1. Jelaskan bagaimana keterkaitan antara kasus di atas dengan yurisdiksi ekstra
teritorial laut! 2. Sejauh mana keberlakukan yurisdiksi ekstra teritorial di wilayah pelabuhan atau laut pedalaman! 3. Jelaskan landasan hukum yang menjadi dasar benar atau salahnya perbuatan berdasar kutipan peristiwa di atas
JAWABAN
1. Berdasarkan kasus diatas tidak ada keterkaitan dengan yurisdiksi ekstra
teritorial laut karena dalam kasus di atas merupakan penindakkan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi di wilayah teritorial negara indonesia sedangkan jika dikaitkan dengan yurisdiksi ektra teritorial merupakan yurisdiksi dari suatu negara diterapkan di luar batas wilayah negaranya dan di laut bebas. 2. Perluasan yurisdiksi pidana berdasar- kan asas teritorial meliputi yurisdiksi ekstrateritorial di darat, yurisdiksi ekstra teritorial di laut dan yurisdiksi ekstra teritorial diudara. Perluasan yurisdiksi pidana di wilayah darat muncul dengan adanya "ExtraTerritoriality theory" yang menimbulkan dua yurisdiksi yaitu yurisdiksi negarapenerima dan yurisdiksi negara pengirim, pengaturan ini terdapat dalam KonvensiWina 1961 tentang hubungan diplomatik.Unsur-unsur negara menurut Konvensi Montivideo 1933 adalah penduduk, wilayah,pemerintahan yang berdaulat dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengannegara lain. Wilayah negara yang merupakan salah satu unsur negara yang terdiri dariwilayah darat, laut dan udara beserta pemerintahan dan penduduknya, yang terdiridari perwujudan social dan phisik dari ciri utama badan hukum internasional adalahmerupakan perwujudan suatu negara. Kompetensi (kewenangan) hukum negara- negara dan peraturan- peraturan perlindungannya berada pada batas-batas phisik,keadaan dalam negeri, dan anggapan adanya kestabilan negara tersebut.Kewenangan hukum negara-negara di dalam melindungi wilayah-nya biasanyadisebut dengan istilah kedaulatan dan yurisdiksi ". Penggunaan istilah yurisdiksisering tidak konsisten di dalam berbagai sumber hukum karena mendasarkan padakarya-karya pejabat yang berwenang. Pendapat para pejabat hukum atau negarawan- negarawan Perluasan yurisdiksi pidana di suatu wilayah negara menyangkutpembahasan perluasan yurisdiksi pidana berdasarkan asas teritorial. Perluasanyurisdiksi pidana berdasarkan asas teritorial dapat dibedakan menjadi tiga wilayah,yaitu yurisdiksi ekstra teritorial di darat, yurisdiksi ekstra teritorial di laut danyurisdiksi ekstra teritorial di udara.Yurisdiksi ekstra teritorial di laut.Pada dasarnya yurisdiksi teritorial yang dimiliki oleh kapal di luar wilayahnya dapatdibedakan menjadi :a. yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di pelabuhan;b. yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di perairan pedalaman;c. yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di laut wilayah: d. yurisdiksi ekstra teritorialkapal asing di laut lepas. 3. Penerapan hukum pidana dalam bidang perikanan, kita mengacu pada PenjelasanUmum Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Perubahan Atas Undang-UndangNomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (“UU Perikanan”) yang menyebutkanbahwa terdapat beberapa kelemahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 31Tahun 2004 tentang Perikanan di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan perubahanterhadap Undang-Undang tersebut, yang salah satunya adalahkemungkinan penerapan tindakan hukum berupa penenggelaman kapal asing yangberoperasi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.Berdasarkan penelusuran kami dalam UU Perikanan, sama halnya seperti penerapansanksi pada tindak pidana lain pada umumnya, penerapan sanksi pada tindak pidanadi bidang perikanan adalah berupa pidana penjara dan/atau denda. Selain itu, memangbenar bahwa salah satu penerapan hukum pidana dalam bidang perikanan juga berupapenenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah Indonesia. Adapun pasal soal penenggelaman kapal asing dapat kita temukan dalam Pasal 69ayat (4) UU Perikanan yang berbunyi: (1) Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakanhukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara RepublikIndonesia. (2) Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapidengan senjata api.(3) Kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa, membawa, danmenahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayahpengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untukpemrosesan lebih lanjut.(4) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidikdan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakarandan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan buktipermulaan yang cukup.penenggelaman kapal perikanan berbendera asing merupakan tindakan khusus yangdilakukan oleh kapal pengawas perikanan dalam menjalankan fungsinya sekaligussebagai penegak hukum di bidang perikanan. Yang dimaksud dengan “kapalpengawas perikanan” adalah kapal pemerintah yang diberi tanda tertentu untukmelakukan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan(lihat Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU Perikanan). Namun, hal penting yang perlu diperhatikan terkait penenggelaman kapal asing iniadalah penenggelaman itu tidak boleh dilakukan sewenang-wenang dan harusberdasarkan bukti permulaan yang cukup. Yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah bukti permulaan untukmenduga adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal perikanan berbenderaasing, misalnya kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki Surat IzinPenangkapan Ikan (“SIPI”) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (“SIKPI”), sertanyata-nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasuki wilayahpengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Ketentuan ini menunjukkanbahwa tindakan khusus tersebut tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang,tetapi hanya dilakukan apabila penyidik dan/atau pengawas perikanan yakin bahwakapal perikanan berbendera asing tersebut betul-betul melakukan tindak pidana di bidang perikanan. Demikian yang dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 69 ayat (4) UUPerikanan. Menjawab pertanyaan Anda, ini artinya memang penenggelaman kapal asing itusudah dibenarkan oleh undang-undang, asal sesuai dengan prosedur yang ditentukanoleh undang-undang. Di samping itu, sebagaimana dijelaskan dalamartikel Penenggelaman Kapal Asing Pencuri Ikan Dilindungi UU, soal dampaknyadalam upaya penegakan hukum laut di Indonesia, Anggota Komisi III DPR, S. DascoAhmad mengatakan bahwa penenggelaman kapal ikan asing dipastikan akanmenimbulkan efek jera karena kapal tersebut merupakan alat produksi utama pelakupencurian. Kalau kapal dan perlengkapannya yang berharga mahal tersebutditenggelamkan, pencuri akan berpikir seribu kali untuk mengulangi pencurian diwilayah Indonesia karena motif pencurian adalah mencari keuntungan.praktik pembakaran dan penenggelaman kapal ikan asing yang tertangkap tanganmencuri ikan adalah praktik yang lumrah yang juga dilakukan banyak negara lain.Selain itu, persoalan pencurian ikan oleh kapal asing bukanlah persoalan hilangnyasumber daya perikanan belaka melainkan juga soal pelanggaran kedaulatan negarayang merupakan hal sangat prinsip bagi kita. Kita harus tunjukkan bahwa dalam halpenegakan hukum dan kedaulatan kita tidak pernah main-main.Dengan demikian dapat di simpulkan Kewenangan penyidik untuk melaksanakanpembakaran/penenggelaman kapal tindak pidana illegal fishing berbendera asingsecara langsung tanpa putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap merupakantindakan yang bertentangan dengan Pasal 28D Ayat (1) UUDNRI 1945 dan tidaksesuai dengan SPP yang ada di Indonesia yang menerapkan DPM dan CCM secaraideal. Kewenangan tersebut telah merampas hak tersangka/terdakwa yang diatur diKUHAP sehingga tidak memberikan keadilan dan kepastian hukum yang manaseharusnya penenggelaman/pembakaran kapal dilakukan berdasarkan putusanpengadilan yang berkekuatan hukum tetap. KKP selaku penyidik PNS dalam tindakpidana illegal fishing tidak berwenang untuk melakukan eksekusipenenggelaman/pembakaran kapal tindak pidana illegal fishing berbendera asing. SPPdi Indonesia telah mengatur bahwa kewenangan untuk melakukan eksekusi terhadapputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap termasuk diantaranya pemusnahankapal sebagai benda sitaan yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana illegalfishing merupakan kewenangan Jaksa selaku penuntut umum sehinggapenenggelaman/pembakaran kapal harus dilaksanakan oleh Jaksa sekalu eksekutor.Dan sebagai saran dari penulis Agar Pemerintah bersama DPR RI segera melakukanrevisi terhadap UU 45/2009 dengan mencabut kewenangan Penyidik untukmelakukan penenggelaman/pembakaran kapal secara langsung. Agar Jaksa selakueksekutor dalam penenggelaman/pembakaran kapal dalam melakukan eksekusimelakukan kordinasi dan turut mengundang penyidik PNS dan pengawas perikanansebagai saksi dalam melakukan eksekusi.