Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : JEFRI SETIONO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044971362

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4201/HUKUM TATA NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 15/Pangkalpinang

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL 1
1. Pernyataan tersebut mencerminkan fungsi perwakilan dari parlemen. Fungsi perwakilan ini terjadi
secara fisik dan resmi ketika wakil rakyat terpilih menduduki lembaga perwakilan rakyat. Secara
substansial, fungsi ini mencapai puncaknya ketika kepentingan, nilai, aspirasi, dan pendapat rakyat
yang diwakili benar-benar tercermin dan diakomodasi dalam kebijakan yang dihasilkan oleh
parlemen. Keutamaan dari fungsi ini adalah menciptakan pemerintahan yang mewakili kepentingan
dan aspirasi rakyat, menjadikan suara rakyat berpengaruh dalam proses pembuatan kebijakan. Fungsi
perwakilan parlemen dicirikan oleh perannya sebagai wadah bagi berbagai perspektif, untuk
berekspresi dan berdebat mengenai isu-isu penting di tingkat lokal dan nasional, dan menerjemahkan
perdebatan tersebut ke dalam kebijakan. Bagi anggota parlemen, keterwakilan yang efektif
memerlukan keterlibatan konstituen dalam dialog yang berkelanjutan guna memahami pandangan dan
perspektif mereka serta mengandalkan pengetahuan mereka tentang berbagai topik. Para anggota
parlemen kemudian harus memanfaatkan kewenangan yang dimiliki oleh kantor mereka (yaitu
membuat undang-undang, berpartisipasi dalam perdebatan, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya)
untuk menyuarakan gagasan yang dihasilkan. Melalui komite parlemen, seorang anggota parlemen
dapat menggunakan struktur formal parlemen untuk melibatkan konstituen dan memberi mereka
akses langsung terhadap proses pengambilan keputusan di dalam lembaga tersebut.

Anggota parlemen harus menjaga hubungan konstituen yang berkelanjutan untuk menunjukkan
pencapaian mereka dan untuk mencari masukan dari warga. Selain melibatkan kembali konstituen
dalam dialog, anggota parlemen juga dapat memberikan jenis layanan lain kepada konstituensi,
termasuk kerja kasus (yaitu membantu memecahkan masalah konstituen), memfasilitasi akses ke
lembaga eksekutif dan mengadvokasi sumber daya untuk konstituen. Di semakin banyak negara,
anggota parlemen diberikan Dana Pengembangan Konstituensi untuk mengalokasikan dana yang
terbatas namun signifikan untuk proyek-proyek besar yang merupakan prioritas bagi anggota
parlemen dan konstituen.

Parlemen harus dilengkapi dengan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi fungsi


representasi. Banyak parlemen mempunyai kantor penjangkauan yang berupaya memfasilitasi arus
informasi masuk dan keluar parlemen. Mereka mungkin juga berisi layanan khusus yang dirancang
untuk membantu kapasitas anggota parlemen dalam berkomunikasi dengan organisasi masyarakat
sipil, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Di parlemen lain, peran lembaga ini adalah
menyediakan sumber daya keuangan langsung kepada anggota parlemen dan kelompok parlemen
agar mereka dapat menyediakan staf dan fasilitas di daerah pemilihannya. Parlemen yang lebih
makmur memberi anggota parlemen akses terhadap sistem dan perangkat telekomunikasi yang rumit
untuk memfasilitasi komunikasi dengan konstituen.

Parlemen juga lazim mempunyai biro yang dirancang khusus untuk melibatkan parlemen dan
lembaga lain dari negara-negara asing. Hal ini dikenal dengan Diplomasi Parlementer dan
memungkinkan adanya bentuk alternatif dialog internasional dibandingkan interaksi antar negara
melalui cabang eksekutif. Terdapat jaringan parlemen internasional dan regional dan, alternatifnya,
jaringan anggota parlemen yang berpikiran sama, yang mempromosikan bentuk diplomasi ini.

Parlemen demokratis yang efektif melakukan penjangkauan terhadap warga negara secara
berkelanjutan. Parlemen dapat menyiarkan sesi-sesinya melalui televisi atau radio, sebagian besar kini
memiliki situs web, dan publikasi yang dirancang untuk membantu melibatkan warga negara dalam
proses kebijakan. Karena warga negara tidak dapat mengetahui bagaimana mereka terwakili jika
parlemen tidak transparan dan anggota parlemen tidak komunikatif, maka transparansi mempunyai
pengaruh penting pada fungsi perwakilan .
2. Sistem perundang-undangan di Indonesia hanya dikenal dengan satu nama jenis undang-undang,
yakni keputusan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR), dengan
persetujuan Presiden, dan disahkan Presiden. Selain itu, tidak terdapat undang-undang yang dibentuk
oleh lembaga lain. Dalam pengertian lain, undang-undang dibuat oleh DPR. Fungsi legislasi DPR
dalam pembentukan undang-undang. Undang-undang adalah bentuk Peraturan Perundang-Undangan
yang dibentuk oleh badan pembentuk UU, yaitu Presiden dengan persetujuan DPR. Dalam Pasal 24
UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Daerah yang menyebutkan DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai Lembaga Negara. Berdasarkan Pasal 20A ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
Fungsi pertama Lembaga Perwakilan Rakyat adalah fungsi legilasi atau pengaturan. Fungsi
pengaturan (regelemde functi) ini berkenaan dengan kewenangan untuk menentukan peraturan yang
mengikat warga negara dengan norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi. Berdasarkan
pengertian tersebut, Fungsi Legislasi DPR menjadi salah satu hal yang sangat penting didalam
pembentukan UU.
Jadi, berdasarkan uraian diatas, Fungsi pertama lembaga perwakilan rakyat adalah fungsi legislasi
atau pengaturan. Fungsi pengaturan (regelende functie) ini berkenaan dengan kewenangan untuk
menentukan peraturan yang mengikat dan membatasi. Sehingga, kewenangan ini utamanya hanya
dapat dilakukan sepanjang rakyat sendiri menyetujui untuk diikat dengan norma hukum yang
dimaksud.selain itu, fungsi legislatif juga menyangkut empat bentuk kegiatan sebagai berikut:
1) Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
2) Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
3) Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment approval);
4) Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan internasional
dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya (binding decision making on
international agreement and treaties or other legal binding documents); Dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia, fungsi Legislasi ini biasanya memang dianggap
yang paling penting.

Dalam praktik di Indonesia, fungsi legislasilah yang dianggap utama, sedangkan fungsi pengawasan
dan penganggaran adalah fungsi kedua dan ketiga sesuai dengan urutan penyebutannya dalam
undangundang. Fungsi legislasi dewan perwakilan rakyat dalam pembentukan undang-undang yang
baik dapat diketahui bahwa dalam proses pembentukan undang-undang yang baik (law making
process) ada lima tahapan penting yang harus dijadikan patokan antara lain : Asal Rancangan
Undang-undang (a bill’s origins) ; Penelitian dan Penyusunan Naskah Akademik (the concept paper)
; Prioritas Pembahasan Undang-undang (prioritizatio) ; Penyusunan Draft Undang-undang (drafting
the bill) ; Akses Publik Dalam Proses Pembahasan Undang-undang (Research).

Sumber referensi: BMP HUKUM TATA NEGARA ; https://www.agora-parl.org/ ;


https://www.hukumonline.com/ ; Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta

SOAL 2
1. Kekuasaan Presiden diatur dalam Bab III UUD 1945 tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara. Pada
Bab III UUD 1945 yang berisi 17 pasal mengatur berbagai aspek mengenai Presiden dan lembaga
kepresidenan, termasuk rincian kewenangan yang dimilikinya dalam memegang kekuasaan
pemerintah.303 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Artinya dalam
menjalankan kewenangannya, Presiden menjalankan pemerintahan menurut konstitusi. Ketentuan
Pasal 10 UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Menurut ketentuan ini kekuasaan Presiden adalah
tertinggi atas Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kemudian, pada Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal
14, dan Pasal 15 UUD 1945 menunjukkan adanya pembatasan kekuasaan Presiden. Hal ini terlihat
dengan adanya pengaturan, sebagai berikut:
1) Kekuasaan Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan ini membatasi
kekuasaan Presiden, karena dalam melaksanakan kewenangan Presiden harus mendapat
persetujuan dari DPR.
2) Kekuasaan Presiden menjadi terbatas, karena Presiden dalam membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Kekuasaan Presiden terbatas dalam hal perjanjian internasional, karena ketentuan-ketentuan
lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. Dengan ketentuan
ini, berarti penyelenggaraan pemerintahan yang terkait dengan perjanjian internasional dapat
dilaksanakan jika ada perangkat undang-undang.
4) Kekuasaan Presiden terbatas dalam hal menyatakan keadaan bahaya, maka syarat-syarat dan
akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. Dengan penetapan undang-
undang terlebih dahulu berarti Presiden akan berhadapan dengan DPR secara bersama-sama
membahas rancangan undang-undang yang terkait.
5) Kekuasaan Presiden terbatas dalam hal mengangkat duta, karena Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan ini berbeda dengan
ketentuan Pasal 13 ayat (1) sebelum perubahan UUD 1945, yang menyatakan bahwa Presiden
mengangkat duta dan konsul, tanpa harus memperhatikan pertimbangan DPR.
6) Pembatasan kekuasaan Presiden dalam hal Presiden menerima penempatan duta negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Berbeda dengan ketentuan
sebelumnya, Presiden mempunyai wewenang untuk menerima duta negara lain, sesuai dengan
Pasal 13 UUD 1945 sebelum perubahan. dan rehabilitasi tanpa harus memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (Pasal 14).
7) Kekuasaan Presiden terbatas karena dalam hal Presiden memberikan amnesti dan abolisi
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
8) Kekuasaan Presiden menjadi terbatas karena Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Ketentuan sebelum perubahan menyatakan
bahwa hanya Presiden yang berwenang memberi grasi Sebelum perubahan UUD 1945, hanya
Presiden yang mempunyai kekuasaan untuk memberi amnesti dan abolisi (Pasal 14).
9) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang. Ketentuan sebelum perubahan Pasal 15 UUD 1945 menyatakan bahwa
Presiden mempunyai kekuasaan untuk memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda
kehormatan, tanpa harus diatur terlebih dahulu dengan undang-undang.
Dalam rangka melaksanakan kebijakan pemerintahan juga diperlukan peraturan yang bersifat
pelaksanaan dari peraturan di atasnya, maka para pembantu Presiden (Menteri atau pejabat tinggi
setingkat lainnya, seperti Gubernur Bank Indonesia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara,
Panglima TNI) diberikan kewenangan untuk membuat peraturan yang bersifat pelaksanaan, misalnya
dalam bentuk Peraturan Menteri atau pejabat setingkat Menteri, Peraturan Gubernur Bank Indonesia.
Oleh karena itu, Presiden berwenang untuk membuat peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang, seperti Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.
Untuk memastikan bahwa presiden tidak melampaui batas kekuasaannya, ada beberapa mekanisme
yang dapat dilakukan:
a. Pemisahan kekuasaan: Prinsip pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif
harus dijaga. Setiap cabang pemerintahan memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas,
sehingga tidak ada satu cabang yang dominan.
b. Konstitusi: Konstitusi negara harus mengatur batasan kekuasaan presiden. Konstitusi harus jelas
dan mengikat, serta memberikan pembatasan yang tegas terhadap tindakan presiden.
c. Sistem pengawasan: Membentuk lembaga pengawasan yang independen, seperti badan anti-
korupsi atau ombudsman, yang bertugas memantau dan mengawasi tindakan presiden. Lembaga
ini harus memiliki kewenangan untuk menyelidiki dan mengadili pelanggaran yang dilakukan
oleh presiden.
d. Kebebasan pers: Kebebasan pers yang kuat dan independen dapat menjadi penjaga kekuasaan
presiden. Media massa yang bebas dapat mengungkapkan tindakan presiden yang melampaui
batas kekuasaannya dan memberitakan kepada publik.
e. Pemilihan yang adil dan bebas: Memastikan bahwa pemilihan presiden dilakukan secara adil
dan bebas. Pemilihan yang demokratis akan memberikan kesempatan bagi publik untuk
mengevaluasi kinerja presiden dan memilih pemimpin yang sesuai dengan keinginan mereka.

2. Kekuasaan presiden dalam bidang yudikatif merupakan hak eksklusif yang melekat pada diri seorang
presiden. Hak eksklusif milik presiden terbagi atas tiga, yaitu hak legislatif, hak eksekutif, dan hak
yudikatif. Kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh Presiden ini dituangkan dalam Pasal 4 ayat (1)
UUD 1945. Terdapat empat bidang yang menaungi hak yudikatif presiden, yaitu pemberian grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Empat hak yudikatif yang diberikan kepada Presiden merupakan
suatu bentuk pembagian kekuasaan. Sebelum amandemen UUD 1945, seluruh hak milik Presiden
adalah kewenangan absolut dari Presiden. Namun setelah hasil amandemen, kewenangan Presiden
tersebut harus dikonsultasikan dengan Mahkamah Agung dan DPR. Berikut 4 kekuasaan Presiden
dalam bidang yudikatif, yaitu:

1. Grasi

Dasar hukum pemberian grasi diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 dan UU No. 22 Tahun
2002 tentang Grasi. Grasi ini diberikan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
dari Mahkamah Agung. Dalam ilmu hukum, grasi merupakan upaya hukum luar biasa dari seorang
terpidana yang telah melewati proses hukum biasa, yaitu pengadilan tingkat pertama, tingkat banding,
dan tingkat kasasi. Jika seseorang memohon grasi kepada Presiden dan dikabulkan, maka Presiden
mengampuni perbuatan yang bersangkutan. Kesalahannya masih tetap ada, namun hukuman
pidananya dihilangkan.

2. Amnesti

Amnesti diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UUD 1945, di dalam UU Darurat No. 11 Tahun 1954 tentang
Amnesti dan Abolisi, yang menyatakan bahwa akibat dari pemberian amnesti adalah semua akibat
hukum pidana terhadap orang yang diberikan amnesti dihapuskan. Amnesti adalah pengampunan atau
penghapusan hukuman yang diberikan Presiden kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah
melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti diberikan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
dari Mahkamah Agung dan DPR yang dapat diberikan tanpa pengajuan permohonan terlebih dahulu.

3. Abolisi

Pemberian abolisi diatur dalam Pasal 14 ayat (2) UUD 1945. Abolisi diberikan kepada terpidana
perorangan dan diberikan ketika proses pengadilan sedang atau baru akan berlangsung. Dalam
memberikan abolisi, Presiden mempertimbangkan demi alasan umum karena mengingat perkara yang
menyangkut para tersangka tersebut terkait dengan kepentingan negara yang tidak bisa dikorbankan
oleh putusan pengadilan. Abolisi dapat diartikan juga sebagai upaya Presiden untuk menghentikan
proses pemeriksaan dan penuntutan kepada seorang tersangka karena dianggap pemeriksaan dan
penuntutan tersebut, dapat mengganggu stabilitas pemerintahan. Dalam membuat keputusan abolisi,
Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR.

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi diberikan terhadap terpidana yang telah mendapatkan kepastian hukuman dan menjalani
masa pidana, tetapi ternyata dinyatakan tidak bersalah. Pemberian rehabilitasi diatur dalam Pasal 14
ayat (2) UUD 1945 yang sebelum pemutusannya Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR.
Rehabilitasi dirasa perlu diberikan kepada terpidana karena vonis yang dijatuhkan sebagai terpidana
akan sangat mengganggu kondisi kejiwaan seseorang, terlebih apabila vonis itu dijatuhkan tanpa
bukti kuat dan proses yang adil. Oleh sebab itu, kewenangan untuk memperbaiki nama, hak, dan citra
seseorang yang terlanjur dihubungkan dengan perkara hukum tetapi tidak dapat dibuktikan
keterlibatannya atau sangkaan yang salah, diserahkan kepada Presiden.

Sumber referensi : Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2007. ; https://jurnalkonstitusi.mkri.id ;
Chrisdianto Eko Purnomo. Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik
Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 2, April 2010 ;
https://www.hukumonline.com/

SOAL 3

1. Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa Faisal Wahyudi Wahid Putra melalui kuasa hukumnya Tim
Advokasi Peduli Hukum Indonesia telah mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil terhadap Perpres
No.64 Tahun 2020 ke Mahkamah Agung. Proses ini sesuai dengan prosedur uji materi peraturan
presiden di Indonesia, di mana Mahkamah Agung merupakan lembaga yang berwenang mengadili
perkara uji materiil terhadap peraturan perundang-undangan. Hak uji materiil (HUM) adalah hak yang
dimiliki oleh Mahkamah Agung untuk menilai materi muatan suatu peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang terhadap perhaturan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Lingkup tugas dan wewenang Mahkamah Agung ini sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 24A
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.”
2. MA dan MK diatur pada UU No. 48/2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung (UU No. 14/1985) juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU No.
3/2009), dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU No.
24/2003) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU No. 7/2020). Pengaturan tersebut
mencakup kekuasaan kehakiman, hakim, sumpah, pemberhentian, tugas dan kewenangan, dan lain
sebagainya. Berikut ini perbedaan MA dan MK selengkapnya.
1) Pelaku Kekuasaan Kehakiman di Lingkungan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
Perbedaan MA dan MK yang pertama adalah berkaitan dengan pelaku kekuasaan kehakimannya.
Hakim yang berada pada lingkungan MA serta badan peradilan di bawahnya disebut dengan Hakim
Agung. Sementara itu, Hakim Konstitusi merupakan hakim pada Mahkamah Konstitusi.
2) Cabang Kekuasaan Kehakiman
Perbedaan MA dan MK yang kedua yakni terkait cabang kekuasaan kehakiman. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, MA membawahi badan peradilan di Indonesia. Badan peradilan di
bawahnya yakni di lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, dan
pengadilan khusus. Pengadilan khusus yakni pengadilan yang berwenang memeriksa,
mengadili, memutus perkara tertentu. Sementara itu, MK tidak mendistribusikan
kewenangannya ke lembaga lain. Pasalnya, MK tidak memiliki cabang kekuasaan kehakiman
dan hanya ada di Ibu Kota Negara.

3) Jumlah Hakim MA dan MK


Hakim MA berjumlah maksimal 60 orang. Sementara itu, MK memiliki 9 orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Kesembilan orang tersebut , antara lain
seorang merangkap Ketua dan anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan tujuh orang
anggota hakim konstitusi. Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua MK dipilih untuk masa jabatan 5
tahun dan dapat dipilih kembali sebanyak 1 kali.

4) Kewenangan Terhadap Putusan Bagi MA dan MK Perbedaan MA dan MK berikutnya yakni


terkait kewenangan terhadap putusan. MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi terhadap
putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di seluruh lingkungan peradilan.
Hal ini dapat berlaku lain jika undang-undang menentukan lain.
MA juga berwenang memeriksa putusan yang telah berkekuatan hukum tetap jika diajukan
peninjauan kembali oleh pihak yang bersangkutan. MA juga berwenang melakukan hal lain
yang ditentukan pada undang-undang. Sedangkan MK berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir. Selain itu, MK juga berwenang memutus pembubaran partai politik.
Selain itu, MA mampu memberi keterangan, pertimbangan, maupun nasihat masalah hukum
ke lembaga negara serta lembaga pemerintahan. MK juga memiliki kewenangan lain yang
diberikan oleh undang-undang.

5) Perkara yang Ditangani Perbedaan MA dan MK berikutnya yakni terkait kasus yang
ditangani. MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang. Hal ini selaras dengan hierarki peraturan perundang-undangan.
Sedangkan perkara yang diuji MK yakni undang-undang terhadap UUD NRI 1945, sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD NRI 1945. MK wajib
memberi putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga
melakukan pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum tersebut berupa pengkhianatan terhadap
negara, penyuapan, korupsi, dan tindak pidana berat lainnya.
6) Sifat Putusan Putusan MK langsung bersifat final atau langsung berkekuatan hukum tetap.
Artinya tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Sifat final itu adalah kekuatan hukum
yang mengikat yakni final dan binding. Sifat putusan MA juga final tetapi dapat diajukan
upaya hukum luar biasa yakni peninjauan kembali. Peninjauan kembali itu dilakukan terhadap
putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
7) Pemilihan Hakim Hakim Agung ditetapkan oleh Presiden dari nama calon yang diajukan
DPR. DPR mengusungnya dari nama calon yang diusulkan Komisi Yudisial (KY). KY yang
akan melakukan pendaftaran calon, melakukan seleksi, penetapan calon, dan ajukan calon
Hakim Agung ke DPR. Ketua dan Wakil Ketua MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung yang
kemudian ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh
MA, 3 orang oleh DPR, dan 3 orang oleh Presiden. Prosesnya dilaksanakan secara transparan
dan partisipatif serta objektif dan akuntabel.

Sumber referensi: https://katadata.co.id/ ; https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/ ;


https://brainly.co.id/

Anda mungkin juga menyukai