Anda di halaman 1dari 13

Daftar Isi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan masalah
1.4 Metodeologi penulisan

Bab 2 Pembahasan

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan
sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur
dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala.
Selanjutnya adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai
penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.
Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah
berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.
Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti
Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian,
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752.
Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai.
Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja
Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di
Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah,
serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.
Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula
menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an,
seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri
mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan
memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan
kembali Wangsa Sanjaya.
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8, Pada awal
berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan
Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang
keagamaan yang berbeda, yakni agama Hindu dan Buddha.

Peninggalan bangunan suci dari keduanya, antara lain Candi Gedong Sanga, Kompleks
Candi Dieng, dan Kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang
berlatar belakang agama Buddha, antara lain Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut,
Candi Sewu, dan Candi Plaosan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?


2. Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu ?
4. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Apa saja peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
2. Mengetahui proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
3. Mengetahui kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu
4. Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
5. Mengetahui peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1.4 Manfaat
Manfaatnya antara lain yaitu mengetahui peninggalan sejarah kerajaan Mataram serta
mengetahui aspek kesejahteraan pada masa Kerajaan Mataram

1.5 Metode Penulisan


Penulis menggunakan matode studi pustaka yaitu mengumpulkan informasi dan data
dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen,catatan,majalah,kisah-kisah sejarah.
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto,


Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti
Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya
dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa
Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di
bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke
bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti
itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi agama Budha dan
Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh
Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi RoroJongrang di
Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi
banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno
sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang
raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama
Mpu Sindok mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur. Di sana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai
seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang
bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif
dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu
di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai
mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi
Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak. Pada
zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada
saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian
digantikan oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun
bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan
candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa
Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan
Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga
timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno
mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno

Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2 :

a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya
yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di
Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah
Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah
sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa
Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan
mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian,
Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari
Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah
Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-
709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang
Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan
Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan
Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan
kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya
memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi
Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan
prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama
Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja
Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan
Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang
putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang
keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan
demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.

b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra
yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup
dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah
pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka
menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing
ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan
Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari,
melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa,
sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda
maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan
prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan
ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan
yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan
penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi
Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa
pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah
Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas
kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi
Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya,
diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari
tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan
Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat
pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga
pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa
penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan
meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa
Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan
raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu,
Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan
bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian
sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa
pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di
dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan
Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di
Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

Kehidupan Rakyat Mataram Kuno

Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan
banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil
pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak
masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras,
buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas
dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur
sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual
belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa.Raja telah
memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran
Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui
aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan
dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya
akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :


1. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut
menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.
2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di
Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan
strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk
perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram,
lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk
Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu
Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan
Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah,
prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun
Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga
kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

Peninggalan Kerajaan Mataram


Candi Sewu Terletak di kawasan sekitar candi Prambanan, tepatnya di Desa
Bugisan, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu adalah candi Budha terbesar
kedua setelah Borobudur.

Candi Arjuna Terletak di kompleks Percandian Arjuna,tepatnya di Dataran Tinggi


Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi Hindu satu ini mirip dengan candi-candi di
kompleks Gedong Sanga.

Candi Bima Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara,
Jawa Tengah. Candi ini dikatakan memiliki banyak keunikan, misalnya dalam hal arsitekturnya
yang mirip dengan candi-candi yang ada di India.

Candi Borobudur Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini sudah
terkenal ke seluruh penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah ada. Candi
Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal dari ke 8 Masehi.

Candi Mendut merupakan candi peninggalan Agama Budha yang diperkirakan


dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti Syailendra.
Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.

Candi Pawon Jika Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya terletak
di satu garis lurus. Inilah yang membuat para ahli merasa keheranan. Candi pawon masih
belum diketahui secara jelas asal-usulnya karena bukti sejarah yang ditemukan masih sangat
terbatas.

Candi Puntadewa Candi yang terletak di kompleks candi Arjuna ini juga merupakan
candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Candi bercorak Hindu ini mempunyai ukuran kecil
tapi terlihat tinggi.

Candi Semar Candi Semar terletak berhadapan langsung dengan Candi Arjuna.
Bentuknya segiempat membujur arah Utara – Selatan dengan tangga masuknya berada di sisi
Timur dan Barat.

Prasasti Kerajaan Mataram


Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7) Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang
ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa Syailendra adalah
penganut agama Budha. Prasasti Sojomerto

Prasasti Kalasan (778 M) Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja Dinasti
Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan suci untuk Dewi
Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.

Prasasti Klurak (782 M) Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini berisi
tentang berita pembuatan arca Manjusri sebagai wujud Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha.
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini juga menyebut nama Raja Indra sebagai raja
yang berkuasa pada saat itu.

Prasasti Ratu Boko (856 M) Prasasti ini berisi berita kekalahan Balaputra Dewa dalam
perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan .

Prasasti Nalanda (860 M) Prasasti ini berisi tentang asal-usul Balaputra Dewa yang
adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja Samarottungga.

Prasasti Cangal (732 M) Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal.
Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran
sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah.
Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun
732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana.
Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada
masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di
Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan
kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti
Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk
memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung. Caranya
adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra
dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.

2. proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno


a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch
dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa
(1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang
berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada
nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732.
Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa
Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah
India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat
pemerintahan baru.
1. Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman
kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya
berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari
Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa,
raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M).
Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah,
menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini
bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun
723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda
dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-
Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya
memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh
puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah
dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran
dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra.
Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja
Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai
Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya
seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah
dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai
Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya
kembali berkuasa di Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa sa
Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu
Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang
atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut
para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan
wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara
Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar
berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan
satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan
keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui
penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya
memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha
Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor,
prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga
Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan
candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang
bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan,
sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah
bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya
memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia
membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa
pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh.
Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan
Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan
naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai
dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya,
diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus
pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang
meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke
Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa
yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang
membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa
terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka
disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap
merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto
didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812),
puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu,
Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan
memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara
sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja
Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi
Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-
833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi
salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi
Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra
bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka
selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
3.Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini
mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling
mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai
Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-
buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga,
seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan
barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti
kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.

4. Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :


1. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar.
Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan,
sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.
2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang
terjadi tahun 927-929 M.
3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan
pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat
sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur,
apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan,
dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

5.Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


CANDI
 Candi Sewu
 Candi Arjuna
 Candi Bima
 Candi Borobudur
 Candi Mendut
 Candi Pawon
 Candi Puntadewa
 Candi Semar
PRASASTI
 Prasasti Kerajaan Mataram
 Prasasti Sojomerto
 Prasasti Kalasan
 Prasasti Klurak
 Prasasti Ratu Boko
 Prasasti Nalanda
 Prasasti Cangal

B. Saran
Kerajaan Mataram kuno mempunyai banyak peninggalan seperti Candi
ataupun Prasasti.Selain itu dapat mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-
kerajaan hindu-budha di Indonesia khususnya Kerajaan Kalingga.Kita sebagai
penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga peninggalan-peninggalannya.
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_mataram

http://vracarsa.blogspot.co.id/2016/06/sejarah-kerajaan-mataram-kerajaan-
mataram.html?m=1

http://viliakartika.blogspot.co.id/2014/04/makalah-kerajaan-mataram-.html

http://rifdakamila05.blogspot.co.id/2015/04/kerajaan-mataram-tallo-
lengkap.html

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/12/15-peninggalan-kerajaan-
mataram-kuno.html

Anda mungkin juga menyukai