Anda di halaman 1dari 9

Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5101 Filsafat Pendidikan Dasar)

A. Masukkan dan Saran Video Micro Teaching dari UT Online Guru Pintar Online

1. Memainkan Alat Musik Ritmis Maupun Melodis (2012)


Video pembelajaran ini tentang bapak guru yang mengajarkan praktek memainkan
musik ansambel menggunakan beberapa alat musik ritmis dan melodis. Murid sudah
membawa alat-alat music ritmis dan melodis sesuai perintah guru. Pada awal-awal
pembelajaran, guru langsung membagikan partitur lagu. Guru juga menyuruh siswa untuk
memainkan alat yang dibawanya tanpa ada proses latihan dan bimbingan. Akibatnya,
permainan music menjadi kacau.
Pada tayangan berikutnya, guru melakukan sebuah skenario yang jelas. Guru
membagi 4 kelompok siswa sesuai dengan alat yang dibawa. Kelompok pertama diisi
siswa yang membawa pianika. Kelompok dua berisi siswa yang membawa tamborin.
Kelompok tiga berisi siswa yang membawa kastanyet. Kelompok keempat berisi siswa
yang membawa triangel. Secara bergiliran, guru melatih setiap kelompok untuk mencoba
memainkan alat yang dibawanya. Setelah dirasakan cukup, semua kelompok memainkan
alat musik sesuai partitur yang dimainkan. Akhirnya, permainan musik terdengar harmanis.
Anak-anak senang karena berhasil memainkan alat. Guru pun bahagia, karena tujuan
pembelajaran berhasil.
Berdasarkan tayangan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa pada tayangan
tersebut mempunyai alat musik. Namun, pada awal tayangan, guru kurang memberikan
panduan dan bimbingan. Pada tayangan selanjutnya, guru telah memberikan petunjuk yang
jelas, dibimbing, dilatih dengan teliti. Sehingga, pada akhirnya proses pembelajaran
berjalan baik serta tujuan pembelajaran tercapai.
Jika di sekolah sendiri, hanya sedikit siswa yang mempunyai alat music melodis atau
ritmis, maka guru dapat memanfaatkan potensi yang ada. Guru dapat mencari alat music
ritmis seperti kayu, botol, besi, rebana atau lainnya. Untuk alat melodis bisa suling, pianika
yang penting minimal ada. Jadi proses pembelajarannya dapat dilakukan secara bergantian
atau demonstrasi oleh beberapa orang melalui panduan guru yang jelas.

2. Anak Tidak Fokus Ketika Guru Menjelaskan (2010)


Pembelajaran pada tayangan video ini menceritakan seorang guru IPA SMP yang
sedang mengajar IPA di kelas. Berdasarkan video, guru tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari guru tersebut diantaranya; memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa, sadar dengan permasalahan yang ada, mencoba mengidentifikasi masalah
siswa, melakukan wawancara dengan siswa dan memberikan perhatian kepada siswa yang
bermasalah. Untuk kekurangannya yaitu; guru tidak melakukan kegiatan pendahuluan yang
baik seperti; apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan skenario
pembelajaran. Guru mayoritas hanya menggunakan metode ceramah.
Sebagai seorang guru, saya pernah mengalami hal yang sama seperti guru
tersebut. Ketika saya mengajar, ada siswa yang malah melamun dan bermain-main dengan
temannya. Ada anak yang asyik mengobrol. Ketika diberikan pertanyaan, siswa tidak
mampu menjawab. Saya kemudian bertanya kepada siswa tersebut untuk mencari
penyebab. Selain itu juga mencari informasi dari temannya di kelas atau di dekat tempat
tinggalnya. Setelah mendapatkan informasi dari anak, maka saya melakukan upaya
langkah-langkah upaya perbaikan seperti; membimbing anak, memberikan perhatian
langsung dan terus menerus, memberikan contoh yang baik, serta memberikan reward.
Setelah melakukan berbagai upaya tersebut, ada progress yang baik dari siswa tersebut.
Menurut saya langkah-langkah yang telah dilakukan oleh guru tersebut sudah
cukup tepat. Namun sebelum melakukan kegiatan inti, guru harus melakukan kegiatan
pendahuluan seperti; apersepsi, motivasi, menyampaikan tujuan, dan menyampaikan
skenario. Menurut Mulyasa (2017), kegiatan pendahuluan atau awal berisi penyampaian
tujuan yang akan dicapai, garis besar materi, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Setelah kegiatan
pendahuluan atau awal dilaksanakan, selanjutnya kegiatan inti yang harus dilaksanakan.
Kegiatan inti merupakan “roh” dari pembelajaran yang dilaksanakan. Guru harus
memperhatikan pendekatan, model, teknik, metode dan strategi yang tepat. Guru juga
perlu memfasilitasi pembelajaran diferensiasi sesuai minta, bakat, kebutuhan dan
permasalahan siswa. Menurut Tomlinson (2001), pembelajaran berdiferensiasi merupakan
sebuah usaha penyesuaian proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan setia siswa.
Siswa yang membutuhkan pelayanan dan bimbingan tersebut harus diberikan intervensi
atau perlakuan yang tepat. Setiap siswa mempunyai permasalahan yang tepat. Selain itu,
guru juga perlu memberikan penguatan (reinforcement) baik secara lisan maupun isyarat
misalnya pujian berupa jempol ke atas.
Tanggapan pertama, saya setuju dengan tanggapan dari Pipit Ari Pangestu
(komentar tanggal 30 April 2020) yang menyatakan bahwa guru dalam tayangan video
tidak melakukan apersepsi dan diakhir memberi motivasi. Selain itu tanggapan tentang
refleksi dan mencari informasi kepada siswa juga sesuai dengan tayangan video.
Tanggapan kedua, saya juga setuju dengan tanggapan dari Jenal Nirwana
(komentar tanggal 19 Oktober 2022) yang menyatakan bahwa guru tidak melakukan
apersepsi, motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan berpusat pada siswa.
Selanjutnya guru melakukan refleksi, usaha perbaikan serta motivasi.

3. Ayo Belajar dari Tokoh Idola (2011)


Video tersebut menggambarkan seorang guru PKn SMP yang mengajar siswa kelas
VII. Guru sudah mengetahui gambaran siswa yang kelihatan tidak semangat. Guru
mengambil materi tentang tokoh idola. Guru tersebut menggunakan media tayangan video
tokoh yang berbeda-beda. Guru juga menerapkan metode tanya jawab. Guru memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap siswa. Siswa berani mengungkapkan tokoh idolanya
masing-masing setelah diberikan pertanyaan. Guru juga memberikan penguatan respon
dengan pertanyaan selanjutnya.
Guru tersebut menggunakan model keteladanan dalam pembelajaran tersebut.
Menurut Udin S. Winataputra, model keteladanan merupakan salah satu model khas yang
digunakan dalam pembelajaran PKn melalui pengkajian karakter dari tokoh-tokoh tertentu.
Model keteladanan tersebut mengkaji karakter baik atau nilai-nilai positif yang ada pada
diri tokoh. Melalui model tersebut, guru dapat memperoleh informasi dari setiap siswa.
Kesimpulan dari penerapan model keteladanan ini menjadikan siswa belajar aktif.
Menurut saya, guru tersebut sudah menerapkan model dan metode yang tepat.
Karena model dan metode tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan. Selain itu, media
yang digunakan juga sudah tepat karena tokohnya sudah tidak ada dan jaraknya jauh
sehingga cukup menggunakan gambar atau video.
Tugas yang tepat untuk pembelajaran tersebut yaitu dengan kerja kelompok,
simulasi dan laporan. Artinya setiap siswa dalam satu kelompok mengkaji setiap tokoh,
melakukan simulasi serta melaporkan hasil di depan kelompok lainnya. Selain itu, tugas
wawancara langsung dapat dilakukan secara langsung ke tokoh yang sudah ditentukan.

B. Analisis Tajuk Rencana dari Media Massa Kompas


1. Dalam kamus besar bahasa IndonesiA (KBBI), responsif berarti suka cepat merespon,
bersifat menanggapi, tergugah hati, dan bersifat memberi tanggapan. Salah satu ciri guru
abad 21 adalah responsif. Guru responsif berarti memahami dan menyelami karakteristik
siswa, sehingga guruakan mengetahui penerapan pendekatan, model, teknik, metode, dan
strategi dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebagai seorang guru, saya telah melakukan
beberapa upaya pengembangan dalam pembelajaran merespon perkembangan yang
semakin cepat. Sebagai contoh untuk mengembangkan keterampilan 4 C abad 21, saya
mengenalkan pembelajaran daring melalui meet, penggunaan whatssapp, google
classroom, quizizz. Penerapan aplikasi pendukung pembelajaran tersebut diterapkan pada
saat pandemi sebagai respon dan bentuk penyesuaian. Selain itu, saya selalu menerapkan
kerja kelompok dalam pembelajaran. Kerja kelompok ini akan merangsang kemampuan
siswa dalam berkolaborasi. Saya juga sering belajar di luar kelas, misalnya berkunjung ke
kantor kelurahan, kampus Unsil 2, maupun wawancara dengan narasumber lain. Untuk
meningkatan kemampuan literasi, ada jadwal kunjungan wajib ke perpustakaan. Selain itu
ketika pembelajaran berlangsung, siswa dapat mencari informasi ke perpustakaan dan
lewat gadget yang dibawa.

2. Pendidikan responsif sangat berkaitan dengan prinsip dasar filosofis, psikologis,


dan pedagogis. Menurut saya, kaitan prinsip dasar filosofis dengan pendidikan responsif
sangat berkaitan. Melalui pendidikan responsif, anak diberikan pelayanan sesuai dengan
perkembangan diri dan perkembangan zaman. Pendidikan harus tetap dinikmati oleh anak
bagaimapun keadaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bapak Pendidikan kita Ki Hajar
Dewantara bahwa anak harus dididik sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Sebagai
contoh, penerapan kurikulum merdeka yang dicanangkan Kemdikbud merupakan upaya
memfasilitasi pendidikan anak mengarungi kehidupan abad 21 yang semakin kompleks.
Aliran filosofis realisme memandang bahwa pengalaman dan pengetahuan anak diperoleh
melalui pengamatan dunia luar melalui berbagai pengelompokkan. Pendidikan responsif
sejalan dengan filosofis aliran empirisme dan rasionalisme yang mempunyai ciri;
memberikan perhatian untuk kebutuhan, minat, dan kesiapan siswa, menggunakan media
manipulatif dan konkret, perhatian kepada waktu, ruang dann waktu serta memfokuskan
pada penemuan, observasi, percobaan dan pengalaman langsung.
Kaitan dengan prinsip dasar psikologis, pendidikan responsif merupakan
penerapan pendidikan sesuai dengan kondisi dan situasi anak. Perkembangan zaman yang
semakin cepat dan kompleks, perlu penyesuaian dari warga pendidikan kepada anak atau
siswa. Melalui teori behavioristik yang digawangi oleh tokoh-tokoh; Ivan Pavlop,
Thorndike, Skinner, siswa harus diberikan stimulus, pengalaman, penguatan respon.
Sementara melalui teori kognitivisme, pendidikan anak disesuaikan dengan
perkembangan usia anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Piaget yang membagi usia
anak menjadi 4 bagian. Selain Piaget, Vygotsky juga menyatakan bahwa anak
memerlukan bimbingan atau bantuan dari orang lain.Sementara Bandura menyatakan
bawah kolabotasi perilaku, lingkungan, dan orang lain membantu anak dalam
pendidikan.Tokoh-tokoh lain pendukung teori kognitivisme yaitu; Bruner, Ausubel, DAN
Gagne. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa pendidikan responsif sangat berkaitan
dengan prinsip dasar psikologis.
Kaitan dengan prinsip dasar pedagogis, pendidikan responsif diterapkan sesuai
dengan dunia anak. Anak- anak membutuhkan pengalaman belajar sesuai kebutuhan,
perkembangan, dan mentalnya. Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara,
pendiri taman siswa menyatakan bahwa sistem among perlu diterapkan dalam
pendidikan. Selain itu jug taman siswa menerapkan landasan; kodrat alam, kebudayaan,
kemerdekaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Sejalan dengan Ki Hajar Dewantara,
Mohammad Syafei juga berpendapat bahwa pendidikan berfungsi sebagai
pengembangan diri untuk menyempurnakan lahir dan batin. Ide dan praktek pendidikan
dari kedua tokoh tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3
yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan responsif
sangat berkaitan dengan prinsip dasar filosofis, psikologis, dan pedagogis.
3. Sebagai pendidikan saya sudah melakukan penerpan beberapa pendidikan
responsif diantaranya; memfasilitasi anak untuk tetap belajar baik daring maupun luring,
mengenalkan aplikasi kekinian seperti google meet, whatsapp, classroom, quizizz dan
lainnya. Selain itu, pembelajaran siswa dilakukan melalui kerja kelompok, presentasi dan
observasi di luar kelas. Saya juga sering melibatkan siswa dalam proses rencana kegiatan
intarkurikuler, ekstarkurikuler maupun kegiatan lain.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5105 Kebijakan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Dasar)

1. Setelah mempelajari Permendikbudristek Nomor 262/M/ 2022 Tentang tentang


Perubahan atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran tertanda 22 Juni 2022, dapat dijelaskan bahwa dalam lampiran 1 poin II
membahas mengenai komponen pembelajaran dan asesmen. Pada hakikatnya,
pembelajaran harus mempertimbangkan; (1) tingkat usia perkembangan, ketercapaian
siswa, kebutuhan siswa, serta karakteristik siswa supaya menjadi pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning) dan menyenangkan (joyful learning), (2) merancang
pembelajaran sepanjang hayat, (3) pengembangan kompetensi dan karakter secara
holistic, (4) sesuai konteks lingkungan sosial, budaya, serta melibatakan orang tua dan
mitra, (5) proyeksi untuk kehidupan masa depan.
Dapat disimpulkan bahwa isi dari peraturan ini telah memberkan rambu-rambu kepada
warga pendidikan khususnya guru untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran sesuai rambu-rambu tersebut.
Sementara untuk asesmen, dalam peraturan ini juga memberikan rambu-rambu
untuk melaksanaka asesmen yang adil, proporsional, valid dan realibel. Asesmen
dilakukan di awal pembelajaran, saat pembelajaran dan akhir pembelajaran. Pendidik dan
satuan pendidikan dibebaskan dalam menentukan kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
media belajar, dan asesmen.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan pendidikan dan
pendidik diberikan keleluasaan dalam merancang pembelajaran beserta asesmen sesuai
dengan prinsip-prinsip yang telah diatur di peraturan. Meskipun demikian, satuan
pendidikan dapat melaksanakan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan pemilihan
implementasi sekolah merdeka (IKM). Hasil pemilihan kategori IKM ini menjadi dasar
dalam pelaksanaan pembelajaran dan asesmen. Sekolah beserta guru lebih leluasa dan
fleksibel dalam menyelenggarakan pembelajaran dan asesmen. Keleluasaan yang
diberikan oleh Kemdikbud tiada lain untuk mendukung penerapan kurikulum merdeka
yang diversifikasi. Sehingga diharapkan dengan suksesnya pembelajaran dan asesmen di
sekolah, akan mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang bermuara kepada profil
pelajar Pancasila.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5102 Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran)

Menurut saya, teori belajar sosial merupakan sebuah teori yang memandang bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor luar dari dirinya sendiri yaitu orang lain dan lingkungan. Teori
belajar sosial dikembangkan oleh tokoh-tokoh berikut yaitu; Vygotsky, Bandura, Weiner,
Santrock, dan Sternberg.
Menurut Vygotsky, interaksi sosial mempengaruhi perkembangan kognitif individu.
Runag lingkup kognitif tersebut meliputi; pengetahuan, bagaimana berpikir, dan menggunakan
pengetahuan. Sementara menurut Sternberg, individu belajar memahami dan menginterpretasi
setelah memperoleh informasi dari orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Bandura bahwa
belajar merupakan hasil hubungan tiga faktor yaitu; perilaku, lingkungan sosial, dan faktor
internal sendiri sebagai penerjemahan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar terjadi karena mengamati perilaku orang lain, belajar karena proses internal individu yang
hasilnya tidak selalu terjadi perubahan tingkah laku, berorientasi pada suatu tujuan. Dalam
pengembangan kognitif individu, terdapat tiga langkah-langkah yang dilakukan diantaranya;
scaffolding (bantuan terstruktur), magang, dan interaksi dengan teman.
Faktor penentu dalam belajarnya individu yaitu kepercayaan diri (self efficacy) dan
pengaturan diri (self regulation). Faktor internal tersebut saling berhubungan dengan perilaku
orang lain serta lingkungan.
Berdasarkan uraian teori, saya saya setuju dengan pernyataan bahwa pembelajar atau
siswa akan memiliki perilaku belajar yang diatur sendiri. Alasannya, apa yang dilihat dari
perilaku orang lain dan lingkungan akan bermuara ke dirinya sendiri. Informasi yang didapat dari
faktor luar akan diekstrasi oleh kepercayaan diri dan pengaturan dirinya sendiri. Jadi menurut
saya, hal inilah yang dinamakan saat individu belajar sesungguhnya yaitu keputusan akhir diri.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5103 Metode Penelitian Pendidikan)
1. Berikut hasil pencarian artikel penelitian tindakan :
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/11961/8533
Artikel yang berjudul:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA
SISWA KELAS 5 SD” tersebut ditulis oleh: Abdi Rizka Nugraha1 , Firosalia Kristin2 ,
Indri Anugraheni3 dari PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Jl Diponegoro
52-60 Salatiga. Artikel ini terbit dengan Vol. 6, No. 4.1 (2018).

2. a. Latar belakang :
penelitian ini didasarkan kepada data hasil observasi di SDN Kuwarasan 02 kelas 5
pada mata pelajaran IPA yang meliputi; proses pembelajaran sering menggunakan
metode ceramah, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah
pemikirannya secara mandiri, siswa juga jarang diajak untuk membuat suatu produk
dari hasil pemikirannya sendiri, dan mengerjakan soal hanya mengandalkan buku paket
atau LKS. Akibat dari latar belakang tersebut; (1) siswa kurang kreatif, (2) hasil belajar
di bawah KKM.
b. Rumusan masalah:
“Apakah penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD?
c. Proses penelitian:
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan
model Project Based Learning (PjBL) yang dilakukan sebanyak 3 tahapan yaitu; (1) pra
siklus, (2) siklus I, dan (3) siklus II. Proses tiap siklus berpatokan kepada langkah-
langkah PTK yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan , dan refleksi.
Kategori kreativitas siswa dibagi menjadi lima yaitu; sangat kreatif, kreatif,
cukup kreatif, tidak kreatif, dan sangat tidak kreatif.
Pra siklus merupakan langkah awal sebelum diterapkan model Project Based
Learning (PjBL) dengan kreativitas 0%. Untuk siklus I yang merupakan tindakan
pertama penerapan model Project Based Learning (PjBL) terjadi peningkatan
kreativitas 11,77% serta untuk siklus II meningkat kembali menjadi 23,53%.
Untuk kreativitas siswa pada pra siklus pada semua kategori adalah 0%. Untuk
siklus I terjadi peningkatan dari pra siklus yaitu untuk sangat kreatif menjadi 11,77%,
kreatif 23,53%, cukup kreatif 35,39%, dan tidak kreatif berkurang menjadi 29,41%.
Untuk siklus II terjadi lagi peningkatan yaitu sangat kreatif menjadi 23,53%, kreatif
29,41%, cukup kreatif 41, 18%, tidak kreatif menjadi 5, 88%.
Untuk hasil belajar siswa pada pra siklus tidak tuntas 41,18%, tuntas 58,82%.
Untuk siklus I terjadi peningkatan yaitu tuntas menjadi 76,47% dan tidak tuntas
23,53%. Untuk siklus II terjadi lagi peningkatan yaitu tuntas 94,12 % dan tidak tuntas
5,88%.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan
kreativitas dan hasil belajar siswa setiap siklus dengan penerapan model Project Based
Learning (PjBL).
3. Menurut saya, penelitian tindakan kelas (PTK) sangat dianjurkan dilakukan oleh
guru. PTK yang dilakukan oleh guru menjadi ciri bahwa guru merasakan adanya
kekurangan atau kelemahan. Kekurangan dan kelemahan guru tersebut terjadi setelah
melakukan refleksi. Jika kekurangan dan kelemahan tersebut diperbaiki, maka kualitas
pembelajaran di kelas khususnya akan meningkat dan mutu pendidikan pada umumnya
juga ikut terdongkrak. Sebagai guru professional, guru harus terus belajar dan mencari
formula terbaik dalam upaya memperbaiki pembelajaran. Salah satu formula yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Anda mungkin juga menyukai