diakses oleh Gapoktanhut HKm Tri Setia petani
perhutanan sosial.
b) Ruang belajar yang cukup luas untuk menampung sejumlah peserta dengan nyaman.
c) Fasilitas seperti dapur, kamar mandi, dan tempat istirahat.
2. Fasilitas dan Peralatan
a) Papan tulis, proyektor, layar proyeksi, dan peralatan presentasi lainnya.
b) Komputer dengan akses internet untuk penelitian dan pembelajaran online.
c) Perpustakaan dengan koleksi buku dan materi yang relevan.
3. Tenaga Pengajar dan Pelatihan
a) Mengundang ahli perhutanan, petani berpengalaman, dan tokoh masyarakat lokal sebagai
pengajar.
b) Menyediakan pelatihan yang berkelanjutan tentang teknik perhutanan, pengelolaan lahan,
dan praktik pertanian berkelanjutan.
c) Pengajaran manajemen dan kelembagaan kelompok.
4. Pengembangan Komunitas
a) Membangun jaringan dan kolaborasi antara petani perhutanan sosial dengan lembaga
pendidikan, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah.
b) Mendukung pertukaran pengetahuan antara komunitas lokal dan melakukan kegiatan
partisipatif untuk merencanakan program dan kegiatan.
Kemanfaatan Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial:
1. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
a) Memberikan akses kepada petani perhutanan sosial untuk memperoleh pengetahuan baru
dan meningkatkan keterampilan dalam praktik perhutanan dan pertanian berkelanjutan.
b) Pembelajaran kelola usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
c) Mengajarkan teknik-teknik modern dalam pengelolaan hutan dan pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan.
2. Pemberdayaan Komunitas
a) Membantu dalam pemberdayaan ekonomi lokal dengan meningkatkan produktivitas dan
kualitas hasil pertanian dan hutan.
b) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan
sumber daya alam dan pembangunan berkelanjutan.
3. Konservasi Lingkungan
a) Memperkuat kesadaran tentang pentingnya pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati.
b) Mengajarkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada pemulihan
ekosistem yang terdegradasi.
4. Peningkatan Kesejahteraan Sosial
a) Membantu mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan pendapatan dan akses terhadap
pasar bagi petani perhutanan sosial.
b) Membangun komunitas yang lebih tangguh dan berdaya saing melalui kolaborasi dan
pertukaran pengetahuan.
5. Pengembangan Inovasi
a) Merangsang inovasi dalam praktik pertanian dan pengelolaan hutan melalui pertukaran
ide dan pengalaman antarpetani dan ahli perhutanan.
b) Mendorong pengembangan teknologi dan praktik baru yang berkelanjutan dan efisien.
Rumah Belajar Petani Perhutanan Sosial dapat menjadi pusat penting untuk pembelajaran, pertukaran
pengetahuan, dan pemberdayaan komunitas dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan di
bidang pertanian dan perhutanan.
2. Berikut gambaran IPTEKS yang akan di implementasikan pada Gapoktanhut HKm Tri Setia terkait
omnichannel marketting.
Berikut spesifikasi :
Spesifikasi Saluran: Omnichannel marketing dapat dijalankan melalui berbagai saluran, seperti website,
media sosial, aplikasi mobile, email marketing, dan marketplace.
Spesifikasi Konten : Konten yang digunakan harus konsisten dan menarik di semua platform. Konten
dapat berupa teks, gambar, video, dan infografis.
Kebermanfaat:
Meningkatkan brand awareness: Meningkatkan visibilitas dan jangkauan brand di berbagai platform.
Meningkatkan engagement: Meningkatkan interaksi dan hubungan dengan konsumen.
Meningkatkan penjualan: Meningkatkan konversi dan penjualan melalui berbagai channel.
Meningkatkan loyalitas konsumen: Memberikan pengalaman yang lebih personal dan konsisten kepada
konsumen.

E. Jadwal Pelaksanaan

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan awal pengabdian, koordinasi
mitra
2 Sosialisasi
3 Pembangunan Rumah Belajar Petani
Perhutanan Sosial
4 Pelatihan-pelatihan
5 Penerapan teknologi
6 Pendampingan dan evaluasi
7 Keberlanjutan program
8 Evaluasi Pelaksanaan Program
9 Laporan kemajuan
10 Laporan akhir
11 Luaran artikel ilmiah
12 Publikasi berita pada media masa
13 Video Kegiatan
14 Poster
• Untuk ruang lingkup PKM pelaksanaan kegiatan minimal 8 (delapan) bulan.

F. Rangkuman Rencana Anggaran Biaya

RANGKUMAN RAB

Jumlah Dana
No Kelompok Biaya Dana Dikti Dana Perguruan Mitra Pemberi Dana
(Rp) Tinggi (Jika ada) (Jika ada)
1 Biaya Upah dan Jasa (maksimal 10%) 4.960.000 - -
2 Teknologi dan Inovasi (minimal 50%) 25.771.000 - -
3 Biaya Pelatihan (maksimal 20%) 9.750.000 - -
4 Biaya Perjalanan (maksimal 15%) 7.500.000 - -
5 Biaya Lainnya (maksimal 5%) 2.019.000 - -
Total 50.000.000 - -

G. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor (Vancouver style) sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya
pustaka yang disitasi pada usulan pengabdian kepada masyarakat yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai