Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PERATURAN PEMBUATAN UNDANG-UNDANG MELALUI

ASPIRASI

TUGAS

TEORI PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun oleh :

KHOIRIL SABILI

2230105006

DOSEN PENGAMPUH : PROF. DR. RR RINA ANTASARI, S.H.,M.HUM

PRODI STUDI MAGISTER HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, serta dukungan dosen,
teman, dan orang tua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Perundang-Undangan .

Dengan membaca tugas ini, penulis berharap dapat membantu teman-


teman serta pembaca dalam memahami tentang Teknik Peraturan Pembuatan
Undang-Undang Melalui Aspirasi. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan dari segi kata-kata,
penulisan, atau bahasa dalam menyajikan materi ini, saran dan kritik sangat
diharapkan oleh penulis agar tugas ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2023

Penulis/KS

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat 5 tahap dalam pembentukan peraturan perundang-undangan


yakni mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan.

Setiap tahapan tersebut harus dilandasi asas keterbukaan, yang bersifat


transparan dan terbuka. Sehingga seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan. Sebab secara a contario sangat sulit rasanya
masyarakat memberikan masukan terhadap sebuah UU, apabila naskahnya tidak
dipublikasikan kepada publik. Asas keterbukaan adalah konsekuensi dari paham
kedaulatan rakyat, yang dianut oleh negara Indonesia. Hal ini mendorong adanya
keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan negara salah satunya
pembentukan undang-undang. Selain itu, keterbukaan adalah wujud dari
terlaksananya good governance..

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam tugas ini adalah :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam undang-undang oleh


legislatif?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Undang-Undang Oleh


Legislatif

Menyoalkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan undang-undang,


telah diatur dalam pasal 96 undang-undang 12/2011 peserta aturan turunannya.
Apabila merujuk pada ketentuan itu publik sesungguhnya sudah diberikan ruang
untuk memberikan masukan. Untuk itu, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
dalam pembentukan undang-undang ialah sebagai berikut:

1. Tahapan Perencanaan
Rancangan undang-undang atau RUU yang akan dibentuk terlebih
dahulu dicantumkan ke dalam program legislasi nasional atau prolegnas
yaitu skala prioritas program pembentukan undang-undang. Dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional yang disusun secara terencana,
terpadu, dan sistematis.

Guna mendapat masukan dari masyarakat, baik prolegnas jangka


menengah dan prolegnas prioritas tahunan dan badan legislasi:

a) Mengumumkan rencana penyusunan prolegnas kepada masyarakat


melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
b) Melakukan kunjungan kerja untuk menyerap aspirasi masyarakat.
c) Penerima masukan dalam rapat badan legislasi.

Masukkan masyarakat itu disampaikan secara langsung atau melalui surat


ke pimpinan badan legislasi sebelum dilakukan pembahasan rancangan prolegnas.
Sejak penyusunan sampai dengan setelah ditetapkan, DPR, Dewan Perwakilan
Daerah, dan pemerintah yang dikoordinasikan oleh badan legislasi melakukan
penyebarluasan prolegnas. Penyebarluasan saat penyusunan dilakukan untuk
memberikan informasi dan atau memperoleh masukan dari masyarakat serta
pemangku kepentingan.

4
2. Tahapan Penyusunan
RUU diajukan oleh presiden atau DPR yang bisa berasal dari DPD
yang diajukan melalui DPR dan harus disertai dengan naskah akademik.

Dalam proses penyusunan atau pembahasan RUU, disebarluaskan untuk


mendapat bahan masukan guna penyempurnaan RUU. Patut diketahui untuk
penyusunan RUU inisiasi pemerintah dibentuk panitia antar kementerian dan atau
antar non kementerian yang beranggotakan:

a) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang


hukum.
b) Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian dan atau
lembaga lain yang terkait dengan substansi yang diatur dalam
RUU.
c) Perancang peraturan perundang-undangan yang berasal dari
instansi pemrakarsa.

Namun, keterlibatan publik di dalam kepanitiaan itu terbatas, diwakili oleh


ahli hukum, praktisi, atau akademisi yang menguasai permasalahan yang
berkaitan dengan materi RUU.

3. Tahapan pembahasan
Saat pembahasan DPR dan pemerintah melakukan penyebarluasan
RUU untuk memberikan informasi dan atau memperoleh masukan
masyarakat serta para pemangku kepentingan melalui media elektronik
dan atau cetak.

Pembahasan RUU dilakukan berdasarkan dua tingkat pembicaraan yaitu


tingkat pertama dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi,
rapat badan anggaran atau rapat panitia khusus bersama dengan menteri yang
mewakili presiden. dan tingkat kedua (paripurna), masyarakat dapat memberikan
masukan secara lisan dan atau tertulis kepada DPR. Dalam hal masukan
disampaikan secara lisan dilakukan dengan rapat dengar pendapat umum
pertemuan dengan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia
khusus, pimpinan badan legislasi atau pimpinan badan anggaran. Selanjutnya

5
informasi mengenai tindak lanjut atas masukan disampaikan lewat surat atau
media elektronik oleh pimpinan alat kelengkapan yang menerima masukan.

Namun dalam tahap pembicaraan tingkat kedua (Paripurna) partisipasi


publik sudah mulai dikunci sebab berisi agenda:

a) Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat Mini fraksi,


pendapat Mini DPD dan hasil pembicaraan tingkat 1.
b) Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan
anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna.
c) Penyampaian pendapat akhir presiden yang dilakukan oleh menteri
yang ditugasi di tahap ini pula akan ditentukan. Apakah RUU
disetujui menjadi undang-undang atau tidak.
4. Tahapan Pengesahan
Partisipasi masyarakat pada tahap ini sudah tidak diperlukan lagi,
karena RUU yang sudah disetujui bersama dan akan disampaikan ke
presiden untuk disahkan menjadi undang-undang dalam jangka waktu
maksimal 7 hari sejak disetujui. Setelah itu, presiden mengesahkan dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu maksimal 30 hari
terhitung sejak RUU disetujui bersama. Namun bila RUU tidak
ditandatangani oleh presiden selama jangka waktu itu secara otomatis
RUU sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
5. Tahapan Pengundangan
Dalam tahapan pengundangan, partisipasi publik tidak diperlukan lagi.
Sebab merupakan kewenangan penuh pemerintah. Pengundangan
dilakukan oleh menteri hukum dan hak asasi manusia dengan tujuan agar
setiap orang mengetahui yang ditempatkan dalam lembaran Negara
Republik Indonesia.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui dan disimpulkan


sesungguhnya publik sudah diberi ruang untuk terlibat dalam pembentukan
undang-undang. Namun permasalahannya adalah political will dari pembentukan
undang-undang untuk melibatkan publik dalam proses pembentukan.

Legislatif pada proses pembentukan undang-undang sejak awal


perencanaanya telah dituntut agar undang-undang yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia. Proses pembentukan undang-
undang tidak singkat bahkan membutuhkan waktu yang lama. Untuk membentuk
undang-undang terdapat 5 tahap yaitu:, perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan dan pengundangan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Ramadhan Firdaus, 2020. Pencegahan Korupsi Legislasi Melalui


Penguatan Partisipasi Publik dalam Proses Pembentukan Undang-
Undang di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia Vol (17) No. 3

Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia dalam Proses Demokratisasi, DPR RI, 2000;

Muhammad Fadli, 2018. Pembentukan Undang-Undang yang Mengikuti


Perkembangan Masyarakat, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 15, No. 1

Saifudin, 2009. Proses Pembentukan UU: Studi Tentang Partisipasi Masyarakat


dalam Proses Pembentukan UU, Jurnal Hukum Universitas Islam
Indonesia, Vol. 16, No. Edisi Khusus

https://www.hukumonline.com/klinik/a/di-tahap-manapublik-bisa-berpartisipasi-
dalam-pembentukan-uu--lt5fa11a34d604b

Anda mungkin juga menyukai