Anda di halaman 1dari 6

Bahasa, Ilmu Alat Faham

Salah satu nasehat dari Imam Syafi’i “Jika kamu tidak sanggup menahan
lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”
Saya rasa itu cukup untuk mendorong orang-orang supaya semangat dalam
menuntun ilmu. Ilmu adalah kunci dari melakukan apapun. Saya Dea Marvina,
mahasiswa kelahiran 30 Maret 2004 alumni Pondok Pesantren Assalam-Al
Islamy dari program studi Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang. Sekarang saya belajar bahasa dari konten-konten
youtube ataupun artikel-artikel yang membahas rumus- rumus bahasa, video-
video pendek percakapan dengan subtitel ataupun juga dengan mendengarkan
lagu berbahasa asing, baik bahasa arab maupun inggris.

Saya suka pelajaran bahasa, ketika SD bahasa Indonesia adalah pelajaran


favorit bagi saya. Bagi saya, membaca dan menulis merupakan hal yang
menyenangkan yang patut dilakukan di waktu luang. Tak sampai hanya pada
bahasa indonesia saja, ketika jenjang SMP mata pelajaran bertambah, pelajaran
bahasa inggris adalah salah satunya. Saya mulai mengikuti kursus bahasa
inggris yang membuat saya satu langkah lebih maju dalam materi di kelas
dibanding teman-teman yang lain. Tentu itu menambah semangat saya untuk
belajar bahasa inggris.

Hingga pada jenjang MA, saya berlabuh pada lembaga pendidikan islam
modern, yang pastinya bertemu dengan bahasa asing lagi yang tak lain ialah
bahasa Al-Quran. Berbeda dengan pondok tradisional atau yang sering disebut
pondok salafi, yang mayoritas belajar kitab kuning secara hafalan, kami para
santri pondok modern lebih menekankan pada kemampuan berbahasa secara
lisan lewat praktek dalam lingkup sehari-hari. Dari sana saya mengenal dan
mempelajari bahasa Arab.

Adapun ketika kuliah saya lebih memilih prodi Pendidikan Bahasa Arab,
dengan alasan, pertama kenapa bukan bahasa indonesia?. Karena bahasa
Indonesia adalah bahasa ibu yakni bagi kita warga nusantara tak asing lagi dan
setiap hari didengar, bagi saya kaidahnya pun cukup dipelajari lewat artikel-
artikel atau buku-buku bahasa indonesia, yang mudah dipahami. Lalu, kenapa
tidak bahasa Inggris? Karena menurut saya, sekarang bahasa inggris juga
banyak ditemui di manapun. Baik di handphone, komputer, bahkan didalam
buku-buku, serta dalam keseharian kita zaman milenial sudah banyak kita
dengar istilah-istilah yang menggunakan bahasa inggris, dan itu akan membuat
kita otomatis mempelajari dan memahami bahasa itu sendiri.

Berbeda dengan bahasa Arab yang jarang digunakan dalam keseharian, ini
menyebabkan minimnya orang-orang faham dengan bahasa arab. Bahkan
mirisnya, seorang muslim sekalipun yang setiap hari melakukan sholat lima
waktu, dan pastinya dalam beribadah mereka menggunakan bahasa arab tapi
mayoritas tidak faham dengan apa yang mereka ucapkan. Lalu apakah bisa
beribadah dengan khusyu’ jika kita tak faham dengan apa yang kita ucapkan?
Dan itu membuat saya ingin menjadi salah satu jembatan bagi mereka. Bukan
hanya itu, bahasa arab juga memudahkan kita dalam memahami serta
menghafal al-quran. Tentunya didalam alquran banyak sekali hal hal yang
sepatutnya kita pelajari sebagai seorang muslim. Bagi saya itu merupakan
masalah yang penting antara hubungan seorang muslim dengan Rabbnya.
Sejak kecil, bagi saya pendidikan merupakan hal yang penting. Belajar
dengan giat, sering membaca buku, dan mengamati segala hal sekitar membuat
saya terus mengembangkan fikiran. Mungkin juga karna faktor keadaan yang
seolah membuatku berfikir bahwa prestasi itu penting. Ayah saya, seiring
pembagian rapot pada tiap semester pada Sekolah Dasar beliau sering bertanya
“Peringkat berapa nak ?” begitulah tanyanya. Pertanyaan- pertanyaan itu seolah
menghipnotis, secara tersirat menanamkan dalam benak betapa pentingnya
unggul dikelas.

Ketika SMP, saya mulai diamanahkan untuk menolong guru ngaji saya
untuk mengajarkan iqro pada adek-adek tingkat di TPA Masjid Al-Ikhlas dekat
rumah. Lalu di MA pondok Assalam, saya juga diamanahkan hal yang sama
hanya saja ditingkat yang lebih tinggi yaitu mengajarkan ilmu tajwid dan
makhorijul huruf pada santri yang sudah al-quran. Kegiatan itu berlanjut ketika
saya liburan semester dari pondok Assalam, saya mengajar ngaji dirumah. Saya
juga aktif dalam berorganisasi dari smp mulai dari sekretaris osis sampai
anggota divisi pendidikan dan pidato di pondok pesantren pada jenjang MA.
Pada divisi Pendidikan dan pidato kami bertugas dalam mengajar, membimbing
dan mendisiplinkan adik-adik santri ketika berpidato baik dalam bahasa Arab,
Inggris, ataupun Indonesia.

Selain bahasa, saya juga hobi hal-hal yang berbau seni. Melukis,
menggambar, menulis puisi maupun cerpen, membuat kaligrafi, kerajinan
tangan serta mengoleksi benda-benda unik dari kerajinan tangan itu. Kecintaan
dengan hal-hal seni membuat saya mengikuti beberapa lomba. Saya mulai
mengikuti lomba menggambar dan melukis di tingkat SMP pada tahun 2016.
Mendapatkan juara tiga pada waktu itu membuat saya semangat untuk ikut
kembali pada lomba-lomba berikutnya. Adapun menulis puisi saya mulai
tertarik ketika saya mulai masuk MA pada tahun 2019. Dipondok pesantren
Assalam saya mengikuti lomba –lomba yang diselenggarakan pondok. Waktu
itu sama seperti menggambar saya mendapat juara tiga menulis puisi tingkat
MA tahun 2020 dan sampai saat ini saya juga sering mengikuti lomba-lomba
puiai online yang banyak diselenggarakan di website. Pada tahun 2022 saya
berfikir untuk menuangkan puisi-puisi itu pada aplikasi wattpad. Saya
mengikuti lomba kaligrafi dan juga memperdalam kaidah-kaidah membuat
kaligrafi selama belajar di pondok Assalam. Dan itu membuat saya cukup
memahami dua kaidah membuat kaligrafi yaitu Khot Naskhi dan Khot Riq`ah.

Termasuk ke dalam siswa eligible membuat saya bertarung dalam Seleksi


Nasional Berdasarkan Prestasi, namun sayangnya saya gagal. Lalu saya
mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keislaman Negeri di UIN Raden
Fatah Palembang dengan prodi Pendidikan Bahasa Arab, dan ternyata lulus.
Setelah lulus, saya banyak mencari informasi seputar beasiswa. Lalu saya
mendaftar Beasiswa Indonesia Bangkit dari kemenag lpdp namun saya gagal di
tahap ke dua, dan itu cukup membuat saya terpuruk tapi saya tidak menyerah,
sampai akhirnya saya mendapat informasi dari instagram @uinradenfatah
mengenai beasiswa ini dan saya memutuskan untuk mendaftar lagi pada
beasiswa ini. Dikampus saat ini pun saya juga ikut berorganisasi menjadi
anggota dari lembaga pengembangan tilawatil quran dan Gakwah UIN Raden
Fatah.

Saya mengikuti program Beasiswa Bright Scholarship ini dengan harapan


besar beasiswa ini bisa menjadi wadah saya berkembang menjadi mahasiswa
unggul serta ikut berkontribusi dalam program-program beasiswa. Dengan
mengambil program beasiswa ini, maka saya bisa memperoleh pengalaman
lebih banyak. Saya jadi lebih tahu bagaimana menghadapi proses dan tahapan
yang sangat penting untuk masa depan. Beasiswa tidak hanya memberikan
keuntungan berupa uang untuk meringankan beban finansial. Tapi, saya juga
bisa meningkatkan jaringan dari program ini. Semakin luas relasi yang saya
miliki, termasuk teman-teman baru yang juga ikut berjuang agar bisa
mendapatkan beasiswa. Teman-teman yang didapatkan dari awal proses seleksi.
Alasan saya selanjutnya mengikuti program beasiswa adalah agar saya tahu
sejauh mana potensi diri yang saya miliki. Dengan mengikuti berbagai tahapan
seleksi, saya bisa melihat seberapa besar potensi juga kemampuan yang saya
miliki jika dibandingkan dengan calon penerima beasiswa lainnya. Setiap
program beasiswa mempunyai sejumlah persyaratan nilai akademik bagus
sesuai kebijakan dan ketentuan dari pihak penyedia beasiswa. Dengan ikut
beasiswa, saya akan punya motivasi lebih tinggi agar lebih semangat belajar.
Tujuannya supaya prestasi akademik saya jadi lebih baik. Ketika saya berhasil
menjadi penerima beasiswa, maka itu adalah sebuah keinginan atau keinginan
luar biasa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Hal tersebut dapat
meningkatkan semangat belajar saya. Namun selain itu juga saya ingin menjadi
jembatan bagi adik-adik tingkat agar mereka juga ikut program ini nantinya.
Saya berazam ketika saya lulus menjadi Awardee Beasiswa Bright Scholarship
ini saya ingin membantu pelajar-pelajar yang berkeinginan kuliah namun
terhalang biaya dan tentunya berpotensi untuk ikut program Beasiswa ini.

Adapun caranya ialah menjadi pendidk yang berlualitas serta menjadi


sukarelawan pendidikan. Dikemudian hari saya juga bermimpi membuat rumah
quran yang didalamnya khusus mengajarkan ilmu-ilmu tajwid, kaidah bahasa
arab, serta les kaligrafi. Murid yang sudah mampu dalam hukum tajwid serta
lancar dan fasih dalam membaca al-quran akan difokuskan untuk menghafal al-
quran saja. Melalui prodi Pendidikan Bahasa Arab ini saya ingin bisa menjadi
seorang pendidik yang bersifat luas, bukan hanya di ranah formal dalam sebuah
institusi pendidikan, namun juga di tengah keluarga masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai