Anda di halaman 1dari 9

RESUME HASIL DISKUSI KELOMPOK 3

Mata Kuliah : Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak SD


Materi Diskusi : Kebutuhan dan Strategi Anak Terhadap Aktivitas Kreatif
Dosen Pengampu MK : Awal Nur Kholifatur Rosyidah, M.Pd

Hari/Tanggal : Jumat, 17 September 2021


Media : Google Meet
Moderator : Liza Ayu Anggriani
Penyaji : Kelompok 3
1. Leniya Dayu Rizkia (E1E020107)
2. Liza Ayu Anggriani (E1E020112)
3. Lulu’ Herayani (E1E020113)
4. Melinda Septiani (E1E020122)
5. Muna Iffat Nabilah (E1E020130)

Notulis : Muna Iffat Nabilah


Peserta : Seluruh Mahasiswa Kelas 3D PGSD
Susunan Acara : Pembukaan
Penyampaian Materi
Sesi Tanya Jawab
Penutup
Penguatan Materi
Kesimpulan
Selesai

Hasil Diskusi:
1. Pembukaan : Dibuka oleh moderator

2. Penyampaian Materi:
 Materi 1 : Pengertian Kebutuhan, Strategi dan Aktivitas Menurut Para Ahli
Pemateri 1 : Leniya Dayu Rizkia (E1E020117)
 Materi 2 : Konsep Kebutuhan Anak Terhadap Aktivitas Kreatif
Pemateri 2 : Liza Ayu Anggriani (E1E020112)

 Materi 3 : Strategi dalam Pengembangan Terhadap Aktivitas Kreatif (Bagian


Pengembangan Kreativitas Melalui Menciptakan Produk {Hasta Karya}
dan Pengembangan Kreativitas Melalui Imajinasi)
Pemateri 3 : Muna Iffat Nabilah (E1E020130)

 Materi 4 : Strategi dalam Pengembangan Terhadap Aktivitas Kreatif (Bagian


Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi dan Pengembangan
Kreativitas Melalui Eksperimen)
Pemateri 4 : Melinda Septiani (E1E020122)

 Materi 5 : Strategi dalam Pengembangan Terhadap Aktivitas Kreatif (Bagian


Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi, Pengembangan Kreativitas
Melalui Musik dan Mengembangkan Kreativitas Melalui Bahasa)
Pemateri 5 : Lulu' Herayani (E1E020113)

3. Sesi Tanya Jawab:


1. Margareth Aurelia Wasa (E1E020118)
Seperti yg sudah dijelaskan bahwa salah satu pengembangan kreativitas dan bakat siswa
itu melalui musik. Bagaimana cara guru mengajarkannya kepada siswa padahal guru
tersebut tidak menguasai musik? Dan apa alat musik simple yang dapat diajarkan pada
siswa selain angklung?
Yang menanggapi:
1) Melinda Septiani (E1E020122)
Bagaimana jika dalam pembelajaran guru tidak menguasai musik, jadi menurut
saya sebagai calon pendidik khususnya mahasiswa PGSD dituntut untuk serba bisa
mulai dari menari, menyanyi, bermain alat musik dan lain-lain. Di PGSD sendiri para
mahasiswa calon guru diberi bekal untuk menguasai semua hal tersebut dengan adanya
mata kuliah pendidikan seni tari, pendidikan seni musik dan lain lain. Jadi sebagai
calon pendidik kita dipersiapkan untuk menjadi guru yang serba bisa. Walaupun tidak
bisa menguasai semuanya yang penting konsep dasarnya telah kita pelajari untuk
menjadi bekal untuk mengajari kepada peserta didik. Dan untuk alat musik yang
mudah untuk diajarkan kepada anak yaitu pianika karena di dalam lagu sendiri
terdapat not not musik yang memudahkan untuk menggunakan pianika itu sendiri.

2) Muna Iffat Nabilah (E1E020130)


Jadi saya sependapat dengan saudari Melinda untuk jenis alat musik yang
mudah diajarkan kepada siswa selain angklung yaitu pianika. Terkait bagaimana
dengan cara guru mengajarkan musik kepada siswa padahal guru tersebut tidak
menguasai musik menurut saya kalapun guru tersebut tidak benar-benar menguasai
musik, tapi setidaknya ada konsep dasar yang sudah dimiliki guru sebagai bekal.
Apalagi jika kita mengajarkan musik melalui pianika kepada siswa SD saya rasa itu
cukup mudah bagi guru tersebut jika ia hanya memiliki konsep dasar musik saja dan
tidak benar-benar menguasai musik.

3) Liza Ayu Anggriani (E1E020112)


Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan bakat dan minat
peserta didik di bidang musik dimana kita sebagai seorang guru kurang ahli dalam
bidang tersebut. Belajar musik tidak hanya dilakukan di dalam kelas/ruangan saja,
tetapi untuk pelajaran seni musik mungkin guru atau pihak sekolah dapat membentuk
ekstrakulikuler musik seperti drumband atau sejenisnya yang dapat menjadi wadah
bagi peserta didik mengembangkan bakat dan minatnya di bidang seni musik. Sekolah
bisa mendatangkan tenaga ahli di bidang musik untuk melatih/mengembangkan bakat
peserta didik. Selain itu, peserta didik juga akan lebih bebas mengekspresikan dirinya
sehingga bakat yang dimiliki dapat dikembangkan dengan baik.

4) Maulana Ali Akbar (E1E020130)


Jadi terkait pertanyaan bagaimana cara guru mengajarkannya kepada siswa
padahal guru tersebut tidak menguasai musik, menurut saya itu wajar. Karena kita
sebagai manusia itu wajar memiliki kekurangan. Kita tidak harus bisa mengusai semua
hal karena manusia juga tidak ada yang sempurna.

5) Mela Anggreni (E1E020121)


Menurut saya yang dapat dilakukan oleh seorang guru yang kurang tahu
memainkan alat musik adalah dengan meminta bantuan kepada guru lainnya yang
pandai bermain musik. Selain itu, bisa juga guru mempelajari dasar bermain musik
dari jauh-jauh hari sebelum diajarkan kepada muridnya.

2. M. Farhan Suhaidi (E1E020117)


Bagaiman metode yang spesifik untuk mengembangkan kreativitas anak dalam segi
mental dan karakter agar lebih percaya diri untuk ke depannya?
Yang menanggapi:
1) Muna Iffat Nabilah (E1E020130)
Terkait pertanyaan saudara Farhan tentang bagaiman metode yang spesifik
untuk mengembangkan kreativitas anak dalam segi mental dan karakter agar lebih
percaya diri untuk ke depannya. Kalau yang ditanya mengenai metode yang spesifik,
seperti yang kita ketahui ada banyak sekali metode dalam pembelajaran, dan metode-
metode tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak
ada metode yang benar-benar sempurna. Jadi menurut saya di sini guru harus
menggunakan metode yang variatif untuk mengembangkan kreativitas anak sesuai
kebutuhan peserta didik tersebut. Guru bisa melakukan pendekatan terlebih dahulu
kepada peserta didik tersebut untuk mengetahui dimana minat atau kesenganan peserta
didik tersebut. Nah berangkat dari sana, guru bisa menyesuaikan metode variatif
seperti apa yang akan digunakan. Jadi jika ditanya adakah metode yang spesifik untuk
mengembangkan kreativitas anak, saya rasa itu tergantung dari peserta didik, mana
metode yang cocok digunakan sesuai dengan karakteristik peserat didik tersebut.
Contohnya seperti jika peserta didik tersebut suka melakukan ekseperimen, artinya
guru bisa menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui kegiatan
percobaan atau praktikum di laboratorium agar siswa bisa melihat secara langsung
materi pelajaran yang sedang disampaikan. Biasanya dapat berupa ilmu pengetahuan
alam (sains) dan sebagainnya. Contoh lainnya juga, jika peserta didik tersebut sangay
suka membuat sesuatu (hasta karya), artinya guru bisa menggunakan metode latihan
yang merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan melatih keterampilan
kepada siswa dengan merangsang, memanfaatkan atau membuat sesuatu.

2) Lulu' Herayani (E1E020113)


Menurut saya untuk dikatakan metode yang spesifiknya mungkin kurang tepat,
melainkan untuk mengembangkan mental/keberanian anak didik menggunakan banyak
metode yakni sesuai kebutuhan. Mengapa sesuai kebutuhan? Karena setiap anak
memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga metode yang digunakan juga berbeda-
beda.
Peran guru dan orang tua disini sebagai motivator serta role model (contoh)
yang baik untuk ditiru oleh anak. Pembentukan karakter yang baik harus di ajarkan
sejak dini, termasuk pada kepercayaan diri anak, sehingga untuk kedepannya anak
lebih berani dan percaya diri.

3) Melinda Septiani (E1E020122)


Saya setuju bahwa metode-metode yang digunakan dalam mengembangkan
kreativitas anak itu disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkreasi dan mengembangkan potensi kreativitas
yang dimilikinya. Hal yang penting juga guru senantiasa mengapresiasi sekecil apapun
hasil kreativitas dari peserta didiknya dengan begitu dapat memotivasi anak agar lebih
semangat dan merasa lebih dihargai usahanya.

4) Muhamad Hamdi (E1E020128)


Jadi untuk meningkatkan mental dan karakter peserta didik itu, saya rasa tidak
cukup dengan metode teori belajar di dalam kelas saja. Nah menurut saya mungkin
inilah tujuan yang tersapat dalam kurikulum 2013 yang mengadakan pengembangan
diri wajib pramuka. Dimana di dalam kegiatan pramuka itu terdapat metode
pembelajaran dan kegiatan yang dapat melatih mental dan karakter peserta didik.
Kegiatannya antara lain adalah khusunya pada tingkat sekolah dasar itu banyak sekali
permainan, yang dapat melatih karakter dan mental peserta didik. Selain itu ada juga
kegiatan diluar lingkungan sekolah, seperti outboand dan lain sebagainya yang juga
dapat melatih perkembangan mental dan karakter peserta didik.

5) Leniya Dayu Rizkia (E1E020107)


Untuk pertanyaan saudara farhan tentang bagaimana sih metode yang pas
untuk meningkatkan kreativitas anak. Jadi seperti yang dikatakan teman-teman
sebelumnya bahwa tidak ada metode yang spesifik atau khusus yang bisa kita sebut
sebagai metode yang paling tepat untuk meningkat kreativitas anak. Akan tetapi
banyak metode yang dapat disesuaikan kepada setiap karakter anak . Tetapi untuk
lebih baiknya lagi sebelum memulai pembelajaran guru itu setidaknya bertanya kepada
peserta didik, guru menanyakan pembelajaran seperti apakah yang disukai oleh anak-
anak. Tentunya jawaban anak-anak akan berbeda-beda karena setiap anak memiliki
kesukaan atau keinginan yang berbeda pula. Jadi guru disana menggunakan metode
berbeda beda setiap harinya. Di hari pertama menggunakan metode yang dicintai anak
A, hari kedua yang disukai anak yang lainnya jadi sampai sampai seterusnya.

3. Leni Puspitasari (E1E020106)


Seperti yang kita lihat saat ini bahwa banyak peserta didik yang malas untuk mengikuti
pelajaran. Lalu pertanyaan saya, pihak manakah yang dikatakan gagal sehingga
menyebabkan peserta didik tersebut malas untuk mengikuti pelajaran? Apakah dari pihak
gurunya, orang tuanya, atau peserta didik terssebut yang memang malas untuk belajar?
Yang menanggapi:
1) Leniya Dayu Rizkia (E1E020107)
Terkait pertanyaan saudari Leni yang mengatakan bahwa banyak anak yang
sekolah tetapi masih malas dalam belajar, jadi pihak manakah yang gagal terhadap
permasalahan anak tersebut. Jadi kita tidak bisa langsung menyalahkan entah itu dari
gurunya, orang tuanya ataupun pribadi siswa tersebut. Karena faktor penyebab
kemalasan itu banyak atau berbagai macam. Misalnya dari gurunya, kadang gurunya
yang terlalu fokus terhadap anak yang pintar atau anak yang pengetahuannya di atas
rata-rata, jadi siswa akan merasa bahwa dirinya diasingkan, maka rasa malas nya itu
semakin menjadi-jadi. Kalau dari orang tua contohnya yaitu orang tua terlalu sibuk
dengan pekerjaannya ,sehingga mereka lupa bahwa mereka harus terbuka kepada
anaknya. Jadi kita memang perlu mencari nafkah atau bekerja untuk anak, akan tetapi
kita bisa memanfaatkan waktu libur atau waktu malam hari untuk sama-sama
berkumpul,berbincang ,berkomunikasi,membiarkan anak mengatakan apapun yang
ada dalam benaknya ,apapun kesulitan atau permasalahan yang dialaminya, sehingga
kita dapat memberikan solusi yang terbaik bagi anak itu sendiri. Nah kalau
permasalahan pada diri sendiri itu biasanya pada tingkat kesadaran anak-anak. Mereka
tidak sadar bahwa belajar atau menuntut ilmu itu sangat sangatlah penting karena jika
seseorang tidak belajar atau menyia-nyiakan kesempatan maka ia akan tertinggal oleh
orang lain. Orang lain di luar sana berjuang berusaha menjadi yang terbaik, lalu anak
tersebut malah menyia-nyiakan waktu sehingga kurang sadar tersebutlah yang
menyebabkan anak semakin menjadi malas dalam proses pembelajarannya.

2) Muna Iffat Nabilah (E1E020130)


Terkait pertanyaan saudari Leni, saya sependapat dengan saudari Leniya
bahwa kita tidak bisa langsung menyalahkan salah satu pihak saja. Jadi ketika melihat
ada peserta didik yang malas untuk mengikuti pelajaran, kita tidak bisa langsung men-
judge "oh ini salah gurunya", "oh ini salah orang tuanya", "oh ini memang peserta
didiknya yang malas". Kita tidak boleh seperti itu, karena seperti yang kita tahu bahwa
tiga kompenen ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Jadi kita tidak
bisa langsung hanya menyalahkan salah satu pihak saja.
Kita harus melihat terlebih dahulu dari semua sisi, dimana letak
permasalahnnya. Jika kita lihat dari guru, "apakah metode dan strategi pembelajaran
yang guru gunakan sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik tersebut?", "apakah
karena strategi atau metode yang guru gunakan terlalu membosankan sehingga peserta
didik tersebut menjadi malas mengikuti pelajaran?" dll. Jadi ada banyak faktor
penyebab yang bisa kita temukan dalam guru. Kemudian jika kita lihat dari orang
tuanya, "apakah orang tuanya memperhatikan dia di rumah?", "apakah orang tuanya
tau bahwa anaknya ini ketika di sekolah menjadi malas mengikuti pelajaran?" dll.
Setelah itu kita bisa lihat dari siswanya juga, "apakah siswa ini menjadi malas karena
kurang adanya kesadaran dalam dirinya mengenai pentingnya belajar atau menuntut
ilmu?", "apakah karena kurangnya minat peserta didik sehingga ia malas untuk
mengikuti pelajaran di sekolah?", "bagaimana ia jika berada di lingkungan luar
sekolahnya?" karena seperti yang kita tahu bahwa ada banyak faktor yang bisa kita
lihat dari peserta didik, salah satunya juga bagaimana lingkungan di luar sekolah atau
di sekitar rumahnya, itu juga harus guru perhatikan. Jadi setelah guru menemui titik
permasalahannya, barulah berangkat dari permasalahan tersebut guru bisa menentukan
solusi apa yang tepat untuk membantu peserta didik tersebut dalam mengatasi
sikapnya yang malas untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
3) Liza Ayu Anggriani (E1E020112)
Saya sependapat dengan teman-teman kelompok saya, saudari leniya dan muna
yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyalahkan salah satu dari ketiga unsur
tersebut antara peserta didik, orang tua, atau guru. Karena ketiga unsur tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Kita sebagai seorang guru apabila menemukan peserta didik
seperti yang dikatakan oleh saudari Leni yaitu peserta didik yang memiliki semangat
belajar yang rendah, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui terlebih
dahulu penyebab dari sikap malas yang ditunjukkan oleh peserta didik baik dari faktor
eksternal maupun internalnya, misalnya peserta didik tersebut memiliki motivasi
belajar yang rendah, peran kita sebagai seorang guru yaitu memberikan bimbingan
pribadi kepada peserta didik tersebut. Karena bisa jadi sikap malas pada peserta didik
disebabkan karena orang tuanya bercerai sehingga konsentrasi anak pada saat di kelas
tidak fokus. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai seorang guru memberikan
motivasi sekaligus bimbingan pribadi kepada peserta didik. Sekian.

4. Penutup: Ditutup oleh Moderator pada pukul 14.40 WITA.

5. Penguatan Materi dari Ibu Awal Nur Kholifatur Rosyidah, M.Pd.

6. Kesimpulan:
Beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari beberapa pertanyaan yang diajukan
oleh teman anggota kelompok lain dan penguatan materi dari ibu dosen, yaitu:
a. Terkait pertanyaan dari saudari Aurel, mengenai bagaimana jika guru tidak mempunyai
keterampilan dalam musik tetapi ada peserta didiknya yang memiliki kecenderungan atau
bakat dalam bermusik. Hal yang bisa dilakukan oleh guru yaitu jika memaang guru
tersebut tidak bisa/tidak mampu, guru bisa mengusulkan kepada pihak sekolah untuk
mencari solusi alternatif terkait hal ini. Bisa saat pelajaran seni musik dialihkan kepada
guru lain yang memang memiliki keahlian di bidang seni musik. Bisa juga pihak sekolah
mendatangkan guru yang memang ahli musik dari luar untuk mengembangkan minat dan
potensi peserta didik di sekolahnya. Selain itu juga, jika memang dalam satu sekolah
tersebut siswa yang memilki minat di bidang musik sangat banyak, sekolah bisa
mengadakan program ekstrakurikuler musik sebagai wadah pengembangan untuk
siswanya.
b. Terkait pertanyaan dari saudari Leni, jika ada peserta didik yang gagal di bidang
kompetensi tertentu, atau dapat dikatakan tidak tuntas, guru harus pandai melakukan
refleksi dirinya terlebih dahulu. Apakah karena faktor dari kurangnya kemampuan guru
dalam mengajar, apakah ketika pembelajaran guru terlalu cepat menjelaskan, apakah
dalam pembelajaran siswa memang sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk
bertanya, atau lain halnya. Jika ada banyak anak yang tidak tuntas dalam suatu
pembelajaran tertentu, maka dapat dikatakan ada yang salah dengan strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut. Kemudian juga kita harus lihat dari
fakor siswanya juga. Apakah siswa tersebut mengalami masalah internal entah dari
fisiologisnya atau ada hambatan belajar, apakah siswa punya masalah di rumah, atau lain
halnya.
c. Terkait pertanyaan dari saudara Farhan, mengenai metode yang spesifik untuk
mengembangkan kreativitas anak dalam segi mental dan karakter agar lebih percaya diri
untuk ke depannya. Seperti yang kita ketahui, anak yang kreatif ditandai dengan sikapnya
yang suka sekali bertanya tentang segala hal sehingga dia menjadi lebih aktif bertanya
untuk mencari informasi agar rasa penasarannya terpenuhi. Jadi anak yang kreatif punya
ketertarikan terhadap suatu hal. Metode yang dapat digunakan guru tentunya harus
variatif yang bisa memanipulasi media untuk mengkontruksi pengetahuannya. Metode
yang dapat dilakukan bisa diintegrasi dengan bermain, contohnya seperti pemecahan
masalah melelui konsep permainan yaitu bermain puzzle. Jadi anak akan menyatukan
potongan-potongan benda menjadi suatu gambar yang bermakna. Tentunya hal ini dapat
memancing kreativitas anak dalam bermain puzzle.

7. Selesai

Mataram, 21 September 2021

Notulis

Anda mungkin juga menyukai