Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL KLINIK

BALITA R USIA 13 BULAN DENGAN GIZI BURUK

Kelompok Puskesmas Cikande


Ketua : Eka Sulingkar (7023031088)
Anggota :
- Maulani Nurfadhiah (7023031096)
- Putri Sophie (7023031108)
- Sakinah (7023031104)

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
SOAL KASUS
Seorang anak perempuan dibawa ibu nya ke Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan pada tanggal 13-03-2024. Hasil anamnesis : Ibu mengatakan bahwa
anaknya tidak nafsu makan, bahkan sering kali menolak makanan yang telah
disiapkan. Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa anaknya sering lemas dan sakit.
Namun, Anak R tidak sedang menderita penyakit apapun dan juga tidak ada riwayat
penyakit dahulu maupun penyakit keluarga. Adapun hasil pemeriksaan yaitu badan
terlitah kurus dan perut cukung, BB : 6 kg, PB : 71 cm, LK : 45 cm, Lila : 15 cm,
HR : 125 x/menit, Rr : 45 x/menit, Suhu : 36,6 ℃. Hasil pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan. Namun, status gizi berdasarkan BB/PB (TB) < - 3 SD yang menunjukan
bahwa Anak. R mengalami gizi buruk yaitu kondisi ketika berat badan anak terlalu
rendah dibandingkan dengan tinggi badannya.
Kemudian, Dokter menjelaskan bahwa gizi buruk yang dialami Anak. R
disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi yang cukup akibat dari anak tidak
nafsu makan, dan salah satu dampak dari gizi buruk yaitu anak terlihat sering lemas
dan bahkan sering sakit. Namun, bisa juga diakibatkan karena faktor penyebab
lainnya yang belum diketahui secara pasti, seperti penyakit infeksi atau gangguan
sistem lainnya pada tubuh Anak R, sehingga Dokter umum Puskesmas melakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak yaitu dengan menganjurkan ibu untuk
melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit dengan menggunakan surat rujukan yang
sudah dibuatkan agar mengetahui secara pasti faktor penyebab dan juga terapi atau
pengobatan yang tepat untuk anaknya.
1. LANGKAH KE SATU IDENTIFIKASI MASALAH DAN
KLARIFIKASI KATA-KATA SULIT (UNFAMILIAR TERM)
a. Klarifikasi Kata-Kata Sulit
1. Anamnesis : Riwayat kesehatan dari seorang pasien
adalah informasi yang diperoleh dokter
dengan cara menanyakan pertanyaan
tertentu, dan pasien dapat memberikan
jawaban yang sesuai. Riwayat kesehatan
dapat didokumentasikan yang biasa kita
kenal dengan rekam medis

2. ISPA : Infeksi saluran pernapasan atas

3. BB : Berat Badan

4. PB : Panjang Badan

5. LILA : Lingkar Lengan

6. S : Suhu

7. HR Heartrate

8. RR Respiratory rate

b. Identifikasi masalah
1) Gizi buruk pada balita

2. LANGKAH KE DUA BRAINSTORMING DAN ANALISIS


MASALAH
a. Brainstorming
1) Apakah yang dimaksud dengan Gizi Buruk pada Balita?
2) Apa penyebab Gizi Buruk pada Balita ?
3) Apa dampak Gizi Buruk pada Balita?
4) Fakor apa yang terjadi Gizi Buruk pada Balita?
5) Apakah ada hubungannya tidak nafsu makan dengan Gizi buruk
pada balita?
6) Bagaimana upaya dalam mengatasi masalah gizi buruk pada balita?
b. Analisis Masalah
1) Mahasiswi 1 menjawab pertanyaan nomor satu
Yang dimaksud Gizi Buruk Pada Balita Gizi buruk adalah kondisi
di mana tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan fungsi tubuh. Pada bayi dan balita, kondisi ini sangat kritis
karena masa tersebut adalah periode penting pertumbuhan otak,
organ tubuh, dan pembentukan sistem imun.
2) Mahasiswi 2 menjawab pertanyaan nomor dua
Penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan
yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia
anak. Kekurangan asupan ini bisa terjadi karena tidak tersedianya
bahan makanan yang berkualitas baik.
3) Mahasiswi 3 menjawab pertanyaan nomor tiga
Dampak Gizi Buruk Pada Balita gizi buruk pada Balita seringkali
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi seimbang, di
samping itu bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu
yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan
ataupun terganggunya penyerapan zat gizi penting yang diperlukan
oleh tubuh.
4) Mahasiswi 4 menjawab pertanyaan nomor empat
Faktor Gizi Buruk Pada Balita adalah asupan makanan yang tidak
adekuat dan penyakit infeksi, maupun penyebab tidak langsung
permasalahan gizi seperti masih tingginya kemiskinan, rendahnya
sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh
yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan yang belum optimal.
5) Mahasiswi 2 menjawab pertanyaan nomor lima
Ada, hubungannya tidak nafsu makan dengan gizi buruk pada
balita karena asupan nutrisi yang kurang baik akibat dari anak yang
memiliki perilaku tidak nafsu makan. Adapun penatalaksanaan gizi
buruk pada balita harus disesuikan dengan kondisi dan usia anak
berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk
Pada Balita.
6) Mahasiswi 3 menjawab pertanyaan nomor enam
Upaya dalam mengatasi gizi buruk pada balita
3. LANGKAH KE TIGA MENYUSUN MINDMAP DAN
MENENTUKAN LO
a. Mind Map

b. Tujuan Pembelajaran (Merumuskan LO)


1) Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi mengenai Gizi
Buruk Pada Balita
2) Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi mengenai
penyebab dari Gizi Buruk Pada Balita
3) Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi mengenai
dampak Gizi Buruk Pada Balita
4) Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi mengenai faktor
Gizi Buruk Pada Balita
5) Untuk mengetahui apakan ada hubungannya idak nafsu makan Gizi
Buruk Pada Balita?
6) Untuk mengatahui bagaimana cara mengatasi masalah gizi buruk
pada balita?
4. BELAJAR MANDIRI
(dilakukan oleh masing-masing anggota)
5. LANGKAH KE LIMA SYNTHESIS DAN REPORTING
1) Apakah yang dimaksud dengan Gizi Buruk pada Balita?
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurana
adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat,
lemak,dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh (Dedi, 2021).
2) Apa penyebab Gizi Buruk pada Balita ?
penyebab gizi buruk dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk
meliputi kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi
dan menderita penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung
gizi buruk yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola
asuh yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah (Okavia,
2020).
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk berkaitan dengan sikap ibu
terhadap makanan. Sikap terhadap makanan berarti juga berkaitan
dengan kebiasaan makan, kebudayaan masyarakat, kepercayaan dan
pemilihan makanan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
karya dan karsa. Sikap Ibu Terhadap buruk norma-norma sosial yakni
sendi-sendi masyarakat yang berisi sanksi dan hukuman-hukumannya
yang dijatuhkan kepada golongan bilamana yang dianggap baik untuk
menjaga kebutuhan dan keselamatan masyarakat itu dilanggar.
Norma-norma itu mengenai kebiasaan hidup, adat istiadat, atau
tradisi-tradisi hidup yang dipakai secara turun temurun.
Kebiasaan makanan adalah konsumsi pangan
(kuantitas dan kualitas), kesukaan makanan tertentu, kepercayaan,
pantangan, atau sikap terhadap makanan tertentu. Kebiasaan makan
ada yang baik atau dapat menunjang terpenuhinya kecukupan gizi dan
ada yang buruk (dapat menghambat terpenuhinya kecukupan gizi),
seperti adanya pantangan, atau tabu yang berlawanan dengan konsep-
konsep gizi. Masalah yang dapat menyebabkan kekurangan gizi
adalah tidak cukup pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian
tentang kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan makan dalam rumah
tangga penting untuk diperhatikan, karena kebiasaan makanan
mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan, selanjutnya
mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah tangga
(Maxialia, 2021).
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini dikarenakan
bayi yang mengalami BBLR akan mengalami komplikasi penyakit
karena kurang matangnya organ,menyebabkan gangguan
pertumbuhan fisik dan gangguan gizi saat balita. Faktor pendidikan
Ibu erat kaitannya dengan pengetahuan Ibu mengenai gizi sehingga
akan berakibat terhadap buruknya pola asuh balita
3) Apa dampak Gizi Buruk pada Balita?
Gizi buruk yang tidak tertangani dengan tepat akan menimbulkan
dampak buruk dalam jangka pendek seperti, terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan
gangguan metabolisme dalam tubuh, sedangkan dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua (Kementrian Kesehatan
RI, 2020). Sehingga, akan merugikan anak di masa depan, bahkan
dapat menimbulkan kematian. Sehingga diperlukan adanya
penatalaksanaan yang tepat disesuikan dengan kondisi anak.
4) Fakor apa yang terjadi Gizi Buruk pada Balita?
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Gizi buruk yaitu faktor
langsung seperti asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit
infeksi, maupun penyebab tidak langsung permasalahan gizi seperti
masih tingginya kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan,
ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang kurang baik, dan
pelayanan kesehatan yang belum optimal (Kementerian Kesehatan RI,
2017). Sedangkan, menurut (Wahyuni et al., 2020) gizi buruk pada
anak seringkali disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi
seimbang, di samping itu bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit
tertentu yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan
makanan ataupun terganggunya penyerapan zat gizi penting yang
diperlukan oleh tubuh.
Hasil penelitian (Sulistyawati, 2019) menunjukan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan gizi buruk yaitu asupan
nutrisi yang kurang cukup memberikan dampak pada status gizi anak,
kemudian riwayat sakit balita dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, karena kebutuhan energi anak
yang seharusnya digunakan untuk menopang kebutuhan saat
bertumbuh justru digunakan untuk recovery tubuh yang terkena
penyakit. Lalu, pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi status
gizi pada anak, karena pendapatan menentukan kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan gizi, serta penyakit-pemyakit tertentu
dapat menyebabkan malnutrisi misalkan frekuensi sakit ISPA.
Sedangkan, hasil penelitian (Heryanto et al., 2023; Khadijah et al.,
2021) menunjukan bahwa perilaku tidak nafsu makan pada anak dapat
berakibat pada status gizi anak.
Adapun faktor penyebab dari gizi buruk Anak R yaitu tidak nafsu
makan adalah perilaku anak yang menolak untuk makan, hanya
makan makanan tertentu saja, dan menghabiskan porsi makan dengan
lambat bahkan sering tidak menghabiskan porsi makan setiap jam
makan (Noviri et al., 2023). Tidak nafsu makan dapat diakibatkan
karena makanan yang disediakan kurang bervariasi atau cara
penyajian makan yang kurang kreatif, sehingga menyebabkan
kurangnya kebutuhan nutrisi atau malnutrisi yang berdampak pada
kondisi fisik anak seperti sering lemas atau sakit, dan bahkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang akan menyebabkan
gizi buruk (Yulianto et al., 2022).
5) Apakah ada hubungannya tidak nafsu makan dengan Gizi buruk pada
balita?
Faktor konsumsi makan merupakan penyebab langsung dari kejadian
gizi buruk pada balita. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan
yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi
syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan
aman sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan
dan perkembangan balita. Faktor penyakit infeksi berkaitan dengan
tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan dan
penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor kemiskinan sering disebut
sebagai akar dari kekurangan gizi, yang mana faktor ini erat kaitannya
terhadap daya beli pangan di rumah tangga sehingga berdampak
terhadap pemenuhan zat gizi.
Pola makan yang diterapkan dengan baik dan tepat sangat penting
untuk membantu mengatasi masalah gizi yang sangat penting bagi
pertumbuhan balita. Ditambah dengan asupan gizi yang benar maka
status gizi yang baik dapat tercapai. Makanan yang memiliki asupan
gizi seimbang sangat penting dalam proses tumbuh kembang dan
kecerdasan anak. Bersamaan dengan pola makan yang baik dan teratur
yang harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak, dapat membantu
memenuhi kebutuhan akan pola makan sehat pada anak, seperti
variasi makanan dan pengenalan jam-jam makan yang tepat. Pola
makan yang baik harusnya dibarengi dengan pola gizi seimbang, yaitu
pemenuhan zat-zat gizi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh dan diperoleh melalui makanan sehari-hari. Dengan makan
makanan yang bergizi dan seimbang secara teratur, diharapkan
pertumbuhan anak akan berjalan optimal. Nutrisi sangat penting dan
berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit (Rottie,
2022)
6) Bagaimana upaya dalam mengatasi masalah gizi buruk pada balita?
Penatalaksanaan gizi buruk menurut (Kemenkes RI, 2019) yaitu balita
gizi buruk usia 6-59 bulan, dengan nafsu makan yang baik dan tanpa
komplikasi dapat menjalani rawat jalan, dengan kontrol seminggu
sekali ke fasilitas kesehatan untuk memantau/menilai kemajuan.
Kemudian, layanan rawat inap dapat dilakukan di rumah sakit dan
puskesmas rawat inap yaitu untuk balita gizi buruk usia 6-59 bulan
dengan komplikasi dan/atau edema +3 atau dengan berat kurang dari
4 kg, serta semua bayi di bawah 6 bulan dengan gizi buruk menjalani
rawat inap, walaupun tidak ada komplikasi. Sedangkan, prinsip
penatalaksanaan gizi buruk yang mengacu pada Management of
Severe Malnutrition yang dikeluarkan WHO dalam (Fitriyanto &
Mahfudz, 2020) yaitu :

1. Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia.


2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
4. Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
6. Pemberian makan
a. Fase stabilisasi
b. Fase tumbuh kejar
a) Fase Transisi (minggu II)
b) Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro
8. Pemberian stimulasi sensoris dan dukungan emosional
9. Tindak lanjut di rumah. Tindak lanjut di rumah harus dilakukan
setelah kondisi anak sudah berada di garis warna kuning
Adapun penatalaksanaan kasus gizi buruk pada Anak R yaitu
dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak agar
mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap untuk mengehtaui
faktor penyebab lainnya dan mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat.
Maka dari itu, perlunya juga adanya pencegahan gizi buruk pada
balita yaitu dengan menerapkan pola makan sesuai dengan umur,
pola hidup bersih dan sehat, menerapkan higiene dan sanitasi
yang baik, memantau tumbuh kembang anak, imunisasi dasar
lengkap, pemberian vitamin A dan obat cacing serta mencegah
terjadinya infeksi (Kemenkes RI, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyanto, R. E., & Mahfudz, S. (2020). Management of Severe Malnutrition of


Under Five Years Old Patients in RSUD Wonosari. AJIE-Asian Journal of
Innovation and Entrepreneurship, 5(1), 20–26.
Heryanto, M. L., Amelia, P. B., & Mulyati, L. (2023). Perilaku Picky Eater dengan
Status Gizi Pada Anak Prasekolah. Journal of Midwifery Care, 4(1), 46–55.
https://doi.org/10.34305/jmc.v4i1.969
Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada
Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1–120.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Warta Kesmas; Gizi Investasi Masa Depan
Bangsa.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Tingkatkan Status Gizi Masyarakat.
Khadijah, S., Palifiana, D. A., Astriana, K., & Amalinda, C. (2021). Pengaruh Nafsu
Makan Balita Terhadap Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Mantrijeron Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional, 23–28.
Maxialia, M. (2021). Beberapa fakor resiko gizi kurang. 111, 131–135.
Noviri, L. E., Maulidya, R., Fitria, N., & Abrar, A. (2023). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Pra Sekolah.
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 9(1), 758.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v9i1.2990
Okavia, S. (2020). faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk. 5,
186–192.
Rottie, J. V. (2022). Hubungan pola makan dengan status gizi pada anak. 1, 1–6.
Sulistyawati, A. (2019). Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada balita di Dusun
Teruman Bantul. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 10(1), 13–19.
Wahyuni, L., Nasution, Z., & Tarigan, J. (2020). Fenomena Gizi Buruk Di Wilayah
Kerja Puskesmas Peusangan. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(2), 62–68.
https://doi.org/10.33860/jik.v13i2.34
Yulianto, A., Novitasari, M. D., Arimadiyanti, D., & Widayati, W. (2022). Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Makan Persisten Pada Anak Usia
Prasekolah. Holistik Jurnal Kesehatan, 16(3), 244–254.
https://doi.org/10.33024/hjk.v16i3.6324

Anda mungkin juga menyukai