A. Masukkan dan Saran Video Micro Teaching dari UT Online Guru Pintar Online
Menurut saya, teori belajar sosial merupakan sebuah teori yang memandang bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor luar dari dirinya sendiri yaitu orang lain dan lingkungan. Teori
belajar sosial dikembangkan oleh tokoh-tokoh berikut yaitu; Vygotsky, Bandura, Weiner,
Santrock, dan Sternberg.
Menurut Vygotsky, interaksi sosial mempengaruhi perkembangan kognitif individu.
Runag lingkup kognitif tersebut meliputi; pengetahuan, bagaimana berpikir, dan menggunakan
pengetahuan. Sementara menurut Sternberg, individu belajar memahami dan menginterpretasi
setelah memperoleh informasi dari orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Bandura bahwa
belajar merupakan hasil hubungan tiga faktor yaitu; perilaku, lingkungan sosial, dan faktor
internal sendiri sebagai penerjemahan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar terjadi karena mengamati perilaku orang lain, belajar karena proses internal individu yang
hasilnya tidak selalu terjadi perubahan tingkah laku, berorientasi pada suatu tujuan. Dalam
pengembangan kognitif individu, terdapat tiga langkah-langkah yang dilakukan diantaranya;
scaffolding (bantuan terstruktur), magang, dan interaksi dengan teman.
Faktor penentu dalam belajarnya individu yaitu kepercayaan diri (self efficacy) dan
pengaturan diri (self regulation). Faktor internal tersebut saling berhubungan dengan perilaku
orang lain serta lingkungan.
Berdasarkan uraian teori, saya saya setuju dengan pernyataan bahwa pembelajar atau
siswa akan memiliki perilaku belajar yang diatur sendiri. Alasannya, apa yang dilihat dari
perilaku orang lain dan lingkungan akan bermuara ke dirinya sendiri. Informasi yang didapat dari
faktor luar akan diekstrasi oleh kepercayaan diri dan pengaturan dirinya sendiri. Jadi menurut
saya, hal inilah yang dinamakan saat individu belajar sesungguhnya yaitu keputusan akhir diri.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5103 Metode Penelitian Pendidikan)
1. Berikut hasil pencarian artikel penelitian tindakan :
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/11961/8533
Artikel yang berjudul:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA
SISWA KELAS 5 SD” tersebut ditulis oleh: Abdi Rizka Nugraha1 , Firosalia Kristin2 ,
Indri Anugraheni3 dari PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Jl Diponegoro
52-60 Salatiga. Artikel ini terbit dengan Vol. 6, No. 4.1 (2018).
2. a. Latar belakang :
penelitian ini didasarkan kepada data hasil observasi di SDN Kuwarasan 02 kelas 5
pada mata pelajaran IPA yang meliputi; proses pembelajaran sering menggunakan
metode ceramah, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah
pemikirannya secara mandiri, siswa juga jarang diajak untuk membuat suatu produk
dari hasil pemikirannya sendiri, dan mengerjakan soal hanya mengandalkan buku paket
atau LKS. Akibat dari latar belakang tersebut; (1) siswa kurang kreatif, (2) hasil belajar
di bawah KKM.
b. Rumusan masalah:
“Apakah penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD?
c. Proses penelitian:
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan
model Project Based Learning (PjBL) yang dilakukan sebanyak 3 tahapan yaitu; (1) pra
siklus, (2) siklus I, dan (3) siklus II. Proses tiap siklus berpatokan kepada langkah-
langkah PTK yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan , dan refleksi.
Kategori kreativitas siswa dibagi menjadi lima yaitu; sangat kreatif, kreatif,
cukup kreatif, tidak kreatif, dan sangat tidak kreatif.
Pra siklus merupakan langkah awal sebelum diterapkan model Project Based
Learning (PjBL) dengan kreativitas 0%. Untuk siklus I yang merupakan tindakan
pertama penerapan model Project Based Learning (PjBL) terjadi peningkatan
kreativitas 11,77% serta untuk siklus II meningkat kembali menjadi 23,53%.
Untuk kreativitas siswa pada pra siklus pada semua kategori adalah 0%. Untuk
siklus I terjadi peningkatan dari pra siklus yaitu untuk sangat kreatif menjadi 11,77%,
kreatif 23,53%, cukup kreatif 35,39%, dan tidak kreatif berkurang menjadi 29,41%.
Untuk siklus II terjadi lagi peningkatan yaitu sangat kreatif menjadi 23,53%, kreatif
29,41%, cukup kreatif 41, 18%, tidak kreatif menjadi 5, 88%.
Untuk hasil belajar siswa pada pra siklus tidak tuntas 41,18%, tuntas 58,82%.
Untuk siklus I terjadi peningkatan yaitu tuntas menjadi 76,47% dan tidak tuntas
23,53%. Untuk siklus II terjadi lagi peningkatan yaitu tuntas 94,12 % dan tidak tuntas
5,88%.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan
kreativitas dan hasil belajar siswa setiap siklus dengan penerapan model Project Based
Learning (PjBL).
3. Menurut saya, penelitian tindakan kelas (PTK) sangat dianjurkan dilakukan oleh
guru. PTK yang dilakukan oleh guru menjadi ciri bahwa guru merasakan adanya
kekurangan atau kelemahan. Kekurangan dan kelemahan guru tersebut terjadi setelah
melakukan refleksi. Jika kekurangan dan kelemahan tersebut diperbaiki, maka kualitas
pembelajaran di kelas khususnya akan meningkat dan mutu pendidikan pada umumnya
juga ikut terdongkrak. Sebagai guru professional, guru harus terus belajar dan mencari
formula terbaik dalam upaya memperbaiki pembelajaran. Salah satu formula yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas (PTK).